Anda di halaman 1dari 24

1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang

dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu Dengan demikian,

kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh:

kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air untuk keperluan

air minum. Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara

keduanya. Ikan-air boleh dikatakan sebagai suatu sistem terbuka dimana terjadi

pertukaran materi (dan energi), seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2),

garam-garaman, dan bahan buangan. Pertukaran materi ini terjadi pada antarmuka

(Interface) ikan-air pada bahan berupa membran semipermeabel yang terdapat

pada ikan. Kehadiran bahan-bahan tertentu dalam jumlah tertentu akan

mengganggu mekanisme kerja dari membran tersebut, sehingga ikan pada

akhirnya akan terganggu dan bisa tewas.

Kata ekologi pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, ahli Biologi

Jerman pada tahun 1869. Arti kata Oikos yang berarti rumah atau tempat tinggal

dan logos bersifat telaah dan studi. Jadi Ekologi didefinisikan sebagai “ilmu yang

mempelajari hubungan timbal – balik antara makhluk hidup dengan

lingkungannya”. Yang dimaksud makhluk hidup adalah “kelompok” dari makhluk

hidup itu sendiri (Resosoedarmo, et al., 1990).

Ekologi berhubungan erat dengan beberapa ilmu pengetahuan lain diantaranya

fisika, kimia, geologi dan klimatologi dengan memanfaatkan berbagai informasi

dari ilmu pengetahuan tersebut.


2

Menurut Efendi (2003) dalam Apridayanti (2008), menyatakan air menutupi

sekitar 7% permukaan bumi dengan jumlah sekitar 1368 juta Km3. Air terdapat

berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air tawar terutama

terdapat di sungai, danau, air tanah dan gunung es.Semua badan air di daratan

dihubungkan dengan laut dan atmosfer melalui siklus hidrologi yang berlangsung

secara kontinyu.

Ekosistem perairan merupakan unit biologis yang mempunyai komponen biotik

dan abiotik yang saling berhubungan di habitat perairan.

Sungai merupakan suatu sistem yang dinamis dengan segala aktivitas yang

berlangsung antara komponen-komponen lingkungan yang terdapat di dalamnya.

Adanya dinamika tersebut akan menyebabkan suatu sungai berada dalam

keseimbangan ekologis sejauh sungai tidak menerima bahan-bahan asing ini dapat

ditolerir dan kondisi keseimbangan masih tetap dapat dipertahankan (Barus,

2002).

1.2.Tujuan Praktikum

Praktikum ini bertujuan untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan

dan keterampilan kognitif maupun afektif mahasiswa untuk mengamati serta

menganalisis kualitas perairan dan mampu menggunakan peralatan maupun

bahan-bahan yang digunakan selama praktikum. Selain itu menambah

pengetahuan tentang kualitas air serta hubungan organisme di perairan dengan

lingkungannya. Tujuan utama dari praktikum ini ini adalah untuk mengetahui

keadaan air di waduk FAPERIKA UR, mengetahui parameter kualitas air baik

secara fisika dan kimia.


3

1.3.Manfaat Praktikum

Mengenalkan sekaligus menumbuhkan rasa empati mahasiswa tentang

ekosistem perairan, mengetahui dan memahami materi mengenai karakteristik

ekosistem perairan dan kualitas perairan, serta mampu memanfaatkan informasi

dan pengetahuan tentang ekologi perairan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Parameter Kualitas Air

Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen

lain di dalam air. Dalam pengukuran kualitas air ada beberapa hal yang harus

diperhatikan diantaranya adalah Parameter Fisik, parameter kimia, dan parameter

biologis.

a. Parameter fisik air terbagi atas beberapa bagian yaitu Suhu, Kecerahan, bau,

dan Warna.

b. Parameter kimia air yaitu Oksigen Terlarut, pH, dan Salinitas.

c. Parameter biologs air yaitu Plankton.

Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan

parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan

Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter

kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan

mikrobiologis(Masduqi,2009).

Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan

pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia,
4

fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah

upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai

peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi alamiahnya.

2.1.1. Parameter Fisika

a. Suhu

a.1. Pengertian

Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur proses

kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang sering

disebut proses metabolisme. Hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang relatif

sempit. Biasanya 00C-40C (Nybakken 1992 dalam sembiring, 2008)

Menurut Handjojo dan Djoko Setianto (2005) dalam Irawan (2009), suhu air

normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan

metabolism dan berkembang biak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat

penting di air

a.2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi suhu

Pola temperature ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara

sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopii (penutup oleh

vegetari) dari pepohonan yang tumbuh sel tepi (Brehm dan Melfering, 1990,

dalam Barus, 2010). Disamping itu pola temperature perairan dapat dipengaruhi

oleh faktor-faktor anthrcopogen (faktor yang diakibatkan oleh aktifitas

manusia) seperti limbah panas yang berasal dari pendinginan pabrik.

Pengunduran BAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan sehingga badan


5

air terkena cahaya matahari secara langsung. Hal ini terutama akan

menyebabkan peningkatan temperatur suatu sistem perairan (Barus, 2001)

Faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan ini

adalah penyerapan panas (heat flux) curah hujan (prespiration) aliran sungai

(Flux) dan pola sirkulasi air (Hadikusumah, 2008)

b. Kecerahan

b.1. Pengertian

Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan dalam air dan

dinyatakan dengan persen (%) dari beberapa panjang gelombang di daerah

spectrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh

agak lurus pada permukaan air (kerdi dan Tancung, 2007).

Kecerahan air berkisar antara 40-85 cm. tidak menunjukkan perbedaan yang

besar. Kecerahan air pada musim kemarau (Juli – September 2000) adalah

40-85 cm dan pada musim hujan (November dan Desember 2000) antara

60-80 cm. kecerahan air di bawah 100 cm tergolong tingkat kecerahan

rendah (Akromi dan Subroto, 2002).

b.2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi

Kejernihan sangat ditentukan oleh partikel-partikel terlarut dan Lumpur.

Semakin banyak partikel atau bahan organik terlarut maka kekeruhan akan

meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan

akan menurunkan efisiensi makan dari organisme (Sembiring, 2008).

Menurut Effendi (2003),Kecerahan air tergantung pada warna dan

kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang

ditentukan secara visual dengan menggunakan recchi disk. Kekeruhan pada


6

perairan yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih banyak disebabkan

oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel –partikel halus.

Sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak

disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar yang

berupa lapisan permukaan tanah yang terletak oleh aliran air pada saat

hujan.

c. Kecepatan Arus

c.1.. Pengertian

Menurut Barus (2001), arus air adalah faktor yang mempunyai peranan

yangsangat penting baik pada periran letik maupun pada perairan lentik. Hal

ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terlarut dan mineral

yang terdapat di dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara

vertikal. Arus air pada perairan lotik umumnya bersifat tusbulen yaitu arus

air yang bergerak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh

bagian dari perairan.

Menurut Husabarat dan Stewart (2008), arus merupakan gerakan air yang

sangat luas terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus-arus ini mempunyai

arti yang sangat penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapal-

kapal.

c.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi

Menurut Barus (2001), pada ekosistem lentik arus dipengaruhi oleh

kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin

kuat dan semakin dalam mempengaruhi lapisan air. Pada perairan letik

umumnya kecepatan arus berkisar antara 3 m / detik. Meskipun demikian


7

sangat sulit untuk membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus. Karena

arus di suatu ekosistem air sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu

tergantung dari fluktuasi debit dan aliran air dan kondisi substrat yang ada.

Kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kesuburan kadar

sungai. Kedalaman dan keleburan sungai, sehingga kecepatan arus di

sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan

mempengaruhi jenis substrat sungai (Ozum, 1993 dalam Suliati, 2006).

d. Kedalaman

d.1. Pengertian

Kedalaman merupakan parameter yang penting dalam memecahkan

masalah teknik berbagai pesisir seperti erosi. Pertambahan stabilitas garis

pantai, pelabuhan dan kontraksi, pelabuhan, evaluasi, penyimpanan pasang

surut, pergerakan, pemeliharaan, rute navigasi (Roonawale et al, 2010)

Batimetti (dari bahasa Yunani. Barus, berarti kedalam dan ukuran) adalah

ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga

dimensi lantai samudra atau danau. Sebuah peta gatimetri umumnya

menampilkan relief pantai atau daratan dengan garis-garis kontor (Contor

lines) yang disebut kontor kedalaman (depth contous atau subath)

(Aridianto, 2010)

d.2 Faktor-Faktor yang mempengaruhi

Menurut Ariana (2002) bathmmetri adalah ukuran tinggi rendahnya dasar

laut. Perubahan kondisi hidrografi di wilayah perairan laut dan pantai di

samping disebabkan oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di

wilayah tersebut dan proses-proses yang terjadi di wilayah hulu sungai.


8

Terbawanya berbagai material partikel dan kandungan oleh aliran sungai

semakin mempercepat proses pendangkalan di perairan pantai.

Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada lokasi

tersebut. Lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadinya pengadukan

dasar akibat dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman

perairan lebih dari 3 m dari pengaruh gelombang yang pada akhirnya

kedalaman perairan lebih dari dasar jaring (Setiawan, 2010)

e. Bau

Pada kolam budidaya ikan, air pada kolam ikan harus selalu di buang atau

diganti, agar tidak akan menimbulkan bau yang menyengat pada air.

Faktor yang menyebabkan air pada kolam berbau tidak sedap yaitu

diantaranya; Pakan ikan yang tidak sempat termakan oleh ikan, menjadi

racun bagi kolam dengan amoniak yang muncul, Feses dari kotoran ikan

yang dibudidayakan dan terjadi dekomposisi di air yang menghasilkan

amoniak. Material dalam air dapat berupa jumlah zat tersuspensi (TDS)

(Pemuji dan Anthonius, 2010 dalam Suwondo, 2005).

f. Warna

Kriteria warna air tambak yang dapat dijadikan acuan standar dalam

pengelolaan kualitas air adalah seperti di bawah ini:

1. Warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan adanya

dominansi chlorophyceae dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan

lingkungan dan cuaca karena mempunyai waktu mortalitas yang relatif

panjang. Tingkat pertumbuhan dan perkembangannya yang relatif cepat

sangat berpotensi terjadinya booming plankton di perairan tersebut.


9

2. Warna air tambak kecoklatan yang berarti menunjukkan adanya

dominansi diatomae. Jenis plankton ini merupakan salah satu penyuplai

pakan alami bagi udang, sehingga tingkat pertumbuhan dan perkembangan

udang relatif lebih cepat. Tingkat kestabilan plankton ini relatif kurang

terutama pada kondisi musim dengan tingkat curah hujan yang tinggi,

sehingga berpotensi terjadinya plankton collaps dan jika pengelolaannya

tidak cermat kestabilan kualitas perairan akan bersifat fluktuatif dan akan

mengganggu tingkat kenyamanan udang di dalam tambak.

3. Warna air tambak hijau kecoklatan yang berarti menunjukkan

dominansi yang terjadi merupakan perpaduan antara chlorophyceae dan

diatomae yang bersifat stabil yang didukung dengan ketersediaan pakan

alami bagi udang.

2.1.2. Parameter Kimia

a. Ph

pH Air - pH (singkatan dari “ puisance negatif de H “ ), yaitu logaritma

negatif dari kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu perairan dan

mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan organisme perairan,

sehingga pH perairan dipakai sebagai salah satu untuk menyatakan baik

buruknya sesuatu perairan. Pada perairan perkolaman pH air mempunyai

arti yang cukup penting untuk mendeteksi potensi produktifitas kolam. pH

Air yang agak basa, dapat mendorong proses pembongkaran bahan

organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat diasimilasikan oleh

tumbuh tumbuhan (garam amonia dan nitrat).


10

pH Air Pada perairan yang tidak mengandung bahan organik dengan

cukup, maka mineral dalam air tidak akan ditemukan. Andaikata kedalam

kolam itu kemudian kita bubuhkan bahan organik seperti pupuk kandang,

pupuk hijau dsb dengan cukup, tetapi kurang mengandung garam-garam

bikarbonat yang dapat melepaskan kationnya, maka mineral-mineral yang

mungkin terlepas juga tidak akan lama berada didalam air itu. Untuk

menciptakan lingkungan air yang bagus, pH air itu sendiri harus mantap

dulu (tidak banyak terjadi pergoncangan pH air). Ikan rawa seperti sepat

siam (Tricogaster pectoralis), sepat jawa (Tricogaster tericopterus ) dan

ikan gabus dapat hidup pada lingkungan pH air 4-9, untuk ikan lunjar

kesan pH 5-8 ,ikan karper (Cyprinus carpio) dan gurami, tidak dapat hidup

pada pH 4-6, tapi pH idealnya 7,2.

Derajat keasaman pH Air suatu kolam ikan sangat dipengaruhi oleh

keadaan tanahnya yang dapat menentukan kesuburan suatu perairan. Nilai

pH air asam tidak baik untuk budidaya ikan dimana produksi ikan dalam

suatu perairan akan rendah. Pada pH air netral sangat baik untuk kegiatan

budidaya ikan, biasanya berkisar antara 7 – 8, sedangkan pada pH air basa

juga tidak baik untuk kegiatan budidaya. Pengaruh pH air pada perairan

dapat berakibat terhadap komunitas biologi perairan.

b. DO (Disolved Oxigent)

Semua makhluk hidup untuk hidup sangat membutuhkan oksigen sebagai

faktor penting bagi pernafasan. Ikan sebagai salah satu jenis organisme air

juga membutuhkan oksigen agar proses metabolisme dalam tubuhnya

berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan oleh ikan disebut dengan oksigen


11

terlarut. Oksigen terlarut adalah oksigen dalam bentuk terlarut didalam air

karena ikan tidak dapat mengambil oksigen dalam perairan dari difusi

langsung dengan udara. Satuan pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l

yang berarti jumlah mg/l gas oksigen yang terlarut dalam air atau dalam

satuan internasional dinyatakan ppm (part per million). Air mengandung

oksigen dalam jumlah yang tertentu, tergantung dari kondisi air itu sendiri,

beberapa proses yang menyebabkan masuknya oksigen ke dalam air yaitu:

1) Diffusi oksigen dari udara ke dalam air melalui permukannya, yang

terjadi karena adanya gerakan molekul-molekul udara yang tidak

berurutan karena terjadi benturan dengan molekul air sehingga O2 terikat

didalam air.

2) Diperairan umum, pemasukan oksigen ke dalam air terjadi karena air

yang masuk sudah mengandung oksigen, kecuali itu dengan aliran air,

mengakibatkan gerakan air yang mampu mendorong terjadinya proses

difusi oksigen dari udara ke dalam air.

3) Hujan yang jatuh,secara tidak langsung akan meningkatkan O2 di

dalam air, pertama suhu air akan turun, sehingga kemampuan air mengikat

oksigen meningkat, selanjutnya bila volume air bertambah dari gerakan

air, akibat jatuhnya air hujan akan mampu meningkatkan O2 di dalam air.

4) Proses Asimilasi tumbuhtumbuhan. Tanaman air yang seluruh

batangnya ada didalam air di waktu siang akan melakukan proses

asimilasi, dan akan menambah O2 didalam air. Sedangkan pada malam

hari tanaman tersebut menggunakan O2 yang ada didalam air.


12

c. Karbondioksida (CO2)

Karbondioksida merupakan salah satu parameter kimia yang sangat

menentukan dalam kegiatan budidaya ikan. Karbondioksida yang

dianalisis dalam kegiatan budidaya adalah karbondioksida dalam bentuk

gas yang terkandung di dalam air. Gas CO2 memegang peranan sebagai

unsur makanan bagi semua tumbuhan yang mempunyai chlorophil, baik

tumbuh-tumbuhan renik maupun tumbuhan tingkat tinggi.

Sumber gas CO2 didalam air adalah hasil pernafasan oleh binatang-

binatang air dan tumbuh tumbuhan serta pembakaran bahan organik

didalam air oleh jasad renik. Bagian air yang banyak mengandung CO2

adalah didasar perairan, karena ditempat itu terjadi proses pembakaran

bahan organik yang cukup banyak. Untuk kegiatan asimilasi bagi tumbuh-

tumbuhan, jumlah CO2 harus cukup, tetapi bila jumlah CO2 melampaui

batas akan kritis bagi kehidupan binatang binatang air.

Pengaruh CO2 yang terlalu banyak tidak saja terhadap perubahan pH air,

tetapi juga bersifat racun. Dengan meningkatnya CO2, maka O2 dalam air

juga ikut menurun, sehingga pada level tertentu akan berbahaya bagi

kehidupan binatang air. Kadar CO2 yang bebas didalam air tidak boleh

mencapai batas yang mematikan (lethal), pada kadar 20 ppm sudah

merupakan racun bagi ikan dan mematikan ikan jika kelarutan oksigen

didalam air kurang dari 5 ppm (5 mg/l).

CO2 yang digunakan oleh organisme dalam air, mula-mula adalah CO2

bebas, bila yang bebas sudah habis, air akan melepaskan CO2 yang terikat

dalam bentuk Calsium bikarbonat maupun Magnesium bikarbonat.


13

III. Metode pratikum

3.1. Waktu dan Tempat

praktikum ekologi Perairan mengenai “pengukuran kualitas air”

dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 27 februari 2017 pukul 09.30-11.30

WIB yang bertempat dirawa FAPERIKA Universitas Riau. Bertempat

dilaboratorium Ekologi dan Manajemen Lingkungan Perairan jurusan

Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Riau Pekanbaru.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam Pratikum ini adalah air sampel,

larutan MnSO4, H2SO4, Amilum, Tiosilfat, NaOH+KI, Amylum,

indikator pnolpthealin, dan Na2CO3.

Alat yang digunakan dalam Praktikum ini adalah :

• Termometer digunakan untuk mengetahui parameter suhu.

• Secchi Disk dan rol ukur digunakan untuk mengetahui parameter

kecerahan.

• Meteran atau rol ukur digunakan untuk mengetahui parameter

kedalaman.

• Tabung erlenmeyer, pipet tetes digunakan untuk mengetahui

parameter oksigen terlarut.

• Botol BOD, Tabung erlenmeyer, pipet tetes digunakan untuk

mengetahui parameter karbondioksida bebas.


14

• Buku lembar kerja digunakan untuk tempat menulis hasil

praktikum dan buku penuntun praktikum digunakan untuk membantu

mempermudah praktikum.

3.3. Prodesur Pratikum

3.3.1. Parameter Fisika

a. Suhu

Pengukuran suhu dilakukan denggan cara sebagai berikut:

• Mencelupkan Thhermometer kedalam perairan

• Thermometer diikat pada bagian pangkal (bukan ujung air raksa)

kemudian thermometer digantung pada permukaan perairan beberapa

menit dan suhu dibaca thermometer menunjukan angka konstan.

b. Kecerahan

Adapun prodesur pengukuran kecerahan sebagai berikut:

• Secchi disk diturunkan kedalam perairan sampai tidak kelihatan,

dicacat berapa jarak dari permukaan perairan sampai secchi disk tidak

terlihat dikurangi jarak mata peneiti dengan permukaan perairan (ini

dinamakan jarak hilang)

• Kemudian secchi disk ditarik sampai secchi disk kelihatan dan

ukur jaraknya (jarak tampak). Kemudian nilai jarak tampak ditambah nilai

jarak hilang dibagi dua. Rata-rata pengukuran kedua jarak tersebut

merupakan nilai kecerahan, dinyatakan dalam satuan centimeter


15

3.3.2. Parameter Kimia

a. pH

Pengukuran pH dengan mengunakan indicator pH dilakukan sebagai

berikut:

• mengambil kertas lakmus yang terdapat didalam kotak pH,

kemudian dicelupkan kedalam perairan.

• Selanjutnya kertas lakmus disesuaikan dengan warna yang ada

pada kotak indicator pH, lalu dicatat hasilnya.

b. Oksigen Terlarut

Prosedur kerja sebagai berikut:

• Disiapkan botol DO, kemudian diisi dengan air sampel.

Pengambilan air dengan kemiringan 450 agar tidak terdapat gelembung

udara karena dapat berpengaruh terdapat niali kandungan oksigen yang

diukur.

• Kemudian tutup botol DO saat masih perairan agar udara tidak

masuk. Setelah itu buka tutup botol yang berisi sampel dan tambahkan 1

ml MnSO4 unuk mengikat oksigen dan 1ml NaOH+KI untuk membentuk

endapan coklat dan melepas I2.

• Lalu dibolak-balik sampai terbentuk endapan coklat kemudian

buang filtrate cair bening yang terdapat yang tersisa diberi 1-2 ml H2SO4

pekat untuk mengikat I2 dan menjadkan 2 NaI

• Lalu dihomogenkan sampai endapan larut, setelah itu ditetesi 3-4

tetes amylum untuk pengkondisian suasana basa dan dititrasi dengan Na-
16

thiosulfat (N2S203) 0,025 N sebanyak 2.9 ml untuk mengikat I2 sampai

jernih atau tidak bwrwarna untuk pertama kali.

c. KARBONDIOKSIDA BEBAS (CO2)

Prosedur pengukuran karbondioksida dapat dilakukan sebagai berikut:

• Pengambilan air contoh harus diusakan sedemikian rupa sehingga

terhindar dari kontak antarra sampel dengan udara. Analisa harus

deilakukan segera, yaitu dalam waktu 2-3 jam setelah pengambilan

• Pipet 25 ml air sampel dan masukkan kedalam erlemeyer dengan

hati-hati, sedapat mungkin kurangi pengaruh aerasi

• Tambahkan 2 tetes indicator pp (pnolpthealin), jika berwarna pink

berarti tidak ada CO2, jika tidak berwarna berarti terdapat CO2 dan

lanjutan ke prosedur berikutnya

• Titrasi segera dengan NaCO3 0,0454 N sampai berwarna pink.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Tabel 1. Parameter Kualitas Air di Lapangan dan Laboratorium

No Parameter Kualitas Air Satuan Nilai


Fisika :
0
1. Suhu C 27 0C
2. Kecerahan Cm 67,5
3. Kecepatan arus M/det -
4. Kedalaman air m 0,95
Kimia :
5. Ph 5
6. Oksigen terlarut Mg/l 12,5
7. Karbondioksida bebas Mg/l 28,05
17

Dari tabel 1 dapat kita simpulkan bahwa suhu dan kecerahan pada

rawa FAPERIKA UR sudah bisa dikatakan ideal, karna pada suhu suatu

perairan yang baik itu adalah 25-310C,sedangkan pengukuran pH,

Oksigen Terlarut, dan Karbondioksida Bebas disimpulkan bahwa

pengukuran yang dilakukan tersebut optimal terhadap suatu perairan.

Tabel 2. Kondisi Umum Di Lapangan

No Kondisi Keterangan
1. Iklim Panas
2. Warna air Coklat teh
3. Bau Tidak berbau
4. Rasa Tidak berasa (tawar)
5. Aktivitas Orang memancing ikan

Dari tabel 2 dikatakan kondisi umum pada saat itu sangat bagus untuk

melakukan praktikum, karna jika cuaca pada saat praktikum ini tidak

bagus,misalnya mendung ataupun hujan maka kita tidak akan bisa

mengukur kecerahan air pada suatu perairan.

4.1.Pembahasan

Pengukuran suhu permukan perairan di waduk FAPERIKA Universitas

Riau dilakukan dengan menggunakan thermometer dengan cara mencelupkan

thermometer kedalam perairan. Setelah thermometer menunjukkan angka yang

konstan, maka baca hasilnya. Dalam praktikum ini menghasilkan suhu permukaan

air di kolam adalah 27 0C.

Dalam pengukuran kecerahan dilakukan dengan menggunakan secchi disk dengan

cara menurunkan secchi disk secara perlahan hingga batas tidak tampak, yakni
18

warna hitam pada secchi disk tidak lagi terlihat. Kemudian ukur panjangnya dengan

meteran atau penggaris panjang, dalam praktik ini jarak hilang yang dihasilkan

adalah 72 cm. Setelah itu, secara perlahan tarik secchi disk keatas hingga warna

hitam pada secchi disk tersebut kembali terlihat lalu ukur juga berapa panjangnya,

ini adalah batas tampak. Dalam praktikum ini menghasilkan batas tampak sebesar

63 cm. Setelah nilai batas tampak dan nilai batas tidak tamapak telah diperoleh,

maka hasil tersebut diamasukkan kedalam rumus untuk menghitung kecerahannya,

yakni sebagi berikut :

Kecerahan air (cm) = Jarak hilang (cm) + Jarak tampak (cm)

Kecerahan air (cm) = 72 cm + 63 cm

= 67,5 cm

Pada pengukuran kedalam biasanya dilakukan dengan menggunakan

meteran yang diberi pemberat lalu dimasukkan kedalama air, namun praktikum kali

ini dilakukan dengan menggunakan tongkat Secchi Disk yang dimasukkan kedalam

perairan hingga mengenai dasar perairan tersebut, lalu tongkat ditarik kemudian

diukur menggunakan tali pengukuran. Dalam praktikum ini kedalaman yang

diperoleh adalah 0,95 m.


19

Dalam pengukuran pH perairan menggunakan kertas pH dengan cara

mencelupkan kertas pH kedalam perairan lalu amati perubahan yang terjadi pada

kertas tersebut dan sesuaikan dengan warna yang ada pada kotak indikator pH.

Adapun pH perairan yang diperoleh adalah 5. Ini artinya pH rawa FAPERIKA

Universitas Riau adalah asam.

Pada pengukuran O2 terlarut (DO) menggunakan larutan tiosulfat

dan air didalam tabung enlemeyer dengan cara titrasi. Pada praktikum ini larutan

tiosulfat yang digunakan adalah sebanyak 3,5 ml dan volume air adalah 60 ml.

untuk menghitung DO digunakan rumus sebagai berikut :

OT = ax N x 8 x 1000

V-4

= 3,5 x 0,025 x 8 x 1000

60-4

= 12,5mg/L

Dalam pengukuran karbondioksida bebas dirawa FAPERIKA UR, terdapat

karbondioksida, ditandai karna pada saat ditetesi indikator pnopthealin air sampel

yang berada di dalam erlemeyer tidak terjadi perubahan warna, selanjutnya hasil

pengukuran itu dimasukan di dalam rumus sebagai berikut :

CO2 = A x N x22 x 1000

= 1,7 x 0,0454 x 22 x 1000

60

= 28,05 mg/L
20

I. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Setelah diadakannya praktikum pengukuran kualitas air di waduk

FAPERIKA UR, didapatkan hasil bahwa suhu dipermukaan air waduk adalah 270C,

kecerahan 67,5 cm, kedalaman 0,95 m, pH 5, DO 12,5 mg/L dan CO2 bebas 28,05

mg/L. Maka, dapat disimpulkan bahwa kualitas air di waduk FAPERIKA UR

adalah baik.

5.2.Saran

Demi menjaga kualitas air di waduk FAPERIKA UR, diharapkan kepada

semua pihak agar tidak mencemari air yang ada diwaduk tersebut dan tetap saling

menjaga kelestarian perairan waduk. Kualitas air diwaduk saat ini adalah baik,

namun apabila tidak dijaga akan berkurang kualitasnya. Maka, marilah bersama-

sama kita jaga agar air di waduk tersebut tetap sesuai dengan tingkat mutu yang

ditentukan dan tidak tercemar.


21

DAFTAR PUSTAKA

Penuntun Praktimum EKOLOGI PERAIRAN 2017. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Universitas Riau.

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 115. 2003. Pedoman Penentuan

Status Mutu Air. Jakarta. 15 halaman

Maryani, Rosita dan I. Torang. 2007. Hubungan Kualitas Air Dengan Populasi Bakteri
Aeromonas sp di Sungai Kahayan. Program Studi Budidaya Perairan. Faperta.
UNPAR.
ASTM, D – 1426 – 03, Standard Test Methods for A mmonia Nitrogen in Water .
Bonnin, E. P., 2006, Electrolysis of Ammonia Effluents : A Remediation Process with Co-
generation of Hydrogen,Master Thesis, College of Engineering and Technology of
Ohio University, pp. 17-26.
Bonnin, E. P., Biddinger, E. J., Botte, G. G., 2008, Effect of Catalyst on Electrolysis of
Ammonia Efflents , Journal of Power Sources, 182, 284-290.
Brett, C. M. A. and Brett, A. M. O., 1993, Electrochemistry : principles, Methods, and
Applications, Oxford University Press Inc., New York, pp. 326-328.
Brigden, K. and Stringer, R. 2000, Ammonia and Urea Production : Incidents of
Cheng, H., Scott, K., Christensen, P. A., 2005, Paired Electrolysis in a Solid Polymer
Electrolyte Reactor –Simultaneously Reduction of Nitrate and Oxidation of
Ammonia, Chemical Engineering Journal, 108, 257-268.
22

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat-alat dan bahan yang digunakan dalam praktium

Secchi disk kertas pH indikator

Tali ukur tisue gulung

Semprotan Air Aquades termometer


23

Pipit Tetes Botol BOD

Larutan yang di pakai pada


Pada saat praktikum
24

Lampiran 2. Kegiatan Selama Praktikum

Anda mungkin juga menyukai