Anda di halaman 1dari 29

1

LAPORAN MAGANG

PEMBENIHAN IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DI


BALAI BENIH IKAN (BBI) SOAK BUJANG, GANDUS,
PALEMBANG, SUMATERA SELATAN

BREEDING OF CATFISH GURAME (Osphronemus gouramy)


AT BALAI BENIH IKAN (BBI) SOAK BUJANG, GANDUS,
PALEMBANG, SUMATERA SELATAN

Angga Saputra
05051181621001

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

LAPORAN MAGANG

PEMBENIHAN IKAN GURAME (Osphronemus gouramy) DI


BALAI BENIH IKAN (BBI) SOAK BUJANG, GANDUS,
PALEMBANG, SUMATERA SELATAN

Universitas Sriwijaya
2

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Perikanan Pada
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya

Angga Saputra
05051181621001

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2021

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia memiliki potensi lahan budidaya yang cukup besar untuk
mengembangkan budidaya ikan, salah satunya adalah ikan gurame. Ikan gurame
(Osphronemus gouramy) merupakan ikan air tawar asli Indonesia yang termasuk

Universitas Sriwijaya
3

dalam famili Labyrinthici. Ikan gurame sudah lama dibudidayakan dan


dikonsumsi masyarakat karena rasa dagingnya lezat dan memiliki nilai ekonomis
tinggi. Pembenihan ikan gurame memiliki potensi tinggi untuk dilakukan karena
produksi ikan gurame dari tahun ke tahun cenderung meningkat sehingga tingkat
permintaan benih ikan guramejuga mengalami peningkatan (Budiana, 2018).
Dengan peningkatan permintaan benih ikan gurame terdapat banyak faktor
pendukungyang menjadikan prospek budidaya ikan gurame menjadi sangat
menjanjikan. Faktor pendukung tersebut diantaranya adalah lahan untuk budidaya
ikan gurame masih sangat banyak tersedia, benih dan pakannya mudah didapat,
serta data tentang cara budidayanya cukup memadai. Selain dipasarkan di dalam
negeri, ikan gurame juga dapat berpotensi dipasarkan keluar negeri. Selama ini,
untuk memenuhi permintaan kebutuhan di dalam negeri, ikan gurame masih
dipasok dari sentra penghasil ikan gurame seperti Jawa Barat. Kebutuhan ikan
gurame seperti di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Jawa Timur,
dan Nusa Tenggara Barat. Namun, hingga saat ini untuk kebutuhan ikan gurame
di dalam negeri masih saja belum terpenuhi seluruhnya (Agromedia, 2007).
Ikan gurame merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar
ke seluruh perairan Asia Tenggara dan Cina. Masyarakat Indonesia sudah lama
mengenal ikan gurame, rasa dagingnya yang gurih dan lezat sangat digemari
masyarakat. Ikan gurami termasuk salah satu dari 12 komoditas untuk pemenuhan
gizi masyarakat. Ikan gurame banyak dikembangkan oleh para petani, hal ini
dikarenakan permintaan pasar yang cukup tinggi dan pemeliharaannya yang relatif
mudah. Namun salah satu jenis ikan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi ini
memiliki pertumbuhan yang lambat tetapi dapat diatasi dengan pemberian
pakanberkualitas dalam jumlah yang cukup(Ricky, 2008).
Kendala yang biasanya dialami oleh para pembudidaya ikan saat ini adalah
1 tidak berkelanjutan. Hal ini disebabkan
keterbatasan ketersediaan benih yang
karena larva ikan gurame yang rentan mengalami kematian. Berdasarkan dengan
hal tersebut, teknik pemijahan dan pemeliharaan larva ikan gurame dilakukan di
Balai Benih Ikan (BBI) Soak Bujang, Gandus Palembang yang merupakan salah
satu upaya untuk penyediaan benih ikan gurami di Palembang secara
berkelanjutan.

Universitas Sriwijaya
4

1.2. Tujuan
Pelaksanaan magang bertujuan untuk mempelajari teknik pemijahan dan
pemeliharaan larva ikan gurame (Osphronemus gouramy) yang dikembangkan di
Balai Benih Ikan (BBI) Soak Bujang Gandus, Palembang.

BAB 2
GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG

2.1. Sejarah BBI Gandus Palembang

Universitas Sriwijaya
5

Balai Benih Ikan (BBI) Gandus adalah UPTD pada DinasPertanian,


Perikanan dan Kehutanan (DP2K) Pemerintah KotaPalembang yang dibentuk
berdasarkan keputusan WalikotaPalembang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang
Pembentukan UnitPelaksanan Teknis Dinas (UPTD) Pertanian, Perikanan
danKehutanan, UPTD Balai Benih Ikan (BBI), dan mempunyai
tugasmelaksanankan sebagian tugas Dinas Pertanian, Perikanan danKehutanan
dalam membina, mengembangkan, meningkatkanproduksi, distribusi dan
pemasaran benih ikan air tawar.Sektor perikanan memiliki kemampuan
untukmenciptakan peluang usaha guna mengurangi kemiskinan dandapat
menciptakan lapangan pekerjaan serta sekaligus mampusebagai tumpuan pijakan
bagi pertumbuhan ekonominasional.
Balai Benih Ikan Dinas Pertanian, Perikanan danKehutanan Kota
Palembang terletak di Desa Soak BujangKelurahan Gandus Kecamatan Gandus
Kota Palembang. Denganadanya cikal bakal pembangunannya yang diawali
denganpembuatan kolam percontohan pada tahun 1980, yang kemudianseiring
dengan berkembangnya usaha budidaya ikan di perairanumum, terutama budidaya
ikan patin Bangkok pada tahun 1990,maka untuk menunjang pemenuhan
kebutuhan benih ikan,dibangunlah Balai Benih Ikan Soak Bujang Gandus pada
tahun1997 secara bertahap sampai tahun 2000 dengan sumber dana APBN II dan
Inpres kemudian dilanjutkan pembangunanprasarana Balai Benih Ikan pada tahun
2006-2008 dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) Kelautan dan Perikanan dengan
luas lahan satu hektar.

2.2. VisiBBI Gandus Palembang


Adapun visi BBI Gandus Kota Palembang, yakni menjadi Balai Benih
Ikan(BBI) Lokal terdepan penghasil benih ikan air tawar yang unggul,produktif,
bermutu dan penerapannya dilakukan sesuai denganStandar Nasional Indonesia
(SNI) yaitu dengan Cara PembenihanIkan  yang Baik (CPIB) dan Cara
Budidaya Ikan yang Baik (CBIB)serta optimalisasi kawasan produksi perikanan
3 sebagai kota metropolitan, mandiridan
dalam rangkamendukung kota Palembang
berkualitas.

Universitas Sriwijaya
6

2.3. MisiBBI Gandus Palembang


Adapun misi BBI Gandus Palembang, yaitu:
1. Mengembangkan potensi perikanan atas dasar sumber daya alam dan
sumber daya manusia.
2. Meningkatkan aktifitas ekonomi di bidang perikanan.
3. Menghasilkan benih ikan air tawar yang unggul dan baik.
4. Sarana transfer teknologi perikanan budidaya air tawar bagimasyarakat dan
petani.
5. Pelayanan jasa informasi perikanan budidaya air tawar.

2.4. Tugas dan FungsiBBI Gandus Palembang


Berdasarkan Peraturan Walikota Palembang Nomor10 Tahun 2009 Tentang
Pembentukan Unit PelaksananTeknis Dinas (UPTD) Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan,Unit Pelayanan teknis Dinas (UPTD) Balai Benih Ikan (BBI)
mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut :

2.4.1. Tugas BBI Gandus Palembang


Balai Benih Ikan (BBI)Gandus Palembang mempunyai tugas, yaitu
melaksanakansebagian tugas Dinas Pertanian, Perikanan danKehutanan dalam
membina, mengembangkan,meningkatkan produksi, distribusi dan pemasaran
benihikan air tawar.

2.4.2. Fungsi BBI Gandus Palembang


BBI Gandus Palembang menyelenggarakan fungsi, yakni sebagai berikut :
1. Penyelenggaraan pelayanan masyarakat di bidang pembenihan ikan.
2. Pemeriksaan kesehatan ikan, mendeteksi, memantauikan yang terkena
penyakit serta pemberantasan penyakit ikan.
3. Pelaksanaan sistem informasi benih ikan di kota Palembang.
4. Pelaksanaan perbanyakan dan pengelolaan indukpenjenis, induk dasar dan
benih alam.
5. Pelaksanaan pembinaan, pemantauan lembaga sertifikasi perbenihan ikan.
6. Pengkoordinasian dengan instansi terkait dan unitkerja lainnya.

Universitas Sriwijaya
7

7. Penyampaian laporan kegiatan operasional kepadaKepala Dinas.

2.5. Struktur OrganisasiBalai Benih Ikan (BBI) Gandus Palembang


Adapun struktur organisasi UPTD BBI Gandus Palembang, terdiri dari :
1. Kepala.
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha.
3. Petugas Teknis Operasional.
4. Kelompok Jabatan Fungsional.
Susunan organisasi UPTD BBI Gandus Palembang disajikan pada Gambar
2.1.

Gambar 2.1. Susunan Organisasi UPTD BBI Gandus Palembang

2.6. Sarana dan Fasilitas Balai Benih Ikan (BBI) Gandus Palembang
2.6.1. Kantor BBI
Kantor BBI berfungsi sebagai tempat untuk pengurusanadministrasi,
keuangan, dan sebagai tempat untuk pelayanankepada masyarakat juga petani
dibidang budidaya. Kantor BBI juga berfungsi membantudibidang pembenihan
ikan. Kantor BBI sebagai tempatmelaksanakan sebagian tugas Dinas Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan dalam membina, mengembangkan, meningkatkan
produksi, distribusi serta pemasaran benih ikan air tawar. Kantor BBI Gandus
Palembang disajikan pada Gambar 2.2

Universitas Sriwijaya
8

Gambar 2.2. Kantor BBI Gandus Palembang

2.6.2. Perumahaan Karyawan


Dalam UPTD Balai Benih Ikan juga terdapat mess atau
perumahankaryawan yang berfungsi sebagai tempat tinggal para karyawanyang
bekerja di UPTD BBI Gandus,Palembang. Selain itu juga dengan terdapatnya
perumahankaryawan di UPTD Balai Benih Ikan dapat mempermudah karyawan
BBI untuk melakukan aktivitas pekerjaan.Perumahan karyawan ini berjumlah tiga
unit denganukuran tipe 36, untuk satu rumahnya terdapatduakamar. Perumahan
karyawan BBI Gandus Palembang disajikan pada Gambar 2.3

Gambar 2.3. Perumahan Karyawan BBI Gandus Palembang

2.6.3. Gedung Serbaguna


Gedung serbaguna ini memiliki ukuran 9mx22m yangberfungsi sebagai
tempat balai pertemuan atau sebagai tempatuntuk mengadakan kegiatan pelatihan.
Di dalam gedungserbaguna ini juga terdapat mess atau ruangan kamar

Universitas Sriwijaya
9

yangberfungsi sebagai tempat untuk penginapan bagi peserta pelatihan,dan


sebagai tempat untuk penginapan bagi para mahasiswa yangmengadakan praktek
akhir atau praktek magang di UPTD BalaiBenih Ikan (BBI) Gandus, Palembang.
Gedung serbaguna BBI Gandus Palembang disajikan pada Gambar 2.4

Gambar 2.4. Gedung Serbaguna BBI Gandus Palembang

2.6.4. Hatchery
UPTD Balai Benih Ikan Gandus, Palembang memiliki dua hatchery yang
berfungsi sebagai tempat untuk pemijahanikan atau sebagai tempat untuk
pemeliharaan larva ikan. Hatchery pertama digunakan untuk pemijahan ikan
baung dan hatchery kedua digunakan untuk pemijahan ikan patin. Didalam
hatchery ini terdapat sarana prasarana penunjang sebagai berikut :
1. Akuarium
Akuarium berfungsi sebagai tempat untuk pemeliharaanlarva ikan yang
sebelumnya telah dilakukan pemijahan.
2. Bak Fiber
Bak fiber berfungsi sebagai tempat untuk menampunginduk ikan atau
tempat untuk pemeliharaan induk ikanyang akan dilakukan pemijahan.

3. Aerator (blower)dan selang aerasi


Aerator (blower)berfungsi untuk menghasilkan sumberoksigen yang akan
digunakan bagi larva ikan. Aerator (blower) diberi selang aerasi yang

Universitas Sriwijaya
10

kemudian diletakkan kedalam aquarium yang telah disediakan. Hatchery


BBI Gandus Palembang disajikan pada Gambar 2.5

Gambar 2.5. Hatchery BBI Gandus Palembang


2.6.5. Bak Pendederan
Di BBI Gandus Palembang memiliki 25 bak pendederan. Bak pendederan
berfungsi untuk perawatan benih ikansehingga dapat menghasilkan benih ikan
yang baik dan ungguldengan ukuran yang siap untuk dijual atau dipasarkan
kemasyarakat.Bak pendederan ini biasanya digunakan untuk benih yangberumur
15 - 20 hari yang sebelumnya telah dipupuk dengankotoran ayam sebanyak 1
kg/m2, yang disebarkan didasar kolam.Pemupukan ini dilakukan seminggu
sebelumnya sehingga telah tumbuh makanan alami seperti kutu air, moina dan
lain-lain. Kolam pendederan berfungsi untuk mendederkan atau membesarkan
larva ikan menjadi bibit ikan yang siap untuk dibesarkan. Bak pendederan BBI
Gandus Palembang disajikan pada Gambar 2.6

Gambar 2.6. Bak Pendederan Larva Ikan Gurame

2.6.6. Kolam Induk


Kolam induk dengan ukuran20 m x 40 m sebanyak 4 kolam, yakni kolam
induk ikan lele, ikan patin, ikan nila, dan gurame. Pada ukuran kolam induk 10 m

Universitas Sriwijaya
11

x 20 msebanyak 1 kolam, yakni kolam induk ikan mas. Kolam induk


memilikikedalaman ± 2,5 m dari dasar lantai, dengan dasarlantainya berupa tanah
berlumpur. Kemudian untukpengisian air pada kolam diambil dari aliran anak
SungaiMusi yang masuk melalui pintu air.Kolam induk berfungsi sebagai tempat
untukpemeliharaan induk ikan. Kolam induk didalamnya terdapat waring, dimana
waring-waring tersebut berfungsi sebagai tempat untuk mempermudahkita dalam
pemberian pakan ikan secara teratur dan dapatmempermudah dalam penyeleksian
induk pada saat akan melakukan pemijahan.

Gambar 2.7. Kolam Induk Ikan Gurame

BAB 3
METODE PELAKSANAAN MAGANG

Universitas Sriwijaya
12

3.1. Tempat dan Waktu


Pelaksanaan magang dilaksanakan di Balai Benih Ikan Soak Bujang,
Gandus, Palembang pada tanggal 21 Juni 2021 sampai dengan 21 Juli 2021.

3.2. Jadwal Kegiatan Magang


Jadwal kegiatanyang dilakukan selama magang disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3.Jadwal kegiatan magang
No. Kegiatan Minggu
I II III IV
1. Tiba di lokasi
BBIGandus Palembang
2. Persiapan wadah
pemijahan
3. Seleksi induk jantan
dan betina
4. Pengambilan induk
5. Pemberokan
6. Pembenihan
7. Penetasan telur
8. Pemeliharaan larva
9. Pemberian pakan pada
larva
10. Analisis data

3.3. Pelaksanaan Kegiatan


3.3.1. Pemeliharaan Induk
Induk ikan gurame dipelihara dikolam induk dengan luas kolam berukuran 5
x 5 m2 dan kedalaman air 75-100 cm. Ukuran berat induk jantan sekitar 1-1,5
kg/ekor dan induk betina 1-1,5 kg/ekor. Induk ikan gurame diberikan pakan
berupa daun-daunan seperti daun sente. Dalam satu kolam, induk diberikan 2
lembar daun sente sebanyak satu kali sehari. Menurut Sulhi et al. (2011),
pemberian pakan berupa daun sente bertujuan untuk meningkatkan sistem imun
induk ikan gurame, karena pada daun sente memiliki kandungan senyawa
saponin, flavonoid, polifenol, dan vitamin C.
10
3.3.2. Seleksi Induk Matang Gonad

Universitas Sriwijaya
13

Seleksi induk matang gonad dilakukan pada pagi hari dengan cara
menjaring kolam pemeliharaan induk. Induk hasil seleksi selanjutnya ditebar ke
kolam pemijahan secara hati-hati untuk menghindari kerusakan dan luka pada
tubuh ikan.Pada kegiatan magang ini yang digunakan induk jantan berumur ≥ 2
tahun, panjang total ≥ 30 cm, bobot tubuh ≥ 1 kg. Sedangkan untuk induk betina
yang siap pijah berumur ≥ 2 tahun, panjang total ≥35 cm, dan bobot tubuh ≥ 1 kg.
Menurut Fais (2008) ciri-ciri induk gurame jantan yang telah matang gonad,
yakni warna berwarna hitam, perut membentuk sudut tumpul, gerakannya lincah,
dan apabila perut di striping mengeluarkan cairan sperma sedangkan iri-ciri induk
gurame betina yang telah matang gonad, yakni warna relatif terang, memiliki
bentuk perut yang bulat, dan gerakannya lambat.

3.3.3. Persiapan Kolam Pemijahan


Persiapan kolam dimulai dengan pengeringan kolam pemijahan dilakukan
selama 1 hari. Selanjutnya kolam diisi air dengan ketinggian air kolam 0,75 m -1
m. Air didiamkan selama1 hari agar pakan alami tumbuh sebagai persediaan
pakan bagi induk gurami, dan induk siap dimasukkan ke kolam pemijahan dan di
tambahkan substrat seperti ijuk dan kotak sampah. Menurut Susanto (2014), ijuk
merupakan salah satu mediayang berfungsi untuk pembuatan sarang bagi ikan
gurame.

3.3.4. Pemijahan
Pemijahan ikan gurame dilakukan secara alami dengan perbandingan induk
jantan dan induk betina sebanyak1:3. Proses pemijahan biasanya berlangsung
yang diawali pada 1 minggu pertama induk jantan yang telah membuat sarang.
Pembuatan sarang dimulai ≥5 hari kemudian induk betina yang siap dipijah
memiliki naluri akan segera memijah setelah sarangnya siap. Pemijahan biasanya
terjadi malam hari selama 2-3 hari, Setelah itu induk betinaakan memasukkan
telur ke dalam sarang dan menutupnya dengan ijuk. Menurut Durachman (2001),
induk ikan gurame dapat dipijahkan sebanyak 2 kali dalam setahun selama usia
produktif selama 5 tahun.

Universitas Sriwijaya
14

3.3.5. Penetasan Telur


Telur yang diperoleh dari sarang dipisahkan terlebih dahulu, lalu telur
diletakkan ke dalam baskom untuk dibersihkan terlebih dahulu minyak telur ikan
gurame kemudian dihitung dan dipindahkan ke dalam akuarium berukuran 30cm
x15 cm dengan ketinggian air 20 cm dan padat tebar 500 butir. Kemudian
akuarium diberi aerasi. Telur akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Telur yang
menetasakanmenghasilkan larva yang masih memilikikuning telur. Menurut
Lucas et al (2015), telut yang baru menetas tidak perlu diberipakan karena masih
memiliki cadanganmakanan berupa kuning telur.

3.3.6. Pemeliharaan Larva


Pemeliharaan larva setelah berumur 8-9 hari dilakukan di dalam akuarium
yang berukuran 30x15 cm2dengan tinggi air 20 cm. Pemeliharaan larva ini
dilakukan selama 8-9 minggu sebelum dipindahkan ke kolam pendederan.
Selanjutnya larva dipindahkan dalam wadah penampungan larva sementara sambil
dihitung jumlahnya untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup atau survival
rate (SR).Larva diberi pakan alami berupa Tubifex sp.Menurut Subandiyah et al.,
(2003), pemberian pakan berupa cacing sutera (Tubifex sp.) sangat baik bagi
pertumbuhan larva ikan gurame karena memiliki kandunganprotein yang tinggi,
mudah dan cepat dicerna dalam usus ikan gurame.

BAB 4
HASIL KEGIATAN MAGANG

4.1. Pemeliharaan Induk

Universitas Sriwijaya
15

Induk jantan dan betina ikan gurame dipelihara di kolam induk dengan luas
kolam berukuran 5 m x 5 m dan kedalaman air 75-100 cm. Kolam induk ikan
gurame dipasang sekat menggunakan batu bata dengan ukuran 3 m x 5 m. Kolam
dipasang sekat bertujuan untuk memisahkan antara induk jantan ikan gurame dan
induk betina ikan gurame, agar pada saat pemeliharaan induk tidak terjadi
pemijahan secara liar. Kolam pemeliharaan induk disajikan pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Kolam Pemeliharaan Induk


Pada proses pemeliharaan, induk ikan gurame diberi pakan satu kali sehari.
Dalam satu kolam, daun sente yang diberikan pada pagi hari sebanyak dua
lembar. Pemberian daun sente bertujuan untuk meningkatkan sistem imun pada
ikan gurame. Menurut Sulhi et al (2011), menyatakan bahwa daun sente memiliki
kandungan senyawa saponin, flavonoid, polifenol, dan vitamin C yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh ikan gurame terhadap serangan penyakit. Indukan
ikan gurame jantan yang digunakan memiliki berat 1-1,5 kg/ekor dan induk ikan
gurame betina memiliki berat 1-1,5 kg/ekor. Induk ikan gurame disajikan pada
Gambar 4.2.

Universitas Sriwijaya
16

Gambar 4.2. Pemeliharaan Induk


Menurut Sulhi (2010), induk ikan gurame jantan memiliki ciri tubuh dahi
menonjol, pangkal sirip dada berwarna keputihan dan perut langsing. Sedangkan
induk ikan gurame betina memiliki ciri tubuh tidak memiliki tonjolan pada dahi,
pangkal sirip dada berwarna gelap kehitaman dan perut agak lunak bila diraba.

4.2. Seleksi Induk Matang Gonad


Pada seleksi induk ikan gurame matang gonad dilakukan pada pagi hari
pukul 07.00 dengan cara menjaring kolam pemeliharaan induk. Selanjutnya induk
hasil seleksi ditebar ke kolam pemijahan, dilakukan secara hati-hati untuk
menghindari kerusakan dan luka pada tubuh induk ikan gurame. Induk ikan
gurame jantan yang digunakan siap akan memijah berumur 2 tahun, panjang total
30 cm, dan bobot tubuh 1 kg. Sedangkan untuk induk ikan gurame betina yang
siap pijah berumur 2 tahun, panjang total 35 cm, dan bobot tubuh 1 kg. Hal ini
sesuai dengan Bachtiar (2010), yang menyatakan bahwa induk ikan gurame yang
akan dipijahkan minimal berumur 2 tahun atau bobot tidak kurang dari 2 kg.
Seleksi induk ikan gurame disajikan pada Gambar 4.3.

Universitas Sriwijaya
17

Gambar 4.3. Seleksi Induk


Menurut Fais (2008) ciri-ciri induk gurame jantan yang telah matang gonad,
yakni warna berwarna hitam, perut membentuk sudut tumpul, gerakannya lincah,
dan apabila perut di striping mengeluarkan cairan sperma. Ciri-ciri induk gurame
betina yang telah matang gonad, yakni warna relatif terang, memiliki bentuk perut
yang bulat, gerakannya lambat, dan apabila perut di striping tidak mengeluarkan
cairan.

4.3. Persiapan Kolam Pemijahan


Kolam pemijahan ikan gurame dilakukan pada kolam beton berukuran 5 m
x 5 m. Persiapan kolam pemijahan ikan gurame dimulai dengan pengeringan
kolam pemijahan dan pengisian air. Pengeringan kolam pemijahan ikan gurame
dilakukan selama 1 hari. Pengeringan dilakukan untuk menghilangkan bakteri
yang ada di dalam kolam pemijahan. Pengisian air dilakukan dengan ketinggian
air kolam 0,75 m - 1 m dan kemudian air didiamkan terlebih dahulu di dalam
kolam selama 1 hari yang bertujuan agar kondisi air stabil di kolam pemijahan.
Selanjutnya induk ikan gurame dimasukkan ke kolam pemijahan dan ditambahkan

Universitas Sriwijaya
18

substrat seperti ijuk dan kotak sampah. Menurut Susanto (2014), ijuk merupakan
salah satu media yang berfungsi untuk pembuatan sarang bagi ikan gurame.

Gambar 4.4. Persiapan Kolam Pemijahan


Selanjutnya yang dilakukan persiapan untuk pemijahan, seperti pembuatan
sarang dan pemasangan ijuk di dalam kolam pemijahan. Sarang digunakan
sebagai tempat melekatnya telur ikan gurame. Sedangkan ijuk digunakan sebagai
substrat sarang telur ikan gurame. Pengecekan sarang dilakukan satu kali sehari
dan setiap hari dilakukan penambahan substrat ijuk untuk induk di kolam
pemijahan. Pembuatan sarang, sarang telur ikan gurame disajikan pada Gambar
4.5, dan pemasangan ijuk disajikan pada Gambar 4.6.

a b

Universitas Sriwijaya
19

Gambar 4.5. Persiapan Pemijahan, (a) Pembuatan sarang telur ikan gurame dan
(b) Sarang telur ikan gurame

Gambar 4.6. Pemasangan Ijuk di Kolam Pemjiahan

4.4. Pemijahan
Pemijahan ikan gurame dilakukan secara alami dengan perbandingan induk
jantan ikan gurame dan induk betina ikan gurame yaitu 1 : 3. Menurut Caniago
et al., (2014), perbandingan bertujuan agar pemijahan yang dilakukan lebih efektif
karena hampir semua sel ovum dapat dibuahi oleh sel sperma.
Proses pemijahan diawali pada minggu pertama, yakni induk jantan yang
telah membuat sarang. Pembuatan sarang dimulai ≥5 hari, kemudian induk betina
yang siap akan memijah memiliki naluri yang akan segera memijah setelah
sarangnya siap. Pemijahan terjadi biasanya pada malam hari selama 2-3 hari,
Setelah itu induk betina akan memasukkan telur ke dalam sarang dan menutupnya
dengan ijuk. Menurut Sendjaya dan Rizki (2010), menyatakan bahwa induk jantan
akan mencari tempat yang aman dan tenang untuk membuat sarang sebagai

Universitas Sriwijaya
20

tempat menyimpan telur, dengan memungut bahan sarang (ijuk) yang telah
dipersiapkan di atas permukaan kolam.
Menurut Rahmawati (2007), ciri-ciri sarang yang sudah berisikan telur
yaitu, lubang sarang ditutup dengan serabut, sarang selalu ditunggu oleh induk
betinanya, air sekitar sarang kelihatan bergerak-gerak, ekor induk betina selalu
dikipas-kipaskan di depan lubang sarang, sekitar sarang airnya terdapat minyak,
dan bau amis disekitar kolam. Ikan gurame akan memijah lagi setelah 30 hari.
Kebiasaan induk gurame akan memijah kembali setelah 30 hari karena ikan
gurame memiliki 2 kantong telur, dan tidak semua telurnya akan dikeluarkan pada
saat proses pemijahan.
4.5. Penetasan Telur
Penetasan telur ikan gurame diilakukan pada akuarium ukuran 15 cm x 30
cm. Akuarium dibersihkan terlebih dahulu kemudian ditambahkan air dengan
ketinggian 20 cm. Telur yang telah diperoleh dari pemanenan sarang di kolam
pemijahan dipisahkan terlebih dahulu, kemudian telur diletakkan di dalam baskom
untuk melakukan pengambilan minyak pada telur ikan gurame. Pengambilan
minyak pada telur ikan gurame dengan menggunakan kertas dilakukan untuk
menghilangkan minyak pada telur ikan gurame agar tidak menempel di telur ikan
gurame. Setelah menghilangkan minyak pada telur ikan gurame, selanjutnya telur
ikan gurame dihitung. Perhitungan telur ikan gurame dilakukan secara manual
dengan menggunakan sendok. Proses pengambilan minyak pada telur ikan gurame
disajikan pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7. Proses Pengambilan Minyak pada Telur Ikan Gurame

Universitas Sriwijaya
21

Selanjutnya telur ikan gurame dipindahkan dengan menggunakan baskom


ke dalam akuarium berukuran 15 cm x 30 cm, ketinggian air 20 cm dan padat
tebar sebanyak 500 butir. Pemindahan telur ikan gurame ke dalam akuarium
disajikan pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8. Pemindahan Telur Ikan Gurame


Jumlah sarang yang berisi telur selama magang berjumlah 4 buah. Data telur
yang diperoleh dari 4 sarang disajikan pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Data yang diperoleh dari 4 sarang
No. Data yang diperoleh Jumlah
1. Total telur yang dihasilkan 2250 butir
2. Total telur yang terbuahi 2153 butir
3. Total telur yang menetas 2118 butir
Data jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 2250 butir, jumlah telur yang
terbuahi sebanyak 2153 butir, dan jumlah telur yang menetas sebanyak 2118 butir.
Jumlah telur yang diperoleh termasuk banyak dan berhasil. Selama proses
penetasan telur banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berhasil atau
tidaknya telur-telur ikan menetas secara normal. Menurut Sugihartono (2013),
faktor yang mempengaruhi keberhasilan penetasan telur, yakni kepadatan telur,
kualitas air media, dan daya tetas telur. Kepadatan telur yang tinggi dapat
mempersempit ruang gerak embrio dan persaingan dalam mengkonsumsi oksigen
(O2), serta menurunkan kualitas air khususnya peningkatan kadar amoniak (NH 4)
pada air media.

Universitas Sriwijaya
22

Dari data yang telah diperoleh selama magang, maka dapat dihitung derajat
pembuahan dan derajat penetasan telur yang dilakukan pada ikan gurame.
Parameter yang dihitung disajikan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Parameter yang dihitung
No. Parameter yang diukur Persentase keberhasilan
1. Derajat pembuahan (FR) 95,68 %
2. Derajat penetasan telur (HR) 98,37 %
Dari tabel di atas, maka diperoleh derajat pembuahan telur ikan gurame
sebesar 95,68 %. Persentase ini menunjukkan bahwa derajat pembuahan telur
yang dihasilkan sudah berhasil. Hal ini sesuai dengan Radona dan Nafiqoh
(2014), yang menyatakan bahwa derajat pembuahan telur ikan gurame yang baik
dan berhasil dapat mencapai 95% - 98%.
Derajat penetasan telur ikan gurame sebesar 98,37 %. Hal ini juga sesuai
dengan Ulpah et al., (2017), yang menyatakan bahwa keberhasilan derajat
penetasan telur ikan gurame yang baik dan berhasil dapat mencapai >98%.
Telur ikan gurame yang terbuahi dan tidak terbuahi dapat dilihat dari warna
telur, telur yang terbuahi berwana kuning cerah dan transparan sedangkan telur
yang tidak terbuahi berwarna keputihan, kusam atau terdapat bintik putih. Telur
akan menetas dalam waktu 24-36 jam. Penyiponan akuarium dilakukan selama 2
hari sekali untuk membersihkan akuarium dan membuang sisa telur yang tidak
menetas. Pergantian air akuarium dilakukan 3 hari sekali. Gambar telur tidak
terbuahi disajikan pada Gambar 4.9.

Gambar 4.9. telur tidak terbuahi

Universitas Sriwijaya
23

4.6. Pemeliharaan Larva


Pemeliharaan larva dilakukan selama 8 hari di dalam akuarium hingga larva
berukuran 0,5-1 cm. Setelah itu larva ikan gurame dipindahkan ke kolam
pendederan. Persiapan kolam pendederan dilakukan pengeringan kolam terlebih
dahulu, kolam didiamkan selama satu hari, kemudian diisi air. Larva yang akan
dimasukkan ke kolam pendederan terlebih dahulu di aklimatisasi. Aklimatisasi
dilakukan dengan cara memindahkan larva yang ada di dalam baskom ke dalam
kolam pendederan secara perlahan-lahan. Pemberian pakan alami disajikan pada
Gambar 4.10.

Gambar 4.10. Pemberian pakan alami


Pemberian pakan alami untuk larva ikan gurame berupa Tubifex sp.
sebanyak 12 gr/kolam yang dilakukan satu kali sehari yaitu pada pagi hari. Hal ini
sesuai dengan Hardaningsih et al., (2009), yang menyatakan bahwa pemberian
pakan alami larva gurami pada pagi hari yang berumur 5-6 hari berupa Tubifex sp.
Setelah 1 minggu, larva ikan gurame diberi pakan tambahan berupa pelet udang.
Pemberian pelet udang dilakukan pada pagi dan sore sebanyak 2 gram per hari.
Hasil persentase tingkat kelangsungan hidup larva ikan gurame disajikan
pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Persentase tingkat kelangsungan hidup larva ikan gurame
No. Parameter yang diukur Persentase keberhasilan
1. Tingkat kelangsungan hidup (SR) 99,48 %
Dari tabel diatas, tingkat kelangsungan hidup larva ikan gurame yang telah
dipelihara selama 10 hari hingga ukuran 1-2 cm sebesar 99,48%. Menurut

Universitas Sriwijaya
24

Nugroho et al., (2015), keberhasilan kelulushidupan larva ikan gurame


dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi jenis
kelamin, keturunan, umur, reproduksi, ketahanan terhadap penyakit. Sedangkan
faktor eksternal meliputi kualitas air, padat penebaran, jumlah dan komposisi
kelengkapan asam amino dalam pakan.
Larva ikan gurame dijual dengan ukuran 1-2 cm. Larva disortir terlebih
dahulu kemudian dipindahkan ke jaring hapa sesuai dengan ukuran larva. Dalam
satu kali penjualan, larva ikan gurame sebanyak 50-100 ekor dimasukkan ke
dalam plastik packing berukuran 50 cm x 85 cm dengan volume air sebanyak 3
liter.

BAB 5

Universitas Sriwijaya
25

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh bahwa teknik pemijahan dan pemeliharaan
larva ikan gurame (Osphronemus gouramy Lac) yang dikembangkan di Balai
Benih Ikan (BBI) Soak Bujang Gandus, Palembang meliputi persiapan kolam
pemijahan kolam ikan gurame, pemeliharaan induk ikan gurame, seleksi induk
ikan gurame, pemijahan ikan gurame, penetasan telur ikan gurame, dan
pemeliharaan larva ikan gurame. Data yang didapatkan selama kegiatan magang,
yakni berat induk ikan gurami jantan 1,3 kg, berat induk ikan gurami betina 1,5
kg, jumlah telur yang dihasilkan sebanyak 2250 butir, jumlah telur yang terbuahi,
2153 butir, jumlah telur yang menetas 2118 butir, jumlah awal larva ikan gurame
sebanyak 2118 ekor, dan jumlah akhir larva ikan gurame sebanyak 2107. Dari
data tersebut, maka diperoleh persentase keberhasilannya seperti persentase
keberhasilan derajat pembuahan (FR) sebesar 95,68 %, derajat penetasan telur
(HR) sebesar 98,37 %, dan persentase tingkat kelangsungan hidup larva ikan
gurame sebesar 99,48 %.

Universitas Sriwijaya
26

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Y., 2010. Buku Pintar Budidaya dan Bisnis Gurami. Jakarta:
PT. Agro Media Pustaka.

Caniago, A., Y. Basri dan Azrita. 2014. Pengaruh Perbandingan Induk Jantan dan
Betina dalam Pemijahan Ikan Sepat Mutiara (Tricogaster leeri Blkr)
Terhadap Fekunditas dan Daya Tetas Telur. Prosiding Hasil Penelitian
Mahasiswa FPIK. 5 (1): 12 hal.

Fais, M. 2008. Analisis Strategi Bisnis Usaha Pembenihan Ikan Gurame Pada
Kelompok UPR Gurame Mitra Karya Mandiri, Desa Barengkok, Kecamatan
Leuwiliang, Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Skripsi. hal.72.

Hardaningsih, I., Triyatmo, B., dan Wijonarko, F., 2009. Pengaruh Fluktuasi Air
Harian Terhadap Laju Pertumbuhan dan Sintasan Benih Gurami
(Osphronemus goramy Lac.). Prosiding Seminar Nasional Perikanan
Universitas Gadjah Mada. RA 13.

Lucas, W. G. F., O. J. Kalesaran dan C. Lumenta., 2015. Pertumbuhan dan


kelangsungan hidup larva ikan gurami (Osphronemus gouramy) dengan
pemberian beberapa jenis pakan. Jurnal Budidaya Perairan. 3(2) : 19-28.

Nugroho, I. I., Subandiyono dan V. E. Herawati., 2015. Tingkat pemanfaatan


Artemia sp. beku, Artemia sp. Awetan dan cacing sutera untuk pertumbuhan
dan kelangsungan hidup larva ikan gurami (Osphronemus gouramy Lac.).
Journal of Aquaculture Management and Technology. 4 (2): 117-124.

Rahmawati, M., 2007. Pembenihan Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) di


Balai Pengembangan Benih Ikan (BPBI) Singaparna Tasikmalaya, Tesis.
Universitas Brawijaya.

Radona, D dan Nafiqoh, N., Karakterisasi reproduksi dan nilai heterosis hasil
persilangan ikan gurame bastar dan bluesafir. Berita Biologi. Balai
Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar, Bogor. 13(2): 153-
159.

Subandiyah, S., D. Satyani dan Aliyah., 2003. Pengaruh subtitusi pakan alami
(Tubifex sp) dan buatan terhadap pertumbuhan ikan tilan lurik merah
(Mastacembelus erythrotaenia Bleeker, 1850). Jurnal Iktiologi Indonesia. 3
(2): 67-72.

Sugihartono, M., 2013. Respon tingkat kepadatan telur ikan gurami


(Osphronemus gouramy Lac.) yang berbeda terhadap daya tetas telur.
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi. 13(4).

Universitas Sriwijaya
27

Sulhi, M. 2010. Produksi Benih Gurame Dilahan Sempit. Seminar Nasional


Pangan Sedunia XXVII. Bogor: Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar.
6 hal.

Sulhi M., Samsudin., R. dan Hendra., 2011. Penggunaan kombinasi beragam


pakan hijaun dan pakan komersial terhadap pertambahan bobot ikan
gurame (Osphronemus gouramy Lac.). Prosiding Forum Inovasi
Teknologi Akuakultur 2011. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar,
Bogor, 759-764.

Susanto, H., 2014. Budidaya 25 Ikan di Pekarangan. Jakarta: Niaga Swadaya.

Sendjaya, T. dan Rizki., 2010. Usaha Pembenihan Gurami. Jakarta: Penebar


Swadaya

Ulpah, Y., Adriani, M., dan Murjani, A., 2017. Daya tetas dan kelangsungan
hidup larva gurami pada padat tebar yang berbeda. Jurnal Akuakultur.
1(1): 1-12.

Universitas Sriwijaya
28

LAMPIRAN

Lampiran 1. Data sarang yang terisi selama magang


No. Tanggal Pengecekan Sarang Sarang Terisi Jumlah
1. 14 Juli 2021 Tidak ada -
2. 15 Juli 2021 Tidak ada -
3. 16 Juli 2021 Tidak ada -
4. 17 Juli 2021 1 buah 861 butir
5. 18 Juli 2021 Tidak ada -
6. 19 Juli 2021 Tidak ada -
7. 20 Juli 2021 1 buah 705 butir
8. 21 Juli 2021 Tidak ada -
9. 22 Juli 2021 1 buah 586 butir
10 23 Juli 2021 1 buah 98 butir

Lampiran 2. Data larva awal dan larva akhir ikan gurame


No. Data Jumlah
1. Jumlah Larva Awal 2118 ekor
2. Jumlah Larva Akhir 2107 ekor

Lampiran 3. Perhitungan FR (Fertilization Rate)

Lampiran 4. Perhitungan HR (Hatching Rate)

Lampiran 5. Perhitungan SR (Survival rate)

Universitas Sriwijaya
29

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai