Abstrak. Oreochromis niloticus tilapia is one of the most widely consumed aquaculture
commodities, because its meat is delicious, it is also a source of animal protein, and the price
is affordable for the community. Tilapia production reached 1,15 million tonnes, an increasi
of 3,6 % from 2016 which reached 1,14 million tons and was rankend second in aquaculture
production according to main commodities after biofloc catfish (DJPB 2018) this activity was
carried out from January 9 – February 13, 2023 at Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar
(BBPBAT) Sukabumi, West Java. I took the sultana tilapia commodity. Activities there included
brood reareng, brood spawning, larva rearing, as well seed packaging and transportation. The
survival rate that got in raising sultana tilapia seeds was 66,66% and for the larvae the survival
rate was 85,4% . The R/C Ratio obtained is 1,4 so that for every Rp1 issued, a receipt of Rp1,4
is received with a profit of 0,4 and payack period of 1,12 years.
I. PENDAHULUAN
Ikan nila Oreochromis niloticus merupakan salah satu komoditas budidaya perikanan yang
banyak dikonsumsi, karena dagingnya enak, juga merupakan sumber protein hewani, serta
harganya terjangkau oleh masyarakat. Selain itu, ikan nila disukai oleh konsumen karena
memiliki tekstur daging yang mirip dengan tekstur daging ikan kakap (Amri dan Khairuman
2008). Menurut data statistik (KKP 2017) produksi ikan nila mencapai 1,15 juta ton atau naik
sebesar 3,6% dari tahun 2016 yang mencapai 1,14 juta ton dan ada diurutan ke dua produksi
perikanan budidaya menurut komoditas utama setelah lele bioflok (DJPB 2018).
Ikan nila strain sultana merupakan singkatan dari (Seleksi Unggul Salabintana). Nila strain
sultana dikembangkan BBPBAT Sukabumi sejak tahun 2001 lalu, kemudian varietas nila ini
mendapat pengakuan dari KKP dengan keluarnya Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor KEP.28/MEN/2012 tentang pelepasan ikan nila strain sultana pada 7 juni 2012 (KKP
2012). Ikan nila ini memiliki beberapa keunggulan dari nila-nila lainnya seperti daya tahan
tubuh yang bagus, telurnya yang lebih banyak dan pertumbuhannya yang cukup cepat.
Menurut Sarifin (2011) ikan nila sultana merupakan hasil penelitian selama kurang lebih
10 tahun sejak 2001. Dan merupakan hasil persilangan 10 varietas nila unggul seperti nila
GIFT, JICA, gesit putih dan beberapa nila unggul lainnya. Nila Genetic Improvement of Farme
d Tilapia (GIFT) adalah hasil persilangan dari 8 varietas ikan nila dari beberapa negara di dunia
yaitu (Kenya, Israel, Senegal, Ghana, Singapura, Thailand, Mesir, dan Taiwan). Sedangkan
nila Japan for International Cooperation Agency (JICA) adalah hasil rekayasa genetis yang
dilakukan oleh Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi dan Japan for International
Cooperation Agency (JICA), sebuah lembaga donor dari Jepang. Dibandingkan GIFT,
pertumbuhan JICA lebih cepat 20%, adapun nila gesit yaitu kepanjangan dari Genetically
Supermale Indonesian Tilapia merupakan jenis unggulan superjantan. Mengapa disebut super
jantan, karena 98−100% telur yang dihasilkannya berjenis kelamin jantan
Tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Industri ini adalah untuk menambah ilmu, wawasan
serta pengalaman. Prakerin adalah kegiatan yang dilakukan mahasiswa secara langsung dalam
kegiatan kerja profesi pada suatu lembaga, perusahaan atau institusi dalam jangka waktu
1
tertentu sesuai dengan kurikulum.
II. METODE
Pemijahan Induk
Kriteria induk nila sultana yang akan dipijahkan adalah tingkah laku normal, tidak
cacat, tidak ada parasit yang menempel pada tubuhnya, dan tidak sakit. Induk betina yang
digunakan untuk pemijahan adalah yang memiliki bobot 400 g dengan umur minimal 10 bulan,
sedangkan induk jantan memiliki bobot minimal 800 g dengan umur minimal 12 bulan. Induk
jantan dan betina ditebar di kolam pemijahan dengan ukuran 26 m x 14 m x 1,5 m dengan
ketinggian air 0,58 m. Perbandingan antara induk jantan dan betina adalah 1:3 yaitu jantan 100
ekor dan betina 300 ekor. Pemijahan dilakukan dengan metode alami secara masal.
Pemeliharaan Larva
Proses pemeliharaan larva dimulai dengan persiapan wadah pendederan yang
mempunyai ukuran sebesar 48 m x 40 m x 1,60 m, proses ini meliputi pengeringan kolam selama
1 sampai 5 hari, pengapuran menggunakan kapur tohor dengan dosis 0,05 kg m-2, pemupukan
menggunakan pupuk dari kotoran puyuh dengan dosis 0,5 kg m-2, pemasangan saringan inlet dan
outlet serta pengisian air. Pemberian pakan pada tahap pendederan 1 menggunakan pakan tepung
komersial dengan merk dagang Hi-Pro-Vite PSP yang berukuran 0,29 mm dengan kadar protein
pakan 37%, lemak 2–4%, serat 3–5% dan kadar air 12%. Pemberian pakan dilakukan 2 kali
2
dalam sehari, yaitu pada pagi hari pukul 07.00–08.00 WIB dan sore hari pukul 15.00–16.00 WIB.
Cara pemberian pakan dikolam pendederan I adalah dengan mengelilingi kolam agar pakan
tersebar ke semua sisi kolam. Pakan ditebar searah dengan arah angin bertujuan supaya pakan
tidak terbuang.
Pemeliharaan Benih
Pemeliharaan benih dilanjutkan pada kolam yang sama, larva yang ditebar dikolam
pendederan diberi pakan sehari setelah penebaran. Pemberian pakan pada tahap pendederan 1
menggunakan pakan tepung komersial dengan merk dagang Hi-Pro-Vite PSP yang berukuran
0,29 mm dengan kadar protein pakan 37%, lemak 2–4%, serat 3–5% dan kadar air 12%.
Pemberian pakan dilakukan 2 kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari pukul 07.00–08.00 WIB
dan sore hari pukul 15.00–16.00 WIB.
Transportasi Benih
Proses pengangkutan benih menggunakan sistem pengangkutan tertutup. Wilayah yang
dapat dijangkau menggunakan transportasi darat dan membutuhkan waktu 1 sampai 12 jam
cukup menggunakan mobil bak terbuka yang dilengkapi dengan besi penahan pada bagian
samping serta sekat pada setiap tinkgatnya, sehingga plastik kemas ikan dapat ditumpuk
menjadi dua maupun tiga tingkat. Setiap tumpukan plastik kemas disekat menggunakan papan
kayu untuk menahan plastik agar tidak menumpuk dan tertekan sehingga dapat meminimalisir
kebocoran atau pecah.
Manajemen Pembenihan
Manajemen pembenihan meliputi wewenang kegiatan pembenihan, perencanaan
produksi, pengorganisasian seumber daya manusia (SDM) dan monitoring evaluasi yang ada
di lokasi kegiatan Praktik Kerja Industri (Prakerin).
Analisis Usaha
Analisis usaha meliputi biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, biaya total, keuntungan,
R/C ratio, payback periode (PP), harga pokok produksi (HPP), dan break event point (BEP).
3
Selanjutnya dilakukan pengeringan kolam, proses pengeringan kolam ini bertujuan untuk
memutuskan rantai bibit penyakit yang ada. Proses pengeringan ini selama 3-7 hari, lamanya
pengeringan dipengaruhi oleh cuaca, setelah proses pengeringan selesai dilanjukan dengan
pemupukan. Pupuk yang digunakan adalah kotoran puyuh dengan dosis 0,5 kg m-2. Wadah
pemeliharaan induk membutuhkan kotoran puyuh sebanyak 232 kg. Pemupukan dilakukan
dengan menyebarkan pupuk menggunakan tangan kedalam wadah pemeliharaan. Pemupukan ini
bertujuan untuk menumbuhkan fitoplankton. Setelah kegiatan pengapuran, pengeringan dan
pemupukan selesai, kegiatan selanjutnya adalah pengisian air. Pengisian air selama selama 2-3
hari.
Induk yang ditebar adalah induk yang berasal dari hasil pemeliharaan Balai Besar Perikanan
Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi. Jenis indukan yang digunakan yaitu nila sultana.
Bobot induk yang ditebar memiliki bobot rata-rata 2-3 kg ekor-1 dengan umur minimal 3-5 tahun.
Pemberian pakan pada ikan nila sultana berupa pelet apung dengan merek dagang Hi-Pro-Vite
781-2 yang berdiameter 3 mm, pakan buatan ini memiliki kandungan protein sebesar 31-33%,
lemak 4-6%, serat 3-5% dan kadar air 9-10%. Metode pemberian pakan yang digunakan adalah
pemberian pakan menggunakan tangan dengan cara disebar dengan cepat hal ini bertujuan agar
induk mendapatkan pakan secara merata.
Tabel 1 Data kualitas air pada wadah pemeliharaan induk ikan nila sultana Oreochromis
niloticus
Hasil SNI
Parameter Satuan
Inlet Outlet 7550:2009
Suhu °C 25,00 24,50 23-30
pH - 7,46 6,59 6,5-8,5
DO mg L-1 5,02 5,10 >5
-1
NH3 mg L 0,02 0,01 <0,02
Berdasarkan tabel diatas seluruh parameter yang diukur dari mulai suhu mendapatkan nilai
rata-rata 24,75°C, nilai pH 7,02, DO 5,06 mg L-1dan nilai NH3 0,015 mg L-1dan sudah sesuai
dengan ketetapan standar nasional indonesia (SNI 7550:2009 ).
4
07.00–08.00 WIB dan sore hari pukul 15.00–16.00 WIB. Pemanenan larva dilakukan dengan
memasang jaring hapa berwarna hijau yang berukuran 5 m x 5 m dan jaring hapa berwarna
hitam berukuran 1 m x 1m. Sehari sebelum dilakukan pemanenan air disurutkan terlebih dahulu
dengan mengganti pipa outlet dengan pipa paralon setinggi 120 cm. Setelah air kolam surut,
larva yang telah berkumpul di kobakan diambil menggunakan scoopnet dan dimasukan
kedalam ember/baskom besar yang telah diisi air secukupnya untuk dipindahkan kedalam hapa
penampungan.
Setelah selesai panen kegiatan berikutnya adalah menghitung hasil panen. Perhitungan
dilakukan dengan cara perhitungan volumentrik menggunakan gelas ukur 100 mL. Gelas ukur
diisi dengan air sebanyak 90 mL dan larva sebanyak 10 mL, setelah itu gelas ukur tersebut
dituangkan ke dalam baskom yang sudah diisi air sebanyak ± 3 L, lalu larva dihitung didalam
baskom untuk mengetahui kepadatan larva dalam satuan mL. Larva kembali ditakar
menggunakan gelas takar 380 mL kepadatan larva dikalikan dengan hasil takaran yang didapat
pada gelas takar ukuran 380 mL. Larva nila yang dipanen pada kolam pemijahan sebanyak
285.000 ekor dari 300 induk betina yang dipijahkan. Tingkat kelangsungan hidup (SR) dari
satu siklus pemeliharaan larva 85.4%
Seluruh parameter yang diukur dari mulai suhu mendapatkan nilai rata-rata 25,15°C, nilai
pH 7,1, nilai DO 5,6 mg L-1 dan NH3 0,02 mg L-1 telah sesuai dengan ketetapan Standar
Nasional Indonesia (SNI 7550:2009).
5
8 jam adalah 100 ekor L-1. Dan untuk lama pengiriman 8 sampai 12 jam dengan kepadatan 50
ekor L-1 perbandingan air dan oksigen adalah 1:2.
6
IV. KESIMPULAN
Kegiatan praktik kerja lapangan (PRAKERIN) pembenihan ikan nila sultana di Balai
Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT), Sukabumi selama 35 hari ini dapat menambah
ilmu serta wawasan mengenai teknik budidaya ikan nila sultana secara langsung, namun ada
permasalahan yang sering terjadi pada budidaya ikan nila sultana di BBPBAT Sukabumi ini yaitu
kekurangan wadah pemeliharaan. Kegiatan pembenihan di BBPBAT Sukabumi dapat
memproduksi benih sebanyak 3.036.000 ekor/tahun dengan harga jual Rp130,00/ekor. Selama 1
tahun kegiatan pembenihan ini dapat menghabiskan biaya produksi Rp269.001.576,44 dan
menerima keuntungan sebesar Rp125.678.423,56. R/C ratio dalam kegiatan pembenihan ini
adalah 1,4 dan payback period (PP) selama 1,12 tahun. Nilai-nilai tersebut menunjukan bahwa
usaha pembenihan ini menguntungkan.
V. SARAN
Sebaiknya pengecekan kualitas air, seperti mengukur pH, DO, suhu dan salinitas maupun
monitoring kesehatan ikan dilakukan secara rutin ataupun dilakukan seminggu sekali sehingga
jika ada kematian ikan nila sultana dapat diketahui penyebabnya dan dapat segera diatasi
permasalahannya.
DAFTAR PUSTAKA