Anda di halaman 1dari 29

Makalah

ekosistem air tawar


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah biologi

Dosen pengampu: Fiqriah Hanum Khumariah, SP,MP

Anggota kelompok 2
Chandra Wijaya (E211500254)
Kuku dwi Setiawan (E21500240)
Sofyan Ibrahim (E211500252)
Ahmad abdillah (E211500257)
Ihkwan Abu Hanafi (E21500238)
Ahmad Burhan Marnianto (E211500237)

Program Studi D3 Pengelolaan Lingkungan


Politeknik Negeri Samarinda 2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan
secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup
yang saling memengaruhi.
Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem yang
melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik
sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan
terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari
sebagai sumber dari semua energi yang ada.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-
sama dengan lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan
beradaptasi dengan lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga
memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup. Pengertian ini
didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya
mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan
suatu sistem kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk
kehidupan". Hal ini mengarah pada kenyataan bahwa kandungan kimia
atmosfer dan bumi sangat terkendali dan sangat berbeda dengan planet
lain dalam tata surya.
Kehadiran, kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam
ekosistem ditentukan oleh tingkat ketersediaan sumber daya serta
kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada dalam kisaran yang
dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan
hukum toleransi. Pada makalah ini, kami akan membahas tentang

2
ekosistem air tawar, air laut, dan ekosistem binaan manusia serta
masalahnya.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam makalah yang kami susun ini, dengan judul “Ekosistem Air
Tawar, Air Laut, dan Ekosistem Binaan Manusia serta Masalahnya” ada
beberapa yang menjadi rumusan masalah diantaranya:
a. Apa yang dimaksud dengan ekosistem air (aquatik)?
b. Bagaimana ciri-ciri ekosistem air tawar dan pembagiannya?
c. Bagaimana ciri-ciri ekosistem air laut dan pembagiannya?
d. Deskripsikan tentang ekosistem binaan manusia?
e. Apa saja permasalahan yang terjadi di dalam ekosistem air (aquatik)
dan binaan manusia?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini, antara lain:
a. Untuk mengetahui pengertian ekosistem air (aquatik).
b. Untuk mengetahui ciri-ciri ekosistem air tawar dan pembagiannya.
c. Untuk mengetahui ciri-ciri ekosistem air laut dan pembagiannya.
d. Untuk mengetahui karakteristik ekosistem binaan manusia.
e. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di dalam ekosistem air
(aquatik) dan binaan manusia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekosistem Air (Aquatik)


Ekosistem Air adalah ekosistem yang faktor lingkungan eksternalnya
didominasi oleh air sebagai habitat dari berbagai organisme air. Fungsi
air bagi organisme antara lain:
a. Merupakan bagian dari protoplasma.
b. Sebagai medium bagi reaksi-reaksi kimia dan biokimia.
c. Digunakan dalam proses / sistem kehidupan, misalnya proses
fotosintesis dan sistem pencernaan.
Siklus air yang berada di bumi ini mempunyai tiga kelompok, yaitu:
a. Air yang tersimpan di lautan (air laut), sebanyak ± 70%.
b. Air yang tersimpan di danau, kolam, sungai (air tawar).
c. Air dalam bentuk padat (es) dan uap air.
Berdasarkan kadar yang terdapat di dalamnya (salinitas), ekosistem
dapat dibedakan menjadi:
a. Ekosistem air tawar.
b. Ekosistem air laut.

2.2 Ekosistem Air Tawar


Ekosistem air tawar adalah suatu bentuk menyeluruh atau tatanan
yang ada di dalam air tawar dan sekitarnya yang terdiri dari makhluk
hidup di dalam air tersebut dan lingkungan air tawar itu sendiri.
Ekosistem air tawar sering dikatakan juga sebagai perairan darat.

2.2.1 Ciri-ciri ekosistem air tawar


Ciri-ciri ekosistem air tawar dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Salinitas (kadar garam) rendah, lebih rendah jika
dibandingkan dengan sitoplasma.

4
2. Adanya aliran air (arus), hal ini amat menentukan
distribusi gas yang vital, garam mineral dan organisme
kecil.
3. Variasi suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar.
4. Penetrasi (masuknya) cahaya matahari terbatas/kurang.
5. Ekosistem air tawar tetap dipengaruhi oleh iklim dan
cuaca, meskipun pengaruh tersebut relatif kecil apabila
dibandingkan dengan ekosistem darat.
6. Perubahan ketinggian air terlihat nyata sekali , misalnya
pada waktu musim hujan air sungainya tinggi (berlimpah)
dan musim kemarau terlihat sedikit (kekeringan).
7. Kadar oksigen terlarut pada ekosistem air tawar relatif
lebih tinggi.
8. Intensitas cahaya yang diterima pada ekosistem air tawar
cukup tinggi, walaupun karena berbagai faktor penetrasi
cahaya matahari ke dalam air agak berkurang.
9. Secara fisik dan biologis ekosistem ait tawar merupakan
perantaraan ekosistem darat dan laut , yang sering disebut
sebagai air payau (lingkungan estuarin) , estuarin
merupakan lingkungan lingkungan perairan setengah
tertutup di pinggiran daratan yang terpengaruh oleh
pasang surut air laut.
10. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang ,
sedangkan lainnya adalah tumbuhan biji.

2.2.2 Penggolongan Ekosistem Air Tawar Berdasarkan Gerak Airnya


Berdasarkan gerak airnya, ekosistem air tawar dapat
dibedakan menjadi ekosistem lentik dan lotik.

5
 Ekosistem Lentik adalah ekosistem yang airnya tenang
atau diam, misalnya danau, telaga dan rawa.

 Ekosistem Lotik adalah ekosistem yang airnya bergerak


mengalir, misalnya selokan, parit, atau sungai. Ciri-ciri
ekosistem lotik adalah airnya mengalir, merupakan
ekosistem terbuka dari kadar oksigen terlarut relatif tinggi.

Aliran air dalam ekosistem lotik merupakan faktor


pembatas bagi organisme yang ada di dalamnya. Artinya

6
organisme yang tidak dapat melakukan adaptasi terhadap
adanya aliran air akan tersingkir. Aliran ini juga dapat
menjadi penentu jenis dan komposisi komponen biotik
dalam ekosistem. Aliran air tergantung pada topografi,
besarnya sungai dan debit air yang mengalir. Misalnya, jenis
organisme di pinggir sungai berbeda dengan jenis organisme
di dalam atau di dasar sungai.
Air ekosistem lotik tidak tetap, melainkan berubah
tergantung pada musim. Di Pulau Jawa, pada umumnya air
sungai keruh dan banjir di musim hujan sedangkan di musim
kemarau airnya kecil dan bahkan mengering. Keadaan ini
merupakan suatu indikator adanya kerusakan ekosistem
darat di daerah hulu sungai.
Sebagai suatu Ekosistem terbuka. Ekosistem lotik
memperoleh kiriman bahan organik yang terbawa aliran air
dari daerah hulu atau daratan misalnya, berupa bangkai,
sampah atau daun-daun yang gugur ke sungai. Meskipun
dari ekosistem lotik itu sendiri hewan-hewan dapat
memperoleh makanan, beberapa hewan sungai ada yang
memakan bahan organik yang terbawa aliran air. Jadi,
ekosistem lotik mendapat pengaruh yang besar dari
ekosistem daratan.
Sebagai ekosistem yang mobil, aliran air memudahkan
terjadinya persentuhan antara permukaan air yang luas
dengan udara. Apalagi, jika di sepanjang ekosistem lotik
terdapat jeram, riak-riak kecil, dan air terjun. Keadaan yang
demikian menyebabkan kadar oksigen terlarut relatif tinggi.
Tingginya kadar oksigen memberikan kondisi pada hewan-
hewan sungai untuk hidup di lingkungan yang cukup
oksigen, sehingga mereka menjadi peka terhadap

7
kekurangan oksigen. Adanya bahan pencemar yang dapat
mereduksi (mengurangi) oksigen terlarut dapat
menimbulkan bencana bagi hewan air itu.

2.2.3 Penggolongan Ekosistem Air Tawar Berdasarkan Bentuknya


Berdasarkan bentuknya ekosistem air tawar dapa
digolongkan menjadi:
a. Kolam
Kolam merupakan ekosistem buatan dan sebuah
perairan yang cukup dangkal sehingga cahaya dapat
menembus sampai ke dasarnya. Tumbuhan yang hidup di
habitat kolam antara lain teratai dan enceng gondok.
Organisme lain yang berada di dalam kolam adalah
berbagai jenis plankton, crustacea kecil, molusca, beberapa
jenis ikan , serta insecta.
b. Danau
Danau adalah perairan darat yang ukurannya lebih
besar daripada kolam. Akan tetapi batas – batas ukuran
danau tidak jelas. Para ahli menyebutkan danau adalah
perairan darat yang mempunyai kedalaman air sedemikian
rupa , sehingga dasar perairannya selalu gelap karena tidak
dapat tercapai oleh cahaya matahari.
c. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu
arah. Air sungai dingin dan jernih serta mengandung
sedikit sedimen dan makanan. Aliran air dan gelombang
secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air
bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.

8
d. Rawa
Ekosistem air tawar berupa rawa memiliki habitat
dengan ciri-cirinya adalah variasi temperatur atau suhu
rendah, kadar garam rendah, penetrasi cahaya yang
kurang, dipengaruhi iklim dan cuaca di sekitar, dan
memiliki tumbuhan-tumbuhan tingkat tinggi (dikotil dan
monokotil), tumbuhan tingkat rendah (alga, jamur, gulma,
ganggang hijau) yang berfungsi sebagai produsen, serta
memiliki ikan air tawar yang dapat dijadikan sebagai
sumber pangan protein hewani (Irwan 1997).

2.3 Ekosistem Air laut


Ekosistem air laut merupakan sumber daya hayati dan non hayati,
lebih kurang 70% dari permukaan bumi tertutup oleh laut. Wilayah
indonesia yang terdiri atas lebih dari 13000 pulau, dikelilingi oleh laut.
Ilmu yang mempelajari ekosistem air laut disebut oceanologi.
2.3.1 Ciri-Ciri Ekosistem Air Laut
Adapun ciri-ciri dari ekosistem air laut adalah:
1. Salinitas tinggi terutama di daerah tropis , sedangkan di daerah
dingin salinitasnya rendah.
2. Mineral air laut 75% berupa NaCl (garam dapur)
3. Pada kedalaman 200 m , suhu air laut dari kutub sampai
khatulistiwa berkisar 0 ˚ - 22 ˚ C.
4. Pada bagian yang lebih dalam, hampir tidak ada perbedaan
suhu.
5. Jumlah energi cahaya yang diterima air laut dipergunakan
untuk fotosintesis organisme autotrofik.
6. Aliran air laut menyebarkan senyawa kimia yang diperlukan
organisme yang hidup di laut , serta mempengaruhi suhu dan
kadar garam.

9
7. Aliran air laut di pengaruhi oleh pola angin dan putaran bumi.

2.3.2 Penggolongan Ekosistem Air Laut Berdasarkan Bentuknya


Berdasarkan bentuknya ekosistem air laut dapat di bedakan
menjadi lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
a. Lautan
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam)
yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah
laut tropik, karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di
daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C. Perbedaan suhu bagian
atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air yang panas di
bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut
daerah termoklin.Di daerah dingin, suhu air laut merata
sehingga air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut
tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari
pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah
dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai
makanan yang berlangsung baik.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki
tekanan osmosis sel yang hampir sama dengan tekanan
osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi beradaptasi dengan cara
banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan pengeluaran
air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang
berlebihan diekskresikan melalui insang secara aktif.
Ekosistem air laut dapat dibagi-bagi dalam kelompok
menurut berbagai cara, salah satu cara adalah dengan
membedakan ekosistem air laut menjadi 3 daerah lautan.
1. Lautan terbuka , mempunyai ciri khas sebagai berikut :
 Produsen utama adalah Diatomae (alga mikroskopik dan
Dinoflagellatae).

10
 Seluruh kehidupan ekosistem tergantung pada
phytoplankton.
2. Kedalaman laut (laut dalam) , mempunyai ciri – ciri sebagai
berikut :
 Tekanan airnya kuat.
 Tekanan di dalam tubuh sama dengan tekanan di luar
tubuh organisme.
 Tidak terdapat produsen.
 Umumnya , hewan berwarna hitam atau merah tua , dan
mempunyai indera penglihat yang sangat peka.
 Hewan-hewan tersebut kadang mempunyai kemampuan
bioluminessens yang berguna untuk pemikat mangsa dan
menghindar dari serangan lawan , serta sebagai tanda
pengenal.
 Biota yang di temui binatang karang , ikan , udang dan
cumi- cumi.
3. Lautan lepas pantai , dengan ciri sebagai berikut :
 Relatif dangkal , sebagian dari daratan menjulur ke
bawah air yang menggenanginya.
 Daerah yang tegenanh di sebut papan kontinen.
 Lebar rata-rata papan kontinen ± 50 km.
 Cahaya matahari dapat menembus sampai ke dasar.
 Jarang bahkan tidak terdapat lumut dan paku- pakuan.
 Banyak terdapat crustaceae , molusca dan cacing
annelida.
b. Pantai
Pantai adalah wilayah yang menjadi batas antara daratan
dan lautan. Bentuk-bentuk pantai berbeda-beda. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan proses yang ada di wilayah
tersebut seperti pengikisan, pengangkutan dan pengendapan

11
yang disebabkan karena adanya gelombang, arus dan angin
yang berlangsung secara terus menerus sehingga membentuk
daerah pantai.
Pesisir adalah wilayah antara batas pasang tertinggi hingga
batas air laut yang terendah pada saat surut.Pesisir
dipengaruhi oleh gelombang air laut. Pesisir juga merupakan
zona yang menjadi tempat pengendapan hasil pengikisan air
laut dan merupakan bagian dari pantai.
Bagi kehidupan, terutama di daerah tropis pantai dapat
dimanfaatkan sebagai :
1. Areal tambak garam.
2. Daerah pertanian pasang surut.
3. Wilayah perkebunan kelapa dan pisang.
4. Objek pariwisata.
5. Daerah pengembangan industri kerajinan rakyat bercorak
khas daerah pantai, dan lain-lain.
c. Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai
dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur
intertidal yang luas atau rawa garam.Salinitas air berubah
secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas
ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut
aimya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.
Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara lain
rumput rawa garam, ganggang, dan fitoplankton. Komunitas
hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting, dan
ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang
menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi
untuk menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan

12
tempat mencari makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas
air.
d. Terumbu karang
Terumbu karang merupakan Ekosistem di dasar laut tropis
yang dibangun terutama oleh biota laut penghasil kapur
(CaCO3) khususnya jenis-jenis karang batu dan alga berkapur,
bersama-sama dengan biota yang hidup di dasar lainnya
seperti jenis-jenis moluska, crustasea, echinodermata,
polikhaeta, porifera, dan tunikata serta biota-biota lain yang
hidup bebas di perairan sekitarnya, termasuk jenis-jenis
plankton dan jenis-jenis nekton.
Pertumbuhan terumbu karang dibatasi oleh beberapa
faktor seperti suhu, salinitas, cahaya, kedalaman, gelombang
dan arus. Fungsi dari terumbu karang sendiri adalah untuk
tempat asuhan, mencari makan, dan pemijahan ikan. Ekosistem
terumbu karang di pangandaran banyak ditemukan di pantai
sebelah barat dan timur. Pada ekosistem terumbu karang
terjadi interaksi makan-memakan hingga terbentuklah jaring
makanan.

2.3.3 Penggolongan Ekosistem Air Laut Berdasarkan Intensitas Cahaya


Yang Diterima
Berdasarkan Intensitas cahaya yang diterima air laut , habitat
air laut dapat di bedakan menjadi 3, yaitu:
1. Daerah fotik
Daerah yang masih mendapatkan cahaya matahari.
2. Daerah twilight ( disfotik)
Daerah dari kedalaman 200-2.000 m , cahaya bersifat remang-
remang dan tidak efektif , sehingga fotosintesis lebih kecil atau
sama dengan respirasi.

13
3. Daerah Afotik
Daerah dengan kedalaman lebih dari 2.000 m, daerah ini tidak
terkena cahaya matahari dan fotosintesis tidak ada.

2.4 Ekosistem Binaan Manusia


Ekosistem binaan atau ekosistem buatan adalah ekosistem yang
dibuat dan direkayasa oleh manusia. Ekosistem buatan atau binaan
merupakan lingkungan yang diciptakan manusia untuk berbagai
keperluan. Manusia harus terus-menerus mengelola dan
mengembangkan lingkungan tersebut sesuai dengan kebutuhan . Contoh
ekosisem binaan itu adalah kolam, aquarium, waduk, sawah, ladang, dan
taman. Pada umumnya, ekosistem buatan mempunyai komponen biotik
sesuai dengan yang diinginkan pembuatnya.
Terhadap lingkungan binaan tersebut, manusia senantiasa berupaya
mengaturnya. Interaksi alami hampir terkendali. Di dalam ekosistem
pertanian, misalnya, serangga yang memakan tanaman dikendalikan
dengan memberantasnya dengan menggunakan insektisida. Di daerah
perkotaan jarang terdapat tumbuhan (produsen). Tumbuhan didominasi
oleh tanaman hijau di sepanjang jalan, di taman atau di halaman.
Kurangnya tumbuhan hijau di perkotaan mengakibatkan udara kota
terasa pengap, kering, dan suhu udara meningkat.
Ekosistem buatan juga memiliki ciri khas yaitu komponen
ekosistem yang berada di dalamnya mendapatkan energi dari luar
ekosistemnya. contohnya ekosistem aquarium yang air, oksigen dan
makanan berasal dari pemberian si pemilik auqrium. Selain itu,
ekosistem buatan juga memiliki ciri keanekaragaman hayatinya
rendah atau kecil, contohnya ekosistem sawah, yang hanya ada padi,
rumput, ular, dan/ atau hewan maupun tumbuhan lain dimana jenis
organisme yang ada di dalamnya hanya sedikit.

14
Berikut beberapa contoh ekosistem binaan manusia :
1. Waduk/bendungan
Suatu ekosistem buatan yang berupa bangunan penahan atau
penimbun air untuk berbagai keperluan, misalnya untuk irigasi,
pembangkit listrik, tempat rekreasi, dan sarana olahraga. Selain itu,
waduk merupakan ekosistem baru dengan substrat dasar biasanya
berasal dari kebun atau sawah maupun hutan dengan sifat geologi
yang berbeda-beda. Waduk jatiluhur di Jawa Barat contohnya. Di
bawah ini adalah gambar bendungan untuk irigasi

2. Hutan Tanaman Produksi


Hutan tanaman merupakan vegetasi yang terdiri atas tanaman
budidaya bernilai tinggi yang dengan sengaja ditanam pada kawasan
tertentu. Biasanya jenis tanaman yang dibudidayakan bernilai tinggi,
seperti tanaman jati, mahoni, pinus, dammar, rasamala, ampupu,
manglit, dan puspa.

15
3. Agroekosistem
Agroekosistem merupakan
ekosistem yang dengan sengaja
dibuat untuk keperluan
pertanian, misalnya sawah
irigasi, sawah tadah hujan,
sawah surjan, sawah rawa,
sawah pasang surut,
perkebunan (teh, kopi kelapa sawit, dan karet), kolam tambak,
ladang, dan pekarangan. Kebun Buah Apel adalah salah satu jenis
Agroekosistem
4. Pemukiman
Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun
perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau
lingkungan hunian dantempat kegiatan yang mendukung
perikehidupan dan penghidupan. Pemukiman di sini termasuk
komplek perumahan, desa, kota, dll.

2.5 Permasalahan Yang Terjadi Di Dalam Ekosistem Air (Aquatik) Dan


Binaan Manusia
2.5.1 Permasalahan Yang Terjadi Pada Ekosistem Air (Aquatik)
a. Permasalahan yang terjadi pada ekosistem air tawar
Permasalahan pada ekosistem air sering terjadi
diakibatkan oleh penduduk atau manusia, salah satunya
permasalahan pada ekosistem air tawar yaitu:
 Pencemaran Air Sungai
Sungai-sungai di Indonesia memiliki peranan penting
bagi kehidupan, yaitu sebagai sarana irigasi, sumber air
minum, keperluan industri, dan lain-lain. Tetapi dalam

16
kurun waktu lima tahun ini, kualitas air telah mengalami
penurunan. Hal itu disebabkan sebanyak 64 dari 470
Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia dalam keadaan
kritis. Pendangkalan sungai terjadi di mana-mana. Selain
itu, sungai di Indonesia banyak yang tercemar oleh
berbagai limbah di antaranya:
 Limbah domestik, yaitu limbah rumah tangga berupa
detergen, tinja, dan sampah yang sengaja dibuang ke
sungai.
 Limbah Industri berupa berbagai zat kimia dan logam
berat yang berbahaya dan beracun.
 Limbah pertanian seperti sisa pestisida dan pupuk.
 Racun dari kegiatan penangkapan ikan yang terlarang.

 Pencemaran Air Tanah


Perumahan di kota-kota padat di Indonesia banyak
yang menggunakan sumur tanah sebagai sumber air untuk
keperluan sehari-hari, menggantikan peran PAM. Akan
tetapi, air tanah dari sumur-sumur tersebut mengandung
bakteri Fecal coli, coliform, serta mineral-mineral seperti
besi yang melebihi baku mutu. Sumber pencemaran
tersebut berasal dari tempat penampungan tinja penduduk
(septic tank). Akibatnya, kondisi air berwarna kuning dan
berbau. Hal ini bisa saja tidak terjadi jika jarak antara
septic tank dengan sumur lebih dari 10 meter. Tapi karena
kota merupakan kawasan padat, hal ini menjadi sulit
diimplementasikan dan terjadilah pencemaran air tanah.
Selain itu, pembuangan limbah industri yang
berdekatan dengan sumur penduduk juga menyebabkan
air tanah tercemar. Air tanah di kota-kota besar yang dekat

17
pantai (seperti Jakarta) juga tercemar oleh air asin (air
laut) karena penyedotan air tanah secara besar-besaran
oleh industri dan berbagai bangunan besar. Karena air
tanah sudah banyak tersedot, akhirnya di rongga bekas air
tanah tadi air laut merembes dan mengurangi kualitas air
tanah yang disedot oleh kota.
 Dampak Dari Pencemaran Air
Pencemaran air memberikan dampak sebagai berikut.
1. Musnahnya berbagai jenis ikan dan terjadi kerusakan
pada tumbuhan air. Dampak lebih lanjut yang terjadi
adalah terganggunya ekosistem yang pada saatnya pasti
akan merugikan manusia sendiri.
2. Air sungai yang terkontaminasi mengancam kesehatan
penduduk di sepanjang DAS karena menjadi sumber
berbagai penyakit.
3. Terjadinya banjir di musim hujan.
4. Bau menyengat dari limbah pabrik.
5. Terjadinya kelangkaan air bersih.
6. Terjadinya blooming algae, suatu keadaan ketika air
sungai dan danau ditutupi oleh ganggang yang
menyebabkan matinya
biota bawah air.
Blooming algae
disebabkan oleh
banyaknya pupuk yang
terlarut dalam air.

18
7. Limbah dari sungai yang terbawa ke laut akan
mencemari biota laut, sehingga turut membawa petaka
bagi manusia yang mengonsumsinya. Sebgai contoh
penyakit Minamata di Jepang, suatu penyakit yang
terjadi di daerah Minamata yang disebabkan oleh
menumpuknya logam berat dalam tubuh ikan laut yang
dikonsumsi orang-orang.
 Upaya penganggulangan pencemaran air dapat dilakukan
dengan langkah berikut.
1. Membatasi. Limbah harus diminimalisir dan kalau bisa
didaur ulang. Jika tidak bisa didaur ulang, limbah harus
dinetralisir agar tidak mencemari lingkungan.
2. Mengawasi. Masyarakat dan lembaga-lembaga swadaya
harus turut mengawasi dan menjaga pelestarian air.
3. Mengendalikan. Pelaksanaan undang-undang
lingkungan hidup harus tegas, para pelanggar harus
diganjar dengan sanksi yang sesuai.

b. Permasalahan pada ekosistem air laut


Disamping permasalahan air yang terjadi pada ekosistem
air tawar , pada ekosistem air laut juga memiliki
permasalahan yang terjadi pada airnya maupun lingkungan
yang mendukungnya salah satunya permasalahan pada
pantai.
Ekosistem pantai merupakan ekosistem yang memiliki
kekayaan alam beragam karena merupakan pertemuan antara
wilayah darat dan wilayah laut. Berbagai jenis makhluk hidup
dapat ditemukan di pantai. Di daerah pantai dapat ditemukan
hutan bakau, terumbu karang, dan tentu saja pasir pantai.

19
Hutan bakau dapat dijadikan bahan baku pembuatan
mebel. Terumbu karang merupakan kawasan yang indah,
namun sayang sering ada tangan-tangan jahil yang mencopoti
terumbu karang untuk dijual. Adapun pasir pantai dapat
dijadikan bahan bangunan. Pengerukan sumber daya alam
pantai secara berlebihan dapat membuat pantai menjadi tidak
dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Ekosistem pantai
akan hancur.

Untuk mengurangi dampak rusaknya ekosistem pantai,


perlu dilakukan langkah berikut.
1. Reboisasi hutan bakau.
2. Dibuat peraturan yang membatasi penambangan pasir.
3. Masyarakat terutama nelayan ikut berperan aktif dalam
menjaga daerah pesisir pantai.
4. Pemberian tanggung jawab untuk konservasi hutan di
sepanjang pantai bagi pengusaha yang bergerak di bidang
wisata bahari.

2.5.2 Permasalahan Yang Terjadi Pada Ekosistem Binaan Manusia


Pada ekosistem binaan manusia juga sering di temui
permasalahan yang terjadi salah satunya permasalahan yang
terjadi pada ekosistem binaan yaitu sawah. Di dalam Ekosistem

20
sawah, banyak sekali masalah-masalah yang timbul diantaranya,
yaitu:
a. Pencemaran Tanah
Tanah dapat tercemar apabila penggunaan secara
berlebihan terhadap pupuk dan pestisida. Pencemaran tanah
mempunyai ciri yaitu ada-Nya perubahan tanah menjadi kering
dank keras, hal ini disebabkan oleh jumlah kandungan garam
yang sangat besar yang terdapat didalam tanah. Selain itu,
pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh sampah plastik
karena pada umum-Nya sampah plastic tidak mengalami
proses penghancuran secara sempurna.
b. Hama
Dalam ekosistem sawah, masalah yang sering terjadi
adalah banyak-Nya hama yang mengganggu atau merusak
tanaman yang berfungsi sebagai produsen, sehingga
menyebabkan tanaman menjadi kurang tumbuh secara
sempurna dan pertumbuhan-Nya menjadi terhambat. Hal
tersebut akan sangat berpengaruh pada perekonomian
dinegara kita. Semakin banyak tanaman yang terkena hama,
semakin mahal harga jual tanaman tersebut.
c. Cuaca atau iklim
Cuaca yang tidak menentu akan sangat berpengaruh pada
tanaman padi yang terdapat pada ekosistem sawah. Ketika
musim hujan, hama tikus akan semakin banyak sehingga
produksi tanaman padi akan sangat menurun. Ketika musim
panas, tanah sawah akan menjadi retak-retak sehingga padi
banyak yang mati karena kekurangan air.
d. Pencemaran air
Air sangat mempengaruhi tumbuh kembang tanaman dan
hewan yang terdapat pada ekosistem sawah. Tidak sedikit

21
lahan persawahan yang memanfaatkan sistem irigasi yang
telah tercemari oleh limbah-limbah pabrik. Hal ini
menyebabkan terganggunya system rantai makanan yang ada
pada ekosistem sawah.

 Upaya-Upaya Mengatasi Masalah-Masalah Yang Timbul Pada


Ekosistem Sawah
Pada umumnya permasalahan yang terjadi dapat diatasi
dengan cara-cara berikut:
1. Menerapkan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan
pada pengelolaan sumber daya alam baik yang dapat maupun
yang tidak dapat diperbaharui dengan memperhatikan daya
dukung dan daya tamping;
2. Untuk menghindari terjadi-Nya pencemaran lingkungan dan
kerusakan sumber daya alam maka diperlukan penegakan
hokum secara adil dan konsisten;
3. Memberikan kewenangan dan tanggung jawab secara bertahap
terhadap pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup;
4. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup secara
bertahap dapat dilakukan dengan cara membudayakan
masyarakat dan kekuatan ekonomi;
5. Untuk mengetahui keberhasilan dan pengelolaan sumber daya
alam dan lingkungan hidup dengan penggunaan indicator
harus ditetapkan secara efektif;
6. Penetapan konservasi yang baru dengan memelihara
keragaman konservasi yang sudah ada sebelumnya; dan
7. Mengikut sertakan masyarakat dalam rangka menanggulangi
permasalahan lingkungan global.

22
2.6 Ekosistem Air di Kalimantan Tengah
Adapun salah satu contoh
ekosistem air yang ada di
Kalimantan Tengah adalah
Ekosistem Hutan Rawa
Gambut/ Ekosistem Air Hitam.
Hutan rawa gambut
didefinisikan sebagai hutan
rawa yang sumber airnya yang
tidak dipengaruhi oleh air sungai tapi hanya berasal dari curahan hujan
atau presipitasi saja. Ekosistem ini dicirikan dengan jenis tanah histosol
atau lapisan tanah yang terbentuk dari sisa-sisa tanaman atau lapukan
bahan organik pada daerah cekungan yang selalu tergenang dalam
jangka waktu yang sangat lama. Akumulasi bahan organik inilah yang
mengakibatkan airnya berwarna kehitaman sehingga sering juga disebut
sebagai ekosistem air hitam. Di Kalimantan Tengah luas hutan rawa
gambut mencapai sekitar 5 juta hektar.
Penelitian tentang ekologi hutan rawa gambut Kalimantan Tengah
sudah dilakukan sejak tahun 1993 dipusatkan di bagian hulu DAS
Sebangau dengan melibatkan ratusan tenaga ahli baik dari dalam
maupun luar negeri. Ditinjau dari aspek perairan, hutan rawa gambut
digolongkan sebagai salah satu jenis dari ekosistem lahan basah. Hal ini
disebabkan karena permukaan tanah hutan rawa gambut kadang-kadang
sepenuhnya tergenang air.
Dalam periode satu tahun, pada musim hujan hutan rawa ini
biasanya akan digenangi air dengan ketinggian dapat mencapai 10 cm di
atas permukaan tanah, dan sebaliknya permukaan air tanah akan turun
hingga mencapai 60 cm di bawah permukaan tanah pada musim
kemarau. Karena sumber utama air di hutan rawa gambut adalah air
hujan, maka karakterisitk fisik-kimia air di ekosistem ini sangat berbeda

23
dengan air danau atau air sungai di sekitarnya. Air di hutan rawa gambut
biasanya sangat asam dengan pH dapat mencapai 3 dan sangat miskin
akan unsur hara.
Karena air yang menggenangi hutan rawa gambut hanya berasal dari
air hujan, maka kualitas air di ekosistem ini memiliki kharakteristik
sendiri. Sebagai contoh, air permukaan yang menggenangi hutan rawa
gambut Sebangau bersifat sangat asam dengan nilai pH berkisar 3,56
dengan conductivity yang sangat rendah hanya 50 μS per cm dan
kandungan ion-ionnya yang juga sangat rendah.
Tingkat keasaman air permukaan di hutan rawa gambut Sebangau
ini jauh lebih rendah dari nilai pH air hujan yang mencapai 5,88.
Asamnya air permukaan ini disebabkan oleh keasaman tanah gambut di
lokasi pengukuran yang nilai pHnya dapat mencapai hanya 3,12 saja.
Meskipun demikian di hutan rawa gambut juga hidup beberapa
species ikan yang beradaptasi dengan kondisi fisik dan kimia air yang
sangat spefifik tersebut. Sebagai contoh, di hutan rawa gambut di daerah
Sebangau terdapat 16 species ikan dengan pola migrasi yang berbeda.
Pada saat permukaan air naik, sebagian ikan akan bermigrasi dari
sungai dan danau di sekeliling hutan dan mencari makan di hutan rawa
gambut ini. Sebaliknya pada saat dasar hutan mengering di musim
kemarau, sebagian ikan akan kembali ke sungai dan danau, tetapi ada
juga yang ikut membenamkan dirinya di dasar hutan dan tetap tinggal di
sana mengikuti turunnya permukaan air.
Ikan-ikan ini biasanya mendapatkan makanannya dari serangga-
serangga yang jatuh dari pohon-pohon yang tumbuh di hutan rawa
tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa hutan rawa gambut merupakan
ekosistem yang sangat spesifik yang juga dihuni oleh flora dan fauna
yang juga spesifik termasuk diantaranya beberapa species ikan yang
hanya bisa ditemukan di hutan rawa gambut saja. Kerusakan ekosistem

24
hutan rawa gambut dapat dipastikan akan menyebabkan punahnya ikan-
ikan air tawar yang hanya bisa hidup di ekosistem jenis ini.
Dari hasil observasi mamalia yang dilaksanakan oleh CIMTROP
UNPAR (2002), diketahui bahwa di dalam kawasan ini dapat dijumpai 35
jenis mamalia dan 13 diantaranya merupakan jenis yang terancam
punah. Selain jenis mamalia juga terdapat 106 jenis burung dan 36 jenis
ikan yang telah teridentifikasi serta berbagai jenis reptilia seperti Sanca
(Phyton reticulatus), Ular air (Homalopsis bucata), Ular pipa berekor
merah (Cylindrophis rufus), Cobra (Naja sumatrana), Ular hujau
(Ahaetulla prasina), ular cokelat malaya (Xenelaphis hexagonatus), Cicak
terbang (Draco sp.), Biawak (Varanus salvator), kura-kura kotak (Cuora
amboinensis) dan kura-kura berduri (heosemys spinosa).
Berdasarkan hasil penelitian Bidang Botani LIPI (2007) diketahui
bahwa Taman Nasional Sebangau memiliki 809 jenis flora, yang
termasuk dalam 128 suku (16 jenis diantaranya belum teridentifikasi).
Adapun jenis-jenis flora yang khas antara lain : Ramin (Gonystylus
bancanus), Jelutung (Dyera costulata), Belangeran (Shorea belangeran),
Bintangur (Calophyllum scerophyllum), Meranti (Shorea spp.), Nyatoh
(Palaquium spp.), Agatis (Aghatis spp.), Keruing (Dipterocarpus spp.) dan
Menjalin (Xanthophyllum spp.).
Selain fungsinya sebagai habitat keanekaragaman hayati, kawasan
gambut Sebangau juga berperan dalam menjaga keseimbangaan air
regional melalui fungsinya sebagai daerah tangkapan air yang memiliki
kapasitas menyimpan yang besar. Antara 80-90% volume gambut akan
menjadi penampung air pada musim hujan dan melepaskannya secara
bertahap pada musim kemarau.
Fungsi ekologi yang tidak kalah pentingnya ialah ekosistem ini
merupakan gudang penyimpanan karbon di bawah permukaan, yaitu
sebesar 2500 ton/ha dan itu belum ditambah dengan kandungan karbon
yang ada di atas permukaan (vegetasi). Luas lahan gambut yang ada di

25
Pulau Kalimantan adalah 5.769.246 ha dan lebih dari 52 % nya berada di
Provinsi Kalimantan Tengah. Sedangkan Kawasan Sebangau adalah
kawasan ekosistem hutan rawa gambut tropika yang relatif masih utuh
dengan ketebalan gambut mulai dari yang dangkal/tipis (50-100 cm) dan
sebagian besar kawasan memiliki ketebalan yang sangat tebal/sangat
dalam (400-800 cm) yaitu seluas ± 140.939 ha, hingga dalam sekali/tebal
sekali (800-1200 cm) yaitu seluas ±187.919 ha. Sehingga keutuhan
kawasan ini mutlak diperlukan dalam kaitannya dengan upaya mitigasi
dan adaptasi pemanasan global.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekosistem Air adalah ekosistem yang faktor lingkungan eksternalnya
didominasi oleh air sebagai habitat dari berbagai organisme air.
Berdasarkan kadar yang terdapat di dalamnya (salinitas), ekosistem air
terbagi menjadi ekosistem air tawar dan ekosistem air laut.
Ekosistem air tawar memiliki ciri-ciri, seperti kadar garam rendah,
mempunyai aliran air, variasi suhu antara siang dan malam yang tidak
terlalu besar, masuknya cahaya matahari terbatas, dipengaruhi oleh
iklim dan cuaca meskipun relatif kecil, perubahan ketinggian air sangat
terlihat antara musim penghujan dan musim kemarau, memiliki kadar
oksigen yang relatif tinggi, serta intensitas cahaya yang diterima pada
ekosistem air tawar cukup tinggi. Berdasarkan bentuknya, ekosistem air
tawar terdiri dari kolam, danau, sungai, dan rawa.
Sedangkan ekosistem air laut memiliki ciri-ciri, seperti salinitas (kadar
garam) tinggi, mineral air laut mengandung 75% NaCl, pada bagian yang
lebih dalam hampir tidak ada perubahan suhu, aliran air laut dapat
mempengaruhi suhu dan kadar garam, serta alirannya dipengaruhi oleh
pola angin dan putaran bumi. Berdasarkan bentuknya, ekosistem air laut
dapat dibedakan menjadi lautan, pantai, estuari, dan terumbu karang.
Ekosistem binaan atau ekosistem buatan adalah ekosistem yang
dibuat dan direkayasa oleh manusia. Contoh-contoh ekosistem binaan,
seperti waduk/bendungan, hutan tanaman produksi, agroekosistem, dan
pemukiman.
Banyak sekali permasalahan yang terdapat pada ekosistem air,
misalnya pencemaran air, perusakan terumbu karang, dan sebagainya.
Sehingga perlu kesadaran diri dari masyarakat untuk menjaga
kelestarian ekosistem.

27
3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan adalah alangkah lebih baiknya
manusia memiliki kesadaran diri untuk menjaga lingkungan dan
ekosistemnya demi kelangsungan hidup bersama.
Demikian yang dapat kami paparkan dalam makalah ini. Tentunya
masih banyak kekurangan yang terdapat dalam makalah ini, hal tersebut
tidak lepas dari keterbatasan pengetahuan penulis. Karena itu, kritik dan
saran yang membangun sangat kami harapkan dari pembaca.

28
DAFTAR PUSTAKA

Website:
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem
http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012/02/ekosistem-air.html
http://pengertian-definisi.blogspot.com/2012/02/ekosistem-binaan-atau-
ekosistem-buatan.html
http://ekosistem-air-laut.blogspot.com/2013/12/makalah-ekosistem-air-
laut.html

29

Anda mungkin juga menyukai