Anda di halaman 1dari 14

Budidaya Perairan Januari 2014 Vol. 2 No.

1: 14 – 21

Efektifitas ovaprim terhadap lama waktu pemijahan, daya tetas telur dan
sintasan larva ikan lele dumbo, Clarias gariepinus

(Ovaprim effectiveness on spawning time, egg hathability and


survival rate of African Catfish larvae, Clarias gariepinus)

Hengky Sinjal
(Dosen pada Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
UNSRAT. Manado)

Abstract
This study aimed to determine the effect of different doses of ovaprim on spawning time, egg
hatchability, and survival of African catfish larvae (Clarias gariepinus). The research was done in the
Central Local Fish Seed (BBI) Jayapura, Papua Province. Experimental design used was Randomized
Complete Design. The study consisted of four treatments namely 0 ml, 0.3 ml, 0.6 ml and 0.9 ml
ovaprim, each with three replications. Data collected were spawning time, egg hatchability, and
survival rate of African catfish larvae. The number of containers used was as much as 12 buckets (for
spawning, hatching, and observation of survival rate of larvae). The results showed that treatment with
different doses of ovaprim hormones provided a significant influence on the latency time of spawning,
egg hatchability and survival rate of larval. The dose of 0.3 ml ovaprim caould increase the latency
time of spawning, egg hatchability and survival rate of African catfish larvae. The average latency time
of hatching was 552 minutes, spawning and egg hatchability 84.16% and survival rate of living larvae
was 85.76%.
Keywords : African catfish, Ovaprim, spawning time, egg hatchability, survival rate

PENDAHULUAN melakukan pemijahan buatan (induced


breeding) yang diikuti dengan pembuahan
Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) buatan (artificial fertilization). Pemijahan ikan
merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang dapat dipercepat dengan cara memanipulasi
dapat dibudidayakan. Bila dibandingkan kondisi yang ada, misalnya dengan memberikan
dengan jenis ikan air tawar lainnya, ikan lele ransangan menggunakan kelenjar hipofisa atau
dumbo memiliki beberapa keunggulan yaitu hormon ovaprim yang disuntikkan pada tubuh
pertumbuhannya yang cepat, mudah dipelihara, ikan (Woynarovich and Horvarth, 1981).
tahan terhadap kondisi air yang buruk serta Keberhasilan suatu usaha pemijahan
memiliki nilai gizi dan nilai ekonomis yang ikan dipengaruhi oleh faktor – faktor seperti
cukup tinggi. kematangan ikan yang akan dipijahkan,
Kegiatan budidaya ikan lele dumbo, makanan yang diberikan selama pemeliharaan
ketersediaan benih dalam kualitas dan kuantitas dan kondisi lingkungan. Pemijahan adalah
yang cukup merupakan faktor mutlak yang proses pengeluaran sel telur oleh induk betina
sangat menentukan keberhasilan usaha. Untuk dan sperma oleh induk jantan yang kemudian
mendapatkan benih yang berkualitas baik diikuti dengan perkawinan. Pemijahan sebagai
dalam jumlah yang cukup dan salah satu proses dari reproduksi merupakan
berkesinambungan, haruslah melalui mata rantai siklus hidup yang menentukan
pembenihan secara terkontrol yaitu dengan kelangsungan hidup spesies.
14
Budidaya Perairan Januari 2014 Vol. 2 No. 1: 14 – 21

Untuk mengatasi masalah yang timbul METODE PENELITIAN


dan untuk meningkatkan produksi khususnya
pembudidaya ikan lele dumbo maka perlu 1. Persiapan Ikan Uji.
ditingkatkan usaha budidaya yang lebih Ikan uji yang digunakan dalam
intensif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan penelitian ini adalah induk ikan lele dumbo
adalah dengan menambahkan atau (Clarias gariepinus) yang telah matang gonad
menyuntikkan hormon ovaprim ke dalam tubuh (12 jantan dan 12 betina) yang berumur kurang
ikan yang sudah matang gonad untuk lebih 1 tahun dengan kisaran bobot jantan dan
mempercepat proses pemijahan sehingga dapat betina per individu adalah 800 – 1000 gram
dihasilkan benih ikan lele dumbo yang baik untuk diambil sperma dan telurnya. Ikan – ikan
dimana jumlah, mutu dan waktu penyediaannya tersebut ditampung dalam bak pemberokan atau
dapat diatur sesuai yang diinginkan (Djarijah, diberok selama 1 hari secara terpisah antara
2001). induk jantan dan induk betina sebelum
Ovaprim adalah campuran analog dilakukan penyuntikkan dan pengurutan.
salmon Gonadotropihin Releasing Hormon
(sGnRH-a) dan anti dopamine. Ovaprim adalah 2. Prosedur Percobaan
hormon yang berfungsi untuk merangsang dan Percobaan dirancang berdasarkan RAL
memacu hormon gonadothropin pada tubuh (Rancangan Acak Lengkap) dengan 4
ikan sehingga dapat mempercepat proses perlakuan yang masing – masing perlakuan
ovulasi dan pemijahan, yaitu pada proses diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan yang
pematangan gonad dan dapat memberikan daya dicobakan adalah sebagai berikut :
rangsang yang lebih tinggi, menghasilkan telur Perlakuan A : Dosis Ovaprim 0 ml/kg berat
dengan kualitas yang baik serta menghasilkan badan ikan
waktu laten yang relatif singkat juga dapat Perlakuan B : Dosis Ovaprim 0,3 ml/kg berat
menekan angka mortalitas (Sukendi, 1995). badan ikan
Hormon ini juga dapat bekerja pada organ Perlakuan C : Dosis Ovaprim 0,6 ml/kg berat
target yang lebih tinggi pada ikan (Harker, badan ikan
1992). Perlakuan D : Dosis Ovaprim 0,9 ml/kg berat
Secara alami perkembangbiakan banyak badan ikan
bergantung kepada kesiapan induk yang matang Penyuntikkan ovaprim dilakukan
gonad dan biasanya terjadi pada musim-musim dengan cara : Sebelum ikan uji digunakan
tertentu saja. Banyak jenis hormon yang dapat dalam penyuntikkan, induk ikan lele dumbo
digunakan untuk merangsang perkembangan baik jantan maupun betina yang telah matang
gonad, namun setiap jenis hormon mempunyai gonad. Induk ditimbang terlebih dahulu untuk
dosis yang berbeda bergantung kepada tingkat menentukan dosis ovaprim yang akan
kematangan. Oleh karena itu kajian yang diberikan, setelah itu proses penyuntikkan dapat
mengarah pada aspek reproduksi seperti halnya dilakukan. Penyuntikkan menggunakan
manipulasi hormonal merupakan salah satu ovaprim dilakukan dibagian punggung secara
alternatif dalam menunjang teknologi dengan cara : induk lele diletakkan dilantai atau
pembenihan ikan lele. meja yang rata, tutupi kepala induk lele betina
Penelitian ini bertujuan melihat dengan kain agar ikan tidak berontak dan
efektifitas penggunaan hormon ovaprim terhindar dari patil. Suntik induk dibagian
terhadap latensi waktu pemijahan, daya tetas punggung dengan kemiringan jarum suntik 40 –
telur dan sintasan hidup larva ikan Lele Dumbo 45oC dan kedalaman jarum suntik ± 1 cm atau
(Clarias gariepinus)”. di sesuaikan dengan besar kecilnya tubuh ikan.
Setelah ovaprim didorong masuk, jarum suntik
dicabut lalu bekas suntik ditutup dengan jari
15
Budidaya Perairan Januari 2014 Vol. 2 No. 1: 14 – 21

sambil ditekan secara perlahan – lahan Jumlah telur menetas


beberapa saat agar ovaprim tidak keluar. Hr (%) = X 100
Penyuntikkan terhadap ikan uji dilakukan satu Jumlah telur sampel
kali dengan dosis yang sudah ditetapkan,
setelah itu induk ikan dimasukkan kembali
didalam bak penampung dan dibiarkan selama 6. Sintasan Larva
10 jam untuk proses pengambilan telur melalui Untuk menghitung sintasan larva lele
pengurutan. dumbo, larva hasil penetasan diambil sebanyak
100 ekor sebagai sampel pada tiap – tiap
3. Pengambilan Telur perlakuan dan ulangan kemudian larva tersebut
Pengeluaran telur atau striping dipelihara selama empat belas hari (14 hari).
dilakukan 10 jam setelah penyuntikkan. Proses Dalam masa pemeliharaan larva diberi makan
pengeluaran telur dilakukan dengan cara kuning telur yang sudah direbus. Larva diamati
bungkus induk dengan kain namun pada bagian setiap hari. Data yang diamati adalah berapa
perut dan lubang genital dibiarkan tidak banyak larva yang hidup selama masa
tertutup, taruhlah mangkok plastik sebagai pemeliharaan 14 hari.
wadah penampung telur dibawah ikan yang Sintasan larva ditentukan pada akhir
diurut perutnya, urut bagian perut kearah percobaan. Menurut Murtidjo (2001) sintasan
lubang urogenital, telur yang keluar larva dapat dihitung berdasarkan rumus :
tertampung dalam mangkok, campurkan larutan Nt
sperma kedalam telur tadi, aduk hingga merata Sr (%) = X 100
dengan bulu ayam, tambahkan air bersih dan No
steril secukupnya dan aduk hingga merata lagi Keterangan :
agar pembuahan dapat terjadi dengan Sr = Survival Rate (Sintasan)
sempurna. Nt = Jumlah larva hidup pada akhir
pengumpulan data
4. Latensi Waktu Pemijahan No = Jumlah larva hidup pada awal
Latensi waktu pemijahan ikan lele pengumpulan data.
dumbo dihitung berdasarkan data yang diambil
selama proses pemijahan berlangsung dengan 7. Analisis Data
cara menghitung selisih waktu dari penyuntikan Penelitian ini menggunakan Rancangan
sampai keluarnya telur atau ovulasi. Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yang
diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan dalam
5. Daya Tetas Telur penelitian ini menggunakan dosis ovaprim yang
Dalam menentukan tingkat penetasan berbeda. parameter yang diukur adalah :
telur data yang diperlukan adalah banyaknya Latensi waktu pemijahan, daya tetas telur dan
telur yang menetas pada masing – masing sintasan hidup larva.
perlakuan. Telur dihitung 200 butir telur Data yang didapat kemudian dianalisis
kemudian dimasukan kedalam Loyang yang menggunakan analisis ragam dengan program
telah diberi aerator. Setelah itu telur diinkubasi JMP, kemudian dilanjutkan dengan uji BNT,
sampai telur-telur tadi menetas, kemudian (Steel and Torrie, 1991).
hitung telur yang menetas. Menurut Efrizal
(1998) daya tetas telur dapat dihitung dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
persamaan :
1. Waktu Latensi Pemijahan
Dari hasil terlihat bahwa waktu latensi
tercepat terdapat pada perlakuan 0,3 ml/kg
16
Budidaya Perairan Januari 2014 Vol. 2 No. 1: 14 – 21

berat badan ikan (552 menit) dan terendah A (1069 menit). Dari hasil penelitian ini
pada perlakuan 0,9 ml/kg berat badan ikan menunjukkan bahwa induk ikan lele dumbo
(1069 menit) Tabel 1. yang disuntik dengan dosis ovaprim 0,3 ml/kg
berat badan ikan dapat menyebabkan
Berdasarkan analisis ragam diperoleh peningkatan konsentrasi hormon gonadotropin
hasil bahwa perbedaan perlakuan dengan dosis didalam darah sehingga dapat merangsang
ovaprim yang berbeda memberikan pengaruh perkembangan telur dan mempercepat proses
yang sangat nyata terhadap perbedaan latensi pemijahan ikan dengan waktu latensi 552
waktu pemijahan ikan lele dumbo. menit. Sedangkan penyuntikkan ovaprim pada
dosis 0,6 ml/kg berat badan ikan (640 menit)
Tabel 1. Latensi waktu pemijahan ikan lele dumbo dan 0,9 ml/kg berat badan ikan (730 menit)
(Clarias gariepinus) dengan perlakuan dosis
tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan
ovaprim yang berbeda.
PERLAKUAN (menit)
gonadotropin. Menurut Fujaya (1999), induk
ULANGAN ikan yang disuntik dengan hormon hipofisa,
A B C D
(0 ml) (0,3 ml) (0,6 ml) (0,9 ml)
penyuntikkan hormon LH-RH, dan lain – lain
dapat menambah atau meningkatkan
1 980 507 660 720
konsentrasi hormon gonadotropin dalam darah
2 1203 573 691 810 sehingga mampu menginduksi perkembangan
telur dan pemijahan. Sedangkan induk ikan
3 1024 576 570 665
yang tidak diberikan dosis ovaprim akan terjadi
∑ 3207 1656 1921 2192 kelambatan dalam proses pemijahan, hal ini
Rataan 1069 552 640 730 dikarenakan kandungan gonadotropin dalam
tubuh belum cukup untuk terjadinya ovulasi,
dan tidak adanya rangsangan hormonal dari luar
Hasil analisis uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang dapat meningkatkan kandungan
yang diperoleh pada perlakuan 0,3 ml/kg berat gonadotropin dalam tubuh ikan (Fujaya (1999).
badan ikan menunjukkan perbedaan sangat Ini membuktikan bahwa penyuntikkan
nyata dari perlakuan 0 ml/kg berat badan ikan, dosis ovaprim secara intramuscular (didalam
0,9 ml/kg berat badan ikan dan 0,6 ml/kg berat otot) pada induk ikan lele dumbo yang matang
badan ikan (Tabel 2) gonad dapat merangsang ovulasi. Dengan
diperoleh waktu latensi yang tercepat pada
Tabel 2. Analisis ragam waktu latensi Pemijahan perlakuan B dengan dosis ovaprim 0,3 ml/kg
ikan lele dumbo dengan perlakuan dosis ovaprim
berat badan ikan, maka menunjukkan bahwa
yang berbeda
Sumber perlakuan tersebut merupakan yang berpotensi
Keragaman Db Jk Kt Fhitung untuk merangsang terjadinya ovulasi.
Dari uraian diatas dapat dikemukakan
bahwa penggunaan zat perangsang untuk
Perlakuan 3 459946,92 153316 24,74 **
mempersingkat waktu latensi terhadap ikan lele
Galat 8 49561,33 6195
Total 11 509508,25
dumbo (Clarias gariepinus) betina yang
matang gonad sangat bergantung pada dosis zat
perangsang yang digunakan . Kenyataan ini
Waktu latensi ditentukan dengan
sesuai dengan yang dikemukakan oleh Epler
menghitung selisih waktu antara penyuntikan
(1981) bahwa PGF2α ini sangat berperan dalam
sampai keluarnya telur atau ovulasi. Hasil
kontaksi selaput folikel, dengan meningkatnya
pengamatan terhadap waktu latensi setelah
PGF2α didalam darah akan meningkatkan
pemberian perlakuan pada ikan adalah pada
kontraksi selaput folikel sehingga folikel dalam
perlakuan B (552 menit), perlakuan C (640
waktu yang lebih cepat akan berkontraksi dan
menit), perlakuan D (730 menit) dan perlakuan
17
Budidaya Perairan Januari 2014 Vol. 2 No. 1: 14 – 21

terjadilah ovulasi. Ernawati (1990) ovaprim 0 ml/kg berat badan ikan (tanpa
mengemukakan bahwa pemberian PGF2α perlakuan) menunjukkan bahwa tidak
secara tunggal pada ikan lele dumbo dapat berpengaruh terhadap waktu latensi pemijahan
memperkecil waktu latensi. Sedangkan Yuhsu dikarenakan tidak adanya rangsangan hormon
dan Goetz (1991) menyatakan bahwa folikel yang diberikan dari luar yang dapat
sebelum ovulasi lebih banyak menghasilkan meningkatkan kandungan gonadotropin dalam
PGF daripada folikel sebelum GVBD pada ikan tubuh ikan (Fujaya, 1999). Ini menyatakan
brook trout (Salvelinus fontinalis), yang berarti bahwa perlakuan 0,3 ml/kg berat badan ikan
bahwa PGF sangat dibutuhkan pada saat akan ovaprim pada ikan lele dumbo yang digunakan
terjadinya ovulasi. sudah maksimum. Dengan demikian dapat
Nandeesha et al, (1990) menyimpulkan dikatakan bahwa pemberian hormon ovaprim
bahwa kelebihan ovaprim bila dibandingkan 0,3 ml/kg berat badan ikan dapat mempercepat
dengan ekstrak hipofisa adalah : memberikan proses pemijahan dan menghasilkan waktu
daya ransang pemijahan lebih tinggi, nilai latensi pemijahan yang cepat dengan rata – rata
fertilitas lebih tinggi, diameter telur lebih besar, 552 menit setelah penyuntikkan.
waktu latensi lebih singkat dan angka mortalitas
lebih rendah. Sedangkan prostaglandin 2. Daya Tetas Telur
merupakan bagian dari aksi gonadotropin pada Dari hasil pengamatan yang dilakukan
saat ovulasi atau pecahnya folikel dan memperlihatkan bahwa daya tetas telur tertinggi
selanjutnya merangsang tingkah laku memijah terdapat pada perlakuan 0,3 ml/kg berat badan
pada ikan betina (Lam 1985). Peter at all, ikan dan terendah pada perlakuan 0,9 ml/kg berat
(1988) menyatakan bahwa beberapa kriteria badan ikan (Tabel 3).
untuk menilai efektifitas ovaprim ialah dengan
melihat tinggi rendahnya tingkat keberhasilan Tabel 3. Persentase daya tetas telur ikan lele dumbo
pemijahan dan lama tidaknya interval waktu (Clarias gariepinus) dengan perlakuan dosis ovaprim
yang berbeda
antara pemijahan dan penyuntikkan terakhir.
Dosis hormon yang digunakan dalam Perlakuan
pemijahan ikan secara buatan menurut Ulangan A B C D
(0 ml) (0,3 ml) (0,6 ml) (0,9 ml)
Woynarovich dan Horvarth (1981) tergantung
1 36 85,5 50,5 30
kepada tingkat kematangan induk sedangkan 2 42 84,5 62,5 31,5
jumlah dan pengaturan frekuensi penyuntikkan 3 48,5 82,5 44,5 36,5
dengan memperhatikan tingkat kematangan
∑ 126,5 252,5 157,5 98
induk betina.
Pengaruh larutan ovaprim dapat dilihat Rataan 42,16 84,16 52,5 32,66
pada perbedaan antara yang disuntik dan yang
tidak disuntik menggunakan hormon ovaprim.
Induk ikan lele dumbo yang disuntik dengan Berdasarkan analisis ragam diperoleh
hormon ovaprim dosis 0,3 ml/kg berat badan hasil bahwa perbedaan perlakuan dengan dosis
ikan menunjukkan hasil yang baik dalam ovaprim yang berbeda memberikan pengaruh
merangsang hormon gonadotropin untuk yang sangat nyata terhadap perbedaan daya
mempercepat proses pemijahan. Tapi ketika tetas telur ikan lele dumbo.
dosis ovaprim dinaikkan menjadi 0,6 ml/kg Hasil analisis uji Beda Nyata Terkecil
berat badan ikan dan 0,9 ml/kg berat badan ikan (BNT) yang diperoleh pada perlakuan 0,3
ternyata menunjukkan kecenderungan sudah ml/kg berat badan ikan menunjukkan perbedaan
kurang berpengaruh lagi terhadap latensi waktu sangat nyata dari perlakuan 0,9 ml/kg berat
pemijahan dikarenakan pemberian dosis badan ikan, 0 ml/kg berat badan ikan dan 0,6
ovaprim yang tidak sesuai. Sedangkan dosis ml/kg berat badan ikan (Tabel 4).
18
Budidaya Perairan Januari 2014 Vol. 2 No. 1: 14 – 21

Tabel 4. Analisis ragam daya tetas telur ikan lele fertilisasi, hal ini dikarenakan sperma yang
dumbo (Clarias gariepinus) dengan perlakuan dosis terkadang lamban dan cenderung tidak aktif
ovaprim yang berbeda
bergerak sebab sperma berada dalam cairan
Sumber Db Jk Kt Fhitung plasma. Cairan plasma mempunyai konsentrasi
Keragaman yang tinggi terhadap cairan sperma sehingga
dapat menghambat aktifitas sperma yaitu
Perlakuan 3 4754,5625 1584,85 46,2731 **
Galat 8 274,0000 34,25 berkurangnya daya gerak dan akhirnya sperma
Total 11 5028,5625 sukar untuk menebus celah mikrofil sel telur.
Keterangan : ** Berbeda sangat nyata Menurut Effendi (1997), telur-telur hasil
pemijahan yang dibuahi selanjutnya
Untuk melihat pengaruh pemberian berkembang menjadi embrio dan akhirnya
hormon ovaprim terhadap daya tetas telur pada menetas menjadi larva, sedangkan telur yang
ikan yang disuntik dengan hormon ovaprim dan tidak dibuahi akan mati dan membusuk. Lama
yang tidak disuntik dengan hormon ovaprim waktu perkembangan hingga telur menetas
ternyata terdapat perbedaan nilai persentase menjadi larva tergantung pada spesies ikan dan
penetasan. suhu. Semakin tinggi suhu air media penetasan
Induk ikan lele dumbo yang disuntik telur maka waktu penetasan menjadi semakin
dengan hormon ovaprim dosis 0,3 ml/kg berat singkat. Namun demikian, telur menghendaki
badan ikan menunjukkan hasil yang baik dalam suhu tertentu atau suhu optimal yang
merangsang hormon gonadotropin dalam memberikan efisiensi pemanfaatan kuning telur
mempercepat proses penetasan, tapi ketika yang maksimal. Untuk keperluan
dosis ovaprim dinaikkan menjadi 0,6 ml/kg perkembangan digunakan energi yang berasal
berat badan ikan dan 0,9 ml/kg berat badan ikan dari kuning telur dan butiran minyak. Oleh
ternyata sudah kurang berpengaruh lagi karena itu, kuning telur terus menyusut sejalan
terhadap daya tetas telur ini bisa dikarenakan dengan perkembangan embrio, energi yang
oleh kelebihan dosis sehingga dapat terdapat dalam kuning telur berpindah ke organ
memperlambat pergerakan dari spermatozoa tubuh embrio. Embrio terus berkembang dan
dalam membuahi telur. Sedangkan tanpa membesar sehingga rongga telur menjadi penuh
menggunakan dosis ovaprim (0 ml/kg berat dan tidak sanggup untuk mewadahinya, maka
badan ikan) juga kurang berpengaruh karena dengan kekuatan pukulan dari dalam oleh sirip
tidak adanya hormon perangsang yang pangkal ekor, cangkang telur pecah dan embrio
diberikan. Ini berarti perlakuan 0,3 ml/kg berat lepas dari kungkungan menjadi larva, pada saat
badan ikan ovaprim pada ikan lele dumbo yang itulah telur menetas menjadi larva.
digunakan sudah maksimum. Dengan demikian Telur membutuhkan oksigen untuk
dikatakan bahwa pemberian hormon ovaprim kelangsungan hidupnya. Oksigen masuk
0,3 ml/kg berat badan ikan dapat meningkatkan kedalam telur secara difusi melalui lapisan
daya tetas telur dengan rata – rata 84, 16 % dari permukaan cangkang telur, oleh karena itu
hasil pemijahan. media penetasan telur harus memiliki
Peningkatan daya tetas telur ikan lele kandungan oksigen yang melimpah yaitu > 5
dumbo yang diberi larutan ovaprim menurut mg/ liter (Murtidjo, 2001).
Manickam dan Joy (1989) disebabkan karena Menurut Effendi (1992), suhu air
kandungan Folicle Stimulating Hormone (FSH) mempunyai arti penting bagi pertumbuhan
meningkat sehingga folikel berkembang dan organisme yang hidup diperairan karena banyak
daya tetas telur juga meningkat. Sedangkan berpengaruh terhadap pertumbuhan organisme.
menurut Murtidjo (2001), pelepasan sperma Suhu dapat mempengaruhi berbagai aktifitas
dan sel telur dalam waktu yang berbeda dan kehidupan dan berpengaruh terhadap oksigen
relatif singkat dapat berakibat pada kegagalan terlarut didalam air, makin tinggi suhu makin
19
Budidaya Perairan Januari 2014 Vol. 2 No. 1: 14 – 21

rendah kelarutan oksigen didalam air. Salah rata 37,43 %, sedangkan perlakuan D dengan
satu faktor yang mempengaruhi lama waktu dosis 0,9 ml/kg berat badan ikan dengan rata –
penetasan telur maupun tingkat penetasan telur rata 21,83 %.
adalah suhu, dimana semakin tinggi suhu air Berdasarkan analisis ragam diperoleh
media penetasan maka waktu penetasan hasil bahwa perbedaan perlakuan dengan dosis
semakin singkat. Pengamatan suhu yang ovaprim yang berbeda memberikan pengaruh
dilakukan selama penelitian adalah 25oC – 32oC yang sangat nyata terhadap perbedaan daya
sedangkan hasil pengukuran suhu pada proses tetas telur ikan lele dumbo.
penetasan telur selama penelitian adalah 28ºC – Hasil analisis uji Beda Nyata Terkecil
32oC. Variasi nilai kisaran suhu dan persentase (BNT) yang diperoleh pada perlakuan 0,3
penetasan yang berbeda disebabkan oleh ml/kg berat badan ikan menunjukkan perbedaan
perubahan lingkungan atau cuaca setempat. sangat nyatadengan perlakuan 0,9 ml/kg berat
Hasil penelitian ini dikatakan bahwa badan ikan, 0 ml/kg berat badan ikan dan 0,6
pada perlakuan 0,3 ml/kg berat badan ikan ml/kg berat badan ikan. Tabel 6
dapat meningkatkan daya tetas telur sehingga
mampu menekan tingkat mortalitas pada telur Tabel 6. Analisis ragam sintasan larva ikan lele dumbo
ikan lele dumbo. dengan perlakuan dosis ovaprim yang berbeda.

Sumber
3. Sintasan Larva Keragaman Db Jk Kt Fhitung
Sintasan larva diperoleh dari selisih
Perlakuan 3 7079,5833 2359,86 59,2434 **
antara jumlah larva pada akhir penelitian dikali
Galat 8 318,6667 39,83
dengan 100 % dan dibagi dengan jumlah larva
Total 11 7398,2500
pada awal penelitian. Perhitungan sintasan larva
Keterangan : ** Berbeda sangat nyata
dilakukan dengan memelihara 100 ekor larva
yang baru menetas diember. Hasil perhitungan
sintasan larva dapat dilihat pada tabel 5. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa
pada dasarnya induk ikan yang disuntik dengan
Tabel 5. Sintasan larva ikan lele dumbo (Clarias hormon ovaprim dan yang tidak disuntik akan
gariepinus) dengan perlakuan dosis ovaprim yang memberikan pengaruh terhadap sintasan larva.
berbeda
Induk ikan lele dumbo yang disuntik
Perlakuan
Ulangan A B C D dengan hormon ovaprim dosis 0,3 ml/kg berat
(0 ml) (0,3 ml) (0,6 ml) (0,9 ml) badan ikan menunjukkan hasil yang baik bagi
1 42 86,4 72 30 sintasan larva lele dumbo. Tapi ketika dosis
2 34 88,6 61,2 15 ovaprim dinaikkan menjadi 0,6 ml/kg berat
3 36,3 82,3 55,5 20,5 badan ikan, 0,9 ml/kg berat badan ikan dan
∑ 112,3 257,3 188,7 65,5 tanpa perlakuan dosis ovaprim, ternyata
Rataan 37,43 85,76 62,9 21,83
menunjukkan hasil yang kurang berpengaruh
lagi terhadap sintasan larva. Ini bisa
dikarenakan ketidak cocokkan dosis ovaprim
yang diberikan akibat kelebihan ataupun
Hasil perhitungan diatas menunjukkan
kekurangan ovaprim.
bahwa persentase penetasan ikan lele dumbo
Hasil penelitian ini dikatakan bahwa
terbaik adalah pada perlakuan B dengan dosis
pada perlakuan B (0,3 ml/kg berat badan ikan)
0,3 ml/kg berat badan ikan dengan rata – rata
ternyata dapat meningkatkan sintasan larva
85,76 % , kemudian disusul perlakuan C
tertinggi dengan rata – rata 85,76 % dari hasil
dengan dosis 0,6 ml/kg berat badan ikan dengan
pemijahan. Ini berarti pemberian dosis ovaprim
rata – rata 62,9 %, dan perlakuan A dengan
0,3 ml/kg berat badan ikan adalah dosis
dosis 0, ml/kg berat badan ikan adalah rata –
20
Budidaya Perairan Januari 2014 Vol. 2 No. 1: 14 – 21

ovaprim yang terbaik bagi sintasan larva ikan Harker K. 1992. Pembiakan Kap dengan
lele dumbo. Menggunakan Ovaprim di India. Warta
Pengukuran kualitas air selama Akuakulture. Volume 2, No. 3.
penelitian meliputi : suhu air, pH, oksigen Lam TJ. 1985. Induced Spawning in Fish. In C.
terlarut, karbondioksida bebas, amoniak, S. Lee and I. C. Liao (Eds).
alkalinitas adalah sebagai berikut kisaran suhu Reproduction and Culture at Milkfish
selama percobaan antara 27.9 – 30 oC, pH air the Oceanic Institute, Hawai.
5.70 – 7.52, oksigen terlarut 3.10 – 5.48 mg/l, Manickam P, Joy KP. 1989. Induction of
Kualitas air ini masih dalam batas toleransi Maturation and Ovulation by Pimozide
kehidupan larva ikan lele. LHRH AnalogueTreatment and
Resulting High Quality Egg Production
in the Asian Catfish, Clarias batrachus
KESIMPULAN L. Aquaculture 83 : 193 – 199.
Murtidjo BA. 2001. Beberapa Metode
- Hormon ovaprim dapat mempengaruhi latensi Pembenihan Ikan Air Tawar. Penerbit
waktu pemijahan, daya tetas telur dan sintasan Kanisius, Yogyakarta.
larva ikan lele dumbo (Clarias gariepinus). Nandeesha MC, Rao KG, Jayanna R, Parker
- Dosis ovaprim terbaik dalam penelitian ini NC, Varghese TJ, Keshavanath P,
adalah 0,3ml/kg berat badan ikan dengan Sheety HPC. 1990. Induced spawning
menghasilkan waktu latensi pemijahan tercepat of Indian Mayor Carps Throught Single
552 menit, daya tetas telur tertinggi 84,16 % Aplication of Ovaprim. In : Hirano, R.
dan sintasan larva tertinggi 85,33 %. and I. Hanyu (Eds). the Second Asian
Fisheries Forum, Asian Fisheries
DAFTAR PUSTAKA Society, Indian Branch. Mangalore,
India.
Djarijah. 2001. Pembenihan Ikan Mas. Penerbit Peter RE, Lin HR, Kraak CVD. 1988. Induceed
Kanisius Yogyakarta. III.hal. Ovulation and Spawning of Cultured
Effendie MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Freshwater Fish in China : Advenches
Nusatama. Bogor. in Aplication of GnRH Analogue and
Efrizal. 1995. Pengaruh penyuntikan 17α- Dopamine antagonis. Aquaculture 74 : 1
hidroksi Progesteron dan hCG – 10.
terhadap ovulasi dan kualitas telur ikan Steel RGD, Torrie JH, 1991. Prinsip Dasar dan
lelel dumbo (Clarias gariepinus). Tesis Prosedur Statistika. PT. Gramedia.
Pascasarjana IPB. 73 hal. Jakarta.
Epler P. 1981. Effect of Steroid and Sukendi, 1995. Pengaruh Kombinasi
Gonadotropin Hormone the Penyuntikan Ovaprim dan Prostaglandin
Maturationof Carp Oocyte Maturation F2α Terhadap Daya rangsang Ovulasi
and Ovulation. Pol. Arch. Hidrobiol 28 : dan Kualitas Telur Ikan Lele Dumbo
127 – 133. (Clarias gariepinus Burcheel), Program
Ernawati Y. 1990. Penggunaan prostaglandin Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.
F2α (PGF2α) Sebagai Induksi Ovulasi Woynarovich E, Horvarth. 1981. The Artificial
Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus Propagation of Warm Water Finfishes A
Burcheel). Tesis Magister Sains. Manual For Extension. FAO Fisheries
Program Pascasarjana, IPB. Bogor. Technical Paper No. 201. FIR/T 201.
Fujaya. Y. 2004. Fisiologi Ikan. Penerbit PT
Rineka Cipta. Jakarta. 179 Halaman

21
ABSENSI TARUNA ANGKATAN 53 SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN

Mata Ujian : ……………………………………………………..


Semester / Program Studi : II / TAK - A
Hari / Tanggal : ……………………………………………………..

No. Nama Nrp.


1 Ade Ratnawati Haeruddin 53174211934
2 Adhytio Pratama Putra Asrin 53174111935
3 Ahmad Nasrulloh 53174111937
4 Airin Hakris Liasari Gea 53174211938
5 Aldy Eka Wahyudi 53174111940
6 Aldy Renaldy 53174111941
7 Anisa Nurlatu 53174211942
8 Ayu Widdyastanti 53174211944
9 Bosmen Fernando Nainggolan 53174111945
10 Dea Ananda Prayogi 53174111946
11 Dhea Finasthi 53174211948
12 Dhini Gangsar Nugroho 53174111949
13 Diah Indahsari 53174211950
14 Fira Irawan 53174211956
15 Jepi 53174111963
16 La Ode Iqbal Rizky Sahrain 53174111964
17 Mhd Taufik 53174111971
18 Mita Oktaviyani 53174211973
19 Muhammad Faishal Ash Shalih 53174111975
20 Resti Okta Fiani 53174211989
21 Retno Wulandari 53174211990
22 Rifalda Maisaroh 53174211994
23 Satria Adi Nugraha 53174112002
24 Wahyu Meganingrum 53174212014
25 Will Seprianus Zai 53174112015
26 Y. Claudia Irene 53174212018
27 Yoga Ridho Pambudi 53174112019
28 Yosi Rafiana 53174212020
29 Yunanda Aprioga 53174112021
30 Lourenca Marsal R Pereira 53174212189

ABSENSI TARUNA ANGKATAN 53 SEMESTER GENAP


TAHUN AKADEMIK 2017/2018
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN

Mata Ujian : ……………………………………………………..


Semester / Program Studi : II / TAK-B
Hari / Tanggal : ……………………………………………………..

No. Nama Nrp.


1 Abdurrahman Rofi 53174111933
2 Ajrina Izzati Febrianti 53174211939
3 Dede Yani Sriyani 53174211947
4 Dwi Saputra 53174111951
5 Eki Saputra 53174111952
6 Eva Fatikha Pratiwi 53174211953
7 Hamsia Lestari 53174211959
8 Hanifa Salma Nisrina 53174211960
9 Hendra Ariefin 53174111961
10 Indra Ramadhan 53174111962
11 Laisa Usrini 53174211965
12 M. Ijtihadul Fikri 53174111967
13 Margawan Kelana 53174111969
14 Maulana Bahtiar 53174111970
15 Mikka Hakkinen 53174111972
16 Muhammad Sabaruddin 53174111977
17 Muhrim Danuin 53174111979
18 Natasya Aprodita Novanka Polin 53174211981
19 Nevi Cahyaningrum 53174211982
20 Panji Firman 53174111986
21 Raisha Sabrina 53174211988
22 Rezky Arie Br Tambunan 53174211992
23 Rosalinda 53174212001
24 Sayira Yuliantari Ardian Putri 53174212003
25 Sry Nurma Inten Lestari 53174212007
26 Umar Khalip Sinaga 53174112010
27 Veronica Manalu 53174212011
28 Wahyu Illahi 53174112013
29 Winda Sari 53174212016
30 Wiranto 53174112017
31 Yunita 53174212022
ABSENSI TARUNA ANGKATAN 53 SEMESTER GENAP
TAHUN AKADEMIK 2017/2018
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN

Mata Ujian : ……………………………………………………..


Semester / Program Studi : II / TAK - C
Hari / Tanggal : ……………………………………………………..

No. Nama Nrp.


1 Agung Gunawan Aufat 53174111936
2 Arzeanti 53174211943
3 Fira Audiyah Herianti 53174211955
4 Galang Novi Anggara 53174111957
5 Guntur Wiratama 53174111958
6 Lanang Catur Andriyanto 53174111966
7 M. Rizky Latuconsina 53174111968
8 Moh. Alfarizi 53174111974
9 Muhammad Jaisyuddin Al Haris Ginanjar 53174111976
10 Muhammad Wisnu Ristanto 53174111978
11 Nanda Fitriah 53174211980
12 Ni Gusti Made Sri Wahyuni 53174211983
13 Novia Dwi Larasati 53174211984
14 Nurdalifa 53174211985
15 Puguh Dwi Atmojo 53174111987
16 Rezalia Irawan 53174211991
17 Ria Pradita 53174211993
18 Rifqi Fadhilah 53174111995
19 Rina Indah Rahmawati 53174211996
20 Rio Budiman 53174111997
21 Rizal Husni Nur Fadli 53174111998
22 Rizka Virgilia Putri 53174211999
23 Romy Wira Pratama 53174112000
24 Shadiqa Malahayati 53174212004
25 Sinta Clarissa Wattimena 53174212005
26 Sri Rahayu 53174212006
27 Suci Ariska 53174212008
28 Tri Intan Kemala Hayati. Hn 53174212009
29 Wahyu 53174112012
30 Zulhamsyah Hadi Pradana 53174112023
STER GENAP

………………………..

………………………..

Tanda Tangan
1 ………………
2 ………………
3 ………………
4 ………………
5 ………………
6 ………………
7 ………………
8 ………………
9 ………………
10 ………………
11 ………………
12 ………………
13 ………………
14 ………………
15 ………………
16 ………………
17 ………………
18 ………………
19 ………………
20 ………………
21 ………………
22 ………………
23 ………………
24 ………………
25 ………………
26 ………………
27 ………………
28 ………………
29 ………………
30 ………………

STER GENAP
…………………………..

…………………………..

Tanda Tangan
1 ………………
2 ………………
3 ………………
4 ………………
5 ………………
6 ………………
7 ………………
8 ………………
9 ………………
10 ………………
11 ………………
12 ………………
13 ………………
14 ………………
15 ………………
16 ………………
17 ………………
18 ………………
19 ………………
20 ………………
21 ………………
22 ………………
23 ………………
24 ………………
25 ………………
26 ………………
27 ………………
28 ………………
29 ………………
30 ………………
31 ………………
STER GENAP

…………………………..

…………………………..

Tanda Tangan
1 ………………
2 ………………
3 ………………
4 ………………
5 ………………
6 ………………
7 ………………
8 ………………
9 ………………
10 ………………
11 ………………
12 ………………
13 ………………
14 ………………
15 ………………
16 ………………
17 ………………
18 ………………
19 ………………
20 ………………
21 ………………
22 ………………
23 ………………
24 ………………
25 ………………
26 ………………
27 ………………
28 ………………
29 ………………
30 ………………

Anda mungkin juga menyukai