Anda di halaman 1dari 12

https://journal.unram.ac.id/index.php/jmai/index.

E-ISSN : 2798-0553
VOLUME 3, NOMOR 1, FEBRUARI 2023

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA KEGIATAN BUDIDAYA IKAN NILA


NIRWANA (Oreochromis niloticus) SUPER INTENSIF

Feeding Management Of Super Intensive Tilapia Fish (Oreochromis Niloticus)


Culture

Muhammad Rifki Alhijrah1*, Andre Rachmat Scabra2

Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Mataram

Jl. Pendidikan - Dasan Agung Baru, Kec. Selaparang, Kota Mataram, Nusa
Tenggara Barat

Alamat korespondensi : andrescabra@unram.ac.id

ABSTRAK
Ikan nila adalah satu komoditas yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Permintaan
akan ikan nila berdasarkan tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, lantaran ikan
ini digemari dan dianggap pula menjadi aquatic chicken bahkan ini sudah dikenal
menjadi aquatic turkey. Kegiatan ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui Manajemen
Pemberian Pakan Benih Ikan Nila Nirwana (Oreochromis niloticus) Super Intensif Di
Tambak Desa Teratak, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah. Metode
pengumpulan data yang digunakan yaitu partisipasi aktif, observasi, dan wawancara.
Data yang diperoleh selama kegiatan dianalisis secara deskriptif. Kegiatan ini dimulai
dari persiapan kolam, persiapan media, persiapan benih, pengaplikasian bahan steroid,
herbal dan probiotik, serta pengelolaan kualitas air. Manajemen pakan benih ikan nila
nirwana diberikan sebanyak 3 kali sehari dengan pakan sebanyak 412 gram selama 21
hari dengan pakan yang dicampurkan dengan bahan steroid untuk maskuinisasi atau
pengarahan kelamin ikan nila dari betina ke jantan. Setelah melewati 21 hari benih ikan
diberikan pakan campuran probiotik dan herbal sebanyak 1,5 kg pakan untuk 11 petak
kolam benih. Padat tebar per petak kolam benih yaitu 140.000 ekor, dari jumlah padat
tebar tersebut jumlah ikan yang berhasil sampai pendederan atau pembesaran yaitu
sebanyak 110.000 ekor. Panjang ikan nila dari awal pemeliharaan sampai 1 bulan
pemeliharaan yaitu 2-3,5 cm. Pengelolaan kualitas dilakukan dengan penambahan
probiotik, herbal dan molase sebanyak 3 kali sehari sesuai dengan keadaan cuaca.

ABSTRACT
Tilapia is a commodity that has a high selling value. The demand for tilapia from year to
year continues to increase, because this fish is popular and is also considered to be

13
aquatic chicken, even this has been known as aquatic turkey. This Field Work Practice
aims to find out the Management of Super Intensive Nila Tilapia (Oreochromis niloticus)
Feeding in Tambak Teratak Village, North Batukliang District, Central Lombok Regency.
This street vendor activity was carried out from 15 July 2021 to 14 August 2021 in the
ponds of Teratak Village, North Batukliang District, Central Lombok Regency. Data
collection methods used are active participation, observation, and interviews. Data
analysis used is descriptive analysis. This activity starts from pond preparation, media
preparation, seed preparation, steroid application, herbs and probiotics, as well as water
quality management. Management of Nirvana tilapia seed feed was given 3 times a day
with 412 grams of feed for 21 days with feed mixed with steroid to masculinize or change
the sex of tilapia from female to male. After 21 days, the fish fry were given a mixture of
probiotics and herbs as much as 1.5 kg of feed for 11 seed pond plots. The stocking density
per seed pond plot was 140,000 individuals, of the total stocking density, the number of
fish that managed to reach nursery or grow-out was 110,000 individuals. The length of
tilapia from the beginning of maintenance to 1 month of rearing is 2-3.5 cm. Quality
management is carried out by adding probiotics, herbs and molasses 3 times a day
according to weather conditions.

Kata Kunci Ikan nila nirwana, manajemen pakan, pemeliharaan, persiapan pemeliharaan,
pertumbuhan
Keywords Tilapia nirvana, feed management, rearing, rearing preparation, growth
Tracebility Tanggal diterima : 10/1/2023. Tanggal dipublikasi : 20/2/2023
Panduan Alhijrah, M. R., & Scabra, A. R. (2023). Manajemen Pemberian Pakan Pada
Kutipan Kegiatan Budidaya Ikan Nila Nirwana (Oreochromis Niloticus) Super
(APPA 7th) Intensif. Jurnal Media Akuakultur Indonesia, 3(1), 13-24.
http://doi.org/10.29303/mediaakuakultur.v3i1.2348

PENDAHULUAN
Salah satu jenis ikan air tawar yang sangat banyak dibudidayakan saat ini adalah
ikan nila (Oreochromis niloticus) karena banyak diminati oleh masyarakat.
Perkembangan budidaya ikan nila meluas diberbagai negara, seperti Thailand, Vietnam,
maupun Indonesia (Rukmana, 1997 dalam Amalia et al., 2018).
Keunggulan ikan nila yaitu memiliki rasa yang spesifik, daging padat, mudah disajikan,
tidak mempunyai banyak duri, mudah didapatkan serta harganya yang relatif murah
(Yans, 2005 dalam Nurhatijah et al., 2022). Daging ikan nila memiliki kandungan protein
17,5%, lemak 4,7%, dan air 74,8%. Jumlah produksi ikan nila didunia tahun 2015
mencapai 5.576.800 mt dimana Indonesia menjadi pemasok ikan nila terbesar ke 2 pada
didunia setelah China jumlah produksi yang dihasilkan sebanyak 1.100.000 mt (FAO,
2016 dalam Robisalmi et al., 2020 ).
Pengembangan budidaya ikan nila pada perairan tawar diharapkan mampu
meningkatkan sumber produksi ikan nila sebagai sumber protein bagi masyarakat
sekaligus dapat memanfaatkan lahan yang tidak produktif . Harga ikan nila di pasaran tau
di tempat budidaya bisa didapatkan dengan harga Rp 25.000 sampai Rp 30.000 . Harga
jual tersebut masih dibilang terjangkau untuk masyarakat. Budidaya ikan nila juga
bertujuan untuk memenuhi permintaan yang semakin meningkat .

14
Keberhasilan suatu budidaya ikan tergantung pada penyediaan pakan dalam
jumlah yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Pakan merupakan salah satu unsur yang
mempengaruhi perkembangan ikan budidaya. Pakan yang berkualitas baik merupakan
salah satu elemen kunci yang menentukan keberhasilan budidaya ikan. Cara terbaik
untuk menghemat biaya pakan adalah menggunakan pakan secara efektif dengan
memilih jenis, jumlah, dan frekuensi pakan yang sesuai dengan kebutuhan dan kebiasaan
makan dari komoditas ikan yang dibudidayakan (Fradina & Latuconsina, 2022). Oleh
karena itu, dalam melakukan budidaya ikan nila , maka dari itu perlu diperhatikan lagi
manajemen pemberian pakan sebagai penunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan nila yang dibudidayakan.
Meskipun ikan nila merupakan komoditas yang mudah dibudidayakan ada
beberapa faktor yang dapat menghambat keberhasilan usaha budidaya ikan nila seperti
kulaitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Pakan yang memiliki kualitas yang baik
seperti kadar protein sesuai dengan kebutuhan ikan akan menunjang pertumbuhan ikan
yang baik dan cepat serta kuantitas pakan seperti banyak dan sedikitnya jumlah pakan
yang diberikan serta frekunsi pemberian pakan harus terukur sesuai denga umur dan
ukuran ikan yang dibudidayakan. Oleh karena itu kegiatan ini sangat penting untuk
dilakukan guna mengetahui manajemen pemberian pakan yang baik pada budidaya ikan
nila nirwana (Oreochromis niloticus) super intensif. Kegiatan ilmiah ini diharapkan dapat
memberikan informasi pada kegiatan budidaya ikan nila super intensif khusunya pada
kegiatan manajemen pemberian pakan.

METODOLOGI
Kegiatan ilmiah ini dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 2021 sampai 14 Agustus 2021
bertempat di tambak ikan nila, Desa Teratak Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten
Lombok Tengah. Metode yang digunakan pada kegiatan ini adalah metode deskriptif dan
partisipatif. Jenis data yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah data
sekunder dan data primer. Data primer dalam Iilmiah ini didapatkan dari observasi,
wawancara, dan partisipasi aktif. Observasi yaitu dengan mengamati, melakukan, dan
mendokumentasikan kegiatan seluruh kegiatan pemeliharaan benih terutama manajemen
pemberian pakan benih ikan nila nirwana. Wawancara dilakukan dengan cara tanya
jawab mengenai seluruh kegiatan pemeliharaan benih mulai dari persiapan media,
manajemen pemberian pakan benih dan hambatan atau masalah yang yang ditemukan
pada saat pemeliharaan benih. Partisipasi aktif dalam kegiatan ilmiah ini dilakukan
dengan mengikuti secara langsung kegiatan di pembudidaya ikan nila nirwana dimulai
dari persiapan kolam, persiapan media, persiapan benih, pengaplikasian bahan steroid,
herbal dan probiotik , serta pengelolaan kualitas air. Data sekunder dalam ilmiah ini yaitu
dokumen dari instansi dan beberapa literatur jurnal maupun penelitian terdahulu yang
digunakan sebagai pembanding dengan data yang diperoleh selama melakukan kegiatan
Iilmiah.

15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kolam benih ikan nila nirwana
Persiapan lahan adalah kegiatan yang
paling awal dilakukan pada kegitan budidaya
ikan nila nirwana.Persiapan lahan harus
dilakukan dengan baik dan mengikuti
prosedur yang telah ditentukan ditambak.
Karena hal ini aspek yang dikatakan
berpengaruh besar pada tahap budidaya
benih ikan nila nirwana. Kegiatan persiapan
lahan meliputi pengeringan kolam,
pembersihan kolam, pengapuran
kolam,pemasangan outlet kolam, pengisian Gambar 1. Kolam Pemeliharaan benih
air, dan pengolahan air.
Kolam Budidaya yang digunakan pembudidaya adalah kolam dengan
menggunakan system super intensif . Kolam dengan system super intensif merupakan
kolam dengan kepadatan tinggi dan menggunakan kolam beton dan dilapisi terpal Hight
Densitry Polyethilene (HDPE).
Pengeringan dan pembersihan kolam
Pengeringan kolam merupakan langkah awal dalam persiapan kolam.
Pengeringan dilakukan dengan membuka outlet yang terletak dibagian ujung kolam.
Setelah air pada kolam telah terkuras habis kolam dibersihkan dengan mengarahkan
kotoran dari ujung inlet kebagian outlet dengan menggunakan air bersih dengan ember
atau semprotan dari pompa air dan disikat bagian dinding kolam agar lumut atau kotoran
tidak menempel dibiarkan terpapar sinar matahari selama satu sampai dua hari agar gas-
gas beracun menguap dan tidak meracuni benih ikan pada saat pemeliharaan. Hal in
isesuai dengan pernyataan Ismail (2016) pembersihan kolam dilakukan sampai kolam
benar-benar kering dan dibilas dengan air bersih . Hal tersebut ditujukan untuk
membasmi hama dan penyakit yang masih menempel di dasar kolam dan dinding kolam.

Gambar 2. Pengeringan dan pembersihan kolam


Pengapuran kolam
Kapur yang digunakan adalah kapur dolomite dengan frekuensi 2,5 kg untuk satu
petak kolam. Pengapuran dilakukan dengan melarutkan 2,5kg kapur dengan air didalam
16
ember kemudian diaduk. Kemudian ditebar pada kolam menggunakan gayung baik pada
tengah kolam dan dinding kolam lalu dibiarkan selama 1 hari penuh. Fungsi dari
pengapuran itu sendiri untuk menghilangkan hama, meningkakan pH , menambah
unsure kalsium dan magnesium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ummari et al. (2017)
Pengapuran pada kolam adalah suatu cara untuk mengatasi penurunan kadar pH pada
perairan. Kapur dolomit adalah kapur yang penggunaannya biasa dipakai dalam
pertanian untuk mengurangi tingkat asam tanah serta menambah unsur kalsium dan
magnesium pada kolam pada saat pemeliharaan.

Gambar 3. Penimbangan dan Pelarutan kapur


Pemasangan pipa outlet
Pemasangan pipa outlet dengan ukuran 4 inch kemudian bagian atas disambung
dengan pipa yang lebih pendek yang telah dipasangi jaring. Hal tersebut dilakukan saat
pengisian, air tidak melewati batas tinggi yang telah ditentukan dan ikan tidak terbawa
oleh air.
Pengisian dan persiapan media pemeliharaan
Pengisian air dilakukan selama 1-2 hari dengan pipa ukuran 1 inch dan air
bersumber dari sungai yang di sedot menggunakan pompa summersible yang bisa
mengangkut air dari ketinggian 6 meter. Pengisian air dilakukan sampai
ketinggian 50-60 cm .
Tabel 1. Frekuensi pemberian campuran probiotik
No Larutan Dosis
1 POC 50-100ml/m3
2 POK 100ml/m3
3 Molase 20ml/m3

17
Pembudidaya membudidayakan ikan
dengan sistem bioflok dimana sistem ini
membantu dalam menumbuhkan pakan alami
pada media pemeliharaan sekaligus sebagai
pengatur kualitas air pada pemeliharaan benih
ikan nila. Persiapan dilakukan agar pakan alami
bisa tumbuh pada perairan kolam sebagian
pakan tambahan bagi benih ikan . Formulasi yang
dipakai yaitu probiotik , POK dan molase .
Larutan tersebut dicampur rata sesuai dengan
dosis yang ditentukan. Dosis yang diberikan
yaitu probiotik (POC) 50-100ml/m3 , molase
20ml/m3 dan POK 100ml/m3. Larutan tersebut
dibuat dengan baha-bahan yang baik bagi
perairan seperti molase , SP36, ZA, ragi tape,
bubuk lactoba, dan probak yang dicmpur dalam Gambar 4. Penebaran Probiotik
drum ukuran 200liter dengan dosis masing-
masing bahn sudah ditentukan. Pemberian
larutan ini dilakukan sehari sebelum benih ikan ditebar 3 hari sekali tergantung dari
keadaan cuaca. Sesuai dengan pernyataan Panggabean et al. (2016) mikroba atau bakteri
yang ada pada pupuk hayati cair adalah jenis Bacillus sp. Bakteri ini adalah jenis bakteri
aerob yang bisa didapatkan di alam dan tada juga diproduksi secara komersial serta
efektif sebagai agen biologi dalam pengolahan limbah organik pada perairan

Persiapan benih
Persiapan benih dilakukan dengan pengambilan benih pada kolam induk yang
sudah memijah dengan menggunakan jaring. Kemudian jaring diletakkan di salah satu
sudut kolam. Benih ikan disortir terlebih dahulu di jaring tersebut menggunakan serokan,
ikan yang bisa keluar dari lubang serokan tersebut adalah benih ikan yang berukuran
1cm. benih ikan dimasukkan ke dalam drum berisi air yang sudah tercampur methylen
blue mengantisipasi infeksi luka akibat penjaringan pada bagian tubuh ikan . Benih ikan
tersebut kemudian ditebar menenggelamkan setengah bagian drum dan biarkan benih
ikan keluar dengan sendirinya .Kepadatan satu petak kolam yaitu 140.000 ekor benih.

Gambar 5. Pengambilan dan sortir benih

18
Pengaplikasian bahan steroid diaplikasikan pada proses maskulinisasi
menggunakan metode oral. Dosis yang digunakan adalah 30mg/kg. Bahan steroid dalam
keadaan padat di lebur menggunakan alcohol 95%, kemudian ditimbang sebanyak 3
gram untuk 1kg pakan. Kemudian dilarutkan bahan steroid meggunakan alcohol 70%
sebanyak 10ml. Larutan tersebut dimasukkan kedalam wadah sparay kemudian di
semprotkan pada pakan tepung dan diratakan . Pembuatan pakan ini dibuat sebanyak
10kg dengan masa pemakaian selama 8 hari. Hal ini dinyatakan oleh Mangaro et al.
(2018) maskulinisasi ikan nila hingga 100persen dengan pemberian pakan yang
dicampur dengan hormon 17αbahan steroid sebanyak 50 mg/kg. perendaman bahan
steroid dilakukan dengan dosis 10 mg/ltr, sebelum dilakukan perlakuan hormon perlu
diencerkan dengan alkohol 70 persen.
Pengaplikasian Herbal dan probiotik pada pakan dilakukan setelah benih ikan
melewati monosex . Penggunaan herbal dan probiotik ini dengan dosis 20ml/kg pakan
bertujuan untuk meningkatkan nafsu makan ikan dan dicerna dengan baik dan tidak
kalah pentingnya penggunaan herbal dan probiotik bertujuan untuk meningkatkan
kekebalan pada ikan terhadap cuaca ektrem dan limbah yang dihasilkan tidak berbahaya
bagi lingkungan . Bahkan limbah yang dihasilkan ketika dikeluarkan melalui outlet
berguna bagi tanaman sekitarnya. Hadi & Wijaya (2012) dalam Harmilia et al., (2019)
menyatakan bahwa pertumbuhan berat ikan bandeng lebih optimal pada perlakuan
penambahan probiotik EM-4 dan menunjukan pengaruh lebih signifikan dibandingkan
hanya dilakukan penambahan vitamin pada pakan. Penambahan probiotik pada pakan
benih ikan gabus tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak,
namun berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak.

Pemeliharaan
Pemeliharaan benih berukuran 1cm pada kolam super intensif berbentuk persegi
panjang dengan ukuran 23 m3 sebanyak 11 kolam dengan kepadatan perpetak kolam
yaitu 140.000 ekor benih . Pada kolam ini benih ikan harus melewati proses monosex
selama 21 hari sebelum di pindahkan ke pendederan selanjutnya . Proses monosex
dilakukan dengan system oral dimana diberikan pakan khsusus . Proses ini dilakukan
agar didapatkan ikan jantan dikarenakan ikan dengan kelamin jantan memiliki
pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan betina . Setelah melewati monosex
akan diberi pakan tepung dengan campuran herbal. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Mangaro et.al (2018) Budidaya menggunakan penentuan pemeliharaan ikan secara
tunggal kelamin merupakan pemilihan pemeliharaan benih ikan nila jantan saja
dikarenakan pertumbuhannya lebih cepat dan ukurannya lebih besar dibanding nila
betina.Pengaplikasian sex reversal buat maskulinisasi dalam benih ikan bisa dilakukan
memakai bahan sintetis hormon bahan steroid secara oral (melalui pakan), perendaman
( stadia embrio, larva atau induk) dan penyuntikan ikan.

19
Gambar 6. Ukuran benih ikan Nila pada awal dan akhir pemeliharaan
Pemeliharaan
Manajemen pakan pada pemelihaaran benih ikan nila yang dilakukan pertama kali
yaitu pemilihan pakan . Pakan yang digunakan harus memiliki protein tinggi mengadung
bahan-bahan yang dapat menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih .
Kemudian digunakan formulasi pencampuran pakan menggunakan probiotik dan herbal
agar pakan yang diberikan dapat optimal dan tercerna dengan baik serta tidak menjadi
limbah berbahaya bagi perairan yang mempegaruhi kualitas air . Adapun cara
memanajemen pemberian pakan dengan megetahui jenis pakan , waktu dan frekuensi
pemberian, serta pengaplikaasian bahan steroid, herbal dan probiotik sebagai campuran
pakan buatan.
Jenis pakan buatan yang digunakan pembudidaya yaitu pakan yang memiliki
protein . Dengan memperhatika kadungan yag ada dalam pakan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan ikan.

Tabel 3. Kandungan jenis pakan


Kode pakan Protein Merk
-0 38% STP PV pakan udang

Pakan buatan yang digunakan yaitu pakan tepung udang (-0) dengan kandungan
protein sebanyak 38% yang terbilang cukup tinggi sebagai pendukung untuk
pertumbuhan benih ikan nila . Hal ini dinyatakan Noviana et al. (2014) Pertumbuhan
yang terjadi pada ikan nila sangat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pakan. Efisiensi
pemanfaatan nutrisi pada pakan adalah faktor krusial pada kenaikkan pertumbuhan.
Pada stadia benih ikan nila membutuhkan pakan yang memiliki kandungan protein
tinggi. Menurut Ghufran & Kordi (2007) dalam Noviana et al., (2014) benih nila berumur
±dua bulan diberikan pakan buatan (granular) berkadar protein 25-50persen. Jenis dan
komposisi pakan pula harus sinkron menggunakan ketersediaan enzim pada saluran
pencernaan ikan, akibatnya pakan akan dicerna dengan baik dan tenaga yang dihasilkan
untuk pertumbuhan semakin besar.

20
Waktu dan frekuensi pemberian pakan
Tabel 4. frekuensi pemberian pakan
Umur Frekuensi Waktu (WITA)
1-21 hari 3 kali sehari 08.00
12.00
17.00
22-panen 2 kali sehari 08.00
17.00

Waktu dan frekuensi pemberian pada benih dibedakan menjadi dua yaitu pada
proses monosex dan setelah monosex serta kebutuhan nutrisi yang berbeda pula. Hal ini
dikarenakan dengan frekuensi 3 kali sehari dan dilakukan sampai hari ke-21
maskulinisasi ikan bisa dikatakan berhasil yaitu dari betina kejantan . Kemudian di
lanjutkan dengan frekuensi dan waktu pemberian setelah monosex dilakukan 2 kali
sehari sampai panen.

Metode pemberian pakan


Metode pemberian pakan yang diterapkan oleh pembudidaya yaitu manual dengan
menaruh pakan di gayung lalu ditebar menggunakan sendok sayur yang telah
dimodifikasi. Pemberian pakan secara manual juga lebih bagus karena frekuensi
pakannya bisa diatur sedsuai kebutuhan, sedangkan jika menggunakan alat frekuensi
pakannya tidak bisa diatur. Hal ini sama dengan pendapat Mundriyanto et al. (2017) yang
menerangkan “Frekuensi makan bisa diatur sinkron menggunakan kebutuhan
sedangkan bila menggunakan memakai alat, frekuensi makan tidak bisa diatur namun
tergantung dalam keaktifan ikan”.
Pemberian pakan pada awal pemindahan benih ke kolam pedederan dilakukan
penebaran pakan pada seluruh kolam, itu dilakukan agar mengetahui aroma pakan.
Setelah dilakukan selama beberapa hari, pakan diberikan pada suatu titik. Hal ini
bermaksud agar ikan berkumpul pada satu titik. Pemberian pakan dilakukan secara
perlahan dengan tujuan agar pakan dimakan habis tidak ada yang tenggelam. Hal
tersebut dikarenakan pakan yang tenggelam dapat menjadi endapan dan menjadi
limbah. Penebaran pakan dengan selang waktu yang tepat akan mempercepat
pertumbuhan dan efisiensi pakan. Hal ini sependapat dengan Mundriyanto et al. (2017)
yang menerangkan “Frekuensi dan selang ketika makan yang sempurna akan
meningkatkan kecepatan per-flora dan derajat efisiensi pakan yang diberikan”.

Jumlah pemberian pakan


Pemberian pakan yang diberikan pada saat pemeliharaan benih ikan pada saat
maskulinisasi dan pada saat dipindahkan ke kolam pendederan berbeda yaitu 412 gram
yang sudah dicampur dengan bahan steroid untuk sekali pemberian pada benih yang
sedang dilakukan maskulinisasi ,sedangkan benih yang sudah dipindahkan ke kolam
pendederan diberikan pakan sebanyak 1,5 kg yang sudah di campur dengan probiotik
dan herbal . Jumlah pemberian pakan dilakukan dengan metode ad satiation atau
sekenyangnya.

21
Pertumbuhan benih
Pertumbuhan benih ika nila berukuran 1cm dipengaruhi oleh kualitas dan banyak
pakan yang diberikan. Dari hasil pengamatan pada awal budidaya didapatkan benih ikan
nila dengan ukuran 1cm dengan berat 42gr/1000 ekor ikan dan didapatkan pada akhir
pengamatan benih ikan nila dengan ukuran 2-3,5cm dengan berat 350gr-
400gr/1000ekor ikan. Dari pertumbuhan benih ikan tersebut bahwa pakan berpengaruh
terhadap pertumbuhan baik dari segi panjang dan berat benih ikan. Hal ini sejalan dengan
pernyataan Mulyani et al. (2014) Pakan menjadi sumber utama energi tumbuh adalah
komponen pengeluaran dalam produksi yang jumlahnya tidak sedikit. Pakan komersil
juga mempunyai kandungan protein, sebagai akibatnya apabila manajemen pakan
kurang baik maka bisa mengakibatkan akumulasi amonia yang meningkatkan kecepatan
penurunan kualitas air. Pengukuran panjang dilakukan di awal dan akhir pemeliharaan
dengan rumus menurut Effendie (2002) dalam Mulyani et al. (2014) :
- Kelangsungan hidup
Dari hasil wawancara bahwa kelangsungan hidup benih ikan nila sampai ke tahap
pembesaran yaitu 110.000 ekor dari padat tebar awal 140.000 ekor .Kelangsungan
hidup yang didapatkan selama pemeliharaan benih ikan nirwana digunakan rumus
meurut Effendie (2002) dalam Mulyani et al. (2014) :

𝑁𝑡
SR = 𝑁𝑜x 100%
110.000
SR = x 100%
140.000

= 78,5 %
Ket : SR = Kelangsungan Hidup (%), Nt = Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan
(ekor), No = Jumlah ikan pada awal pemeliharaan (ekor).

- Pertumbuhan bobot dilakukan pada akhir pemeliharaan benih ikan nila. Rumus yang
digunakan meurut Effendie (2002) dalam Mulyani et. al. (2014) :
W= Wt-Wo
W = 0,35gr – 0,042gr
= 0,308gr
Ket : W = pertumbuhan bobot (gr), Wt = bobot akhir ikan (gr), Wo = bobot awal ikan
(gr)

Kualitas air
Pengukuran kualitas air merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengontrol
agar kualitas air tetap terjaga . Kualitas air juga sangat berperan penting dalam kegiatan
budidaya . Didapatkan suhu air 26℃ dimana suhu ini masih terbilang stabil untuk
budidaya ikan air tawar seperti ikan nila . Azhari et al. (2018) mengatakan kisaran suhu
yang baik untuk ikan air tawar adalah 25-30℃ Pengukuran suhu diambil pada 1 kolam
saja dikarenakan letak kolam yang sama atau sejajar .

22
Pengukuran kualitas selanjutnya yaitu
DO dilakukan pada dua titik yaitu inlet dan
outlet dikarenakan kisaran DO pasti akan
berbeda . Pada kolam monosex didapatkan
DO pada inlet 4,89mg/l dan outlet 3,90mg/l
. Oksigen terlarut yang didapatkan masih
dalam batas toleransi. Hal ini sesuai (Popma
dan Masser, 1999) dalam Mulqan et al.,
(2017) ikan nila dapat bertahan hidup pada
kandungan oksigen terlarut (DO) lebih dari
0,3 mg/l, sangat dibawah batas toleransi
untuk kebanyakan ikan budidaya. Walaupun
ikan nila dapat bertahan hidup pada
kandungan oksigen rendah pada beberapa Gambar 7. Pengukuran suhu dan DO
jam, kolam ikan nila harus diatur untuk
mempertahankan kandungan oksigen
terlarut di atas 1 mg/l.

Pengukuran pH didapatkan pada saat kegiatan


berlangsung yaitu 8,13 . sesuai dengan pernyataan Effendi
(2003) dalam Mulqan., (2017) bahwa kisaran pH yang
optimal untuk pemeliharaan ikan nila 6-8,5.. Jika pH pada
perairan tidak optimal maka ikan akan mudah stress,
terserang penyakit serta produktivitas pertumbuhannya
rendah sehingga pH memiliki peranan penting dalam
perikanan karena behubungan dengan pertumbuhan dan
produktivitas.

Gambar 8. Pengukuran pH

KESIMPULAN
Dari kegiatan yang dilakukan dalam budidaya benih ikan nila nirwana. Pemberian
pakan benih dengan panjang 1cm yang dipelihara selama 1 bulan harus melewati tahap
monosex selama 21 hari dengan pemberian pakan yang dicampur bahan steroid tiga kali
sehari pada waktu 08.00 WITA, 12.00 WITA , dan 17.00 WITA sebanyak 310-432 gram
untuk 11 kolam pemeliharaan . Setelah melewati tahap monosex benih ikan diberi pakan
dengan campuran probiotik dan herbal dua kali sehari pada pukul 08.00WITA dan 17.00
WITA sebanyak 1,5kg sekali pemberian dengan metode ad satiation.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, R., Amrullah., & Suriati. (2018). Manajemen Pemberian Pakan Pada Pembesaran
Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Prosiding Seminar Nasional Sinergitas
Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Makassar: 9-10 April 2018. 252-
257.
Azhari, D., & Tomasoa, A. M. (2018). Kajian Kualitas Air dan Pertumbuhan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) yang Dibudidayakan dengan Sistem Akuaponik. Akuatika
Indonesia, 3(2), 84. https://doi.org/10.24198/jaki.v3i2.23392

23
Fradina, I. T., & Latuconsina, H. (2022). Manajemen Pemberian Pakan pada Induk dan
Benih Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Instalasi Perikanan Budidaya, Kepanjen
- Kabupaten Malang. Journal of Science and Technology, 3(1), 39-45.
Harmilia, E. D., Helmizuryani., & Ahlan, A. (2019). Pengaruh Dosis Probiotik Pada Pakan
Komersil Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). Jurnal
Fiseries, 8(1), 9-13.
Ismail, & Khumaidi, A. (2016). Teknik Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus Carpio L) Di Balai
Benih Ikan (Bbi) Tenggarang Bondowoso. Jurnal Ilmu Perikanan, 7(1), 27–37.
Http://Www.Samakia.Aperiki.Ac.Id/Index.Php/Jsapi/Article/View/44
Mangaro, R., Sinjal, H. J., & Monijung, R. D. (2018). Maskulinisasi Dengan Menggunakan
Metode Perendaman dan Oral Terhadap Perubahan Kelamin Ikan Nila
(Oerochromis niloticus). Jurnal Lmiah Platax, 6(1), 117–122.
Mulqan, M., Rahimi, S. A. E., & Dewiyanti, I. (2017). Pertumbuhan dan Kelangsungan
Hidup Benih Ikan Nila Gesit (Oreochromis niloticus) Pada Sistem Akuaponik
Dengan Jenis Tanaman Yang Berbeda. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan dan
Perikanan Unsyiah, 2(1), 183-193.
Mulyani S.Y., & Yulisman, M. F. (2014). Pertumbuhan Dan Efisiensi Pakan Ikan Nila
(Oreochromis Niloticus) Yang Dipuasakan Secara Periodik Growth. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 2(1), 1–12.
Mundriyanto, H., Rusmaedi, R., Sularto, S., & Praseno, O. (2017). Pengaruh Cara Pemberian
Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Di Kolam Tadah
Hujan. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 2(3), 18-25.
https://doi.org/10.15578/jppi.2.3.1996.18-25
Noviana, P., Subandiyono., & Pinandoyo. (2014). Pengaruh Pemberian Probiotik Dalam
Pakan Buatan Terhadap Tingkat Konsumsi Pakan Dan Pertumbuhan Benih Ikan
Nila (Oreochromis niloticus). Journal of Aquaculture Management and Technology.
3(4), 183-190.
Nurhatijah., Mulyanti., Endiyani., & Supriatna, A. (2022). Pertumbuhan Ikan Nila Nirwana
(Oreochromis Niloticus) Pada Sistem Bioflok Dengan Sumber Karbon Eksternal
Dari Tepung Sorgum Manis (Sorghum bicolor). Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia,
10(1), 25-36.
Panggabean, T. K., Dwi, A., Sasanti., & Yulisman. (2016). Kualitas Air, Kelangsungan
Hidup, Pertumbuhan, Dan Efisiensi Pakan Ikan Nila Yang Diberi Pupuk Hayati
Cair Pada Air Media Pemeliharaan. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1),
152–158.
Robisalmi, A., Gunadi, B., & Setyawan, P. (2020). Evaluasi Performa Pertumbuhan Dan
Heterosis Persilangan Antara Ikan Nila Nirwana (Oreachromis Niloticus) Betina
Dengan Ikan Nila Biru (Orechromis Aureus) Jantan F2 Pada Kondisi Tambak
Hipersalinitas. Ilmu-Ilmu Hayati, 19(1), 1–11.
Ummari, Z., Marsi, & Dade, J. (2017). Used of Dolomite [CaMg (CO3)2] on Acid Sulfate Soil
Pond to Improve Water Quality for Rearing Catfish (Pangasius sp.). Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia, 5(2), 196–208.

24

Anda mungkin juga menyukai