Anda di halaman 1dari 15

PRODUKSI IKAN NILA NIRWANA (Oreorchomis niloticus)

MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBENIHAN DI BALAI BENIH

IKAN CIBIRU BANDUNG

Fitri Patriani*1, Ateng Supriyatna2, Agus salim3

1,2,3,4
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 40616

e-mail:1fitripatriani98@gmail.com,2atengsupriatna@uinsgd.ac.id, 3agus.salim@uinsgd.ac.id

ABSTRAK

Kebutuhan ikan nila nirwana (Oreorchomis niloticus) meningkat namun ketersedian belum

terpenuhi baik skala domestik maupun ekspor. Produktivitas ikan secara kuantitas dan kualitas tidak

terlepas dari peran teknik pembenihan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui produktivitas ikan

nila nirwana dengan teknik pembenihan, mengukur rasio konversi pakan ikan nila nirwana dan

mengukur kualitas air kolam ikan nila nirwana. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode

deskriptif dengan menjelaskan teknik produksi ikan nila untuk menentukan teknik pembenihan yang

baik. Ikan nila yang digunakan berumur 6 bulan, dengan rasio jantan betina 1:3. Sebanyak 80 ekor ikan

indukan dipelihara dikolam ukuran 49 m2, Selanjutnya dipindahkan pada kolam berukuran 300 m2

untuk proses pemijahan. Hasil penelitian menunjukan bahwa selama 3 bulan produksi benih sebanyak

16.200 ekor, dengan tingkat sintasan 90%, rasio konversi pakan sebesar 1,3. Kualitas air selama

penelitian yaitu suhu 26˚C, pH 7-7,15 dan DO 6,05-7,05 mg/l. Kesimpulan penelitian ini bahwa teknik

pembenihan di Balai Benih Ikan Cibiru menghasilkan hasil produksi ikan nila nirwana yang baik

Kata Kunci : Nirwana, Oreorchomis niloticus, Pembenihan, Produktivitas, Teknik

ABSTRACK

The demand for the nila nirwana fish (oreorchomis niloticus) has increased but it hasn't been

met in both domestic and export scales. The productivity of fish in quantity and quality is inseparable

from the role of the distillation technique. The purpose of the study is to know the productivity of nila

nirwana fish with dietary techniques, measuring the ratio of the nila nirwana fish feed conversion and

measure the water quality of the nila nirwana fish pool. The research method used is descriptive

method by explaining the tiary fish production technique to determine a good dietary technique. The

1
fish nila used 6 months old, with a ratio of female male 1: 3. A total of 80 tailor is maintained in the

size of 49 m2, then moved on a 300 m2 pond for the spawning process. The results showed that for 3

months of seed production of 162.000 seed, with 90% signs, feed conversion ratio of 1.3. As for water

quality during the study, which was 26˚C, 7 pH 7-7,15 and DO 6.05-7.05 mg / l. Conclusion In this

study that the dietary diary in the Cibiru fish seed hall produces good niwa nipper product.

Keywords: Nirwana, Oreorchomis niloticus, Filling, Productivity, Engineering

PENDAHULUAN

Ikan merupakan sumber protein hewani yang relatif ekonomis sehingga

menjadi salah satu alternatif pemerintah dalam meningkatkan mutu gizi masyarakat.

Terkait dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi ikan sebagai sumber

pangan protein, maka jenis ikan nila nirwana menjadi komoditas ikan air tawar yang

menarik dibudidayakan.

Nila nirwana merupakan kepanjangan dari nila ras wanayasa dirilis pada

tanggal 15 Desember 2006 oleh Dirjen Budidaya melalui surat keputusan menteri

kelautan dan perikanan. Dimana merupakan hasil perkawinan silang atau seleksi

family dari ikan nila GIFT (Genetic Improvement of Farm Tilapia) dan nila GET dari

Filipina. Nirwana memiliki keunggulan dalam percepatan pertumbuhan, tahan

terhadap perubahan kualitas air dan memiliki struktur daging tebal dibandingkan

dengan nila jenis lainnya (Gufron, 2011). Menambahkan Demagi (2019), pada tahun

2010 produk ikan nila nirwana sudah berhasil menembus pasar ekspor yaitu ekspor ke

filiphina sebanyak tiga kali.

Dilihat dari permintaan ekspor yang tinggi dan permintaan konsumen

domestik meningkat, maka perlu dimbangi dengan pemasokan ikan secara berlanjut

baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Kondisi benih yang berkualitas rendah akan

2
menimbulkan usaha pemeliharaan tidak efisien, pertumbuhan ikan menjadi lambat,

tidak seragam, mudah terserang penyakit sehingga produktivitasnya rendah. Hal ini

dipengaruhi oleh indukan, pakan, padat tebar dan perubahan kualitas air. Proses

produksi ikan nila tidak terlepas dari peranan kegiatan teknik pembenihan

Teknik pembenihan dengan sistem semi intensif dilaporkan dapat

menghasilkan sintasan dan kualitas air memadai. Dalam penelitian ikan bandeng

Handayani dkk (2019), bahwa semi intensif menghasilkan sintasan mencapai 80 – 90

% dengan kualitas air yang optimal. Umumnya informasi mengenai cara pembenihan

dalam usaha budidaya ikan nila dilakukan melalui proses pemijahan, seleksi larva,

pendederan tahap satu, dua dan tiga, kemudian pemanenan secara total, proses ini

membutuhkan kolam yang cukup banyak dan tingkat kelulus hidupaan terbilang

rendah. Seperti halnya penelitian Tiana dan Narayana (2018) padat tebar benih 100-

200 ekor m2 pada kolam pendederan satu dengan luas 286- 426 m2 memiliki tingkat

kelangsungan hidup benih ikan nila GMT berkisar 56,5-87,2%.

Keterampilan dan pengetahuan mengenai teknik pembenihan ikan nila yang

baik dapat menunjang keberhasilan dalam meningkatkan produktivitas benih ikan

baik secara kuantitas maupun kualitas, serta meminimalisir mortalitas benih ikan.

Salah satu komponen produksi yaitu benih perlu mendapat penanganan khusus

sehingga informasi tentang teknik pembenihan benih ikan nila diperlukan yaitu

dengan melakukan penelitian tentang produksi ikan nila nirwana (Oreorchomis

niloticus) menggunakan teknik pembenihan di Balai Benih Ikan Cibiru, Bandung.

Tujuan penelitian ini yaitu upaya untuk mengetahui teknik pembenihan dalam

meningkatkan produktivitas, sintasan dan rasio konversi pakan

3
BAHAN DAN METODE.

Penelitian dilaksanakan pada Juli sampai Agustus 2019 di Balai Benih Ikan

Cibiru Bandung. Ikan yang digunakan dalam penelitian yaitu ikan nila ras wanayasa

(Oreorchomis niloticus). Pakan yang diberikan berupa pelet kandungan protein 26-

30% dengan pemberian pakan untuk induk nila dan pemeliharaan benih 3-5 % dari

biomasa ikan dan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari. Media pemeliharaan dalam

penelitian ini menggunakan air tawar dari pegunungan manglayang.

Metode penelitian yaitu metode deskriptif dengan menjelaskan teknik

produksi ikan nila untuk menentukan teknik pembenihan yang baik. Proses teknik

pembenihan dari tahapan seleksi induk, pemijahan dan pendederan. Proses tehnik

pembenihan secara keseluruhan membutuhkan waktu 3 bulan, kemudian dilakukan

pemanenan benih.

Prosedur penelitian ini melalui empat tahapan yaitu tahap seleksi induk,

pemijahan, pendederan dan pemanenan. Seleksi induk dilihat dari umur, asal, dan

berat induk. Pemijahan dilakukan selama 1 bulan dengan rasio jantan dan betina 1:3.

Pemisahan induk larva yang berumur minimal 8 hari dengan ukuran 1-1,5 cm

dipisahkan dari induknya, larva dipelihara selama 2 bulan. Pemanenan dilakukan

dengan metode panen selektif.

Produksi Biomasa

Produksi biomassa ikan dihitung menggunakan rumus Zonneveld dkk (1991)


dalam Anam dkk (2017) yaitu :
BM = W x Nt

BM = Produksi Biomassa

W = bobot rata-rata ikan penelitian

4
Nt = Jumlah total ikan akhir penelitian

Sintasan

Perhitungan menentukan presentase sintasan dihitung menggunakan rumus Pandit dkk

(2010) dalam Anam dkk (2017) yaitu:

N
SR (N t ) × 100%
o

SR = Survival rate/sintasan (%)

Nt = Jumlah ikan yang hidup di akhir penelitian (ekor)

No = Jumlah ikan yang hidup di awal penelitian (ekor)

Rasio Konversi Pakan

Kebutuhan pakan dihitung berdasarkan jumlah pakan selama pembenihan

biomasa ikan di awal dn diakhir penelitian. Menurut Robisalmi dkk (2016) rasio

konversi pakan dihitung menggunakan rumus:

Pa
FCR =
(Wt − Wo)
FCR = Feed convertion ratio/rasio konversi pakan

Pa = Jumlah pakan yang dikonsumsi (kg)

Wt = Biomassa ikan akhir (kg)

Wo = Biomassa ikan awal (kg)

Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan pada tiap kolam untuk mengetahui DO, pH

dan suhu air

Data yang diperoleh dianalisi secara deskriptif meliputi kualitas air selama

pemeliharaan pada setiap kolam kemudian produktivitas, rasio konversi pakan di

tentukan menggunakan rumus pada masing masing parameter

5
HASIL DAN PEMBAHASAN

Teknik Pembenihan

Teknik pembenihan di Balai Benih Ikan merupakan kegiatan pembenihan

yang bersifat semi intensif. Dimana budidaya ikan tidak tergantung alam dan

pengeringan kolam tidak perlu dilakukan setiap panen benih. Adapun proses

pembenihan di balai benih ikan cibiru tertera pada gambar 1.

Gambar 1. Tahapan Pembenihan

Pada gambar 1. tahap pembenihan pertama yaitu pemeliharaan induk. Induk

yang akan dipijahkan dipelihara di kolam indukan. Kolam indukan berukuran 49 m 2

dengan ketinggian air 40-70 cm ikan jantan dan betina dipelihara terpisah masing

masing 245 ekor. Pemisahan induk dilakukan agar tidak terjadi pemijahan secara liar.

Pemeliharaan indukan dari benih sampai ikan siap kawin yaitu selama 3 bulan, Pada

umur 6 bulan ikan siap dipijahkan. Pemijahan menggunakan 80 ekor indukan jantan

20 dan betina 60 ekor.

Ikan nila nirwana selain berbeda dari morfologi bentuk tubuh dan warna,

dapat dilihat dari perbedaan kelamin antara jantan dan betina

a b

Gambar 2. Kelamin nila a. jantan b. betina

6
Pada gambar 2. terlihat perbedaan indukan nila nirwana antara betina dan jantan

sebagai berikut:

a. Induk betina memiliki warna tubuh lebih gelap, dengan sirip ekor berwarna hitam.

Adapun kelamin pada betina memiliki dua lubang yaitu untuk mengeluarkan telur

dan mengeluarkan urine dengan bentuk kelamin berbentuk bulat dan tidak

menonjol.

b. Indukan jantan berwarna lebih cerah, pada sirip ekor di dominasi warna merah

dengan bentuk kelamin berupa tonjolan agak meruncing dan hanya memiliki satu

lubang kelamin yang berfungsi mengeluarkan sperma sekaligus urine.

Tabel 1. Kriteria Induk Nila

Kriteria Satuan Kriteria induk

Jantan Betina Jantan Betina

Umur Bulan 6-10 6-10 6-8* 6-8*

Panjang Centimeter 15-28 14-23 16-25* 14-20*

Bobot Gram 450-700 350-550 400-600* 300-450*

Induk yang dipijahkan telah memenuhi kriteria induk yang baik berdasarkan

berat dan umur. Dari tabel 1. diketahui induk betina umur rata-rata 6-10 bulan dengan

berat rata-rata 350-550 gram. Sedangkan induk jantan umur 6-10 bulan dengan rata-

rata 450-700 gram. Induk betina yang berumur minimal 6 bulan telah matang gonad

dan memiliki kualitas telur yang baik. Pada umur 6 bulan induk jantan memiliki

sperma yang berkualitas sehingga telur dapat dibuahi dengan baik. Menurut Winarsih

(2010), setelah usia sekitar 4-5 bulan kematangan gonad pertama induk nila dan

produktif pada bobot 600 gram/ekor atau berumur diatas enam bulan

7
Pemijahan dilakukan secara alami pada kolam berukuran 300 m 2, ketinggian

air 40-60 cm, dengan rasio kelamin perbandingan jantan dan betina 1:3. Menurut

Brotoadji (2011), pada saat pemijahan induk nila jantan akan membuat lingkaran di

dasar kolam atau sarang supaya menarik betina datang dan melakukan pemijahan

secara masal.

Proses pemijahan sampai menghasilkan larva membutuhkan waktu sekitar 1

bulan dimana betina akan mengerami telur dan memelihara anakan didalam mulutnya.

kemudian induk akan dipisahkan dari kolam pemijahan. Sebagaimana Khairuman dan

Amri (2007), proses pemijahan dimulai dari betina yang akan mengeluarkan telur

kemudian jantan akan menyemprotkan spermanya sehingga terjadi pembuahan. Telur

yang dibuahi akan dimasukan ke dalam mulut betina dan dierami. Lalu telur menetas

setelah 5-6 hari, kemudian induk akan memeilharanya selama dua minggu,

selanjutkan larva yang dihasilkan akan dimuntahkan oleh induk betina.

Proses pendederan dilakukan pada kolam yang sama dengan pemijahan.

Proses dari larva sampai benih membutuhkan waktu 8-12 minggu, pemberian pakan

untuk larva menggunakan pakan komersial halus yang diberi air. Hal ini untuk

memudahkan ikan mencerna makanan yang diberikan. Pada minggu ke 12 benih ikan

nila nirwana siap panen.

Teknik panen yang digunakan di BBI yaitu panen selektif dan total. Adapun

langkah-langkah panen selektif yang dilakukan di BBI Cibiru meliputi: a.

Pemasangan jaring dilakukan pada waktu panen tiba, b. Pemberian umpan yaitu untuk

menarik benih agar terkumpul dalam jaring yang dipasang. c. Penarikan jaring

dilakukan dengan cara pengeretan bambu dari bagian sisi jaring satu ke bagian sisi

jaring yang terdapat di pinggir kolam. d. Penyortiran benih dilakukan dengan tujuan

memilah ukuran benih ikan sesuai permintaan konsumen. Setelah penyortiran

8
dilakukan pengulangan tahap pemanenan sampai 70% benih terambil. Kemudian

benih yang tersisa dikolam dilakuan dengan cara panen total. Pembenihan di BBI

dilakukan pada kolam yang sama, dari pemijahan sampai pemanenan. Teknik

pembenihan ini cukup efektif dalam meminimalisir mortalitas larva ikan akibat

proses pemindahan dari satu tempat ke tempat lain.

Produktivitas Ikan

Produktivitas adalah jumlah produksi per satuan luas per masa tanam.

diketahui dengan menganalisa mengenai luas lahan yang digunakan dan jumlah

produksi yang dihasilkan setiap musim atau setiap tahun .

Tabel 2. Hasil Produksi Biomasa Benih Nila

Bobot rata-rata Jumlah populasi Produksi Biomassa


(gram/ekor) (gram)
(ekor)
10 gram 16.200 ekor 10 × 16.200
= 162.000 gram
Dari tabel 2. diketahui bobot rata-rata ikan di akhir penelitian yaitu 10 gram

dengan jumlah populasi 16.200 ekor, sehingga dihasilkan produksi biomassa 162.000

gram. Besar kecil hasil produksi tergantung dari berat ikan dan jumlah populasi ikan

di akhir penelitian. Ini menunjukan korelasi antara sintasan dengan laju pertumbuhan

ikan. Semakin berat bobot ikan dan semakin tinggi nilai sintasan maka produksi

biomasa akan semakin meningkat, dimana keduanya dipengaruhi oleh pakan, padat

tebar dan kondisi kualitas air. Nurhayati dkk (2019), indukan, cuaca dan pakan alami

memiliki nilai konsekuensi resiko 1,0 artinya penting dan tidak tergantikan

Tabel 3. Presentase Sintasan Benih

Jumlah ikan hidup Jumlah ikan hidup Sintasan


akhir penelitian (ekor) penelitian (ekor)
16.200 ekor 18.000 ekor 16.200
( ) × 100 = 90%
18.000

9
Berdasarkan data penelitian larva yang dihasilkan dari 80 indukan sebanyak

18.000 ekor, dengan hasil panen benih sebanyak 16.200 ekor. Sehingga hasil sintasan

yang dihitung menggunakan rumus yaitu 90%. Ini menunjukan sintasan ikan nila

nirwana di BBI terhitung tinggi dan tergolong baik. Hal ini diduga karena sintasan

ikan dipengaruhi oleh penanganan dalam proses pembenihan dan kondisi lingkungan

seperti kualitas air. Pendapat ini didukung Kordi (2010), bahwa tingkat sintasan yang

tinggi biasanya karena pengawasan lebih mudah dan intensif. Menambahkan

Minggawati dan Lukas (2012), lingkungan yang baik merupakan kompenen penting

yang memberikan pengaruh dalam pertumbuhan dan sintasan

Adapun angka mortalitas di BBI sekitar 10% dapat disebabkan faktor ruang

gerak yang semakin sempit karena adanya proses pertumbuhan, ikan mengalami stres

sehingga mengakibatkan daya tahan tubuh melemah dan berdampak pada kematian.

Tabel 4. Nilai Rasio Konversi Pakan

Jumlah pakan Biomassa ikan Biomassa ikan Rasio konversi pakan


konsumsi (kg) akhir (kg) awal (kg)
210.5 kg 162 kg 0 1,3

Dari tabel 4. menunjukan rasio konversi pakan di Balai Benih Ikan Cibiru

cukup baik yaitu sebesar 1,3. Dari data penelitian total pakan yang diberikan selama

pembenihan yaitu 210,6 kilogram dan total bobot ikan di akhir produksi 162

kilogram. Maka pakan yang digunakan untuk dapat menghasilkan 1 kilogram daging

ikan dibutuhkan 1,3 kilogram pakan ikan.

Nilai rasio konversi pakan yang relatif kecil, dapat disebabkan strain nila

yang digunakan nila nirwana yang merupakan hasil seleksi dari nila GIFT dan nila

GET. Berdasarkan penelitian M’balaka dkk. (2012) nilai konversi pakan pada ikan

10
nila hasil seleksi lebih rendah jika dibandingkan dengan ikan nila non seleksi. Hal ini

menunjukan bahwa pakan dapat dimanfaatkan dengan baik dan lebih efisien

Berbeda dengan penelitian Hikmawati dkk (2019), pada ikan nila Gift yang

dipelihara pada salinitas air laut selama 28 hari menunjukan konversi rasio pakan

15,6. Hal ini memberikan informasi bahwa rasio konversi pakan di pengaruhi juga

oleh jenis ikan dan kondisi lingkungan. Menurut Agustin dkk (2016) bahwa jenis dan

kemampuan absorbsi ikan mempengaruhi optimalisasi konversi pakan dalam tubuh.

Sahputra dkk (2017), menyatakan bahwa rasio konversi pakan dapat berubah lebih

tinggi seiring dengan perubahan lingkungan yang buruk akibat dari peningkatan stres

pada ikan. Menambahkan USAID (2011), indikasi baik dari pakan yang berkualitas

ditunjukan dengan semakin rendah nilai rasio konversi pakan

Kualitas Air

Hasil pengukuran kualitas air di kolam indukan, pemijahan dan pendederan

diukur meliputi parameter fisika dan kimia yaitu berupa suhu menggunkan

termometer, derajat keasaman menggunakan pH meter dan oksigen terlarut

menggunakan DO meter. Pengukuran dilakukan pada pagi dan sore hari dengan tiga

kali ulangan dan diperoleh rata-rata seperti pada tabel 5.

Tabel 5. Hasil Pengukuran Parameter Air

Parameter Kolam Kolam Kolam Kelayakanair


pemijahan pendederan Chakrabory &
air Induk
Samir 2010
Suhu (˚C ) 26 26 26 25-30 ˚C
pH air 7 7,15 7,15 6,5-8,5
DO air (mg/l) 6, 05 7, 05 7, 05 >5 mg/l
Berdasarkan data diketahui bahwa kualitas air kolam induk, kolam pemijahan

dan kolam pendederan masih dalam kondisi normal dan dapat di tolerir baik oleh ikan

induk maupun benih. Berdasarkan data tabel 4.8. diketahui bahwa suhu air pada ke

11
tiga kolam yaitu 26°C. Adapun pH air kolam induk 7 sedangkan kolam pemijahan

dan pendederan 7,15 dengan oksigen terlarut kolam indukan 6,05 dan kolam

pemijahan juga pendederan 7,05 mg/l. Parameter air dalam proses pembenihan di

balai benih ikan sesuai dengan kelayakan air menurut Chakraborty dan Samir 2010,

dimana suhu berkisar 25-30°C, derajat keasaman 6,5-8,5 dan oksigen terlarut lebih

dari 5 mg/l. Hasil pengamatan menunjukan bahwa nilai parameter air di kolam

pemijahan dan pendederan memiliki angka yang sama dikarenakan pemijahan dan

pendederan berada dalam satu kolam.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa produktsi ikan dengan teknik pembenihan menghasilkan benih ikan sebanyak

16.200 ekor, dengan biomasa 162.000 gram dan sintasan sebesar 90%. dengan Rasio

konversi pakan sebesar 1,3 dan kualitas air selama penelitian rata-rata suhu 26˚C pH

kisaran 7-7,15 dan DO 6,05-7,05 mg/l.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Kepala Balai benih ikan cibiru

yang telah memberikan ijin penelitian dan ucapan terima kasih penulis tunjukan

kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian sehingga penelitian

dapat berjalan dengan baik dan lancar.

12
DAFTAR PUSTAKA

Anam, M.K., Basuki, F., dan Widowati, L. 2017. Perfoma Pertumbuhan

Kelulushidupan, dan Produksi Biomassa Ikan Nila (Oreorchomis niloticus)

Dengan Debit Air Yang Berbeda Pada Sistem Budiddaya Minapadi di Dusun

Kandhangan, Sleman, Yogyakarta. Jurnal sains Akuakutur Tropis. 1(1): 52-

61

Agustin, T.S., 2016, Dinamika Perubahan Kualitas Air terhadap Pertumbuhan Ikan

Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Dipelihara di Kolam Tanah. Jurnal

Ilmu Hewani Tropika. 5(1): 41- 45.

Brotoadji, S. 2011. 21 Hari Pembibitan Lele, Gurami, Nila. Araska.Yogyakarta

Chakraborty SB, Samir B. 2010. Effect of Stocking Density on Monosex Nile Tilapia

Growth During Pond Culture in India. Word Academy of Science,

Engineering and Technology No. 68

Demagi, K.A. 2019. Analisis Budidaya Ikan Nila Ras Wanayasa (NIRWANA) d

Kabupaten Purwakarta (Kasus di Kecamatan Kiarapedes, Kabupaten

Purwakarta). Skripsi. Ilmu Ekonomi Studi pembangunan. Universitas di

Ponegoro. Semarang

Djunaedi, A., R. Hartati., R. Pribadi1., S. Redjeki., R. W. Astuti., B.Septiarani. 2016.

Pertumbuhan ikan Nila Larasati (Oreochromis niloticus) di Tambak dengan

Pemberian Ransum Pakan dan Padat Penebaran yang Berbeda. Jurnal

Kelautan Tropis. 19(2): 131-142.

Ghufran, M. 2011. Pemeliharaan Nila SecaraIntensif. Akademia. Jakarta

Handayani, R., Rejeki, S., dan Elfitasari, T. 2019. Evaluasi Kelayakan Usaha

Budidaya Ikan Bandeng (Chanos chanos) Secara Semi Intensif Di

13
Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang. Jurnal Sains Akuakutur Tropis.

3(1): 9-16.

Hikmawati., Patadjai, R.S., dan Balubi, A.M.. 2019. Uji Adaptasi Benih Ikan Nila

Gift (Oreorchomis niloticus ) Berbagai Ukuran bobot yang Berbeda Pada

Salinitas Air Laut. Media Akuatika. 4(2): 53-60.

Khairuman, S.P dan Amri K. 2007. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia

Pustaka. Jakarta

Khairuman, S.P. dan Amri K. 2003. Pembenihan dan Pembesaran Gurame Secara

Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta

Kordi, M. G. H. K. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar di Kolam

Terpal. ANDY.Yogyakarta.

Minggawati, I dan Lukas. 2012. Studi Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Karamba di

Sungai Khayan. Universitas Kristen Palangkaraya. Palangkaraya. Jurnal

Media Sains. 4 (1) : 87 – 91.

M’balaka, M., Kassam, D., dan Rusuwa, B. 2012. The Effect of Stocking Density on

The Growth and Survival of Improved Strain of Oreorchomis shiranus.

Egyption Journal of Aquatic Research. 38. 205-211

Nurhayati, A. Yustiati, A dan Herawati, T. 2019. Kelembagaan Pemasaran Benih Nila

Nirwana (Oreorhomis niloticus) Berdasarkan Integrated Supply Chain

Management. Jurnal Perikanan. 21(2): 66-72.

Pandit, N. P dan M. Nakamura. 2010. Effect Of Hight Temperature on survival,

Growth and Feed Conversion Ratio of Nile Tilapia (Oreorchomis niloticus).

sesoko Station. Tropical Biosphere Research Center. University of The

Ryukyus. Okinawa. Japan, 219-224..

14
Pratiwi, R. Basuki, F dan Yuniarti, T. 2016. Analisis Karakter Refroduksi Hasil

Persilangan antara Ikan Nila Pandu F6 Dan Nila Merah Lokal Aquafarm

dengan Sistem Resiprokal. Journal of Aquaculture Management and

Technology. 5(1): 137-145.

Robisalimi, A., Setyawan, P., dan Gunadi, B. 2016. Perfoma Pertumbuhan Ikan Nila

Nirwana (Oreochromis niloticus), Ikan Nila Merah (O. niloticus x O.

mossambicus), Ikan Nila Srikandi (O. aureus x O. niloticus), dan Ikan Nila

Biru (O. aureus ) Pada Pemeliharaan di Tambak. Prosiding Forum Inovasi

Teknologi Akuakultur. 561- 568

Sahputra, I., M. Khalil., dan Zulfikar. 2017. Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda

Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan KakapPutih

(Lates calcalifer, Bloch).Jurnal Acta Aquatic. 4(2): 68-75.

Susanti Diani dan Pramu Sunyoto, 2005. Perbedaan Cara Panen Benih Ikan Nila Gift,

Oreochromis niloticus. AquaculturaIndonesiana. 6(1): 41–46

Tiana dan Narayana, Y. 2018. Tehnik Pemeliharaan larva Ikan Nila Genetically Male

Tilapia GMT (Oreorchomis niloticus) di Balai Benih Pengembangan

Budidddaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat. Sinergitas

Multidisiplin lmu Pengetahuan dan Teknologi. 1: 144-150.

Winarsih, W.H. 2010. Pengembangan Budidaya Nila Skala Rumah Tangga Untuk

Ketahanan Pangan. Cakrawala.4 (2): 164-174.

United States Agency for International Development (USAID). 2011. Feed

Conversion Ratio (FCR). USAID-Harvest. Phnom Penh.

Zonneveld, N., Huisman E. A, dan Boon, J. H. 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai