1: 14 – 21
Efektifitas ovaprim terhadap lama waktu pemijahan, daya tetas telur dan
sintasan larva ikan lele dumbo, Clarias gariepinus
Hengky Sinjal
(Dosen pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
UNSRAT. Manado)
Abstract
This study aimed to determine the effect of different doses of ovaprim on spawning time, egg
hatchability, and survival of African catfish larvae (Clarias gariepinus). The research was done in the
Central Local Fish Seed (BBI) Jayapura, Papua Province. Experimental design used was Randomized
Complete Design. The study consisted of four treatments namely 0 ml, 0.3 ml, 0.6 ml and 0.9 ml
ovaprim, each with three replications. Data collected were spawning time, egg hatchability, and
survival rate of African catfish larvae. The number of containers used was as much as 12 buckets (for
spawning, hatching, and observation of survival rate of larvae). The results showed that treatment with
different doses of ovaprim hormones provided a significant influence on the latency time of spawning,
egg hatchability and survival rate of larval. The dose of 0.3 ml ovaprim caould increase the latency
time of spawning, egg hatchability and survival rate of African catfish larvae. The average latency time
of hatching was 552 minutes, spawning and egg hatchability 84.16% and survival rate of living larvae
was 85.76%.
Keywords : African catfish, Ovaprim, spawning time, egg hatchability, survival rate
berat badan ikan (552 menit) dan terendah A (1069 menit). Dari hasil penelitian ini
pada perlakuan 0,9 ml/kg berat badan ikan menunjukkan bahwa induk ikan lele dumbo
(1069 menit) Tabel 1. yang disuntik dengan dosis ovaprim 0,3 ml/kg
berat badan ikan dapat menyebabkan
Berdasarkan analisis ragam diperoleh peningkatan konsentrasi hormon gonadotropin
hasil bahwa perbedaan perlakuan dengan dosis didalam darah sehingga dapat merangsang
ovaprim yang berbeda memberikan pengaruh perkembangan telur dan mempercepat proses
yang sangat nyata terhadap perbedaan latensi pemijahan ikan dengan waktu latensi 552
waktu pemijahan ikan lele dumbo. menit. Sedangkan penyuntikkan ovaprim pada
dosis 0,6 ml/kg berat badan ikan (640 menit)
Tabel 1. Latensi waktu pemijahan ikan lele dumbo dan 0,9 ml/kg berat badan ikan (730 menit)
(Clarias gariepinus) dengan perlakuan dosis
tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan
ovaprim yang berbeda.
PERLAKUAN (menit)
gonadotropin. Menurut Fujaya (1999), induk
ULANGAN ikan yang disuntik dengan hormon hipofisa,
A B C D
(0 ml) (0,3 ml) (0,6 ml) (0,9 ml)
penyuntikkan hormon LH-RH, dan lain – lain
dapat menambah atau meningkatkan
1 980 507 660 720
konsentrasi hormon gonadotropin dalam darah
2 1203 573 691 810 sehingga mampu menginduksi perkembangan
telur dan pemijahan. Sedangkan induk ikan
3 1024 576 570 665
yang tidak diberikan dosis ovaprim akan terjadi
∑ 3207 1656 1921 2192 kelambatan dalam proses pemijahan, hal ini
Rataan 1069 552 640 730 dikarenakan kandungan gonadotropin dalam
tubuh belum cukup untuk terjadinya ovulasi,
dan tidak adanya rangsangan hormonal dari luar
Hasil analisis uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dapat meningkatkan kandungan
yang diperoleh pada perlakuan 0,3 ml/kg berat gonadotropin dalam tubuh ikan (Fujaya (1999).
badan ikan menunjukkan perbedaan sangat Ini membuktikan bahwa penyuntikkan
nyata dari perlakuan 0 ml/kg berat badan ikan, dosis ovaprim secara intramuscular (didalam
0,9 ml/kg berat badan ikan dan 0,6 ml/kg berat otot) pada induk ikan lele dumbo yang matang
badan ikan (Tabel 2) gonad dapat merangsang ovulasi. Dengan
diperoleh waktu latensi yang tercepat pada
Tabel 2. Analisis ragam waktu latensi Pemijahan perlakuan B dengan dosis ovaprim 0,3 ml/kg
ikan lele dumbo dengan perlakuan dosis ovaprim
berat badan ikan, maka menunjukkan bahwa
yang berbeda
Sumber perlakuan tersebut merupakan yang berpotensi
Keragaman Db Jk Kt Fhitung untuk merangsang terjadinya ovulasi.
Dari uraian diatas dapat dikemukakan
bahwa penggunaan zat perangsang untuk
Perlakuan 3 459946,92 153316 24,74 **
mempersingkat waktu latensi terhadap ikan lele
Galat 8 49561,33 6195
Total 11 509508,25
dumbo (Clarias gariepinus) betina yang
matang gonad sangat bergantung pada dosis zat
perangsang yang digunakan . Kenyataan ini
Waktu latensi ditentukan dengan
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Epler
menghitung selisih waktu antara penyuntikan
(1981) bahwa PGF2α ini sangat berperan dalam
sampai keluarnya telur atau ovulasi. Hasil
kontaksi selaput folikel, dengan meningkatnya
pengamatan terhadap waktu latensi setelah
PGF2α didalam darah akan meningkatkan
pemberian perlakuan pada ikan adalah pada
kontraksi selaput folikel sehingga folikel dalam
perlakuan B (552 menit), perlakuan C (640
waktu yang lebih cepat akan berkontraksi dan
menit), perlakuan D (730 menit) dan perlakuan
17
Budidaya Perairan Januari 2014 Vol. 2 No. 1: 14 – 21
terjadilah ovulasi. Ernawati (1990) ovaprim 0 ml/kg berat badan ikan (tanpa
mengemukakan bahwa pemberian PGF2α perlakuan) menunjukkan bahwa tidak
secara tunggal pada ikan lele dumbo dapat berpengaruh terhadap waktu latensi pemijahan
memperkecil waktu latensi. Sedangkan Yuhsu dikarenakan tidak adanya rangsangan hormon
dan Goetz (1991) menyatakan bahwa folikel yang diberikan dari luar yang dapat
sebelum ovulasi lebih banyak menghasilkan meningkatkan kandungan gonadotropin dalam
PGF daripada folikel sebelum GVBD pada ikan tubuh ikan (Fujaya, 1999). Ini menyatakan
brook trout (Salvelinus fontinalis), yang berarti bahwa perlakuan 0,3 ml/kg berat badan ikan
bahwa PGF sangat dibutuhkan pada saat akan ovaprim pada ikan lele dumbo yang digunakan
terjadinya ovulasi. sudah maksimum. Dengan demikian dapat
Nandeesha et al, (1990) menyimpulkan dikatakan bahwa pemberian hormon ovaprim
bahwa kelebihan ovaprim bila dibandingkan 0,3 ml/kg berat badan ikan dapat mempercepat
dengan ekstrak hipofisa adalah : memberikan proses pemijahan dan menghasilkan waktu
daya ransang pemijahan lebih tinggi, nilai latensi pemijahan yang cepat dengan rata – rata
fertilitas lebih tinggi, diameter telur lebih besar, 552 menit setelah penyuntikkan.
waktu latensi lebih singkat dan angka mortalitas
lebih rendah. Sedangkan prostaglandin 2. Daya Tetas Telur
merupakan bagian dari aksi gonadotropin pada Dari hasil pengamatan yang dilakukan
saat ovulasi atau pecahnya folikel dan memperlihatkan bahwa daya tetas telur tertinggi
selanjutnya merangsang tingkah laku memijah terdapat pada perlakuan 0,3 ml/kg berat badan
pada ikan betina (Lam 1985). Peter at all, ikan dan terendah pada perlakuan 0,9 ml/kg berat
(1988) menyatakan bahwa beberapa kriteria badan ikan (Tabel 3).
untuk menilai efektifitas ovaprim ialah dengan
melihat tinggi rendahnya tingkat keberhasilan Tabel 3. Persentase daya tetas telur ikan lele dumbo
pemijahan dan lama tidaknya interval waktu (Clarias gariepinus) dengan perlakuan dosis ovaprim
yang berbeda
antara pemijahan dan penyuntikkan terakhir.
Dosis hormon yang digunakan dalam Perlakuan
pemijahan ikan secara buatan menurut Ulangan A B C D
(0 ml) (0,3 ml) (0,6 ml) (0,9 ml)
Woynarovich dan Horvarth (1981) tergantung
1 36 85,5 50,5 30
kepada tingkat kematangan induk sedangkan 2 42 84,5 62,5 31,5
jumlah dan pengaturan frekuensi penyuntikkan 3 48,5 82,5 44,5 36,5
dengan memperhatikan tingkat kematangan
∑ 126,5 252,5 157,5 98
induk betina.
Pengaruh larutan ovaprim dapat dilihat Rataan 42,16 84,16 52,5 32,66
pada perbedaan antara yang disuntik dan yang
tidak disuntik menggunakan hormon ovaprim.
Induk ikan lele dumbo yang disuntik dengan Berdasarkan analisis ragam diperoleh
hormon ovaprim dosis 0,3 ml/kg berat badan hasil bahwa perbedaan perlakuan dengan dosis
ikan menunjukkan hasil yang baik dalam ovaprim yang berbeda memberikan pengaruh
merangsang hormon gonadotropin untuk yang sangat nyata terhadap perbedaan daya
mempercepat proses pemijahan. Tapi ketika tetas telur ikan lele dumbo.
dosis ovaprim dinaikkan menjadi 0,6 ml/kg Hasil analisis uji Beda Nyata Terkecil
berat badan ikan dan 0,9 ml/kg berat badan ikan (BNT) yang diperoleh pada perlakuan 0,3
ternyata menunjukkan kecenderungan sudah ml/kg berat badan ikan menunjukkan perbedaan
kurang berpengaruh lagi terhadap latensi waktu sangat nyata dari perlakuan 0,9 ml/kg berat
pemijahan dikarenakan pemberian dosis badan ikan, 0 ml/kg berat badan ikan dan 0,6
ovaprim yang tidak sesuai. Sedangkan dosis ml/kg berat badan ikan (Tabel 4).
18
Budidaya Perairan Januari 2014 Vol. 2 No. 1: 14 – 21
Tabel 4. Analisis ragam daya tetas telur ikan lele fertilisasi, hal ini dikarenakan sperma yang
dumbo (Clarias gariepinus) dengan perlakuan dosis terkadang lamban dan cenderung tidak aktif
ovaprim yang berbeda
bergerak sebab sperma berada dalam cairan
Sumber Db Jk Kt Fhitung plasma. Cairan plasma mempunyai konsentrasi
Keragaman yang tinggi terhadap cairan sperma sehingga
dapat menghambat aktifitas sperma yaitu
Perlakuan 3 4754,5625 1584,85 46,2731 **
Galat 8 274,0000 34,25 berkurangnya daya gerak dan akhirnya sperma
Total 11 5028,5625 sukar untuk menebus celah mikrofil sel telur.
Keterangan : ** Berbeda sangat nyata Menurut Effendi (1997), telur-telur hasil
pemijahan yang dibuahi selanjutnya
Untuk melihat pengaruh pemberian berkembang menjadi embrio dan akhirnya
hormon ovaprim terhadap daya tetas telur pada menetas menjadi larva, sedangkan telur yang
ikan yang disuntik dengan hormon ovaprim dan tidak dibuahi akan mati dan membusuk. Lama
yang tidak disuntik dengan hormon ovaprim waktu perkembangan hingga telur menetas
ternyata terdapat perbedaan nilai persentase menjadi larva tergantung pada spesies ikan dan
penetasan. suhu. Semakin tinggi suhu air media penetasan
Induk ikan lele dumbo yang disuntik telur maka waktu penetasan menjadi semakin
dengan hormon ovaprim dosis 0,3 ml/kg berat singkat. Namun demikian, telur menghendaki
badan ikan menunjukkan hasil yang baik dalam suhu tertentu atau suhu optimal yang
merangsang hormon gonadotropin dalam memberikan efisiensi pemanfaatan kuning telur
mempercepat proses penetasan, tapi ketika yang maksimal. Untuk keperluan
dosis ovaprim dinaikkan menjadi 0,6 ml/kg perkembangan digunakan energi yang berasal
berat badan ikan dan 0,9 ml/kg berat badan ikan dari kuning telur dan butiran minyak. Oleh
ternyata sudah kurang berpengaruh lagi karena itu, kuning telur terus menyusut sejalan
terhadap daya tetas telur ini bisa dikarenakan dengan perkembangan embrio, energi yang
oleh kelebihan dosis sehingga dapat terdapat dalam kuning telur berpindah ke organ
memperlambat pergerakan dari spermatozoa tubuh embrio. Embrio terus berkembang dan
dalam membuahi telur. Sedangkan tanpa membesar sehingga rongga telur menjadi penuh
menggunakan dosis ovaprim (0 ml/kg berat dan tidak sanggup untuk mewadahinya, maka
badan ikan) juga kurang berpengaruh karena dengan kekuatan pukulan dari dalam oleh sirip
tidak adanya hormon perangsang yang pangkal ekor, cangkang telur pecah dan embrio
diberikan. Ini berarti perlakuan 0,3 ml/kg berat lepas dari kungkungan menjadi larva, pada saat
badan ikan ovaprim pada ikan lele dumbo yang itulah telur menetas menjadi larva.
digunakan sudah maksimum. Dengan demikian Telur membutuhkan oksigen untuk
dikatakan bahwa pemberian hormon ovaprim kelangsungan hidupnya. Oksigen masuk
0,3 ml/kg berat badan ikan dapat meningkatkan kedalam telur secara difusi melalui lapisan
daya tetas telur dengan rata – rata 84, 16 % dari permukaan cangkang telur, oleh karena itu
hasil pemijahan. media penetasan telur harus memiliki
Peningkatan daya tetas telur ikan lele kandungan oksigen yang melimpah yaitu > 5
dumbo yang diberi larutan ovaprim menurut mg/ liter (Murtidjo, 2001).
Manickam dan Joy (1989) disebabkan karena Menurut Effendi (1992), suhu air
kandungan Folicle Stimulating Hormone (FSH) mempunyai arti penting bagi pertumbuhan
meningkat sehingga folikel berkembang dan organisme yang hidup diperairan karena banyak
daya tetas telur juga meningkat. Sedangkan berpengaruh terhadap pertumbuhan organisme.
menurut Murtidjo (2001), pelepasan sperma Suhu dapat mempengaruhi berbagai aktifitas
dan sel telur dalam waktu yang berbeda dan kehidupan dan berpengaruh terhadap oksigen
relatif singkat dapat berakibat pada kegagalan terlarut didalam air, makin tinggi suhu makin
19
Budidaya Perairan Januari 2014 Vol. 2 No. 1: 14 – 21
rendah kelarutan oksigen didalam air. Salah rata 37,43 %, sedangkan perlakuan D dengan
satu faktor yang mempengaruhi lama waktu dosis 0,9 ml/kg berat badan ikan dengan rata –
penetasan telur maupun tingkat penetasan telur rata 21,83 %.
adalah suhu, dimana semakin tinggi suhu air Berdasarkan analisis ragam diperoleh
media penetasan maka waktu penetasan hasil bahwa perbedaan perlakuan dengan dosis
semakin singkat. Pengamatan suhu yang ovaprim yang berbeda memberikan pengaruh
dilakukan selama penelitian adalah 25oC – 32oC yang sangat nyata terhadap perbedaan daya
sedangkan hasil pengukuran suhu pada proses tetas telur ikan lele dumbo.
penetasan telur selama penelitian adalah 28ºC – Hasil analisis uji Beda Nyata Terkecil
32oC. Variasi nilai kisaran suhu dan persentase (BNT) yang diperoleh pada perlakuan 0,3
penetasan yang berbeda disebabkan oleh ml/kg berat badan ikan menunjukkan perbedaan
perubahan lingkungan atau cuaca setempat. sangat nyatadengan perlakuan 0,9 ml/kg berat
Hasil penelitian ini dikatakan bahwa badan ikan, 0 ml/kg berat badan ikan dan 0,6
pada perlakuan 0,3 ml/kg berat badan ikan ml/kg berat badan ikan. Tabel 6
dapat meningkatkan daya tetas telur sehingga
mampu menekan tingkat mortalitas pada telur Tabel 6. Analisis ragam sintasan larva ikan lele dumbo
ikan lele dumbo. dengan perlakuan dosis ovaprim yang berbeda.
Sumber
3. Sintasan Larva Keragaman Db Jk Kt Fhitung
Sintasan larva diperoleh dari selisih
Perlakuan 3 7079,5833 2359,86 59,2434 **
antara jumlah larva pada akhir penelitian dikali
Galat 8 318,6667 39,83
dengan 100 % dan dibagi dengan jumlah larva
Total 11 7398,2500
pada awal penelitian. Perhitungan sintasan larva
Keterangan : ** Berbeda sangat nyata
dilakukan dengan memelihara 100 ekor larva
yang baru menetas diember. Hasil perhitungan
sintasan larva dapat dilihat pada tabel 5. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa
pada dasarnya induk ikan yang disuntik dengan
Tabel 5. Sintasan larva ikan lele dumbo (Clarias hormon ovaprim dan yang tidak disuntik akan
gariepinus) dengan perlakuan dosis ovaprim yang memberikan pengaruh terhadap sintasan larva.
berbeda
Induk ikan lele dumbo yang disuntik
Perlakuan
Ulangan A B C D dengan hormon ovaprim dosis 0,3 ml/kg berat
(0 ml) (0,3 ml) (0,6 ml) (0,9 ml) badan ikan menunjukkan hasil yang baik bagi
1 42 86,4 72 30 sintasan larva lele dumbo. Tapi ketika dosis
2 34 88,6 61,2 15 ovaprim dinaikkan menjadi 0,6 ml/kg berat
3 36,3 82,3 55,5 20,5 badan ikan, 0,9 ml/kg berat badan ikan dan
∑ 112,3 257,3 188,7 65,5 tanpa perlakuan dosis ovaprim, ternyata
Rataan 37,43 85,76 62,9 21,83
menunjukkan hasil yang kurang berpengaruh
lagi terhadap sintasan larva. Ini bisa
dikarenakan ketidak cocokkan dosis ovaprim
yang diberikan akibat kelebihan ataupun
Hasil perhitungan diatas menunjukkan
kekurangan ovaprim.
bahwa persentase penetasan ikan lele dumbo
Hasil penelitian ini dikatakan bahwa
terbaik adalah pada perlakuan B dengan dosis
pada perlakuan B (0,3 ml/kg berat badan ikan)
0,3 ml/kg berat badan ikan dengan rata – rata
ternyata dapat meningkatkan sintasan larva
85,76 % , kemudian disusul perlakuan C
tertinggi dengan rata – rata 85,76 % dari hasil
dengan dosis 0,6 ml/kg berat badan ikan dengan
pemijahan. Ini berarti pemberian dosis ovaprim
rata – rata 62,9 %, dan perlakuan A dengan
0,3 ml/kg berat badan ikan adalah dosis
dosis 0, ml/kg berat badan ikan adalah rata –
20
Budidaya Perairan Januari 2014 Vol. 2 No. 1: 14 – 21
ovaprim yang terbaik bagi sintasan larva ikan Harker K. 1992. Pembiakan Kap dengan
lele dumbo. Menggunakan Ovaprim di India. Warta
Pengukuran kualitas air selama Akuakulture. Volume 2, No. 3.
penelitian meliputi : suhu air, pH, oksigen Lam TJ. 1985. Induced Spawning in Fish. In C.
terlarut, karbondioksida bebas, amoniak, S. Lee and I. C. Liao (Eds).
alkalinitas adalah sebagai berikut kisaran suhu Reproduction and Culture at Milkfish
selama percobaan antara 27.9 – 30 oC, pH air the Oceanic Institute, Hawai.
5.70 – 7.52, oksigen terlarut 3.10 – 5.48 mg/l, Manickam P, Joy KP. 1989. Induction of
Kualitas air ini masih dalam batas toleransi Maturation and Ovulation by Pimozide
kehidupan larva ikan lele. LHRH AnalogueTreatment and
Resulting High Quality Egg Production
in the Asian Catfish, Clarias batrachus
KESIMPULAN L. Aquaculture 83 : 193 – 199.
Murtidjo BA. 2001. Beberapa Metode
- Hormon ovaprim dapat mempengaruhi latensi Pembenihan Ikan Air Tawar. Penerbit
waktu pemijahan, daya tetas telur dan sintasan Kanisius, Yogyakarta.
larva ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Nandeesha MC, Rao KG, Jayanna R, Parker
- Dosis ovaprim terbaik dalam penelitian ini NC, Varghese TJ, Keshavanath P,
adalah 0,3ml/kg berat badan ikan dengan Sheety HPC. 1990. Induced spawning
menghasilkan waktu latensi pemijahan tercepat of Indian Mayor Carps Throught Single
552 menit, daya tetas telur tertinggi 84,16 % Aplication of Ovaprim. In : Hirano, R.
dan sintasan larva tertinggi 85,33 %. and I. Hanyu (Eds). the Second Asian
Fisheries Forum, Asian Fisheries
DAFTAR PUSTAKA Society, Indian Branch. Mangalore,
India.
Djarijah. 2001. Pembenihan Ikan Mas. Penerbit Peter RE, Lin HR, Kraak CVD. 1988. Induceed
Kanisius Yogyakarta. III.hal. Ovulation and Spawning of Cultured
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Freshwater Fish in China : Advenches
Nusatama. Bogor. in Aplication of GnRH Analogue and
Efrizal. 1995. Pengaruh penyuntikan 17α- Dopamine antagonis. Aquaculture 74 : 1
hidroksi Progesteron dan hCG – 10.
terhadap ovulasi dan kualitas telur ikan Steel RGD, Torrie JH, 1991. Prinsip Dasar dan
lelel dumbo (Clarias gariepinus). Tesis Prosedur Statistika. PT. Gramedia.
Pascasarjana IPB. 73 hal. Jakarta.
Epler P. 1981. Effect of Steroid and Sukendi, 1995. Pengaruh Kombinasi
Gonadotropin Hormone the Penyuntikan Ovaprim dan Prostaglandin
Maturationof Carp Oocyte Maturation F2α Terhadap Daya rangsang Ovulasi
and Ovulation. Pol. Arch. Hidrobiol 28 : dan Kualitas Telur Ikan Lele Dumbo
127 – 133. (Clarias gariepinus Burcheel), Program
Ernawati Y. 1990. Penggunaan prostaglandin Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
F2α (PGF2α) Sebagai Induksi Ovulasi Woynarovich E, Horvarth. 1981. The Artificial
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Propagation of Warm Water Finfishes A
Burcheel). Tesis Magister Sains. Manual For Extension. FAO Fisheries
Program Pascasarjana, IPB. Bogor. Technical Paper No. 201. FIR/T 201.
Fujaya. Y. 2004. Fisiologi Ikan. Penerbit PT
Rineka Cipta. Jakarta. 179 Halaman
21
ABSENSI TARUNA ANGKATAN 53 SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN
………………………..
………………………..
Tanda Tangan
1 ………………
2 ………………
3 ………………
4 ………………
5 ………………
6 ………………
7 ………………
8 ………………
9 ………………
10 ………………
11 ………………
12 ………………
13 ………………
14 ………………
15 ………………
16 ………………
17 ………………
18 ………………
19 ………………
20 ………………
21 ………………
22 ………………
23 ………………
24 ………………
25 ………………
26 ………………
27 ………………
28 ………………
29 ………………
30 ………………
STER GENAP
…………………………..
…………………………..
Tanda Tangan
1 ………………
2 ………………
3 ………………
4 ………………
5 ………………
6 ………………
7 ………………
8 ………………
9 ………………
10 ………………
11 ………………
12 ………………
13 ………………
14 ………………
15 ………………
16 ………………
17 ………………
18 ………………
19 ………………
20 ………………
21 ………………
22 ………………
23 ………………
24 ………………
25 ………………
26 ………………
27 ………………
28 ………………
29 ………………
30 ………………
31 ………………
STER GENAP
…………………………..
…………………………..
Tanda Tangan
1 ………………
2 ………………
3 ………………
4 ………………
5 ………………
6 ………………
7 ………………
8 ………………
9 ………………
10 ………………
11 ………………
12 ………………
13 ………………
14 ………………
15 ………………
16 ………………
17 ………………
18 ………………
19 ………………
20 ………………
21 ………………
22 ………………
23 ………………
24 ………………
25 ………………
26 ………………
27 ………………
28 ………………
29 ………………
30 ………………