Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Praktik kerja industri ( prakerin) adalah kegiatan pendidikan. Pelatihan dan

pembelajaran yang dilaksanakan didunia usaha atau dunia industri (Du/Di). Yang masih

relevan dengan kompetensi siswa. Program ini dilaksanakan dalam rangka memberikan

kesempatan kepada siswa untuk menjalani dunia kerja sesuai dengan bidang keilmuannya.

Praktik kerja industri merupakan salah satu program SMKPPN paringin yang merupakan

kegiatan wajib bagi siswa atau siswi kelas XI semester VI sebagai syarat untuk mengikuti

UAS / UAN.

Indonesia memiliki sumber daya yang amat kaya dan potensial, baik diwilayah

perairan tawar, perairan payau maupun perairan laut. Salah satunya dibagian wilayah

perairan tawar yang memiliki keanekaragaman ikan ratusan bahkan ribuan. Salah satu potensi

sumber daya perikanan yang sangat banyak diminati dan di gemari oleh masyarakat adalah

jenis ikan patin (pangasius hypopthalmus). Ikan patin (pangasius hypopthalmus) merupakan

salah satu jenis ikan air tawar yang populer dikalangan penggemar menu masakan ikan. Ikan

patin (Pangasius hypopthalmus) ini memiliki cita rasa yang enak dan memiliki nilai gizi yang

tinggi terutama protein hewani. Sehingga ikan ini menjadi menarik untuk dibudidayakan

secara komersial.

Pada zaman sekarang tuntunan masyarakat untuk pemenuhan gizi semakin meningkat

pesat terutama protein hewani. Dalam hal ini ikan dipandang sebagai sumber protein hewani

yang dapat memberikan banyak keuntungan karena ikan lebih murah dan mudah didapat.

Peluang usaha budidaya ikan patin siam (Pangasius Hypopthalmus) dapat dilakukan

dalam kegiatan pembenihan Kegiatan pembenihan merupakan upaya untuk menghasilkan

benih pada ukuran tertentu.


Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) indonesia memiliki kualitas yang lebih

dibanding negara lainnya. Hal ini di ungkapkan oleh ketua umum asosiasi pengusaha catfish

indonesia (APCI), M. Suhadi. Patin indonesia merupakan patin probiotik yang dibudidayakan

di kolam dengan air tanah yang bersih, dan dengan kepadatan yang lebih rendah

dibandingkan negara lain.

Untuk menjaga keseimbangan usaha dan meningkatkan produksi benih ikan

patin siam (Pangasius hypopthalmus) baik jumlah dan kualitasnya, maka para pembenihan

perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai teknik pembenihan ikan patin siam (Pangasius

hypopthalmus).

1.2. TUJUAN

Tujuan dari praktik kerja industri, (PRAKERIN) ini pada kegiatan pembenihan
ikan patin ( pangasius hypophtalmus) adalah sebagai berikut:

1. Mendapatkan keterampilan teknis dalam pembenihan ikan patin siam (Pangasius


hypopthalmus).
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dan kegagalan dalam
pembenihan ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus)

1.3. MANFAAT

1. Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai teknik budidaya pembenihan ikan patin
siam (Pangasius hypopthalmus) di Unit pelaksanaan teknis (UPT) Produksi perikanan
Budidaya Air Tawar (PPBAT)
2. Mendapatkan pengalaman secara langsung mengenai teknik pembenihan ikan patin siam
(pangasius hypopthalmus) sebagai informasi tambahan selain materi yang didapat
dilingkungan sekolah.
3. Memantapkan mental siswa untuk memasuki dunia kerja.
II PELAKSANAAN

2.1. Profil Instansi


2.1.1. Lokasi
Secara geografis Balai Benih Ikan Lokal Mentaos Kota Banjarbaru, secara
keseluruhan mempunyai luas areal 0,5 hektar yang terdiri dari 0,35 hektar perkolaman dan
0,15 hektar bangunan. Balai Benih Ikan Lokal Mentaos Kota Banjarbaru terletak pada
ketinggian 13-15 meter diatas permukaan laut. Lokasi tersebut berada ditepi saluran primer
riam. Jarak tempuh ibukota kabupaten sejauh 0,8 km dari Dinas pertanian perikanan dan
kehutanan kota Banjarbaru 0,7 km, dari Ibukota provinsi Kalimantan Selatan (Banjarmasin)
45 km. Adapun batas-batas Balai Benih Ikan Lokal Mentaos Kota Banjarbaru adalah:

-Utara perbatasan dengan kelurahan Martapura Kota

-Timur perbatasan dengan Desa Sungai paring

-Barat perbatasan dengan Desa Sungai Sipai

-Selatan perbatasan dengan Kelurahan Mentaos

Jenis tanah adalah laterit (clay dan lempung). Suplai air Balai Benih Ikan Lokal
Mentaos Kota Banjarbaru berasal dari waduk Riam kanan.

2.1.2. Tugas Pokok

Melaksanakan produksi benih ikan yang bermutu bagi UPR serta pengkajian dan
penerapan teknik perbenihan.

2.1.3. Fungsi

1. Penyusupan program benih ikan unggul

2. Produksi pengadaan dan distribusi benih ikan

3. Pengkajian dan penerapan teknis pembenihan, pemantauan hama dan penyakit ikan serta
penyiapan benih untuk pemacuan stock ikan.

4. Pemantauan dan evaluasi mutu benih

5. Pengelolaan urusan ketata usahaan


2.1.4. Dasar Hukum

Dasar hukum dibentuknya UPT. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Dinas
Ketahanan Pangan Pertanian dan Perikanan Kota Banjarbaru:

1. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang perikanan, sebagaimana diubah


dengan undang-undang Nomor 45 Tahun 2009;
2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan daerah;
3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1999 tentang pemerintahan kotamadya Daerah
Tingkat II Banjarbaru ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 43,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 38220.
4. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan Antara
pemerintah pusat dan pemerintah Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438 ).
5. Peraturan pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang perangkat daerah;
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang
pedoman pembentukan dan klasifikasi cabang dinas dan unit pelaksanaan Teknis
Daerah;
7. Keputusan menteri Kelautan dan perikanan Republik indonesia Nomor
20/KEPMENKP/2015 tanggal 30 Maret 2015 tentang jejaringan pemuliaan Ikan;
8. Keputusan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya nomor 1106/DPB.0/HK/X/2006
tentang petunjuk teknis Balai Benih Ikan (BBI), Balai Benih Ikan Sentral (BBIS),
Balai Benih Udang (BBU), Balai Benih Udang Galah (BBUG) dan Balai Benih Ikan
pantai (BBIP).
9. Peraturan daerah kota Banjarbaru Nomor 10 Tahun 2016 tentang pembentukan dan
susunan organisasi perangkat daerah kota Banjarbaru ( Lembaran Daerah kota
Banjarbaru Tahun 2016 Nomor 10 Tambahan Lembaran Daerah Kota Banjarbaru
Nomor 37);
10. Peraturan walikota Banjarbaru Nomor 39 Tahun 2016 Tentang kedudukan, susunan
Organisasi , Tugas pokok dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Ketahanan Pangan,
pertanian dan perikanan kota Banjarbaru.
11. Peraturan Walikota Banjarbaru Nomor 73 Tahun 2016 tentang rincian Tugas Dinas
Di Lingkungan Pemerintah Kota Banjarbaru ( Berita Daerah Kota Banjarbaru Tahun
2016 Nomor 73);
2.1.5. VISI

Visi dari Balai Benih Ikan Lokal Mentaos Banjarbaru dalam pembangunan perikanan
adalah “Meningkatnya produksi benih ikan air tawar sesuai Standar Mutu (SNI) dalam
rangka mendukung peningkatan produksi perikanan budidaya di kota Banjarbaru “Visi dari
Balai Benih Ikan Lokal Mentaos Kota Banjarbaru dalam pembangunan perikanan adalah
“Meningkatnya produksi benih ikan air tawar sesuai Standar Mutu (SNI) dalam rangka
mendukung peningkatan produksi perikanan budidaya di kota Banjarbaru”.

2.1.6. MISI

1. Meningkatkan teknik pembenihan, perbesaran ikan air tawar dan pengendalian hama
penyakit ikan.
2. Meningkatkan perkembangan teknik pembenihan dan penerapan sesuai kondisi dan
keperluannya.
3. Menerapkan cara pembenihan Ikan yang Baik (CBIB) Cara pembudidaya Ikan yang Baik
(CBIB).
4. Memberdayakan dan meningkatkan kemampuan SDM baik secara teknis maupun
administrasi.
5. Meningkatkan sarana dan prasarana.
6. Melakukan pemantauan dan monitoring dan pengawasan penerapan teknik pembenihan di
Unit perbenihan Rakyat (UPR).
7. Melakukan monitoring dan pengawasan mutu dan distribusi/pemasaran benih ikan air
tawar kepada UPR dan pembudidaya ikan.

2.1.7. Motto UPTD yaitu :” Profesional, Jujur, dan Disiplin”


2.1.8. Sasaran
1. Tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai.
2. Tersedianya paket teknologi budidaya.
3. Tersedianya calon induk, benih ikan yang unggul.
4. Tersedianya iptek perikanan.
5. Tersedianya produk perikanan budidaya yang bersertifikat.
2.1.9. Sarana Dan Prasarana

 Perkolaman
 Bangunan
 Aula Pertemuan
 Gudang pakan
 Gudang bahan baku
 Gudang serbaguna
 Indoor hatchery
 Kantor
 Ruang pengering pakan
 Rumah jaga
 3.Bangunan lain:
 Bak fiber 2 x 3 m & 4 x 3 m
 Kolam pemijahan/sortasi
 Kolam pendederan
 Kolam induk
 Saluran pemasukan air
 Saluran pembuangan air
 Jaringan listrik
 Jalan bata press
 Pagar depan
 pagar keliling (Kawat)

2.1.10. Komoditas Ikan

Komoditas ikan yang terdapat di UPT PPBAT MENTAOS BANJARBARU adalah:

1. Nila Oreochromis niloticus L

2. Mas Cyprinus carpio L

3. Gurame Osphronemus gourame

4. Patin Pangasius sp 2.1.11. Waktu dan Tempat


Pelaksanaan
5. Lele Clarias sp

6. Koi Cyprinus carpio


Praktik kerja lapangan dilaksanakan selama 2 bulan terhitung mulai 01 Februari 2019
s/d 01 April 2019. Lokasi kegiatan terletak di Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Produksi
perikanan budidaya air tawar (PPBAT), Desa mentaos timur kecamatan Banjarbaru utara kota
Banjarbaru.

2.1.12. Sistem Pelaksanaan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam pembenihan ikan patin siam (pangasius
hypopthalmus)

1. Alat

Alat yang digunakan dalam pembenihan sebagai berikut:

 kolam
 Hapa
 Baskom
 Karung
 Saringan
 Suntikan
 Kain
 Tisu
 Gelas
 Mangkok
 Bulu ayam
 Centong
 Bak fiber
 Aquarium
 Corong artemia

2. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembenihan sebagai berikut:

 Induk jantan dan betina yang matang gonad


 Air
 Ovaprim
 Aquabides
 Hcg
 Garam
 Kista artemia

3. Prosedur Kerja

 Persiapan wadah
Wadah yang harus dipersiapkan Sebelum melakukan pemijahan terlebih dahulu
melakukan persiapan wadah dengan tahapan dimulai dari membersihkan bak fiber,
aquarium, kolam pendederan, corong artemia. Bak fiber dibersihkan dari kotoran yang
dapat mendatangkan penyakit,dengan cara menyikat bak kemudian dibilas dengan air
bersih selanjutnya bak diisi air bersih dengan ketinggian mencapai 50-70 cm dan dikasih
garam. Aquarium dibalik dan digosok menggunakan kain agar kotoran yang tersisa
didalam aquarium tidak ada lagi setelah dibersihkan dari kotoran aquarium diisi dengan air
bersih setelah itu diberi garam satu genggam/aquarium. Corong artemia dibersihkan
dengan cara di gosok menggunakan tangan, karena corong artemia tidak terlalu kotor jika
ingin dibersihkan. Kolam pendederan sudah siap terlebih dahulu karena kolam sudah
berisi larva dan ditumbuhi zooplankton.
 Seleksi induk
Induk ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) dilakukan penyeleksiann dengan
cara menggerek ikan menggunakan hapa yang ukurannnya menyesuaikan dengan luas
kolam induk ikan agar mudah untuk ditangkap. Induk ikan patin siam (Pangasius
hypopthalmus) yang tertangkap dikumpulkan dan diseleksi kematangan gonadnya.
Apabila ditemukan induk yang matang gonad, induk diangkat dan dimasukan kedalam
wadah lainnya untuk dipijahkan. Untuk mengetahui ciri-ciri induk jantan dan induk betina
yang matang gonad. Dapat dilihat pada tabel 1.
 Penyuntikan ( Induce Breeding)
Penyuntikan kali ini menggunakan hormone HCG dan hormon ovaprim dengan
tiga kali penyuntikan pada induk betina dan dua kali penyuntikan menggunakan hormon
ovaprim pada induk jantan yang diambil dengan jarum suntik. Hari pertama dilakukan
penyuntikan menggunakan HCG pada induk betina pada jam 04.00 sore. Setelah selang
waktu 24 jam dilakukan penyuntikan kedua menggunakan hormon ovaprim pada induk
betina dan induk jantan, selanjutnya setelah selang waktu 8 jam dilakukan penyuntikan
yang ketiga menggunakan hormon ovaprim pada induk betina dan dua kali penyuntikan
pada induk jantan. Penyuntikan dilakukan secara intramuscular (pada bagian punggung
atas kanan/kiri) dengan sudut kemiringan 45°C. Setelah masing-masing induk disuntik
kemudian induk dimasukan kedalam bak fiber.
 Pemijahan secara buatan
Proses pemijahan dilakukan dengan cara induk distriping, hal pertama yang dilakukan
dalam proses striping adalah melakukan pengecekan apakah induk betina sudah ovulasi
atau belum dengan cara mengurut perut induk ikan dari arah kepala kelubang genital, bila
telur dapat keluar dengan pijatan yang lembut berarti induk sudah ovulasi dan siap di
striping.
 Penetasan telur
Wadah penetasan telur ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) dapat berupa
didalam aquarium yang dilengkapi aerator. Setelah telur tersebar merata didalam
aquarium, telur yang terbuahi akan berkembang sedikit demi sedikit hingga menetas
menjadi larva telur akan menetas dengan selang waktu 18-24 jam setelah ovulasi pada
suhu 29-30ºC.
 Pemeliharaan larva
Larva yang sudah menetas dengan selang waktu 10-12 jam larva akan mulai
bergerak naik turun dalam aquarium. Larva pada umur 1-2 hari tidak dikasih pakan
karena larva memanfaatkan kuning telur sebagai pertumbuhannya. Setelah larva
memasuki umur 3 hari barulah larva diberi suspensi makanan alami berupa artemia
salina yang sudah dikultur sampai larva berumur 9 hari pada hari ke 10 larva dapat
dikasih pakan tambahan berupa cacing tubifex. Jumlah pakan yang diberikan kepada
larva dilakukan secara adlibitum atau dilakukan sekenyang-kenyangnya.
 Pendederan
Pemanenan larva dengan cara menyerok larva didalam aquarium menggunakan
skopnet/serok larva kemudian apabila larva sudah tidak banyak lagi maka ketinggian air
dapat dikurangi agar memudahkan proses pemanenan sampai benar-benar tidak ada lagi
larva yang tersisa. Larva yang sudah dipanen dari aquarium ditampung dalam baskom
yang sudah diisi air. Selanjutnya larva dipindahkan kedalam kolam pendederan dengan
cara baskom dimasukan kedalam kolam pendederan sampai suhu air dalam baskom sama
suhunya dengan suhu air didalam kolam atau disebut aklimatisasi, kemudian baskom
dimiringkan ke arah air dan biarkan larva keluar dari baskom secara perlahan sampai
habis.
 Pemeliharaan benih
Benih ikan patin siam di pelihara di kolam agar benih ikan patin siam (Pangasius
hypopthalmus) tidak mengalami stress, perlu diperhartikan kualitas air di tempat
pemeliharaan. Suhu atau temperature air dijaga pada kisaran 28ºC. Benih ikan patin siam
(Pangasius hypopthalmus) diberi makan 2 kali sehari pada pagi hari dan malam hari,
Pakan yang digunakan yaitu pakan tenggelam fengli 100 pada kolam pendederan jika pada
aquarium pakan yang digunakan adalah pakan alami yaitu artemia dan cacing tubifex.
http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/budidaya perikanan/521-pembenihan-
ikan-patin-siam-(pangasius hypopthalmus)-secara-buatan.

III HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.1. Hasil

Hasil praktik kerja industri (PRAKERIN) pada kegiatan pembenihan ikan patin siam
(pangasius hypopthalmus) secara buatan dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Tabel 1. Ciri-ciri induk jantan dan induk betina ikan patin siam (pangasius hypopthalmus)

Induk jantan Induk betina

- Tubuhnya panjang dan ramping - Tubuhnya gemuk


- Warna kulitnya cerah sedikit - Pendek
kemerahan - Kulitnya kusam
- Alat kelaminnya panjang - Lebih halus
- Menggembung - Punya dua lubang

Tabel 2. Hasil praktik kerja industri

Umur induk yang dipijahkan 2-3 tahun

Perbandingan induk 1:3

Dosis penyuntikan pertama 3,2 ml

Dosis penyuntikan kedua 2,45 ml

Dosis penyuntikan ketiga 2,5 ml

Lama pemeliharaan larva 15 hari

Lama pemeliharaan benih 6 bulan

Pakan tambahan Cacing tubifex dan artemia salina

3.2. Pembahasan

3.2.1. Klasifikasi ikan patin siam (pangasius hypopthalmus)


secara taksonomi termasuk spesies (pangasius hypophthalmus) yang hidup di
perairan tropis indo pasifik. Bentuk tubuh agak memanjang, kepala berbentuk simetris, badan
licin tidak bersisik,mulut agak lebar,mempunyai 2 pasang sungut, dan mata terletak agak
kebawah. Saanin (1984).
 Filum : Chordata
 Sub Filum : Vertebrata
 Kelas : Pisces
 Sub Kelas : Teleostei
 Ordo : Ostariophysi
 Sub Ordo : Siluroidei
 Famili : Schilbeidae
 Genus : Pangasius
 Spesies : Pangasius hypopthalmus

3.2.2. Morfologi ikan patin siam (pangasius hypopthalmus)

Ikan patin siam memiliki tubuh yang memanjang dan berwarna putih keperak-

perakan dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Tubuh ikan ini memiliki panjang hingga

mencapai 120 cm, bentuk kepalanya yang relatif kecil, mulut terletak diujung kepala bagian

bawah, pada kedua sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis yang berfungsi sebagai alat

peraba yang merupakan ciri khas ikan golongan catfish, dan memiliki sirip ekor berbentuk

cagak dan simetris (Djariah 2001). Ikan patin siam merupakan hewan nokturnal (melakukan

aktivitas dimalam hari) dan termasuk jenis ikan omnivora (pemakan segala). Ikan patin siam

termasuk ikan dasar yang dapat dilihat dari bentuk mulut yang agak kebawah. Ikan ini cukup

responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada proses budidaya dalam usia enam

bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm.

3.2.3. Habitat dan Penyebaran

Sebagai ikan catfish lainnya, ikan patim siam (pangasius hypopthalmus) di alam
bebas biasanya selalu bersembunyi dalam liang-liang tepi sungai atau kali. Ikan ini baru
keluar dari liang persembunyiannya pada malam hari setelah hari mulai gelap. Hal ini sesuai
dengan sifat hidupnya yang nocturnal (aktif malam hari). Di habitat aslinya .sungai-sungai
besar yang tersebar di beberapa pulau besar di indonesia ikan ini lebih banyak menetap
didasar perairan ketimbang di permukaan., sehingga di golongkan sebagai ikan dasar
(demersal) hal ini dapat dibuktikan dan bentuk mulutnya yang melebar, sebagaimana mulut
ikan demersal lainnya (khairuman dan sudenda, 2009).
3.2.4. Pakan dan kebiasaan makan

Patin adalah ikan omnivora (pemakan segala, hewan, dan tumbuhan)dan


cenderung menjadi carnivora (pemakan hewan). Di alam patin memakan ikan-ikan kecil,
cacing, detritus, serangga, biji-bijian, potongan daun tumbuh-tumbuhan, rumput-rumputan,
udang kecil dan moluska. Dalam pemeliharaan patin dapat memakan pakan buatan (artifikal
foods)berupa pelet. Larva dan benih benih patin memakan plankton (fitoplankton dan
zooplankton). Larva patin yang baru memulai memangsa pakan dari luar setelah cadangan
makanan berupa kuning telurnya habis, antara lain Barachionus calicyflorus, hexarta mira
sedangkan benih yang berukuran lebih besar sehingga menjelang menjadi ikan muda larva
artemia dan sebagainya. Arifin (1993) dalam cholik et al (2005).

3.2.5. Persiapan Wadah Pemijahan

Wadah untuk pemijahan yaitu bak fiber, bak fiber dibersihkan dari kotoran yang
bisa mendatangkan penyakit pada ikan dan kemudian dibilas menggunakan air bersih setelah
dibersihkan lalu baik fiber diisi dengan air bersih dengan ketinggian 60-70 cm. Aquarium
dibalik dibersihkan dengan cara digosok menggunakan kain sisa dari sisi atas kanan dan
bawah kemudian dibilas dengan air bersih setelah dibersihkan lalu diisi dengan air bersih.
Adapun corong artemia dibersihkan dengan melakukan penyiraman air pada corong artemia.

3.2.6. Seleksi induk ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus)

 Semakin menurunnya kualitas genetik ikan


 Semakin meningkatnya kebutuhan induk yang berkualitas untuk menghasilkan benih yang
unggul.
 Terjadinya perkawinan sedarah (inbreeding)
 Terjadi penurunan kualitas telur yang dihasilkan.

3.2.7. Penyuntikan (induce breeding)

Alasan menggunkan hormon HCG yaitu untuk memeriksa hormon hcg dalam darah atau urin.

Alasan menggunakan hormon ovaprim agar mendorong induk ikan untuk ovulasi, juga
kaitannya dengan keberhasilan pembuahan.

 Pemijahan secara buatan


Alasan stripping yaitu agar terjadi pembuahan yaitu telur dan sperma dapat dicampur
dengan sempurna, Untuk membuang kotoran berupa lendir perlu dilakukan pergantian air
bersih.
Alasan menggunakan bulu ayam agar telur tidak pecah jika diaduk.
 Penetasan telur
Apabila telur berwarna kuning terang itu memiliki embrio
Sedangkan telur yang berwarna putih pucat merupakan telur rusak atau tidak dapat
menetas.
 Pemeliharaan larva

Alasan larva tidak diberi pakan umur 1-2 hari, karena larva memanfaatkan kuning telur
sebagai pertumbuhannya. Setelah larva memasuki umur 3 hari barulah larva diberi suspensi
makanan alami berupa artemia salina yang sudah dikultur.

Alasan larva diberi artemia salina yaitu dikarenakan artemia sp memiliki kandungan gizi
yang baik dan dan mengandung protein yang cukup tinggi yaitu 40-60% berat kering, cacing
tubifex hanya digunakan untuk pakan tambahan saja pada malam hari.

Alasan pemberian pakan secara adlibitum, adapun indikator kenyang pada larva ikan adalah
larva ikan tidak merespon lagi pakan yang diberikan pada masing-masing perlakuan.

 Pendederan
Alasan pendederan dilakukan untuk melindungi tumbuhan/hewan sewaktu kecil karena
biasanya mereka rentan terhadap hama, penyakit, serta perubahan lingkungan yang
ekstrem.
Alasan dilakukannya aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian adaptasi dari suatu
organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya beberapa kondisi
umumnya disesuaikan adalah suhu lingkungan, derajat kesamaan (Ph), dan kadar oksigen.
 Pemeliharaan benih

Alasan menjaga kualitas air yaitu agar tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan benih
ikan patin.

Alasan pemberian pakan pada brnih, jika benih semakin besar ukuran benih akan
semakin banyak kebutuhan pakan nya.

Pemeliharaan benih selama 6 bulan.


IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil praktik kerja industri (PRAKERIN) pada kegiatan


pembenihan ikan patin siam (pangasius hypopthalmus) adalah sebagai berikut:
1. Teknik yang dilakukan pada kegiatan pembenihan ikan patin siam
(Pangasius hypopthalmus) meliputi persiapan wadah, seleksi induk,
penyuntikan, pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva, pendederan,
pemeliharaan benih.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan pada kegiatan pembenihan
ikan patin siam (pangasius hypopthalmus) antara lain:
- Sumber air
- Lingkungan sekitar
- Cuaca
- Kualitas bibit patin
- Pemeliharaan patin
- Kualitas pakan patin
- Kualitas SDM
- Faktor kolam
- Pemberian pakan
- Modal yang cukup

4.2. Saran
Pembenihan ikan patin siam di UPT PPBAT Banjarbaru, secara umum sudah
berjalan baik. Akan tetapi, suatu kegiatan usaha yang berjalan dengan baik terdapat
peningkatan-peningkatan untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Berdasarkan pada
praktik kerja lapangan( PKL ). Maka beberapa hal yang dapat diupayakan antara lain:
1) Sebaik-baiknya induk yang kurang produktif diganti dengan induk yang baru sehingga
jumlah dan kualitas telur yang dihasilkan akan baik.
2) Harap dilengkapi alat untuk pengukuran kualitas air.

Anda mungkin juga menyukai