1,2,3,4
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung 40616
e-mail:1fitripatriani98@gmail.com,2atengsupriatna@uinsgd.ac.id, 3agus.salim@uinsgd.ac.id
ABSTRAK
Kebutuhan ikan nila nirwana (Oreorchomis niloticus) meningkat namun ketersedian belum
terpenuhi baik skala domestik maupun ekspor. Produktivitas ikan secara kuantitas dan kualitas tidak
terlepas dari peran teknik pembenihan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui produktivitas ikan
nila nirwana dengan teknik pembenihan, mengukur rasio konversi pakan ikan nila nirwana dan
mengukur kualitas air kolam ikan nila nirwana. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode
deskriptif dengan menjelaskan teknik produksi ikan nila untuk menentukan teknik pembenihan yang
baik. Ikan nila yang digunakan berumur 6 bulan, dengan rasio jantan betina 1:3. Sebanyak 80 ekor ikan
indukan dipelihara dikolam ukuran 49 m2, Selanjutnya dipindahkan pada kolam berukuran 300 m2
untuk proses pemijahan. Hasil penelitian menunjukan bahwa selama 3 bulan produksi benih sebanyak
16.200 ekor, dengan tingkat sintasan 90%, rasio konversi pakan sebesar 1,3. Kualitas air selama
penelitian yaitu suhu 26˚C, pH 7-7,15 dan DO 6,05-7,05 mg/l. Kesimpulan penelitian ini bahwa teknik
pembenihan di Balai Benih Ikan Cibiru menghasilkan hasil produksi ikan nila nirwana yang baik
ABSTRACK
The demand for the nila nirwana fish (oreorchomis niloticus) has increased but it hasn't been
met in both domestic and export scales. The productivity of fish in quantity and quality is inseparable
from the role of the distillation technique. The purpose of the study is to know the productivity of nila
nirwana fish with dietary techniques, measuring the ratio of the nila nirwana fish feed conversion and
measure the water quality of the nila nirwana fish pool. The research method used is descriptive
method by explaining the tiary fish production technique to determine a good dietary technique. The
1
fish nila used 6 months old, with a ratio of female male 1: 3. A total of 80 tailor is maintained in the
size of 49 m2, then moved on a 300 m2 pond for the spawning process. The results showed that for 3
months of seed production of 162.000 seed, with 90% signs, feed conversion ratio of 1.3. As for water
quality during the study, which was 26˚C, 7 pH 7-7,15 and DO 6.05-7.05 mg / l. Conclusion In this
study that the dietary diary in the Cibiru fish seed hall produces good niwa nipper product.
PENDAHULUAN
menjadi salah satu alternatif pemerintah dalam meningkatkan mutu gizi masyarakat.
Terkait dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan produksi ikan sebagai sumber
pangan protein, maka jenis ikan nila nirwana menjadi komoditas ikan air tawar yang
menarik dibudidayakan.
Nila nirwana merupakan kepanjangan dari nila ras wanayasa dirilis pada
tanggal 15 Desember 2006 oleh Dirjen Budidaya melalui surat keputusan menteri
kelautan dan perikanan. Dimana merupakan hasil perkawinan silang atau seleksi
family dari ikan nila GIFT (Genetic Improvement of Farm Tilapia) dan nila GET dari
terhadap perubahan kualitas air dan memiliki struktur daging tebal dibandingkan
dengan nila jenis lainnya (Gufron, 2011). Menambahkan Demagi (2019), pada tahun
2010 produk ikan nila nirwana sudah berhasil menembus pasar ekspor yaitu ekspor ke
domestik meningkat, maka perlu dimbangi dengan pemasokan ikan secara berlanjut
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Kondisi benih yang berkualitas rendah akan
2
menimbulkan usaha pemeliharaan tidak efisien, pertumbuhan ikan menjadi lambat,
tidak seragam, mudah terserang penyakit sehingga produktivitasnya rendah. Hal ini
dipengaruhi oleh indukan, pakan, padat tebar dan perubahan kualitas air. Proses
produksi ikan nila tidak terlepas dari peranan kegiatan teknik pembenihan
menghasilkan sintasan dan kualitas air memadai. Dalam penelitian ikan bandeng
% dengan kualitas air yang optimal. Umumnya informasi mengenai cara pembenihan
dalam usaha budidaya ikan nila dilakukan melalui proses pemijahan, seleksi larva,
pendederan tahap satu, dua dan tiga, kemudian pemanenan secara total, proses ini
membutuhkan kolam yang cukup banyak dan tingkat kelulus hidupaan terbilang
rendah. Seperti halnya penelitian Tiana dan Narayana (2018) padat tebar benih 100-
200 ekor m2 pada kolam pendederan satu dengan luas 286- 426 m2 memiliki tingkat
baik secara kuantitas maupun kualitas, serta meminimalisir mortalitas benih ikan.
Salah satu komponen produksi yaitu benih perlu mendapat penanganan khusus
sehingga informasi tentang teknik pembenihan benih ikan nila diperlukan yaitu
Tujuan penelitian ini yaitu upaya untuk mengetahui teknik pembenihan dalam
3
BAHAN DAN METODE.
Penelitian dilaksanakan pada Juli sampai Agustus 2019 di Balai Benih Ikan
Cibiru Bandung. Ikan yang digunakan dalam penelitian yaitu ikan nila ras wanayasa
(Oreorchomis niloticus). Pakan yang diberikan berupa pelet kandungan protein 26-
30% dengan pemberian pakan untuk induk nila dan pemeliharaan benih 3-5 % dari
biomasa ikan dan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari. Media pemeliharaan dalam
produksi ikan nila untuk menentukan teknik pembenihan yang baik. Proses teknik
pembenihan dari tahapan seleksi induk, pemijahan dan pendederan. Proses tehnik
pemanenan benih.
Prosedur penelitian ini melalui empat tahapan yaitu tahap seleksi induk,
pemijahan, pendederan dan pemanenan. Seleksi induk dilihat dari umur, asal, dan
berat induk. Pemijahan dilakukan selama 1 bulan dengan rasio jantan dan betina 1:3.
Pemisahan induk larva yang berumur minimal 8 hari dengan ukuran 1-1,5 cm
Produksi Biomasa
BM = Produksi Biomassa
4
Nt = Jumlah total ikan akhir penelitian
Sintasan
N
SR (N t ) × 100%
o
biomasa ikan di awal dn diakhir penelitian. Menurut Robisalmi dkk (2016) rasio
Pa
FCR =
(Wt − Wo)
FCR = Feed convertion ratio/rasio konversi pakan
Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan pada tiap kolam untuk mengetahui DO, pH
Data yang diperoleh dianalisi secara deskriptif meliputi kualitas air selama
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknik Pembenihan
yang bersifat semi intensif. Dimana budidaya ikan tidak tergantung alam dan
pengeringan kolam tidak perlu dilakukan setiap panen benih. Adapun proses
dengan ketinggian air 40-70 cm ikan jantan dan betina dipelihara terpisah masing
masing 245 ekor. Pemisahan induk dilakukan agar tidak terjadi pemijahan secara liar.
Pemeliharaan indukan dari benih sampai ikan siap kawin yaitu selama 3 bulan, Pada
umur 6 bulan ikan siap dipijahkan. Pemijahan menggunakan 80 ekor indukan jantan
Ikan nila nirwana selain berbeda dari morfologi bentuk tubuh dan warna,
a b
6
Pada gambar 2. terlihat perbedaan indukan nila nirwana antara betina dan jantan
sebagai berikut:
a. Induk betina memiliki warna tubuh lebih gelap, dengan sirip ekor berwarna hitam.
Adapun kelamin pada betina memiliki dua lubang yaitu untuk mengeluarkan telur
dan mengeluarkan urine dengan bentuk kelamin berbentuk bulat dan tidak
menonjol.
b. Indukan jantan berwarna lebih cerah, pada sirip ekor di dominasi warna merah
dengan bentuk kelamin berupa tonjolan agak meruncing dan hanya memiliki satu
Induk yang dipijahkan telah memenuhi kriteria induk yang baik berdasarkan
berat dan umur. Dari tabel 1. diketahui induk betina umur rata-rata 6-10 bulan dengan
berat rata-rata 350-550 gram. Sedangkan induk jantan umur 6-10 bulan dengan rata-
rata 450-700 gram. Induk betina yang berumur minimal 6 bulan telah matang gonad
dan memiliki kualitas telur yang baik. Pada umur 6 bulan induk jantan memiliki
sperma yang berkualitas sehingga telur dapat dibuahi dengan baik. Menurut Winarsih
(2010), setelah usia sekitar 4-5 bulan kematangan gonad pertama induk nila dan
produktif pada bobot 600 gram/ekor atau berumur diatas enam bulan
7
Pemijahan dilakukan secara alami pada kolam berukuran 300 m 2, ketinggian
air 40-60 cm, dengan rasio kelamin perbandingan jantan dan betina 1:3. Menurut
Brotoadji (2011), pada saat pemijahan induk nila jantan akan membuat lingkaran di
dasar kolam atau sarang supaya menarik betina datang dan melakukan pemijahan
secara masal.
bulan dimana betina akan mengerami telur dan memelihara anakan didalam mulutnya.
kemudian induk akan dipisahkan dari kolam pemijahan. Sebagaimana Khairuman dan
Amri (2007), proses pemijahan dimulai dari betina yang akan mengeluarkan telur
yang dibuahi akan dimasukan ke dalam mulut betina dan dierami. Lalu telur menetas
setelah 5-6 hari, kemudian induk akan memeilharanya selama dua minggu,
Proses dari larva sampai benih membutuhkan waktu 8-12 minggu, pemberian pakan
untuk larva menggunakan pakan komersial halus yang diberi air. Hal ini untuk
memudahkan ikan mencerna makanan yang diberikan. Pada minggu ke 12 benih ikan
Teknik panen yang digunakan di BBI yaitu panen selektif dan total. Adapun
Pemasangan jaring dilakukan pada waktu panen tiba, b. Pemberian umpan yaitu untuk
menarik benih agar terkumpul dalam jaring yang dipasang. c. Penarikan jaring
dilakukan dengan cara pengeretan bambu dari bagian sisi jaring satu ke bagian sisi
jaring yang terdapat di pinggir kolam. d. Penyortiran benih dilakukan dengan tujuan
8
dilakukan pengulangan tahap pemanenan sampai 70% benih terambil. Kemudian
benih yang tersisa dikolam dilakuan dengan cara panen total. Pembenihan di BBI
dilakukan pada kolam yang sama, dari pemijahan sampai pemanenan. Teknik
pembenihan ini cukup efektif dalam meminimalisir mortalitas larva ikan akibat
Produktivitas Ikan
Produktivitas adalah jumlah produksi per satuan luas per masa tanam.
diketahui dengan menganalisa mengenai luas lahan yang digunakan dan jumlah
dengan jumlah populasi 16.200 ekor, sehingga dihasilkan produksi biomassa 162.000
gram. Besar kecil hasil produksi tergantung dari berat ikan dan jumlah populasi ikan
di akhir penelitian. Ini menunjukan korelasi antara sintasan dengan laju pertumbuhan
ikan. Semakin berat bobot ikan dan semakin tinggi nilai sintasan maka produksi
biomasa akan semakin meningkat, dimana keduanya dipengaruhi oleh pakan, padat
tebar dan kondisi kualitas air. Nurhayati dkk (2019), indukan, cuaca dan pakan alami
memiliki nilai konsekuensi resiko 1,0 artinya penting dan tidak tergantikan
9
Berdasarkan data penelitian larva yang dihasilkan dari 80 indukan sebanyak
18.000 ekor, dengan hasil panen benih sebanyak 16.200 ekor. Sehingga hasil sintasan
yang dihitung menggunakan rumus yaitu 90%. Ini menunjukan sintasan ikan nila
nirwana di BBI terhitung tinggi dan tergolong baik. Hal ini diduga karena sintasan
ikan dipengaruhi oleh penanganan dalam proses pembenihan dan kondisi lingkungan
seperti kualitas air. Pendapat ini didukung Kordi (2010), bahwa tingkat sintasan yang
Minggawati dan Lukas (2012), lingkungan yang baik merupakan kompenen penting
Adapun angka mortalitas di BBI sekitar 10% dapat disebabkan faktor ruang
gerak yang semakin sempit karena adanya proses pertumbuhan, ikan mengalami stres
sehingga mengakibatkan daya tahan tubuh melemah dan berdampak pada kematian.
Dari tabel 4. menunjukan rasio konversi pakan di Balai Benih Ikan Cibiru
cukup baik yaitu sebesar 1,3. Dari data penelitian total pakan yang diberikan selama
pembenihan yaitu 210,6 kilogram dan total bobot ikan di akhir produksi 162
kilogram. Maka pakan yang digunakan untuk dapat menghasilkan 1 kilogram daging
Nilai rasio konversi pakan yang relatif kecil, dapat disebabkan strain nila
yang digunakan nila nirwana yang merupakan hasil seleksi dari nila GIFT dan nila
GET. Berdasarkan penelitian M’balaka dkk. (2012) nilai konversi pakan pada ikan
10
nila hasil seleksi lebih rendah jika dibandingkan dengan ikan nila non seleksi. Hal ini
menunjukan bahwa pakan dapat dimanfaatkan dengan baik dan lebih efisien
Berbeda dengan penelitian Hikmawati dkk (2019), pada ikan nila Gift yang
dipelihara pada salinitas air laut selama 28 hari menunjukan konversi rasio pakan
15,6. Hal ini memberikan informasi bahwa rasio konversi pakan di pengaruhi juga
oleh jenis ikan dan kondisi lingkungan. Menurut Agustin dkk (2016) bahwa jenis dan
Sahputra dkk (2017), menyatakan bahwa rasio konversi pakan dapat berubah lebih
tinggi seiring dengan perubahan lingkungan yang buruk akibat dari peningkatan stres
pada ikan. Menambahkan USAID (2011), indikasi baik dari pakan yang berkualitas
Kualitas Air
diukur meliputi parameter fisika dan kimia yaitu berupa suhu menggunkan
menggunakan DO meter. Pengukuran dilakukan pada pagi dan sore hari dengan tiga
dan kolam pendederan masih dalam kondisi normal dan dapat di tolerir baik oleh ikan
induk maupun benih. Berdasarkan data tabel 4.8. diketahui bahwa suhu air pada ke
11
tiga kolam yaitu 26°C. Adapun pH air kolam induk 7 sedangkan kolam pemijahan
dan pendederan 7,15 dengan oksigen terlarut kolam indukan 6,05 dan kolam
pemijahan juga pendederan 7,05 mg/l. Parameter air dalam proses pembenihan di
balai benih ikan sesuai dengan kelayakan air menurut Chakraborty dan Samir 2010,
dimana suhu berkisar 25-30°C, derajat keasaman 6,5-8,5 dan oksigen terlarut lebih
dari 5 mg/l. Hasil pengamatan menunjukan bahwa nilai parameter air di kolam
pemijahan dan pendederan memiliki angka yang sama dikarenakan pemijahan dan
SIMPULAN
bahwa produktsi ikan dengan teknik pembenihan menghasilkan benih ikan sebanyak
16.200 ekor, dengan biomasa 162.000 gram dan sintasan sebesar 90%. dengan Rasio
konversi pakan sebesar 1,3 dan kualitas air selama penelitian rata-rata suhu 26˚C pH
yang telah memberikan ijin penelitian dan ucapan terima kasih penulis tunjukan
kepada semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan penelitian sehingga penelitian
12
DAFTAR PUSTAKA
Dengan Debit Air Yang Berbeda Pada Sistem Budiddaya Minapadi di Dusun
61
Agustin, T.S., 2016, Dinamika Perubahan Kualitas Air terhadap Pertumbuhan Ikan
Chakraborty SB, Samir B. 2010. Effect of Stocking Density on Monosex Nile Tilapia
Demagi, K.A. 2019. Analisis Budidaya Ikan Nila Ras Wanayasa (NIRWANA) d
Ponegoro. Semarang
Handayani, R., Rejeki, S., dan Elfitasari, T. 2019. Evaluasi Kelayakan Usaha
13
Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang. Jurnal Sains Akuakutur Tropis.
3(1): 9-16.
Hikmawati., Patadjai, R.S., dan Balubi, A.M.. 2019. Uji Adaptasi Benih Ikan Nila
Khairuman, S.P dan Amri K. 2007. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Agromedia
Pustaka. Jakarta
Khairuman, S.P. dan Amri K. 2003. Pembenihan dan Pembesaran Gurame Secara
Terpal. ANDY.Yogyakarta.
Minggawati, I dan Lukas. 2012. Studi Kualitas Air untuk Budidaya Ikan Karamba di
M’balaka, M., Kassam, D., dan Rusuwa, B. 2012. The Effect of Stocking Density on
14
Pratiwi, R. Basuki, F dan Yuniarti, T. 2016. Analisis Karakter Refroduksi Hasil
Persilangan antara Ikan Nila Pandu F6 Dan Nila Merah Lokal Aquafarm
Robisalimi, A., Setyawan, P., dan Gunadi, B. 2016. Perfoma Pertumbuhan Ikan Nila
mossambicus), Ikan Nila Srikandi (O. aureus x O. niloticus), dan Ikan Nila
Sahputra, I., M. Khalil., dan Zulfikar. 2017. Pemberian Jenis Pakan yang Berbeda
Susanti Diani dan Pramu Sunyoto, 2005. Perbedaan Cara Panen Benih Ikan Nila Gift,
Tiana dan Narayana, Y. 2018. Tehnik Pemeliharaan larva Ikan Nila Genetically Male
Winarsih, W.H. 2010. Pengembangan Budidaya Nila Skala Rumah Tangga Untuk
15