Anda di halaman 1dari 10

1

Influence Injecting Ovaprim With Different Doses Of Ovulation


And Hatchery Siban Fish (Cyclocheilictys Apogon)
By

Sugistia.D1, Nuraini 2, Netti Aryani 2


Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan
Universitas Riau

Abstract

This research was conducted in February to April 2016 in the Laboratory


of Fish Hatchery and Breeding (PPI) Faculty of Fisheries and Marine Sciences
University of Riau. The purpose of this study was to determine the effect ovaprim
injection of different doses of the ovulation and hatchery siban Fish. The method
used in this research is the method Experiment with direct observation of the
object being treated, by trying ovaprim different doses injected in siban fish _
(Cyclocheilicthys Apogon). With completely randomized design (CRD) with a
factor of four treatments and three replications. The treatments were P0 (0.9%
sodium chloride injection of a dose of 0.2 ml / kg body weight of the mother), P1
(ovaprim Injecting a dose of 0.3 ml / kg body weight of the mother), P2 (ovaprim
Injecting a dose 0.5 ml / kg body weight of the mother), P3 (ovaprim Injecting a
dose of 0.7 ml / kg body weight of the mother).
From the results of this study showed best treatment there in treatment P3
with ovaprim dose of 0.7 ml / kg body weight, with an average latency time of
7.07 hours, the number of eggs striping results as much as 365 grains / gram
parent, the rate of conception by 77 , 16%, number of hatching at 77.75% and the
number of survival by 77.98%. Water quality measurements during the study as
temperature 28-300 C, pH 5-6 and 4.5 to 6.0 ppm dissolved oxygen.

Keywords : siban Fish (Cyclocheilichthys apogon), Ovaprim, kelulushidupan

1) Student Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Riau University


2) Lectures Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Riau University
PENDAHULUAN Tingginya permintaan pasar
Ikan Siban (Cyclocheilichthys memicu terjadinyakelebihan tangkap
apogon) merupakan ikan yang terhadap spesies ini. Hal ini terlihat
memiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan dari semakin menurunnya hasil
ini memiliki rasa yang gurih dan tangkapan dari tahun ke tahun.
lezat sehingga digemari oleh Penangkapan terhadap ikan ini
masyarakat baik dalam keadaan dilakukan nelayan dengan
menggunakan pancing, jala, pengilai
segar maupun yang telah diasap
maupun alat tangkap lain yang sering
(Nurhusniah, 2007). ikan ini
dilakukan sepanjang tahun tanpa
memiliki warna tubuh yang cukup memperhatikan ukuran ikan yang
menarik, sehingga banyak yang tertangkap dan musim pemijahan
memanfaatkannya sebagai ikan hias. ikan tersebut. Apabila upaya ini terus
2

berkelanjutan tanpa adanya yang berbeda terhadap ovulasi dan


pengendalian dikhawatirkan populasi penetasan telur ikan siban
ikan Siban lama kelamaan akan (Cyclocheilichthys apogon)
berkurang dan akan sulit ditemukan
(Nurhusniah, 2007). METODE PENELITIAN
Salah satug zat peransang Penelitian ini dilakukan pada
yang memiliki kelebihan dalam bulan Februari sampai dengan April
penggunaanya adalah zat perangsang 2016 di Laboratorium Pembenihan
ovaprim. Ovaprim adalah merek dan Pemuliaan Ikan (PPI) Fakultas
dagang bagi hormone yang Perikanan dan Ilmu Kelautan
mengandung 20 µg analog salmon Universitas Riau. Tujuan dari
Gonadotropin releasing hormone penelitian ini adalah untuk
(sGnRH-a) LHRH dan 10 µg mengetahui pengaruh penyuntikan
ovaprim dengan dosis yang berbeda
dompridon sejenis anti dopamine,
terhadap ovulasi dan penetasan telur
permililiter(Nandeeshaet al.,1990).
ikan siban (Cyclocheilichthys
Penelitian yang dilakukan
apogon).
oleh Manik (2016) dengan Ikan uji yang digunakan
menggunakan dosis Ovaprim 0,7 dalam penelitian ini adalah ikan
ml/kg bobot tubuh induk ikan Mali- Siban betina (Cyclocheilicthys
mali menghasilkan waktu laten yang apogon) yang berasal dari Sungai
tersingkat yaitu 6,15 jam, Kampar Kanan yang kemudian
menghasilkan rata-rata jumlah telur dipelihara dan di matangkan
sebanyak 300 butir/gram bobot induk gonadnya selama tiga bulan di bak
dan rata-rata diameter sebesar 0,91 fiber dengan ukuran 1,5 x 1 x 0,4 m.
mm. Penelitian yang dilakukan jumlah ikan uji sebanyak 24 ekor
Bakkara (2016) dengan mengunakan dengan panjang antara 10-15 cm,
dosis ovaprim 0,6 ml/kg bobot tubuh Dan dengan kisaran bobot 18,42 g –
ikan Lelan menghasilkan wkatu laten 31,14 g. Selama pematangan, ikan
yang tersingkat yaitu 6,08 jam uji diberi pakan cacing tanah dan
menghasilkan jumlah telur sebanyak pakan pabrik Pelet F999 dengan
241 butir/gram bobot induk Dan rata- komposisi pakan yaitu protein 38 %,
lemak 2 %, abu kasar 13 % serta air
rata diameter telur sebesar 0,827
12 % dengan frekuensi tiga kali
mm.
sehari.
Sedanggkan dosis yang
Wadah yang digunakan
digunakan untuk ikan siban belum adalah baskom plastik yang ada di
diketahui,Oleh kaerena itu, penulis Laboratorium Pembenihan dan
melakukan penelitian tentang Pemuliaan Ikan, Fakultas Perikanan
penyuntikkan Ovaprim dengan dosis dan Ilmu Kelautan Universitas Riau
yang berbeda terhadap ovulasi dan sebanyak 12 unit.
penetasan telur ikan siban Parameter yang diukur yaitu
(Cyclocheilichthys apogon). waktu laten, jumlah telur hasil
Tujuan dari penelitian ini striping, diameter telur, kematangan
adalah untuk mengetahui pengaruh telur, angka pembuahan, daya tetas
penyuntikan ovaprim dengan dosis dan kelulushidupan.
3

HASIL DAN PEMBAHASAN diameter telur (mm), Pertambahan


1. Hasil dan Pembahasan kematangan telur (%), nilai fertilisasi
Hasil penelitian terhadap (%), nilai daya tetas (%) dan nilai
waktu laten (jam), Jumlah telur hasil kelulushidupan (%) dapat
striping (butir/induk), Pertambahan dicantumkan pada Tabel 1.

∑THS Pertambahan Pertambahan FR% HR% SR%


Bobot Waktu ∑ THS butir/g diameter kematangan
perlakuan induk laten (butir/i ram telur(mm) telur (%)
(g) (jam) nduk

P0 17,2 10,15 98 6 0,1 13 40 25 40

P1 15,1 7,27 174 10 0,1 16 60,23 56,97 58,59

P2 16,98 7,14 189 12 0,13 17,33 60,74 62,94 61,95


P3 18,75 7,07 365 19 0,2 19,66 77,16 77,75 79,98

Ket :
P0 = Perlakuan kontrol (NaCl 0,9%)
P1 = Perlakuan dengan dosis Ovaprim 0,3 ml/kg
P2 = Perlakuan dengan dosis Ovaprim 0,5 ml/kg
P3 = Perlakuan dengan dosis Ovaprim 0,7 ml/kg
2.Waktu Laten Pada perlakuan P3 (dosis 0,7
Dari Tabel 1 dapat dilihat ml/kg bobot tubuh) memberikan
bahwa pemberian ovaprim dengan waktu laten paling singkat. Hal ini
dosis berbeda menunjukkan waktu menunjukkan bahwa perlakuan
laten yang berbeda-beda pada setiap ovaprim dosis 0,7 ml/kg bobot tubuh
perlakuan. Rata-rata waktu laten ikan uji memberikan kontribusi yang
tersingkat secara berurutan terdapat terbaik pada waktu laten ikan siban
pada perlakuan P3 (dosis 0,7 ml/kg (Cyclocheilichthys apogon). Sukendi
bobot tubuh) dengan rata-rata waktu (1995) menyatakan penggunaan
laten 7,07 jam, diikuti dengan P2 ovaprim dengan dosis tertentu pada
(dosis 0,5 ml/kg bobot tubuh) dengan dasarnya bertujuan untuk
rata-rata waktu laten 7,14 jam, P1 mempercepat proses pematangan dan
ovulasi. Sedangkan pada perlakuan
(dosis 0,3 ml/kg bobot tubuh) dengan
P0 (kontrol, penyuntikan dengan
rata-rata waktu laten 7,27 jam, dan
NaCl 0,9 %) waktu ovulasi yang
pada perlakuan P0 (kontrol,
terjadi tidak sama dengan perlakuan
penyuntikan dengan NaCl 0,9 %) yang mendapatkan dosis Ovaprim.
dengan rata-rata waktu laten 10,15 Dari hasil penelitian ini
jam. menunjukan bahwa induk ikan siban
Pemberian Ovaprim pada (Cyclocheilichthys apogon) yang
ikan siban (Cyclocheilichthys disuntik dengan hormon Ovaprim
apogon) berdasarkan hasil percoban dengan dosis 0,7 ml/kg b0bot badan
ini menunjukan bahwa pemberian ikan dapat menyebabkan
Ovaprim dengan dosis berbeda dapat peningkatan konsentrasi hormon
memberikan waktu laten yang gonadotropin di dalam darah
berbeda. sehingga dapat merangsang
4

perkembangan telur dan apogon). Penggunaan hormon


mempercepat proses pemijahan ikan Ovaprim dengan dosis 0,7 ml/kg
dengan waktu laten 7,07 jam. Hal ini bobot tubuh merupakan yang terbaik
karena hormon Ovaprim yang dalam penelitian ini yaitu
disuntikkan dalam tubuh induk ikan menghasilkan jumlah telur sebanyak
betina dapat memacu proses ovulasi 365 butir/induk. Besar nya jumlah
dengan cepat. Sesuai dengan telur hasil striping pada P3 ini
fungsinya Ovaprim sangat berperan dikarenakan tepatnya dosis ovaprim
di dalam mamacu terjadi ovulasi dan yang diberi menyebabkan semakin
pemijahan pada ikan, yaitu pada saat singkat migrasi inti atau germinal
pematangan gonad dimana sGnRH vesicle break down (GVBD) dan
analog berperan merangsang jumlah telur yang sudah matang, hal
hipofisis untuk melepas ini sesuai dengan pendapat yang
gonadrotropin, Hal ini sesuai dengan dikemukakn oleh ( Gusrina, 2008).
pendapat yang di kemukakan oleh diikuti dengan penggunaan dosis
(Lam, 1985), yang dalam kondisi hormon Ovaprim 0,5 ml/kg bobot
alamiah sekresi gonadotropin tubuh yaitu sebanyak 189 butir/gram
dihambat oleh dopamine sehingga penggunaan dosis hormon Ovaprim
apabila dopamine dihalang dengan 0,3 ml/kg bobot tubuh sebanyak 174
antagonisnya maka peranan butir/induk dan perlakuan kontrol
dopamine akan terhenti dan sekresi menggunakan NaCL 0,9 % yaitu
gonadotropin akan meningkat, Hal sebanyak 98 butir/induk.
ini didukung oleh pernyataan 3.Diameter telur
(Sukendi, 2012). Dari Table 1 dapat dilihat
2.Jumlah Jelur Hasil Striping bahwa rata-rata pertambahan
Hasil penelitian pada ikan diameter telur terbesar secara
siban (Cyclocheilichthys apogon) berurutan adalah pada perlakuan P3 (
terhadap jumlah telur hasil striping dosis 0,7 ml/kg bobot tubuh) sebesar
dapat dilihat pada Tabel 1. Pada 0,2 mm, diikuti perlakuan P2 ( dosis
Tabel 1 menunjukan bahwa jumlah 0,5 ml/kg bobot tubuh) sebesar 0,13
telur hasil striping tertinggi terdapat mm, dan perlakuan P0 dan P1 ( dosis
pada perlakuan P3 (dosis 0,7 ml/kg 0,9 Nacl ml/kg dan 0,3 ml/kg bobot
bobot tubuh) yaitu sebanyak 365 tubuh) sama-sama sebesar 0,1mm.
(butir/induk), disusul perlakuan P2 dari penelitian ini bahwa dameter
(dosis 0,5 ml/kg bobot tubuh) yaitu telur setelah di beri perlakuan terjadi
sebanyak 189 (butir/induk) dan P1 pertambahan. Sedangkan untuk
(dosis 0,3 ml/kg bobot tubuh) yaitu diameter telur awal, tidak bisa dilihat
sebanyak174 (butir/induk), dikarnakan, apabila induk ikan siban
sedangkan pada perlakuan P0 (Cyclocheilichthys apogon) di
(kontrol, NaCl 0,9 %) yaitu striping, induk ikan akan stress dan
menghasilkan sebanyak 98 lalu mati.
(butir/induk).berdasarkan jumlah Ukuran diameter ikan uji
telur yang berhasil diovulasikan semakin meningkat setelah diberikan
terlihat bahwa dengan penyuntikan penyuntikan ovaprim, sesuai dengan
dosis Ovaprim yang berbeda, pendapat Nadeesha at al (1990) yang
memiliki potensi yang berbeda pula menyatakan bahwa pemakaian
untuk merangsang ovulasi pada ovaprim secara tunggal akan dapat
induk ikan siban (Cyclocheilichthys mengahasilkan telur dengan diameter
5

yang lebih besar, hal ini sesuai ( Perlakuan control), penyuntikkan


dengan peranan hormon yang NaCl fisiologis 0,9% dengan dosis
terkandung didalam ovaprim itu 0,2 ml/kg bobot tubuh induk)
sendiri. pertambahan kematangan telur hanya
Beberapa penelitian terdahulu sebesar 13% sperti yang
mengenai pennyuntikkan Ovaprim dicantumkan pada table.
dengan dosis yang berbeda Kematangan telur ditandai
menghasilkan nilai prtambahan dengan terjadinya Germinal Vesicle
diameter telur pada beberapa jenis Migration (GMV) yaitu
ikan Ikan kapiek ( puntius bermigrasinya germinal vesikula
kebagian tepi, hal ini terjadi karena
schwanelfeld blkri) dosis 0,5 ml adanya ransanan steroid yaitu
ovaprim/kg bobot tubuh Maturation Induced Steroid (MIS)
menghasilkan pertambahan diameter yaitu salah satu metabolic
telur sebesar 0,140 mm.( Sukendi, protesteron, sedangkan telur yang
putra dan Yurisman, 2006), ikan belum mengalami kematangan
Pantau dosis o,4 ml ovaprim /kg menunjukan telur dalam fase
bobot tubuh ikan sebesar 1,11 mm istirahat ( dorman), ada fase ini telur
Azlia (2010). Marwanto ( 2013) pada tida mengalami perubahan beberapa
ikan katung dengan dosis ovaprim saat, apabila ransangan diberikan
pada saat ini maka akan
0,5 ml/kg bobot tubuh ikan menyebabkan terjadinya migrasi ini
memperoleh rata-rata pertambahan ke prifer, inti pecah atau lebur yang
diameter sebesar 0,3 mm. Manik ( pematangan oosit pada prifer ( Lam,
2016) pada ikan Mali dengan dosis dalam Hardy et al 2012).
0,7 ml/kg bobot tubuh ikan Pada penelitian sebelumnya tentang
memperolaeh rata-rata diameter pengaruh Ovaprim terhadap
sebesar 0,91 mm. Bakkara ( 2016) kematngan telur ikan Mali
pada ikan Lelan dengan dosis 0,6 (labeobarbus festivus) dengan dosis
ml/kg bobot tubuh ikan memperoleh 0,7 ml/kg bobot tubuh mengahsilkan
rata-rata diameter telur sebesar 0,827 87,7 % (Manik 2016). Pada ikan
mm. Dari hasil penelitian ini Lelan (Osteochilus pleurotaenia)
diperoleh diameter telur ikan Siban dengan dosis Ovaprim 0,6 ml/kg
setelah penyuntikkan yaitu 0,2 mm. bobot tubuh menhasilkan 84,443%.
Terjadinya perbedan pda penelitian Dari hasil penelitian ini diperoleh
ini diduga karena perbedan dosis yan kematangan telur ikan Siban yaitu
diberikan serta spesies ikan yang 19%, perbedaan kematangan telur
berbeda. ikan ini diduga karena dosis yang di
4.kematangan telur berikan berbeda.
Pertambahan kematangan 5. Angka Pembuahan ( FR)
telur tertinggi terdapat pada P3 (dosis Nilai fertilisasi dari masing-
0,7 ml/kg bobot tubuh induk betina) masing perlakuan selama penelitian
yaitu 19,66% kemudian secara dapat dilihat Tabel 1. Dari tabel
beruntun diikuti oleh P2 ( dosis 0,5 tersebut menunjukan nilai fertilisasi
ml/kg bobot tubuh induk betina) tertinggi terdapat pada perlakuan P3
dengan pertambahan kematangan (0,7 ml/kg bobot tubuh) yaitu sebesar
telur sebesar 17,33%, P1 ( dosis 0,5 77,16%, disusul perlakuan P2 (0,3
ml/kg bobot tubuh induk betina) ml/kg bobot tubuh) yaitu sebesar
dengan pertambahan kematangan 60,74% selanjutnya perlakuan P1
telur sebesar 16,66%, selanjutnya P0 (0,5 ml/kg bobot tubuh) yaitu sebesar
6

60,23% dan yang terendah terdapat bobot tubuh dan dosis 0,7 ml/kg
pada perlakuan P0 (kontrol, NaCl bobot tubuh menghasilkan angka
0,9%) yaitu sebesar 40%. penetasan yaitu sebesar 16,72% dan
Penggunaan hormon 13, 96 %. Manik (2016) terhadap
Ovaprim tidak hanya mendorong ikan Mali ( Labeobarbus festifus)
induk untuk ovulasi saja, tetapi juga dengan dosis Ovaprim 0,7 ml/kg
kaitannya dengan keberhasilan bobot tubuh menghasilka angka
pembuahan. Dalam penelitian ini penetasan yaitu sebesar 40,39%.
tingkat fertilisasi yang optimal Bakkara (2016) terhadap ikan Lelan
didapatkan dosis 0,7 ml/kg bobot (osteochilus pleurotania) dengan
tubuh. dosis ovaprim 0,6 ml/kg bobot tubuh
Tingginya rata-rata menghasilkan angka penetasan yaitu
persentase pembuahan yang sebesar 20,01%. Pada penelitian ini
diperoleh perlakuan dosis 0,7 ml/kg dengan dosis ovaprim 0,7 ml/kg bot
bobot tubuh disebabkan oleh dosis tubuh menghasilkan angka penetsan
Ovaprim yang terdapat dalam tubuh yaitu sebesar 77,16%. Terjadinya
induk ikan betina telah maksimal perbedaan terhadap angka penetesan
dalam memberikan pengaruh ini diduga karena perbedaan dosis
terhadap induk ikan betina. Nuraini dan spesies ikan yang berbeda.
et all (2013) mengemukakan bahwa Derajat pembuahan sangat
penggunaan dosis yang tepat atau dipengaruhi oleh kualitas ikan.
maksimal pada ikan menyebabkan Pembuahan buatan juga memerlukan
ikan mengalami ovulasi dengan keterampilan khusus, sehingga saat
sempurna dan membuat kualitas telur pengurutan telur dan sperma tidak
lebih baik. Menurut Woynarovich dengan air atau kotoran. Disamping
dan Horvath (1980), derajat itu proses pencampuran sperma dan
pembuahan pada ikan sangat telur harus cepat. Penggunaan alat
ditentukan oleh kualitas telur, yang memadai juga akan membantu
spermatozoa, media dan penanganan keberhasilan pembuahan (I’thisom,
manusia. 2008).
Penggunaan hormon 6.Daya Tetas Telur
Ovaprim tidak hanya mendorong Pada penelitian pemberian
induk untuk ovulasi saja, tetapi ada ovaprim dengan dosis yang berbeda
juga kaitannya dengan pembuahan, member pengaruh terhadap nilai
penetasan dan larva yang dihasilkan. penetasan dibandingkan dengan
Dosis yang lebih rendah diberikan control. Dari hasil penelitian ini nilai
(0,5 ml/kg bobot tubuh dan 0,3 ml/kg penetasan yang tertinggi di dapatkan
bobot tubuh) ternyata menghasilkan pada perlakuan P3 (0,7 ml/kg bobot
hasil pembuahan yang menurun. Hal tubuh) yaitu sebesar 77,75%, Diikuti
ini diduga karena mekasnisme kerja perlakuan P2 ( 0,5 ml/kg bobot
hormon akan berjalan normal tubuh) yaitu sebesar 62,94% dan
(optimal) pada kadar tertentu, perlakuan P1 ( 0.3 ml/kg bobot
penurunan atau peningkatannya tubuh) sebesar yaitu 56,97%
diduga akan menurunkan potensi sedangkan nilai terendah pada
biologis hormon terhadap targetnya. perlakuan P0 ( NaCl 0,9%) sebesar
Nuraini et al. (2004) terhadap ikan 25%.
selais (Kryptopterus limpok) dengan Induk ikan siban yang
rangsangan ovaprim dosis 0,5 ml/kg disuntik hormon ovaprim dengan
7

dosis 0,7 l/kg bobot tubuh spesies dan dosis yang di berikan
menunjukan hasil yang baik alam juga berbeda.
erangsang gonadotro pindah lam 7. Kelulus hidupan Larva SR (5
mempercepat proses penetasan. Hari)
Halini diduga karena dosis Ini Berdasarkan Tabel 1 bahwa
merupakan dosis yang optimal yang persentase kelulushidupan larva ikan
Siban (Cyclocheilichthys apogon)
dapat mpengaruhi derajat penetasan.
terbesar pada perlakuan P3 (0,7
Nuraini et al.(2013), ml/kg bobot tubuh) yaitu sebesar
menngemukakan bahwa penggunaan 79,98% diikuti perlakuan P2 (0,5
hormon ovaprim tidak hanya ml/kg bobot tubuh) dan P1 (0,3
mendorong induk untuk ovulasi saja, ml/kg bobot tubuh) yaitu sebesar
tetapi juga ada kaitannya dengan 61.95% dan 58.59%, serta yang
pembuahan, penetasan dan larva terendah pada perlakuan P0 (kontrol,
yang dihasilkan. Dosis yang optimal NaCl 0,9%) sebesar 40%.
dilihat pada dasarnya induk
mampu eningkatkan kinerja biologis
ikan yang diberi perlakuan dengan
terhadap targetnya. penyuntikan Ovaprim maupun yang
Pada penelitian ini dosis yang tanpa menggunakan hormon
terlalu rendah ternyata memberikan (kontrol, NaCL 0,9 %) akan
hasil yang menurun, hal ini diduga memberikan pengaruh terhadap
dosis yang diberikan tidak optimal kelulushidupan larva.
(bekerja normal) dalam Induk ikan siban
mempengaruhi kerja biologis ikan (Cyclocheilichthys apogon) yang
Siban. disuntik ovaprim dengan dosis 0,7
ml/kg bobot tubuh ikan menunjukan
Hasil Penelitian Saberil.
hasil yang baik bagi kelulushidupan
(1996), Penggunaan dosis ovaprim larva ikan Siban (Cyclocheilichthys
0,5 ml/kg bobot tubuh, 0,75 ml/kg apogon). Tapi ketika dosis
bobot tubuh dan 0,25 ml/kg bobot diturunkan menjadi 0,5 dan 0,3
tubuh pada ikan Mystus nemurus ml/kg bobot tubuh dan tanpa
menghasilkan daya tetas sebesar perlakuan dosis ovaprim, ternyata
70%, 45 % dan 49, 4 %. Manik menunjukan hasil yang kurang
(2016) terhadap ikan Mali ( berpengaruh lagi terhadap
kelulushidupan larva. Ini bisa
Labeobarbus festifus ) dengan dosis
dikarenakan ketidak cocokan dosis
Ovaprim 0,7 ml/kg bobot tubuh ovaprim akibat kelebihan atau
menghasilkan daya tetas yaitu kekurangan hormon. Menurut
sebesar 40,39%, dan Bkkara (2016) I’thisom (2008) mekanisme kerja
terhadap ikan Lelan (osteochilus hormon akan bekerja normal
pleurotania) menghasilkan daya tetas (optimal) pada kadar atau dosis
yaitu sebesar 19,43%. Pada tertentu, penurunan atau
penelitian ini dengan dosis Ovaprim peningkatannya diduga akan
menurunkan biologis hormon
0,7 ml/kg bobot tubuh menghasilkan
tehadap targetnya.
daya tetas yaitu sebesar 77,75%. Dari hasil Ramdhani, 2011
Terjadinya perbedaan pada penelitian
darjat yang diperoleh pada ikan
ini diduga karena perpedaan
Komet yang menggunakan Ovaprim
8

angka pembuahan nya sebesar proses pematangan pemeliharaan


60,5%, pada ikan mas koki rata-rata larva.
persentasi derajat pembuahan yaitu KESIMPULAN
Kesimpulan
sebesar 86,8% ( Christian, 2014) dan
Dari hasil penelitian ini dapat
pada ikan pawas rata-rata persentasi disimpulkan bahwa penyuntikan
derajat pembuahan yaitu sebesar ovaprim berpengaruh terhadap
ovulasi dan penetasan telur ikan
81,33% ( Anggraini, 2015). Manik
Siban (Cyclocheilichthys apogon)
(2016) terhadp ikan Mali ( perlakuan terbaik adalah dosis 0,7
Labeobarbus festifus ) dosis ml/kg bobot tubuh, yang
menghasilkan rata-rata waktu laten
Ovaprim 0,7 menghasilkan rata-rata
7,07 jam, jumlah telur hasil striping
derajat pembuahan yaitu sebesar sebanyak 365 butir/induk, angka
38,07%, dan Bakkara (2016) pada pembuahan sebesar 77,16%, angka
penetasan sebesar 77,75% dan angka
ikan Lelan (osteochilus pleurotania)
kelulushidupan sebesar 77,98%.
dosis Ovaprim 0,6 menghasilkan
derajat pembuahan yaitu sebesar DFTAR FUSTAKA
29,93%. Pada penelitian ini dosis
Ovaprim 0,7 megnhasilkan rata-rata Alawi H, 1994. Nuraini, N., Aryani
dan Hutapea, 1992.
derajat pembuahan yaitu sebesar
Penenuntun Praktikum
77,98%. Terjadinya perbedaan pada Pengelolaan Balai Benih
penelitian ini diduga karena Ikan. Faperika UNRI,
perbedaan spesies dan dosis yang Pekanbaru, 48 Hal.
diberikan juga berbeda. Azlia, D,R,A. 2010. Pengaruh
Penyuntikan Dosis
8. Pengukuran Kualitas Air OvaprimTerhadap Ovulasi
Kualitas air yang diukur
Dan Penetasan Telur Ikan
dalam penelitian ini adalah kadar
Pantau (Resbora
Oksigen Terlarut (DO), Suhu dan pH
aurotainia). Skripsi
dapat dilihat bahwa O2
Fakultas Perikanan
terlarut berkisar antara 4,5 – 6,0 ppm Universitas Riau.
, suhu 28 – 300C dan PH 5 -6. Hal ini Pekanbaru. 32 hal (tidak
sesuai dengan pendapat Lingga dan diterbitkan.
Susanto (2003), yang menyatakan Anggraini, S. 2015. Penngaruh
bahwa suhu optimum untuk Penyuntikkan sGnRh-a +
pemijahan ikan adalah suhu 20 – 30 Dompridon Dengan Dosis
0
C. Yang Berbeda Terhadap
Menurut (Azlia.,2010) Daya Rangsang Ovulasi,
menyatakan kisaran parameter Mutu Telur dan Larva
kualitas air yang masih dapat di Ikan Pawas ( Osteochilus
toleransi oleh ikan adalah : suhu 20 – hasselti CV). Skripsi
28 0C, pH 4,0 – 9,0 dan O2 terlarut 2 Fakulatas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas
– 8 ppm op, optimumnya 5 – 6 ppm.
Riau. Pekanbaru 34 hlm
Jika dibandingkan pada penelitian
(tidak diterbitkan)
ikan siban ini, maka parameter
kulitas airnya tidak mempengaruhi
9

Bakara, S. 2016. Pengaruh Dosis dengan dosis Pemberian


ovaprim Berbeda yang Berbeda terhadap
Terhadap Pemijahan Ikan Ovulasi Ikan Mas
Lelan (Osteochilus (Cyprinus carpio L) train
pleurotaenia). Fakultas Punten. Departemen
Perikanan Dan Ilmu Biologi Kedokteran. Fak.
Kelautan Universitas Riau. Kedokteran Universitas
( tidak diterbitkan). Airlangga. Berkala Ilmiah
Blaxter H, S. 1969. Development Perikanan Vol 3 no 1, hal
Eggs and Larvae. In Fish 9-15
Physiologi. Academi Lam, T.J. 1985. Induced Spawning in
Press. New York: P. 177- Fish.in C.S. Lee and
241. I.C.Liao (Eds).
Cristian, H. 2014. Perbandingan Reproduction and culture
Pemijahan Alami Dengan at Milkfish the Oseanic
Pemijahan Buatan Pada Institut, Hawai.
Ikan Mas Koki ( Carrasius Marwanto. 2013. Pengaruh
auratus ). Skripsi Penyuntikan HCG dan
Fakulatas Perikanan Dan Ovaprim Terhadap
Ilmu Kelautan Universitas Ovulasidan Kualitas Telur
Riau. Pekanbaru ( tidak Ikan Katung
diterbitkan) (Pristolepisgrooti). Skripsi
Drori, S., Ofir, M., Levavi- Sivan, Fakultas Perikanan
B., Yaron, Z.,1994. Universitas Riau.
Spawing Induktion in Pekanbaru. 34 hal (tidak
Common Carp ( Cyprinus diterbitkan)
carpio) Using Pituitary Manik. A. 2016. Pengaruh Dosis
Exstrak Or GnRH Ovaprim Berbeda
Superactipe Analogue Terhadap Pemijahan Ikan
Combined With Mali-Mali (labeobarbus
Metoclopramide: Analiysis festivus).Skripsi Fakultas
Of Hormone Profile, Perikanan dan ILmu
Progress Oocyte Kelautan Universitas
Maturation and Riau. ( tidak diterbitkan).
Independence on Nuraini., B. Hasan., S. Nasution.
Temperature. 2004. Pengaruh
Aquaculture,119 : 393-407 Penyuntikan Ovaprim
Fradson, R. D. 1992. Anatomi dan dengan Dosis Berbeda
Fisiologi Ternak. terhadap Ovulasi dan
Gajahmada University Penetasan Ikan Selais
Presss. Yokyakarta. 98 Danau (Kryptopterus
hlm. limpok). Jurnal Perikanan
Gusrina, 2008. Budidaya Ikan Untuk dan Kelautan UNRI
Smk. Pusat Perbukuan Academic Perss, New York dan
Depertemen Pendidikan London,pp. 223-275 hal
Nasional Jakarta. Nandeesha, M. C. K. G. Rao. R.
I’tishom, R. 2008. Pengaruh Jayanna. N. C. Parker. T. j.
sGnRH+Domperidon Varghese. P. Keshavanah
10

and H. P. C. Shetty. 1990. Sukendi. 1996. Pengaruh Kombinasi


Induced Spawning of Penyuntikan Ovaprim dan
Indian Mayor Carps PGF2 a Terhadap Daya
Through Single Aplication Ransang Ovulasi Dan
of Ovaprim, in Hirano and Kualitas Telur Ikan Betutu
I. Hanyu, eds The Second ( Oxyeleotris marmorata
Asian Fisheries Society. Blkr). Terubuk XXIII, 68 :
Manila. 142p. 78 : 87.
Nuraini dan N.A Pamukas. 1998. Sukendi. R,M. Putra dan Yurisman.
Pengaruh dosis ovaprim 2006. Teknologi dan
yang berbeda terhadap Pembenihan Ikan Kapiek (
ovulasi ikan kapiek Puntius Schwanelfeldi)
(Puntius schwanefeldi dari Perairan Sungai
Blkr). Lembaga Penelitian Kamapar Riau. Pekanbaru
Universitas Riau.
Pekanbaru. (tidak
diterbitkan).
Nurhusnniah. 2007. Biologi
Reproduksi Ikan Siban
(Cyclocheilichthys
apogon) di Waduk PLTA
Koto Panjang Kabupaten
Kampar Propisi
Riau.[Srkripsi]. Fakulatas
Perikanan dan Ilmu
Kelautan . Universitas
Riau . 58 hlm.
Sukendi., 2012. Biologi Reproduksi
dan Teknologi
Pengembangan Budidaya
Ikan Motan. Universitas
Riau. Pekanbaru. 45 hal
Sukendi. 2001. Biologi Reproduksi
dan Pengendalian dalam
Upaya Pembenihan Ikan
Baung (Mystus nemurus
CV) dari Perairan Sungai
Kampar Riau. Disertasi
Program Pascasarjan IPB.
(tidak diterbitkan)
Sukendi. 2003. Vitelogenesis dan
Manipulasi Fertilisasi
pada Ikan. Bahan ajar
Biologi Reproduksi Ikan.
Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas
Riau. Pekanbaru. (Tidak
diterbitkan)

Anda mungkin juga menyukai