Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PENGETAHUAN LINGKUNGAN

EKOSISTEM AKUATIK

Oleh Kelompok 2

Rizky Ananda
Prasetyo Khairy
Fadiyah Safiqah
M. Ramah
Syahrani Anaffiah

MATA PELAJARAN BIOLOGI

SMA NEGERI 2 PERCUT SEI TUAN

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah tentang Ekosistem Akuatik. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dan mendukung dalam
menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada:

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.

Medan, 18 Januari 2023

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar....................................................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Tujuan....................................................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Ekosistem Air Tawar............................................................................... 3
2.2 Danau....................................................................................................... 5
2.3 Ekosistem Lotik....................................................................................... 8
2.4 Ekosistem Air Laut..................................................................................10
2.5 Laut..........................................................................................................14
2.6 Ekosistem Pantai.....................................................................................15
2.7 Estuari......................................................................................................19
2.8 Terumbu Karang......................................................................................20

Bab III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ..............................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara


makhluk hidup dengan lingkungan. Berasal dari kata Yunani oikos "habitat"
dan logos " ilmu ". Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan
ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya yaitu faktor abiotik dan
biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya, dan topografi,
sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,
tumbuhan, dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-
tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas, dan ekosistem
yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan
kesatuan.
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh
antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem
perairan merupakan suatu unit ekologis yang mempunyai komponen biotik dan
abiotik yang saling berhubungan di habitat perairan. Komponen biotik terdiri atas
komponen flora dan fauna. Sedangkan komponen atbiotik terdiri atas komponen
tidak hidup misalnya air dan sifat fisik dan kimianya. Ilmu yang mempelajari
peranan laut terbuka tersebut oceanografi, sedangkan ilmu yang mempelajari
perairan tawar dan asin di bawah pesisir disebut hymnologi.
Ekosistem perairan berarti hubungan makhluk hidup perairan, seperti ikan,
buaya dan lainnya dengan makhluk tak hidup, misal batu, air, udara dan lainnya.
Ekosistem perairan meliputi ekosistem air tawar dan ekosistem air laut .

1
Ekosistem perairan (akuatik) sebagian besar komponen biotik dan abiotiknya
berada di air.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui ekosistem akuatik yang meliputi pengertian dan apa saja yang ada pada
ekosistem akuatik tersebut. Dari penulisan ini diharapkan apa yang kita ketahui tentang
ekosistem akuatik agar mahasiswa maupun masyarakat umum untuk melindungi dan
melestarikan ekosistem akuatik yang semakin hari semakin hancur.

1.3 Manfaat
Dari setiap penulisan suatu makalah pasti adanya manfaat yang bisa
didapatkan seperti halnya penulisan makalah ini, antara lain:
1. Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa.
2. Sebagai pengetahuan bagi masyarakat umum akan pentingnya ekosistem
akuatik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Ekosistem Air Tawar

Ekosistem air tawar adalah suatu bentuk menyeluruh atau tatanan yang ada
di dalam air tawar dan sekitarnya yang terdiri dari makhluk hidup di dalam air
tersebut dan lingkungan air tawar itu sendiri. Ekosistem air tawar sering dikatakan
juga sebagai perairan darat (Kimball, 1991).

a. Ciri-ciri ekosistem air tawar ciri-ciri ekosistem air tawar dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Salinitas (kadar garam) rendah, lebih rendah jika dibandingkan dengan
sitoplasma
2. Adanya aliran air (arus), hal ini amat menentukan distribusi gas yang vital,
garam mineral dan organisme kecil.
3. Variasi suhu antara siang dan malam tidak terlalu besar.
4. Penetrasi (masuknya) cahaya matahari terbatas/kurang.
5. Ekosistem air tawar tetap dipengaruhi oleh iklim dan cuaca, meskipun
pengaruh tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan ekosistem
darat.
6. Perubahan ketinggian air terlihat nyata sekali , misalnya pada waktu
musim hujan air sungainya tinggi (berlimpah) dan musim kemarau
terlihat sedikit (kekeringan).
7. Kadar oksigen terlarut pada ekosistem air tawar relatif lebih tinggi.
8. Intensitas cahaya yang diterima pada ekosistem air tawar cukup tinggi,
walaupun karena berbagai faktor penetrasi cahaya matahari ke dalam
air agak berkurang.
9. Secara fisik dan biologis ekosistem ait tawar merupakan perantaraan
ekosistem darat dan laut, yang sering disebut sebagai air payau
(lingkungan estuari), estuarin merupakan lingkungan lingkungan perairan

3
setengah tertutup di pinggiran daratan yang terpengaruh oleh pasang surut
air laut.
10. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan
lainnya adalah tumbuhan biji.
b. Penggolongan Ekosistem Air Tawar Berdasarkan Bentuknya Berdasarkan
bentuknya ekosistem air tawar dapat digolongkan menjadi:
1. Kolam
Kolam merupakan ekosistem buatan dan sebuahperairan yang cukup
dangkal sehingga cahaya dapat menembus sampai ke dasarnya.
Tumbuhan yang hidup dihabitat kolam antara lain teratai dan enceng
gondok. Organisme lain yang berada di dalam kolam adalah berbagai
jenis plankton, crustacea kecil, molusca, beberapa jenis ikan, serta insecta.
2. Danau
Danau adalah perairan darat yang ukurannya lebih besar daripada kolam.
Akan tetapi batas-batas ukuran danau tidak jelas. Para ahli menyebutkan
danau adalah perairan darat yang mempunyai kedalaman air sedemikian
rupa, sehingga dasar perairannya selalu gelap karena tidak dapat tercapai
oleh cahaya matahari.
3. Sungai
Sungai adalah suatu badan air yang mengalir ke satu arah. Air sungai
dingin dan jernih serta mengandung sedikit sedimen dan makanan. Aliran
air dan gelombang secara konstan memberikan oksigen pada air. Suhu air
bervariasi sesuai dengan ketinggian dan garis lintang.
4. Rawa
Ekosistem air tawar berupa rawa memiliki habitat dengan ciri-cirinya
adalah variasi temperatur atau suhu rendah, kadar garam rendah, penetrasi
cahaya yang kurang, dipengaruhi iklim dan cuaca di sekitar, danmemiliki
tumbuhan-tumbuhan tingkat tinggi (dikotil dan monokotil), tumbuhan
tingkat rendah (alga, jamur, gulma, ganggang hijau) yang berfungsi
sebagai produsen, serta memiliki ikan air tawar yang dapat dijadikan
sebagai sumber pangan protein hewani.

4
2.2 Danau
Danau adalah ceruk atau cekungan pada permukaan bumi yang berisi air.
Jadi ekosistem danau adalah hubungan beberapa populasi yang hidup disuatu
ceruk atau cekungan pada permukaan bumi yang berisi air yang mengadakan
interaksi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan lingkungan abiotik
dan hubungannya adalah timbal balik.
a. Komponen Biotik dan Abiotik Ekosistem Danau
Komponen ekosistem danau tersusun atas komponen hidup (biotik) dan
komponen tak hidup (abiotik) yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Komponen Biotik
Komponen biotik dalam ekosistem danau meliputi semua jenis makhluk
hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan dan mikroorganisme.
2. Komponen abiotik
Komponen abiotik dalam ekosistem danau meliputi suhu, air, cahaya
matahari, angin, batu dan tanah, dan tingkat keasaman/pH tanah.
b. Ciri-ciri ekosistem air tawar antara lain variasi suhu tidak menyolok,
penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam
tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya
tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar.
Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi.
Adaptasi organisme air tawar adalah sebagai berikut.
1. Adaptasi tumbuhan
Tumbuhan yang hidup di air tawar biasanya bersel satu dan dinding selnya
kuat seperti beberapa alga biru dan alga hijau. Air masuk ke dalam sel
hingga maksimum dan akan berhenti sendiri. Tumbuhan tingkat tinggi,
seperti teratai (Nymphaea gigantean) mempunyai akar jangkar (akar
sulur). Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan
osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis.
2. Adaptasi hewan
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang
bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi

5
yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi
perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara
keseimbangan air dalam tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang, dan
pencernaan.
c. Macam-Macam Danau
1. Berdasarkan Jenis Airnya
Danau yang terbagi didasarkan jenis airnya , menjadi :
a. Danau air tawar yaitu danau yang berair tawar, danau jenis ini
memiliki ciri yaitu memiliki pelepasan berupa sungai, contoh
danau toba
b. Danau air asin yaitu danau yang berair asin dimana danau jenis ini
tidak memliki pelepasan, karena merupakan akhir dari sungai dan
pelepasan hanya merupakan penguapan saja. Contoh : Danau
sentani (Papua).
c. Danau air asam yaitu danau yang airnya berasal dari belerang. dan
memiliki ciri : biasanya merupakan kawah gunung berapi yang
berisi air hujan dan airnya berwarna hijau kekuning-kuningan.
Contoh Danau Tangkuban perahu.
2. Berdasakan Kapasitas Air
Danau berdasarkan kapasitas airnya , terbagi menjadi
a. Danau permanen yaitu danau yang kapasitas airnya tidak
dipengaruhi oleh musim
b. Danau temporer yaitu dana yang kapasitas airnya bersifat
fluktuaktif (meluap ketika musim hujan dan surut ketika musim
kemarau).
3. Berdasarkan Produksi Materi Organik
Danau berdasarkan produksi materi organiknya, yaitu sebagai berikut.
a. Danau oligotropik
Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan
kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak
produktif. Ciri-cirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit

6
organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang
tahun.
b. Danau eutropik
Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya
akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif.
Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam
organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal.
4. Berdasarkan Proses Terbentuknya
Berdasarkan proses terbentuknya, danau dibedakan atas beberapa jenis
yaitu sebagai berikut :
a. Danau Tektonik, yaitu danau yang terbntuk oleh tenaga endogen
yang bersumber dari gerakan tektonik seperti cekungan-cekungan
akibat patahan dan lipatan. Contohnya Danau Tempe, Danau
Tondano dan Danau Towuti di Sulawesi.
b. Danau Vulkanik, yaitu danau bekas gunung api. Air danau berasal
dari curah hujan yang tertampung pada lubang kepundan atau
kaldera. Contohnya Danau Kawah Gunung Kelud, Gunung Batur,
dan Gunung Galunggung.
c. Danau Vulkano-Tektonik, yaitu danau yang terbentuk karena
gabungan proses vulkanik dan tektonik. Patahan atau depresi pada
bagian permukaan bumi pasca letusan. Dapur magma yang telah
kosong menjadi tidak stabil sehingga terjadi pemerosotan atau
patah. Cekungan akibat patahan tersebut kemudian diisi oleh air
contohnya Danau Toba di Sumatera.
d. Pembagian Daerah dalam Ekosistem Danau
1. Daerah litoral
Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus
dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi.Tumbuhannya
merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat
ke atas permukaan air. Komunitas organisme sangat beragam termasuk
jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput

7
dan remis, serangga, crustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air
seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang
sering mencari makan di danau.
2. Daerah limnetik
Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih
dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai
fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang
berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama
musim panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian besar
termasuk Rotifera dan udang-udangan kecil memangsa fitoplankton.
Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh
ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura,
dan burung pemakan ikan.
3. Daerah profundal
Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau.
Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi
seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah
limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba
4. Daerah bentik
Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos
dan sisa-sisa organisme mati

2.3 Ekosistem Lotik


Berdasarkan keadaan airnya, ekosistem air tawar dibedakan menjadi dua
macam, yaitu ekosistem air tawar lentik (tenang) dan ekosistem air tawar lotik
(mengalir).
a. Perairan Mengalir (lotik)
Perairan mengalir mempunyai corak tertentu yang secara jelas
membedakannya dari air menggenang walaupun keduanya merupakan habitat air
tawar. Semua perbedaan itu tentu saja mempengaruhi bentuk serta kehidupan
tumbuhan dan hewan yang menghuninya. Satu perbedaan mendasar antara danau

8
dan sungai adalah bahwa danau terbentuk karena cekungannya sudah ada dan air
yang mengisi cekungan itu, tetapi danau setiap saat dapat terisi oleh endapan
sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya, sungai terjadi karena airnya sudah ada
sehingga air itulah yang membentuk dan menyebabkan tetap adanya saluran
selama masih terdapat air yang mengisinya.
Aliran air dalam ekosistem lotik merupakan factor pembatas bagi
organisme yang ada di dalamnya. Artinya organisme yang tidak dapat melakukan
adaptasi terhadapadanya aliran air akan tersingkir. Aliran ini juga dapatmenjadi
penentu jenis dan komposisi komponen biotikdalam ekosistem. Aliran air
tergantung pada topografi,besarnya sungai dan debit air yang mengalir. Misalnya,
jenisorganisme di pinggir sungai berbeda dengan jenis organismedi dalam atau di
dasar sungai.
Air ekosistem lotik tidak tetap, melainkan berubah tergantung pada
musim. Di Pulau Jawa, pada umumnya air sungai keruh dan banjir di musim
hujan sedangkan di musimkemarau airnya kecil dan bahkan mengering. Keadaan
ini merupakan suatu indikator adanya kerusakan ekosistem darat di daerah hulu
sungai.
b. Perairan Menggenang (Lentik)
Perairan menggenang dibedakan menjadi perairan alamiah dan perairan
buatan. Berdasarkan proses terbentuknya perairan alamiah dibedakan menjadi
perairan yang terbentuk karena aktivitas tektonik dan aktivitas vulkanik. Beberapa
contoh perairan lentik yang alamiah antara lain adalah danau, rawa, situ dan
telaga, sedangkan perairan buatan antara lain adalah waduk.

2.4 Ekosistem Air Laut


Menurut Pillay (2003) Ekosistem laut sebagai salah satu ekosistem di
dunia, merupakan suatu dunia sendiri, di mana ada di dalamnya terdapat proses
dan komponen-kompenen kehidupan yang serupa dengan proses yang terjadi pada
ekosistem daratan. Ekosistem air laut luasnya lebih dari 2/3 permukaan bumi
(+ 70 %), karena luasnya dan potensinya yang sangat besar, ekosistem laut
menjadi perhatian banyak orang. Ekosistem laut disebut juga ekosistem bahari

9
yang merupakan ekosistem yang terdapat di perairan laut, terdiri atas ekosistem
perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal/bitarol, dan ekosistem pasang
surut.
Habitat laut (oceanik) ditandai oleh salinitas (kadar garam) yang tinggi
dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik, karena suhunya
tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar 25°C.Perbedaan
suhu bagian atas dan bawah tinggi.Di daerah dingin, suhu air laut merata sehingga
air dapat bercampur, maka daerah permukaan laut tetap subur dan banyak
plankton serta ikan.Gerakan air dari pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas
turun ke bawah dan sebaliknya, sehingga memungkinkan terbentuknya rantai
makanan yang berlangsung balk. Habitat laut dapat dibedakan berdasarkan
kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.
a. Ciri-ciri lingkungan ekosistem air laut adalah sebagai berikut.
 Salinitas tinggi terutama di daerah tropis, sedangkan di daerah dingin
cukup rendah.
 Ekosistem laut tidak dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.
 Arus laut yang selalu berputar timbul karena perbedaan temperatur
dan perputaran bumi.
 Di daerah tropis, seperti di Indonesia, air permukaan laut mempunyai
suhu lebih tinggi dengan suhu air di bagian bawahnya sehingga air
permukaan tidak dapat bercampur dengan air di lapisan bawah.
Batas antara lapisan tersebut dinamakan batas termoklin.
Organisme yang hidup di daerah ekosistem air laut memiliki
karakteristik tertentu, seperti hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki
tekanan osmosis sel kira-kira sama dengan tekanan osmosis air laut maka itu
adaptasinya tidak terlalu sulit. Sedangkan, hewan bersel banyak, misalnya
ikan, cara adaptasi yang dilakukan dengan cara melakukan banyak minum,
sedikit mengeluarkan urin, pengeluaran air dilakukan secara osmosis,
sedangkan garam mineral dikeluarkan secara aktif melalui insang.
Ekosistem air laut dibedakan atas lautan, pantai, estuari, dan terumbu
karang.

10
b. Pembagian Daerah Ekosistem Air Laut
Pembagian zona laut berdasarkan kedalaman. Laut merupakan wilayah
yang sangat luas, lebih kurang dua pertiga dari permukaan bumi. Wilayah
ekosistem laut sangat terbuka sehingga pengaruh cahaya Matahari sangat
besar. Daya tembus cahaya Matahari ke laut terbatas, sehingga ekosistem laut
terbagi menjadi dua daerah, yaitu daerah laut yang masih dapat ditembus
cahaya Matahari, disebut daerah fotik, daerah laut yang gelap gulita, disebut
daerah afotik. Di antara keduanya terdapat daerah remang-remang cahaya
yang disebut daerah disfotik.Berdasarkan jarak dari pantai dan kedalamannya
ekosistem laut dibedakan menjadi zona litoral, neritik, dan oseanik. Menurut
Muthalib (2007) Secara vertikal kedalaman dibedakan menjadi epipelagik,
mesopelagik, batio pelagik, abisal pelagik, dan hadal pelagik.
1. Zona litoral/ekosistem perairan pasang surut
Komunitas ekosistem perairan dalam di Indonesia belum banyak
diketahui secara pasti. Hal ini dikarenakan belum dikuasainya perangkat
teknologi untuk meneliti hingga mencapai perairan dalam, tetapi secara
umum keanekaragaman komunitas kehidupan yang ada pada perairan
dalam tersebut tidaklah setinggi ekosistem di tempat lain. Komunitas yang
ada hanya konsumen dan pengurai, tidak terdapat produsen karena pada
daerah ini cahaya Matahari tidak dapat tembus. Makanan konsumen
berasal dari plankton yang mengendap dan vektor yang telah mati. Jadi, di
dalam laut ini terjadi peristiwa makan dan dimakan. Hewan-hewan yang
hidup di perairan dalam warnanya gelap dan mempunyai mata yang indah
yang peka dan mengeluarkan cahaya. Daur mineralnya terjadi karena
gerakan air dalam pantai ke tengah laut pada lapis atas. Perpindahan air ini
digantikan oleh air dari daerah yang terkena cahaya, sehingga terjadi
perpindahan air dari lapis bawah ke atas.
2. Zona neritik/ekosistem pantai pasir dangkal
Zona neritik merupakan daerah sepanjang pantai. Daerah batas
pasang surut disebut zona litoral, sedangkan daerah dengan kedalaman
lebih dari 200 meter dari daerah pasang surut disebut zona sublitoral.

11
Komunitas yang terdapat di daerah ini ialah produsen, plankton, konsumen
dan pengurai.Komunitas ekosistem pantai pasir dangkal terletak di
sepanjang pantai pada saat air pasang. Luas wilayahnya mencakup pesisir
terbuka yang tidak terpengaruh sungai besar atau terletak di antara dinding
batu yang terjal/curam. Komunitas di dalamnya umumnya didominasi oleh
berbagai jenis tumbuhan ganggang dan atau rerumputan.
Jenis ekosistem pantai pasir dangkal ada tiga, yaitu sebagai berikut.
a. Ekosistem terumbu karang
b. Ekosistem pantai batu
c. Ekosistem pantai lumpur
3. Zona pelagic
Zona pelagik merupakan wilayah ekosistem laut lepas yang
kedalamannya tidak dapat ditembus cahaya Matahari sampai ke dasar,
sehingga bagian dasarnya paling gelap. Akibatnya bagian air dipermukaan
tidak dapat bercampur dengan air dibawahnya, karena ada perbedaan suhu.
Batas dari` kedua lapisan air itu disebut daerah Termoklin, daerah ini
banyak ikannya.
Zona pelagik terdiri atas daerah epipelagik, mesopelagik,
batiopelagik, abisal pelagik (abisopelagik) dan hadal pelagik.
a. Epipelagik merupakan daerah antara permukaan dengan kedalaman
air sekitar 200 m.
b. Mesopelagik merupakan daerah di bawah epipelagik dengan
kedalaman 200-1000 m. Hewan yang hidup di daerah misalnya
adalah ikan hiu.
c. Batiopelagik merupakan daerah dengan kedalaman 200-2.500 m.
Hewan yang hidup di daerah ini misalnya adalah gurita.
d. Abisalpelagik (Abisopelagik) merupakan daerah dengan
kedalaman mencapai 4.000 m, di daerah ini tidak terdapat
tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar matahari tidak mampu
menembus daerah ini.

12
e. Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam (dasar). Kedalaman
lebih dari 6.000 m.
Berdasarkan kedalamannya, ekosistem air laut dibagi menjadi 4
zona yaitu sebagai berikut.
1) Litoral, merupakan daerah yang berbatasan dengan darat.
2) Neritik, merupakan daerah yang masih dapat ditembus cahaya
matahari sampai bagian dasar yang dalamnya ± 300 meter.
3) Batial,merupakan daerah yang dalamnya berkisar antara 200 -
2.500 m.
4) Abisal, merupakan daerah yang lebih dalam, yaitu antara 1.500 -
10.000 m.
Agar tidak terjadi kekeliruan tentang zona (wilayah) laut silahkan
perhatikan gambar berikut ini.
Daya tembus cahaya matahari ke laut terbatas, sehingga ekosistem laut
terbagi menjadi dua daerah, yaitu daerah laut yang masih dapat ditembus cahaya
matahari, disebut daerah fotik, sedangkan daerah laut yang gelap gulita, disebut
daerah afotik. Diantara keduanya terdapat daerah remang-remang cahaya yang
disebut daerah disfotik

Pembagian zona ekosistem air laut dimulai dari pantai hingga ke tengah
laut yaitu sebagai berikut :
1. Zona litoral (pasang surut), merupakan daerah yang terendam saat
terjadi pasang dan seperti daratan saat air laut surut. Zona ini
berbatasan dengan daratan dan banyak dihuni kelompok hewan,
seperti bintang laut, bulu babi, udang, kepiting, dan cacing laut.
2. Zona neritik, merupakan daerah laut dangkal, kurang dan 200 m.
Zona ini dapat ditembus cahaya matahari dan banyak dihuni
ganggang laut dan ikan.
3. Zona batial, memiliki kedalaman air 200 m - 2.000 m dan
keadaannya remang-remang. Di zona ini tidak ada produsen,

13
melainkan dihuni oleh nekton (organisme yang aktif berenang),
misalnya ikan.
4. Zona abisal, merupakan daerah palung laut yang keadaannya gelap.
Kedalaman air di zona abisal lebih dan 2.000 m. Zona ini dihuni
oleh hewan predator, detritivor (pemakan sisa organisme), dan
pengurai.
2.5 Laut
Menurut Lucas (201I), laut adalah kumpulan air asin yang sangat luas
yang memisahkan benua yang satu dengan benua yang lainnya, dan juga
memisahkan pulau yang satu dengan yang lainnya Laut adalah kumpulan air asin
dalam jumlah yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas
benua atau pulau. Lautan yang merupakan wilayah air pada dasarnya dapat dibagi
dalam 3 bagian:
a. Permukaan lautan
b. Dalam lautan
c. Dasar lautan.

Ketiga bagian tersebut merupakan satu kesatuan yang berada pada satu
pengawasan, berdasarkan kedaulatan suatu negara atau hukum internasional. Bagi
wilayah perairan teritorial suatu negara, berarti segala pengelolaan kepentingan
pemeliharaan dan pengawasan pada prinsipnya tanggung jawab ada pada negara
tersebut dalam pelaksanaannya tetap memperhatikan hukum kebiasaan maupun
konvensi internasional yang berlaku (Muthalib, 2007)
Laut memiliki banyak fungsi / peran / manfaat bagi kehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya karena didalam dan diatas laut terdapat kekayaan
sumber daya alam yang dapat kita manfaatkan diantaranya yaitu :

1. Tempat rekreasi dan hiburan,


2. Tempat hidup sumber makanan kita,
3. Pembangkit listrik tenaga ombak, pasang surut, angin, dsb,
4. Tempat budidaya ikan, kerang mutiara, rumput laut, dll,
5. Tempat barang tambang berada,

14
6. Salah satu sumber air minum (desalinasi),
7. Sebagai jalur transportasi air,
8. Sebagai tempat cadangan air bumi,
9. Tempat membuang sampah berbahaya (fungsi buruk),
10. Sebagai objek riset penelitian dan pendidikan.

2.6 Ekosistem Pantai


Ekosistem pantai letaknya berbatsan dengan ekosistem darat, laut dan
daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut
laut. Organisme yang hidup di pantai memiliki adaptasi struktural sehingga dapat
melekat erat pada substrat yang keras (leksono, 2007).
Istilah pantai sering rancu dalam pemakainya antara pesisir (coast) dan
pantai (shore). Definisi pesisir adalah daerah darat di tepi laut yang masih
mendapat pengaruh laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air laut.
Sedang pantai adalah daerah di tepi perairan yang dipengaruhi oleh air pasang
tertinggi dan air surut terendah. Daerah daratan adalah daerah yang terletak diatas
dan dibawah permukaan daratan dimulai dari batas garis pantai. Daerah lautan
adalah daerah diatas dan dibawah permukaan laut dimulai dari sisi laut pada garis
surut terendah, termasuk dasar laut dan bagian bumi di bawahnya. Garis pantai
adalah garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, dimana posisinya tidak
tetap dan dapat berpindah sesuai pasang surut air laut dan erosi yang terjadi.
Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat
dibedakan sebagai berikut :
1. Formasi Pes-caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir
adalah tumbuhan Ipomoea pes-caprae yang tahan terhadap hempasan
gelombang dan angin; tumbuhan ini menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan
lainnya adalah Spinifex littorius (rumput angin), Vigna sp, Euphorbia atoto,
dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum
(bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan Scaeuola Fruescens (babakoan).

15
2. Formasi Baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia,
Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang
surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar
napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang
kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat
digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk
tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera.
Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah:
Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus (Leksono, 2007)
Secara ekologis, wilayah pesisir adalah suatu wilayah peralihan antara
ekosistem darat dan laut, dimana batas ke arah daratan mencakup daerah-daerah
yang tergenang air dan maupun tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh
proses-proses laut, seperti : pasang surut, percikan gelombang, angin laut dan
interusi garam, sedangkan batas ke laut adalah daerah - daerah yang dipengaruhi
oleh proses-proses alamiah dan kegiatan manusia di daratan seperti : aliran air
tawar (river run off and surface run off), sedimentasi, pencemaran dan lainnya
(Dahuri, 2003).
Menurut Nybakken (2001) di lihat dari struktur tanah dan bahan
penyusunnya, pantai intertidal dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu:
a. Pantai Berbatu
Pantai berbatu merupakan salah satu jenis pantai yang tersusun oleh
batuan induk yang keras seperti batuan beku atau sedimen yang keras atau secara
umum tersusun oleh bebatuan. Keadaan ini berlawanan dengan penampilan pantai
berpasir dan pantai berlumpur yang hampir tandus. Dari semua pantai, pantai ini
memiliki berbagai organisme dengan keragaman terbesar baik untuk spesies
hewan maupun tumbuhan.

16
Pantai berbatu menyediakan habitat untuk tumbuhan dan hewan. Habitat
ini berperan sebagai substrat, tempat mencari makan, tempat persembunyian serta
tempat berinteraksinya berbagai macam organisme khususnya yang memiliki
hubungan rantai makanan. Daerah intertidal khususnya pantai berbatu
meruapakan zona yang penting untuk manusia dan organisme lain. Daerah ini
banyak dihuni hewan coelenterata, molusca, crustaceae dan tumbuhannya adalah
alga bersel tunggal, alga hijau, dan alga merah.

b. Pantai Berpasir
Pantai berpasir merupakan lingkungan yang sangat dinamis, dimana
struktur fisik habitatnya digambarkan dengan adanya interaksi antara pasir,
gelombang, dan pasang surut air laut. Pantai berpasir merupakan salah satu jenis
pantai yang dinamis karena kemampuannya untuk menyerap energy gelombang.
Energy gelombang ini dikeluarkan melalui pergerakan airnya yang membawa
pasir pantai ke luar wilayah pantai pada saat gelombang besar dan membawanya
kembali ke wilayah pantai pada saat gelombang dalam keadaan tenang.

17
Pantai berpasir merupakan tempat yang dipilih untuk melakukan berbagai
aktivitas rekreasi. Pantai pasir kelihatan tidak dihuni oleh kehidupan
makroskopik. Organisme tentu saja tidak tampak karena faktor-faktor lingkungan
yang beraksi di pantai ini membentuk kondisi dimana seluruh organisme
mengubur dirinya dalam substrat. Adapun kelompok makhluk hidup yang
mendiami habitat ekosistem pantai berpasir terdiri dari kelompok invertebrate dan
makrofauna bentik.

c. Pantai Berlumpur
Pantai berlumpur ini merupakan pantai yang lebih terlindung dari gerakan
ombak, keduanya cenderung mempunyai butiran yang lebih halus dan
mengakumulasi lebih banyak bahan organik sehingga menjadi “berlumpur”.
Pantai berlumpur memiliki substrat yang sangat halus dengan diameter kurang
dari 0.002 mm. Pantai berlumpur tidak dapat berkembang dengan hadirnya
gerakan gelombang. Karena itu, pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah
intertidal yang benar-benar terlindungi dari aktivitas gelombang laut terbuka.

Pantai berlumpur dapat berkembang dengan baik jika ada suatu sumber
partikel sedimen yang butirannya halus. Pantai berlumpur berada di berbagai
tempat, sebagian di teluk yang tertutup, gobah, pelabuhan, dan terutama estuaria.
Pantai berlumpur cenderung untuk mengakumulasikan bahan organik, yang
berarti bahwa tersedia cukup banyak makanan yang potensial untuk organisme
penghuni pantai, tetapi berlimpahnya partikel organik yang halus yang

18
mengendap di daratan lumpur juga mempunyai kemampuan untuk menyumbat
permukaan alat pernapasan.

2.7 Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari
sering dipagari oleh lempengan lumpur interdial yang luas atau rawan garam.
Faktor abiotic yang penting dalam ekosistem ini adalah kadar garam (salinitas).
Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas
ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan psang surutnya air. Nutrient dari
sungai memperkaya estuari. Komunitas tumbuhan yang hidup di estuari antara
lain rumput rawa, ganggang, dan fitoplankton terutama diatom. Komunitas
hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting dan ikan, bahkan ada
beberapa invertebrate laut yang menjadikan estuari sebagai tempat kawin atau
bermigrasi menuju habitat air tawar. Estuari juga merupakan tempat mencari
makan bagi vertebrata semi air, yaitu unggas (Leksono, 2007).
Estuaria dapat diklasifikasikan berdasarkan pada karakteristik,
diantaranya:
a. Estuaria daratan pesisir, paling umum dijumpai, dimana pembentukannya
terjadi akibat penaikan permukaan air laut yang menggenangi sungai
bagian pantai yang landai
b. Laguna (Gobah) atau teluk semi tertutup, terbentuk oleh adanya beting
pasir yang terletak sejajar dengan garis pantai sehingga menghalangi
interaksi langsung dan terbuka dengan perairan laut.
c. Fyords, merupakan estuaria yang dalam, terbentuk oleh aktivitas glester
yang mengakibatkan tergenangnya lembah es oleh air laut
d. Estuaria tektonik, terbentuk akibat aktivitas tektonik (gempa bumi atau
letusan gunung berapi), yang mengakibatkan turunnya permukaan tanah
yang kemudian digenangi oleh air laut pada saat pasang.

19
2.8 Terumbu Karang
Terumbu karang (coral reefs) merupakan masyarakat organisme yang
hidup didasar perairan laut dangkal terutama di daerah tropis. Terumbu karang
terutama disusun oleh karang-karang jenis anthozoa dari klas Scleractinia, yang
mana termasuk Hermatypic coral atau jenis-jenis karang yang mampu membuat
bangunan atau kerangka dari kalsium karbonat. Struktur bangunan batuan kapur
tersebut (CaCO3) cukup kuat sehingga koloni karang mampu menahan gaya
gelombang air laut (Supriharyono, 2000).
a. Menurut Suharsono (1996), tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan
Jenisnya, ada dua jenis terumbu karang yaitu :
1. Terumbu karang keras (seperti brain coral dan elkhorn coral) merupakan
karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Karang
batu ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun
terlihat sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah
hancur dan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.
2. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak
membentuk karang. Terdapat beberapa tipe terumbu karang yaitu terumbu
karang yang tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang biasa
disebut sebagai fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai
tapi agak lebih jauh ke luar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna) yang
biasa disebut sebagai barrier reef dan terumbu karang yang menyerupai
cincin di sekitar pulau vulkanik yang disebut coral atoll.
b. Tipe- Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Bentuknya
Terumbu karang umunya dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu :
1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)
Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas
pesisir pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai
kedalaman 40 meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar
menuju laut lepas. Dalam proses perkembangannya, terumbu ini
berbentuk melingkar yang ditandai dengan adanya bentukan ban atau
bagian endapan karang mati yang mengelilingi pulau. Pada pantai yang

20
curam, pertumbuhan terumbu jelas mengarah secara vertikal. Contoh:
Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan (Banten), Nusa Dua (Bali).
2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)
Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau,
sekitar 0.52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan
berkedalaman hingga 75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom
air) atau celah perairan yang lebarnya mencapai puluhan kilometer.
Umumnya karang penghalang tumbuh di sekitar pulau sangat besar
atau benua dan membentuk gugusan pulau karang yang terputus-putus.
Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan Riau), Spermonde
(Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).
3. Terumbu karang cincin (atolls)
Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari
pulaupulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat
perbatasan dengan daratan.
4. Terumbu karang datar/Gosong terumbu (patch reefs)
Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau
datar (flat island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke
permukaan dan, dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan
pulau datar. Umumnya pulau ini akan berkembang secara horizontal
atau vertikal dengan kedalaman relatif dangkal. Contoh: Kepulauan
Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung Batu.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Ekosistem air tawar adalah suatu bentuk menyeluruh atau tatanan yang
ada di dalam air tawar dan sekitarnya yang terdiri dari makhluk hidup di
dalam air tersebut dan lingkungan air tawar itu sendiri. Ekosistem air
tawar sering dikatakan juga sebagai perairan darat. Pada ekosistem air
tawar juga mencakup tentang ekosistem danau, daerah lotik dan lentik,
dan ekosistem perairan lainnya.
b. Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari
sering dipagari oleh lempengan lumpur interdial yang luas atau rawan
garam. Faktor abiotic yang penting dalam ekosistem ini adalah kadar
garam (salinitas). Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah
air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan
psang surutnya air.
c. Terumbu karang (coral reefs) merupakan masyarakat organisme yang
hidup didasar perairan laut dangkal terutama di daerah tropis. Terumbu
karang terutama disusun oleh karang-karang jenis anthozoa dari klas
Scleractinia, yang mana termasuk Hermatypic coral atau jenis-jenis
karang yang mampu membuat bangunan atau kerangka dari kalsium
karbonat
d. Laut adalah kumpulan air asin yang sangat luas yang memisahkan benua
yang satu dengan benua yang lainnya, dan juga memisahkan pulau yang
satu dengan yang lainnya Laut adalah kumpulan air asin dalam jumlah
yang banyak dan luas yang menggenangi dan membagi daratan atas benua
atau pulau

22
DAFTAR PUSTAKA

Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Pembangunan


Berkelanjutan Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Kimball, John W. 1991. Biologi Edisi Kelima-Jilid 3. Jakarta : Erlangga

Leksono, A., S. 2007. Ekologi Pendekatan Deskriptif dan Kuantitatif. Malang:


Bayumedia.
Lucas, J. S. And Southgate, P. C. 2011. Aquaculture Farming Animals and
Plants. Australia: Willey-Blackwell.
Muthalib, Abdul Tahar.2007. Hukum Laut Internasional menurut KHL PBB 1982
dan perkembangan Hukum Laut di Indonesia. Fakultas Hukum
Internasional Bagian Hukum Internasional
Nybakken, James. 2001. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Pillay, T. V. R. 2003. Aquaculture and The Environment : Second Edition. Italy:
Blackwell.

Suharsono, 1996. Jenis-jenis karang yang umum dijumpai di perairan Indonesia.


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembagan
Oseanologi. Proyek penelitian dan Pengembangan daerah Pantai.
Supriharyono. 2000. Pengolahan Ekosistem Terumbu Karang. Jakarta:
Djambatan.

23

Anda mungkin juga menyukai