Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH SEMINAR PROPOSAL PRAKTIK AKHIR

PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERIKANAN


POLITEKNIK AHLI USAHA PERIKANAN

PENDAMPINGAN KELOMPOK PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias sp) DALAM


PENGGUNAAN PROBIOTIK GUNA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DI
KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN MALANG
PROVINSI JAWA TIMUR *)
Oleh : Istikomah Nisa Tsalasa **)
Pembimbing : 1. Ganjar Wiryati, S. ST, M. Si ***)
2. Sopiyan Danapraja, S. St. Pi, M. St. Pi
****)

I. PENDADULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecamatan Pagelaran salah satu dari 33 kecamatan yang ada di Kabupaten Malang.
Kecamatan Pagelaran memiliki luas wilayah sebesar merupakan kecamatan termuda di
wilayah Kabupaten Malang dibandingkan dengan kecamatan yang lain. Wilayah perikanan
di Kecamatan Pagelaran mempunyai lahan-lahan yang cukup potensial untuk kegiatan
perikanan. Luas wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan Pagelaran ± 4.915 ha, yang terdiri
dari lahan sawah 2.650 Ha, lahan kolam 23 Ha dan 2.242 Ha lahan darat. Wilayah
Kecamatan Pagelaran mempunyai ketinggian antara 340 m – 395 m diatas permukaan laut,
dengan tingkat kemiringan rata-rata kurang dari 4% dan beda tinggi dari satu tempat dengan
lainnya yang paling ektrim tidak lebih dari 25 m sehingga termasuk wilayah datar Dari total
jumlah penduduk di Kecamatan Pagelaran, terdapat 87 RTP (Rumah Tangga Perikanan)
Yang terbentuk menjadi 8 kelompok perikanan yang tersebar di 8 desa di Kecamatan
Pagelaran (Effendi, 2020).

Menurut Monografi Kecamatan Pagelaran (2020) Produksi ikan lele di Kecamatan


Pagelaran tahun 2020 yaitu sebanyak 840 kwt/tahun, namun menurut informasi dari
pembudidaya rata-rata Survival rate (SR) pembesaran ikann lele masih rendah yaitu
sebesar 75%. Jika Survival rate (SR) ikan lele dinaikkan kemungkinan menjadi besar lagi
hasilnya. Ikan lele merupakan ikan yang banyak dikonsumsi, permintaan pasar ikan lele
mengalami kenaikan setiap tahunnya, sehingga produksi ikan lele perlu ditingkatkan lagi,
terutama pada proses pembesarannya. Pakan merupakan salah satu unsur terpenting
dalam budidaya ikan lele yang menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele.
Agar pakan dapat bekerja secara maksimal dan menambahkan bobot ikan diperlukan
suplemen penambah yaitu probiotik.

Berdasarkan hasil identifikasi dilapangan didapatkan tiga aspek permasalahan utama


sebagai berikut aspek pertama yaitu Kurangnya pengetahuan dan kemampuan
pembudidaya dalam melakukan usaha pembesaran ikan lele. Aspek kedua yaitu rendahnya
survival rate (SR) mengakibatkan rendahnya hasil panen serta meruginya pembudidaya
dalam usaha budidaya pembesaran ikan lele. Aspek ke tiga yaitu pembudidaya belum
mengetahui cara pengoprasian media sosial untuk melakukan pemasaran.

1.2 Rumusan Masalah

a. Kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan sikap mengenai cara budidaya ikan


yang baik sehingga produktivitas belum maksimal
b. Pembudidaya belum mengetahui penggunaan probiotik pada pakan dan air,
sehingga kualitas air buruk dan ikan mudah terserang penyakit.
c. Pemasaran hasil produksi masih terbatas dan belum menerapkan sistem online
untuk memperluas pemasaran, sehingga keuntungan yang didapatkan belum
maksimal.
d. Penerapan fungsi kelompok mengenai kelas belajar dan wahana kerjasama belum
berjalan sebagaimana mestinya dikarenakan anggota kelompok belum mengerti
pentingnya peran dan fungsi kelompok,
1.3 Tujuan
a. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan pelaku usaha untuk
meningkatkan produksi dalam penggunaan probiotik.
b. Meningkatkan pengetahuan dan sikap pelaku utama mengenai pemasaran berbasis
online untuk memperluas pemasaran dan meningkatkan keuntungan pelaku utama.
c. Meningkatkan pengetahuan, sikap pelaku usaha dengan melakukan sosialisasi
tentang fungsi kelompok.

II. DASAR PERENCENAAN

2.1 Kondisi Kecamatan Pagelaran


Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pagelaran sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Gondanglegi

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Bantur

3. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kepanjen

4. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Turen

2.1.1 Potensi Sumber Daya


Wilayah perikanan di Kecamatan Pagelaran mempunyai lahan-lahan yang cukup
potensial untuk kegiatan perikanan. Luas wilayah yang dimiliki oleh Kecamatan Pagelaran ±
4.915 ha, yang terdiri dari lahan sawah 2.650 Ha, lahan kolam 23 Ha dan 2.242 Ha lahan
darat. Wilayah Kecamatan Pagelaran mempunyai ketinggian antara 340 m – 395 m diatas
permukaan laut, dengan tingkat kemiringan rata-rata kurang dari 4% dan beda tinggi dari
satu tempat dengan lainnya yang paling ektrim tidak lebih dari 25 m sehingga termasuk
wilayah datar.

2.1.2 Potensi Sumber Daya Manusia


Jumlah penduduk secara keseluruhan di wilayah Kecamatan Pagelaran sebanyak
81.948 yang terdiri dari penduduk laki-laki 40.704 jiwa dan penduduk perempuan 41.244
jiwa. Pada kegiatan Praktik Lapang 2 yang telah dilakukan di Kecamatan Pagelaran hasil
dari identifikasi yang telah dilakukan dari 10 Desa yang berpotensi Perikanan sebanyak 8
Desa dengan jumlah 87 Rumah Tangga Perikanan (RTP) dengan total 8 kelompok.
Budidaya ikan yang ada di Kecamatan Pagelaran yaitu pembenihan ikan lele dan
pembesaran ikan lele dan nila.

2.2 Dasar Teori Penunjang


2.2.1 Taksonomi dan Morfologi Ikan Lele
Ikan Lele (Clarias sp.) adalah marga (genus) ikan yang hidup di air tawar. Ikan ini
mempunyai ciri-ciri khas dengan tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang serta memiliki
sejenis kumis yang panjang, mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Ikan ini sebenarnya
terdiri atas berbagai jenis (spesies). Sedikitnya terdapat 55 spesies ikan lele di seluruh
dunia. Bagian kepala ikan lele pipih ke bawah (depressed), bagian tengahnya membulat dan
bagian belakang pipih ke samping (compressed) serta dilindungi oleh lempengan keras
berupa tulang kepala. Tubuh ikan lele memanjang silindris serta tidak mempunyai sisik,
namun tetap licin jika dipegang karena adanya lapisan lendir (mucus). Siripnya terdiri atas
lima jenis yaitu sirip dada (dorsal), sirip punggung (pectoral), sirip perut (ventral), sirip dubur
(anal) dan sirip ekor (caudal). Kepala dan bawah tertutup oleh tulang pelat. Tulang pelat
membentuk ruangan rongga diatas insang, dimana terdapat alat pernapasan tambahan
yang tergabung dengan busur insang kedua dan keempat (Wardhani et al., 2014).bagian
atas

2.2.2 Teknik Pembesaran Ikan Lele


Kegiatan pembesaran lele meliputi persiapan wadah, pemeliharaan benih,
pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, dan manajemen kesehatan ikan (Setiawan,
2016).

1. Persiapan wadah (kolam) pembesaran

Pengertian teknis kolam merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas dan
sengaja dibuat manusia agar mudah dikelola dalam hal pengaturan air, jenis hewan
budidaya dan target produksinya. Kolam yang digunakan untuk pembesaran ikan lele
sebelum digunakan dikuras dan dibersihkan terlebih dahulu untuk menghilangkan bakteri
dan parasit penyebab penyakit pada ikan lele lalu dilakukan proses pemukukan agarpakan
alami dapat tumbuh

2. Pemeliharahan benih

Benih yang sudah ditebar di kolam pembesaran diberikan pakan tiga kali sehari pada
jam 08.00, jam 13.00, dan jam 19.00 WIB. Benih yang sudah ditebar di kolam pembesaran
juga diberi perawatan biofarmaka berupa daun pepaya dan mengkudu untuk mengurangi
angka mortalitas larva yang dikarenakan oleh stress. Setiap dua minggu sekali dilakukan
sampling untuk mengetahui jumlah pakan yang harus diberikan pada larva ikan lele agar
pertumbuhannya maksimal.

3. Pengelolaan pakan

Pakan adalah makanan atau asupan yang diberikan pada ikan. Pakan merupakan
salah satu faktor yang mendukung keberhasilan dalam usaha budidaya sehingga
manajemen pakan menjadi hal krusial yang harus di kelola dengan baik. Frekuensi
pemberian pakan merupakan jumlah pemberian pakan per satuan waktu. Praktikum
pembesaran memberikan pakan sebanyak 3x sehari. Jumlah pakan yang diberikan dihitung
berdasarkan FR atau Feeding Rate (Rustidja 1999). Feeding rate yang diterapkan sebesar
6%. Feeding frequency pada praktikum pembesaaran adalah 3 kali sehari dengan feeding
time pagi, siang, dan sore.

4. Pengelolaan kualitas air

Kualitas air menurut memegang peranan penting terutama dalam kegiatan budidaya.
Penurunan mutu air dapat mengakibatkan kematian, pertumbuhan terhambat, timbulnya
hama penyakit, dan pengurangan rasio konversi pakan. Air yang terbaik bagi perkembangan
ikan lele berasal dari sumur pompa, sungai, atau irigasi yang tidak tercemari zat-zat kimia.
Sebaiknya hindari penggynaan air PAM karena mengandung kaporit. Faktor yang
berhubungan dengan air perlu diperhatikan antara lain oksigen terlarut, suhu, pH, dan
amoniak. Kekurangan oksigen akan tampak jelas pada ikan saat pagi hari karena sejumlah
ikan akan berada di atas permukaan untuk menghirup oksigen langsung dari udara. pH di
kolam pembesaran dapat diukur dengan menggunakan kertas lakmus dan pHmeter.
Sementara itu, suhu air dapat diukur dengan menggunakan termometer. Kandungan
amoniak dlam air yang baik tidak lebih dari 0,1 ppm. Air yang mengandung amoniak tinggi
bersifat toksik karena akan menghambat ekskresi pada ikan (Chen dan Kau 1993).

5. Penyakit ikan
Penyakit ikan merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit pada usaha
budidaya ikan. Penyakit ikan merupakan salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian
yang serius pada budidaya ikan. Kerugran yang diderita akibat wabah penyakit ini biasanya
cukup besar. Selain kematian ikan, kerugian yang lain adalah berupa penurunan kualitas
ikan. Hal ini tentu saja akan mengakibatkan pada harga jual ikan itu sendiri menjadi rendah.
Ikan lele ermasuk jenis ikan yang tidak bersisik, oleh karena itu, ikan lele tidak memiliki
pelindung tubuh dari gangguan lingkungan. Akibatnya, bila terluka terjadi pengeluaran lendir
yang berlebihan dari tubuh lele. Lendir tersebut dapat dijadikan media hidup bakteri.
Menempelnya bakteri pada lendir menyebabkan penyakit dapat masuk ke dalam tubuh ikan
lele. Terjadinya luka inilah yang menjadikan ketahanan tubuh ikan lele menurun dan
menyebabkan sakit

2.2.3 Probiotik
a. Pengertian Probiotik

Probiotik merupakan mikroorganisme yang memiliki kemampuan untuk memodifikasi


komposisi populasi bakteri dalam saluran pencernaan, air, sedimen, serta dapat digunakan
sebagai agen biokontrol dan bioremediasi. Penggunaan probiotik dalam budidaya ikan
memberikan efek menguntungkan dan saat ini penggunaan probiotik merupakan bagian
penting dalam manajemen budidaya perikanan. Probiotik dapat meningkatkan pertumbuhan,
respons imun non-spesifik, resistansi terhadap penyakit, dan kelangsungan hidup ikan.
Aplikasi probiotik dapat dilakukan dengan cara dicampurkan dalam pakan atau ditambahkan
ke dalam media pemeliharaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan respons imun pada
ikan (Dewi & Tahapari, 2018).

b. Aplikasi Probiotik

(Arief et al., 2014) menyatakan bahwa pemberian probiotik komersil dengan kandungan
bakteri Lactobacillus sebanyak 5% pada ikan lele diperoleh laju pertumbuhan 2,88 g/hari.
(Sukoco et al., 2019)penambahan probiotik dengan konsentrasi 0,025 ml/L air dihasilkan
pertumbuhan bertambah 1,654 g/ hari.

Penambahan probiotik EM4 sebanyak 8 mL/kg pakan (P3) menghasilkan laju pertumbuhan
tertinggi pada ikan lele sangkuriang yang dipelihara di media bioflok, yaitu bobot mutlak 7,56
g, laju pertumbuhan spesifik 4,64%/hari, dan panjang mutlak 3,51 cm sim (Simanjuntak et
al., 2020).

c. Manfaat Probiotik

Manfaat penggunaan probiotik apabila diaplikasikan dengan tepat adalah meminimalisir


pergantian air atau bahkan tidak ada pergantian air dalam sistem budidaya sehingga
teknologi ini ramah lingkungan. Pakan yang digunakan pun menjadi lebih sedikit ketimbang
sistem konvensional lain. Telah dicoba untuk ikan lele yang dipelihara dalam sistem
probiotik akan tumbuh optimum pada tingkat pemberian pakan 1,5% dengan pakan yang
mengandung 35% protein (Rachmawati et al., 2015).

Kepadatan kolam lebih tinggi (benih yang ditebar bisa lebih banyak dari biasanya).
Serangan penyakit yang menurun dan kematian dari bibit juga menurun. Kualitas ikan lele
lebih baik, daging tebal dan tubuhnya lebih panjang. Air yang tidak berbau (ramah
lingkungan sekitar) e. Bisa menghemat biaya pakan ikan (Rachman, Arif et al., 2021).

Dengan demikian penggunaan pakan yang diberi tambahan probiotik dapat


meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi tingkat kematian yang disebabkan oleh
pathogen (Nugroho, B.H., et al., 2013).

d. Probiotik Em4
Pada tahun 1980, Prof.Dr. Teruo Higa mengembangkan suatu teknologi fermentasi yang
dinamakan EM4 (Effective Microorganisms 4). EM4 merupakan kultur campuran dari
beberapa mikroorganisme non patogen. Mikroorganisme alami yang terdapat dalam EM4
terdiri dari lima kelompok mikroorganisme, yaitu bakteri asam laktat (Lactobacillus sp),
bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp), Actinomycetes sp, Streptomyces sp, dan ragi
(yeast).
Probiotik EM4 (Effective Microorganisms 4) apabila ditambahkan dalam pakan
bekerja dengan dua cara, yaitu
1. Proses fermentasi akan dilakukan oleh jamur fermentasi yang mengubah molekul
kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana yang membuat makanan menjadi
lebih mudah untuk diserap.
2. Bakteri probiotik dalam EM4 mampu menghambat pertumbuhan bakteri pathogen
dalam saluran pencernaan ikan. Bakteri probiotik bersifat antagonis dengan bakteri
patogen. Ketika bakteri patogen terhambat pertumbuhannya, akan membuat sari
makanan yang diserap dalam usus ikan menjadi lebih optimal.

2.2.4 Pembinaan Kelompok


Menurut Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2009, pembinaan penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan adalah upaya, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan
oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah secara berdaya guna dan berhasil guna untuk
memperoleh hasil penyuluhan yang lebih baik (Abarca, 2021).
A. Pasal 11
1. Menteri melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyuluhan yang
diselenggarakan oleh pemerintah daerah, swasta, dan swadaya di tingkat nasional.
2. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap kelembagaan, ketenagaan, penyelenggaraan, sarana prasarana, dan
pembiayaan.
3. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi:
a. pemberian bimbingan;
b. pelatihan;
c. arahan;
d. supervisi; dan
e. persyaratan sertifikasi dan akreditasi jabatan penyuluh serta sistem kerja penyuluh.
4. Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dituangkan
dalam bentuk pedoman, norma, kriteria, dan standar yang ditetapkan oleh Menteri.
B. Pasal 12
1) Gubernur melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyuluhan yang
diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota, swasta, dan swadaya di tingkat
provinsi.
2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
terhadap kelembagaan, ketenagaan, penyelenggaraan, sarana prasarana, dan
pembiayaan.
3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi
bimbingan dan penerapan kriteria, norma, standar, pedoman dan prosedur,
pelatihan, arahan, dan supervisi.
2.3 Pendampingan Masyarakat
Menurut Suharto (2005:93) Pendampingan sebagai suatu strategi yang umum
digunakan oleh pemerintah dan lembaga non profit dalam upaya meningkatkan mutu dan
kualitas dari sumber daya manusia, sehingga mampu mengidentifikasikan dirinya sebagai
bagian dari permasalahan yang dialami dan berupaya untuk mencari alternative pemecahan
masalah yang dihadapi. Kemampuan sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh
keberdayaan dirinya sendiri. Oleh karena itu sangat dibutuhkan kegiatan pemberdayaan
disetiap kegiatan pendampingan. Pendampingan merupakan suatu strategi yang sangat
menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat. Berdasarkan pengertian
yang dimaksud peran pendamping adalah suatu tugas atau aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang yang menjadi penghubung masyarakat dengan berbagai lembaga terkait dan
diperlukan bagi pengembangan. Pendamping sering dikaitkan dengan pekerja sosial dan
kegiatan pendampingan merupakan pekerjaan social (Rahmawati, 2017).

2.4 Kondisi Usaha Perikanan


Berdasarkan hasil identifikasi potensi perikanan yang dilakukan pada Praktik Lapang II,
bahwa sistem produksi budidaya pada segmen usaha pembesaran ikan lele yang ada di
Kecamatan Pagelaran menggunakan teknologi tradisional dengan media kolam terpal dan
manajemen pemberian pakan tidak terukur sehingga hal ini menyebabkan produksi kurang
optimal.

2.5 Kelembagaan Penyuluhan Perikanan


Berdasarkan UU RI No. 16 Tahun 2006 tentang SP3K,
kelembagaan penyuluhan adalah lembaga pemerintah dan/atau
masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan
penyuluhan. Kelembagaan penyuluhan terbagi atas tiga jenis, yakni
kelembagaan penyuluhan pemerintah, kelembagaan penyuluhan swasta
(dapat dibentuk oleh pelaku usaha dengan memperhatikan kepentingan
pelaku utama) dan kelembagaan penyuluhan swadaya (dapat dibentuk
atas dasar kesepakatan antara pelaku utama dan pelaku usaha)
(Undang Undang RI, 2006).
2.6 Analisis Masalah
Permasalahan dari aspek teknologi mempunyai masalah khusus antara lain: padat
tebar ikan yang masih rendah, keterbatasan pakan alami, dan pengelolaan kualitas air yang
belum optimal.

Permasalahan dalam aspek sosial yaitu dinamika kurangnya sosialisasi mengenai


fungsi kelompok, belum dijadikan nya kelompok sebagai wadah informasi, rendahnya tingkat
pengetahuan manfaat berkelompok, dan struktur organisasi belum terorganisasi dengan
baik.

Berdasarkan pohon masalah ekonomi dapat dilihat bahwa pendapatan kurang


optimal yang menjadi masalah utama. Pendapatan pelaku utama perikanan kurang optimal
yang menjadi masalah utama disebabkan oleh keterbatasan modal dan belum mengetahui
aspek pemasaran.
Pada faktor penyebab masalah utama terdapat pula penyebab masalah khusus yaitu
modal yang digunakan masih modal sendiri, kurangnya pengetahuan pelaku utama tentang
akses sumber-sumber permodalan, pembudidaya belum secara profesional mengelola
keuangannya, belum adanya kesadaran pelaku utama dalam pencatatan hasil produksi, dan
kurangnya informasi pemasaran.

III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktik Akhir akan dilaksanakan mulai tanggal 07 Maret 2022 sampai
dengan 30 Mei 2022. Lokasi Praktik Akhir bertempat di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten
Malang, Provinsi Jawa Timur.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang akan dikumpulkan dalam Praktik Akhir adalah data kualitatif dan
kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang disajikan dalam bentuk kata bukan dalam bentuk
angka, yang termasuk data kualitatif dalam praktik akhir yaitu data kondisi wilayah, proses
produksi, tahapan produksi perikanan dan kondisi penyuluh perikanan. Data kuantitatif
merupakan jenis data yang dapat diukur atau dihitung secara langsung, yang berupa
informasi atau penjelasan yang dinyatakan dengan bilangan atau berbentuk angka, dalam
hal ini data kuantitatif yang diperlukan adalah data sumberdaya alam dan sumber daya
manusia, data produksi, data jumlah penyuluh, dan analisa usaha perikanan (Masruroh,
2013).
Data primer diperoleh dari pengamatan langsung dari narasumber atau objek yang
diteliti yaitu kelompok pembudidaya ikan, pemasar ikan, penyuluh perikanan selanjutnya
dilakukan pencatatan terhadap keseluruhan potensi baik sumber daya alam dan sumber
daya manusia, pada akhirnya diperoleh data valid sesuai dengan kondisi di lapangan. Data
sekunder digunakan sebagai data pelengkap dan pendukung data primer, diperoleh dari
Badan Pusat Statistik (BPS), Kantor Dinas Perikanan Kabupaten Malang, Kantor
Kecamatan Pagelaran, dan Programa Kecamatan Pagelaran (Masruroh, 2013).
3.3 Materi Kegiatan
3.3.1 Demonstrasi fermentasi probiotik
Penggunaan probiotik berperan terhadap meningkatkan laju pertumbuhan juga
berpengaruh terhadap meningkatnya kekebalan tubuh sehingga ikan memiliki kelulusan
hidup yang tinggi karena selain menekan bakteri pada sistem pencernaan, bakteri
probiotik juga berperan dalam menjaga kualitas perairan (Abarca, 2021)
Kegiatan Demontrasi Fermentasi Probiotik ini dimaksudkan sebagai peningkatan
angka kelangsungan hidup ikan budidaya sehinga meningkatka hasil panen/siklus nya.
Kegiatan Dempond Fermentasi Probiotik akan dilakukan pada anggota Kelompok
POKDAKAN Sri Sedono. Berikut langkah pembuatan fermentasi probiotik untuk
mengkultur kembali sebanyak 5 liter ;
Alat dan bahan fermentasi probiotik;
- Probiotik 200 ml
- Molase 300 ml
- Ragi/fermipan 50 gr
- Air 5 lt
- Ember cat bekas/ jrigen 10 lt
- Karet/ tali
- Plastic
Alat ukur kualitas air ;
- Tetra
- Kertas lakmus
Cara pembuatan ;
1. Semua bahan secara berurutan dicampurkan dalam satu wadah
ember besar.
2. Aduk semua kira-kira 2-3 menit, hingga semua bahan tercampur
merata.
3. Masukkan kedalam Jerigen 10 liter lalu tutup serapat mungkin.
Proses fermentasi baru dimulai.
4. Simpan ditempat sejuk selama 7-10 hari dengan kondisi minin
cahaya matahari agar proses fermentasi berjalan dengan baik.
5. Selama proses fermentasi berlangsung jangan lupa jerigen dibuka 3
hari sekali tujuannya agar gas/uap dalam jerigen keluar dan aduk.
Setelah itu jangan lupa ditutup kembali, serapat mungkin.
6. Setelah hari ke 7 Probiotik siap untuk digunakan. Indikasi
keberhasilan fermentasi probiotik akan berwarna kecokelatan.
Kegiatan fermentasi probiotik akan dilakukan tiap satu minggu sekali dengan jumlah
5 liter dalam 1 minggu. Cara pengaplikasian fermentasi probiotik yaitu, dengan
mencampurkannya kedalam pakan. Pada kegiatan fermentasi probiotik yang akan
dicampurkan pada pakan kualitas air yang akan diukur adalah NH3, dan PH. Kegiatan
Demonstrasi dilakukan sebagai pemecahan masalah dari rendahnya pendapatan dari para
pembudidaya. Berikut rincian rencana kegiatan Demonstrasi :

 Tujuan Kegiatan
Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan demonstrasi yaitu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan minat pembudidaya tentang penggunaan
probiotik pada pakan dan air dalam mengatasi serangan penyakit,
meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan lele dari 75% hingga 85%,
dan menejeman kualitas air yang baik.
 Sasaran dan lokasi
Pembudidaya ikan lele kelompok Sri Sedono dengan narasumber Bapak
Sugianto di Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang.
 Materi
Materi yang diberikan kepada pembudidaya Ikan lele dalam segmen
pembesaran yaitu tentang penggunaan probiotik pada pakan dan air guna
mencegah serangan penyakit pada ikan lele meliputi pengertian, kegunaan,
cara penggunaan probiotik, dosis probitik dan pakan, serta monitoring
kualitas air.
 Media
Media yang digunakan dalam kegiatan ini adalah pemaparan materi
menggunakan folder yang terdapat di Lampiran 1.
 Prosedur
Prosedur kegiatan yang digunakan mengenai penggunaan aplikasi probiotik
pada pakan dan air antara lain:
a) Penjelasan singkat probiotik EM4, molase dan Fermipan.
b) Pre-Test (pengetahuan, keterampilan dan sikap) sasaran terhadap
materi penyuluhan
c) Melakukan demonstrasi percontohan mulai dari persiapan wadah
yaitu berupa kolam terpal bulat dengan diameter 2 meter.
d) Pengisian air dengan ketinggian air mencapai 80 cm
e) Pengecekan suhu dan pH meter pada air budidaya
f) Pemberian hasil fermentasi probiotik
g) Penebaran benih sebanyak 1000 ekor ukuran 2-3 cm, sebelum benih
ditebar dilakukan aklimatisai selama 10 menit. Benih ditebar pada
pagi atau sore hari,
h) Pemberian pakan pellet dengan dosis 3% dari biomassa, frekuensi
pemberian pakan sebanyak 3 kali,
i) Dilakukan pemeliharaan selama kurang lebih 2 bulan dengan
memperhatikan kualitas air dan pemberian pakan,pada saat
pemeliharaan diberikan probiotik selama 10 hari sekali.
j) Dilakukan sampling setiap satu minggu sekali
k) Melakukan pencegahan terhadap hama dan penyakit yang dapat
menyerang benih ikan lele
l) Dilakukan panen
m) Melakukan post test mengenai dempond yang dilakukan
 Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Rencana anggaran biaya diperlukan untuk mempersiapkan segala kebutuhan yang


diperlukan dalam melaksanakan penyuluhan. RAB digunakan untuk mengetahui kebutuhan
biaya yang berkaitan dengan alat dan bahan yang diperlukan pada saat melakukan
penyuluhan. Rencana anggaran biaya dalam kegiatan penerapan peran dan fungsi
kelompok serta kelengkapan buku administrasi kelompok dapat dilihat pada table.

Tabel 1 Rencana Anggaran Biaya (RAB)


No Bahan Jumlah Harga Satuan (Rp) Total Harga (Rp)

1. Surat undangan 20 buah 500,. 10.000,-

2. Print materi dempont 20 buah 2.000,- 40.000,-

3. Benih 1000 80,- 80.000,-


ekor

4. Pakan 100 kg 12.000,- 1.200.000,-

5. Probiotik EM4 1 botol 22.000,- 22.000,-

6. Pengembang kue 5 2000,- 10.000,-


bungkus

7. Molase 1 botol 15.000,- 15.000,-

8. Print kuesioner 13 buah 1.000,- 13.000,-

9. Transportasi - - 50.000,-

10. Konsumsi 20 buah 5.000,- 100.000,-

Total 1.540.000,-

3.3.2 Peningkatan Fungsi Kelompok dan pemasaran


Kegiatan peningkatan fungsi kelompok merupakan kegiatan yang bertujan untuk
menjadikan kelompok sebagai unit pemasran bersama berdasarkan KEPMEN No. 14 Tahun
2012. Dalam kegiatan tersebut disampaikan pula tentang administrasi kelompok yang
berguna sebagai rekam jejak dalam kegiatan kelompok (Perikanan, 2012).
Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk pendistribusian produk
yang dibuat agar laku terjual.
 Sasaran dan lokasi
Kelompok Sri Sedono di Desa Balearejo Kecamatan Pagelaran
 Tujuan
Menjadikan kelompok sebagai wadah proses pembelajaran, dan sebagai
wadah Kerjasama.
 Materi
Peningkatan pengetahuan fungsi kelompok
 Metode
Pertemuan kelompok, anjangsana dan diskusi.
 Media Penyuluhan
Media yang digunakan adalah folder.
 Target
- Pembudidaya dapat memaksimalkan penerapan fugsi kelompok
sesuai dengan KEPMEN No. 14 tahun 2012.
- Pembudidaya dapat melakukan pemasaran dengan jangkauan yang
lebih luas.
 Rencana Anggaran Biaya
Rencana Anggaran Biaya yang diperlukan dalam kegiatan secara rinci dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2 RAD peningkatan fungsi kelompok dan pemasaran

No BAHAN Jumlah Harga satuan Harga Total


1 Undangan 20 1000 20.000
2 Print Materi 20 5000 100.000
3 Konsumsi 20 5000 100.000
4 Buku Administrasi Kelompok 8 20.000 160.000
5 Folder 20 3000 60.000

JUMLAH Rp. 440.000

3.4 Evaluasi Penyuluhan


Evaluasi penyuluhan dilakukan untuk mengetahui apakah sasaran penyuluh mampu
mengadopsi inovasi yang telah disampaikan oleh penulis. Evaluasi dilakukan sebanyak dua
kali, yaitu sebelum mendapatkan materi penyuluhan dan sesudah menerima materi
penyuluhan dengan menggunakan Skala Likert yang bertujuan untuk mengukur
pengetahuan, dan sikap.
Berikut adalah rumus mengukur pengetahuan, dan sikap :
Pengetahuan : Nilai akhir – Nilai Awal
Sikap : Total Nilai skor x 100%
Nilai Maksimum
Berdasarkan data evaluasi yang sudah didapatkan, kemudian data tersebut diolah
sebagai berikut :
Post test−Pre test
Peningkatan=
100 %
Evaluasi memiliki lima tingkatan, yaitu sadar, minat, menilai, mencoba, dan menerapkan

DAFTAR PUSTAKA
Abarca, R. M. (2021). Efektivitas Penambahan Probiotik Terhadap Pertumbuhan, FCR. dan
Sintasan Ikan Lele Sangkuriang. 2013–2015.

Arief, M., Fitriani, N., & Subekti, S. (2014). Pengaruh pemberian probiotik berbeda pada
pakan komersial terhadap pertumbuhan dan efisiensi pakan ikan lele sangkuriang
(Clarias sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 6(1), 5.

Dewi, R. R. S. P. S., & Tahapari, E. (2018). PEMANFAATAN PROBIOTIK KOMERSIAL


PADA PEMBESARAN IKAN LELE (Clarias gariepinus). Jurnal Riset Akuakultur, 12(3),
275. https://doi.org/10.15578/jra.12.3.2017.275-281

Effendi, syarif. (2020). KECAMATAN PAGELARAN DALAM ANGKA.

Masruroh, S. (2013). Metode Penelitian Data Kualitatif dan Data Kuantitatif. 53(9), 64.

Nugroho, B.H., Basuki, F. dan Wisnu R, A. (2013). Journal of Aquaculture Management and
Technology Journal of Aquaculture Management and Technology. Journal of
Aquaculture Management and Technology, 6(2), 22.
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jfpik

Perikanan, K. M. K. D. (2012). Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Tentang


Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik
Indonesia ,. 1–33.

Rachman, Arif. Terubus, T. S. M. (2021). Peningkatan Ekonomi Kreatif Budidaya


Pembenihan Lele dengan Probiotik Mergosubhara. 25(1), 22–31.

Rachmawati, D., Samidjan, I., Soedarto, J. P., & Reksosari, V. (2015). MANAJEMEN
KUALITAS AIR MEDIA BUDIDAYA IKAN LELE SANGKURIANG ( Clarias gariepinus )
DENGAN TEKNIK PROBIOTIK PADA KOLAM TERPAL DI DESA VOKASI
REKSOSARI , KECAMATAN SURUH , pakan tambahan buatan juga dapat menjadikan
intensifikasi paling memungkinkan. PENA Akuatika, 12(1), 24–32.

Rahmawati, E. (2017). Masyarakat Miskin Melalui Program Keluarga Harapan Di


Kecamatan.

Setiawan, A. (2016). LAPORAN PEMBESARAN IKAN LELE Clarias sp.

Anda mungkin juga menyukai