Anda di halaman 1dari 6

J.

Agroland 15 (1) : 63 - 67, Maret 2008 ISSN : 0854 641X

KONSERVASI SEMEN AYAM BURAS MENGGUNAKAN BERBAGAI


PENGENCER TERHADAP FERTILITAS DAN PERIODE FERTIL
SPERMATOZOA PASCA INSEMINASI BUATAN
Oleh :
Ridwan1) dan Rusdin1)

ABSTRACT

The aim of the experiment was to determine spermatozoa fertility and accurate interval time of artificial insemination
for improving chicken quality and production. The experiment was conducted using a completely randomized design with three
levels of semen diluter as the treatments. Each treatment was tested to 10 local female chicks. The research results showed that the
treatments significantly affected the fertility of spermatozoa (P < 0.05). The highest fertility of spermatozoa was found in the
ringer lactate diluter (74.73 %), followed by the ringer dextrose (71.58 %), and physiological NaCl 0.9 % (65.79 %). The highest
fertility period produced by ringer dextrose diluter was 15.6 days, and ringer lactate for 15.3 days.

Keywords : Semen, diluter, local chicken

I. PENDAHULUAN ayam. Dengan cara ini semen dari seekor pejantan


dapat diencerkan untuk mengawini sekitar tujuh
Upaya pengembangbiakan ternak ayam belas ekor betina (Bahr dan Bakst, 1987).
pada umumnya masih menggunakan cara Inseminasi buatan pada unggas
konvensional, yaitu melalui perkawinan secara merupakan salah satu teknologi yang diharapkan
alam. Campur tangan oleh peternak dalam hal dapat memperbaiki produktivitas ayam, dan
sistem perkawinan ini masih sangat minim, merupakan teknik yang berharga dalam industri
sehingga efisiensi produksi rendah dan peternakan unggas maupun dalam riset penelitian.
memberikan peluang terjadinya inbreeding yang Dengan sistem ini dapat diprogramkan upaya
relatif tinggi. Dampaknya akan menurunkan untuk mendapatkan bibit dan DOC (day old
kemampuan produksi, dimana pertumbuhan chick) dalam jumlah banyak dengan umur sama
lambat dan produksi telur makin menurun bagi dalam waktu pendek.
generasi berikutnya. Informasi tentang kualitas semen ayam
Pemeliharaan ayam secara intensif yang melalui konservasi dengan berbagai pengencer
dilakukan pada kandang individual, seekor semen dan penerapan teknologi inseminasi
pejantan hanya dapat melakukan kawin alam buatan untuk mengetahui periode fertil dan
secara bergiliran dari suatu kandang ke kandang fertilitas spermatozoa ayam yang terkait dengan
yang lain. Disamping itu untuk pengadaan telur interval pelaksanaan inseminasi belum banyak
tetas sebagai sumber bibit ayam untuk diketahui, dan masih banyak perbedaan pendapat
peremajaan masih merupakan suatu kendala diantara peneliti terdahulu dalam penentuan
melalui perkawinan secara alam, karena
interval pelaksanaan IB yang tepat.
memerlukan pejantan unggul dalam jumlah
yang banyak. Hal ini dapat memperbesar biaya
produksi untuk pemeliharaan pejantan. II. BAHAN DAN METODE
Untuk mengatasi kendala tersebut, salah
satu alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan Ternak percobaan yang digunakan
penerapan bioteknologi dalam bidang reproduksi terdiri dari 6 ekor ayam jantan dewasa berumur
ternak dengan melakukan konservasi semen dan 10 - 12 bulan sebagai sumber semen, dan
penerapan teknologi Inseminasi Buatan (IB) pada inseminasi buatan dilakukan terhadap 45 ekor
1)
Staf Pengajar pada Program Studi Produksi Ternak Fakultas
ayam betina dewasa umur 6 bulan yang sedang
Pertanian Universitas Tadulako, Palu. berada pada periode produksi. Ternak tersebut

63
ditempatkan dalam kandang individual yang 2. Pengenceran Semen
terbuat dari terali besi, dan masing-masing Hasil penilaian semen yang meliputi :
petak dilengkapi dengan tempat makan dan volume, konsentrasi spermatozoa total, dan
minum. Ukuran kandang; untuk ayam jantan motilitas spermatozoa dijadikan sebagai
adalah panjang 60 cm, lebar 35 cm dan tinggi penentu kadar pengenceran semen. Semen
50 cm, sedangkan untuk ayam betina berukuran yang berkualitas baik selanjutnya
panjang 40 cm, lebar 30 cm dan tinggi 40 cm. diencerkan dengan pengencer sampai
Ternak percobaan diberi pakan berupa mencapai konsentrasi 150 juta spermatozoa
campuran dedak halus, jagung dan pakan motil progresif per 0,1 ml semen.
komersil Superfeed (PT Cheil Jedang Indonesia) Pemeriksaan motilitas dilakukan untuk
dengan perbandingan 15:50:35 (as feed) sebanyak menentukan motilitas sampai 50 %; yang
120 gram per hari per ekor. Pemberian pakan kurang dari itu tidak digunakan untuk IB.
dilakukan dua kali sehari (pagi dan sore) 3. Pelaksanaan Inseminasi
sedangkan air minum diberikan secara ad - libitum. Inseminasi atau deposisi semen pada ayam
Peralatan yang digunakan untuk betina dilakukan secara manual dengan
penampungan, evaluasi semen dan inseminasi menggunakan pipet inseminasi berupa spuit
buatan adalah: mikroskop, tabung berskala, injeksi tuberkulin. Ayam betina dipegang
termos, gelas obyek, gelas cover, batang pengaduk, seperti pada proses penampungan semen ayam
kertas pH, haemocytometer, alat hitung, pemanas jantan, kecuali posisi bagian posterior ayam
bunsen, pipet, spuit ukuran 1 ml, gelas ukur, betina sedikit diangkat dari sumbu badannya
tissue, mesin tetas dan alat peneropong telur. sehingga bagian posterior lebih tinggi dari
Bahan-bahan yang digunakan meliputi pengencer bagian anteriornya. Ayam betina dirangsang
semen (NaCl Fisiologis, Ringer Laktat dan dengan pengurutan seperti pada proses
Ringer Dextrose), eosin, dan alkohol. penampungan semen supaya ayam betina
Penelitian ini dilaksanakan di kandang tersebut mengeluarkan vaginanya dari rongga
percobaan dan Laboratorium Reproduksi dan kloaka. IB dilakukan sekali pada setiap ayam
Pemuliaan Tenak Jurusan Peternakan Fakultas betina dengan mendeposisikan semen secara
Pertanian Universitas Tadulako, didisain intrauterin dengan dosis 150 juta spermatozoa
menggunakan Rancangan Acak Lengkap motil progresif per 0,1 ml semen.
(RAL) dengan tiga perlakuan pengencer semen. 4. Koleksi dan Inkubasi Telur
Masing-masing perlakuan diuji dengan 10 ekor Pengumpulan telur hasil IB dilakukan mulai
ayam betina sebagai ulangan untuk mengamati hari kedua setelah inseminasi sampai pada
hari terakhir menghasilkan telur fertil dalam
periode fertil dan fertilitas spermatozoa pasca
satu periode peneluran yang dibagi ke dalam
inseminasi buatan.
empat periode koleksi, masing-masing
Rangkaian penelitian dibagi dalam
beberapa tahap sebagai berikut : empat hari. Telur yang diperoleh
dibersihkan menggunakan lap kain yang
1. Evaluasi Semen.
sudah dicelupkan di air hangat, kemudian
Evaluasi untuk mengetahui kualitas semen ditandai menurut kelompok perlakuan yang
ayam yang digunakan dilakukan dengan diberikan. Setelah dikoleksi selama empat
cara evaluasi semen segar dan semen cair. hari, telur diinkubasikan kedalam inkubator
Semen dari 6 ekor ayam jantan ditampung (38,5 40,5C) dan kelembaban 75 %.
dengan cara pengurutan ke dalam tabung Selama inkubasi, telur diputar 3 kali sehari,
berskala, kemudian diperiksa secara mulai hari ke- 4 sampai ke- 17.
makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan 5. Parameter dan prosedur pengambilan data
makroskopis meliputi volume, warna, Fertilitas Spermatozoa.
konsistensi dan pH semen, sedangkan Fertilitas spermatozoa diukur dengan cara
pemeriksaan mikroskopis meliputi gerakan menghitung persentase telur yang
massa, konsentrasi spermatozoa total, memperlihatkan adanya perkembangan
motilitas dan abnormalitas semen. embrio dari sejumlah telur yang ditetaskan

64
tanpa memperhatikan apakah telur tersebut III. HASIL DAN PEMBAHASAN
akan menetas atau tidak, dan perkembangan
embrio di dalam telur tersebut diamati setelah 3.1. Pengaruh Pengecer Semen Terhadap
5 hari masa inkubasi. Fertilitas telur dihitung Fertilitas Spermatozoa ayam Pasca
menggunakan rumus sebagai berikut : Inseminasi Buatan
Jumlah telur fertil
Fertilitas telur = x 100 %
Rataan hasil pengamatan fertilitas
Jumlah telur yang ditetaskan spermatozoa ayam percobaan dalam berbagai
pengencer selama penelitian tertera pada Tabel 1.
6. Periode Fertil Spermatozoa Tabel 1. Rataan Fertilitas Spermatozoa dalam Setiap
Periode fertil spermatozoa dihitung mulai Perlakuan Pengencer Semen.
sejak hari pelaksanaan inseminasi hingga Jenis pengencer
hari terakhir menghasilkan telur fertil. Data Fertilitas spermatozoa (%)
semen
periode fertil diperoleh dengan mengamati NaCl Fisiologis 0,9 % 65,79 a
b
telur yang telah dieramkan hingga bertunas, Ringer Laktat 74,73
ab
Ringer Dextrose 71,58
dan telur yang tidak bertunas dalam kurun
waktu tertentu setelah inseminasi. Dengan Hasil analisis statistik sidik ragam
cara tersebut, maka akan diperoleh data menunjukkan hasil perlakuan berpengaruh
periode fertil spermatozoa sebagai manifestasi nyata (P < 0,05) terhadap fertilitas spermatozoa.
kemampuan spermatozoa membuahi sel telur Berdasarkan uji lanjut beda nyata terkecil (BNT)
pasca inseminasi. Pengamatan periode fertil menunjukkan bahwa perlakuan pengencer
spermatozoa dilakukan pada hari ke- 5 masa Ringer Laktat tidak berbeda nyata dengan
penetasan dengan melihat adanya pengencer Ringer Dextrose, tetapi berbeda nyata
dengan pengencer NaCl Fisiologis 0,9 %. dan
perkembangan embrio dini dengan
pengencer Ringer Dextrose tidak berbeda nyata
menggunakan teropong telur. Telur fertil dengan pengencer NaCl Fisiologis 0,9 %. Hal
akan memperlihatkan adanya gumpalan ini disebabkan karena pengencer yang
merah atau penyebaran pembuluh darah, digunakan mengandung sumber energi dan
sedang yang tidak fertil tidak menunjukkan unsur-unsur lain yang berfungsi untuk
tanda-tanda tersebut. mempertahankan hidup spermatozoa, kemampuan
7. Analisa Data setiap bahan pengencer untuk memberikan
Data kuantitatif hasil pengamatan dianalisis fertilitas spermatozoa berbeda-beda pula antara
secara statistik dengan sidik ragam dan pengencer satu dengan pengencer lainnya.
Ketiga pengencer tersebut mengandung zat-zat
untuk menguji perbedaan antar perlakuan makanan antara lain sumber energi dan
digunakan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT). unsur-unsur lain yang berfungsi untuk
Model linier yang digunakan adalah sebagai mempertahankan hidup spermatozoa. Pengencer
berikut : Ringer Dextrose memiliki substrat nutrisi yaitu
berupa glukosa yang berfungsi sebagai sumber
Y ij = + i + ij energi bagi spermatozoa. Menurut Sexton dan
Fewlass (1978), plasma semen merupakan
Keterangan : medium spermatozoa untuk melakukan
Y = Respon yang diamati selama aktivitasnya. Jika didalam plasma semen
penelitian kekurangan energi maka motilitas spermatozoa
i = 1, 2, 3 berkurang dan akan menurunkan daya fertilitas
j = 1, 2, 3, ... 12 spermatozoa. Ringer Dextrose mengandung
= Nilai tengah umum komponen yang dapat menyediakan zat
i = Pengaruh perlakuan ke- i makanan bagi spermatozoa khususnya sebagai
sumber energi . Na-Laktat pada Ringer Laktat
ij = Pengaruh galat percobaan karena diperlukan untuk memenuhi kebutuhan ion
ulangan ke-j yang ada pada bikarbonat yang berfungsi untuk mempertahankan
perlakuan ke-i keasaman larutan atau sebagai penyangga larutan

65
serta mempertahankan tekanan osmotik larutan. (P < 0,05) terhadap periode fertil spermatozoa
Asam laktat tersebut dinetralisir oleh NaCl ayam buras. Berdasarkan uji lanjut beda nyata
sehingga pH larutan tetap seimbang. terkecil (BNT), menunjukkan bahwa perlakuan
Fertilitas merupakan suatu manifestasi dari pengencer Ringer Dextrose berbeda sangat nyata
proses mekanisme fertilisasi spermatozoa dalam dengan pengencer NaCl Fisiologis 0,9 %,
saluran reproduksi betina. Apabila dilihat secara pengencer Ringer Laktat berbeda nyata dengan
anatomis didalam saluran reproduksi betina dapat pengencer NaCl Fisiologis 0,9 %, tetapi
dikemukakan bahwa peranan pengencer semen pengencer Ringer Dextrose tidak berbeda nyata
tidak berpengaruh secara langsung dalam proses dengan pengencer Ringer Laktat. Hal ini
fertilisasi, diduga karena semen yang diencerkan menunjukkan bahwa pengencer Ringer Dextrose
tidak disimpan maka proses metabolisme dan Ringer Laktat memiliki kemampuan yang
spermatozoa belum terjadi. Hal ini sejalan dengan lebih baik dalam proses fertilsasi, kedua
pendapat Sexton dan Fewlass (1978), unsur-unsur pengencer tersebut dapat memberikan periode
kimia dan substrat nutrisi pengencer semen akan fertil yang cukup lama dibandingkan dengan
berpengaruh terhadap proses metabolisme pengencer NaCl 0,9 %. Hal ini disebabkan
spermatozoa pada semen yang disimpan cukup karena larutan Ringer Dextrose dan Ringer Laktat
lama sebelum diinseminasikan. memiliki substrat nutrisi yang lebih baik bagi
Setelah semen diinseminasikan, spermatozoa yang tidak dimiliki oleh larutan
spermatozoa akan menyebar kedalam saluran
fisiologis NaCl Gomes (1977).
reproduksi betina yaitu kedaerah uterovaginal
kemudian keinfundibulum. Akan tetapi hanya Tabel 2. Rataan Periode Fertil Spermatozoa Ayam setiap
spermatozoa potensial yang mampu melakukan Perlakuan Pengencer Semen.
fertilisasi akibat terjadinya seleksi selama Jenis Pengencer Semen Periode Fertil Spermatozoa
berjalan dalam saluran kelamin betina. ..hari..
Spermatozoa memasuki sperm nest pertama NaCl Fisiologis 0,9 % 13,70 a
Ringer Laktat 15,30 b
didaerah Uterovaginal Junction, maka peranan Ringer Dextrose 15,60 b
pengercer dalam mempertahankan derajat
keasaman larutan (pH) bagi spermatozoa sangat Periode fertil diukur mulai dari hari
dibutuhkan (Zavaleta dan Ogaswara, 1987). kedua setelah inseminasi sampai pada hari
Spermatozoa yang dideposisikan akan terakhir telur fertil, periode fertil juga
segera menempati Uterovaginal Junction, merupakan suatu manifestasi dari proses
spermatozoa mendapatkan nutrisi dan fertilisasi. Dalam penelitian ini pengencer tidak
mempertahankan kemampuan fertilitasnya
berperan langsung dalam proses fertilisasi
ditempat tersebut. Selanjutnya spermatozoa akan
melakukan pergerakan menuju infundibulum namun hanya berperan dalam penambahan dosis
setelah terjadi oviposisi yang akhirnya IB. Menurut Ridwan (2002), lama periode
spermatozoa akan berakumulasi di sperm nest fertil spermatozoa ayam dipengaruhi oleh
infundibulum untuk melakukan fertilisasi. Proses ketersediaan spermatozoa yang dapat membuahi
pergerakan dan fertilitas spermatozoa dipengaruhi sel telur didalam sperm nest. Lamanya
oleh jumlah spermatozoa yang berada di sperm kemampuan hidup spermatozoa ayam dalam
nest infundibulum (Zavaleta dan ogaswara, 1987). saluran reproduksi betina mencapai 32 hari, akan
tetapi daya fertilitasnya hanya mencapai 21 hari
3.2. Pengaruh Pengencer Semen Terhadap setelah inseminasi (Kismiati, 1999).
Periode Fertil Spermatozoa Ayam Proses pengenceran semen secara
Pasca Inseminasi Buatan langsung akan mempengaruhi metabolisme
Rataan hasil pengamatan periode fertil spermatozoa untuk mempertahankan daya
spermatozoa ayam percobaan dari berbagai jenis hidupnya sebelum dideposisikan, sehingga
pengencer selama penelitian tertera pada Tabel 2. diharapkan mampu melakukan pergerakan
Hasil analisis data melalui sidik ragam untuk membuahi sel telur. Semakin banyak
menunjukkan bahwa jenis pengencer semen yang spermatozoa motil progresif yang mencapai
digunakan (Ringer Laktat, Ringer Dextrose dan Chalaziferous region pada saluran reproduksi
NaCL 0,9 %,) memberikan pengaruh nyata betina akan semakin panjang periode fertil

66
spermatozoa, karena sperm nest pada saluran keberhasilan penerapan teknologi inseminasi
reproduksi ayam betina memiliki sistem buatan pada ayam adalah banyaknya telur
pelepasan spermatozoa untuk proses fertilisasi fertil sebagai hasil dari satu kali inseminasi.
secara bertahap (Ridwan, 2002). Dengan demikian efisiensi waktu dan biaya
Faktor yang membatasi periode fertil yang dicurahkan dalam penerapan inseminasi
spermatozoa setelah berada dalam saluran buatan tersebut semakin efektif.
reproduksi betina, selain masa hidup
spermatozoa itu sendiri, adalah pengurangan IV. KESIMPULAN DAN SARAN
jumlah spermatozoa yang cukup drastis selama
periode bertelur. Spermatozoa yang telah 4.1. Kesimpulan
disimpan didalam Uterovaginal Junction,
dilepaskan secara bertahap atau sedikit demi Bedasarkan data hasil penelitian
sedikit dalam lumen uterus. Pelepasan pengaruh konservasi semen menggunakan
spermatozoa ini terjadi sekitar waktu ovulasi berbagai pengencer terhadap periode fertil,
dan oviposisi. Segera setelah spermatozoa fertilitas dan daya tetas telur ayam pasca
dilepas, aktivitas metabolisme dan motilitas inseminasi buatan diperoleh kesimpulan bahwa :
spermatozoa meningkat, dan diduga setelah 1. Ketiga pengencer semen memberikan
terjadi proses penurunan stabilitas plasmalema pengaruh nyata (P < 0,05) terhadap periode
sehingga daya hidup spermatozoa semakin fertil dan fertilitas spermatozoa.
menurun. Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan 2. Ketiga pengencer semen tersebut
yang dilaporkan oleh Fuji dan Tamura (1963) menghasilkan periode fertil dan fertilitas
dalam Gilbert (1980), bahwa spermatozoa spermatozoa yang cukup tinggi pasca
dijumpai dalam jumlah besar dalam kelenjar inseminasi buatan
Uterovaginal Junction setelah inseminasi,
dan dalam jumlah yang semakin berkurang 4.2. Saran
sampai telur fertil yang terakhir dikeluarkan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
Hafez (1993), bahkan mengemukakan bahwa mengenai interval pelaksanaan inseminasi
spermatozoa dapat kehilangan fertilitasnya buatan sehingga diperoleh acuan
sekalipun secara visual masih hidup. Ukuran pelaksanaan IB yang efisien dan tepat.

DAFTAR PUSTAKA
th
Bahr J.M dan Bakst, M.R., 1987. Poultry. In E.S.E. Hafez, ed Reproduction in farm animal. 5 Ed. Lea and Febiger,
Philadelphia pp 379 - 388

Gilbert., A. B., 1980. Poultry. In E. S. E. Hafez (ed) Reproduction in farm animals. Lea and Febiger. Philadelphia.

Gomes, W.R. 1977. Artificial insemination. Dalam H.H. Cole and P.T. Cupps ed. Reproduction in Animals. Academic Press,
New York and London.
th
Hafez, E.S.E. 1993. Artificial insemination. In E.S.E. Hafez. Ed. Reproduction in Farm Animals. 5 Edition. Lea and
Febiger. Philadelpia.

Kismiati, S. 1999. Fertilitas telur dan mortalitas embrio ayam kedu hitam pada interval inseminasi yang berbeda. Jurnal
Pengembangan Peternakan Tropis. Universitas Diponegoro. Semarang. 53 59.

Ridwan, 2002. Fertil life dan periode fertil spermatozoa ayam buras pasca inseminasi buatan. Tesis Pascasarjana Universitas
Pandjadjaran, Bandung

Sexton, T.J., and T.A. Fewlass. 1978. A new poultry semen extenders : 2. effectof diluent component on the fertilizing
capacity on the chicken semen storage at 5oC. Poultry Science 57 : 277 284.

67
Zavaleta, D. Dan F. Ogasawara. 1987. A review of the mechanism of the release of spermatozoa from storage tubules in the
fowl and turkey oviduct. Word Poultry Science Journal 43 : 132 - 139

Inseminasi, 63, 64, 65, 66 spermatozoa, 63, 64, 65, 66, 67, 68
semen, 63, 64, 66, 67, 68

68

Anda mungkin juga menyukai