Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI UMUM

KUALITAS AIR



Disusun oleh:
Kelompok 2
Pendidikan Biologi B
Anggota kelompok:
1. Ira Ari Nuraini (12030204024)
2. Tri Wahyuni (12030204026)
3. Nuril Hidayati (12030204044)
4. Al Widian Dinar (12030204046)



UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
2014
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekosistem adalah unit kesatuan dari ekologi yang didalamnya mempelajari
hubungan tentang timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Odum,
1993). Didalam ekosistem terdapatkomponen-komponen pembentuk ekosistem yaitu
komponen hidup (biotik) dan komponen tak hidup (abiotik) . Kedua komponen
tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang
teratur.
Salah satu komponen Abiotik dari ekosistem adalah air. Air merupakan
sumber daya alam yang sangat vital untuk kelangsungan hidup manusia dan
organisme hidup lainnya, oleh karena itu keberadaanya perlu dipertahankan, baik
secara kuantitas, kualitas maupun kontinuitasnya. Apabila pengelolaan dan
pemanfaatan air kurang baik dapat mengakibatkan pencemaran air. Pencemaran air
s endi r i adalah penambahan unsur atau organisme ke dalam air, sehingga
pemanfaatannya dapat terganggu. Pencemaran air dapat menyebabkan kerugian
ekonomi dan sosial, karena adanya gangguan oleh adanya zat-zat beracun atau muatan
bahan organik yang berlebih. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen terlarut
dalam air pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air. Rusaknya kadar
kimia air tersebut akan berpengaruh terhadap fungsi dari air. Besarnya beban
pencemaran yang ditampung oleh suatu perairan, dapat diperhitungkan
berdasarkan jumlah polutan yang berasal dari berbagai sumber aktifitas air buangan
dari proses-proses industri dan buangan domestik yang berasal dari penduduk.
Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan
mengamati beberapa parameter fi si ka dan kimia, sepeti suhu, kemasaman (pH),
oksigen terlarut (DissolvedOxygen=DO), kebutuhan oksigen biologis (Biological
Oxygen Demand = BOD), dan kadar CO
2
(Sitohang, 2006).
Dari latar belakang tersebut kami menguji pH, suhu, kadar DO, BOD, dan
CO
2
yang terkandung dalam air di sungai Fakultas Teknik UNESA untuk mengetahui
kualitas airnya.


B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dibuat rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana kualitas air danau UNESA menurut parameter kimia dan fisika?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mendeskripsikan kualitas air danau UNESA sesuai dengan parameter
kimia
2. Untuk mendeskripsikan kualitas air danau UNESA sesuai dengan parameter
fisika

D. Hipotesis
Berdasarkan tujuan di atas, dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
Ho = kualitas air danau UNESA menurut parameter fisika dan kimia sama-sama baik
Ha = kualitas air danau UNESA menurut parameter fisika lebih baik daripada kualitas
air menurut parameter kimia

BAB II
KAJIAN TEORI

Air merupakan tempat tinggal makhluk hidup seperti ikan dan beberapa organisme air
lainnya sehingga tanpa air tidak mungkin kehidupan organisme akan berlangsung. Namun,
sebagai media tempat tinggal makhluk hidup tentunya diperlukan air yang memiliki kualitas
baik dengan kriteria tertentu untuk dapat mendukung berlangsungnya kehidupan dan
perkembangan organisme tersebut. (Ghufra, 2007).
Suatu perairan yang ideal bagi kehidupan ikan adalah perairan yang sangat
mendukung kehidupan ikan dalam menyelesaikan segala proses hidupnya serta mendukung
kehidupan organisme-organisme makanan ikan yang diperlukan pada setiap lingkungan dan
daur hidup ikan tersebut. Untuk dapat mengelola habitat perairan dengan baik, salah satu
faktor yang harus diperhatikan ialah kualitas air. Pengukuran kualitas air dapat dilakukan
dengan dua cara, yang pertama adalah pengukuran kualitas air dengan parameter fisika dan
kimia (suhu, O
2
terlarut, CO
2
bebas, pH, konduktivitas, kecerahan, alkalinitas), sedangkan
yang kedua adalah pengukuran kualitas air dengan parameter biologi (plankton dan benthos)
(Sitohang, 2006). Adapun parameter yang diperlukan oleh organisme antara lain suhu,
kecerahan, kekeruhan, pH, DO dan CO
2
.
1. PARAMETER FISIKA
A. Suhu
Suhu air normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat
melakukan metabolisme dan berkembangbiak (Alaerts dan Santika, 2003). Suhu
merupakan faktor fisik yang sangat penting di air, karena bersama-sama dengan
zat/unsur yang terkandung didalamnya akan menentukan massa jenis air, dan
bersama-sama dengan tekanan dapat digunakan untuk menentukan densitas air.
Selanjutnya, densitas air dapat digunakan untuk menentukan kejenuhan air. Suhu air
sangat bergantung pada tempat dimana air tersebut berada. Kenaikan suhu air di
badan air penerima, saluran air, sungai, danau dan lain sebagainya akan menimbulkan
akibat sebagai berikut:
1) Jumlah oksigen terlarut di dalam air menurun
2) Kecepatan reaksi kimia meningkat
3) Kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu
Jika batas suhu yang mematikan terlampaui, maka akan menyebabkan ikan dan
hewan air lainnya mati. Suhu dapat mempengaruhi fotosintesis di laut baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan
untuk mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesis. Tinggi suhu dapat
menaikkan laju maksimum fotosintesis, sedangkan pengaruh secara tidak langsung
yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat mempengaruhi
distribusi fitoplankton (IPB, 2002).
Suhu air di permukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi yakni curah hujan,
penguapan, kelembapan udara, suhu udara, kecepatan angin, dan intesitas radiasi
matahari. Oleh sebab itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pada musiman.
Suhu perairan biasanya akan meningkat apabila intensitas cahaya matahari yang
masuk ke dalam perairan dalam jumlah yang besar. Suhu perairan dipengaruhi oleh
radiasi dan posisi matahari, letak geografis, musim, kondisi awan, proses interaksi air
dengan udara seperti kenaikan panas, penguapan, dan hembusan angina (Standar
Nasional Indonesia, 2000).
Pola temparatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas
cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan
geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang
tumbuh di tepi. Di samping itu pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh
faktor-faktor anthropogen (faktor yang di akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti
limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik, penggundulan DAS yang
menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena cahaya matahari
secara langsung (Standar Nasional Indonesia, 2000).
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan
gangguan status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai dengan
tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang
ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan terhadap infeksi fungi dan bakteri
patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu rendah memungkinkan
air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan stres
pernafasan pada ikan berupa menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung
sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya ikan-ikan akibat kekurangan oksigen
(Sitohang, dkk., 2010).


B. Kecerahan
Cahaya merupakan sumber energi utama dalam ekosistem perairan (Effendi,
2003). Di perairan, cahaya memiliki dua fungsi utama antara lain adalah (Jeffries dan
Mills, 1996 dalam Effendi, 2003):
1. Memanasi air sehingga terjadi perubahan suhu dan berat jenis (densitas) dan
selanjutnya menyebabkan terjadinya percampuran massa dan kimia air. Perubahan
suhu juga mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat suatu
organisme akuatik, karena setiap organisme akuatik memiliki kisaran suhu
minimum dan maksimum bagi kehidupannya.
2. Merupakan sumber energi bagi proses fotosintesis algae dan tumbuhan air.
Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan, yang ditemukan secara
visual dengan menggunakan secchi disk. Nilai kecerahan dinyatakan dalam satuan
meter, nilai ini sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran, kekeruhan
dan padatan tersuspensi serta ketelitian seseorang yang melakukan pengukuran.
Pengukuran kecerahan sebaiknya dilakukan pada saat cuaca cerah (Effendi, 2003).
Kecerahan suatu perairan menentukan sejauh mana cahaya matahari dapat
menembus suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat
berlangsung sempurna. Kecerahan yang mendukung adalah apabila pinggang seichi
disk mencapai 20-40 cm dari permukaan. (IPB, 2002).

C. Kedalaman
Arus akan dipengaruhi oleh topografi dasar perairan, oleh karena itu distribusi
fraksi sedimen sangat tergantung dari bentuk dasar perairan terutama keadaan
kedalaman karena akan mempengaruhi bentuk dan pola arus.
Kedalaman diukur dengan menggunakan tali yang telah diberi pemberat yang
alatnya dimasukkan ke dalam perairan sampai pemberat mencapai dasar
perairan.Kemudian pengukuran dimulai dari tali dari permukaan perairan sampai pada
alat pemberat (Standar Nasional Indonesia, 2002).

3. PARAMETER KIMIA
A. pH (Power Hydrogen)
pH merupakan suatu pernyataan dari konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
air, besarannya dinyatakan dalam minus logaritma dari konsentrasi ion H. Besaran pH
berkisar antara 0 14, nilai pH kurang dari 7 menunjukkan lingkungan yang masam
sedangkan nilai diatas 7 menunjukkan lingkungan yang basa, untuk pH =7 disebut
sebagai netral (Sitohang, dkk., 2010).
Perairan dengan pH < 4 merupakan perairan yang sangat asam dan dapat
menyebabkan kematian makhluk hidup, sedangkan pH > 9,5 merupakan perairan
yang sangat basa yang dapat menyebabkan kematian dan mengurangi produktivitas
perairan. Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif lebih stabil dan berada
dalam kisaran yang sempit, biasanya berkisar antara 7,7 8,4. pH dipengaruhi oleh
kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan bikarbonat
yang dikandungnya menyatakan bahwa toleransi untuk kehidupan akuatik terhadap
pH bergantung kepada banyak faktor meliputi suhu, konsentrasi oksigen terlarut,
adanya variasi bermcam-macam anion dan kation, jenis dan daur hidup biota. Perairan
basa (7 9) merupakan perairan yang produktif dan berperan mendorong proses
perubahan bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diassimilasi
oleh fotoplankton (Suseno, 1974). pH air yang tidak optimal berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangbiakan ikan, menyebabkan tidak efektifnya pemupukan
air di kolam dan meningkatkan daya racun hasil metabolisme seperti NH
3
dan H
2
S.
pH air berfluktuasi mengikuti kadar CO
2
terlarut dan memiliki pola hubungan
terbalik, semakin tinggi kandungan CO
2
perairan, maka pH akan menurun dan
demikian pula sebaliknya. Fluktuasi ini akan berkurang apabila air mengandung
garam CaCO
3
. Suasana air tersebut apakah dalam keadaan asam atau basa. Secara
alamiah OH- perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO
2
dan senyawa-senyawa
bersifat asam.

B. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen / DO)
Oksigen adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa dan hanya sedikit larut
dalam air (Rachmadiarti, Fida, dkk.2014). Kandungan oksigen terlarut untuk
menunjang usaha budidaya adalah 5 8 mg/l (IPB, 2002). Oksigen dapat merupakan
faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk hidup di dalam air. Penentuan
oksigen terlarut harus dilakukan berkali-kali di berbagai lokasi dengan tingkat
kedalaman yang berbeda pada waktu yang tidak sama (Rachmadiarti, Fida, dkk.2014).
Oksigen terlarut merupakan parameter kualitas air yang paling kritis, sangat
tergantung pada plankton terutama fitoplankton. Oksigen terlarut juga akan
berpengaruh pada temperatur, menurunnya oksigen terlarut dalam air sebanding
dengan meningkatnya suhu. Bila suhu yang sama konsentrasi oksigen terlarut sama
dengan jumlah kelarutan oksigen yang ada pada air, maka air tersebut dikatakan
sudah jenuh dengan oksigen terlarut (Rachmadiarti, Fida, dkk.2014).

C. Karbondioksida Bebas (CO
2
)
Kepekatan oksigen terlarut dalam air bergantung pada kepekatan
karbondioksida yang ada. Jika udara (yang mnegandung 0,03% karbondioksida)
bersentuhan dengan permukaan air pada tekanan.
Karbondioksida yang dihasilkan oleh hewan-hewan akan diperlukan untuk
fotosintesis oleh tumbuh-tumbuhan (Ghufra, 2007). Kandungan karbondioksida bebas
dalam air tidak boleh dari 25 ppm (Odum, 1993). Perairan yang diperuntukkan bagi
kepentingan perikanan sebaiknya mengandung CO
2
bebas < 5 mg/l. Kadar CO
2
bebas
sebesar 10 mg/l masih dapat ditolerir oleh organisme akuatik, asal disertai dengan
kadar O
2
yang cukup. Sebagian besar organisme akuatik masih dapat bertahan hidup
hingga CO
2
bebas mencapai 60 mg/l (Rachmadiarti, Fida, dkk.2014).
Pengujian yang berhubungan dengan kandungan oksigen dalam air dibedakan
menjadi 2, yaitu:
1. Uji BOD (Biochemical Oxygen Demand).
BOD adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk
memecah bahanbahan buangan didalam air. Nilai BOD tidak menunjukkan
jumlah bahan organik yang sebenarnya tetepi hanya mengukur secara relatif
jumlah oksigen yang dibutuhkan. Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan
kemungkinan air jernih, mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan
organik makin rendah BOD maka kualitas air minum tersebut semakin baik.
Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No
82 / 2001 mengenai baku mutu air dan air minum golongan B maksimum yang
dianjurkan adalah 6 mg/l.
2. Uji COD (Chemical Oxygen Demand).
COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
bahan oksidan misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan
organik yang terdapat dalam air. Kandungan COD dalam air bersih berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum
golongan B maksimum yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila nilai COD
melebihi batas dianjurkan, maka kualitas air tersebut buruk.
BAB III
METODE PENELTIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah observasional dan bersifat eksperimental. Karena tidak
terdapat variabel kontrol, manipulasi, dan respon.

B. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Tempat : Laboratorium Ekologi Universitas Negeri Surabaya
b. Waktu : 22 September 2014

C. Alat dan Bahan
Dalam praktikum ini, alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut:
Alat :
1. Botol winkler gelap dan terang
2. Erlenmeyer
3. Pipet tetes
4. Spet
5. Buret
6. Statif dan klem

Bahan :
1. Larutan MnSO
4

2. Larutan KOH-KI
3. Larutan H
2
SO
4
pekat
4. Larutan amilum 1 %
5. Larutan N
2
S
2
O
3
0,025 N
6. Sampel air
7. NaOH


D. Langkah Kerja
a. Mengukur kadar BOD
Mengambil sampel air dalam 2 botol winkler terang. 1 botol winkler dihitung
DO nya sebagai nilai DO pada 0 hari, sedangkan 1 botol lainnya ditutup
dengan plastik gelap kemudian disimpan dalam inkubator dengan suhu 20
o
C
selama 5 hari.
Setelah 5 hari, dihitung DO nya sebagai nilai DO pada hari ke 5.
Menghitung kadar BOD dengan rumus :
BOD = 5 x (DO
0 hari
DO
5 hari
)
Keterangan :
Pengukuran DO dilakukan seperti pengukuran DO pada praktikum
produktivitas primer.

b. Mengukur DO
Mengambil sampel air dalam botol winkler.
Menambahkan MnSO
4
sebanyak 2 ml ke dalam sampel air dalam botol
winkler dengan menggunakan pipet ukur dengan ujung pipet di bawah
permukaan air, sehingga tidak menimbulkan gelembung.
Menambahkan 2 ml KOH-KI dengan cara yang sama.
Menutup botol winkler kembali dengan membolak balikkan selama 5 menit.
Membiarkan selam 10 menit agar terjadi pengikatan oksigen terlarut dengan
sempurna dengan ditandai timbulnya endapan di dasar botol.
Mengambil dan membuang 4 ml larutan di permukaan atas botol tanpa
menyertakan endapan kemudian menambahkan 2 ml H
2
SO
4
pekat dengan
spet.
Menutup botol dan dibolak balikkan sehingga endapat larut dan larutan
menjadi warna kuning kecoklatan.
Mengambil 100 ml larutan dalam botol tersebut kemudian memasukkanya
dalam Erlenmeyer.
Apabila larutan berwarna kuning muda, maka ditambahkan amilum 1%
sebanyak 10 tetes hingga larutan berwarna biru.
Larutan dalam Erlenmeyer di titrasi dengan Na
2
S
2
O
3
hingga warnabiru
tersebut hilang.
Mengukur Na
2
S
2
O
3
yang digunakan.
Menghitung nilai DO sampelair dengan menggunakan rumus :
DO=

keterangan :
DO = Dissolved Oxygen (mg/l)
N = Normalitas Na
2
S
2
O
3
(0,025 N)
a = Volume titran (Na
2
S
2
O
3
) yang dibutuhkan (ml)
V = Volume sampel air dalam botol winkler

c. Mengukur kadar CO
2

Mengambil sampel air dan memasukkannya dalm winkler gelap dan
menutupnya.
Menuangkan sampel air tersebut sebanyak 100 ml dalm Erlenmeyer.
Meneteskna 5 tetes larutan pp ke dalam Erlenmeyer.
Mengamati perubahan warna pada sampel air tersebut pada Erlenmeyer, bila
warna merah muda berarti CO
2
= 0 ppm.
Bila warna tidak mengalami perubahan warna menjadi merah, maka dititrasi
dengan NaOH sampai warna air menjadi merah muda.
Menghitung kadar CO2 dengan rumus:
Kadar CO2 = volume NaOH yang digunakan x 10 mg/l

d. Pengukuran Suhu Pada Sampel Air
Memasukkan termoneter air ke dalam beker glass yang berisi sampel air
Mengukur dan mencatat hasil pengukuran suhu air.

e. Pengukuran pH
Memasukkan pH meterke dalam beker galss yang telah berisi sampel air,
secara otomatis pada layar akar tertera pH dalam bentuk angka.
Mencatat hasil pengukuran pH air.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, adapaun data yang diperoleh
sebagai berikut:
Tabel 1. Kualitas Air Danau Universitas Negeri Surabaya
No Aspek Nilai
1 DO
awal
1,43 mg/l
2 DO
akhir(5hari)
1,3 mg/l
3 BOD

0,65 mg/l
4 CO
2
80 mg/l
5 Suhu 34
0
C
6 Kecerahan 23 cm
7 pH 4
8 Sanilitas 0
9 Kecepatan arus 0,0195 m/s

B. Analisis Data
Berdasarkan tabel data hasil pengamatan dapat diketahui hasil pengukuran faktor
fisik dan kimia terhadap kualitas air danau Universitas Negeri Surabaya. Pengukuran
suhu air danau tersebut sebesar 34
0
C menggunakan termometer dan berpH asam setelah
di cek menggunakan indikator universal yaitu berpH 4. Pada pemeriksaan DO
awal
air
danau sebesar 1,43 mg/l dan DO
akhir(5hari)
sebesar 1,3 mg/l sehingga diperoleh BOD
dengan cara DO
awal
- DO
akhir(5hari)
yaitu 0,65mg/l. Pada pengukuran kadar CO
2
, diketahui
bahwa sampel air sebanyak 100 ml dari botol Winkler gelap yang telah dihitung dalam
erlenmeyer setelah ditetesi dengan 5 tetes larutan PP tidak mengalami perubahan warna
menjadi merah muda. Kemudian dititrasi dengan NaOH terjadi perubahan warna menjadi
merah muda dari warna awalnya. Banyaknya volume NaOH yang digunakan untuk
menitrasi sampel air sampai warna menjadi merah muda sebanyak 8 ml, sehingga
diperoleh kadar CO
2
sebesar 80 mg/l.


C. Pembahasan
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa produktivitas
dipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia antara lain pertama suhu. Pengukura suhu air
danau UNESA menggunakan termometer sebesar 34C, sehingga dapat dikatakan
bersuhu panas, karena kita mengambil air danaunya pada waktu siang hari sehingga
air terpapar matahari yag menyebabkan suhunya menjadi tinggi. Menurut Campbel
et.al 2002, suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan dan
pertumbuhan organisme perairan. Suhu air mempunyai peranan penting dalam
kecepatan laju metabolisme dan respirasi biota air serta proses metabolisme ekosistem
perairan sehingga suhu air bukan saja merupakan parameter fisik yang mempengaruhi
sifat kimia perairan, tetapi juga sifat fisiologi organisme pada medium air tersebut.
Suhu air berbeda-beda sesuai dengan iklim dan musim. Hal ini mempengaruhi proses
pertukaran zat atau metabolisme dari makhluk hidup juga mempengaruhi kadar
oksigen terlarut dalam air, makin tinggi suhu perairan maka makin cepat pula perairan
tersebut mangalami penurunan jumah oksigen yang terlarut dalam air, karena ikan
mengalami kenaikan laju respirasi. Pengaruh secara langsung untuk kenaikan suhu
adalah dapat menaikkan laju maksimum fotosintesis, sedangkan pengaruh secara tidak
langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan yang dapat
mempengaruhi distribusi fitoplankton (IPB, 2002). Kisaran suhu optimum bagi
pertumbuhan fitoplankton di perairan adalah 20
o
C 30
o
C.
Kedua pH, berdasarkan pengukuran pH menggunakan indikator universal
didapatkan pH air danau yang tergolong asam yaitu berpH 4. Menurut Mackereth et
al. (1989) dalam Effendi, 2003 berpendapat bahwa pH juga berkaitan erat dengan
karbondioksida dan alkalinitas. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai
alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas. Larutan yang bersifat
asam (pH rendah) bersifat korosif. pH juga mempengaruhi toksisitas suatu senyawa
kimia. Toksisitas logam memperlihatkan peningkatan pada pH rendah . Hal ini yang
menyebabkan semakin sedikitnya kadar O
2
yang terlarut dan kadar CO
2
akan semakin
banyak. Perubahan nilai pH dipengaruhi oleh berbagai sebab, antara lain: limbah
organik, anorganik dan hujan asam akibat emisi gas buang. Air sungai yang terlalu
asam dapat mematikan makhluk hidup air yang berakibat pada proses dekomposisi
dan kadar DO.
Kadar CO
2
pada praktikum ini, diketahui air danau mengandung kadar CO
2

sebesar 80 mg/l. Karbondioksida tersebut akan diperlukan untuk fotosintesis oleh
tumbuh-tumbuhan (Ghufra, 2007). Kandungan karbondioksida bebas dalam air tidak
boleh dari 25 ppm. Namun dengan kadar CO
2
80 mg/L masih dapat ditolerir oleh
organisme akuatik dan mereka masih dapat bertahan hidup, asalkan disertai dengan
kadar O
2
yang cukup (Rachmadiarti, Fida, dkk.2014).
Dari data di atas nilai DO adalah 1,43mg/l hal ini terjadi karena kita melakukan
pengukuran pada siang hari ketika suhu air danau cukup tinggi. Oksigen terlarut
dalam laut dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-
zat organik oleh mikroorganisme. Konsentrasi oksigen terlarut dalam keadaan jenuh
bervariasi tergantung dari suhu dan tekanan atmosfir (Efendi, 2003). Oksigen
merupakan faktor pembatas dalam penentuan kehadiran makhluk di dalam air.
Dari semau data yang diperoleh, maka dapat dilakukan pengukuran BOD
(Biochemical Oxygen Demand). Kadar BOD dalam air dapat ditentukan
menggunakan dua cara yaitu model titrasi dengan cara winkler dan metode
elektrokimia. Namun dalam praktikum ini, digunakan metode winkler. Dari
pemeriksaan yang dilakukan praktikan diperoleh hasil BOD 0,65 mg/l, bila merujuk
pada kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No
82 / 2001 mengenai baku mutu air dan air minum golongan B maksimum yang
dianjurkan adalah 6 mg/l. Dari hasil ini dapat diketahui bahwa kandungan BOD pada
air danau masih aman karena belum melebihi nilai standar pencemaran air, dan masih
berdampak positif untuk kelangsung hidup mikroorganisme yang hidup di air. Jika
dibandingkan dengan nilai DO awal nilai DO akhir lebih rendah. Hasil dari
perhitungan DO dan BOD menunjukkan bahwa air sampel danau UNESA masih
layak untuk berlangsungan kehidupan biota-biota air termasuk plankton.





BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
Kualitas air danau UNESA menurut parameter fisika maupun kimia cukup baik
untuk digunakan sebagai tempat berlangsungnya kehidupan biota-biota air termasuk
plankton. Kualitas air dipengaruhi oleh pH, suhu, kecerahan, dan nilai BOD. Pada
praktikum kualitas air ini menunjukkan nilai pH asam, kecerahan tinggi, suhu relatif
34
0
C, dan nilai BOD di bawah 0,65 mg/l. Semua faktor tersebut masih bisa ditolerir
oleh biota air sehingga biota air masih bisa bertahan hidup.

B. Saran
Adapun saran yang kami berikan adalah
1. Sebaiknya dalam melakukan titrasi, perlu adanya ketelitian dalam menghitung
jumlah Na
2
S
2
O
3
sehingga nilai DO dan BOD yang dihasilkan sesuai dengan
kualitas air tersebut.
2. Sebaiknya dalam melakukan praktikum, perlu dipersiapkan alat dan bahan yang
diperlukan agar praktikum dapat berjalan dengan efektif dan efisien.










DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. dan S.S. Santika, 2003. Metode Pengukuran Kualitas Air. Surabaya: Usaha
Nasional.
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. G. Mitchell. 2002. Biologi (terjemahan), Edisi kelima Jilid
3. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.
Yogjakarta: Kanisius.
Institut Pertanian Bogor, 2002. Limnologi Metoda Analisis Kualitas Air. Bogor: Fakultas
Perikanan Institut Pertanian Bogor.
M. Ghufra H. 2007. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budidaya Perairan. Jakarta: Bhineka
Cipta.
Odum, Eugene P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rachmadiarti, Fida, dkk. 2014. Petunjuk Praktikum Ekologi. Surabaya: Universitas Negeri
Surabaya.
Sitohang, Clemens dkk. 2010. Limnologi. Pekanbaru: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau..
Standar Nasional Indonesia. 2000. Pengujian Kualitas Sumber Air dan Limbah Cair. Jakarta:
Direktorat Pengembangan Laboratorium Rujukan dan Pengolahan Data Badan
Pengendalian Dampak Lingkungan.




LAMPIRAN

B. Perhitungan
DO awal =


= 1,43 mg/L

Kadar CO
2
= Volume NaOH x 10
= 8 x 10
= 80 mg/L

Kecepatan arus =


= 0,0195 m/s

DO akhir =


= 1,3 mg/L

BOD = 5 (DO awal DO akhir)
= 5 (1,43 - 1,3)
= 5 x 0,13
= 0,65 mg/L
= 0,65 ppm



C. Foto-foto praktikum
Pengecekan DO awal :













Sampel air danau
setelah ditetesi Mn
SO
4
dan KOH-KI
Sampel air danau
dibolak-balikan
selama 10 menit
setelah ditetesi KOH-
KI
Dimasukkan 100 ml
pada erlenmeyer
setelah ditetesi 1 ml
H
2
SO
4
berwarna
kuning kecoklatan
Sampel air danau
ditetesi dengan
Na
2
S
2
O
3
sampai
berwarna kuning
muda
Sampel air danau
ditetesi dengan
amilum 1% sampai
berwarna biru muda
d
Sampel air danau
ditetesi dengan
Na
2
S
2
O
3
lagi sampai
warna biru hilang
Pengecekan DO akhir (setelah 5 hari) :














Sampel air danau
setelah ditetesi Mn
SO
4
dan KOH-KI
Sampel air danau
dibolak-balikan
selama 10 menit
setelah ditetesi KOH-
KI
Dimasukkan 100 ml
pada erlenmeyer
setelah ditetesi 1 ml
H
2
SO
4
berwarna
kuning kecoklatan
Sampel air danau
ditetesi dengan
Na
2
S
2
O
3
sampai
berwarna kuning
muda
Sampel air danau
ditetesi dengan
Na
2
S
2
O
3
lagi sampai
warna biru hilang

Anda mungkin juga menyukai