Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH EKOLOGI PERAIRAN

KUALITAS PERAIRAN AIR TAWAR

OLEH
Leonardo Natamulana
21020006

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN MATAULI
PANDAN
2022
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan
kasih karunia-Nya saya dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul
tentang “Kualitas Perairan Air Tawar” dengan tepat waktu.

Tak lupa juga berterima kasih kepada Bapak Herman Sarumaha, S.Pi,M.Si
selaku dosen pengampu mata kuliah ekologi perairan yang memberikan saya
pembelajaran bimbingan dan arahan dalam matakuliah ini dan penyusunan makalah
ini.

Saya menyadari mungkin makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu saya membutuhkan kritik dan saran yang membangun
saya dalam mengembangkan penulisan makalah kedepannya.

Pandan, 12 Juni 2022

Leonardo Natamulana
ii

DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................ ii

I PENDAHULUAN.................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah........................................................................... 2

1.3. Tujuan dan Manfaat........................................................................ 2

II PEMBAHASAN................................................................................... 3

2.1. Kualitas Air..................................................................................... 3

2.2. Ekosistem Perairan Air Tawar........................................................ 4

2.3. Zona perairan Air Tawar................................................................ 5

2.4. Ciri-ciri Ekosistem Air Tawar........................................................ 6

2.5. Komponen-Komponen Ekosistem.................................................. 6

III PENUTUP........................................................................................... 8

3.1. Kesimpulan..................................................................................... 8

3.2. Saran............................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 9
1

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang
banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan
kehidupan manusia serta mahkluk hidup lainnya. Untuk menjaga atau mencapai
kualitas air sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan sesuai dengan
tingkat mutu air yang diinginkan, maka perlu upaya pelestarian dan pengendalian.
Pelestarian kualitas air merupakan upaya untuk memelihara fungsi air agar
kualitasnya tetap pada kondisi alamiah. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan
upaya pengendalian pencemaran air, yaitu dengan upaya memelihara fungsi air
sehingga kualitas air memenuhi baku mutu (Azwir, 2006)
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir.
Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air
mengalir adalah sungai. Ekosistem memiliki ciri-ciri antara lain variasi suhu tidak
menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca.
Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya
tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme
yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi. Hewan dan tumbuhan
rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan
osmosis lingkungan atau isotonis.
Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang
bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang
hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan, dalam mengatasi perbedaan tekanan
osmosis melakukan osmoregulasi untuk memelihara keseimbangan air dalam
tubuhnya melalui sistem ekskresi, insang dan pencernaan.Organisme lain yang
hidup pada ekosistem air tawar adalah plankton, neuston, perifiton dan bentos.
Plankton terdiri atas fitoplankton dan zooplankton; biasanya melayang-layang
(bergerak pasif) mengikuti gerak aliran air. Neuston merupakan organisme yang
mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat pada permukaan air,
misalnya serangga air. Perifiton merupakan tumbuhan atau hewan yang
melekat/bergantung pada tumbuhan atau benda lain, misalnya keong. Dan bentos
2

adalah hewan dan tumbuhan yang hidup pada endapan. Bentos dapat sessil
(melekat) atau bergerak bebas, misalnya cacing dan remis.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apakah ekosistem air tawar akan saling mempengaruhi antara satu


komponen dengan komponen lainnya?
2. Apakah ekosistem perairan juga terdapat komponen-komponen?
3. Bagaimana ciri-ciri Perairan Air tawar yang baik?

1.3. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu memberikan
informasi mengenai ekosistem perairan, terutama ekosistem air tawar
serta mengajak para pembaca agar saling menjaga kelangsungan

ekosistem agar dapat mengetahui asal mula terbentuk ekosistem.


3

II PEMBAHASAN

2.1. Kualitas Air


Menurut Yuliastuti (2011), kualitas air yaitu sifat air dan kandungan
makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air juga
merupakan istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk
penggunaan tertentu, misalnya air minum, perikanan, perairan/irigasi, industri,
rekreasi dan sebagainya. Meningkatnya aktivitas domestik, pertanian dan industri
akan mempengaruhi dan memberikan dampak terhadap kondisi kualitas air sungai
terutama aktivitas domestik yang memberikan masukan konsentrasi BOD terbesar
ke badan sungai (priyambada, 2008).
Daerah hulu dengan pola pemanfaatan lahan yang relatif seragam,
mempunyai kualitas air yang lebih baik dari daerah hilir dengan pola penggunaan
lahan yang beragam. Semakin kecil tutupan hutan dalam sub DAS serta semakin
beragamnya jenis penggunaan lahan dalam sub DAS menyebabkan kondisi
kualitas air sungai yang semakin buruk, terutama akibat adanya aktivitas pertanian
dan pemukiman (Supangat, 2008). Menurut Effendi (2003), Air merupakan
kebutuhan yang sangat penting bagi mahluk hidup, sehingga komunitas tempat
tinggal dimanapun baik di desa maupun kota selalu ditemukan dekat dengan
sumber air yaitu sungai, danau dan pantai. Semakin bertambah jumlah penduduk,
kebutuhan air menjadi semakin banyak. Dari seluruh air yang berada dipermukaan
bumi, 97,3% adalah air laut dan sisanya 2.7% adalah air tawar dan dari komposisi
wujud air tawar tersebut hanya kurang dari 1% yang dapat dimanfaatkan langsung
oleh manusia. Dilain pihak jumlah penduduk dimuka bumi semakin bertambah,
sehingga kebutuhan air menjadi semakin banyak. Bersamaan dengan
bertambahnya jumlah penduduk, akan bertambah pula kegiatan pembangunan
yang akan mempunyai dampak terhadap keberadaan air yang ada, sehingga
kuantitas dan kualitas semakin menurun, yaitu masuknya bahan organik dan
anorganik ke dalam air.
Agar perairan dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya maka
diperlukan batas atau kadar maksimum pencemar yang dapat ditenggang
keberadaannya dalam perairan tersebut. Batas atau kadar maksimum itu disebut
4

baku mutu air. Baku mutu air dibedakan menjadi 2 jenis dimana dapat
menentukan tindakan pengendalian yang berbeda Effendi (2003):
- Baku mutu badan air: untuk kadar air sesuai dengan peruntukannya dalam
upaya pengendalian pencemaran.
- Baku mutu limbah cair: untuk membatasi beban limbah dari sumber
pencemar.
Menurut Effendi (2003), karakteristik limbah cair sangat dipengaruhi oleh
sifat substansinya yang terbagi menjadi 2 golongan berdasarkan sifatnya:
- Sifat konservatif: substansi yang relatif tidak berubah di alam, mis: logam
berat, pestisida yang waktu tinggal di alam sangat lama.
- Sifat non konservatif: substansi yang dapat berubah di alam, mis:
bahanbahan organik yang mudah terurai, nitrogen dll.
Parameter-parameter kualitas air sungai dapat berubah berdasarkan kondisi
alami maupun adanya aktivitas antropogenik. Aktivitas antropogenik yang
mempengaruhi kualitas air sungai berasal dari perubahan pola pemanfaatan lahan,
kegiatan pertanian, permukiman serta industri. Kegiatan pertanian dan
permukiman pada dasarnya merubah bentang alam melalui pengolahan tanah,
sehingga akan mempengaruhi kualitas air sungai (Asdak, 2010).

2.2. Ekosistem Perairan Air Tawar


Ekosistem perairan dibedakan dalam tiga kategori utama yaitu
ekosistemair ta6ar, ekosistem estuarin dan ekosistem laut. Habitat air tawar
dibedakanmenjadi dua kategori umum, yaitu sistem lentik ;kolam, danau, situ,
rawa, telaga, waduk dan sistem lotik (sungai). Sistem lentik adalah suatu perairan
yang dicirikan air yang mengenang atau tidak ada aliran air, sedangkan sistem
lotik adalah suatu perairan yang dicirikan oleh adanya aliran air yang cukup kuat,
sehingga digolongkan ke dalam perairan mengalir.
1. Perairan mengalir (Lotik)
Perairan mengalir mempunyai ciri tertentu yang secara jelas
membedakannya dari air menggenang walaupun keduanya merupakan habitat air
tawar. Semua perbedaan itu tentu saja mempengaruhi bentuk serta kehidupan
tumbuhan dan hewan yang menghuninya. Satu perbedaan mendasar antara danau
dan sungai adalah bahwa danau terbentuk karena cekungannya sudah ada dan air
5

yang mengisi cekungan itu, tetapi danau setiap saat dapat terisi oleh endapan
sehingga menjadi tanah kering. Sebaliknya, sungai terjadi karena airnya sudah ada
sehingga air itulah yang membentuk dan menyebabkan tetap adanya saluran
selama masih terdapat air yang mengisinya (Ewusie, 1990)
2. Perairan menggenang (Lentik)
Perairan menggenang dibedakan menjadi perairan alamiah dan perairan
buatan. Berdasarkan proses terbentuknya perairan alamiah dibedakan menjadi
perairan yang terbentuk karena aktivitas tektonik dan aktivitas vulkanik. Beberapa
contoh perairan lentik yang alamiah antara lain adalah danau, rawa, situ dan
telaga, sedangkan perairan buatan antara lain adalah waduk.

2.3. Zona perairan Air Tawar


Menurut Odum (1994) zonasi pada perairan air tawar berbeda dengan
zonasi perairan air laut. Zonasi perairan air tawar dapat dibedakan berdasarkan
letak dan intensitas cahaya sebagai berikut:
1. Zona Litoral
Merupakan daerah pinggiran perairan yang masih bersentuhan dengan
daratan. Pada daerah ini terjadi pencampuran sempurna antara berbagai faktor
fsika kimiawi perairan. Organisme yang biasanya ditemukan antara lain adalah
tumbuhan aquatik berakar atau mengapung, siput, kerang, crustacea, serangga,
ampfibi, ikan, perifiton dan lain-lain.
2. Zona Limnetik
Merupakan daerah kolam air yang terbentang antara zona litoral di satu
sisi dan zona litoral disisi lain. Zona ini memiliki berbagai variasi secara fisik,
kimiawi maupun kehidupan di dalamnya. Organisme yang hidup dan banyak
ditemukan di daerah ini antara lain ikan, udang dan plankton.
3. Zona Profundal
Merupakan daerah dasar perairan yang lebih dalam dan menerima sedikit
cahaya matahari dibandingkan daerah litoral dan limnetic. Bagian ini dihuni oleh
sedikit organisme terutama organisme bentik karnivor dan detrifor
6

4. Zona Sublitoral
Merupakan daerah peralihan antara zona litoral dan zona profundal.
Sebagai daerah peralihan zona ini banyak dihuni oleh banyak jenis organisme
bentik dan juga organisme temporal yang datang untuk mencari makan.
2.4. Ciri-ciri Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar ini memiliki ciri-ciri tertentu antara lain:
1. Pada wilayah tersebut tidak terdapat variasi suhu yang mencolok.
2. Kecenderungan penetrasi terhadap cahaya sangat kurang yang dipengaruhi
oleh cuaca juga iklim.
3. Tumbuhan yang banyak dijumpai pada ekosistem yang satu ini adalah
jenis ganggang.
4. Organisme yang hidup di dalam ekosistem ini umumnya telah mengalami
fase adaptasi.
5. Kadar garam (salinitas) sangat rendah bahkan jauh lebih rendah jika
dibandingkan kadar garam pada protoplasma organisme air (cairan sel
makhluk hidup).

Ekosistem perairan adalah ekosistem yang komponen abiotiknya sebagian


besar terdiri atas air. Makhluk hidup (komponen biotik) dalam ekosistem perairan
dibagi menjadi beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut.
 Plankton, terdiri atas fitoplankton dan zooplankton. Organisme ini dapat
bergerak dan berpindah tempat secara pasif karena pengaruh arus air,
misalnya ganggang uniseluler dan Protozoa.
 Nekton, organisme yang bergerak aktif (berenang), misalnya ikan dan
katak.
 Neuston, organisme yang mengapung di permukaan air, misalnya serangga
air, teratai, eceng gondok, dan ganggang.
 Bentos, organisme yang berada di dasar perairan, misalnya udang,
kepiting, cacing, dan ganggang.
 Perifiton, melekat pada organisme lain, misalnya ganggang dan siput.
7

2.5. Komponen-Komponen Ekosistem


Sama halnya ekosistem darat, ekosistem perairan juga terdapat komponen
produsen, konsumen, pengurai, dan kelompok abiotik.
1) Produsen
Dalam ekosistem perairan yang bertindak sebagai produsen adalah
kelompok alga atau ganggang. Adanya ganggang atau alga kerap menyebabkan
warna tertentu pada permukaan air, misalnya pada danau atau kolam.
Mikroorganisme yang hidup di permukaan air dan terbawa arus air disebut dengan
istilah plankton. Plankton merupakan sumber makanan bagi ikan-ikan di sungai
ataupun di laut. Jika plankton tergolong tumbuh-tumbuhan yang memiliki
klororofil, disebut fitoplankton. Namun, jika mikroorganisme tersebut tergolong
hewan yang salah satu cirinya dapat bergerak sendiri dan makanannya adalah
fitoplankton, disebut zooplankton. Dalam hal ini zooplankton bukan termasuk
produsen, karena tidak mampu menghasilkan makanan sendiri. Fitoplankton dapat
dikatakan sebagai produsen, karena mampu membuat makanan sendiri melalui
fotosintesis.
2) Konsumen
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, bahwa komponen konsumen
ekosistem perairan adalah zooplankton. Selain zooplankton, konsumen pada
ekosistem perairan berupa ikan kecil dan besar. Konsumen lain di ekosistem
perairan, yaitu hewan golongan keong, cacing, dan hewan tidak bertulang
belakang.
3) Pengurai
Komponen pengurai dalam ekosistem perairan berupa bakteri dan jamur.
Semua bahan sisa dari tumbuhan atau hewan mati akan diuraikan oleh bakteri da
jamur yang hidup di perairan. Bahan-bahan tersebut diuraikan kembali menjadi
zat anorganik. Zat ini nantinya digunakan kembali oleh produsen untuk mengolah
makanan.
4) Komponen abiotik
Unsur abiotik yang berperan di ekosistem perairan adalah air, sinar
matahari, udara, dan suhu. Komponen lingkungan abiotik berperan penting dalam
kehidupan mahluk hidup di perairan.
8
9

III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Ekosistem memiliki ciri-ciri antara lain variasi suhu tidak mencolok,
penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan
yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji

Ekosistem air tawar ini memiliki ciri-ciri tertentu antara lain:


1. Pada wilayah tersebut tidak terdapat variasi suhu yang mencolok.
2. Kecenderungan penetrasi terhadap cahaya sangat kurang yang
dipengaruhi oleh cuaca juga iklim.
3. Tumbuhan yang banyak dijumpai pada ekosistem yang satuini adalah
jenis ganggang.
4. Organisme yang hidup di dalam ekosistem ini umumnya telah
mengalami fase adaptasi.

3.2. Saran
Air merupakan sumberdaya alam yang memenuhi kebutuhan hidup orang
banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan
kehidupan manusia serta mahkluk hidup lainnya..
10

DAFTAR PUSTAKA

Azwir, 2006. Pengelolaan kualitas air.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta

Ewusie, J. Y. 1990. Ekologi Tropika. Penerjemah: Usman Tanuwidjaja. Bandung.


Penerbit ITB

Odum, E. P. 1994. Dadar-dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Universitas Gadjah Mada


Press. Yogyakarta.

Priyambada, 2008. Aktivitas domestic dalam air.

Supangat, 2008. pemanfaatan kualitas air sungai

Yuliastuti, 2011. Kualitas air dan sifat serta kandungan di dalam air.

Anda mungkin juga menyukai