Anda di halaman 1dari 10

1

MAKALAH SEMINAR PROPOSAL PRAKTIK AKHIR


PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERIKANAN

PENGEMBANGAN POTENSI PERIKANAN BERBASIS PEMBERDAYAAN


MASYARAKAT MELALUI KEGIATAN PENYULUHAN PERIKANAN DI
KECAMATAN CIPAKU KABUPATEN CIAMIS JAWA BARAT *)
Oleh : Zahra Arrela**)
Pembimbing : 1. Prof. Dr. Ir. O. D. Soebhakti Hasan, M.Si***)
2. Ina Restuwati, S.IP, M.SI. ***)

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecamatan Cipaku merupakan daerah pegunungan dengan luas lahan potensial
perikanan 153 ha. Usaha perikanan berpotensial di Kecamatan Cipaku yaitu usaha
pendederan lele. Namun tingkat kelangsungan hidup (SR) benih lele masih rendah
yaitu sebesar 39%. Menurut (Mahyuddin, 2018) tingkat kelangsungan hidup
pendederan benih II (umur 26-40 hari) dengan panjang standar 5-8cm yaitu sebesar
80% sehingga jika berdasarkan kondisi di lapangan, produksi benih lele kurang
maksimal. Berdasarkan kegiatan PL-2 hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor
seperti tidak adanya pengukuran dan pengelolaan kualitas air, seleksi benih kurang
optimal, dan padat tebar benih kurang sesuai.
Tingginya tingkat produksi benih lele dipengaruhi oleh tingkat produktivitas
indukan ikan lele. Masa produktivitas induk ikan lele untuk pemijahan yakni
maksimum 3 tahun (Novita Herdiana et al., 2023). Apabila indukan tersebut tidak
produktif lagi untuk menghasilkan telur maka dibutuhkan indukan baru dan indukan
yang tidak produktif tersebut tentunya kurang termanfaatkan. Indukan lele di
Kecamatan Cipaku yang sudah tidak produktif memiliki nilai jual rendah dan jika tidak
terjual pemanfaatannya hanya untuk konsumsi pribadi.
Fungsi kelompok sebagai unit jasa penunjang menjadi salah satu fungsi
kelompok dengan nilai terendah diantara fungsi kelompok yang lain dengan skor rata-
rata 2,00. Hal ini karena anggota kelompok/kelompok belum dapat mengelola usaha
diluar usaha pokoknya sebagai pembudidaya. Kelompok perikanan yang dibentuk
tidak hanya berjalan begitu saja, namun ada fungsi kelompok yang harus dijalankan
sebagaimana Kepmen KP Nomor 14 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum
Penumbuhan dan Pengembangan Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan, terdapat
8 fungsi kelompok perikanan yang harus dipahami, direalisasikan dan terus
ditingkatkan oleh anggota kelompok sehingga kelompok sebagai wadah penyuluhan
perikanan dapat optimal terwujud.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan mendasari pelaksanaan kegiatan Praktik Akhir di
Kecamatan Cipaku adalah sebagai berikut:
1. Rendahnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan pembudidaya terkait
penerapan CBIB dalam pelaksanaan kegiatan budidaya.

*) Judul Makalah Seminar Proposal PA


**) Taruna yang melaksanakan Praktik Akhir
***) Dosen Pembimbing
2

2. Rendahnya pengetahuan, sikap, dan keterampilan masyarakat perikanan di


Kecamatan Cipaku mengenai inovasi olahan ikan.
3. Rendahnya pengetahuan dan sikap anggota kelompok perikanan terkait dengan
fungsi kelompok sebagai unit jasa penunjang
1.3 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Praktik Akhir di Kecamatan Cipaku adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan pembudidaya dalam
penerapan CBIB pada pelaksanaan kegiatan budidaya untuk meningkatkan
tingkat kelangsungan hidup pada benih ikan lele.
2. Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan masyarakat perikanan di
Kecamatan Cipaku mengenai inovasi olahan ikan untuk meningkatkan nilai jual
ikan.
3. Meningkatkan pengetahuan dan sikap kelompok perikanan dalam menerapkan
fungsi kelompok sebagai unit jasa penunjang.
1.4 Manfaat
Manfaat dari kegiatan Praktik Akhir di Kecamatan Cipaku adalah sebagai berikut
1 Tingkat kelangsungan hidup pada benih lele meningkat sehingga produksi benih
dapat maksimal dan pendapatan pembudidaya lele juga maksimal.
2 Menambah pengetahuan dan keterampilan mengenai inovasi olahan perikanan
sehingga dapat menambah nilai jual ikan dan menambah pendapatan
masyarakat perikanan di Kecamatan Cipaku.
3 Meningkatkan peran dan fungsi kelompok perikanan terutama sebagai unit jasa
penunjang di Kecamatan Cipaku
II. Dasar Perencanaan
2.1 Kondisi Wilayah Kecamatan Cipaku
2.1.1 Kondisi Sumber Daya Alam
Kecamatan Cipaku memiliki luas wilayah 65,39 km2 atau 6.539 hektar, sekitar
4,92% dari luas wilayah Kabupaten Ciamis. Kecamatan Cipaku berada di wilayah
perbukitan/dataran tinggi dan bukan daerah/wilayah pesisir, memiliki ketinggian rata-
rata 154m di atas permukaan laut (mdpl). Luas lahan perikanan di Kecamatan Cipaku
umumnya hanya berbentuk kolam air tenang seluas 153 Ha (BPS Kab.Ciamis, 2023).
2.1.2 Kondisi Sumber Daya Manusia
Berdasarkan BPS Kecamatan Cipaku 2023, jumlah penduduk di Kecamatan
Cipaku sebanyak 69.712 jiwa yang terdiri dari 35.046 penduduk berjenis kelamin laki
laki dan 34.657 penduduk berjenis kelamin perempuan dengan mayoritas penduduk
Kecamatan Cipaku termasuk kedalam kategori usia sedang atau usia produktif yaitu
pada kelompok umur 15-64 tahun dengan jumlah penduduk 47.242 jiwa dengan
persentase penduduk 68%.
Berdasarkan hasil kegiatan PL-II, dari 188 RTP populasi diambil sebanyak 36
RTP sampel dengan kegiatan usaha perikanan di Kecamatan Cipaku didominasi oleh
budidaya ikan dengan segmentasi pendederan sebanyak 19 responden, dan 17
responden melakukan kegiatan pembesaran.
Berdasarkan kegiatan Praktik Lapang II terdapat 10 kelompok perikanan di 6
desa potensi Kecamatan Cipaku yang semuanya bergerak pada usaha budidaya ikan
air tawar.
3

2.2 Sistem Usaha Perikanan


Pasokan input pada pendederan II lele meliputi kolam, sumber air, benih, dan
pakan serta sapras lainnya meliputi ember, ember sortir, timbangan, plastik,
styrofoam, listrik, transportasi, dan alat komunikasi, dll.
Mayoritas proses produksi pendederan lele dilakukan secara tradisional dimana
teknologi yang digunakan masih sederhana. Sumber air dari sumur dialiri ke
tandon/bak penampungan air lalu diendapkan selama 3 hari. Benih yang ditebar
berukuran 3cm dengan jumlah tebar 7.500-9.000 ekkor/kolam. Sebelumnya, benih
diseleksi dahulu ukurannya (diseragamkan). Benih berasal dari produksi sendiri
(pemijahan sendiri). Pakan yang digunakan merupakan pakan buatan (pellet) Selama
pemeliharaan, pergantian air dilakukan selama 2 kali dalam sebulan (pada saat
sortir). Penanganan ikan terkena penyakit dengan pergantian air lalu diberi garam
dan PK ke dalam kolam. Benih panen pada ukuran 7-9cm atau 7-12cm.
Benih lele dijual dengan harga Rp.130/ekor atau Rp.35.000-36.000/kg.
Pemasaran benih 40% dalam kota 60% luar kota (Bogor-Sukabumi).
2.3 Cara Budidaya Ikan yang Baik
Dalam Kepmen KP Nomor 02 Tahun 2007 tentang Cara Budidaya Ikan yang
Baik bahwa Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) adalah cara memelihara dan/atau
membesarkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol
sehingga memberikan jaminan keamanan pangan dari pembudidayaan dengan
memperhatikan sanitasi, pakan, obat ikan, dan bahan kimia, serta bahan biologis
serta aspek kesehatan dan kesejahteraan ikan, kelestarian lingkungan dan tanggung
jawab sosial.
Dalam Buku Standar Operasional Prosedur Pembesaran Ikan Lele DJPB 2020,
syarat keseragaman ukuran benih ikan lele yaitu 80% dengan kualifikasi organ tubuh
lengkap atau tidak rusak, terutama sungut tidak patah/rusak, moncong mulut tidak
putih dan ujung-ujung sirip tidak memerah.
Sesuai SNI 6484.4:2014, kisaran parameter air media pemeliharaan ikan lele
yaitu:

2.4 Inovasi Olahan Perikanan


Permen KP No. 59 Tahun 2021 Tentang Peningkatan Nilai Tambah Hasil
Perikanan, bahwa Pengolahan Ikan adalah rangkaian kegiatan dan/atau perlakuan
dari bahan baku Ikan sampai menjadi produk akhir. Nilai Tambah Hasil Perikanan
adalah pertambahan nilai hasil perikanan yang diperoleh dari perbedaan harga jual
dengan biaya bahan-bahan atau pasokan lainnya dari kegiatan penangkapan ikan,
pembudidayaan ikan, penanganan ikan, pengolahan ikan, dan distribusi dalam suatu
proses produksi.
Uji hedonik merupakan pengujian yang paling banyak digunakan untuk
mengukur tingkat kesukaan terhadap produksi. Tingkat kesukaan ini disebut skala
hedonik, misalnya sangat suka, suka, netral, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak
suka dan lain-lain. Pengujian ini dipakai untuk menguji reaksi konsumen terhadap
4

suatu bahan atau mengetahui reaksi konsumen terhadap sampel yang diujikan
(Dianah, 2020).
2.5 Kelompok Perikanan
Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
(KEP.14/MEN/2012), mendefinisikan kelompok atau kelembagaan pelaku utama
perikanan sebagai kumpulan para pelaku utama yang terdiri dari nelayan,
pembudidaya ikan, dan pengolah ikan yang terikat secara informal atas dasar
keserasian dan kebutuhan bersama serta di dalam lingkungan pengaruh dan
pimpinan seorang ketua kelompok pelaku utama kelautan dan perikanan. Kelompok
usaha kelautan dan perikanan dibagi menjadi 5 kelompok, yaitu: Kelompok Usaha
Bersama (KUB), Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan), Kelompok Pengolah
Pemasar (Poklahsar), Kelompok Usaha Garam Rakyat (Kugar), dan Kelompok
Masyarakat Pesisir (KMP).
Gabungan Kelompok Perikanan, yang selanjutnya disebut GAPOKKAN adalah
kumpulan atau gabungan dari kelompok-kelompok perikanan dari beberapa bidang
yang mempunyai tujuan bersama (KEP.14/MEN/2012). Gapokan merupakan
gabungan dari beberapa kelompok perikanan yang melakukan usaha perikanan
diatas prinsip kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi
dan pendapatan usaha perikanan bagi anggotanya, oleh karena itu gabungan
kelompok perikanan dikenal juga sebagai wadah kerjasama antar kelompok
(Swastika, 2011).
III. Metodologi
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktik Akhir akan dilaksanakan pada tanggal 15 Februari sampai
dengan 14 Mei tahun 2024 di Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa
Barat.
3.2 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui kegiatan observasi dan penggunaan
instrumen kuesioner pengukuran parameter budidaya dan uji olahan serta kuesioner
evaluasi untuk mengukur tingkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dari sasaran.
3.3 Analisis Data
3.3.1 Aspek Teknis
1. Parameter Pendederan II
Pendederan II
Sampling Umur Kolam (Perlakuan) Kolam Pembudidaya
ke- (hari) Panjang Berat Suhu Panjang Berat Suhu
pH pH
(cm) (g) (OC) (cm) (g) (OC)
1
2
3
5

2. Uji Hedonik
Kode Sampel
Spesifikasi Nilai
A1 A2 A3
Rasa
Amat sangat suka 9
Sangat suka 8
Suka 7
Agak suka 6
Netral 5
Agak tidak suka 4
Tidak suka 3
Sangat tidak suka 2
Amat sangat tidak suka 1
Aroma
Amat sangat suka 9
Sangat suka 8
Suka 7
Agak suka 6
Netral 5
Agak tidak suka 4
Tidak suka 3
Sangat tidak suka 2
Amat sangat tidak suka 1
Warna
Amat sangat suka 9
Sangat suka 8
Suka 7
Agak suka 6
Netral 5
Agak tidak suka 4
Tidak suka 3
Sangat tidak suka 2
Amat sangat tidak suka 1
3.3.2 Aspek Ekonomi/Bisnis
Analisis aspek ekonomi/bisnis dengan melakukan analisa usaha antara lain
biaya investasi, biaya operasional, pendapatan, keuntungan/kerugian dan analisa
kelayakan usaha meliputi BEP harga/unit, R/C ratio, PP, dan ROI
3.3.3 Aspek Penyuluhan
Evaluasi penyuluhan dilakukan dengan cara pemberian kuesioner, adapun
evaluasi awal diberikan sebelum kegiatan (Pre-test), evaluasi akhir setelah
dilakukan kegiatan penyuluhan (post-test), kemudian dibandingkan antara evaluasi
awal dan akhir sehingga diketahui tingkat perubahan yang terjadi.
6

1. Aspek Pengetahuan
𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙
𝑃𝑒𝑛𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
2. Aspek Sikap
𝑃𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑎𝑤𝑎𝑙

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛


𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑡𝑢𝑗𝑢𝑎𝑛 = 𝑥 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

3. Aspek Keterampilan
Kegiatan evaluasi aspek keterampilan dilakukan dengan melakukan
pengamatan dari segi kecepatan dan ketepatan sasaran dalam
melakukan kegiatan, apakah prosedur yang dilakukan dan dikerjakan
sesuai dengan literatur yang ada lalu dilakukan penilaian
4. Evaluasi Adopsi Inovasi
Penentuan tingkat adopsi inovasi dilakukan sesuai dengan lima tahapan
dalam proses adopsi inovasi yaitu tahap kesadaran, minat, penilaian,
percobaan dan penerimaan. Berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan seluruh proses adopsi dari tahapan di atas, terdapat lima
golongan yaitu golongan pelopor atau sering disebut dengan inovator,
golongan pengetrap awal disebut dengan early adopter, golongan
pengetrap awal dalam jumlah yang banyak disebut eraly majority,
pengetrap akhir disebut dengan late majority dan golongan penolak
disebut dengan laggard.
3.4 Rencana Aksi Penyuluhan
3.4.1 Percontohan Pendederan II Lele Dengan Penerapan CBIB
1. Masalah: Hasil produksi belum maksimal (rata-rata tingkat kematian
tinggi sebesar 61%)
2. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
pembudidaya dalam penerapan CBIB pada pelaksanaan
kegiatan budidaya untuk menekan tingkat kematian pada benih.
3. Sasaran : 12 pembudidaya lele (Pokdakan Sari Kahuripan)
4. Materi :
- Pengukuran dan pengontrolan kualitas air sesuai CBIB
- Seleksi benih sesuai CBIB
5. Metode : Diskusi dan demonstrasi percontohan (dempond)
6. Media : Folder dan media asli
7. Pemateri: Penyuluh dan taruna
8. Waktu dan Tempat :
- Mingggu ke-3 Februari sampai Minggu ke-2 April 2024
- Kolam Sari Kahuripan, Desa Buniseuri, Kec.Cipaku
9. Sumber biaya : Dana ketahanan pangan desa, swadaya, dan taruna
10.RAB : Rp.1.787.000
11.Prosedur kegiatan:
7

a) Koordinasi dengan penyuluh dan ketua kelompok untuk menentukan


waktu dan tempat.
b) Melakukan pre-test
c) Penyampaian materi, diskusi, dan melakukan dempond pembesaran
lele (pendederan II) dengan penerapan CBIB.
d) Monitoring kolam percontohan dan kolam perbandingan
e) Melakukan post-test
12. Prosedur Dempond
a) Persiapan wadah dan air
b) Seleksi benih
c) Penebaran benih
d) Pemeliharaan benih
1) Pengelolaan pakan
2) Pengelolaan kualitas air
3) Penanganan penyakit
e) Panen dan distribusi
3.4.2 Demcar Inovasi Olahan
1. Masalah: Pelaku utama/usaha belum maksimal memanfaatkan
induk yang tidak produktif yang dijual dengan harga jual rendah
2. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
masyarakat perikanan di Kecamatan Cipaku mengenai inovasi
olahan hasil perikanan untuk meningkatkan nilai ekonomis ikan
3. Sasaran :10 orang ibu-ibu PKK atau masyarakat perikanan Desa
Buniseuri Kecamatan Cipaku
4. Materi :
- Pengolahan es krim ikan lele
- Pengolahan pempek ikan lele
5. Metode : Ceramah, demcar, studi tiru
6. Media : Folder dan media asli
7. Pemateri: Taruna
8. Waktu dan Tempat:
- Mingggu ke-3 April dan Minggu ke-1 Mei 2024
- Balai Desa Buniseuri, Kec.Cipaku
9. Sumber biaya : Swadaya dan taruna
10.RAB : Rp.1.364.000
11.Prosedur kegiatan:
a) Koordinasi dengan penyuluh dan sasaran untuk menentukan waktu
dan tempat.
b) Melakukan pre-test
8

c) Penyampaian materi, diskusi, dan melakukan demcar olahan es krim


ikan lele dan pempek ikan lele
d) Melakukan kunjungan studi tiru
e) Melakukan post-test
12.Prosedur Pengolahan
a) Persiapan alat dan bahan
b) Pengolahan
c) Pengemasan
d) Pemasaran
3.4.3 Inisiasi Penumbuhan Kelompok (Gapokan dan Poklahsar)
1. Masalah: Belum maksimalnya fungsi kelompok terutama sebagai
unit jasa penunjang
2. Tujuan : Meningkatkan pengetahuan dan sikap kelompok perikanan
di Kecamatan Cipaku mengenai peran dan fungsi kelompok
perikanan di Kecamatan Cipaku sebagai unit jasa penunjang
3. Sasaran :
a) 5 Pokdakan
- Pokdakan Sari Kahuripan
- Pokdakan Mina Bina Usaha
- Pokdakan Cilokat
- Pokdakan Sima Sejahtera
- Pokdakan Yasalamu
b) 10 orang ibu-ibu PKK/Masyarakat perikanan
4. Materi :
- Pentingnya berkelompok
- 8 fungsi kelompok
5. Metode : Ceramah, diskusi
6. Media : Folder dan media tertayang (PPT)
7. Pemateri: Penyuluh dan taruna
8. Waktu dan Tempat:
- Mingggu ke-3 April dan Minggu ke-2 Mei 2024
-Balai Desa Buniseuri dan Saung Pertemuan Kelompok Kec.Cipaku
9. Sumber biaya : Swadaya dan taruna
10.RAB : Rp.368.500
11.Prosedur kegiatan:
a) Koordinasi dengan penyuluh dan ketua kelompok untuk
menentukan waktu dan tempat.
b) Melakukan pre-test
c) Penyampaian materi sosialisasi dan diskusi, penumbuhan
kelompok
d) Melakukan post-test
12.Prosedur Penumbuhan Kelompok
a) Identifikasi potensi wilayah oleh penyuluh perikanan
9

b) Pelaksanaan penumbuhan kelompok


- Sosialisasi penumbuhan kelompok
- Calon anggota menyusun struktur organisasi dan AD/ART
c) Pengukuhan oleh pejabat wilayah setempat (lurah/desa/dan lainnya)
lalu dilaporkan kepada badan pelaksana penyuluhan/dinas perikanan
setempat.
3.5 Jadwal Kegiatan
10

DAFTAR PUSTAKA
Bps. (2023). Kecamatan Cipaku Dalam Angka 2023. Ciamis (Id). Bps Kabupaten
Ciamis.
Dianah, M. S. (2020). Uji Hedonik Dan Mutu Hedonik Es Krim Susu Sapi Dengan
Penambahan Pasta Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batatas L). Skripsi. Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.
Kepmenkp No 02. 2007. Tentang Cara Budidaya Ikan Yang Baik.
Kepmenkp No 14. 2012. Tentang Pedoman Umum Penumbuhan Dan Pengembangan
Kelembagaan Pelaku Utama Perikanan.
Mahyuddin, K. (2018). Panen Lele Di Berbagai Wadah. Penebar Swadaya Grup.
Novita Herdiana, N. H., Susilawati, S., Dyah Koesoemawardani, D. K., & Eka Rahayu,
E. R. (2023). Penambahan Tepung Ubi Jalar Ungu (Ipomea Batatas L) Dan
Tapioka Sebagai Bahan Pengisi Pembentuk Tekstur Nugget Ikan Lele. Agritech,
43(2), 1–7.
Permen Kp No. 59 Tahun 2021 Tentang Peningkatan Nilai Tambah Hasil Perikanan
Swastika, D. K. S. (2011). Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal Peningkatan
Kesejahteraan Petani. Analisis Kebijakan Pertanian, 9(4), 371–390.

Anda mungkin juga menyukai