Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM

BIMBINGAN

PENCEMARAN LINGKUNGAN

Disusun oleh :
REVIKA

NIM 856977924

PROGRAM STUDI S.1 BI PGSD

POKJAR KOTA AGUNG

UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) BANDAR LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

UNIVERSITAS TERBUKA

2020
LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM IPA DI SD
PDGGK4107 MODUL 2
PENCEMARAN LINGKUNGAN

A. JUDUL PERCOBAAN

PENCEMARAN LINGKUNGAN:
PENGARUH DETERJEN TERHADAP PERTUMBUHAN AKAR BAWANG MERAH

B. TUJUAN PENGAMATAN

Mengamati pengaruh deterjen terhadap pertumbuhan akar bawang merah.

C. ALAT DAN BAHAN

Alat :
1.    Botol bekas air mineral 7 buah.
2.    Mistar.
3. Lidi
4. Kertas untuk label secukupnya
5. Carter (pisau kecil)

Bahan :

1. Bawang merah 7 siung


2. Deterjen 1 gram
3. Air bersih

D. LANDASAN TEORI

Pencemaran, menurut SK Menteri Kependudukan Lingkungan Hidup No


02/MENKLH/1988, adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam air/udara, dan/atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh
kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/udara menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Pencemaran lingkungan hidup yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dapat memberikan
dampak buruk terhadap lingkungan hidup, dan dampak buruk tersebut akan berimbas kepada
kehidupan manusia dan mahluk hidup lainnya. Menurunnya kualitas lingkungan hidup, maka
akan menurun juga kualitas kehidupan masyarakat, karena sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya, bahwa lingkungan hidup dan manusia merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, karena lingkungan hidup merupakan tempat dimana manusia menjalani
kehidupannya, tapi masyarakat Indonesia sering dibutakan oleh keserakahan untuk mendapatkan
keuntungan, sehingga lebih mengorbankan kelestarian lingkungan hidup untuk mendapatkan
keuntungan tersebut, hal ini dapat dilihat dalam perlakuan manusia terhadap lingkungan hidup,
contohnya membuang sampah sembarangan, bahkan membuang sampah tersebut ke sungai atau
kegiatan lain berupa memasukan makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain kedalam
lingkungan hidup yang dapat mempunyai dampak lebih banyak terhadap lingkungan hidup,
tanpa mempertimbangkan dampak yang akan terjadi dalam jangka waktu pendek maupun dalam
jangka waktu panjang.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan yang disebakan oleh berbagai
aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan pengendalian terhadap pencemaran
lingkungan dengan menetapkan baku mutu lingkungan. Baku mutu lingkungan adalah batas
kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar terdapat di lingkungan dengan tidak
menimbulkan gangguan terhadap makhluk hidup, tumbuhan atau benda lainnya. Salah satu
contoh pencemaran lingkungan adalah pencemaran air.
Pelaksanakan penilaian terhadap kualitas air, yaitu membandingkan beberapa
ukuran/parameter kunci dengan bakumutu yang ditetapkan.
Jenis ukuran pencemaran air antara lain:
1. Kebutuhan oksigen untuk proses biologi (BOD)
Dalam air buangan terdapat zat organik yang terdiri dari unsur karbon,
hidrogen dan oksigen dengan unsur tambahan yang lain seperti nitrogen, belerang,
dll dimana unsur-unsur tersebut cenderung menyerap oksigen. Oksigen itu
dibutuhkan bagi mikroba untuk kehidupannya dan untuk menguraikan senyawaan
organik tersebut sehingga kadar oksigen akan menurun yang menyebabkan air
menjadi keruh dan berbau.
2. Kebutuhan Oksigen Kimiawi
Bentuk lain untuk mengukur kebutuhan oksigen adalah ukuran COD atau
kebutuhan oksigen kimiawi. Nilai COD ini akan menunjukan kebutuhan oksigen
yang diperlukan untuk menguraikan kandungan bahan organik dalam air secara
kimiawi khususnya bagi senyawaan organik yang tidak dapat teruraikan karena
proses biologis, sehingga dibutuhkan bantuan pereaksi oksidator sebagai sumber
oksigen.
3. Lemak dan Minyak
Lemak dan minyak ditemukan mengapung di atas permukaan air meskipun
sebagian terdapat dibawah permukaan air. Lemak dan minyak merupakan senyawa
ester dari turunan alkohol yang tersusun dari atom karbon, hidrogen dan oksigen.
Lemak sukar diuraikan oleh bakteri tetapi dapat dihidrolisa oleh alkali sehingga
membentuk senyawa sabun yang mudah larut. Adanya minyak dan lemak
dipermukaan air akan menghambat proses biologis dalam air sehingga tidak terjadi
proses fotosintesa.

4. Nitrogen
Gas yang tidak berwarna dan tidak beracun, dalam air pada umumnya terdapat
dalam bentuk organik dan bakteri merubahnya menjadi ammonia. Dalam kondisi
aeribik dan dalam waktu tertentu bakteri dapat mengoksidasi amonia menjadi nitrit
dan nirtat.
5. Suspended Solids (SS)
Padatan tersuspensi (SS) dalam air atau padatan tidak terlarut dalam air adalah
senyawa kimia yang terdapat dalam air baik dalam keadaan melayang, terapung
maupun mengendap. Senyawa ini dijumpai dalam bentuk organik maupun
anorganik. Padatan tidak terlarut ini menyebabkan air berwarna keruh.
6. Total Disolved Solid (TDS)
Padatan terlarut dalam air (TDS) banyak ditemukan dalam air adalah golongan
senyawa alkali seperti karbonat, bikarbonat, dan hidroksida.

Pencemaran air pada umumnya diakibatkan oleh kegiatan manusia. Besar kecilnya
pencemaran akan tergantung dari jumlah dan kualitas limbah yang dibuang ke sungai, baik
limbah padat maupun cair.

Berdasarkan jenis kegiatannya maka sumber pencemaran air dibedakan menjadi:


a. Effluent industri pengolahan
Effluent adalah pencurahan limbah cair yang masuk kedalam air bersumber
dari pembuangan sisa produksi, lahan pertanian, peternakan dan kegiatan domestik.
Dari hasil statistik industri di DKI Jakarta, sumber industri pengolahan yang menjadi
sumber pencemaran air yaitu agro industri (peternakan sapi, babi dan kambing),
industri pengolahan makanan, industri miniman, industri tekstil, industri kulit,
industri kimia dasar, industri mineral non logam, industri logam dasar, industri hasil
olahan logam dan industri listrik dan gas.

b. Sumber domestik/buangan rumah tangga


Menurut peraturan Menteri Kesehatan, yang dimaksud dengan buangan rumah
tangga adalah buangan yang berasal bukan dari industri melainkan berasal dari
rumah tangga, kantor, hotel, restoran, tempat ibadah, tempat hiburan, pasar,
pertokoan dan rumah sakit. Limbah domestik sering kali mengandung deterjen.

Deterjen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan
dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen
mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak
terpengaruh oleh kesadahan air.
Pada umumnya deterjen mengandung surfaktan, builder, filler dan aditif. Surfaktan
(surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung berbeda yaitu
hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan
permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan bahan.
Builder (pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan
deterjen yang tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci, tetapi menambah
kuantitas. Contoh Sodium sulfat. Dan aditif merupakan bahan suplemen / tambahan untuk
membuat produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak
berhubungan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud
komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy Methyl Cellulose
(CMC).
Deterjen mempunyai sifat fisis antara lain polar dan non polar.. Bila terhadap jasad renik
rantai C yang lurus bersifat biogradable dan rantai C yang bercabang bersifat unbiogradable.
Sifat kimianya dapat melarutkan lemak dan tidak dipengaruhi oleh kesadahan air.
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus
diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif
baik terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen
yakni surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung
terhadap manusia dan lingkungannya.
Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban alami yang
ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian
memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan
kimia dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit.
Surfaktan kationik bersifat toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-
ionik. Sisa bahan surfaktan yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada
proses klorinisasi pengolahan air minum PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia
yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan.
Pada awalnya surfaktan jenis ABS banyak digunakan oleh industri deterjen. Namun karena
ditemukan bukti-bukti bahwa ABS mempunyai risiko tinggi terhadap lingkungan, bahan ini
sekarang telah digantikan dengan bahan lain yaitu LAS.
Ada dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk kimia aman di
lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai (biodegradable). ABS dalam lingkungan
mempunyai tingkat biodegradable sangat rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan sebagai
‘non-biodegradable’. Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat terurai, sekitar
50% bahan aktif ABS lolos dari pengolahan dan masuk dalam sistem pembuangan. Hal ini
dapat menimbulkan masalah keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air. LAS
mempunyai karakteristik lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah lingkungan. LAS
mempunyai gugus alkil lurus / tidak bercabang yang dengan mudah dapat diurai oleh
mikroorganisme.
Dalam laporan lain disebutkan deterjen dalam badan air dapat merusak insang dan organ
pernafasan ikan yang mengakibatkan toleransi ikan terhadap badan air yang kandungan
oksigennya rendah menjadi menurun. Keberadaan busa-busa di permukaan air menjadi salah
satu penyebab kontak udara dan air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan
demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan
kematian.
Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam deterjen adalah phosphate.
Phosphate memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai softener air. Bahan ini
mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat
aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat. Phosphate yang biasa dijumpai
pada umumnya berbentuk Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Phosphate tidak memiliki daya
racun, bahkan sebaliknya merupakan salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup.
Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat menyebabkan pengkayaan unsur
hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat
dari pertumbuhan algae (phytoplankton) yang berlebihan yang merupakan makanan bakteri.
Populasi bakteri yang berlebihan akan menggunakan oksigen yang terdapat dalam air sampai
suatu saat terjadi kekurangan oksigen di badan air dan pada akhirnya justru membahayakan
kehidupan mahluk air dan sekitarnya. Di beberapa negara, penggunaan phosphate dalam
deterjen telah dilarang. Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate
sebagai builder dalam deterjen.
Bawang merah termasuk sayuran umbi yang multiguna paling utama kegunaannya adalah
sebagai bumbu penyedap masakkan. Kegunaan lain bawang merah adalah sebagai obat
tradisional, bawang merah dikenal sebagai obat karena mengandung efek antiseptik dari
senyawa alliin atau allisin yang oleh enzim alliin liase diubah menjadi asam piruvat, ammonia
dan allisin anti mikroba yang bersifat bakterisida. Dalam dunia industri makanan bawang
merah sering diawetkan dalam kaleng (canning), sous, sop kalengan, tepung bawang dan lain-
lain.
Tanaman bawang merah mengalami beberapa fase pertumbuhan yang penting. 
Pertumbuhan bawang merah dimulai dengan fase awal pertumbuhan, fase pertumbuhan
vegetatif, fase pertumbuhan umbi dan fase pematangan umbi. Fase awal pertumbuan dimulai
sejak umbi ditanam sampai semua umbi tumbuh seragam.  Pada fase ini bawang merah relatif
banyak memerlukan air, yang berguna untuk mempercepat pertumbuhan yang serempak. Fase
pertumbuhan vegetatif berlangsung selama tanaman membentuk tunas dan daun, energi/unsur
hara yang tersedia digunakan untuk membentuk tunas dan daun.  Pada fase pembentukan dan
pematangan umbi, pola pertumbuhannya berupa energi/unsur hara yang tersedia dialihkan
untuk pembentukan umbi.
Tanaman bawang merah dalam taksonominya digolongkan ke dalam famili Liliaceae.
Tanaman ini merupakan tanaman sayuran semusim yang berumbi lapis (bulb), berakar serabut
dan berdaun bentuk silindris. Pangkal daun bersatu membentuk batang semu yang berubah
bentuk dan fungsinya, membengkak membentuk seperti umbi, sehingga menghasilkan umbi
bawang merah. Daun bawang merah hanya memiliki satu permukaan berbentuk bulat
memanjang yang di dalamnya terdapat rongga udara/ruangan seperti pipa dimana semakin jauh
dari akar, semakin runcing.
E. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Sediakan larutan deterjen bubuk 100%, pengenceran 50%, pengenceran 25%,


pengenceran 12,5%, pengenceran 6,25%, pengenceran 3,1%,serta kontrol berupa air
ledeng. Lalu simpan larutan yang telah di beri label.
 Label 1 : 100%
 Label 2 : 50%
 Label 3 : 25%
 Label 4 : 12,5%
 Label 5 : 6,25%
 Label 6 : 3,10%
 Label kontrol ; air ledeng/PDAM

2. Cara menyediakan larutan


a) Larutkan 1 gr deterjen bubuk dalam air ledeng/PDAM hingga 1000 mL. Beri label
100%
b) Ambil 500 mL larutan deterjen 100%, tambahkan air ledeng hingga 1000 mL. Beri
label 50%
c) Ambil 500 mL larutn deterjen 50%, tambahkan air ledeng 1000 mL. Beri label 25%
d) Ambil 500 mL larutan deterjen 25%, tambahkan air ledeng higga 1000 mL. Beri
label 12,50%
e) Ambil 500 mL larutan deterjen 12,5%, tambahkan air ledeng hingga 1000 mL. beri
label 6,25%
f) Ambil 500 mL larutan deterjen 6,25%, tambahkan air ledeng hingga 1000 mL, beri
tabel 3,10%
3. Sediakan bawang merah berukuran sama memiliki diameter hampir sama dengan
diameter lidi penyanggah berjumlah 7 buah. Kupas kulit epidermis untuk menghindari
bahan kimia tersisa.Kupas bagian akar primordial berwarna kecoklatan dari bawang
merah tersebut. Hati-hati lingkaran primordial tetap tersisa
4. Isikan larutan deterjen yang sudah di sediakan ke dalam gelas plastik hingga penuh. Tiap
konsetrasi larutan yang sama diisikan kedalam 2 gelas plastik lainnya.
5. Letakkan bawang merah dengan posisi calon akar primordial letakkan di bawah hingga
menyentuh larutan deterjen.
6. Letakkan pula bawang merah dengan posisi yang sama dengan bawang merah lain di
atas gelas plastik label kontrol.
7. Amati pertumbuhan akarnya setiap 24 jam, bila larutannya tampak berkurang tambah
hingga penuh
8. Setelah 72 jam, angkat bawang merah lalu hitung panjang akarnya. Rata-ratakan panjang
akar yang diperoleh untuk setiap perlakuan bila ada panjang akar yang mencolok
perbedaanya diabaikan. Teruskan hasil pengamatan.
9. Hitung hambatan pertumbuhannya untuk setiap konsentrasi larutan.
10. Buat grafik IG 50/hambatan pertumbuhannya di tabel hasil pengamatan.

F. HASIL PENGAMATAN

Tabel 2.9
Pengaruh deterjen terhadap pertumbuhan akar bawang merah

No Konsentrasi Panjang akar

24 jam 48 jam 72 jam


1 Kontrol 3,4 3,4 3,5
2 3,1 % 2,3 2,3 2,4
3 6,25 % 0,8 0,9 0,9
4 12,5 % 0,4 0,5 0,5
5 25 % 0 0 0
6 50 % 0 0 0
7 100 % Busuk Busuk Busuk

Larutan Rata-rata panjang akar primordial

G. PERTANYAAN - PERTANYAAN
1. Berapa kosentrasi larutan deterjen minimum yang menghentikan proses pertumbuhan
akarnya?
Jawaban :
Konsentrasi larutan deterjen minimum yang menghentikan proses pertumbuhan akar bawang
merah adalah 25%. Deterjen yang lebih pekat dapat menyebabkan permukaan air tertutup
sehingga sinar matahari dan oksigen yang diperlukan untuk pertumbuhan akar bawang merah ini
tidak dapat menembus permukaan air yang masuk dalam air. Sehingga pada konsentrasi larutan
deterjen 100%, 50%, dan 25% menghentikan proses pertumbuhan akarnya.

H. PEMBAHASAN

Limbah domestik yang selama ini sering kali digunakan dalam kehidupan sehari-hari
adalah deterjen. Deterjen mengandung zat -zat yang berbahaya yaitu surfaktan, builder, filler
dan aditif. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni surfaktan dan builders,
diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap manusia dan
lingkungannya. Percobaan ini menggunakan tanaman bawang merah karena bawang merupakan
salah satu tanaman yang sangat mudah diamati tahapan mitosisnya karena bisa langsung
diamati dengan bantuan mikroskop dan tahapan pembelahan selnya bisa terlihat jelas. Bagian
yang digunakan adalah akar karena pada akar primordial merupakan meristem yang masih
berkembang dengan baik sehingga masih mudah untuk diamati.
Terhambatnya pertumbuhan akar primordial bawang merah dikarenakan adanya surfaktan
dan builders. Adanya surfaktan menyebabkan busa-busa di permukaan air sehingga menurunkan
oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air kekurangan oksigen dan
dapat menyebabkan kematian Builders, salah satu yang paling banyak dimanfaatkan di dalam
deterjen adalah phosphate. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak, phosphate dapat
menyebabkan pengayaan unsur hara (eutrofikasi) dalam air menurun.

I. KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan, dapat disimpulkan bahwa :
Pada dasarnya, pertumbuhan membutuhkan air. Maka, pemberian air terhadap tanaman
khususnya bawang merah perlu diperhatikan. Karena, bila air terkontaminasi deterjen dalam
kadar berapapun akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bawang merah. Perlu
diketahui bahwa air deterjen merupakan limbah yang mempunyai berbagai dampak negatif
terhadap pertumbuhan ataupun perkembangan tumbuhan. Jadi, deterjen menghambat
pertumbuhan tumbuhan. Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan semakin tinggi
konsentrasi deterjen menyebabkan terhambatnya pertumbuhan akar primordial bawang merah.

J. DAFTAR PUSTAKA

Rumanta, Maman dkk. 2014. Materi Pokok Praktikum IPA di SD. Tangerang Selatan :
Universitas Terbuka.
Silalahi, Daud. 2006. Hukum Lingkungan Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Husin, Sukanda. 2009. Penegakan Hukum Lingkungan. Jakarta: Sinar grafika.


https://rayiheristyaraelf.wordpress.com/2012/12/19/laporan-percobaan-pengaruh-deterjen-
terhadap-pertumbuhan-kacang-hijau/ ( diakses pada hari kamis, tanggal 18 Oktober 2020).
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/ilmu-kalaman- dasar/dampak-
pencemaran-lingkungan-terhadap-kesehatan-0 (diakses pada hari kamis, tanggal 18 Oktober
2020).
http://id.wikipedia.org/wiki/Deterjen
http://www.tanindo.com/abdi14/hal3401.html (diakses pada hari kamis, tanggal 18 Oktober
2020).

K. KESULITAN YANG DI ALAMI : SARAN DAN MASUKAN

Kesulitan yang di alami pada saat membuat laporan, praktikan yang harus setiap saat mengecek
bawang merah agar tidak tenggelam ke dalam air, karena menggunakan jembatan lidi yang
sering goyah dan tidak seimbang.

Saran dan masukan yang ingin penulis sampaikan setelah melakukan kegiatan praktikum ini
adalah :
a. Berdasarkan pengalaman dari praktikum yang penulis lakukan, bahwa hendaknya kita
tidak sembarangan dalam memberikan air kepada tanaman-tanaman, karena tanaman pun
sama halnya seperti manusia yang akan keracunan bila di beri sembarang makanan. Maka
dari itu marilah kita saling menjaga baik sesama manusia maupun sesama makhluk hidup.
b. Dalam melakukan suatu percobaan, lebih baik melakukan percobaan di tempat yang
sekiranya tidak ada sesuatu yang mengganggu sehingga percobaan akan aman dan
berhasil.
c. Dalam mengukur panjang akar, harus dilakukan secara teliti.

LAMPIRAN FOTO
Foto Persiapan Praktikum

Praktikan sedang menyiapkan


alat dan bahan untuk
praktikum pencemaran
lingkungan terhadap
pertumbuhan akar bawang
merah
Foto Pelaksanaan Praktikum
Praktikan sedang
melaksanakan praktikum
dengan menuang air dan
meletakan bawang merah
dengan benar
Foto Akhir Praktikum

Praktikan sedang mencatat


hasil praktikum dengan
mengukur dan mencatat
pertumbuhan akar bawang
merah di tabel modul

Anda mungkin juga menyukai