LAPORAN MAGANG
Angga Saputra
05051181621001
LAPORAN MAGANG
Universitas Sriwijaya
2
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Perikanan Pada
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Angga Saputra
05051181621001
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
3
Universitas Sriwijaya
4
1.2. Tujuan
Pelaksanaan magang bertujuan untuk mempelajari teknik pemijahan dan
pemeliharaan larva ikan gurame (Osphronemus gouramy) yang dikembangkan di
Balai Benih Ikan (BBI) Soak Bujang Gandus, Palembang.
BAB 2
GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG
Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
6
Universitas Sriwijaya
7
2.6. Sarana dan Fasilitas Balai Benih Ikan (BBI) Gandus Palembang
2.6.1. Kantor BBI
Kantor BBI berfungsi sebagai tempat untuk pengurusanadministrasi,
keuangan, dan sebagai tempat untuk pelayanankepada masyarakat juga petani
dibidang budidaya. Kantor BBI juga berfungsi membantudibidang pembenihan
ikan. Kantor BBI sebagai tempatmelaksanakan sebagian tugas Dinas Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan dalam membina, mengembangkan, meningkatkan
produksi, distribusi serta pemasaran benih ikan air tawar. Kantor BBI Gandus
Palembang disajikan pada Gambar 2.2
Universitas Sriwijaya
8
Universitas Sriwijaya
9
2.6.4. Hatchery
UPTD Balai Benih Ikan Gandus, Palembang memiliki dua hatchery yang
berfungsi sebagai tempat untuk pemijahanikan atau sebagai tempat untuk
pemeliharaan larva ikan. Hatchery pertama digunakan untuk pemijahan ikan
baung dan hatchery kedua digunakan untuk pemijahan ikan patin. Didalam
hatchery ini terdapat sarana prasarana penunjang sebagai berikut :
1. Akuarium
Akuarium berfungsi sebagai tempat untuk pemeliharaanlarva ikan yang
sebelumnya telah dilakukan pemijahan.
2. Bak Fiber
Bak fiber berfungsi sebagai tempat untuk menampunginduk ikan atau
tempat untuk pemeliharaan induk ikanyang akan dilakukan pemijahan.
Universitas Sriwijaya
10
Universitas Sriwijaya
11
BAB 3
METODE PELAKSANAAN MAGANG
Universitas Sriwijaya
12
Universitas Sriwijaya
13
Seleksi induk matang gonad dilakukan pada pagi hari dengan cara
menjaring kolam pemeliharaan induk. Induk hasil seleksi selanjutnya ditebar ke
kolam pemijahan secara hati-hati untuk menghindari kerusakan dan luka pada
tubuh ikan.Pada kegiatan magang ini yang digunakan induk jantan berumur ≥ 2
tahun, panjang total ≥ 30 cm, bobot tubuh ≥ 1 kg. Sedangkan untuk induk betina
yang siap pijah berumur ≥ 2 tahun, panjang total ≥35 cm, dan bobot tubuh ≥ 1 kg.
Menurut Fais (2008) ciri-ciri induk gurame jantan yang telah matang gonad,
yakni warna berwarna hitam, perut membentuk sudut tumpul, gerakannya lincah,
dan apabila perut di striping mengeluarkan cairan sperma sedangkan iri-ciri induk
gurame betina yang telah matang gonad, yakni warna relatif terang, memiliki
bentuk perut yang bulat, dan gerakannya lambat.
3.3.4. Pemijahan
Pemijahan ikan gurame dilakukan secara alami dengan perbandingan induk
jantan dan induk betina sebanyak1:3. Proses pemijahan biasanya berlangsung
yang diawali pada 1 minggu pertama induk jantan yang telah membuat sarang.
Pembuatan sarang dimulai ≥5 hari kemudian induk betina yang siap dipijah
memiliki naluri akan segera memijah setelah sarangnya siap. Pemijahan biasanya
terjadi malam hari selama 2-3 hari, Setelah itu induk betinaakan memasukkan
telur ke dalam sarang dan menutupnya dengan ijuk. Menurut Durachman (2001),
induk ikan gurame dapat dipijahkan sebanyak 2 kali dalam setahun selama usia
produktif selama 5 tahun.
Universitas Sriwijaya
14
BAB 4
HASIL KEGIATAN MAGANG
Universitas Sriwijaya
15
Induk jantan dan betina ikan gurame dipelihara di kolam induk dengan luas
kolam berukuran 5 m x 5 m dan kedalaman air 75-100 cm. Kolam induk ikan
gurame dipasang sekat menggunakan batu bata dengan ukuran 3 m x 5 m. Kolam
dipasang sekat bertujuan untuk memisahkan antara induk jantan ikan gurame dan
induk betina ikan gurame, agar pada saat pemeliharaan induk tidak terjadi
pemijahan secara liar. Kolam pemeliharaan induk disajikan pada Gambar 4.1.
Universitas Sriwijaya
16
Universitas Sriwijaya
17
Universitas Sriwijaya
18
substrat seperti ijuk dan kotak sampah. Menurut Susanto (2014), ijuk merupakan
salah satu media yang berfungsi untuk pembuatan sarang bagi ikan gurame.
a b
Universitas Sriwijaya
19
Gambar 4.5. Persiapan Pemijahan, (a) Pembuatan sarang telur ikan gurame dan
(b) Sarang telur ikan gurame
4.4. Pemijahan
Pemijahan ikan gurame dilakukan secara alami dengan perbandingan induk
jantan ikan gurame dan induk betina ikan gurame yaitu 1 : 3. Menurut Caniago
et al., (2014), perbandingan bertujuan agar pemijahan yang dilakukan lebih efektif
karena hampir semua sel ovum dapat dibuahi oleh sel sperma.
Proses pemijahan diawali pada minggu pertama, yakni induk jantan yang
telah membuat sarang. Pembuatan sarang dimulai ≥5 hari, kemudian induk betina
yang siap akan memijah memiliki naluri yang akan segera memijah setelah
sarangnya siap. Pemijahan terjadi biasanya pada malam hari selama 2-3 hari,
Setelah itu induk betina akan memasukkan telur ke dalam sarang dan menutupnya
dengan ijuk. Menurut Sendjaya dan Rizki (2010), menyatakan bahwa induk jantan
akan mencari tempat yang aman dan tenang untuk membuat sarang sebagai
Universitas Sriwijaya
20
tempat menyimpan telur, dengan memungut bahan sarang (ijuk) yang telah
dipersiapkan di atas permukaan kolam.
Menurut Rahmawati (2007), ciri-ciri sarang yang sudah berisikan telur
yaitu, lubang sarang ditutup dengan serabut, sarang selalu ditunggu oleh induk
betinanya, air sekitar sarang kelihatan bergerak-gerak, ekor induk betina selalu
dikipas-kipaskan di depan lubang sarang, sekitar sarang airnya terdapat minyak,
dan bau amis disekitar kolam. Ikan gurame akan memijah lagi setelah 30 hari.
Kebiasaan induk gurame akan memijah kembali setelah 30 hari karena ikan
gurame memiliki 2 kantong telur, dan tidak semua telurnya akan dikeluarkan pada
saat proses pemijahan.
4.5. Penetasan Telur
Penetasan telur ikan gurame diilakukan pada akuarium ukuran 15 cm x 30
cm. Akuarium dibersihkan terlebih dahulu kemudian ditambahkan air dengan
ketinggian 20 cm. Telur yang telah diperoleh dari pemanenan sarang di kolam
pemijahan dipisahkan terlebih dahulu, kemudian telur diletakkan di dalam baskom
untuk melakukan pengambilan minyak pada telur ikan gurame. Pengambilan
minyak pada telur ikan gurame dengan menggunakan kertas dilakukan untuk
menghilangkan minyak pada telur ikan gurame agar tidak menempel di telur ikan
gurame. Setelah menghilangkan minyak pada telur ikan gurame, selanjutnya telur
ikan gurame dihitung. Perhitungan telur ikan gurame dilakukan secara manual
dengan menggunakan sendok. Proses pengambilan minyak pada telur ikan gurame
disajikan pada Gambar 4.7.
Universitas Sriwijaya
21
Universitas Sriwijaya
22
Dari data yang telah diperoleh selama magang, maka dapat dihitung derajat
pembuahan dan derajat penetasan telur yang dilakukan pada ikan gurame.
Parameter yang dihitung disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Parameter yang dihitung
No. Parameter yang diukur Persentase keberhasilan
1. Derajat pembuahan (FR) 95,68 %
2. Derajat penetasan telur (HR) 98,37 %
Dari tabel di atas, maka diperoleh derajat pembuahan telur ikan gurame
sebesar 95,68 %. Persentase ini menunjukkan bahwa derajat pembuahan telur
yang dihasilkan sudah berhasil. Hal ini sesuai dengan Radona dan Nafiqoh
(2014), yang menyatakan bahwa derajat pembuahan telur ikan gurame yang baik
dan berhasil dapat mencapai 95% - 98%.
Derajat penetasan telur ikan gurame sebesar 98,37 %. Hal ini juga sesuai
dengan Ulpah et al., (2017), yang menyatakan bahwa keberhasilan derajat
penetasan telur ikan gurame yang baik dan berhasil dapat mencapai >98%.
Telur ikan gurame yang terbuahi dan tidak terbuahi dapat dilihat dari warna
telur, telur yang terbuahi berwana kuning cerah dan transparan sedangkan telur
yang tidak terbuahi berwarna keputihan, kusam atau terdapat bintik putih. Telur
akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Penyiponan akuarium dilakukan selama 2
hari sekali untuk membersihkan akuarium dan membuang sisa telur yang tidak
menetas. Pergantian air akuarium dilakukan 3 hari sekali. Gambar telur tidak
terbuahi disajikan pada Gambar 4.9.
Universitas Sriwijaya
23
Universitas Sriwijaya
24
BAB 5
Universitas Sriwijaya
25
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh bahwa teknik pemijahan dan pemeliharaan
larva ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac) yang dikembangkan di Balai
Benih Ikan (BBI) Soak Bujang Gandus, Palembang meliputi persiapan kolam
pemijahan kolam ikan gurame, pemeliharaan induk ikan gurame, seleksi induk
ikan gurame, pemijahan ikan gurame, penetasan telur ikan gurame, dan
pemeliharaan larva ikan gurame. Data yang didapatkan selama kegiatan magang,
yakni berat induk ikan gurami jantan 1,3 kg, berat induk ikan gurami betina 1,5
kg, jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 2250 butir, jumlah telur yang terbuahi,
2153 butir, jumlah telur yang menetas 2118 butir, jumlah awal larva ikan gurame
sebanyak 2118 ekor, dan jumlah akhir larva ikan gurame sebanyak 2107. Dari
data tersebut, maka diperoleh persentase keberhasilannya seperti persentase
keberhasilan derajat pembuahan (FR) sebesar 95,68 %, derajat penetasan telur
(HR) sebesar 98,37 %, dan persentase tingkat kelangsungan hidup larva ikan
gurame sebesar 99,48 %.
Universitas Sriwijaya
26
DAFTAR PUSTAKA
Bachtiar, Y., 2010. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis Gurami. Jakarta:
PT. Agro Media Pustaka.
Caniago, A., Y. Basri dan Azrita. 2014. Pengaruh Perbandingan Induk Jantan dan
Betina dalam Pemijahan Ikan Sepat Mutiara (Tricogaster leeri Blkr)
Terhadap Fekunditas dan Daya Tetas Telur. Prosiding Hasil Penelitian
Mahasiswa FPIK. 5 (1): 12 hal.
Fais, M. 2008. Analisis Strategi Bisnis Usaha Pembenihan Ikan Gurame Pada
Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri, Desa Barengkok, Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Skripsi. hal.72.
Hardaningsih, I., Triyatmo, B., dan Wijonarko, F., 2009. Pengaruh Fluktuasi Air
Harian Terhadap Laju Pertumbuhan dan Sintasan Benih Gurami
(Osphronemus goramy Lac.). Prosiding Seminar Nasional Perikanan
Universitas Gadjah Mada. RA 13.
Radona, D dan Nafiqoh, N., Karakterisasi reproduksi dan nilai heterosis hasil
persilangan ikan gurame bastar dan bluesafir. Berita Biologi. Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor. 13(2): 153-
159.
Subandiyah, S., D. Satyani dan Aliyah., 2003. Pengaruh subtitusi pakan alami
(Tubifex sp) dan buatan terhadap pertumbuhan ikan tilan lurik merah
(Mastacembelus erythrotaenia Bleeker, 1850). Jurnal Iktiologi Indonesia. 3
(2): 67-72.
Universitas Sriwijaya
27
Ulpah, Y., Adriani, M., dan Murjani, A., 2017. Daya tetas dan kelangsungan
hidup larva gurami pada padat tebar yang berbeda. Jurnal Akuakultur.
1(1): 1-12.
Universitas Sriwijaya
28
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
29
Universitas Sriwijaya