Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH PEMBERIAN CAMPURAN PAKAN

DAN PERBEDAAN RASIO SEKS PADA PERTUMBUHAN


DAN TINGKAT REPRODUKSI JANGKRIK CIRILING
(Grillus mitratus Burm.)
Ida Kinasih, Astuti Kusumorini, Tri Cahyanto, dan Nurmina Arofah
Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

*Corresponding author:idakinasih@uinsgd.ac.id

Abstract

Cricket is commonly use as feedstuf for fishes and birds. However, most of market demand for this
insect fulfilled by natural harvest. Since they could be an alternative nonconventional protein
source for livestock industry, it is needed to develop methods for high cricket biomass production
such as find their suitable food plants. During this research, Ciriling cricket (Grillus mitratus
Burm.) was fed with various plants and mated with different sex ratio. Pakchoi (Brassica sinensis
L.), papaya (Carica papaya L.), and carrot (Daucus carota L.) was combined with common
commercial fed of cricket. Changes in food consumption, nymph mortality, body size, egg
production, and egg hatching rates were measured in order to find best fed combination and sex
ratio. The result showed that combination of standard fed with pakchoi preferred by cricket and
produced best growth, highest egg production and egg hatching rates while ratio sex of 1:3
(male:female) produced highest number of eggs and best egg hatching rates.

Keywords: Grillus mitratus, food consumption, growth, egg production, sex ratio

PENDAHULUAN bergantung pada musim dan metode


Jangkrik (Grillus mitratus) sangat pemeliharaan hanya berdasarkan peng-
berpotensi untuk dibudidayakan sebagai alaman sesuai dengan kebiasaan hidup
sumber protein alternatif bagi pakan untuk jangkrik di alam yang menyebabkan tidak
berbagai jenis ikan dan burung. Beberapa stabilnya suplai jangkrik di pasar. Dalam
hasil penelitian menyatakan bahwa tepung rangka meningkatkan potensi jangkrik
jangkrik memiliki kandungan nutrisi dan dimasa mendatang dan menjaga konti-
asam-asam amino cukup lengkap (Defoliart nyuitas persediaan sepanjang tahun, maka
et al., 1982). Kelebihan lain dari jangkrik harus dikembangkan metode budidaya
adalah siklus hidupnya pendek, mudah dengan mengkaji aspek-aspek yang
beradaptasi dengan pakan yang diberikan berkaitan dengan produktivitas satwa
dan jarang terkena penyakit (Patton, 1978). tersebut diantaranya kebutuhan nutrisi dari
Walaupun demikian, masyarakat jangkrik.
lebih memilih berburu jangkrik dari alam Belum banyak penelitian yang
dibandingkan melakukan budidaya. Kondisi mengungkap kebutuhan nutrisi jangkrik.
ini menyebabkan suplai pada konsumen Akan tetapi dengan mengupayakan
yang tidak stabil dimana menjelang pemberian pakan yang palatabel serta
pergantian musim menuju musim mengasumsikan komposisi protein tubuh
penghujan jangkrik mudah ditemukan tetapi sebagai kebutuhan minimal protein yang
pada waktu musim kemarau jangkrik langka harus ada dalam pakan (Widianingrum,
di pasaran. Masyarakat Indonesia sendiri 2009), diharapkan mampu meningkatkan
sudah lama telah mencoba budidaya kemampuan berkembangbiak. Hal lain yang
jangkrik, tetapi pada umumnya cara unik dari jangkrik adalah terdapatnya
pemeliharaannya masih sangat sederhana, perilaku agonistik pada jantan, dimana

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 6 Nomor 1, April 2013 66


Ida K. dkk Pengaruh Pemberian Campuran Pakan

jantan melakukan serangkaian perilaku ini berlangsung dari bulan Mei sampai
agresif terhadap jantan lain untuk dengan Agustus 2011. Kondisi lingkungan
mendapatkan pasangan. Kondisi ini selama penelitian berkisar antara 24- Û&
menyebabkan terdapatnya operational sex dengan kelembaban antara 82-91%.
ratio (OSR), yaitu rasio dari jumlah jantan Alat yang digunakan pada penelitian
dan betina yang telah matang secara seksual ini berupa kandang pemeliharaan yang
(Emlen & Oring, 1977), yang dapat terbuat dari ember plastik (ukuran tinggi 27
memiliki tingkat kelulushidupan hewan cm dan diameter 35 cm) dengan penutup
jantan dan betina karena dipengaruhi oleh kain kasa dan sarang persembunyian. Media
proses seleksi seksual (Prohl, 2002; Head tempat bertelur berupa tutup toples
dan Brooks, 2006) serta kompetisi yang berdiameter 10 cm dengan ketinggian 2,5
terjadi pada jenis kelamin yang sama dan cm yang diisi pasir halus setebal 2 cm
berbeda (Berglund, 1994; Kvarnemo et al., dalam kondisi lembab. Peralatan lain yang
1995; Grant & Foam, 2002; Ros et al., digunakan adalah timbangan analitik,
2003). Pada sebagian besar hewan, jantan termometer ruangan, nampan plastik.
memiliki kemampuan seksual lebih tinggi Jangkrik yang digunakan yaitu
dan dibatasi dengan keberadaan betina yang jangkrik ciliring (Gryllus mitratus) yang
siap untuk kawin (Kvarnemo & Simmons, telah berusia ±2 minggu. Jangkrik tersebut
1999). Berkaitan dengan pengetahuan ini, diperoleh dengan cara menyeleksi calon
maka pada penelitian ini dilakukan indukan yang berasal dari pembibitan
pengamatan pada rasio seks dimana OSR jangkrik di daerah Cibiru, Bandung. Untuk
yang digunakan adalah female biased OSR bahan pakan yang digunakan adalah pakan
dimana jumlah betina jauh lebih besar konsentrat yang terdiri dari campuran
dibandingkan jumlah jantan. jagung giling (51%), bungkil kedelai (44%),
dedak halus (25%), dan tepung ikan (10%)
MATERIAL DAN METODE sehingga pakan tersebut mengandung 21%
Penelitian ini dilaksanakan di Kebun protein. Pakan tambahan yang digunakan
Biologi, Jurusan Biologi, Fakultas Sains yaitu berupa sawi, wortel, dan pepaya.
dan Teknologi Universitas Islam Negeri Adapun komposisi pakan dapat dilihat pada
Sunan Gunung Djati Bandung. Penelitian Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Pakan yang digunakan pada penelitian

Komposisi Pakan utama1 Daun sawi1 Buah pepaya1 Wortel2


Kadar air (%) 15,18 92,09 83,85 89,9
Bahan kering (%) 84,82 7,91 16,17 10,1
Protein kasar (%) 20,68 2,60 3,10 9,9
Serat kasar (%) 3,97 1,13 3,01 9,9
Lemak (%) 2,09 0,36 1,58 5,94
BETN (%) 52,9 2,51 6,18 5,94
Ca (%) 0,62 0,19 0,85 0,6
P (%) 0,44 0,04 0.07 0,74
Energi (kal/g) 4.001 361,97 759,18 36
Sumber : 1 Daris (2001); 2 Anton (2004)

Tahap Persiapan berumur ± 2 minggu dari pembibitan


Tahap persiapan dilakukan untuk jangkrik, berat badan jangkrik ditimbang
mempersiapkan calon anakan jangkrik ciriling kemudian dipindahkan ke dalam kandang
Setelah diperoleh anakan jangkrik yang yang telah dipersiapkan. Pada saat

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 6 Nomor 1, April 2013 67


Ida K. dkk Pengaruh Pemberian Campuran Pakan

pemeliharaan jangkrik, masing-masing wadah A0SR1, A0SR2, A0SR3, A1SR1, A1SR2,


kandang pemeliharaan disemprotkan air untuk A1SR3, A2SR1, A2SR2, A2SR3, A3SR1,
menjaga kelembaban kandang. A3SR2 dan A3SR3. Parameter yang diamati
Tahap Pengujian Pemberian Pakan pada tahap ini adalah jumlah produksi telur
terhadap Pertumbuhan Jangkrik dan daya tetas telur. Pemanenan telur
Pemberian pakan konsentrat dan dilakukan setiap 2 hari sekali, dengan cara
pakan sayuran dilakukan dua kali sehari telur dipisahkan dari induknya yaitu dengan
dengan cara ad libitum. Hal ini dilakukan mengganti media bertelur berupa pasir halus.
untuk menghindari pembusukan pada pakan Pemisahan dilakukan dengan penambahan air
yang diberikan. Pemberian pakan dimulai pada media bertelur dimana telur yang
sejak anakan berumur ± 2 minggu. memiliki masa lebih rendah akan mengapung.
Pakan yang diberikan ada 4 macam Pemanenan telur dilakukan hingga tidak
perlakuan pakan yaitu konsentrat (A0), ditemukan lagi telur di dalam sarang (±60 hari
konsentrat ditambah sawi (A1), konsentrat umur imago).
ditambah papaya (A2) dan konsentrat Analisis Statistik
ditambah wortel (A3). Pada masing-masing Analisis statistika yang digunakan
perlakuan dilakukan 3 pengulangan dimana adalah Uji Variansi (Anaylis of Varians/
digunakan 50 ekor jangkrik untuk setiap Anova) dan bila terdapat beda nyata dari
pengulangan. Pada saat pemeliharaan tidak perlakuan tersebut maka di uji lanjutkan
diberikan air, hal ini dapat diasumsikan dengan Uji Jarak Berganda (Duncan).
bahwa pemberian pakan tambahan berupa Analisis statistika dilakukan dengan
sayuran segar dapat menggantikan kebutuhan menggunakan software SPSS 16.
air serangga tersebut. Pengamatan pada
variabel konsumsi pakan, mortalitas jangkrik, HASIL DAN PEMBAHASAN
pertambahan berat dan ukuran badan (panjang Konsumsi pakan
toraks dan abdomen) dilakukan dua hari Rataan jumlah pakan yang dikonsumsi
sekali. Konsumsi pakan ditentukan dengan dalam penelitian ini dapat dilihat konsumsi
menimbang sisa pakan dibandingkan dengan pakan konsentrat saja dikonsumsi paling
berat pakan awal. Sementara itu pertambahan rendah yaitu sebesar 1,3 g bila dibandingkan
bobot badan dan ukuran tubuh diukur dengan dengan pemberian konsentrat dan pakan
mengambil sampel sebesar 20 % dari populasi tambahan lainnya (Gambar 1). Rataan
jangkrik tiap kandang perlakuan. konsumsi pakan paling tinggi diperoleh oleh
Efek Female Biased Operational Sex Ratio pakan dengan campuran konsentrat dan sawi
dan Pemberian Pakan Berbeda terhadap (1,57 g konsentrat dan 6,76 g sawi), hampir
Produksi dan Daya Tetas Telur sama dengan pemberian pakan campuran
Ketika jangkrik memasuki umur 50 konsentrat dan pepaya (1,49 g konsentrat dan
hari, jangkrik jantan dan betina calon indukan 6,76 g pepaya) (Gambar 1).
mulai dipisahkan sebelum memasuki fase Tingginya konsumsi pakan pada
imago (tumbuh sayap sempurna) untuk kombinasi konsentrat dan sawi berhubungan
menjaga agar tidak terjadi perkawinan erat dengan keadaan fisik dan tekstur sawi
sebelum diperlakukan. Apabila jangkrik yang lebih lembut dan memiliki kandungan
jantan dan betina telah tumbuh sayap, air lebih tinggi dari pada buah pepaya
jangkrik tersebut telah dewasa dan siap untuk sehingga mempengaruhi palabilitas. Menurut
dikawinkan. Pada tahap ini dilakukan Paiman (1999) jangkrik umumnya lebih
perkawinan antara jantan dan betina dengan menyukai daun-daunan dan bagian tanaman
beberapa perbandingan seks rasio (jantan: yang banyak mengandung air karena satwa ini
betina) yaitu 1 :1 (SR1); 1 : 3 (SR2); dan 1 : 5 tidak mengkonsumsi air minum seperti
(SR3). Pemberian pakan tetap dilakukan kebanyakan hewan dimana mereka
sesuai dengan perlakuan pakan, sehingga mengandalkan masukan air minum mereka
terdapat 12 kombinasi perlakuan yaitu dari makanan yang mereka konsumsi. Hasil

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 6 Nomor 1, April 2013 68


Ida K. dkk Pengaruh Pemberian Campuran Pakan

analisis kadar air menunjukan bahwa kadar 92.02% bila dibandingkan dengan kandungan
air pada sawi lebih tinggi yaitu sebesar air pada pakan lainnya (Widianingrum, 2009).

Gambar 1. Rerata konsumsi pakan pada setiap perlakuan


Keterangan: A0: konsentrat, A1: konsentrat + sawi, A2: konsentrat + pepaya, A3:
konsentrat + wortel

Mortalitas dan Pertumbuhan memperlihatkan bahwa perlakuan pakan tidak


Berdasarkan hasil pengamatan, memberikan pengaruh nyata terhadap bobot
terdapat jumlah tingkat kematian (mortalitas) hidup jangkrik. Begitu juga dengan panjang
yang berbeda. Persentase kematian tertinggi toraks, panjang toraks tidak berbeda nyata
terdapat pada perlakuan pakan konsentrat untuk setiap perlakuan pakan. Pengaruh
(A0). Pemberian konsentrat ditambah sawi pemberian pakan terhadap panjang abdomen
menghasilkan pertambahan bobot tubuh lebih menunjukkan bahwa penambahan pakan sawi
tinggi yaitu sebesar 2,71 g dibandingkan dapat meningkatkan panjang abdomen secara
dengan pemberian pakan lainnya (Tabel 2). beda nyata.
Akan tetapi hasil analisis sidik ragam

Tabel 2. Rerata mortalitas, panjang toraks, panjang abdomen dan bobot tubuh

Perlakuan Mortalitas (%) Panjang toraks (cm) Panjang abdomen (cm) Bobot tubuh (g)
A0 33,67a 1,10a 1,47a 1,77a
A1 30b 1,13a 1,83b 2,71a
A2 32ab 1,10a 1,57ab 2,34a
A3 33ab 1,10a 1,73ab 2,26a
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan nilai
yang berbeda nyata (p<0,05); A0: konsentrat, A1: konsentrat + sawi, A2: konsentrat
+ pepaya, A3: konsentrat + wortel

Produksi dan Daya Tetas Telur kombinasi pakan lainnya. Pakan A0


Berdasarkan Gambar 2, pemberian merupakan pakan yang paling kecil
pakan A1 merupakan campuran pakan paling memberikan pengaruhnya terhadap produksi
baik yang memberikan pengaruh terhadap telur.
jumlah produksi telur dibandingkan dengan

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 6 Nomor 1, April 2013 69


Ida K. dkk Pengaruh Pemberian Campuran Pakan

Walaupun sampai saat ini belum ada sejalan dengan hasil pada pengamatan
laporan yang mengungkapkan secara spesifik konsumsi pakan yang membuktikan bahwa
tentang produktivitas satwa jangkrik, tetapi sawi lebih palatable dibandingkan dengan
besarnya produksi telur dalam penelitian ini pakan buatan, ataupun kombinasi pakan
jauh lebih tinggi apabila dibandingkan dengan buatan dengan pepaya ataupun wortel. Jumlah
yang dinyatakan Paiman et al., 1999 yakni telur yang menetas dari total produksi
selama masa produksi jangkrik ciriling didapatkan hasil bahwa pemberian pakan
mampu menghasilkan sekitar 1200 butir telur. buatan ditambah sawi menghasilkan daya
Jangkrik yang diberi pakan buatan ditambah tetas lebih tinggi dibandingkan pemberian
sawi hijau menghasilkan telur lebih tinggi pakan konsentrat saja, konsentrat ditambah
dibanding jangkrik yang diberikan kombinasi pepaya, ataupun konsentrat ditambah wortel.
pakan buatan dan sayuran lainnya. Hal ini

Gambar 2. Rerata produksi telur dan telur yang menetas pada masing-masing kombinasi perlakuan
Keterangan: A0: konsentrat, A1: konsentrat + sawi, A2: konsentrat + pepaya, A3:
konsentrat + wortel; SR1: rasio seks 1:1 ; SR2: rasio seks 1:3 ; SR3: rasio seks 1:5

Pada hewan herbivor kualitas terbaik bagi pakan jangkrik. Kualitas


makanan berkorelasi positif dengan kualitas makanan sendiri berkaitan erat dengan proses
makanan (Awmack & Leather, 2002; Branson, pembentukan dan perkembangan telur (Joern
2003, 2006) terutama pada serangga dari & Behmer, 1997; Nezkwu & Akingbohungbe,
kelompok Orthoptera (Sanjayan dan Murugan, 2002; Das et al., 2012) terutama pada
1987). Berdasarkan hasil penelitian maka perkembangan oocyte untuk menghasilkan
dapat disimpulkan bahwa sawi merupakan nympha yang sempurna (Lee & Wong, 1978).
pakan campuran yang membentuk komposisi

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 6 Nomor 1, April 2013 70


Ida K. dkk Pengaruh Pemberian Campuran Pakan

Secara rata-rata rasio seks paling baik hervivorous insects. Ann Rev Entomol
untuk menghasilkan daya tetas terbaik adalah 47, 817-844.
1:3 (jantan:betina) pada semua jenis Berglund, A. (1994). The operational sex-
perlakuan (Gambar 3) tidak pada seks rasio UDWLR LQÀXHQFHV FKRRVLQHVV LQ D SLSH¿VK
1:5. Hal ini kemungkinan berkaitan dengan Behav Ecol 5, 254±258.
variasi kemampuan menghasilkan telur pada Branson, D. H. (2003). Reproduction and
jangkrik betina (Kvarnemo & Simmons, survival in Melanoplus sanguinipes
1999). Hal lain yang dapat mempengaruhi ini (Orthoptera: Acrididae) in response to
adalah rendahnya motivasi dari jantan untuk resource availability and population
melakukan perkawinan karena tidak density: the role of exploitative
terdapatnya pesaing sehingga jangkrik jantan competition. Can Entomol 135, 415-426.
tidak melakukan suatu aktivitas agonistik Branson, D. H. (2006). Life history responses
yang, seperti mekanisme mengeluarkan suara of Ageneotettix deorum (Scudder)
yang merupakan stimulus seksual penting (Orthoptera: Acrididae) to host
bagi jangkrik betina (Simmons & Bailey, availability and population density. J K
1993). Ketidakadaan aktivitas ini Entom Soc 79, 146-155.
menyebabkan jangkrik betina tidak memiliki Das, M., Ganguly, A., & Haldar, P. (2012).
kesempatan untuk menguji kualitas dari Annual biomass production of two
jangkrik jantan, suatu mekanisme yang acridids (Orthoptera: Acrididae) as
berkaitan dengan aktivitas agonistik, sehingga alternative food for poultry. Span J
terdapat kemungkinan bahwa jantan yang Agric Res 10(3), 671-680.
dipilih memiliki kualitas reproduktif yang Defoliart, G. R., Finke, M. D., & Sunde, M. L.
inferiro. Selain itu terdapat kemungkinan (1982). Potencial value of the mormon
terjadi kompetisi antar betina dalam cricket (Orthoptera: Tettigonidae)
mendapatkan pasangan yang dapat harvested as a high protein feed for
mengganggu proses perkawinan (Gwynne dan poultry. J Entomol 75, 848-852.
Simmons, 1990; Simmons & Bailey, 1990; Emlen, S. T., & Oring, LW. (1977). Ecology,
Gwynne et al., 1998) terutama pada kondisi sexual selection, and evolution of
sumber daya nutrisi yang terbatas (Kvarnemo mating systems. Science 197, 215±223.
& Simmons, 1999). Akan tetapi, hipotesis ini Grant, J. W. A., & Foam, P. E. (2002). Effect
perlu dibuktikan karena penelitian ini tidak of operational sex ratio on female±
dapat menjelaskan hal ini secara baik. female versus male±male competitive
aggression. Can J Zool Rev 80, 2242±
KESIMPULAN 2246.
Keberadaan sumber air yang Gwynne, D. T, & Simmons, L. W. (1990).
merupakan salah satu komponen terpenting Experimental reversal of courtship roles
dalam budidaya jangkrik. Penggunaan in an insect. Nature 346, 172-174.
konsentrat yang umum digunakan pada Gwynne, D. T, Bailey, W. J., Annells, A.
budidaya jangkrik sebaiknya ditambahkan (1998). The sex in short supply for
dengan sumber makanan lain yang berperan matings varies over small scales in a
sebagai sumber air bagi jangkrik. Keberadaan katydid (Kawanaphila nartee,
air sendiri berkorelasi positif dengan jumlah Orthoptera: Tettigoniidae). Behav Ecol
telur dan kesuksesan telur menetas. Selain air, Sociobiol 42, 157-162.
seks rasio jantan:betina serta kualitas Head, M. L, & Brooks, R. (2006). Sexual
reproduksi dari penjantan juga menjadi faktor coercion and the opportunity for sexual
penentu terutama bila terdapat perbedaan selection in guppies. Anim Behav 71,
ekstrim pada rasio kelamin yang digunakan. 515±522.
DAFTAR PUSTAKA Joern, A., & Behmer, S. T. (1997).
Awmack, C. S., & Leather, S. R. (2002). Host Importance of dietary nitrogen and
plant quality and fecundity in carbohydrate to survival, growth and

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 6 Nomor 1, April 2013 71


Ida K. dkk Pengaruh Pemberian Campuran Pakan

reproduction in adult of the grasshopper domesticus. Ann. Entomol. Soc. Am.


Ageneotettix deorum (Orthoptera: 71(1), 40-42.
Acrididae). Oecologia Berlin 112(2), Prohl, H. (2002). Population differences in
201-208. female resource abundance, adult sex
Kvarnemo, C., Forsgren, E., & Magnhagen, C. ratio, and male mating success in
(1995). Effects of sex ratio on intra- and Dendrobates pumilio. Behav Ecol 13,
inter-sexual behaviour in sand gobies. 175±181.
Anim Behav 50, 1455±1461. Ros, A. F. H., Zeilstra, I., Oliveira, R. F.
Kvarnemo, C., Simmons, F. E. (1999). (2003). Mate choice in the Galilee St.
Variance in female quality, operational 3HWHU¶V ¿VK Sarotherodon galilaeus.
sex ratio and male mate choice in a Behaviour 140, 1173±1188.
bushcricket. Behav Ecol Sociobiol 45, Sanjayan, K. P., Murugan, K. (1987).
245-252. Nutritional influence on the growth and
Lee, S. S, Wong, I. M. (1978). The reproduction in two species of Acridids
relationship between food plants, (Orthoptera: Insecta). Proc Indian Acad
haemolymph protein and ovarian Sci (Anim Sci) 96(3), 229-237.
development in Oxya japonica Simmons, L. W., & Bailey, W. J. (1990).
Williemse (Orthoptera: Acrididae). Resource influenced sex roles of
Acrida 8, 1-8. Zaprochiline tettigoniids (Orthoptera:
Nzekwu, A. N, & Akingbohunbe, A. E. Tettigoniidae). Evolution 44, 1853-1868.
(2002). The effect of various host plants Tilman, A. D. (1986). Ilmu makanan ternak
on nymphal development and egg dasar. Gajah Mada University Press.
production in Oedaleus nigeriensis Fakultas Peternakan Universitas Gajah
Uvarov (Orthoptera: Acrididae). J Orth Mada, Yogyakarta.
Res 11(2), 185-188. Widianingrum, P. (2009). Pertumbuhan tiga
Paiman, F. B, Pudjiastuti, L. E, & Ernawati. spesies jangkrik lokal yang
(1999). Sukses beternak jangkrik. dibudidayakan pada padat penebaran
Penebar Swadaya, Jakarta. Hal. 21-25. dan jenis pakan berbeda. Ber. Penel.
Patton, R. L. (1978). Growth and Hayati.14, 173-177.
development parameters for Achaeta

Al-Kauniyah Jurnal Biologi Volume 6 Nomor 1, April 2013 72

Anda mungkin juga menyukai