2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
Abstrak
Ikan betok merupakan salah satu spesies ikan lokal yang potensial untuk
dibudidayakan. Tujuan penelitian ini untuk mengkaji dan mengevaluasi pengaruh pemberian
pakan berbahan baku keong mas (Pomacea canaliculata) terhadap tingkat kematangan gonad.
Penelitian dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2018. Ikan betok (A. testudineus) berasal dari
tangkapan alam di perairan persawahan desa Rias Kecamatan Toboali Kabupaten Bangka
Selatan. Ikan betok yang digunakan sebanyak 150 ekor dengan bobot 2 ± 10 gram. Perlakuan
yang diberikan pakan buatan yang berbahan baku keong mas (P. canaliculata) dengan
kandungan protein pada pakan 32%, 34%, 36%, 38% dan kontrol menggunakan pakan
komersil dengan kandungan protein 31 – 33%. Hasil penelitian menunjukkan nilai Indeks
Kematangan Gonad (IKG) dengan bobot gonad pada awal penelitian sebesar 0,5 gram.
Setelah dilakukan perlakuan dengan pemberian pakan buatan berbahan baku tepung keong
mas (P. canaliculata), hasil uji statistik menunjukkan bawa kontrol berbeda nyata dengan
perlakuan pada pengamatan GSI dengan kisaran nilai 16% ± 0.02 pada perlakuan P.38%, HSI
dengan kisaran nilai 8% ± 0.01 pada perlakuan P.38%. Fekunditas ikan betok (A. testudineus)
yang didapatkan pada hasil penelitian dengan kisaran 509 - 4.686 butir. Perkembangan tingkat
kematangan gonad (TKG) awal penelitian (TKG II) setelah diberi pakan buatan berbahan
baku keong mas (P. canaliculata) meningkat dengan tingkat kematangan gonad mencapai
tahap IV.
Kata Kunci : Ikan betok, keong mas, pematangan gonad, IKG, fekunditas, TKG.
Abstract
Climbing perch is one of the potential local fish species to be cultivated. The purpose of this
study was to learn and evaluate the effect of feeding made from golden snail (Pomacea
canaliculata) on the level of gonad maturity. The study was conducted in July - August 2018.
The climbing perch (A. testudineus) originated from natural catchments in the rice fields of
Rias village, Toboali Subdistrict, South Bangka Regency. The used fish are 150 fish with a
weight of 2 ± 10 grams. The treatment given by artificial feed made from golden snail (P.
canaliculata) with protein content in feed was 32%, 34%, 36%, 38% and control using
commercial feed with a protein content of 31 - 33%. The results showed the value of the
Gonad Maturity Index (IKG) with gonad weight at the start of the study at 0.5 gram. After
treatment with artificial feed made from golden snail (P. canaliculata) flour, the results of
92
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
statistical tests showed that the control was significantly different from the treatment in the
GSI observation with a range of values of 16% ± 0.02 in treatment P.38%, HSI with a value
of 8% ± 0.01 in treatment P.38%. Fecundity of climbing perch (A. testudineus) obtained in the
results of the study with a range of 509 ± 4,686 items. The development of the initial gonad
maturity (TKG) of the study (TKG II) after being given artificial feed made from golden
snails (P. canaliculata) increased with the level of gonad maturity reaching stage IV.
Key words: Anabas testudineus, Pomacea canaliculata, gonad maturity, IKG, fecundity,
TKG.
93
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
dengan protein yang berbeda pada besar dari ikan betok jantan dan pada
pematangan gonad ikan betok. Penelitian bagian perut melebar kesamping, warna
ini terdiri atas 5 perlakuan dan 3 kali badan agak gelap, sirip punggung lebih
ulangan. Perlakuan tersebut meliputi pendek, bagian bawah perut agak
pemberian beberapa jenis pakan buatan melengkung. Apabila ikan betok betina
keong mas dengan protein berbeda sebagai telah matang gonad dan di stripping pada
pakan pada ikan betok betina, yaitu bagian perut akan keluar butiran telur
sebagai berikut: bewarna kuning dan alat kelamin berwarna
Perlakuan A= Pemberian pakan Kontrol kemerah-merahan (Burmansyah et al,
Perlakuan B= Pemberian formulasi pakan 2013)
buatan keong mas protein 32% Setelah proses penyortiran selesai,
Perlakuan C= Pemberian formulasi pakan selanjutnya akan dilakukan proses
buatan keong mas protein 34% aklimatisasi selama 14 hari dalam wadah
Perlakuan D= Pemberian formulasi pakan berupa bak fiber dengan ukuran 1x2 m dan
buatan keong mas protein 36% ikan diberikan pakan pelet komersil 781-1
Perlakuan E= Pemberian formulasi pakan pada pagi pukul 08.00 WIB dan sore pukul
buatan keong mas protein 38% 16.00 WIB. Setelah proses aklimatisasi
Alat yang digunakan dalam selesai, ikan akan ditebar sebanyak 10 ekor
penelitian ini adalah bak plastik berukuran pada setiap wadah pemeliharaan. Proses
60x35cm sebanyak 15 buah, seser, pemeliharaan ikan betok dilakukan selama
timbangan digital, ember, selang sifon, 45 hari dan diberikan pakan uji.
instalasi aerasi, alat tulis, kamera,
termometer, DO meter, pH meter dan Pembuatan Tepung Keong Mas
ammonia checker. Tepung keong mas dibuat
Bahan yang digunakan dalam berdasarkan pustaka Margono et al (1993),
penelitian ini adalah ikan betok betina dalam pembuatan tepung keong mas,
engan ukuran panjang rata-rata 3 - 15 cm keong mas terlebih dahulu dikeluarkan
dan kisaran bobot rata-rata 2 - 10 gram lendir dan kotorannya dengan cara
sebanyak 150 ekor hasil tangkapan alam di direndam dalam air mengalir selama dua
perairan desa Rias Kecamatan Toboali hari, kemudian direndam menggunakan air
Kabupaten Bangka Selatan, pakan buatan garam dapur sebanyak 250 g/L air. Lalu
berbahan baku keong mas. diaduk dan didiamkan selama ±30 menit
sampai lendir keluar. Proses penggaraman
Prosedur Penelitian dilakukan sebanyak dua kali. Pada
Persiapan Ikan Uji penggaraman kedua menggunakan garam
Memilih ikan dengan ciri-ciri dapur sebanyak 150 g/L air. Setelah itu
seksual sekunder ikan betok jantan yaitu direbus di air mendidih selama 20 menit,
secara morfologi ciri-ciri ikan jantan yaitu kemudian didinginkan lalu dipotong tipis.
memiliki tubuh yang ramping dan panjang, Selanjutnya potongan daging keong mas
warna badan agak cerah, sirip punggung dikeringkan dibawah sinar matahari ± 3
lebih panjang, bagian bawah perut rata. hari. Selanjutnya, setelah daging keong
Jika ikan betok jantan telah matang gonad, mas kering, daging tersebut akan
apabila di lakukan stripping pada bagian ditepungkan menggunakan mesin blender.
perut, akan keluar cairan sperma berwarna Hasil blender tersebut disaring
putih susu. Sedangkan ciri-ciri ikan betok menggunakan ayakan santan kelapa.
betina yaitu memiliki ukuran tubuh yang
94
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
Keterangan :
TKM = Tepung Keong Mas;
TKD = Tepung Kedelai;
DPI = Dedak Padi;
TPI = Tepung Tapioka
95
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
96
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
Secara Secara
morfolog morfologi
i bentuk bentuk
tubuh tubuh
lebih lebih
ramping besar dari
dan ikan ikan
panjang jantan
dari ikan dan pada
betina. bagian
perut
melebar
kesampin
g.
97
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
Alat
kelamin
dapat Alat
dilihat kelamin
secara dapat
kasat dilihat
mata. secara
Papila kasat
berwarna mata.
kemerah Lubang
an. urogenit
al
berwarn
a
kemerah
an.
Gambar 1. Ciri-ciri morfologi dan kelamin ikan betok
Sumber : (Dokumentasi Pribadi, 2018)
A Testis B Ovarium
98
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
Dari hasil pengamatan pada awal dan II, sedangkan pada hari terakhir
penelitian kondisi ikan pada tahap TKG I pengamatan di peroleh bahwa
99
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
perkembangan gonad ikan meningkat pada berwarna merah, lembik dan telur tidak
setiap perlakuan dan kontrol. Pada hari ke tampak. Sedangkan pada perlakuan P.32%
45 pada perlakuan P.34% dan P.36% dan Kontrol pada saat dilakukan
ditemukan ikan telah memasuki TKG IV pembedahan ikan masih dalam fase TKG
dengan ciri-ciri gonad berwarna kuning III dengan ciri-ciri gonad berwarna kuning,
dan telur dapat terlihat dan pada hari ke 45 telur sudah mulai terlihat, namun masih
pada P.38% ditemukan ikan yang telah terdapat cairan pada butiran telur.
memasuki TKG V dengan ciri-ciri gonad
15%
8% ± 0.02
7% ± 0.03
10% 6% ± 0.02
5% b
a a a a
0%
Kontrol P.32% P.34% P.36% P.38%
Perlakuan
Gambar 3. Grafik nilai hasil pengamatan Gonado Somatic Index (GSI) ikan betok selama
pemeliharaan
Sumber : (Data Primer, 2018)
Dari hasil pengamatan Gonado Somatic baku tepung keong mas terdapat perbedaan
Index, hasil pengamatan bahwa perlakuan dengan kontrol (P<0,05) dengan kisaran
yang diberikan pakan buatan berbahan nilai 16% ± 0.02 pada perlakuan P.38%.
Hepato Somatic Index (HSI) yang disajikan dalam bentuk grafik pada
Berikut merupakan hasil dari Gambar 4.
pengamatan Hepato Somatic Index (HSI)
10%
6% ± 0.03 8% ± 0.01
Hepato Somatic Index (%)
8%
5% ± 0.02 5% ± 0.02
6% 4% ± 0.01
4%
2%
a a a a b
0%
Kontrol P.32% P.34% P.36% P.38%
Perlakuan
Gambar 4. Grafik nilai hasil pengamatan Hepato Somatic Index (HSI) ikan betok selama
pemeliharaan Sumber : (Data Primer, 2018)
100
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
Dari tabel pengamatan diatas tertinggi yaitu pada P.32% dengan rata-rata
diperoleh hasil rata-rata pada pengamatan 9% dan diikuti oleh perlakuan
Tingkat Kebuntingan ikan dengan rata-rata P.34%,P.36% dan kontrol dengan rata-rata
jumlah ikan bunting per pengamatan berkisar 7%.
15% 9% ± 0.03
7% ± 0.03 7% ± 0.03 7% ± 0.03 7% ± 0.03
Persentase Ikan
Bunting (%)
10%
5%
0%
Kontrol P.32% P.34% P.36% P.38%
Perlakuan
Gambar 5. Grafik nilai hasil pengamatan Tingkat Kebuntingan Ikan Sumber : (Data Primer,
2018)
Dari hasil pengamatan Tingkat kekuningan dan butiran telur terlihat jelas.
Kebuntingan Ikan pada hari terakhir Pada pengamatan ada ditemukannya ikan
penelitian bahwa peningkatan tingkat yang telah memasuki fase ke 5 yaitu salin
kebuntingan ikan stagnan pada semua yang ditemukan pada perlakuan P.38%
perlakuan, hal ini dikarenakan ikan telah dengan ciri-ciri ovari memerah dan masih
mencapai fase ke 4 atau siap memijah terdapat beberapa sisa butir telur di dalam
dengan ciri-ciri warna telur sudah ovari.
101
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
8000
7000
y = 6182,8x + 165,3
6000 R² = 0,5135
5000
4000
3000
2000
1000
0
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1
Dari grafik diatas menunjukkan adanya hubungan dengan bobot gonad ikan
bahwa fekunditas ikan betok menunjukkan dimana nilai R2 = 0,513.
8000
y = -193,74x + 4358,9
7000
R² = 0,0341
6000
5000
4000
3000
2000
1000
0
0,00 5,00 10,00 15,00
Gambar 7. Hubungan fekunditas dengan bobot tubuh ikan betok Sumber : (Data Primer, 2018)
102
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
10 7.53 ± 0.94
Pertumbuhan Bobot Mutlak
2 a a a a b
0
Kontrol P.32% P.34% P.36% P.38%
Perlakuan
2
a a a a b
0
Kontrol P.32% P.34% P.36% P.38%
Perlakuan
103
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
perlakuan (P0,05) dengan kisaran nilai 8.02 cm ± 0.75 pada perlakuan P.38%.
1,00%
0,80%
0,60%
0,40%
a b b a a
0,20%
0,00%
Kontrol P.32% P.34% P.36% P.38%
Perlakuan
104
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
105
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
dengan ciri-ciri gonad berwarna merah, nili GSI yang besar. Semakin besar nilai
lembik dan telur tidak tampak. Menurut GSI, maka dapat dijadikn indicator
Effendie (2002) menyatakan bahwa pada semakin dekatnya waktu pemijahan.
proses reproduksi, sebelum terjadi Pada proses reproduksi, sebelum
pemijahan sebagian besar hasil terjadi pemijahan sebagian besar hasil
metabolisme tertuju untuk perkembangan metabolisme tertuju untuk perkembangan
gonad. Gonad akan semakin bertambah gonad. Gonad akan semakin bertambah
berat diimbangi dengan bertambah besar berat diimbangi dengan bertambah besar
ukurannya. Acuan pada pengamatan untuk ukurannya (Effendie, 2002). Selama
melihat TKG yaitu mengacu pada Effendie perkembangan gonad, oosit dikeliling oleh
(2002) dalam Tester dan Takata (1953) lapisan sel-sel folikel yang membentuk dua
yang menyatakan bahwa TKG IV gonad lapisan, yaitu lapisan granulosa disebelah
masak, gonad mengisi ¾ rongga tubuh. luarnya (Nagahama, 1987 dalam
Gonad pada ikan jantan berwarna putih Mustakim, 2008). Sel folikel pada
berisi cairan berwarna putih, pada ikan pinggiran oosit berperan penting dalam
betina berwarna kuning dan telur dapat penyerapan lipoprotein yang berasal dari
terlihat. TKG V yaitu salin, gonad jantan hati kedalam oosit. Pada saat proses
berwarna putih kadang-kadang dengan perkembangan dan pematangan gonad
bintik coklat. Gonad betina berwarna ikan, sebagian besar energi pertumbuhan
merah, lembik dan telur tidak tampak. akan dialihkan dari perkembangan sel
somatik menjadi pertumbuhan sel gamet.
Gonado Somatik Indeks (GSI) Sehingga pada saat ikan sudah matang
Effendie (2002) menyatakan bahwa gonad, bobot gonad pada ikan betina
Nilai Gonado Somatik Indeks (GSI) beratnya dapat mencapai 10-25% dari
berhubungan dengan Tingkat Kematangan berat tubuhnya, sedangkan pada ikan
Gonad Ikan (TKG) yang pengamatannya jantan antara 5-10% dari berat tubuhnya
berdasarkan ciri – ciri morfologi (Effendie, 1997).
kematangan gonad dengan
membandingkan perkembangan di dalam Hepato Somatik Indeks (HSI)
dan di luar gonad, atau nilai morfologi Nilai Hepato Somatik Indeks (HSI)
yang dikuantatifkan. Berdasarkan hasil merupakan nilai kuantitatif yang
pengamatan nilai GSI menunjukkan menggambarkan pertambahan bobot hati
adanya perbedaan antar perlakuan seiring dengan perkembangan bobot
(P<0,05) dengan kisaran nilai 16% ± 0.02 gonad. Nilai HSI perbandingan antara
pada perlakuan P.38% (Gambar 6). bobot hati dengan bobot tubuh ikan.
Seperti yang telah dikemukakan bahwa Seiring meningkatkan perkembangan
dalam menilai perkembangan gonad ikan gonad menyebabkan nilai HSI juga
betina selain dilihat hubungan antara GSI meningkat dan akan lebih rendah dari nilai
dengan TKG, dapat dihubungkan dengan IKG pada saat telah matang gonad
perkembangan garis tengah telur yang (Aryani, 2015). Berdasarkan hasil
dikandungnya hasil dari pengendapan pengamatan pada penelitian nilai HSI
kuning telur selama veitellogenesis. menunjukkan adanya perbedaan antar
Berdasarkan hubungan ini akan didapatkan perlakuan (P<0,05) dengan kisaran 8% ±
ukuran garis tengah telur yang terbesar 0.01 pada perlakuan P.38% (Gambar 7).
pada waktu akan terjadi pemijahan sebagai Pada proses reproduksi, sebelum terjadi
ukuran telur yang masak ikut dalam pemijahan sebagian besar hasil
pemijahan. Menurut Mustakim (2008), metabolisme tertuju untuk perkembangan
semakin tinggi perkembangan gonad maka gonad. Gonad akan semakin bertambah
perbandingan antara berat tubuh dan gonad berat diimbangi dengan bertambah besar
semakin besar yang diperlihatkan dengan ukurannya (Effendie, 2002). Selama
106
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
107
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
ikan betok dengan kisaran bobot tubuh 15 betok yang diberikan pakan buatan
sampai 110 gram dan bobot gonad 2,42 berbahan baku tepung keong mas
sampai 15,96 gram mempunyai jumlah menunjukkan pada pengamatan kontrol
telur (fekunditas) antara 4.882 hingga rata-rata hasil pengamatan yaitu 5.21,
19.248 butir. Hal ini dikarenakan ikan P.32% yaitu 5.67, P.34 yaitu 6.68, P.3%
yang digunakan pada penelitian yaitu ikan yaitu 6.13 dan pada pengamatan P.38%
betok hasil tangkapan di alam dengan yaitu 7.53.
ukuran yang tidak seragam namun Sedangkan pada pertumbuhan panjang
memiliki fekunditas yang tinggi. mutlak dari pengamatan pertumbuhan
Nikolsky (1963) dalam Effendie panjang mutlak yaitu; pada pengamatan
(2002) menyatakan bahwa fekunditas pada kontrol hasil rata-rata nilai pengamatan
ikan disesuaikan dengan kondisi yaitu 6.14, P.32% yaitu 7.03, P.34 yaitu
lingkungannya. Jika ikan hidup di habitat 6.93, P.36% yaitu 7.12 dan pada
yang banyak ancaman predator maka pengamatan P.38% yaitu 8.02. Pengamatan
jumlah telur yang dihasilkan akan besar pertumbuhan bobot mutlak menunjukkan
atau fekunditas semakin tinggi, sedangkan perbedaan (P<0,05) dengan kisaran nilai
ikan yang hidup di habitat dengan sedikit 7.53 g ± 0.94 pada perlakuan P.38%. dan
predator akan memiliki jumlah telur yang pada pengamatan pertumbuhan panjang
lebih sedikit. Beberapa faktor yang mutlak menunjukkan perbedaan antar
berperan terhadap jumlah telur yang perlakuan (P<0,05) dengan kisaran nilai
dihasilkan oleh ikan betina yaitu fertilitas, 8.02 cm ± 0.75 pada perlakuan P.38%.
frekuensi pemijahan, perlindungan induk, Hasil ini berbeda dengan
ukuran telur, ukuran ikan, kondisi penelitian yang dilakukan Hidayat et.al
lingkungan, makanan, dan kepadatan (2013) menyatakan bahwa analisis ragam
populasi. menunjukkan penggunaan tepung keong
mas dalam pakan tidak berpengaruh nyata
Pertumbuhan terhadap pertumbuhan bobot mutlak dan
Pertumbuhan Bobot Mutlak dan pertumbuhan panjang mutlak benih ikan
Pertumbuhan Panjang Mutlak gabus. Meskipun secara ANOVA tidak
Effendie (2002) menyatkan bahwa berpengaruh nyata, namun pertumbuhan
pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai bobot mutlak tertinggi terdapat pada
pertambahan ukuran panjang atau berat perlakuan 50 % tepung keong mas
dalam suatu waktu, sedangkan diperoleh sebesar 4,96 g, sedangkan
pertumbuhan bagi populasi sebagai pertumbuhan bobot mutlak terendah
pertambahan jumlah. Sebenarnya, terdapat pada perlakuan 37,5 % tepung
pertumbuhan itu merupakan proses keong mas yaitu sebesar 2,97 g. Untuk
biologis yang kompleks dimana banyak pertumbuhan panjang mutlak tertinggi
faktor mempengaruhinya. Pertumbuhan terdapat pada perlakuan 0 % tepung keong
dalam individu ialah pertambahan jaringan mas, dan 50 % tepung keong mas yaitu
akibat dari pembelahan sel secara mitosis. sebesar panjang 0,9 cm, sedangkan
Hal ini terjadi apabila ada kelebihan input pertumbuhan panjang mutlak terendah
energi dan asam amino (protein) berasal terdapat pada perlakuan 25 % tepung
dari makanan. Pertumbuhan mutlak ialah keong mas yaitu sebesar 0,4 cm.
ukuran rata-rata ikan pada umur tertentu, Prihadi (2007), menyatakan
seperti ukuran panjang rata-rata ikan pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa
berumur satu tahun atau berat rata-rata faktor yaitu faktor dari dalam dan factor
ikan berumur tiga tahun dan sebagainya dari luar, adapun faktor dari dalam
(Effendie, 1997). meliputi sifat keturunan, ketahanan
Berdasarkan hasil pengamatan pada terhadap penyakit dan kemampuan dalam
penelitian pertumbuhan bobot mutlak ikan memanfaatkan makanan, sedangkan faktor
108
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
dari luar meliputi sifat fisika, kimia dan dapat mempengaruhi metabolisme tubuh
biologi perairan. Faktor makanan dan suhu dalam ikan (Augusta, 2016). Hasil
perairan merupakan faktor utama yang pengukuran parameter suhu yang
dapat mempegaruhi pertumbuhan ikan. dilakukan selama penelitian yaitu berkisar
30⁰C. Hal ini dikarenakan tingginya
Laju Pertumbuhan Harian intensitas cahaya yang masuk langsung ke
Pertumbuhan harian berfungsi dalam tempat penelitian, karena penelitian
untuk menghitung persentase pertumbuhan dilakukan pada tempat yang tertutup dan
berat ikan per hari. Hasil penelitian juga penelitian dilakukan ketika musim
menunjukkan bahwa hasil pengamatan laju kemarau sehingga mempengaruhi suhu air
pertumbuhan harian bahwa perlakuan yang dalam wadah pemeliharaan. Hasil
diberikan pakan buatan berbahan baku pengamatan suhu pada penelitian sesuai
tepung keong mas pada pengamatan laju dengan literatur yang diacu pada Akbar
pertumbuhan harian menunjukkan (2012) yang menyebutkan bahwa
perbedaan antar perlakuan (P<0,05) pada umumnya di alam ikan betok tumbuh
P.32% dan P.34% dengan kisaran nilai normal pada kisaran kualitas air untuk
1.57 g ± 0.001 dan 1.40 g ± 0.002. suhu 24-34°C.
Menurut Handajani dan Widodo (2010) Hasil pengukuran pH atau derajat
pertumbuhan ikan yang baik, perlu keasaman air pada penelitian yaitu berkisar
didukung dengan pemberin makanan yang antara 6.24 – 6.73, hal ini sesuai dengan
cukup mengandung protein, lemak dan Akbar (2012) yang menyatakan bahwa
karbohidarat serta vitamin dan mineral. umunya di alam ikan betok tumbuh normal
pada derajat keasaman atau pH berkisar 4-
Kualitas Air 8. Ikan betok tahan terhadap kekeringan
Salah satu faktor yang dapat dan kadar oksigen yang rendah. Kadang-
mempengaruhi pertumbuhan ikan kadang tahan hidup satu minggu tanpa air,
budidaya adalah kualitas air, terdiri dari bahkan mampu hidup di lumpur yang
oksigen terlarut (DO), suhu dan pH. mengandung sedikit air selama 1-2 bulan.
Oksigen terlarut (DO) merupakan salah Ikan betok memiliki sifat biologis yang
satu parameter peubah kualitas air yang lebih menguntungkan bila dibandingkan
paling kritis pada budidaya ikan. Kondisi dengan jenis ikan air tawar lainnya dalam
oksigen (DO) terlarut dalam air merupakan hal pemanfaatan air sebagai media
indikator kualitas air. Penurunan DO hidupnya. Salah satu kelebihan tersebut
merupakan indikator dini terhadap adalah bahwa ikan betok memiliki labirin
perubahan kualitas air (Syofyan et al. yang berfungsi sebagai alat pernafasan
2011). tambahan.
Hasil pengukuran oksigen terlarut Amoniak dalam media budidaya
selama penelitian yaitu berkisar 5.6 ppm, berbahaya bagi ikan jika terdapat dalam
sesuai dengan litelatur yang menyatakan konsentrasi yang tinggi. Amoniak dalam
bahwa oksigen terlarut dalam budidaya media pemeliharaan berasal dari ekskresi
ikan tidak boleh kurang dari 5 ppm, hal ini ikan melalui insang, perombakan sisa
dikarenakan ikan memerlukan oksigen metabolisme, serta dari perombakan sisa
terlarut untuk proses pembakaran makanan pakan dalam media pemeliharaan. Nilai
sehingga dapat menghasilkan aktivitas, amoniak yang dihasilkan selama penelitian
berenang, pertumbuhan dan reproduksi berfluktuasi dan berada pada kisaran 0.16-
(Zonneveld et al. 1991). 0.29 mg/L. Nilai tersebut masih dapat
Perubahan suhu dalam wadah ditoleransi oleh ikan. Menurut Boyd
pemeliharaan di pengaruhi oleh sinar (1990) dalam Catur (2011), kisaran
matahari yang langsung masuk kedalam konsentrasi amoniak dalam pemeliharaan
wadah pemeliharaan. Perubahan suhu ikan adalah kurang dari 0,1 mg/L.
109
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
110
Jurnal Perikanan (2020) Volume 10. No. 2 : 92-111
DOI : https://doi.org/10.29303/jp.v10i2.130
111