OLEH :
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam atas rahmat beserta hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Rekayasa Ekosistem yang
berjudul, “Pencemaran dan Kerusakan Ekosistem/ Lingkungan Akuatik oleh
Manusia”.
Pada penulisan makalah penulis berusaha melengkapi pembahasan
makalah dengan berbagai literatur pendukung sehingga dihasilkan kesimpulan
yang sesuai dengan hasil praktikum yang telah dilaksanakan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Rekayasa
Ekosistem serta pihak–pihak yang terkait, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Rekayasa Ekosistem.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah terdapat kekurangan dalam
penulisannya, sehingga diperlukannya saran beserta kritik yang membangun dari
pembaca agar dihasilkan penulisan yang lebih baik kedepannya, dan bermanfaat
bagi penulis serta pembaca kelak.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan pengecualian amfibi dan reptil air, banyak yang tumbuh subur di
air tetapi kembali ke darat untuk bertelur (atau sebaliknya), sebagian besar hewan
di ekosistem ini beradaptasi dengan perendaman permanen dalam air, oleh karena
itu bergantung pada keseimbangan biotiknya.
2.2 Beberapa Aktivitas Manusia Penyebab Kerusakan Ekosistem Akuatik
2.2.1 Hutan mangrove yang diubah menjadi tambak ikan dan bahan
bangunan. Dampak yang diberikan adalah terjadinya permasalahan dalan
regenerasi mangrove dan menyebabkan terhambatnya proses pertumbuhan hutan
mangrove.
Hal ini dapat menyebabkan terjadi abrasi pantai dan hilangnya beberapa
ekosistem pulau.
2.2.2 Pemakaian plastik, kaleng dan bahan bakar untuk aktivitas yang
dilakukan masyarakat. Limbah-limbah dapat diuraikan dalam waktu yang lama di
dalam air laut. Hal ini akan berpengaruh pada kelestarian laut yang semakin
terancam.
2.2.3 Eksploitasi SDA yang berlebihan. Banyak nelayan yang
menggunakan bahan peledak demi mendapatkan hasil laut atau hasil perikanan
dan memakai alat tangkap yang dapat merusak lingkungan ekosistem mangrove
atau kerusakan habitat biota laut.
2.2.4 Hutan Mangrove yang diubah untuk Kegiatan Pertambangan.
Dengan dijadikannya hutan mangrove sebagai pertambangan dapat menyebabkan
terhambatnya pertukaran air, udara dan zat hara dalam substrat, selanjutnya
kondisi seperti ini akan menyebabkan kematian tumbuhan mangrove, terutama
anakan mangrove.
2.2.5 Hutan mangrove diubah sebagai tempat pemukiman. Terbatasnya
lahan untuk pemukiman khususnya di wilayah padat penduduk. Masyarakat pun
mencari alternatif lain untuk dijadikan lahan pemukiman seperti hutan mangrove.
Dampak yang akan terjadi adalah hutan mangrove akan terganggu dan sumber
daya tersebut kemungkinan akan hilang atau rusak.
2.2.6 Pencemaran dalam bentuk sedimentasi berupa limbah, lumpur
ataupun pasir. Sedimentasi merupakan proses masuknya partikel-partikel
sedimen dalam suatu lingkungan perairan kemudian mengendap di dasarnya.
Dalam prosesnya, sedimentasi ini bisa menurunkan tingkat kecerahan perairan
serta menutupi permukaan terumbu karang maupun padang lamun yang berakibat
lanjut terdegradasinya ekosistem tersebut. Sedimen ini akan menyulitkan algae
Zooxanthellae untuk melakukan fotosintesis dan akhirnya mati atau
meninggalkan karang. Dalam kondisi seperti itulah bisa terjadi kerusakan
ekosistem terumbu karang yang disebut sebagai pemutihan karang atau coral
bleaching.
2.2.7 Kerusakan ekosistem terumbu karang disebabkan oleh faktor alam
dan faktor manusia. Kerusakan yang disebabkan faktor alam misalnya: perubahan
suhu air laut, topan, perubahan iklim global, gempa bumi, letusan gunung merapi,
pemangsa dan penyakit. Dampak kerusakan ekosistem terumbu karang yang
diakibatkan oleh faktor manusia lebih kronis dan tidak bersifat sementara. Ada
secara langsung maupun tidak langsung yang diakibatkan oleh manusia.
Contohnya; kegiatan perikanan, usaha penangkapan ikan hias, ikan konsumsi,
pengambilan kerang-kerang, dan udang dengan menggunakan bahan peledak,
bahan kimia beracun, arus listrik, alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
seperti potasium, penangkapan yang berlebihan.
2.3 Dampak Kerusakan Ekosistem Akuatik bagi Manusia dan Lingkungan
2.3.1 Pemanasan laut (Ocean Warming) menyebabkan deoksigenasi –-
pengurangan jumlah oksigen terlarut di laut -– dan kenaikan permukaan laut –
akibat ekspansi termal air laut dan pencairan es benua.
2.3.2 Meningkatnya suhu, ditambah dengan pengasaman laut (penurunan
pH laut karena penyerapan CO2), mempengaruhi spesies dan ekosistem laut dan
manfaat mendasar yang diperoleh manusia dari laut.
2.3.3 Dampak Pada Spesies dan Ekosistem
IUCN (International Union for Conservation of Nature) sejak November 2017
lalu telah menyerukan bahwa ikan laut, burung dan mamalia laut semuanya
menghadapi risiko yang sangat tinggi dari peningkatan suhu. Termasuk tingkat
kematian yang tinggi, hilangnya tempat berkembang biak dan pergerakan massal
saat spesies mencari kondisi lingkungan yang menguntungkan.
Terumbu karang juga dipengaruhi oleh peningkatan suhu yang menyebabkan
pemutihan karang dan meningkatkan risiko kematiannya.
2.3.4 Dampak Pada Manusia
Laporan tahun 2012 oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-
Bangsa memperkirakan bahwa perikanan tangkap dan budidaya laut dan air tawar
menyediakan 4,3 miliar orang dengan sekitar 15% protein hewani mereka.
Perikanan tangkap dan budidaya juga merupakan sumber pendapatan bagi jutaan
orang di seluruh dunia. Dengan mengubah distribusi stok ikan dan meningkatkan
kerentanan spesies ikan terhadap penyakit, pemanasan laut merupakan risiko
serius bagi ketahanan pangan dan mata pencaharian masyarakat secara global.
3.1 Kesimpulan
Pencemaran dan kerusakan ekosistem laut terjadi akibat ulah manusia itu
sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung, sesuatu benda, zat atau
energi ke dalam lingkungan laut tersebut. Sehingga, menimbulkan akibat dan
dampak yang sedemikian rupa dapat merusak laut. Bahkan, dengan kita terus
menerus melakukan hal-hal yang dapat mengancam ekosistem laut dapat
mengakibatkan efek yang sangat buruk ke tubuh kita. Zat-zat kimia yang berasal
dari minyak, bom, sampah, limbah pabrik merupakan penyebab utama terjadinya
pencemaran dan kerusakan ekosistem laut di Indonesia. Sebaiknya kita sebagai
manusia ataupun sebagai sesama makhluk hidup harus bijak dalam melakukan
suatu hal sebelum bertindak.
3.2 Saran
1. Effendi, Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
2. Kementerian Lingkungan Hidup, 2004, Pengendalian Pencemaran Air,
Jakarta.
3. Wardhana, Wisnu Aria, 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit
Andi Offset Jogyakarta, Jogyakarta.