Anda di halaman 1dari 4

Seminar Nasional Riset Kuantitatif Terapan 2017  167

Kendari, 8 April 2017

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TERHADAP


FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR AYAM
KAMPUNG PERSILANGAN

Astriana Napirah*1, Hamdan Has2


1,2
Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari
e-mail: *1astriana_napirah@yahoo.com 2has.hamdan@yahoo.com

Abstrak
Salah satu upaya optimalisasi produktivitas ayam kampung adalah melalui persilangan dengan
ayam petelur. Penelitian ini bertujuan untuk melihat fertilitas, daya tetas dan mortalitas telur yang
dihasilkan dari persilangan antara pejantan ayam kampung dengan betina layer strain lohmann brown.
Seratus butir telur tetas dibagi dalam 4 perlakuan dan 5 ulangan berdasarkan rancangan acak lengkap.
Perlakuan yang dicobakan adalah lama penyimpanan telur yang berbeda, yaitu 1 hari (P0), 3 hari (P1),
5 hari (P2), dan 7 hari (P4). Variabel yang diamati adalah fertilitas, daya tetas, dan mortalitas telur. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dilanjutkan dengan uji wilayah berganda
duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lama penyimpanan mempengaruhi (P<0,05) fertilitas,
daya tetas dan mortalitas telur. Penyimpanan telur selama 3 hari sebelum penetasan memperlihatkan
fertilitas dan daya tetas paling tinggi, masing-masing 76±5,4% dan 79,2±5,8%, serta mortalitas paling
rendah yaitu 20±1,1%. Dapat disimpulkan bahwa dalam usaha penetasan, penyimpanan telur tetas
persilangan ayam kampung dengan ayam petelur lohmann brown sebaiknya tidak melebihi jangka
waktu 3 hari, agar diperoleh hasil penetasan yang optimal.

Kata kunci—Fertilitas Telur, Daya Tetas, Mortalitas, Ayam Kampung, Ayam Petelur

Abstract
One of the ways to optimize the native chicken productivity is cross-breeding between native
chicken with laying hens. This research was aimed to study eggs fertility, hatchability, and mortility
which were derived from cross-breeding between native chicken rooster with laying hens. One hundred
eggs were divided into 4 treatments and 5 replications based on completely randomized design. The
treatments were eggs storage period difference that consist of 1 day (P0), 3 day (P1), 5 day (P2), and
7 day storage period (P3). The measured variables in this research were fertility, hatchability, and
mortility of eggs. The data obtained were analyzed using analysis of variance and continued using
duncan multiple range test. The result showed that storage period gave a significant effect (P<0,05) on
fertility, hatchability, and mortality of eggs. Three days storage period before hatching process showed
the highest fertility and hatchability, they were 76±5,4% and 79,2±5,8% respectively, and showed the
lowest mortality which was 20±1,1%. It can be concluded that in hatching process, the storage of eggs,
derived from cross-breeding between native chicken and laying hens lohmann brown strain, before
hatching should not more than 3 days. It is intended to obtain optimal hatching result.

Keywords—Egg Fertility, Hatchability, Mortality, Native Chicken, Laying Hen

1. PENDAHULUAN bentuk tubuh ramping, kaki panjang dan warna


bulu beragam. Ternak ayam kampung memiliki

A yam kampung merupakan salah satu


unggas yang banyak terdapat di Indonesia.
Ayam kampung memiliki ciri antara lain
peluang untuk dikembangkan sebagai unggas
penghasil daging maupun telur. [1] Beberapa
kelebihan ayam kampung antara lain memiliki

Received June1st,2012; Revised June25th, 2012; Accepted July 10th, 2012


168
Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Fertilitas dan Daya Tetas Telur Ayam …
 ISSN: 1978-1520
daya tahan tubuh lebih baik dibanding ayam Alat yang digunakan dalam penelitian ini
ras, relatif jarang mengalami stres akibat adalah empat buah mesin tetas kapasitas 60
perubahan musim, dan memiliki daya adaptasi butir, egg tray, kertas label, dan peralatan tulis-
yang baik terhadap lingkungan yang buruk. [2] menulis. Mesin tetas yang digunakan telah
Daging ayam kampung memiliki cita rasa, dimodifikasi menggunakan sekat khusus
tekstur, dan keunikan tersendiri sehingga sehingga mencegah percampuran anak ayam
diminati oleh masyarakat. [1] Telur ayam antarperlakuan saat penetasan.
kampung juga disukai masyarakat karena
memiliki karakteristik yang khas. 2.2. Prosedur Penelitian
Namun demikian, dalam
pengembangannya terdapat permasalahan yaitu Seratus butir telur tetas hasil persilangan
antara lain rendahnya produksi telur dan pejantan ayam kampung dengan betina layer
efisiensi penggunaan pakan ayam kampung. [3] strain lohmann brown dibagi secara acak ke
Ayam kampung masih memiliki keragaman dalam 4 perlakuan dan 5 ulangan berdasarkan
genetik tinggi, tingkat kematian tinggi dan rancangan acak lengkap. Perlakuan yang
produktivitas rendah. [1] Tingkat kematian dicobakan adalah lama penyimpanan berbeda,
tinggi terutama pada ayam kampung muda, yaitu 1 hari (P0), 3 hari (P2), 5 hari (P2), dan 7
selain itu juga ayam kampung memiliki hari (P3).
produksi telur sangat rendah, hanya sekitar 30 Sebelum ditetaskan dengan mesin tetas,
– 45 butir/ekor/tahun. telur terlebih dahulu disimpan sesuai dengan
Mengatasi masalah tersebut, maka jangka waktu perlakuan. Penyimpanan telur
dapat dilakukan upaya persilangan. [4] tetas dilakukan pada ruang penyimpanan
Perkawinan silang antara ayam kampung dengan suhu ruang (20-260C). Saat
dengan ayam ras merupakan salah satu cara penyimpanan, telur tetas diletakkan pada egg
untuk memacu produksi ayam kampung. [1] tray berbahan plastik. Setelah disimpan sesuai
Persilangan antara ayam buras dengan ayam ras jangka waktu perlakuan, telur ditetaskan
nerupakan salah satu upaya meningkatkan menggunakan mesin tetas selama 21 hari.
kualitas genetis ayam buras.
Salah satu upaya persilangan yang 2.3. Variabel Penelitian
memungkinkan adalah antara pejantan ayam
kampung dengan betina ayam petelur (layer) Variabel yang diamati dalam penelitian
strain lohmann brown. Hal ini dimaksudkan ini adalah karakteristik telur tetas yang meliputi
agar diperoleh sifat-sifat produksi telur yang fertilitas, daya tetas, dan mortalitas. [5] Cara
lebih baik pada hasil persilangannya. pengukuran variabel penelitian adalah sebagai
berikut:
2. METODE PENELITIAN
Fertilitas (%) = x 100% (1)
2.1. Materi Penelitian
Daya tetas (%) = x 100% (2)
Dua ekor pejantan ayam kampung
berumur 2 tahun dengan rataan bobot badan 2,2
Mortalitas(%) = x 100% (3)
kg disilangkan dengan 15 ekor betina ayam
petelur strain lohmann brown berumur 80
minggu dengan rataan bobot badan 1,3 kg.
Sistem perkawinan yang diterapkan adalah 2.4. Analisis Data
inseminasi buatan. Seratus butir telur tetas yang
berasal dari persilangan tersebut digunakan Data yang dipeoleh dianalisis
dalam penelitian ini. Telur yang digunakan menggunakan analisis ragam berdasarkan
telah diseleksi terlebih dahulu sehingga rancangan acak lengkap. Bila perlakuan
memiliki bentuk, warna, dan bobot yang berpengaruh nyata, maka dilakukan uji wilayah
cenderung seragam. Bobot telur tetas yang berganda duncan. Semua tahapan analisis data
diperoleh berada pada kisaran 50 – 52 gram.

IJCCS Vol. x, No. x, July201x : first_page–end_page


dilakukan menggunakan software SPSS versi [7,8] Lama penyimpanan telur merupakan salah
1.9. satu faktor yang mempengaruhi daya tetas [9]
Periode penyimpanan telur yang semakin lama,
3. HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu lebih dari 6 hari sangat mempengaruhi
daya tetas telur.
Hasil penelitian memperlihatkan Semakin lama telur disimpan sebelum
bahwa lama penyimpanan memberikan penetasan, kemungkinan terjadinya infeksi
pengaruh nyata (P<0,05) terhadap fertilitas, mikroorganisme melalui pori-pori kerabang
daya tetas, dan mortilitas telur hasil persilangan telur juga semakin besar. [10] Telur segar
ayam kampung dengan ayam petelur strain memiliki kerabang dengan pori-pori kecil,
lohmann brown. Pengaruh lama penyimpanan tetapi bila disimpan dalam waktu lama maka
terhadap variabel penelitian disajikan pada pori kerabang akan semakin lebar sehingga
tabel 1. memungkinkan penetrasi bakteri ke dalam
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa telur.
lama penyimpanan telur memberikan pengaruh Mortalitas telur secara nyata
nyata (P<0,05) pada fertilitas telur. Fertilitas dipengaruhi (P<0,05) oleh lama penyimpanan
telur paling tinggi diperoleh pada lama telur. Analisis statistik menunjukkan bahwa
penyimpanan 3 hari. Analisis statistik lama penyimpanan telur 1 dan 3 hari memiliki
menunjukkan bahwa lama penyimpanan telur mortalitas yang nyata lebih rendah dibanding
tetas 1, 5, dan 7 hari memberikan pengaruh lama penyimpanan telur selama 5 dan 7 hari.
sama terhadap fertilitas. [6] Hasil yang Mortalitas telur berbanding terbalik dengan
diperoleh dalam penelitian ini lebih tinggi bila daya tetas telur. Semakin tinggi daya tetas telur,
dibandingkan dengan rata-rata fertilitas telur maka mortalitas semakin rendah, demikian
hasil persilangan ayam tolaki jantan dengan sebaliknya.
betina isa brown, yaitu 50,54%. Lama penyimpanan telur tetas
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi mortalitas telur. Selain
Tabel 1 Pengaruh Lama Penyimpanan diakibatkan infeksi mikroorganisme, hal ini
Terhadap Fertilitas, Daya Tetas, dan kemungkinan juga disebabkan oleh putusnya
Mortalitas Telur Hasil Persilangan Ayam chalaza telur. [11] Chalaza merupakan bagian
Kampung dengan Ayam Petelur Strain yang memisahkan albumen dengan kuning
Lohmann Brown telur. Jika chalaza terputus, perkembangan
embrio yang terdapat di dalam telur akan
Lama Fertilita Daya Mortalita terganggu. [12] Keutuhan chalaza dipengaruhi
Penyimpana s (%) Tetas s (%) oleh lama penyimpanan telur. Penyimpanan
n (%) yang lama akan mengakibatkan chalaza
1 hari 66a±5,4 73,4a±5, 26,6a±2,2 terputus.
3
3 hari 76b±5,4 79,2a±5, 20,8a±1,1 4. KESIMPULAN
8
5 hari 62a±4,4 56b±1,7 44b±1,7 Hasil penelitian menunjukkan bahwa:
1. Lama penyimpanan telur mempengaruhi
7 hari 68a±11, 11,6c±6, 88,4c±7,6
4 5 fertilitas, daya tetas, dan mortalitas telur
Ket: Superskrip berbeda pada kolom yang hasil persilangan jantan ayam kampung
sama menunjukkan perbedaan nyata dengan betina ayam petelur strain lohmann
(P<0,05) brown.
2. Penyimpanan telur selama 3 hari
Tabel 1 menunjukkan bahwa lama memperlihatkan fertilitas, daya tetas, dan
penyimpanan telur secara nyata mempengaruhi mortalitas optimal.
(P<0,05) daya tetas telur. Lama penyimpanan
selama 1 dan 3 hari memiliki daya tetas yang
nyata lebih tinggi dibanding lama penyimpanan
selama 5 dan 7 hari. Daya tetas paling rendah
diperoleh pada lama penyimpanan telur 7 hari.
Title of manuscript is short and clear, implies research results (First Author)
170
Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Fertilitas dan Daya Tetas Telur Ayam …
 ISSN: 1978-1520
5. SARAN Peternakan), Ed.4, diterjemahkan oleh
Bambang S., UGM Press, Yogyakarta.
Sebaiknya dalam usaha pembibitan dan
penetasan, telur tetas tidak disimpan lebih dari [10] Rasyaf, M., 1991, Pengelolaan Penetasan,
3 hari agar memberikan hasil tetas yang Kanisius, Yogyakarta.
optimal.
[11] Sudjarwo, E., 2012, Penetasan Telur
Unggas, http://edhysudjarwounggas.
DAFTAR PUSTAKA lecture.ub.ac.id, diakses tanggal 28 Maret
2017.
[1] Suprijatna, E., 2008. Ayam Buras Krosing
Petelur, Penebar Swadaya, Jakarta. [12] Herlina, B., T. Karyono, R. Novita, dan P.
Novantoro, 2016, Pengaruh lama
[2] Krista, B., dan Bagus H., 2011. Petunjuk penyimpanan telur ayam merawang
Praktis Pembesaran Ayam Kampung (Gallus Gallus) terhadap daya tetas, Jurnal
Pedaging, AgroMedia Pustaka, Jakarta. Sain Peternakan Indonesia, No.1, Vol.11,
48-57.
[3] Yaman, M. A., 2010. Ayam Kampung
Unggul 6 Minggu Panen, Penebar
Swadaya, Jakarta.

[4] Yaman, M. A., 2013. Ayam kampung


Pedaging Unggul, Penebar Swadaya,
Jakarta.

[5] North, M. O., R.E. Austic and L. E. Card,


1990, Commercial Chicken Production.
Manual. Edition Four. Van Nostrand
Reinhold, New York.

[6] Indrawati, E., T. Saili, dan S. Rahadi,


2015, Fertilitas, daya hidup embrio, daya
tetas dan bobot tetas telur ayam ras hasil
inseminasi buatan dengan ayam tolaki,
Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan
Tropis, No.3, Vol.1, 10-18.

[7] Zakaria, M. A. S., 2010, Pengaruh lama


penyimpanan telur ayam buras terhadap
fertilitas, daya tetas telur dan berat tetas,
Jurnal Agrisistem, No.2, Vol.6, 97-103.

[8] Susanti, I., T. Kutini, dan D. Septinova,


2015, Pengaruh lama penyimpanan
terhadap fertilitas, susut tetas, daya tetas
dan bobot tetas telur ayam arab, Jurnal
Ilmiah Peternakan Terpadu, No.4, Vol.3,
185-190.

[9] Blakely, J. and D. H. Bade, 1991, The


Science of Animal Husbandry (Ilmu

IJCCS Vol. x, No. x, July201x : first_page–end_page

Anda mungkin juga menyukai