Anda di halaman 1dari 56

Tugas Rekayasa Lingkungan UAS

PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

Disusun oleh

Nama : Oen, Stefanus K

NIM : 16.B1.0025

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, Juni 2017

Oen, Stefanus K
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air bersih merupakan salah satu kebutuhan yang sangat vital bagi
semua manusia. Karena segala aktivitas masyarakat di berbagai aspek
kehidupan manapun memerlukan air bersih. Tersedianya air bersih adalah
mutlak untuk menunjang hidup yang sehat. Apalagi di daerah perkotaan yang
tingkat pertumbuhan penduduknya sangat tinggi dirasakan semakin sulit
untuk mendapatkan air bersih yang memenuhi syarat-syarat kesehatan.
Sebenarnya keadaan geografis kabupaten Klaten yang sebagian mendukung
akan ketersediaan air bersih merupakan salah satu modal dasar bagi
pemerintah daerah atau PDAM untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi
masyarakat Klaten. Maka sebenarnya secara teori bukan menjadi hal yang
sulit bagi pemerintah, khususnya bagi pihak PDAM untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat mengenai ketersediaan air bersih. Namun pada
kenyataannya, masih ada sebagian penyebaran air bersihnya kurang merata
dikarenakan kondisi geografis yang tidak sama dan kurangnya kesadaran
masyarakat terhadap air bersih.Hal inilah yang mendorong pemerintahan
daerah untuk menyediakan air bersih kepada masyarakat melalui PDAM,
yang struktur organisasinya berinduk pada pemerintah daerah.
Masalah yang dihadapi PDAM dalam
melaksanakan kegiatan secara umum dari aspek keuangan adalah PDAM
dituntut melayani dua kepentingan, yaitu melayani pemerintah daerah dan
melayani masyarakat. Dalam rangka melayani pemerintah daerah, yaitu
sebagai “Profit Oriented”, PDAM dituntut meningkatkan kontribusinya
terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Sedangkan terhadap pelayanan
kepada masyarakat, yaitu sebagai “Social Oriented”, PDAM dituntut
menjalankan fungsi sosial dan komersialnya. Kedua kepentingan ini
membawa konsekuensi terhadap eksistensi PDAM

1.2. Rumusan Masalah


Zat – zat berbahaya apakah yang kemungkingan dapat terkandung dalam air
1.3. Tujuan Penulisan
Mengetahui zat – zat berbahaya yang kemungkingan dapat terkandung dalam air
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Landasan Teori

Dalam ekosistem benda dapat dibedakan menjadi benda hidup (biotik) dan benda tak hidup
(abiotik). Benda hidup disebut juga mahluk hidup, misalnya tumbuhan, hewan, dan
manusia. Sedangkan benda tak hidup misalnya air, udara, cahaya matahari, kelembapan,
tanah, suhu, dan ruangan. Dalam laporan ini kita akan mempelajari tentang abiotik
khususnya air.

Air sangat dibutuhkan oleh setiap mahluk hidup. Di kota-kota besar di Indonesia, dampak
pencemaran air terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia serta ekosistem telah
menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar. Tubuh organisme 90% terdiri dari air.
Air fungsinya sebagai pelarut dalam tubuh, bahan baku berbagai proses di dalam tubuh, dan
sebagai keperluan sehari-hari. Jika tidak ada air tumbuhan akan layu bahkan akan mati jika
kekurangan air. Apabila perairan kemasukan bahan-bahan pencemar, maka perairan tersebut
akan tercemar.

Pencemaran air merupakan pencemaran yang diakibatkan oleh limbah domestik, limbah
industri, limbah pertanian, dan limbah peternakan. Sampai-sampai penebangan hutan untuk
dijadikan lahan pertanian akan menyebabkan meningkatnya erosi tanah dan sedimentasi.
Hal tersebut akan berakibat terhadap penurunan kualitas air sungai. Selain akan
meningkatnya kandungan zat padat tersuspensi (suspended solid) dalam air sungai sebagai
akibat dari sedimentasi, juga akan diikuti oleh meningkatnya kesuburan air dengan
meningkatnya kandungan hara dan aspek-aspek kimia seperti Oksigen terlarut,
Karbondioksida (CO2) dan juga Nitrogen pada sungai.

Berikut ini akan diuraikan pengaruh manusia dalam perusakan lingkungan, khususnya
tentang pencemaran air.
2.2. Jenis Zat – Zat Berbahaya Yang Dapat Terkandung Atau Mencemari Air

PARAMETER

1. FISIKA
1.1. Temperatur

Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti


intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan
oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu pola
temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor
yang di akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal
dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya
perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari secara langsung

Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan


gangguan kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai
dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah,
akibat yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan terhadap infeksi
fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya
suhu rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu
rendah menyebabkan menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung
sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan
oksigen
1.2. Residu Terlarut

Total padatan terlarut (TDS) adalah semua bahan dalam contoh air yang lolos
melalui saringan membran yang berpori 2,0 m atau lebih kecil dan dipanaskan
180°C selama 1 jam. Total dissolved solids yang terkandung di dalam air
biasanya berkisar antara 20 sampai 1000 mg/L. Tidak seperti pengukuran total
solids yang dikeringkan dengan suhu 103 sampai 105°C, analisis total
dissolved solidsmenggunakan suhu 180°C. Digunakan suhu yang lebih tinggi
agar air yang tersumbat dapat dihilangkan secara mekanis.

Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah limpahan dari


pertanian,limbah rumah tangga, dan industri. Unsur kimia yang paling umum
adalah kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium dan klorida.Bahan kimia dapat
berupa kation, anion, molekul atau aglomerasi dari ribuan molekul.Kandungan
TDS yang berbahaya adalah pestisida yang timbul dari aliran permukaan.
Beberapa padatan total terlarut alami berasal dari pelapukan dan pelarutan batu
dan tanah. Standar kualitas air minum yang telah ditentukan oleh Amerika
Serikat sebesar 500 mg / l.
1.3. Residu Tersuspensi

zat padat tersuspensi (TSS) adalah residu dari padatan total yang tertahan oleh
saringan dengan ukuran partikel maksimal 2,0 m atau lebih besar dari ukuran
partikel koloid. Total suspended solids dapat berupa komponen hidup (biotik)
seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati
(abiotik) seperti detritus dan partikel-partikel anorganik. Zat padat tersuspensi
merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi kimia yang heterogen, dan
berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan dapat
menghalangikemampuan produksi zat organik di suatu perairan.Penetrasi
cahaya matahari ke permukaan dan bagian yang lebih dalam tidak berlangsung
efektif akibat terhalang oleh zat padat tersuspensi, sehingga fotosintesis tidak
berlangsung sempurna.

TSS berhubungan erat dengan erosi tanah dan erosi dari saluran sungai.TSS
sangat bervariasi, mulai kurang dari 5 mg.L-1 yang yang paling ekstrem 30.000
mg.L-1 di beberapa sungai.TSS tidak hanya menjadi ukuran penting erosi di
alur sungai, juga berhubungan erat dengan transportasi melalui sistem sungai
nutrisi (terutama fosfor), logam, dan berbagai bahan kimia industri dan
pertanian.
2. Kimia Anorganik
2.1. PH

pH adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah contoh cairan.
Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar persediaan air
memiliki pH antara 7,0-8,2 namun beberapa air memiliki pH di bawah 6,5 atau
diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada umumnya mempunyai
konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat menimbulkan
noda alkali dan meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan yang
keras.

pH merupakan suatu parameter penting untuk menentukan kadar asam/basa


dalam air. Penentuan pH merupakan tes yang paling penting dan paling sering
digunakan pada kimia air. pH digunakan pada penentuan alkalinitas, CO2,
serta dalam kesetimbangan asam basa. Pada temperatur yang diberikan,
intensitas asam atau karakter dasar suatu larutan diindikasikan oleh pH dan
aktivitas ion hidrogen. Perubahan pH air dapat menyebabkan berubahnya bau,
rasa, dan warna. Pada proses pengolahan air seperti koagulasi, desinfeksi, dan
pelunakan air, nilai pH harus dijaga sampai rentang dimana organisme
partikulat terlibat.

Asam dan basa pada dasarnya dibedakan dari rasanya kemudian dari efek yang
ditimbulkan pada indikator. Reaksi netralisasi dari asam dan basa selalu
menghasilkan air. Ion H+ dan OH– selalu berada pada keseimbangan kimiawi
yang dinamis dengan H2O berdasarkan reaksi.

H2O ↔ H+ + OH–

Ion hidrogen bersifat asam. Keberadaan ion hidrogen menggambarkan nilai


pH derajat keasaman yang dinyatakan dengan persamaan

pH = – log [H+]
Konsentrasi ion hidrogen dalam air murni yang netral adalah 10-7 g/l. Nilai
disosiasi (Kw) pada suhu 25oC sebesar 10-14 seperti yang ditunjukkan pada
persamaan.

[H+] + [OH–] = Kw

Skala pH berkisar antara 0 – 14. Klasifikasi nilai pH adalah sebagai berikut :

pH = 7 menunjukkan keadaan netral

0 < pH < 7 menunjukkan keadaan asam

7 < pH < 14 menunjukkan keadaan basa (alkalis)

Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa, untuk mencegah terjadinya


pelarutan logam berat dan korosi jaringan distribusi air minum. pH standar
untuk air minum sebesar 6,5 – 8,5. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali,
maka dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai elemen
kimia yang dilaluinya.

Pengukuran pH dapat dilakukan menggunakan kertas lakmus, kertas pH


universal, larutan indikator universal (metode Colorimeter) dan pHmeter
(metode Elektroda Potensiometri). Pengukuran pH penting untuk mengetahui
keadaan larutan sehingga dapat diketahui kecenderungan reaksi kimia yang
terjadi serta pengendapan materi yang menyangkut reaksi asam basa.

Elektroda hidrogen merupakan absolut standard dalam penghitungan pH.


Karena elektroda hidrogen mengalami kerumitan dalam penggunaannya,
ditemukanlah elektroda yang dapat dibuat dari gelas yang memberikan
potensial yang berhubungan dengan aktivitas ion hidrogen tanpa gangguan
dari ion-ion lain. Penggunaannya menjadi metode standard dari pengukuran
pH.
Pengukuran pH diatas 10 dan pada temperatur tinggi sebaiknya menggunakan
elektroda gelas spesial. Alat-alat yang digunakan pada umumnya distandarisasi
dengan larutan buffer, dimana nilai pH nya diketahui dan lebih baik digunakan
larutan buffer dengan pH 1 – 2 unit yang mendekati nilai pH contoh air.

Mackereth et al. (1989) dalam Effendi, 2003 berpendapat bahwa pH juga


berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH,
semakin tinggi pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida
bebas. Larutan yang bersifat asam (pH rendah) bersifat korosif. pH juga
mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia. Toksisitas logam
memperlihatkan peningkatan pada pH rendah (Novotny dan Olem, 1994 dalam
Effendi 2003).

2.2. BOD

Biochemical Oxygen Demand (BOD)

BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang


menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik
dalamkondisi aerobik.

Selain itu BOD juga merupakan sebagai suatu ukuran jumlah oksigenyang
digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai
respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari pengertian-
pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah
oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai

gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang


ada di perairan.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air
buangan dan untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis. Adanya
bahan organik yang cukup tinggi (ditunjukkan dengan nilai BOD dan COD)
menyebabkan mikroba menjadi aktif dan menguraikan bahan organik tersebut
secara biologis menjadi senyawa asam-asam organik.

Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air


buangan penduduk atau industri, dan untuk mendisain sistem-sistem
pengolahan biologis bagi air yang tercermar tersebut. Penguraian zat organik
adalah peristiwa alamiah; kalau sesuatu badan air dicemari oleh zat organik,
bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut, dalam air selama proses oksidasi
tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan
menjadi anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air.Pemeriksaan

BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air,
dan proses tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerob.

Apabila di dalam perairan banyak mengandung sampah organik, jumlah


oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk memecah sampah
tersebut akan besar, dan ini berarti angka BOD-nya tinggi. Angka BOD tinggi
berarti angka DO rendah. Dengan banyak oksigen yang digunakan untuk
memecah sampah maka kadar oksigen yang terlarut dalam air akan menurun,
demikian pula untuk angka COD. Perairan yang mempunyai BOD tinggi
umumnya akan menimbulkan bau tidak sedap, sebab apabila BOD tinggi
berarti DO rendah dan berarti pula pemecahan sampah organik akan
berlangsung anaerob (tanpa oksigen). Air yang bersih adalah yang B.O.D nya
kurang dari 1 mg/l atau 1ppm, jika B.O.D nya di atas 4 ppm, air dikatakan
tercemar.
2.3. COD

Chemical Oxygen Demand (COD)

COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigenyang diperlukan


untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air Chemical
oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) merupakan
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat- zat organik yang ada
dalam sampel air atau banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat- zat organik menjadi CO2 dan H2O.

COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi


senyawa organik dalam air, sehingga parameter COD mencerminkan
banyaknya senyawa organik yang dioksidasi secara kimia. Tes COD
digunakan untuk menghitung kadar bahan organik yang dapat dioksidasi
dengan cara menggunakan bahan kimia oksidator kuat dalam media asam.

Air yang telah tercemar limbah organik sebelum reaksi berwarna kuning dan
setelah reaksi oksidasi berubah menjadi warna hijau. Jumlah oksigen yang
diperlukan untuk reaksi oksidasi terhadap limbah organik seimbang dengan
jumlahkalium dikromat yang digunakan pada reaksi oksidasi.
2.4. DO

Oksigen terlarut (DO)

Oksigen sangat penting karena dibutuhkanolehorganisme perairan. Kebutuhan


akan oksigen terlarut bagi jenis dan stadium (fase) kehidupan ikan berbeda-
beda. Demikian pula dalam lingkungan yang sama,kebutuhan akan oksigen
berbeda-beda tergantung pada jenis ikannya. Pada umumnya kebutuhan akan
oksigen pada stadium dini lebih tinggi daripada stadium yang lanjut. Batas-
batas kritis bagi ikan sangat tergantung pada aklimatisasi dan faktor-faktor
lingkungan lainnya.

Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik


untuk proses pembakaran dalam tubuh. Beberapa bakteri dan binatang dapat
hidup tanpa O2 (anaerobik) sama sekali; lainnya dapat hidup dalam keadaan
anaerobik hanya sebentar, tetapi memerlukan penyediaan O2 yang berlimpah
setiap saat. Kebanyakan dapat hidup dalam keadaankandungan O2 yang
rendah sekali, tapi tak dapat hidup tanpa O2 sama sekali.

Keadaan oksigen dalam air sangat mempengaruhi kehidupan organisme, baik


secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan keadaan oksigen dalam
air sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah suhu.

Oksigen terlarut dalam air diperoleh dari:

1. Langsung dari udara.

Penyerapan oksigen dari udara dapat dengan melalui dua cara yaitu:

Dengan difusi langsung dari atmosfir (udara),


Dengan melalui pergerakan air yang teratur seperti gerakan gelombang, air
terjun dan perputaran (rotasi) air.

2. Hasil fotosintesis dari tanaman berklorofil.

Aktivitas tanaman berklorofil melepaskano oksigen langsung ke dalam air


melalui fotosintesis).

2.5. Total Fosfat sebagai P

Fosfor berupa fosfat yang diserap tanaman untuk sintesis senyawa organik.
Humus dan partikel tanah mengikat fosfat, jadi daur fosfat dikatakan daur
lokal. Phospat atau fosfat adalah sebuah ion poliatomik atau radikal terdiri dari
satu atom fosforus dan empat oksigen. Dalam bentuk ionik, fosfat membawa
sebuah -3 muatan formal, dan dinotasikan PO43-. Fosfat merupakan satu -
satunya bahan galian (diluar air) yang mempunyai siklus, unsur fosfor di alam
diserap oleh mahluk hidup, senyawa fosfat pada jaringan mahluk hidup yang
telah mati terurai, kemudian terakumulasi dan terendapkan di lautan. fosfor (P)
merupakan unsur hara (nutrisi) yang diperlukan oleh flora (tumbuhan laut)
untuk

Fosfor atau dalam ilmu kimia disimbolkan dengan huruf (P) ialah unsur hara
(nutrisi) yang diperlukan oleh flora (tumbuhan laut) untuk pertumbuhan dan
perkembangan hidupnya. Unsur tersebut ada dalam bentuk (PO4). Fosfat
adalah unsur dalam suatu batuan beku (apatit) atau sedimen dengan kandungan
fosfor ekonomis. Kadang kadang, endapan fosfat berasosiasi dengan batuan
beku alkali kompleks, terutama karbonit kompleks dan sienit. Fosfor berperan
dalam transfer energi di dalam sel, misalnya yang terdapat pada ATP
(Adenosine Triphospate) dan ADP (Adenosine Diphosphate

Fosfor dapat juga diartikan sebagai bahan makanan utama yang digunakan
oleh semua organisme untuk pertumbuhan dan sumber energi. Fosfor di dalam
air laut, berada dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Senyawa
anorganik fosfat dalam air laut pada umumnya berada dalam bentuk ion (orto)
asam fosfat (H3PO4), dimana 10% sebagai ion fosfat dan 90% dalam bentuk
HPO42-. Fosfat merupakan unsur yang penting dalam pembentukan protein
dan membantu proses metabolisme sel suatu organisme.

Fosfor dapat berpendar karena mengalami fosforesens, unsur kimia yang


memiliki lambang P dengan nomor atom 15. Fosfor berupa nonlogam,
bervalensi banyak, termasuk golongan nitrogen, banyak ditemui dalam batuan
fosfat anorganik dan dalam semua sel hidup tetapi tidak pernah ditemui dalam
bentuk unsur bebasnya. Fosfor amatlah reaktif, memancarkan pendar cahaya
yang lemah ketika bergabung dengan oksigen, ditemukan dalam berbagai
bentuk, Fosfor berupa berbagai jenis senyawa logam transisi atau senyawa
tanah langka seperti zink sulfida (ZnS) yang ditambah tembaga atau perak, dan
zink silikat (Zn2SiO4) yang dicampur dengan mangan. Unsur kimia fosforus
dapat mengeluarkan cahaya dalam keadaan tertentu, tetapi fenomena ini bukan
fosforesens, melainkan kemiluminesens. Fosfor merupakan unsur penting
dalam makhluk hidup.

2.6. NO3 sebagai N

Senyawa N ( Nitrogen ) di alam terdapat dalam berbagai bentuk, yaitu N


organik, N ammonia, N-NO3, N-NO2, dan gas N2. Bentuk – bentuk senyawa
Nitrogen tersebut dipengaruhi oleh pH dan kondisi aerob – anaerob. Senyawa
Nitrogen merupakan nutrien yang menjadi unsur utama dalam pertumbuhan
dan reproduksi tanaman dan hewan, termasuk hewan dan tumbuhan air yang
memperoleh unsur Nitrogen dari lingkungan air di sekitarnya.

Unsur N merupakan unsur utama dari protein, klorofil, dan banyak materi
biologis yang lain. Senyawa N dapat diuraikan menjadi senyawa yang lebih
sederhana melalui proses dekomposisi bakteri. Senyawa sederhana tadi adalah
ammonia ( NH3 ) yang merupakan bentuk sederhana dari asam amino derivat
dari senyawa protein. Jika di dalamnya terdapat oksigen maka ammonia ( NH3
) dioksidasi menjadi nitrit ( NO2- ) dan dioksidasi lagi menjadi nitrat ( NO3- ).
Jadi nitrat pada bahasan kita kali ini berasal dari beberapa proses yang
panjang.

Telah disebutkan di atas bahwa nitrat ( NO3- ) berasal dari oksidasi senyawa
Nitrogen. Oksidasi ini dapat berlangsung dengan bantuan bakteri tanah.
Bakteri tanah ini masuk atau terbawa ke badan air tanah oleh proses perkolasi
air. Sedangkan untuk air permukaan, bakteri tanah yang membantu proses
oksidasi senyawa N menjadi nitrat tadi, berasal dari limpasan permukaan yang
membawa serta lapisan tanah yang mengandung humus.

Nitrat ( NO3 ) merupakan bentuk inorganik dari derivat senyawa Nitrogen.


Senyawa nitrat ini biasanya digunakan oleh tanaman hijau untuk proses
fotosintesis. Sedangkan kaitan hal tersebut dengan pencemaran terhadap badan
air, nitrat pada konsentrasi tinggi bersama – sama dengan phosphor akan
menyebabkan algae blooming sehingga menyebabkan air menjadi berwarna
hijau ( green-colored water ) dan penyebab eutrofikasi.

Telah disebutkan bahwa Nitrogen adalah unsur utama protein, sehingga nitrat
( NO3 ) sebagai derivat Nitrogen juga sebagai unsur penting dalam protein.
Dalam halini nitrat sangat dibutuhkan untuk sintesa protein hewan dan
tumbuhan. Adapun sumber nitrat yang mencemari badan air bermacam –
macam, yaitu berasal dari industri bahan peledak, industri pupuk, dll.

2.7. NH3-N

Ammonia merupakan perombakan senyawa nitrogen oleh organisme renik


yang dilakukan pada perairan anaerob atau kandungan oksigen terlarut dalam
air kurang. Di dalam air ammonia mempunyai dua bentuk senyawa yaitu
senyawa ammonia bukan ion (NH3) dan berupa ion amonium (NH4+).
Dalam kaitannya dengan usaha pembenihan ikan laut, NH3 akan dapat
meracuni ikan sedangkan NH4+ tidak berbahaya kecuali dalam konsentrasi
sangat tinggi. Konsentrasi NH3 yang tinggi biasanya terjadi setelah
fitoplankton mati kemudian diikuti dengan penurunan pH air disebabkan
konsentarsi CO2 meningkat.
Batas pengaruh yang mematikan ikan apabila konsentarsi NH3 pada perairan
tidak lebih dari 1 ppm karena dapat menghambat daya serap hemoglobin darah
terhadap oksigen dan ikan akan mati kartena sesak napas.
Perombakan senyawa nitrogen pada perairan aerob akan menghasilkan
senyawa nitrat yang dapat diserap oleh organisme nabati sampai menjadi
senyawa organik berupa protein.

2.8. ARSEN

Arsen adalah unsur metalloid dalam tabel periodik. Unsur ini tidak berbau dan
berasa. Unsur ini memasuki pasokan air minum dari endapan alam di bumi
atau dari pertanian dan industri.

Arsen digunakan sebagai pengawet kayu, cat, pewarna, logam, obat-obatan,


sabun, dan semi-konduktor. Aplikasi pertanian, pertambangan, dan peleburan
juga berkontribusi terhadap lepasnya arsenik ke lingkungan.

Beberapa orang yang minum air mengandung arsenik jauh melebihi dari
Maximum Contaminant Level (MCL) selama bertahun-tahun bisa mengalami
kerusakan kulit atau masalah dengan sistem peredaran darah mereka, dan
mungkin memiliki peningkatan risiko terkena kanker.

Berdasarkan peraturan menteri kesehatan nomor 492/Menkes/Per/IV/2010


tentang persyaratan kualitas air minum, arsen termasuk parameter yang
berhubungan langsung dengan kesehatan. Kadar maksimun arsen yang
diperbolehkan adalah 0,01 mg/l.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan


Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran air Kelas satu yaitu air yang
peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
kadar maksimum arsen yang diperbolehkan adalah 0,05 mg/l.
Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun
2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut kadar maksimun arsen yang
diperbolehkan adalah 0,012 mg/l.

Analisa arsen di air dan air limbah menggunakan SNI 19-6989.54-2005 yaitu
cara uji kadar arsen (As) dengan spektrofotometer serapan atom (SSA) secara
tungku karbon. Ruang lingkup metode ini untuk kadar 5,0 µg/l – 100,0 µg/l.
Prinsip metode ini adalah contoh uji air dan air limbahn ditambahkan asam
nitrat kemudian dilanjutkan dengan pemanasan yang bertujuan untuk
melarutkan analit arsen dan menghilangkan zat-zat pengganggu, selanjutnya
diukur serapannya dengan SSA tungku karbon dengan gas argon sebagai gas
pembawa.

2.9. KOBALT

Kobalt mempunyai kenampakan yang hampir sama dengan besi, tetapi


cenderung ke warna merah muda. Seperti besi dan nikel, kobalt bersifat
magnetik. Kobalt larut secara pelahan dalam larutan asam klorida dan asam
sulfat encer yang hangat, namun larut cepat dalam larutan encer asam nitrat
panas. Seperti juga pada besi dan nikel, kobalt menjadi pasif bila dimasukkan
ke dalam larutan asam nitrat pekat. Kobalt tidak teroksidasi bila terkena udara,
tetapi kobalt yang membara dapat mereduksi hidrogen dari uap air
menghasilkan gas hidrogen. Halogen, kecuali fluor, dapt bereaksi dengan
kobalt menghasilkan kobalt(II). Bila kobalt dipanaskan bersama-sama dengan

fluor akan dihasilkan kobalt(II) fluorida Co .


Kecendrungan penurunan kestabilan terjadi menurut deretan Ti, V, Cr, Mn,
dan Fe, serta Co. Tingkat oksidasi tertinggi kobalt adalah IV, namun hanya
sedikit senyawaan seperti itu yang dikenal. Kobalt(III) relatif tidak stabil
dalam senyawaan sederhana, namun kompleks spin rendah sangat stabil,
khususnya bila terdapat atom-atom donor (misalnya N) yang memberikan
sumbangan besar pada medan ligan.
Di alam, ligan selalu terdapat bersama-sama dengan Ni dan As. Sumber utama
kobalt adalah speisses, yang merupakan sisa dalam peleburan bijih arsen dari
Ni, Cu, dan Pb. Paduan kobalt dengan logam besi serta sejumlah kecil logam
lainnya dapat digunakan sebgai bahan untuk membuat alat pemotong dan
opersai. Magnet yang permanen terbuat dari paduan Alnico (Al; Ni; Co; dan
Fe), Hiperco (Co; Fe; dan Cr), dan vicalloy (Co; Fe; dan V). Serbuk halus
kobalt dapat digunakan sebagai katalis pada reaksi hidrogenasi karbon
monoksida dan karbon dioksida dengan hasil akhir hidrokarbon, serta untuk
oksidasi amonia.

2.10. BARIUM

Barium adalah logam putih keperakan yang dapat ditemukan di lingkungan, di


mana itu ada secara alami. Ini terjadi dikombinasikan dengan bahan kimia lain,
seperti belerang, karbon atau oksigen.

sangat ringan dan densitas adalah setengah dari besi. Barium mengoksidasi di
udara, bereaksi vigoroulsy dengan air untuk membentuk hidroksida,
membebaskan hidrogen. Barium bereaksi dengan hampir semua non-logam,
membentuk senyawa sering poisouning.

Jumlah barium yang terdeteksi dalam makanan dan air biasanya tidak cukup
tinggi untuk menjadi perhatian kesehatan.
Orang-orang dengan risiko terbesar paparan barium dengan efek kesehatan
tambahan adalah mereka yang bekerja di industri barium. Sebagian besar
risiko kesehatan yang mereka dapat menjalani disebabkan oleh menghirup
udara yang mengandung barium sulfat atau barium karbonat.

Banyak situs limbah berbahaya mengandung jumlah tertentu barium. Orang


yang tinggal di dekat mereka dapat terkena tingkat berbahaya. Eksposur akan
dibandingkan disebabkan oleh menghirup debu, makan tanah atau tanaman,
atau air yang tercemar dengan barium minum. Kontak kulit juga dapat terjadi.

Efek kesehatan dari barium tergantung pada air kelarutan senyawa. Senyawa
barium yang larut dalam air bisa berbahaya bagi kesehatan manusia.
Penyerapan dalam jumlah yang sangat besar barium yang larut dalam air dapat
menyebabkan kelumpuhan dan dalam beberapa kasus bahkan kematian.

Sejumlah kecil barium yang larut dalam air dapat menyebabkan seseorang
mengalami kesulitan bernapas, tekanan darah meningkat, perubahan irama
jantung, iritasi lambung, kelemahan otot, perubahan refleks saraf,
pembengkakan otak dan hati, ginjal dan kerusakan hati.

Barium belum terbukti menyebabkan kanker dengan manusia. Tidak ada bukti
bahwa barium dapat menyebabkan infertilitas atau cacat lahir.

Beberapa senyawa barium yang dilepaskan selama proses industri larut dalam
air dan ditemukan di danau, sungai, dan sungai. Karena mereka air kelarutan
senyawa barium ini dapat menyebar melalui jarak yang jauh. Ketika ikan dan
organisme air lainnya menyerap senyawa barium, barium akan terakumulasi
dalam tubuh mereka.

Karena bentuk garam larut dengan komponen umum lainnya dari lingkungan,
seperti karbonat dan sulfat, barium tidak bergerak dan menimbulkan sedikit
risiko.

Senyawa barium yang gigih biasanya tetap berada di permukaan tanah, atau
dalam sedimen tanah air. Barium ditemukan di sebagian besar tanah tanah
pada tingkat rendah. Tingkat ini mungkin lebih tinggi di lokasi limbah
berbahaya.

2.11. BORON

Boron merupakan unsur non-logam dan merupakan satu-satunya non-logam


dari kelompok 13 tabel periodik unsur.

Boron berada dalam kondisi kekurangan elektron karena memiliki p-orbital


kosong.
Unsur ini memiliki beberapa bentuk, dengan yang paling umum adalah boron
amorf berwujud bubuk gelap, tidak reaktif terhadap oksigen, air, asam dan
basa.

Boron bereaksi dengan logam untuk membentuk borida.

Pada suhu kamar, boron adalah konduktor listrik yang buruk tetapi merupakan
konduktor yang baik pada suhu tinggi.

Senyawa paling ekonomis dan penting dari boron adalah natrium tetraborat
dekahidrat Na2B4O7 · 10H2O, atau boraks.

Boraks digunakan untuk isolasi fiberglass dan pemutih natrium perborate.


Asam borat merupakan senyawa penting yang digunakan dalam produk tekstil.

Senyawa boron digunakan dalam sintesis organik, dalam pembuatan suatu


jenis kaca, dan sebagai pengawet ka Filamen boron digunakan untuk struktur
kedirgantaraan canggih karena kekuatan tinggi dan bobotnya yang ringan.

Awal penggunaan boraks adalah sebagai membuat perborate, agen pemutih


yang dulu banyak digunakan dalam deterjen rumah tangga.

Boron juga kadang disalahgunakan dan digunakan sebagai pengawet makanan


seperti ikan dan daging.

Di alam, boron tidak hadir dalam bentuk unsur mandiri. Boron ditemukan
bersenyawa menjadi boraks, asam borat, kernite, ulexite, colemanite dan borat.
Mata air vulkanik kadang mengandung asam borat.

Manusia dapat terpapar boron melalui buah dan sayuran, air, udara, dan
produk konsumen lain.

Ketika manusia mengkonsumsi sejumlah besar boron yang terkandung dalam


makanan, konsentrasi boron dalam tubuh akan naik sehingga memicu masalah
kesehatan.
Boron dapat menginfeksi lambung, hati, ginjal, dan otak, serta dalam kasus
parah akhirnya menyebabkan kematian.

Ketika tubuh terpapar sejumlah kecil boron, iritasi hidung, tenggorokan, atau
mata mungkin terjadi.

Dibutuhkan 5 gram asam borat untuk membuat seseorang sakit dan 20 gram
atau lebih untuk membahayakan jiwa.

Makan ikan atau daging tidak akan meningkatkan konsentrasi boron dalam
tubuh karena boron tidak menumpuk di dalam jaringan hewan.

Boron terlepas ke lingkungan terutama akibat pelapukan senyawa boron.

Manusia menambahkan jumlah boron ke lingkungan melalui pabrik


pembuatan kaca, pembakaran batubara, peleburan tembaga, dan melalui pupuk
pertanian.

Eksposur boron melalui udara dan air minum memiliki kemungkinan sangat
kecil, tetapi resiko paparan debu borat dari tempat kerja amat dimungkinkan.

Tanaman menyerap boron dari tanah. Hewan yang memakan tanaman tersebut
juga akan mengasup boron.

Untungnya, jaringan hewan diketahui tidak mengakumulasi boron karena


langsung dikeluarkan oleh sistem tubuh.

Namun, ketika hewan menyerap sejumlah besar boron dalam periode panjang,
organ reproduksi jantan mungkin akan terpengaruh.

Hewan betina yang sedang hamil mungkin juga akan melahirkan anak cacat
atau tidak berkembang sempurna saat terpapar boron dalam jumlah besar dan
waktu lama.
2.12. SELENIUM

Selenium memiliki sifat fotovoltaik dan fotokonduktif yang baik, dan


digunakan secara luas dalam aplikasi elektronik, seperti fotosel, lightmeter,
dan sel surya.

Penggunaan terbesar kedua selenium adalah pada industri kaca. Selenium


digunakan untuk menghilangkan warna kaca, serta untuk memberikan warna
merah pada kaca dan enamel.

Penggunaan ketiga adalah dalam bentuk sodium selenite yang digunakan


untuk pakan ternak dan suplemen makanan.

Selenium juga dapat ditemukan dalam mesin fotokopi dan dalam toning foto.

Penggunaan artistik selenium adalah untuk mengintensifkan dan memperluas


jangkauan tonal gambar fotografi hitam dan putih.

Kegunaan lain selenium bisa ditemukan dalam paduan logam seperti plat
timbal yang digunakan dalam baterai dan pada rectifier untuk mengubah arus
AC menjadi arus DC.

Selenium juga digunakan untuk meningkatkan ketahanan abrasi pada karet


vulkanisir serta ditambahkan ke dalam shampoo anti-ketombe.

Perilaku selenium dalam lingkungan sangat tergantung pada interaksinya


dengan senyawa lain dan kondisi lingkungan di lokasi tertentu pada waktu
tertentu.

Terdapat bukti selenium dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh organisme


yang disalurkan melalui rantai makanan.

Karena bisa terkaumulasi dalam air permukaan, konsentrasi selenium


cenderung sangat tinggi dalam organisme akuatik.

Ketika hewan menyerap atau menghimpun konsentrasi sangat tinggi selenium,


kondisi ini bisa memicu kegagalan reproduksi dan cacat lahir.
2.13. KADMIUM

Dalam strata lingkungan, Cd dan persenyawaanya ditemukan di


banyak lapisan lingkungan. Seperti pada daerah-daerah penimbunan samapah,
aliran air hujan, dan air buangan. Dari hasil penelitian di perairan teluk New York (
1979)menunjukkan bahwa sumber Cd dalam badan perairan yang dikontribusi
dari air limbah industri sangat sedikit yaitu 0,6 % dari total kadungan Cd yang
ada.Sedangkan jumlah paling besar dikotribusi oleh limbah padat 82 % (Muller et
al,1979).Seperti halnya merkuri dan logam-logam berat lainnya, logam
Cdmembawa sifat racun yang sangat merugikan bagi semua organisme. Dalam
badan perairan, kelarutan Cd dalam konsentrasi tertentu dapat membunuh biota
perairan.Biota-biota yang tergolong bangsa Crustacea akan mengalami
kematian dalamselang waktu 24-504 jam bila dalam badan perairan dimana biota ini
hidup terlarut logam atau persenyawaan Cd pada rentang konsentrasi 0,005-0,15 ppm.
Untuk biota-biota yang tergolong dalam bangsa insekta akan mengalami
kematian dalam selang waktu 24 - c672 jam bila ditemukan dalam badan perairan dimana
biota tersebut hidup dalam kadar 0,003-18 ppm. Untuk biota-biota perairan
yang tergolong ke dalam keluarga oligochaeta akan mengalami kematian
dalam selang waktu 24-96 jam pada kadar 0,0028-4,6 ppm. Untuk biota
perairan tawar yang lebih besar seperti nekton akan mengalami kematian pada
kadar 1,092-1,104 ppm dalam waktu 96 jam (Murphy, 1974).

Pencemaran pada ekosistem perairan akan menyebabkan


terganggunyastabilitas ekosistem air beruapa kematian biota ataupun
meningkatnya konsentrasiCd yang dapat dideteksi secara kimia sampai secara fisika.
Logam Cd akanmengalami proses biotransformasi dan bioakumulasi dalam
tubuh organismhidup. Logam Cd akan masuk ke dalam tubuh bersama makanan yang
berasal dari perairan yang terkontaminasi Cd dan dikonsumsi. Dalam tubuh
biota perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami
peningkatan denganadanya proses biomagnifikasi di badan peraira, yang
kadarnya semakin tinggisejalan dengan tingginya tingkat konsumen; pada
biota yang staratanya lebihtinggi akan ditemukan akumulasi Cd yang lebih
banyak, begitupun sebaliknya.Bila jumlah Cd yang masuk tersebut telah
melebihi nilai ambang, makan biota dari suatu strata tersebut akan mengalami
kematian dengan mekanisme biotransformasi melalui gut wall (celah dinding
sel atau kulit). Jenis makanan yang dimakan oleh organism strata I dari suatu
sistem rantai makanan akanmempengaruhi jumlah Cd dalam jaringan
tubuhnya.

Pada invertebrata yangmemakan tanaman , jumlah ppm Cd yang akan


termakan bersama bahanmakanan lebih sedikit dari pada yang termakan oleh
invertebrate pemakansampah atau kotoran.

2.14. KHROM (VI)

Kromium adalah logam berkilau, getas dan keras, serta berwarna perak abu-
abu.

Ketika dipanaskan, kromium membentuk oksida kromat hijau. Logam ini tidak
stabil pada oksigen dan segera menghasilkan lapisan oksida tipis.

Kromium ditambang sebagai bijih kromit (FeCr2O4). Penambangan bijih


kromium antara lain terdapat di Afrika Selatan, Zimbabwe, Finlandia, India,
Kazakihstan, dan Filipina.

Penggunaan utama kromium adalah sebagai paduan logam seperti pada


stainless steel, chrome plating, dan keramik logam.

Chrome plating pernah digunakan untuk memberikan lapisan keperakan


seperti cermin pada baja.

Kromium digunakan dalam metalurgi sebagai anti korosi dan pemberi kesan
mengkilap.
Selain itu, logam ini juga digunakan pada pewarna dan cat, untuk
memproduksi batu rubi sintetis, dan sebagai katalis dalam pencelupan dan
penyamakan kulit.

Kromium (IV) oksida (CrO2) digunakan untuk pembuatan pita magnetik.

Jenis kromium yang berbeda memiliki dampak lingkungan yang berbeda pula.

Kromium memasuki udara, air, dan tanah dalam bentuk kromium (III) dan
kromium (VI) akibat proses alam dan aktivitas manusia.

Kegiatan manusia yang meningkatkan konsentrasi kromium (III) diantaranya


adalah dari industri baja, kulit, dan tekstil.

Kegiatan utama manusia yang meningkatkan konsentrasi kromium (VI) adalah


industri kimia, kulit, tekstil, dan electro painting.

Sebagian besar kromium di udara akhirnya akan mengendap dan berakhir di


perairan atau tanah.

Kromium (III) merupakan elemen penting untuk organisme yang dapat


mengganggu metabolisme gula dan menyebabkan masalah jantung ketika
terjadi defisiensi.

Di sisi lain, kromium (VI) umumnya bersifat racun bagi organisme dan dapat
mengubah materi genetik yang memicu kanker.

Kromium diketahui tidak terakumulasi dalam tubuh ikan, tetapi konsentrasi


tinggi kromium karena pembuangan limbah dapat merusak insang ikan.

2.15. TEMBAGA

Tembaga merupakan logam kemerahan dengan struktur kristal kubus.

Tembaga memantulkan sinar merah dan oranye dan menyerap frekuensi lain
dalam spektrum cahaya terlihat.
Logam ini mudah ditempa, ulet, dan merupakan konduktor panas dan listrik
yang baik. Tembaga lebih lunak dari seng, dapat dipoles, dan memiliki
reaktivitas kimia rendah.

Dalam udara lembab, tembaga perlahan-lahan membentuk selaput permukaan


kehijauan yang disebut patina. Lapisan ini melindungi dari serangan korosi
lebih lanjut.

Tembaga merupakan unsur yang banyak terdapat di alam. Manusia tercatat


juga banyak menggunakan tembaga.

Tembaga memasuki udara terutama melalui proses pembakaran bahan bakar


fosil. Logam ini akan terus berada di udara hingga kemudian mengendap ke
tanah melalui hujan.

Manusia juga turut menyebarkan tembaga ke lingkungan melalui aktivitas


pertambangan, produksi logam, produksi kayu, dan produksi pupuk fosfat.

Selain karena aktivitas manusia, tembaga juga dilepaskan ke lingkungan akibat


peristiwa alami, seperti akibat pelapukan tanaman dan kebakaran hutan.

Sebagian besar senyawa tembaga akan menetap dan terikat di tanah atau
terserap dalam sumber air yang bisa menimbulkan ancaman kesehatan.

Produksi tembaga dunia diperkirakan sebesar 12 juta ton per tahun serta 2 juta
ton tembaga diklaim merupakan hasil daur ulang.

Penambangan besar tembaga dilakukan di beberapa negara seperti Chile,


Indonesia, Amerika Serikat, Australia, dan Kanada.

Bijih utama tembaga disebut sebagai kalkopirit (CuFeS2).


Tingginya tingkat cemaran Cu akan berdampak negatif terhadap manusia,
yaitu dapat menimbulkan keracunan. Gejala yang timbul pada keracunan Cu
akut adalah mual, muntah- muntah, menceret, sakit perut hebat, dan hemolisis
darah. Pencemaran logam Cu pada bahan pangan pada awalnya terjadi karena
penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan. Meskipun demikian,
pengaruh proses pengolahan akan dapat mempengaruhi status keberadaan
tersebut dalam bahan pangan.

Dampak kandungan logam berat memang sangat berbahaya bagi kesehatan.


Namun, kita dapat mencegahnya dengan meningkatkan kesadaran untuk ikut
serta melestarikan sumber daya hayati serta menjaga kesehatan. Salah satu
cara sederhana untuk menjaga kesehatan adalah dengan mendeteksi kondisi air
yang kita gunakan sehari-hari, terutama kebutuhan untuk minum. Jika kondisi
air sudah terdeteksi, maka akumulasi logam berat dalam tubuh dapat dicegah
2.16. BESI

Besi di alam dapat ditemui dalam bentuk pyrite (FeS2), hematite (Fe2O3),
magnetite (Fe3O4), limonite [FeO(OH)], goethite (HFeO2), dan ochre
[Fe(OH)3] (Cole, 1988 dan Moore, 1991). Senyawa besi pada umumnya sukar
larut dan cukup banyak terdapat di dalam tanah. Kadang-kadang besi juga
terdapat sebagai senyawa siderite (FeCO3) yang bersifat mudah larut dalam air
(Cole, 1988 dalam Effendi, 2003).

Pada perairan alami dengan pH sekitar 7 dan kadar oksigen terlarut yang
cukup, ion ferro yang bersifat mudah larut, dioksidasi menjadi ion ferri. Pada
oksidasi ini terjadi pelepasan elektron. Sebaliknya, pada reduksi ferri menjadi
ferro, terjadi penangkapan elektron. Proses oksidasi dan reduksi besi tidak
melibatkan oksigen dan hidrogen (Eckenfelder, 1989; Mackereth et al., 1989
dalam Effendi, 2003). Reaksi oksidasi ion ferro menjadi ion ferri ditunjukkan
dalam persamaan

Fe2+ → Fe3+ + e–

Proses oksidasi dan reduksi besi melibatkan bakteri sebagai mediator. Bakteri
kemosintesis Thiobacillus dan Ferrobacillus memiliki sistem enzim yang dapat
mentransfer elektron dari ion ferro ke oksigen, menghasilkan ion ferri, air, dan
energi bebas untuk sintesis bahan organik dari karbondioksida. Bakteri
kemosintesis bekerja optimum pada pH rendah (sekitar 5). Metabolisme
bakteri Desulfovibrio menghasilkan H2SO4 yang dapat melarutkan besi (Cole,
1988 dalam Effendi, 2003).

Pada pH sekitar 7,5 – 7,7 ion ferri mengalami oksidasi dan berikatan dengan
hidroksida membentuk Fe(OH)3 yang bersifat tidak larut dan mengendap
(presipitasi) di dasar perairan, membentuk warna kemerahan pada substrat
dasar. Oleh karena itu, besi hanya ditemukan pada perairan yang berada dalam
kondisi anaerob (anoksik) dan suasana asam (Cole, 1988 dalam Effendi,
2003).
Pada perairan alami, besi berikatan dengan anion membentuk senyawa FeCl2,
Fe(HCO3), dan FeSO4. Pada perairan yang diperuntukkan bagi keperluan
domestik, pengendapan ion ferri dapat mengakibatkan warna kemerahan pada
porselin, bak mandi, pipa air, dan pakaian. Kelarutan besi meningkat dengan
menurunnya pH.

Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe yang lebih besar dari 1 mg/l,
tetapi dalam air tanah, kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Pada air yang tidak
mengandung oksigen, seperti air tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang cukup
padat terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan terjadi aerasi, Fe2+
teroksidasi menjadi Fe3+ yang sulit larut pada pH 6 sampai 8 (kelarutan hanya
di bawah beberapa µg/l), bahkan dapat menjadi ferihidroksida Fe(OH)3 atau
salah satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan bisa mengendap. Dalam
air sungai, besi berada sebagai Fe2+, Fe3+ terlarut, dan Fe3+ dalam bentuk
senyawa organis berupa koloidal. Besi merupakan sumber makanan utama
bagi bakteri besi (crentothrix, leptothrix, dan gallionella) yang dapat
menimbulkan bau, bentuknya kotor, dan memiliki rasa yang aneh.

Besi termasuk unsur yang penting bagi makhluk hidup. Pada tumbuhan, besi
berperan sebagai penyusun sitokrom dan klorofil. Kadar besi yang berlebihan
dapat menimbulkan warna merah, menimbulkan karat pada peralatan logam,
serta dapat memudarkan bahan celupan (dyes) dan tekstil. Pada tumbuhan,
besi berperan dalam sistem enzim dan transfer elektron pada proses
fotosintesis. Besi banyak digunakan dalam kegiatan pertambangan, industri
kimia, bahan celupan, tekstil, penyulingan, minyak, dan sebagainya
(Eckenfelder, 1989 dalam Effendi, 2003). Pada air minum, Fe dapat
menimbulkan rasa, warna (kuning), pengendapan pada dinding pipa,
pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan.

Besi dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan haemoglobin. Banyaknya Fe


di dalam tubuh dikendalikan pada fase absorbsi. Tubuh manusia tidak dapat
mengekskresikan Fe. Oleh karena itu, manusia yang sering mendapat transfusi
darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Sekalipun Fe
diperlukan oleh tubuh, dalam dosis besar dapat merusak dinding usus dan
dapat menyebabkan kematian. Debu Fe juga dapat diakumulasi di dalam
alveoli dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru.

Metode fenantroline dapat digunakan untuk mengukur kandungan besi di


dalam air, kecuali terdapat fosfat atau logam berat yang mengganggu. Metode
ini dilakukan berdasarkan kemampuan 1,10-phenantroline untuk membentuk
ion kompleks setelah berikatan dengan Fe2+. Warna yang dihasilkan sesuai
dengan hukum Beer dan dapat diukur secara visual menggunakan
spektrofotometer.

2.17. TIMBAL

Timbal atau dikenal sebagai logam Pb dalam susunan unsur merupakan logam
berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam
dalam jumlah kecil melalui proses alami termasuk letusan gunung berapi dan
proses geokimia. Pb merupakan logam lunak yang berwarna kebiru-biruan
atau abu-abu keperakan dengan titik leleh pada 327,5 ºC dan titik didih 1.740
ºC pada tekanan atmosfer. Timbal mempunyai nomor atom terbesar dari
semua unsur yang stabil, yaitu 82. Namun logam ini sangat beracun. Seperti
halnya merkuri yang juga merupakan logam berat. Timbal adalah logam yang
yang dapat merusak sistem syaraf jika terakumulasi dalam jaringan halus dan
tulang untuk waktu yang lama. Timbal terdapat dalam beberapa isotop: 204Pb
(1.4%), 206Pb (24.1%), 207Pb (22.1%), and 208Pb (52.4%). 206Pb, 207Pb
and 208Pb kesemuanya adalah radiogenic dan merupakan produk akhir dari
pemutusan rantai kompleks. Logam ini sangat resistan (tahan) terhadap korosi,
oleh karena itu seringkali dicampur dengan cairan yang bersifat korosif
(seperti asam sulfat).

Timbal, terdapat dalam air dengan bilangan oksidasi Pb2+, dan dikeluarkan
oleh sejumlah industri dan pertambangan. Timbal yang berasal dari bahan
bakar bertimbal merupakan sumber utama dari timbal di atmosfer dan daratan
yang kemudian dapat masuk di perairan alami. Timbal yang berasal dari
batuan kapur merupakan sumber timbal dari perairan alami (Rukaesih, 2004).
Timbal dapat masuk dalam ke perairan melalui pengkristalan di udara yang
merupakan pembakaran hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor
dengan bantuan hujan. Dapat pula sebagai akibat proses korosifikasi bahan
mineral akibat hempasan dan angin. Timbal (Pb) yang masuk kedalam bahan
perairan sebagai dampak aktifitas manusia, di antaranya dalam air buangan
(limbah) industri yang berkaitan dengan timbal (Pb) yang jatuh pada jalur-jalur
perairan seperti anak sungai dan terbawa menuju laut.

2.18. MANGAN

Mangan (Mn), metal kelabu-kemerahan, merupakan kation logam yang


memiliki karakteristik kimia serupa dengan besi. Mangan berada dalam bentuk
manganous (Mn2+) dan manganik (Mn4+). Di dalam tanah, Mn4+ berada dalam
bentuk senyawa mangan dioksida yang sangat tak terlarut di dalam air dan
mengandung karbondioksida. Pada kondisi reduksi (anaerob) akibat
dekomposisi bahan organik dengan kadar yang tinggi, Mn4+ pada senyawa
mangan dioksida mengalami reduksi menjadi Mn2+ yang bersifat larut. Mn2+
berikatan dengan nitrat, sulfat, dan klorida serta larut dalam air. Mangan dan
besi valensi dua hanya terdapat pada perairan yang memiliki kondisi anaerob
(Cole, 1988 dalam Effendi, 2003). Jika perairan mendapat cukup aerasi, Mn2+
mengalami reoksidasi membentuk Mn4+ yang selanjutnya mengalami
presipitasi dan mengendap di dasar perairan (Moore, 1991 dalam Effendi,
2003).

Mangan biasanya muncul dalam air sumur sebagai Mn(HCO3)2, MnCl2, atau
MnSO4. Mangan juga dapat ditemukan di dasar reservoir dimana terjadi
kondisi anaerob akibat terjadinya proses dekomposisi. Kenaikan pH menjadi 9
– 10 dapat menyebabkan Mg berpresipitasi dalam bentuk yang tidak terlarut.

Konsentrasi mangan dalam suatu contoh air biasanya mencapai beberapa


miligram per liter, oleh karena itu digunakan metode kolorimetri. Metode ini
dilakukan berdasarkan oksidasi mangan dari kondisi rendah ke Mn(VII) yang
membentuk ion permanganat berwarna tinggi. Warna yang dihasilkan
sebanding dengan konsentrasi mangan dan dapat diukur secara visual atau
fotometrik.

Metode persulfat sesuai untuk penyelidikan mangan secara berkala karena


pre-treatment contoh air tidak diperlukan untuk mencegah interferensi klorida.
Ammonium persulfat biasa digunakan sebagai agen pengoksidasi. Interferensi
klorida dapat dicegah dengan penambahan Hg2+ untuk membentuk kompleks
HgCl2 karena konstanta stabilitas HgCl2 sebesar 1,7×1013 dan konsentrasi ion
klorida menurun sampai level bawah sehingga tidak dapat mereduksi ion
permanganat sesuai reaksi (2.11). Ag+ berfungsi sebagai katalis untuk
mengoksidasi mangan dengan valensi yang lebih rendah.

2.19. AIR RAKSA

Kadar merkuri yang tinggi pada perairan umumnya diakibatkan oleh buangan
industri (industrial wastes) dan akibat sampingan dari penggunaan senyawa-
senyawa merkuri di bidang pertanian. Merkuri dapat berada dalam bentuk
metal, senyawa-senyawa anorganik dan senyawa organic. Terdapatnya
merkuri di perairan dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu pertama oleh kegiatan
perindustrian seperti pabrik cat,kertas, peralatan listrik, chlorine dan coustic
soda; kedua oleh alam itu sendiri melalui proses pelapukan batuan dan
peletusan gunung berapi. Namun pencemaran merkuri yang disebabkan
kegiatan alam pengaruhnya terhadap biologi maupun ekologi tidak significant.
Di antara beberapa sumber polutan yang menyebabkan penimbunan merkuri
dilingkungan laut, yang terpenting adalah industri penambangan logam,
industri biji besi, termasuk metal plating, industry yang memproduksi bahan
kimia, baik organic maupun anorganik, dan offshore dumping sampah
domestik, lumpur dan lain-lain.

Telah lama diketahui bahwa merkuri dan turunannya sangat beracun, sehingga
kehadirannya di lingkungan perairan dapat mengakibatkan kerugian pada
manusia karena sifatnya yang mudah larut dan terikat dalam jaringan tubuh
organisme air. Selain itu pencemaran perairan oleh merkuri mempunyai
pengaruh terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya yang
stabil dalam sendimen, kelarutannya yang rendah dalam air dan
kemudahannya diserap dan terkumpul dalam jaringan tubuh organisme air,
baik melalui proses bioaccumulation maupun biomagnifications yaitu melalui
food chain.

Dikatakan pula bahwa fluktuasi merkuri di lingkungan laut, terutama di daerah


estuarin dan daerah pantai ditentukan oleh proses precification,
sedimentation, flocculation dan reaksi adsorpsi desorpsi. Akumulasi merkuri
di dalam tubuh hewan air, yaitu phytoplankton (Chlorella sp), Mussel (genus
Vivipare) dan ikan herbivoreGyrinocheilus aymonieri (fam. Gyrinochelidae)
karena up take rate merkuri olehorganisme air lebih cepat dibandingkan proses
eksresi.

Merkuri di alam umumnya terdapatsebagai methyl merkuri (CH3-Hg), yaitu


bentuk senyawa organic dengan daya racuntinggi dan sukar terurai
dibandingkan zat asalnya. FAO (1971) mengemukakan bahwamerkuri yang
dapat diakumulasi adalah merkuri yang berbentuk methyl merkuri, yangmana
dapat diakumulasi oleh ikan atau shellfish, dan juga merupakan racun
bagimanusia.

Proses methylasi terpengaruh dengan adanya dominasi unsur sulfur (S),


yaitupada keadaan anaerob dan redokpotensial yang rendah. Faktor-faktor
yang sangatberpengaruh di dalam pembentukan methyl merkuri antara lain
:suhu, kadar ion Cl-,kandungan organic, derajad keasaman (pH), dan kadar
merkuri

Beberapa kemungkinan bentuk merkuri yang masuk ke dalam lingkungan


perairan alam,yaitu :

a) Sebagai inorganic merkuri, melalui hujan, run-off ataupun aliran sungai.


Unsur ini bersifat stabil terutama pada keadaan pH rendah.

b) Dalam bentuk organic merkuri, yaitu phenyl merkuri (C6 H5-Hg),


methyl merkuri(CH3-Hg) dan alkoxyalkyl merkuri atau methyoxy-ethyl
merkuri (CH3O-CH2-CH2-Hg+). Organik merkuri yang terdapat di perairan
alam dapat berasal dari kegiatan pertanian (pestisida).
c) Terikat dalam bentuk suspended solid sebagai Hg2+2 (ion merkuro),
mempunyai sifat reduksi yang baik.

d) Sebagai metalik merkuri (Hgo), melalui kegiatan perindustrian dan


manufaktur. Unsur ini memiliki sifat reduksi yang tinggi, berbentuk cair pada
temperatur ruang dan mudah menguap.

Transfer dan transformasi merkuri dapat dilakukan oleh phytoplankton dan


bakteri, disebabkan kedua organisme tersebut relatif mendominasi suatu
perairan, dan juga oleh sea grasse. Bakteri dapat merubah merkuri menjadi
methyl merkuri, dan membebaskan merkuri dari sendimen. Dalam kegiatannya
bakteri membutuhkan bahan organic atau komponen-komponen karbon,
nitrogen dan posphat sebagai makanannya.

Sea grasess system mendominasi penyerapan merkuri darisendimen dan dari


air laut. Pada proses tersebut merkuri yang bebas dari sendimen dengan jalan
lain dapat kembali ke dalam jaring makanan melalui akarnya. Methyl merkuri
yang terbentuk dalam sediman bersifat tidak stabil,sehingga mudah dilepaskan
ke dalam perairan yang kemudian diakumulasi oleh hewan maupun timbuh-
tumbuhan air. Karena sifatnya yang sangat beracun, maka U.S. Food and
Administration (FDA) menentukan pembakuan atau Nilai Ambang Batas
(NAB) kadar merkuri yang ada dalam jaringan tubuh badan air, yaitu sebesar
0,005 ppm. Nilai Ambang Batas yaitu suatu keadaan dimana suatu larutan
kimia, dalam hal ini merkuri dianggap belum membahayakan bagi kesehatan
manusia. Bila dalam air atau makanan, kadar merkuri sudah melampaui NAB,
maka air maupun makanan yang diperoleh dari tempat tertentu harus
dinyatakan berbahaya. NAB air yang mengandung merkuri total 0,002 ppm
baik digunakan untuk perikanan.

Pencemaran perairan oleh merkuri akibat kegiatan alam mempunyai


kisaranantara 0,00001 sampai 0,0028 ppm, kecuali pada beberapa tempat
seperti sungai-sungaidi Itali dimana terdapat sumber endapan logam merkuri
alamiah, kadarnya dapatmencapai 136 pph.
2.20. SENG

Seng merupakan logam putih kebiruan berkilau dan berada dalam kelompok
IIb tabel periodik.

Seng bersifat getas pada suhu normal, tetapi berubah menjadi ulet dan bisa
ditempa ketika dipanaskan antara 110 °C hingga 150 °C.

Unsur ini merupakan logam cukup reaktif yang akan bereaksi dengan oksigen
dan non-logam, serta bereaksi dengan asam encer untuk melepaskan hidrogen.

Seng merupakan unsur umum di alam dengan sejumlah makanan mengandung


konsentrasi tertentu seng.

Air minum juga mengandung sejumlah seng, yang mungkin akan semakin
tinggi bila disimpan dalam wadah logam.

Limbah industri berpotensi menyebabkan peningkatan jumlah seng dalam air


minum sehingga memicu masalah kesehatan.

Seng terjadi secara alami di udara, air dan tanah, tetapi peningkatan
konsentrasi seng umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia.

Sebagian seng ditambahkan ke alam selama kegiatan industri, seperti


pertambangan, pembakaran batu bara, dan pengolahan baja.

Seng merupakan unsur ke-23 paling melimpah di kerak bumi. Bijih utama
seng dikenal sebagai sfalerit. Bijih seng lainnya adalah wurzite, smithsonite,
dan hemimorphite.

Daerah pertambangan utama berada di Kanada, Rusia, Australia, Amerika


Serikat, dan Peru.

Lebih dari 30% kebutuhan seng dunia dipenuhi oleh seng daur ulang.
2.21. KHLORIDA

Klorida terdapat di alam dengan konsentrasi yang beragam. Kadar klorida


umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar mineral. Kadar
klorida yang tinggi, yang diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium yang juga
tinggi, dapat meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini mengakibatkan
terjadinya perkaratan peralatan logam. Kadar klorida > 250 mg/l dapat
memberikan rasa asin pada air karena nilai tersebut merupakan batas klorida
untuk suplai air, yaitu sebesar 250 mg/l (Rump dan Krist, 1992 dalam Effendi,
2003). Perairan yang diperuntukkan bagi keperulan domestik, termasuk air
minum, pertanian, dan industri, sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil
dari 100 mg/liter (Sawyer dan McCarty, 1978). Keberadaan klorida di dalam
air menunjukkan bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran atau
mendapatkan rembesan dari air laut.Klorida tidak bersifat toksik bagi makhluk
hidup, bahkan berperan dalam pengaturan tekanan osmotik sel. Klorida tidak
memiliki efek fisiologis yang merugikan, tetapi seperti amonia dan nitrat,
kenaikan akan terjadi secara tiba-tiba di atas baku mutu sehingga dapat
menyebabkan polusi. Toleransi klorida untuk manusia bervariasi berdasarkan
iklim, penggunaannya, dan klorida yang hilang melalui respirasi. Klorida
dapat menimbulkan gangguan pada jantung/ginjal.Selain bereaksi dengan air,
klorin juga bereaksi dengan senyawa nitrogen membentuk mono-amines, di-
amines, tri-amines, N-kloramines, N-kloramides, dan senyawa nitrogen berklor
lainnya. Monokloramines (NH2Cl) adalah bentuk senyawa klor dan nitrogen
yang utama di perairan. Senyawa ini bersifat stabil dan biasanya ditemukan
beberapa hari setelah penambahan klorin. Klor yang berikatan dengan
senyawa kimia lain dikenal sebagai klorin terikat, sedangkan klorin bebas
adalah ion klorida dan ion hipoklorit yang tidak berikatan dengan senyawa
lainnya.Penentuan jumlah klorin di perairan diperlukan dalam proses
pengolahan air baku untuk keperluan domestik dan pengolahan limbah cair
yang menggunakan klorin sebagai desinfektan, untuk mengetahui kadar klorin
yang tersisa di perairan.
2.22. SIANIDA

Sianida di alam terdapat sebagai gas yang keluar dari dalam tanah dan mudah
larut dalam air. sianida merupakan kelompok senyawa anorganik dan organic
dengan siano (CN) sebagai struktur utama. Biasanya, senyawa ini dihasilkan
dalam pemprosesan logam. Sianida tersebar luas diperairan dan berada dalam
bentuk ion sianida (CN-), hydrogen sianida (HCN), dan metalosianida.
Keberadaan sianida sangat dipengaruhi oleh pH, suhu, oksigen terlarut,
salinitas, dan keberadaan ion lain. Sianida yang terdapat di perairan terutama
berasal dari limbah industri, misalnnya industri pelapisan logam,
pertambangan emas, pertambangan perak, industri pupuk, industri baja,
industri tapioca, batik, atau pestisida.
Sianida dapat menghambat pertukaran oksigen pada mahkluk hidup. Juga
bersifat toksik bagi ikan; kadar sianida 0,2 mg/l sudah mengakibatkan
toksisitas akut bagi ikan. Kadar sianida perairan yang dianjurkan sekitar 0,005
mg/l (Moore, 1991). Menurut WHO, kadar maksimal sianida yang
diperkenankan 0,1 mg/l (Moore,1991)
Sianida dalam bentuk ion mudah terserap dalam bahan-bahan yang
tersuspensi maupun oleh sedimen dasar. Sianida bersifat sangat reaktif, sianida
bebas menunjukan adanya kadar HCN dan CN-. Pada pH yang lebih kecil dari
8, sianida berada dalam bentuk HCN yang dianggap lebih toksik bagi
organisme akuatik daripada CN-. sianida yang berlebihan dalam air minum
dapat mengganggu metabolism oksigen dalam tubuh dan mengganggu fungsi
hati, serta pernafasan, dan menyebabkan kerusakan tulang (Moore, 1991).

2.23. FLUORIDA

Flur (F) merupakan salah satu unsure yang melimpah pada kerak bumi.
Unsure ini ditemukan dalam bentuk ion fluoride (F-). Sumber fluoride dialam
adalah fluorspar ( CaF2) , cryolite (Na3AIF6), dan flourapatite.keberadaan
fluoride juga berasal dari pembakaran batu bara. Fluoride banyak digunakan
dalam industri, besi baja, gelas, pelapisan logam, aluminium, dan pestisida
(Eckenfelder, 1989)
Perairan alami biasanya memiliki kadar fluoride kurang dari 0,2 Mg/l. pada air
tanah dalam, kadar fluorida mencapai 10mg/l, pada perairan laut sekitar
1,3mg/l, sedangkan pada brine mencapai 600mg/l ( McNeely al., 1979).
Peraian yang diperuntukan bagi air minum sebaiknya memiliki kadar fluoride
0,7-1,2 mg/l (Davis dan Cornwell, 1991). Untuk kepentingan pertanian, kadar
fluoride yang dianjurkan adalah 10-15mg/l.
Sejumlah kecil fluoride dalam air terbukti menguntungkan bagi pencegahan
kerusakan gigi, akan tetapi konsentrasi yang melebihi kisaran 1,7mg/l dapat
mengakibatkan pewarnaan pada enamel gigi yang dikenal dengan istila
mottling ( Davis dan Cornwell, 1991; Sawyer dan McCarty, 1978). Kadar yang
berlebihan juga dapat berimplikasi terhadap kerusakan pada tulang. Selama
proses pembentukan gigi pada bayi, fluoride bereaksi secara kimiawi dengan
enamel menghasilkan gigi yang keras dan kuat.

2.24. NITRIT SEBAGAI N

Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat


(nitrifikasi) dan antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) oleh karena
itu, nitrit bersifat tidak stabil dengan keberadaan oksigen. Kandungan nitrit
pada perairan alami mengandung nitrit sekitar 0.001 mg/L. kadar nitrit yang
lebih dari 0.06 mg/L adalah bersifat toksik bagi organisme perairan.
Keberadaan nitrit menggambarkan berlangsungnya proses biologis
perombakan bahan organik yang memiliki kadar oksigen terlarut yang rendah.
Nitrit yang dijumpai pada air minum dapat berasal dari bahan inhibitor korosi
yang dipakai di pabrik yang mendapatkan air dari sistem distribusi PDAM.
Nitrit juga bersifat racun karena dapat bereaksi dengan hemoglobin dalam
darah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen, disamping itu juga
nitrit membentuk nitrosamin (RRN-NO) pada air buangan tertentu dan dapat
menimbulkan kanker. Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik
alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah
atau air menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-
pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat.
Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka
nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam air bawah tanah
maupun air yang terdapat di permukaan. Pencemaran oleh pupuk nitrogen,
termasuk ammonia anhidrat seperti juga sampah organik hewan maupun
manusia, dapat meningkatkan kadar nitrat di dalam air. Senyawa yang
mengandung nitrat di dalam tanah biasanya larut dan dengan mudah
bermigrasi dengan air bawah tanah.

2.25. SULFAT

Klorida terdapat di alam dengan konsentrasi yang beragam. Kadar klorida


umumnya meningkat seiring dengan meningkatnya kadar mineral. Kadar
klorida yang tinggi, yang diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium yang juga
tinggi, dapat meningkatkan sifat korosivitas air. Hal ini mengakibatkan
terjadinya perkaratan peralatan logam. Kadar klorida > 250 mg/l dapat
memberikan rasa asin pada air karena nilai tersebut merupakan batas klorida
untuk suplai air, yaitu sebesar 250 mg/l (Rump dan Krist, 1992 dalam Effendi,
2003). Perairan yang diperuntukkan bagi keperulan domestik, termasuk air
minum, pertanian, dan industri, sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil
dari 100 mg/liter (Sawyer dan McCarty, 1978). Keberadaan klorida di dalam
air menunjukkan bahwa air tersebut telah mengalami pencemaran atau
mendapatkan rembesan dari air laut.Klorida tidak bersifat toksik bagi makhluk
hidup, bahkan berperan dalam pengaturan tekanan osmotik sel. Klorida tidak
memiliki efek fisiologis yang merugikan, tetapi seperti amonia dan nitrat,
kenaikan akan terjadi secara tiba-tiba di atas baku mutu sehingga dapat
menyebabkan polusi. Toleransi klorida untuk manusia bervariasi berdasarkan
iklim, penggunaannya, dan klorida yang hilang melalui respirasi. Klorida
dapat menimbulkan gangguan pada jantung/ginjal.Selain bereaksi dengan air,
klorin juga bereaksi dengan senyawa nitrogen membentuk mono-amines, di-
amines, tri-amines, N-kloramines, N-kloramides, dan senyawa nitrogen berklor
lainnya. Monokloramines (NH2Cl) adalah bentuk senyawa klor dan nitrogen
yang utama di perairan. Senyawa ini bersifat stabil dan biasanya ditemukan
beberapa hari setelah penambahan klorin. Klor yang berikatan dengan
senyawa kimia lain dikenal sebagai klorin terikat, sedangkan klorin bebas
adalah ion klorida dan ion hipoklorit yang tidak berikatan dengan senyawa
lainnya.Penentuan jumlah klorin di perairan diperlukan dalam proses
pengolahan air baku untuk keperluan domestik dan pengolahan limbah cair
yang menggunakan klorin sebagai desinfektan, untuk mengetahui kadar klorin
yang tersisa di perairan.Di perairan alami, nitrit (NO2) ditemukan dalam
jumlah yang sangat sedikit, lebih sedikit daripada nitrat, karena bersifat tidak
stabil dengan keberadaan oksigen. Nitrit merupakan bentuk peralihan
(intermediate) antara amonia dan nitrat (nitrifikasi) dan antara nitrat dengan
gas nitrogen (denitrifikasi) yang berlangsung pada kondisi anaerob. Proses
denitrifikasi ditunjukkan dalam persamaan reaksi (2.15) (Novotny dan Olem,
1994 dalam Effendi, 2003).

Ion sulfat (SO4) adalah anion utama yang terdapat di dalam air. Jumlah ion
sulfat yang berlebih dalam air minum menyebabkan terjadinya efek cuci perut
pada manusia. Sulfat mempunyai peranan penting dalam penyaluran air
maupun dalam penggunaan oleh umum.

Sulfat banyak ditemukan dalam bentuk SO42- dalam air alam. Kehadirannya
dibatasi sebesar 250 mg/l untuk air yang dikonsumsi oleh manusia. Sulfat
terdapat di air alami sebagai hasil pelumeran gypsum dan mineral lainnya.
Sulfat dapat juga berasal dari oksidasi terakhir sulfida, sulfit, dan thiosulfat
yang berasal dari bekas tambang batubara. Kehadiran sulfat dapat
menimbulkan masalah bau dan korosi pada pipa air buangan akibat reduksi
SO42- menjadi S– dalam kondisi anaerob dan bersama ion H+ membentuk H2S.

Dalam pipa, proses perubahan secara biologis terjadi selama transportasi air
buangan. Perubahan ini memerlukan O2. Apabila kandungan O2 tidak cukup
dari aerasi natural udara dalam pipa, terjadi reduksi sulfat dan terbentuk ion
sulfida. S– akan berubah menjadi H2S pada pH tertentu dan sebagian lepas ke
udara di atas air buangan. Bila pipa berventilasi baik dan dindingnya kering,
hal ini tidak akan menimbulkan masalah. Bila terjadi hal sebaliknya,
keseimbangan berkumpul pada dinding bagian atas pipa. H2S larut dalam air
sesuai dengan tekanan parsial udara dalam pipa dan bakteri akan mengoksidasi
H2S menjadi H2SO4, yang dapat merusak beton (dikenal dengan ”crown”
korosi).
2.26. KHLORIN BEBAS

Ditemukan pada tahun 1774 oleh Carl Wilhelm Scheele, dia keliru mengira
klorin mengandung oksigen.

Unsur ini mendapatkan namanya seperti sekarang pada tahun 1810 oleh
Humphry Davy.

Unsur kimia murni klorin berwujud gas diatomik berwarna hijau. Nama klorin
berasal dari kata latin chloros, yang berarti hijau, mengacu pada warna gas ini.

Gas klorin memiliki berat 2,5 kali udara, memiliki bau menyesakkan, serta
sangat beracun.

Dalam bentuk cair dan padat, klorin merupakan oksidator kuat, pemutih, dan
agen disinfektan kuat.

Elemen ini merupakan bagian dari seri halogen pembentuk garam yang bisa
diekstrak dari klorida melalui oksidasi dan elektrolisis.

Di alam, klorin banyak ditemukan bersenyawa dengan unsur natrium


membentuk garam dapur (NaCl), serta ditemukan dalam karnalit dan silvit.

Klorida membentuk banyak garam terlarut dalam lautan dengan sekitar 1,9%
dari massa air laut adalah ion klorida.

Jumlah klorida dalam tanah bervariasi tergantung dari jaraknya dengan laut.
Rata-rata klorida di tanah bagian atas adalah sekitar 10 ppm.

Tanaman juga mengandung sejumlah klorin yang terkonsentrasi dalam


kloroplas.

2.27. BELERENG SEBAGAI H2S

Asam belerang atau hidrogen sulfida (us) merupakan gas beracun yang dapat
larut dalam air. Pada tambak, akumulasinya ditandai dengan endapan lumput
hitam berbau khas seperti telur busuk atau belerang sumber utamanya adalah
hasil dekomposisi sisa-sisa plankton, kotoran biota budidaya, sisa pakan dan
bahan organik lainnya. Bahan organik selain dapat menghasilkan amonia juga
memproduksi asam belerang. Selain itu, air laut yang banyak mengandung
S04’2 di daerah bertanah asam juga memproduksi H2S Persentase H2S pada
pH 7,0 dan suhu 26 drjajata celcius mencapai 49,7% sedangkan pada pH 9,0
dan suhu 30 derajata celcius hanya 0.9%.Dengan demikian, sebagaimana ianya
amonia, asam belerang dalam air terdapat pula dalam dua bentuk yang berada
dalam keseimbangan. Menunat Boyd (1982) bahwa daya racun H2S jauh
lebih besar dibandingkan dengan daya recus HS-, Kandungan H2S menurun
dengan meningkatnya pH sir.Daya racun akatn belerang tergantung pada
euhu. oksigen, dan pH. Pada nilai pH di atas 9, hampir seluruh aksm belerang
berdisesissi menjadi S2 dan H+ yang tidak beracun sebaliknya. bila pH turun
menjadi kurang dari 5,reaksi bergeser dan sebagian besar asam belerang
dalam bentuk baracun.

Biota air biasa keracunan (kehilangan keseimbangan) pada konsentrasi H2S


0,1-0,2 ppm dan pada konsentrasi 0,25 ppm kematian massal biasanya terjadi.
Di salah satu daerah tambak di Sulawesi Selatan, derajat sintasan atau
kelangsungan hidup (survival rate) udang windu dapat mencapai 90% bila
H2S tidak terdeteksi di dasar tambak Pada konsentrasi H2S 0,25 ppm di dasar
tambak derajat sintasan hanya mencapai 40% (Ahmad et al. 1998). Oleh
karena itu, konsentrasi asam belerang bagi ikan budi daya adalah kurang dari
0,1 ppm.

Pergantian air dan pengerukan tanah dasar waktu persiapan tambak adalah
cara yang baik untuk menghilangkan pengaruh H2S. Suasana aerob di dasar
tambak juga dapat mengurangi pengaruh Has Pada konsentrasi oksigen terlarut
tinggi. H2S dioksidasi menjadi H2SO. Aerasi sangat mem bantu terciptanya
suasana aerob di dasar tambak.
3. MIKROBIOLOGI
3.1. FECAL COLIFORM
Bakteri koliform total merupakan kumpulan mikroorganisme relatif tidak
berbahaya yang hidup dalam jumlah besar di usus manusia dan hewan yang
berdarah panas maupun dingin. Mereka membantu dalam pencernaan
makanan. Sebuah subkelompok yang spesifik dari jenis ini adalah bakteri
coliform fecal, anggota yang paling umum adalah Escherichia coli. Organisme
ini dapat dipisahkan dari kelompok coliform total dengan kemampuan mereka
untuk tumbuh pada suhu yang tinggi dan hanya berkaitan dengan bahan
kotoran hewan berdarah panas.

Keberadaan bakteri fecal coliform di lingkungan akuatik menunjukkan bahwa


air telah terkontaminasi dengan feces manusia atau hewan lain. Pada saat ini
terjadi air sumber mungkin telah terkontaminasi oleh patogen atau bakteri
yang menyebabkan penyakit atau virus yang juga bisa ada dalam feces.
Beberapa penyakit patogen ditularkan melalui air termasuk demam tipus, virus
dan bakteri gastroenteritis dan hepatitis A. Kehadiran kontaminasi tinja
merupakan indikator bahwa ada potensi resiko kesehatan bagi individu terkena
air ini. bakteri koliform tinja atau fekal mungkin terjadi dalam lingkungan air
sebagai akibat dari meluapnya air limbah domestik atau sumber nonpoint
(tanpa diketahui asalnya) dari limbah manusia dan hewan.

Fekal koliform, seperti bakteri lainnya, biasanya dapat dihambat


pertumbuhannya dengan air mendidih atau dengan memperlakukan dengan
klorin. Mencuci bersih dengan sabun setelah kontak dengan air yang tercemar
juga dapat membantu mencegah infeksi. Sarung tangan harus selalu dipakai
ketika melakukan tes coliform fecal.

Rekomendasi EPA dan untuk suplai air rumah tangga, untuk pengobatan,
jumlah koliform fekal kurang dari 2000 colonies/100 mL, dan untuk Standar
air minum kurang dari 1 koloni / 100 ml.
3.2. TOTAL COLIFORM

Jumlah Perkiraan Terdekat (JPT) bakteri Coliform/100 cc air digunakan


sebagai indikator kelompok mikrobiologis. Suatu bakteri dapat dijadikan
indikator bagi kelompok lain yang patogen didasarkan atas beberapa hal
sebagai berikut :

 Bakteri tersebut harus tidak patogen.


 Harus berada di air apabila kuman patogen juga ada atau mungkin sekali ada,
dan terdapat dalam jumlah yang jauh lebih besar.
 Jumlah kuman indikator harus dapat dikorelasikan dengan probabilitas adanya
kuman patogen.
 Mudah dan cepat dapat dikenali dengan cara laboratoris yang murah.

 Harus dapat dikuantifikasi dalam tes laboratoris.


 Tidak berkembang biak apabila kuman patogen tidak berkembang biak.
 Dapat bertahan lebih lama daripada kuman patogen di dalam dingkungan yang
tdak menguntungkan.

Namun demikian, terdapat berbagai kelemahan pada bakteri Coliform yang


mungkin sekali perlu diubah, antara lain sebagai berikut :

 Tidak sepenuhnya apatogen.


 Tidak semua bakteri Coliform berasal dari usus manusia, dapat berasal dari
hewan dan bahkan ada yang hidup bebas. Oleh karena itu terdapat tes lanjutan
yang bertujuan untuk memeriksa E. coli yang pasti berasal dari tinja.
 Tidak sepenuhnya dapat mewakili virus karena Coliform musnah lebih dahulu
oleh khlor sedangkan virus tidak. Kista amoeba dan telur cacing juga tahan
lebih lama di dalam saluran air bersih dibandingkan bakteri Coliform.
 Bakteri Coliform dapat berkembang biak dalam air walaupun secara terbatas.
4. RADIOAKTIVITAS
4.1. GROSS-A
Peluruhan Alfa ( α ) adalah bentuk radiasi partikel dengan kemampuan
mengionisasi
atom sangat tinggi dan daya tembusnya rendah. Pertikel alfa terdiri atas dua
buah proton dan dua buah netron yang terikat menjadi suatu atom dengan inti
yang sangat
stabil, dengan notasi atom atau . Partikel α diradiasikan oleh inti atom
radioaktif seperti
uranium atau radium dalam suatu proses yang disebut dengan peluruhan alfa.
Sering terjadi inti atom yang selesai meradiasikan partikel alfa akan berada
dalam eksitasi dan akan memancarkan sinar gamma untuk membuang energi
yang lebih. Setelah partikel alfa diradiasikan , massa inti atom akan turun kira-
kira sebesar 4 sma, karena kehilangan 4 partikel. Nomor atom akan berkurang
2, karena hilangnya 2 proton
sehingga akan terbentuk inti atom baru yang dinamakan inti anak. Pada
peluruhan α
berlaku :
1. hukum kekekalan nomor massa : nomor massa (A) berukuran 4 dan
2. hukum kekekalan nomor atom : nomor atom (Z) berkurang 2. Kecepatan
gerak partikel alfa berkisar antara 0,054 c hingga 0,07 c. Karena massa partikel
alfa cukup besar, yaitu 4 u, maka jangkauan partikel alfa sangat pendek.
Partikel alfa dengan energi paling tinggi, jangkauannya di udara hanya
beberapa cm.

Sedangkan dalam bahan hanya beberapa mikron. Partikel alfa yang


dipancarkan oleh sumber radioaktif memiliki energi tunggal (mono-energetic).
Bertambah tebalnya bahan hanya akan mengurangi energi partikel alfa yang
melintas, tetapi tidak megurangi jumlah partikel alfa itu sendiri. Pengujian
jejak partikel alfa dengan kamar kabut Wilson, menunjukkan bahwa sebagian
besar partikel alfa memiliki jangkauan yang sama di dalam gas dan bergerak
dengan jejak lurus. Namun, karena massa partikel yang tinggi sehingga
memiliki sedikit energi dan jarak yang rendah, partikel alfa dapat dihentikan
dengan selembar kertas (atau kulit).

4.2. GROSS-B
Peluruhan beta adalah jenis peluruhan radioaktif di mana partikel beta
(elektron atau positron) dipancarkan. Radiasi beta-
minus (β⁻)terdiri dari sebuah elektron yang penuh energi. radiasi ini
kurang terionisasi daripada alfa, tetapi lebih daripada sinar gamma. Elektron
seringkali dapat dihentikan dengan beberapa sentimeter logam. radiasi ini
terjadi ketika peluruhan neutron menjadi proton dalam nukleus, melepaskan
partikel beta dan sebuah antineutrino.
Radiasi beta plus (β+) adalah emisi positron. Jadi, tidak seperti β⁻, peluruhan
β+ tidak
dapat terjadi dalam isolasi, karena memerlukan energi, massa neutron lebih
besar
daripada massa proton. peluruhan β+ hanya dapat terjadi di dalam nukleus
ketika nilai
energi yang mengikat dari nukleus induk lebih kecil dari nukleus. Perbedaan
antara energi ini masuk ke dalam reaksi konversi proton menjadi
neutron,positron dan antineutrino, dan ke energi kinetik dari partikel-partikel.

5. KIMIA ORGANIK
5.1. MINYAK DAN LEMAK
Minyak mengandung senyawa volatil yang mudah menguap dan
mengandung sisa minyak yang tidak dapat menguap.
Karena minyak tidak dapat larut dalam air, maka sisa minyak akan
tetap mengapung di air, kecuali jika minyak tersebut terdampar ke
pantai atau tanah disekeliling sungai. Minyak yang menutupi
permukaan air akan menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam
air. Selain itu, lapisan minyak juga dapat mengurangi konsentrasi
oksigen terlarut dalam air karena fiksasi oksigen bebas menjadi
terhambat. Akibatnya, terjadi ketidakseimbangan rantai makanan di
dalam air (Nugroho, 2006).Kandungan minyak dan lemak yang
terdapat dalam limbah bersumber dari industri yang mengolah
bahan baku mengandung minyak bersumber dari proses klasifikasi
dan proses perebusan (Ginting, 2007).Minyak dan lemak
merupakan bahan organik bersifat tetap dan sukar diuraikan
bakteri. Limbah ini membuat lapisan pada permukaan air sehingga
membentuk selaput. Dalam limbah kelapa sawit kandungan minyak
5800 mg/l dalam.Karena berat jenisnya lebih kecil dari air maka
minyak tersebut berbentuk lapisan tipis di permukaan air dan
menutup permukaan yang mengakibatkan terbatasnya oksigen
masuk dalam air. Pada sebagian lain minyak ini membentuk
lumpur dan mengendap yang sulit diuraikan.

5.2. DETERGEN SEBAGAI MBAS


Salah satu cara pengolahan limbah deterjen dan air sabun yang diterapkan di
perusahaan produsen deterjen adalah dengan pembuatan bak pengumpulan air
limbah sisa deterjen. Di dalam bak pengumpulan limbah tersebut diletakkan
pompa celup yang harus terendam air untuk menghindari terbentuknya
gelembung/buih detrejen. Pompa celup ini berfungsi sebagai sirkulasi limbah.
Selanjutnya di luar bak penampungan dibuat bak kecil dan pompa dosing yang
berisi larutan anti deterjen, misalnya jika deterjen yang terbuang banyak
mengandung deterjen anionik, maka untuk menetralisir diberikan larutan
deterjen kationik sebagai anti deterjennya, demikian pula sebaliknya.
Kemudian larutan anti deterjen ini dimasukkan ke dalam bak penampungan
dan dilakukan proses penetralan. Pada proses penetralan, perlu ditentukan
kadar deterjen di dalam bak penampungan dengan analisis deterjen sistem
MBAS (Metilen Blue Active Surfactan) atau dengan sistem Titrasi Yamin
yang secara khusus untuk mengetahui kadar deterjen. Misalnya kadar deterjen
50 ppm dapat dilakukan uji coba dengan pemberian larutan anti deterjen
sebanyak 5 ml per menit dengan pompa dosing sampai kadar deterjen 0 ppm.
5.3. SENYAWA FENOL SEBAGAI FENOL

Limbah senyawa fenol dalam perairan dapat merugikan karena :


Menimbulkan keracunan pada ikan dan biota yang menjadi makanannya.
Menguras oksigen dalam air. Hal ini disebabkan penguraian senyawa-senyawa
fenol oleh mikro – organisme membutuhkan jumlah oksigen yang banyak.
Menimbulkan rasa tak sedap pada daging ikan.

Senyawa-senyawa fenol yang terdapat dalam air laut berasal dari limbah
rumah tangga, industri dan pertanian. Senyawa-senyawa fenol pada kadar yang
tinggi dapat bersifat toksik, tetapi masalah utama yang dapat ditimbulkan
adalah rasa dan bau. Air yang mengandung fenol = 0,001 ppm tidak
mempunyai rasa dan bau, tetapi fenol pada kadar tersebut sangat sukar untuk
dideteksi.

5.4. BHC

Heksaklorobenzen (HCB) merupakan fungisida yang pertama kali


diperkenalkan pada tahun 1945 untuk pemrosesan benih, terutama untuk benih
gandum. Aplikasi penggunaan HCB di pertanian yang paling utama adalah
untuk pemrosesan bibit supaya tidak terjadi pertumbuhan jamur. Namun saat
ini, fungsi ini tak lagi umum. Saat ini, kebanyakan HCB merupakan produk
samping dari beberapa proses kimia yang memproses tetraklorida,
perkloretilen, trikloroetilen, dan pentaklorobenzen, atau sebagai impuriti
(pengotor) dalam beberapa jenis pestisida seperti pentaklorofenol.

HCB memiliki sifat yang tidak mudah larut dalam air dan pelarut organic,
mudah menguap sehingga mudah menjadi bagian dalam udara, sangat tahan
terhadap degradasi dengan koefisien partisi yang cukup besar yaitu log
KOW=3.03 -6.42, dan mampu ter-bio-konsentrasi dalam lemak organisme.
HCB didistribusikan melalui lingkungan karena sifatnya yang mudah
berpindah dan tahan terhadap degradasi. Sebuah penelitian menyebutkan
bahwa paruh waktu HCB dalam tanah dari proses degradasi aerob dan anaerob
adalah sekitar 2.7 hingga 22.9 tahun. HCB dapat terakumulasi dalam tubuh
organisme karena sifat fisika-kimia dan kesulitannya untuk dieliminasi. HCB
dapat dideteksi dalam kadar rendah pada makanan dan udara. Namun pada
waktu tertentu, dan itu pun pada kadar yang sangat rendah yaitu di bawah 0,1
µg/liter, HCB dapat ditemukan di dalam persediaan air minum.

Dalam uji coba terhadap hewan (tikus), HCB telah terbukti bersifat
karsinogenik dan mampu menginduksi tumor di beberapa bagian organ dalam
tubuh tikus. Namun signifikannya perbedaan kadar antara uji coba dengan
kadar yang terdapat dalam lingkungan sangat berbeda secara signifikan,
sehingga dirasa tidak perlu dibuat pedoman untuk HCB dalam persediaan air
minum.

HCB telah dilarang di Austria, Belgia, Cheko, Denmark, Jerman, Hungaria,


Belanda, Liechtenstein, Panama, Swis, dan Turki, Amerika Serikat, dan Rusia.
Zat ini juga sudah mulai ditarik dari peredaran di Argentina, Norwegia, dan
Swedia. Adapun nama dagang yang sering digunakan adalah Amaticin,
Anticarie, Buntcure, Buntno-more, Co-op hexa, Granox, No bunt, Sanocide,
Smut-go, dan Sniecotox.

5.5. ALDRIN / DIELDRIN


Kondisi ini dapat bertahan selama beberapa minggu setelah terpapar,
tetapibelum terbukti permanen.
Dieldrin memiliki resiko 40 sampai 50 kali lebih beracun daripada DDT.
Dieldrin bisa mneyebakan pperubahan enzimatik ataupun hormonal pada ikan
yang bisa menyebakan gangguan kemampuan reproduksi.
Dieldrin sangat beracun bagi organism akuatik,dan dapat terakumulasi dalam
lingkungan terutama lemak hewan. Dieldrin mengikat kuat dalam partikel
tanah dan tidak mudah terurai. Dieldrin sedikit merembes ke air tanah.
Dieldrin yang sudah menguap dari atmosfir mungkin berjalan jauh sebelum
kembali disimpan ditempat lain. Oleh karenanya dieldrin digolongankan
sebagai” Polutan organic yang persisten”.

5.6. CHLORDANE
Terjadi biokumulasi pada organisme air yang dimakan manusia dan bersifat
carcinogenic.
Carcinogenic adalah Sebuah karsinogen adalah zat yang menyebabkan sel
normal berubah menjadi sel kanker, sehingga pertumbuhan sel yang tidak
terkendali. Sel-sel kanker dapat berkembang biak tak terkendali, membentuk
suatu massa dari jaringan yang disebut tumor.

5.7. DDT
Terjadi biokumulasi pada organisme air yang dimakan manusia dan bersifat
carcinogenic.
Carcinogenic adalah Sebuah karsinogen adalah zat yang menyebabkan sel
normal berubah menjadi sel kanker, sehingga pertumbuhan sel yang tidak
terkendali. Sel-sel kanker dapat berkembang biak tak terkendali, membentuk
suatu massa dari jaringan yang disebut tumor.

5.8. HEPTACHLOR DAN HEPTA CHLOR EPOXIDE


Heptachlor meskipun tidak menimbulkan keracunan akut tetapi terjadi
akumulasi dalam rantai makanan dan bersifat carcinogenic

5.9. LINDANE
Lindane adalah pencemar organik yang persisten : relatif berumur panjang di
lingkungan, itu diangkut jarak jauh oleh proses alam seperti distilasi dunia ,
dan dapat bioaccumulate dalam rantai makanan , meskipun dengan cepat
dihilangkan bila paparan dihentikan. Produksi dan pertanian penggunaan
lindane adalah penyebab utama pencemaran lingkungan, dan tingkat lindane di
lingkungan telah menurun di AS, konsisten dengan penurunan pola
penggunaan pertanian. Produksi lindane menghasilkan sejumlah besar limbah
hexachlorocyclohexane isomer, dan diperkirakan bahwa setiap ton lindane
diproduksi menghasilkan sekitar 9 ton limbah beracun. standar manufaktur
modern untuk lindane melibatkan pengobatan dan konversi isomer limbah
untuk molekul kurang beracun, proses yang dikenal sebagai retak.Ketika
lindane digunakan dalam pertanian, diperkirakan 12-30% dari itu volatilizes ke
atmosfer, di mana ia tunduk pada transportasi jarak jauh dan dapat disimpan
oleh hujan. Lindane dalam tanah dapat leach ke permukaan dan bahkan air
tanah, dan dapat bioaccumulate dalam rantai makanan. Namun,
biotransformasi dan eliminasi adalah relatif cepat bila paparan dihentikan.
Kebanyakan paparan dari populasi umum untuk lindane telah dihasilkan dari
lahan pertanian dan asupan makanan, seperti produk, daging dan susu, yang
dihasilkan dari komoditas pertanian diobati. Eksposur manusia telah menurun
secara signifikan sejak pembatalan lahan pertanian pada tahun 2006. Meski
begitu, CDC diterbitkan pada tahun 2005 Laporan Nasional Ketiga pada
Eksposur Manusia untuk Kimia Lingkungan, yang tidak menemukan
terdeteksi jumlah lindane dalam darah manusia yang diambil dari sampling
acak sekitar 5.000 orang di Amerika Serikat sebagai bagian dari studi
NHANES (National Health dan Gizi Survey Pemeriksaan di:
http://www.cdc.gov/nchs/nhanes/about_nhanes.htm). Kurangnya deteksi
lindane pada manusia "biomonitoring" Penelitian besar ini mungkin
mencerminkan lahan pertanian semakin terbatas Lindane selama dua dekade
terakhir. Pembatalan lahan pertanian di Amerika Serikat akan mengurangi
jumlah lindane diperkenalkan ke lingkungan dengan lebih dari 99%.

5.10. METHOXYCLOR

Ikan dan biota akuatik lainnya dapat mengalami efek buruk dari perairan yang
terkontaminasi pestisida. Aliran permukaan yang membawa pestisida hingga
sungai membawa dampak yang mematikan bagi kehidupan di perairan, dan
dapat membunuh ikan dalam jumlah besar. Penerapan herbisida di perairan
dapat membunuh ikan ketika tanaman yang mati membusuk dan proses
pembusukan tersebut mengambil banyak oksigen di dalam air, sehingga
membuat ikan kesulitan bernafas. Beberapa herbisida mengandung tembaga
sulfit yang beracun bagi ikan dan hewan air lainnya. Penerapan herbisida pada
perairan dapat mematikan tanaman air yang menjadi makanan dan penunjang
habitat ikan, menyebabkan berkurangnya populasi ikan.

Pestisida dapat terakumulasi di perairan dalam jangka panjang dan mampu


membunuh zooplankton, sumber makanan utama ikan kecil. Beberapa ikan
memakan serangga; kematian serangga akibat pestisida dapat menyebabkan
ikan kesulitan mendapatkan makanan.

Semakin cepat pestisida terurai di lingkungan, dampak dan bahayanya


semakin berkurang. Selain itu, telah diketahui bahwa insektisida secara umum
memiliki dampak yang lebih berbahaya bagi biota akuatik dibandingkan
herbisida dan fungisida.

5.11. ENDRIN
Bahan yang tumpah dibendung dengan bendungan di dasar penahan air
cekung, area penahan yang digali atau dalam palang kantong pasir.
Absorbsi dengan karbon aktif. Pindahkan bahan yang dibendung dengan
selang penghisap. Kumpulkan bahan yang tumpah menggunakan
peralatan mekanis. Jauhkan dari tempat persediaan air dan saluran
pembuangan air limbah.

5.12. TOXAPHAN
LC50 pada 96 jam berada pada kisaran 1-20 µg/l, toxaphene sangat beracun
untuk ikan.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Secara fisik hampir semua air yang terlihat bentuknya sama secara fisik, tetapi di dalam kita
tidak tahu zat apa saja yang terkandung didalamnya, entah zat itu baik untuk dikonsumsi atau
tidak, sedangkan ada beberapa zat yang baik dikonsumsi pun bila terlalu banyak dosisnya
akan berdamkpak tidak baik pula.
3.2. Saran
Sebelum menggunakan atau mengkonsumsi air tersebut kita harus memastikan air tersebut
layak atau tidak kandungannya untuk tubuh kita, dan salah satu caranya dapat kita lihat dari
asal sumber kita mendapatkan air tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

https://perikananachyou.wordpress.com/2016/04/03/parameter-kualitas-air-
secara-fisika-kimia-dan-biologi-di-perairan/

http://kana-hapaki.blogspot.co.id/2014/01/pemeriksaan-ts-tss-dan-tds.html

https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/parameter-fisika-kimia-
biologi-penentu-kualitas-air-2/

https://tambelatari.blogspot.co.id/2017/05/parameter-kimia-air-ph-do-co2-bod-
cod.html

http://sahryladam.blogspot.co.id/2013/05/kandungan-unsur-fosfat-dalam-air-
laut.html

http://driverhutapadang.blogspot.co.id/2013/02/nitrat-no3.html

https://nurulwahidadotme.wordpress.com/2013/01/08/58/

https://environmentalchemistry.wordpress.com/2012/10/14/arsen/
http://coretansowel.blogspot.co.id/2013/06/logam-kobalt-dan-nikel-kimia-
anorganik_26.html

http://kliksma.com/2015/04/pengertian-unsur-barium-dan-efeknya.html

https://www.amazine.co/25961/boron-b-fakta-sifat-kegunaan-efek-
kesehatannya/

https://www.scribd.com/doc/76878440/PENCEMARAN-AIR-OLEH-KADMIUM-CD-
EFEK-DAN-PENANGGULANGANNYA
http://pengolahanair-bersih.blogspot.co.id/2015/09/bahaya-pencemaran-air-
oleh-logam-berat.html
http://gracemustamu.blogspot.co.id/2013/07/pencemaran-timbal-pb.html

https://uwityangyoyo.wordpress.com/2012/06/12/dampak-pencemaran-
merkuri-terhadap-biota-air-dan-kesehatan-manusia/

http://atom-green.blogspot.co.id/2013/07/dampak-flourida-sianida-dan-
total.html
http://goelanzsaw.blogspot.co.id/2013/02/analisa-nitrit-dalam-air.html

http://www.agrotani.com/asam-belerang/

http://bangkoyoy.blogspot.co.id/2010/10/bakteri-koliform-fekal-fecal-
coliform.html

http://www.academia.edu/7737480/TEORI_DASAR_RADIOAKTIVITAS_LI
NGKUNGAN_DI_PSTNT_BATAN
http://platika-vet.blogspot.co.id/2011/06/pencemaran-limbah-detergent.html

https://masantos.wordpress.com/2007/02/28/kualitas-air-dalam-budidaya-laut/

http://rino14.blogspot.co.id/2011/03/air-minum-dan-kesehatan-manusia.html
http://citrayunita01.blogspot.co.id/2015/05/lindane.html
http://www.kelair.bppt.go.id/sib3pop/POPs/Toxaphene/toxaphene.htm

https://id.wikipedia.org/wiki/Dampak_lingkungan_dari_pestisida

Anda mungkin juga menyukai