Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH REKAYASA EKOSISTEM

PENCEMARAN DAN KERUSAKAN EKOSISTEM/


LINGKUNGAN AKUATIK OLEH MANUSIA

OLEH :

IHSANA ARIFA 2004135431

DOSEN PENGAMPU : Dr. MUHAMMAD FAUZI, S.Pi, M.Si

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
UNIVERSITAS RIAU
2022

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam atas rahmat beserta hidayah-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Rekayasa Ekosistem yang
berjudul, “Pencemaran dan Kerusakan Ekosistem/ Lingkungan Akuatik oleh
Manusia”.
Pada penulisan makalah penulis berusaha melengkapi pembahasan
makalah dengan berbagai literatur pendukung sehingga dihasilkan kesimpulan
yang sesuai dengan hasil praktikum yang telah dilaksanakan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Rekayasa
Ekosistem serta pihak–pihak yang terkait, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah Rekayasa Ekosistem.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah terdapat kekurangan dalam
penulisannya, sehingga diperlukannya saran beserta kritik yang membangun dari
pembaca agar dihasilkan penulisan yang lebih baik kedepannya, dan bermanfaat
bagi penulis serta pembaca kelak.

Pekanbaru, September 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk
hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air
merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada
kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi
malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas
maupun kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat dibutuhkan oleh manusia,
baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk
kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.
Akhir-akhir ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius,
untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi
barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam
limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas,
sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang
sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
 Ekosistem merupakan tingkatan organisasi yang lebih tinggi dari komunitas
atau merupakan kesatuan dari suatu komunitas dengan lingkungannya dimana
terjadi hubungan antara satu dengan yang lainnya. Ekosistem juga diartikan
sebagai tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap komponen
lingkungan hidup yang saling berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang
teratur. Keteraturan tersebut ada dalam suatu keseimbangan tertentu yang bersifat
dinamis. Artinya bisa terjadi perubahan, baik besar maupun kecil, yang
disebabkan oleh faktor alamiah maupun akibat ulah manusia.
Kerusakan ekosistem akuatik oleh aktivitas manusia banyak terjadi di wilayah
perairan di Indonesia, sehingga mengakibatkan terjadinya krisis air bersih.
Kurangnya pengawasan pemerintah serta keengganannya untuk melakukan
penegakan hukum secara benar menjadikan masalah mengakibatkan kerusakan
ekosistem akuatik menjadi hal yang kronis yang semakin lama semakin parah.
1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka tulisan ini bertujuan untuk
membahas mengenai kerusakan ekosistem akuatik akibat aktivitas manusia.
Secara khusus, akan dibahas sumber, dampak, dan penganggulangan kerusakan
ekosistem akuatik yang tidak lepas dari pengertian dan persfektif hukum dari
pencemaran air serta indikator kerusakan tersebut. Diharapkan dengan adanya
penjelasan mengenai dampak kerusakan ekosistem beserta penanggulangannya,
maka akan timbul kesadaran dari kita semua yang pada akhirnya pencemaran
dapat dikurangi dan akan didapat ekosistem akuatik yang lestari.
1.3 Manfaat Penulisan
Penulis berharap agar dapat bermanfaat dalam memberikan informasi secara
khusus tentang kerusakan ekosistem akuatik akibat aktivitas manusia, dampak dan
penanggulangannya, terutama bagi kita semua yang sangat membutuhkan air yang
aman, bersih dan sehat, serta kestabilan ekosistem perairan demi kelangsungan
hidup manusia kini dan nanti.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekosistem Perairan


Ekosistem perairan adalah setiap ekosistem yang berkembang di badan air
dengan berbagai ukuran dan sifat, yang meliputi laut, danau, sungai, rawa,
sungai, laguna, dan pantai. Sifat air, siklusnya, serta kandungan organik yang
ada di dalamnya, baik dari sumber alami maupun sedimen (tanah), memainkan
peran penting di dalamnya.
Unsur terpenting bumi adalah air. Ekosistem akuatik terdiri dari hewan,
tumbuhan, flora, dan organisme lain yang hidup di air. Ekosistem perairan
adalah air tawar dan air asin, yang air tawar adalah danau, sungai, sungai,
laguna dan air asin adalah samudra dan laut. Semua habitat tempat kehidupan
bertempat dan ada simbiosis dengan air tawar atau air asin dianggap sebagai
ekosistem akuatik.

2.1.1 Beberapa Contoh Ekosistem Perairan

1. Mangrove. Dengan perairan yang lebat dan gelap, dengan sedikit


pergerakan, biasanya tanah liat ditutupi dengan bahan organik yang membusuk,
ikan kecil dan bentuk kehidupan amfibi mendominasi, serta bakau, pohon-pohon
yang akar khasnya menonjol keluar dari air.
2. Pesisir laut. Pesisir laut hangat sangat berlimpah dengan kehidupan hewan
dan tumbuhan, dan karena alasan ini daerah tersebut merupakan daerah
penangkapan ikan yang paling umum. Terumbu karang, kumpulan ikan, dan
berbagai rantai makanan membentuk perairannya yang biru.
3. Kolam. Dicirikan oleh air dengan pergerakan yang sangat sedikit dan
kandungan bahan organik yang tinggi dari pohon-pohon di sekitarnya, mereka
cenderung menjadi tempat tinggal bagi berbagai jenis kehidupan mikroskopis,
serta ikan-ikan kecil dan serangga.
4. Laut kutub. Perairan es di kutub, berlimpah di gunung es dan tanah beku,
juga merupakan rumah bagi flora minimal (biasanya bakteri), dan berbagai
hewan yang beradaptasi dengan dingin yang hebat, seperti mamalia air, ikan air
dingin, dll.
2.1.2 Ciri-Ciri Ekosistem Perairan
Ekosistem perairan sangat banyak dan melimpah dalam kehidupan, itulah
sebabnya mereka biasanya menghadirkan rantai trofik yang kompleks, hewan
yang disesuaikan dengan kondisi spesifik air: salinitasnya, arusnya, dll. Dalam
kasus sungai, sebagian besar bergantung pada unsur-unsur terestrial yang terbawa
atau larut oleh arus, serta ada atau tidaknya mineral atau bahan organik dalam
tanah yang dilaluinya.

Dengan pengecualian amfibi dan reptil air, banyak yang tumbuh subur di
air tetapi kembali ke darat untuk bertelur (atau sebaliknya), sebagian besar hewan
di ekosistem ini beradaptasi dengan perendaman permanen dalam air, oleh karena
itu bergantung pada keseimbangan biotiknya.
2.2 Beberapa Aktivitas Manusia Penyebab Kerusakan Ekosistem Akuatik
2.2.1 Hutan mangrove yang diubah menjadi tambak ikan dan bahan
bangunan. Dampak yang diberikan adalah terjadinya permasalahan dalan
regenerasi mangrove dan menyebabkan terhambatnya proses pertumbuhan hutan
mangrove.
Hal ini dapat menyebabkan terjadi abrasi pantai dan hilangnya beberapa
ekosistem pulau.
2.2.2 Pemakaian plastik, kaleng dan bahan bakar untuk aktivitas yang
dilakukan masyarakat. Limbah-limbah dapat diuraikan dalam waktu yang lama di
dalam air laut. Hal ini akan berpengaruh pada kelestarian laut yang semakin
terancam.
2.2.3 Eksploitasi SDA yang berlebihan. Banyak nelayan yang
menggunakan bahan peledak demi mendapatkan hasil laut atau hasil perikanan
dan memakai alat tangkap yang dapat merusak lingkungan ekosistem mangrove
atau kerusakan habitat biota laut.
2.2.4 Hutan Mangrove yang diubah untuk Kegiatan Pertambangan.
Dengan dijadikannya hutan mangrove sebagai pertambangan dapat menyebabkan
terhambatnya pertukaran air, udara dan zat hara dalam substrat, selanjutnya
kondisi seperti ini akan menyebabkan kematian tumbuhan mangrove, terutama
anakan mangrove.  
2.2.5 Hutan mangrove diubah sebagai tempat pemukiman. Terbatasnya
lahan untuk pemukiman khususnya di wilayah padat penduduk. Masyarakat pun
mencari alternatif lain untuk dijadikan lahan pemukiman seperti hutan mangrove.
Dampak yang akan terjadi adalah hutan mangrove akan terganggu dan sumber
daya tersebut kemungkinan akan hilang atau rusak.
2.2.6 Pencemaran dalam bentuk sedimentasi berupa limbah, lumpur
ataupun pasir. Sedimentasi merupakan proses masuknya partikel-partikel
sedimen dalam suatu lingkungan perairan kemudian mengendap di dasarnya.
Dalam prosesnya, sedimentasi ini bisa menurunkan tingkat kecerahan perairan
serta menutupi permukaan terumbu karang maupun padang lamun yang berakibat
lanjut terdegradasinya ekosistem tersebut. Sedimen ini akan menyulitkan algae
Zooxanthellae untuk  melakukan fotosintesis dan akhirnya mati atau
meninggalkan karang. Dalam kondisi seperti itulah bisa terjadi kerusakan
ekosistem terumbu karang yang disebut sebagai pemutihan karang atau coral
bleaching. 
2.2.7 Kerusakan ekosistem terumbu karang disebabkan oleh faktor alam
dan faktor manusia. Kerusakan yang disebabkan faktor alam misalnya: perubahan
suhu air laut, topan, perubahan iklim global, gempa bumi, letusan gunung merapi,
pemangsa dan penyakit. Dampak kerusakan ekosistem terumbu karang yang
diakibatkan oleh faktor manusia lebih kronis dan tidak bersifat sementara. Ada
secara langsung maupun tidak langsung yang diakibatkan oleh manusia.
Contohnya; kegiatan perikanan, usaha penangkapan ikan hias, ikan konsumsi,
pengambilan kerang-kerang, dan udang dengan menggunakan bahan peledak,
bahan kimia beracun, arus listrik, alat tangkap yang tidak ramah lingkungan
seperti potasium, penangkapan yang berlebihan. 
2.3 Dampak Kerusakan Ekosistem Akuatik bagi Manusia dan Lingkungan
2.3.1 Pemanasan laut (Ocean Warming) menyebabkan deoksigenasi –-
pengurangan jumlah oksigen terlarut di laut -– dan kenaikan permukaan laut –
akibat ekspansi termal air laut dan pencairan es benua.
2.3.2 Meningkatnya suhu, ditambah dengan pengasaman laut (penurunan
pH laut karena penyerapan CO2), mempengaruhi spesies dan ekosistem laut dan
manfaat mendasar yang diperoleh manusia dari laut.
2.3.3 Dampak Pada Spesies dan Ekosistem
IUCN (International Union for Conservation of Nature) sejak November 2017
lalu telah menyerukan bahwa ikan laut, burung dan mamalia laut semuanya
menghadapi risiko yang sangat tinggi dari peningkatan suhu. Termasuk tingkat
kematian yang tinggi, hilangnya tempat berkembang biak dan pergerakan massal
saat spesies mencari kondisi lingkungan yang menguntungkan.
Terumbu karang juga dipengaruhi oleh peningkatan suhu yang menyebabkan
pemutihan karang dan meningkatkan risiko kematiannya.
2.3.4 Dampak Pada Manusia
Laporan tahun 2012 oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-
Bangsa memperkirakan bahwa perikanan tangkap dan budidaya laut dan air tawar
menyediakan 4,3 miliar orang dengan sekitar 15% protein hewani mereka.
Perikanan tangkap dan budidaya juga merupakan sumber pendapatan bagi jutaan
orang di seluruh dunia. Dengan mengubah distribusi stok ikan dan meningkatkan
kerentanan spesies ikan terhadap penyakit, pemanasan laut merupakan risiko
serius bagi ketahanan pangan dan mata pencaharian masyarakat secara global.

2.4 Cara Mencegah Kerusakan Ekosistem Akuatik


Adapun cara-cara pencegahan kerusakan di laut adalah sebagai berikut :

1. Tidak membuang sampah ke laut atau pantai.


2. Tidak membuang jangkar di pantai, karena pantai ini dihuni oleh terumbu
karang.
3. Tidak menangkap ikan dengan menggunakan bom ikan.
4. Tidak merusak terumbu karang dengan mengambilnya untuk dikoleksi.
5. Tidak menggunakan pestisida buatan, sejauh apapun pertanian dari laut,
residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhirnya akan terbuang
ke laut juga.
6. Tidak melakukan penambangan dengan merusak ekosistem laut.
2.5 Solusi
Adapun solusi untuk mengatasi kerusakan ekosistem akuatik, yaitu :

1. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat, agar masyarakat mengetahui


pentingnya menjaga ekosistem di laut.
2. Melaksanakan rehabilitasi atau penghijauan hutan bakau (mangrove),
restorasi terumbu karang, penataan ruang pulau-pulau kecil secara terpadu.
3. Penataan dan perlindungan daerah tangkapan ikan lokal.
4. penataan dan pengendalian penambangan pasir pantai
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pencemaran dan kerusakan ekosistem laut terjadi akibat ulah manusia itu
sendiri baik secara langsung maupun tidak langsung, sesuatu benda, zat atau
energi ke dalam lingkungan laut tersebut. Sehingga, menimbulkan akibat dan
dampak yang sedemikian rupa dapat merusak laut. Bahkan, dengan kita terus
menerus melakukan hal-hal yang dapat mengancam ekosistem laut dapat
mengakibatkan efek yang sangat buruk ke tubuh kita. Zat-zat kimia yang berasal
dari minyak, bom, sampah, limbah pabrik merupakan penyebab utama terjadinya
pencemaran dan kerusakan ekosistem laut di Indonesia. Sebaiknya kita sebagai
manusia ataupun sebagai sesama makhluk hidup harus bijak dalam melakukan
suatu hal sebelum bertindak.

3.2 Saran

Sebagai masyarakat Indonesia seharusnya selalu mendukung program-


program dari pemerintah yang bertujuan untuk melestarikan ekosistem di
Indonesia baik ekosistem darat maupun ekosistem laut. Sudah seharusnya kita
meninggalkan semua hal-hal yang merugikan alam kita demi masa depan anak
dan cucu kita kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Effendi, Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya
dan Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
2. Kementerian Lingkungan Hidup, 2004, Pengendalian Pencemaran Air,
Jakarta.
3. Wardhana, Wisnu Aria, 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit
Andi Offset Jogyakarta, Jogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai