Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KUNJUNGAN

BUDIDAYA IKAN DI BALAI BENIH MIJEN DINAS PERIKANAN KOTA SEMARANG

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah : Budidaya Ikan

Dosen Pengampu : Endah Subekti, S.Pt., M.P.

Oleh :

Mufti Khoirudin

20104011105

A3 Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS WAHID HASYIM

SEMARANG

2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KUNJUNGAN
BUDIDAYA IKAN DI BALAI BENIH MIJEN DINAS PERIKANAN KOTA SEMARANG
Laporan praktikum ini telah disetujui pada tanggal :..............................................
Oleh :
Mahasiswa Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis
Universitas Wahid Hasyim Semarang

Mufti Khoirudin
NIM. 20104011105

Asisten Praktikum 1 Asisten Praktikum 2

Emilia Winda Sari Laylia Nur Rohmah


NIM.19104011096 NIM.19104011075

Mengetahui,
Dosen Mata Kuliah Budidaya Ikan

Endah Subekti, S.Pt., M.P.


NPP.06.01.1.0057

ii
DAFTAR ISI

COVER SAMPUL.........................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................ii

DAFTAR ISI..................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1

1.1 Latar belakang.....................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................2
1.3 Tujuan .................................................................................................2
1.4 Manfaat................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................3

2.1 Definisi Budidaya Ikan........................................................................3


2.2 Jenis-Jenis Ikan di BBI Mijen..............................................................4
2.3 Jenis-Jenis Kolam di BBI Mijen..........................................................9

BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM..................................................10

3.1 Waktu dan Tempat..............................................................................10


3.2 Alat dan Bahan...................................................................................10
3.2.1 Alat………………………………………………………..…10
3.2.2Bahan……………………………………………………..….10
3.3 Langkah Kerja..................................................................................11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................12

4.1 Hasil....................................................................................................12
4.2 Pembahasan........................................................................................12

BAB V PENUTUP........................................................................................14

5.1 Kesimpulan.........................................................................................14
5.2 Saran...................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................15

LAMPIRAN-LAMPIRAN...........................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Budidaya ikan merupakan bagian dari penyuplai utama ketersediaan ikan bagi
masyarakat selain dari hasil tangkapan alam. Pertumbuhan kegiatan budidaya ikan yang
sangat cepat di berbagai negara memungkinkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
protein hewani dari daging ikan. Seiring berjalannya kegiatan, budidaya ikan juga dapat
menghasilkan produk sampingan berupa amonia yang dapat mengganggu sistem
budidaya ikan. Hal ini dikarenakan amonia bersifat toksik bagi ikan di perairan. Terutama
amonia dalam bentuk NH3, ion ini tidak bermuatan dan larut dalam lemak sehingga lebih
mudah terserap dalam tubuh ikan dan menggganggu metabolisme. Kadar amonia dapat
beracun bagi ikan yang dibudidayakan secara komersil pada konsentrasi diatas 1.5 mg/l,
bahkan dalam kondisi ekstrim konsentrasi yang dapat diterima hanya 0.025 mg/l. Paper
ini mereview profil dinamika amonia dalam air pada sistem budidaya ikan berdasarkan
studi-studi yang telah ada. Perlunya manajemen kualitas air dalam sistem budidaya ikan
yang dapat meminimalisir kadar amonia dalam air sehingga tidak bersifat toksik bagi
ikan dan dapat meningkatkan jumlah produksi ikan dalam suatu siklus budidaya ikan.
(Wahyuningsih,S.,&Gitarama,A.M.2020)

Kegiatan budidaya ikan saat ini merupakan salah satu usaha ekonomi produktif bagi
masyarakat. Segmen usaha budidaya ikan berdasarkan proses produksinya, dibagi
menjadi 3 (tiga) kelompok yaitu usaha pembenihan, pendederan, dan pembesaran ikan.
Usaha pembenihan merupakan suatu tahapan kegiatan perikanan yang outputnya adalah
benih ikan. Usaha pembesaran merupakan kegiatan perikanan yang outputnya adalah
ikan berukuran konsumsi. Usaha pendederan merupakan kegiatan perikanan yang
outputnya adalah benih ikan tetapi ukurannya lebih besar dari output pembenihan.
Komoditas usaha yang dipilih dalam kegiatan budidaya ikan sangat bergantung pada
permintaan pasar, teknis operasional, serta implementasinya.

Permintaan ikan konsumsi khususnya ikan lele yang semakin meningkat menjadikan
peluang usaha sangat terbuka bagi para pelaku usaha pembesaran. Dengan tingkat

1
konsumsi yang tinggi yang terlihat melalui warung-warung makanan dengan menu ikan
lele, berdampak secara langsung terhadap kebutuhan benih ikan lele oleh para pengusaha.
Kondisi ini membuat para petani pembenihan ikan lele untuk semakin memanfaatkan
usaha pemasaran produknya, karena banyak konsumen yang datang langsung ke lokasi
pembenihan.

Di Balai Benih Ikan (BBI) Bungus yang membudidayakan ikan nila terdapat juga
permasalahan berupa penyakit yang dapat menyebabkan menurunnya tingkat produksi
ikan. Hal-hal seperti pencemaran, tingkat pengetahuan dan keterampilan 2
pembudidayaan ikan yang masih rendah serta penggunaan faktor produksi lainnya yang
belum efisien dalam budidaya ikan perairan tawar turut menyebabkan rentannya timbul
penyakit pada ikan budidaya (Rahmawati dan Hartono, 2012).

Dalam usaha untuk menyediakan sumber protein bagi masyarakat indonesia melalui
peningkatan produksi ikan maka usaha budidaya memegang peranan penting dalam
menyukseskan program pembangunan perikanan. Usaha peningkatan produksi melalui usaha
budidaya mempunyai kelebihan dibandingkan dengan usaha penangkapan, karena BBI didirikan
untuk lebih memantapkan penerapan teknologi pembenihan yang lebih maju, pelaksanaan
pengurangan nilai mortalitas benih ikan, terutama pada stadia kritis, sistem pendederan benih
yang mampu menampung hasil pemijahan ikan pada frekuensi tinggi dan dapat menghasilkan
benih ikan sesuai dengan jumlah dan ukuran yang diperlukan, serta penyediaan benih ikan yang
sehat dan bebas hama .ikan dapat terserang parasit yang disebabkan oleh organisme lain,
penumpukan sisa makan ikan maupun kondisi lingkungan kehidupan ikan. Interaksi yang tidak
serasi antara ikan dengan kondisi kolam akan menyebabkan ikan mengalami stress sehingga
mekanisme pertahanan diri yang dimilikinya menjadi lemah dan akhirnya mudah terserang
penyakit. Parasit yang menyerang ikan budidayaakan mempengaruhi kelangsungan hidup seperti
terhambatnya pertumbuhan ikan. Pengaruh yang muncul diawali dengan terganggunya sistem
metabolisme tubuh hospes sampai merusak organ (seperti insang, lambung dan usus), sehingga
dapat mempengaruhi pertumbuhan ikan, bahkan dapat menyebabkan kematian (Nofyan dkk,
2015).

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksut budidaya perikanan ?


2. Jenis-jenis ikan yang ada di BBI Mijen Semarang ?
3. Jenis-jenis kolam di BBI Mijen Semarang ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui yang di maksut Budidaya perikanan


2. Mengetahui jenis jenis ikan yang ada di BBI Mijen Sermarang
3. Mengetahui kolam-kolam budidaya ikan yang ada di BBI Mijen semarang

1.4 Manfaat

Kunjungan ini bertujuan agar mahasisiwa dan masyarakat umum dapat mengetahui cara
budidaya ikan yang diterapkan di BBI mijen dan jenis jenis ikan yang dibudidayakan di Bbi
mijen, serta memberikan informasi tentang cara perawatan, pembenihan, jenis-jenis kolam, serta
pemasaran hasil panen dari ikan tersebut.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Budidaya Perikanan


Budidaya perikanan adalah usaha pemeliharaan dan pengembang biakan ikan atau
organisme air lainnya. Budidaya perikanan disebut juga sebagai budidaya perairan atau
akuakultur mengingat organisme air yang dibudidayakan bukan hanya dari jenis ikan saja
tetapi juga organisme air lain seperti kerang, udang maupun tumbuhan air. 

Dilihat dari asal katanya, istilah akuakultur diambil dari istilah dalam Bahasa
Inggris yaitu Aquaculture. Terdapat beberapa definisi akuakultur seperti dikemukakan
dalam beberapa sumber, dan berikut ini adalah definisi akuakultur menurut beberapa
ahli:Akuakultur merupakan suatu proses pembiakan organisme perairan dari mulai proses
produksi, penanganan hasil sampai pemasaran. Akuakultur merupakan upaya produksi
biota atau organisme perairan melalui penerapan teknik domestikasi (membuat kondisi
lingkungan yang mirip dengan habitat asli organisme yang dibudidayakan), penumbuhan
hingga pengelolaan usaha yang berorientasi ekonomi. 

Berdasarkan kata penyusunnya budidaya perikanan tentunya tersusun dari dua


kata yakni budidaya dan perikanan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Budaya
adalah  usaha yang bermanfaat dan memberikan hasil,  Sedangkan Perikanan
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan  penangkapan, pemeliharaan dan
pembudidayaan ikan.

Seperti yang telah dikemukakan di atas, dalam bidang perikanan pada umumnya
ikan didefinisikan secara luas tidak hanya merujuk pada binatang air yang bersisik dan
bernafas dengan insang, akan tetapi juga menyangkut segala organisme yang hidup di air
seperti udang ,kerang, hingga tanaman air. Manfaat atau hasil yang diharapkan dari
kegiatan pemeliharaan ikan juga bisa berupa produksi ikan yang bisa dijual, atau bisa
juga untuk keperluan konsumsi sendiri. Disamping itu kegiatan budidaya perikanan juga
bisa memberikan manfaat secara psikologis sebagai penyaluran hobi atau untuk hiburan,
misalnya pada budidaya ikan hias.

2.2 Jenis-jenis Ikan di BBI Mijen


Ada beberapa ikan yang dibudidayakan di BBI mijen diantaranya adalah:
a. Ikan lele
Menurut Widodo dalam Pratiwi (2014), ikan lele memiliki kedudukan taksonomi sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Ossariophyyci
Familia : Clariidae

4
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus.
Ikan lele adalah ikan yang hidup di perairan umum dan merupakan ikan yang
bernilai ekonomis, serta disukai oleh masyarakat. Ikan lele tergolong hewan nocturnal,
yaitu lebih aktif mencari makan di malam hari. Ikan lele umumnya memiliki warna
kehitaman atau ke abuan dengan bentuk tubuh yang panjang dan pipih ke bawah.
Memiliki kepala yang pipih dan tidak memiliki sisik dan terdapat alat pernapasan
bantuan. Insang pada ikan lele berukuran kecil dan terletak dibagian belakang kepala.
Jumlah sirip ikan lele sebanyak 68-79, di bagian sirip dada ada 9-10, di bagian sirip perut
5-6, di sirip dubur 50-60, dan memiliki 4 pasang sungut. Sirip dada di lengkapi dengan
duri tajam patil yang memiliki panjang maksimum hingga mencapai 400 mm. Matanya
berukuran 1/8 dari panjang kepalanya. Giginya berbentuk villiform dan menempel pada
rahangnya (suyanto dalam Pratiwi , 2014).
b . ikan nila
klasifikasi ikan nila khairuman & khairul (2013) adalah sebagai
berikut:
Filum :Chordata
Subfilum :Vertebrata
Kelas :Pisces
Subkelas :Acanthopetrigii
Famili :Cihlidae
Genus :Oreochromis
Menyatakan secara umum bentuk tubuh ikan nila adalah pipih ke samping dan
memanjang.garis vertikal pada badan sebanyak 9 11 buah ,sedangkan garis pada sirip
ekor berwarna merah berjumlah 6-12 buah .pada sirip punggung terdapat juga garis garis
miring ,mata kelihatan menojol dan relatif besar dengan bagian tepi mata berwarna
putih .Badan relatif lebih tebal dan kekar di banding ikan mujair .garis lateralis (gurat sisi
di tengah tubuh) terputus dan di lanjutkan dengan garis yang terletak lebih bawah .
Ikan nila memiliki lima buah sirip yaitu sirip punggung ,sirip dada ,sirip perut,sirip anus
dan sirip ekor dll

5
Banyak orang keliru membedakan antara ikan nila (O.nilotic dengan mujair
(oreochomis mosasambicus). Letak perbedaan keduanya dapat dilihat dari perbandingan
ukuran tubuh ikan nila adalah 3:1 dan ikan Mujair 2;1 selain itu terlihat adanya pola garis
garis vertikal di sirip ekor ada enam buah dan di sirip punggung ada delapan buah .Garis
dengan pola yang sama (garis vertikal )juga terdapat dua sisi tubuh ikan nila dengan
jumlah delapan buah (khairuman &Khairul,2013).
c. ikan gurame
klasifikasi ikan gurami secara lengkap adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum :Chordata
Class : Pisces
Ordo : Labyrinthici
Sub Ordo : Anabantoidae
Family : Anabantidae
Genus : Osphronemus
Species : Osphronemus goramy, Lac
Ikan gurami mempunyai bentuk badan agak panjang, pipih ke samping (compressed)
dan lebar serta tipe sisik (ctenoid). Mulut ikan gurami berukuran kecil, letaknya miring
dan dapat disembulkan sehingga tampak monyong. Ikan gurami memiliki sirip punggung
dan dubur (anal) yang panjangnya dapat mencapai pangkal ekor. Ikan gurami mempunyai
sepasang sirip perut yang telah 6 berubah bentuk menjadi sepasang benang panjang yang
berfungsi sebagai alat peraba. Sirip ekor ikan gurami berbentuk membulat (rounded).
Panjang badan ikan gurami di alam dapat mencapai 65 cm dengan berat badan lebih dari
10 kg. Warna tubuh pada ikan gurami muda umumnya berwarna biru kehitam-hitaman
dan bagian perut berwarna putih
d. Ikan bawal
Dalam klasifikasi hewan, ikan bawal air tawar diklasifikasikan sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Craniata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Toleostei

6
Ordo : Characiformis
Famili : Characidae
Genus : Colossoma
Spesie : Colossoma macropomum
Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk
luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam
pembelajaran organisme. Adapun yang disebut dengan bentuk luar organisme ini adalah
bentuk tubuh termasuk didalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar. Pada dasarnya
bentuk luar dari ikan dan berbagai hewan air lainnya mulai dari lahir hingga ikan tersebut
tua dapat berubah – ubah terutama pada ikan dan hewan air lainnya. Bila dilihat dari arah
samping tubuh ikan bawal tampak membulat (Oval) dengan perbandingan antara panjang
dan tinggi 2 : 1. Bila dipotong secara vertikal 7 bawal miliki bentuk tubuh pipih
(compresed)dengan perbandingan antara tinggi dan lebar tubuh 4 : 1. Bentuk tubuh
seperti menandakan gerakan ikan bawal tidak cepat seperti ikan lele atau gross carp.
Tetapi lambat seperti ikan gurami. Sisiknya kecil berbentuk ctenoid, dimana setengah
bagian sisik belakang menutupi sisik bagian depan. Warna tubuh bagian atas berwarna
abu – abu gelap, sedangkan bagian bawah sirip ekor berwarna merah. Warna merah ini
merupakan ciri khusus bawal sehingga oleh orang Inggris dan Amerika disebut red bally
pacu. Dibandingkan dengan badannya, bawal memiliki kepala kecil dengan mulut
terletak di ujung kepala tetapi agak sedikit keatas. (Ambar, 2014).
e. ikan koi
Koi berasal dari karper hitam, sehingga sistematik Koi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Filum :Chordata
Subfilum :Vertebrata
Superkelas :Gnasthostomata
Kelas :Osteichthyes
Superordo :Teleostei
Ordo :Ostariophysi 5
Famili :Cyprinidae
Genus :Cyprinus

7
Spesies :Cyprinus carpio L.
Banyak sekali jenis-jenis ikan Koi yang disusun klasifikasinya berdasarakan pola,
warna dan bentuk tubuh sebagai identitas. Klasifikasi ikan Koi umumnya terdiri dari tipe
Koi Gosanke, Shiro, Utsurimono, Asagi, Tancho, Hikarimono, Goromo, Hikarimoyo,
Matsuba, dan Kawarimono. Warna tubuh ikan Koi dipengaruhi oleh sel warna
penyusunnya .Sel warna (zat pigmen) ini terdiri dari lima macam sel warna yang
berbeda, yaitu melanophore (hitam), xanthophore (kuning), erythrophore (merah),
leukophore atau guanuphore (putih) dan iridophore (memantulkan warna/kemilau).
Dengan adanya sel-sel warna tersebut tubuh Koi mempunyai warna yang sangat
bervariasi, dan variasi warna tersebut merupakan salah satu dasar klasifikasi dari
penamaan ikan Koi .
f. Ikan Karper/ mas
Klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cyprinidae
Subfamili : Cyprininae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang dan sedikit memipih ke
samping (compressed). Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi oleh sisik. Moncongnya
terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil). Pada bibirnya yang
lunak terdapat dua pasang sungut (berbel) dan tidak bergerigi. Pada bagian dalam mulut
terdapat gigi kerongkongan (pharynreal teeth) sebanyak tiga baris berbentuk geraham.
Sirip punggung ikan mas memanjang dan bagian permukaannya terletak berseberangan
dengan permukaan sirip perut (ventral). Sirip punggungnya (dorsal) berjari-jari keras,
sedangkan di bagian akhir bergerigi. Seperti halnya sirip punggung, bagian belakang sirip

8
dubur (anal) ikan mas ini pun berjari-jari keras dan bergerigi pada ujungnya. Sirip
ekornya menyerupai cagak memanjang simetris hingga ke belakang tutup insang, sisik
ikan mas relatif besar dengan tipe sisik lingkaran (cycloid) yang terletak beraturan. Garis
rusuk atau gurat sisi (linea lateralis) yang lengkap terletak di tengah tubuh dengan posisi
melintang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor .
2.3 Kolam ikan di BBI
Kolam merupakan lahan yang dibuat untuk menampung air dalam jumlah tertentu
sehingga dapat digunakan untuk pemeliharaan/ membesarkan ikan dan atau hewan air
lainnya. Berdasarkan pengertian teknis, kolam merupakan suatu perairan buatan yang
luasnya terbatas dan sengaja dibuat agar mudah dikelola dalam hal pengaturan air, jenis
hewan budidaya dan target produksinya (Awalilmu, 2016 : Diakses 16 Mei 2020)
Air juga menjadi faktor  yang  utama  dalam  pembudidayaan  ikan  air  tawar, dengan
sistem konvensional/tradisional dibutuhkan tidak kurang dari 2000 liter air untuk budidaya
ikan air tawar yang harus diganti sekurangnya setiap 3 bulan agar air kolam tidak bau dan
berwarna, sedangkan dengan terbatasnya ketersediaan air di hampir sebagian besar wilayah
Medan Selayang tepatnya di jalan Abdul Hakim, Medan Selayang membuat warga
kesulitan air untuk membudidayakan ikan dalam kolam air tawar.  Pengembangan melalui
percobaan konstruksi kolam beton sederhana diharapkan akan menghemat ruang dimana
setiap 1  lahan akan mampu dibudidayakan ikan lebih dari 2000 ekor lele dengan
penggunaan air dimana setiap 0,5  air mampu dibudidayakan 2000-3000 ekor ikan lele
melalui sistem airasi. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana
membuat desain dan konstruksi kolam ikan air tawar dilahan pekarangan yang sempit
namun padat menampung ikan lebih banyak 2) Bagaimana membuat sistem kolam ikan air
tawar yang dapat menghemat penggunaan air 3) Seberapa luas pengematan lahan dan
volume air yang dapat dihemat pada kolam ikan air tawar.( Tampubolon, F. R. 2021)
1. Kolam semi intensif
Sistem budidaya ini merupakan sistem budidaya peralihan, antara budidaya
alami (esktensif) dan budidaya intensif (buatan/perlakuan khusus). kolam yang
digunakan untuk budidaya ikan adalah kolam yang bagian dinding pematang
kolam terbuat dari tembok sedangkan dasar kolamnya terbuat dari tanah Pola
pengelolaan usaha budidaya perairan semi-intensif merupakan perbaikan dari
pola eksensif plus sehingga sering disebut pola ekstensif yang diperbaiki.
istem pengelolaan semi-intensif merupakan teknologi budi daya yang dianggap
cocok untuk budi daya udang di tambak di Indonesia karena dampaknya
terhadap lingkungan relatif lebih kecil. Selain kebutuhan sarana dan prasarana
produksi yang jauh lebih murah dibandingkan tambak intensif, yang lebih pokok
dari sistem semi-intensif ini, yaitu memberikan kelangsungan produksi dan
usaha dalam jangka waktu yang lebih lama. Manajemen pengelolaan tambak
semi-intensif tidak serumit tambak intensif. Itu karena padat penebaran

9
benur/benih yang tidak terlalu tinggi dan kebutuhan pakan yang tidak
sepenuhnya mengandalkan pakan buatan. Penurunan kualitas air juga tidak
sedrastis tambak intensif. Itu terjadi karena akibat dari penumpukan limbah
organik yang berasal dari sisa-sisa pakan dan kotoran udang. Sisa-sisa dan
kotoran semakin menumpuk sejalan dengan aktifitas budidaya. namun, pada
tambak semi-intensif, kualitas air masih bisa dipertahankan dalam kondisi yang
cukup baik hingga menjelang panen.
2. Kolam intensif
Wadah budidaya untuk penerapan sistem budidaya intensif ialah kolam air
mengalir, kolam air deras, kolam bulat, tambak, keramba, sangkar,dan KJA.
Teknologi budidaya intensif adalah teknologi yang cukup maju dalam budidaya
perairan. Namun, bukan berarti penerapan budidaya intensif tanpa masalah. Pada
budidaya udang (Panaeus sp.), teknologi ini telah menimbulkan masalah
lingkungan pesisir yang cukup serius, baik karena ketidaksesuaian lahan maupun
karena usaha petambak yang terus menggenjot produksi tanpa memikirkan daya
dukung lingkungan.
Kelebihan kolam beton terletak pada proses perawatan yang mudah dan murah.
Hal ini karena kolam tidak mudah rusak, terkikis, atau berlubang akibat diserang
oleh hewan yang bersarang di dinding atau dasar kolam. Proses pengeringan
kolam yang sering dilakukan sebelum budidaya dapat berjalan lebih cepat
sekitar 1—2 hari saja. Jenis kolam ini juga dapat memudahkan Anda untuk
mencegah predator dan kompetitor masuk ke kolam.Sistem pengairan kolam
dapat dibuat dengan baik sehingga sirkulasi air, pengeringan kolam, dan juga
perawatan menjadi lebih maksimal.
Kolam beton juga dapat mengefisiensikan tempat dengan membuat dinding
antarkolam yang memiliki lebih dari satu kolam lebih tipis tapi kuat untuk
menahan tekanan air. Kolam ikan gabus yang terbuat dari beton juga dianggap
lebih fleksibel, presisi, dan sesuai dengan kebutuhan. Kolam beton dapat
dibangun melebihi ketinggian di atas rata-rata air dengan membuat dinding
ekstra.
Kekurangan kolam intensif Kolam yang terkenal kuat dan tidak mudah rusak ini
tentu harus dibuat dengan biaya yang lebih mahal sehingga modal yang
dibutuhkan pada awal budidaya menjadi besar. Anda bisa menyiasati
keterbatasan modal dengan memulai budidaya menggunakan kolam terpal
terlebih dahulu. Kolam yang mahal juga tidak menjamin pertumbuhan ikan. Hal
ini karena ikan di kolam beton memiliki pertumbuhan yang relatif lebih lambat
dibanding ikan di kolam tanah. Selain itu, tingkat stres ikan di dalam kolam
beton terbilang lebih tinggi. Keadaan yang tidak alami di dalam kolam dapat
menyebabkan Anda harus rutin mengontrol kondisi kolam agar pH dan suhu air
di dalam kolam tidak berubah drastis. Pertumbuhan pakan alami di dalam kolam
juga terbilang sulit karena media yang digunakan tidak alami.
10
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum kunjungan budidaya ikan dilaksanakan pada hari kamis, 16 Juni 2022 pukul
10.00 – 12.30 WIB. Bertempatan di Balai Pembenihan Ikan Cangkiran, Mijen, Kota
Semarang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Alat tulis
2. Jas almet
3. Kendaraan
4. Hp (dokumentasi)
3.2.2 Bahan
1. Ikan Nila, 6. Ikan Koi
2. Ikan Lele 7. Kolam
3. Ikan Gurami 8. Pakan Ikan /Pelet
4. Ikan Bawal
5. Ikan Karper,
3.3 Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan Bahan
2. Mendatangi Balai pembibitan Ikan di Cangkiran, mijen, Semarang
3. Mendengarkan sosialisai dan mengajukan beberapa pertanyaan kepada pengelola BBI
Mijen Semarang
4. Mengamati jenis ikan yang di budidaya di BBI Mijen Semarang
5. Menanyakan jenis ikan apa saja yang di budidaya di BBI Mijen Semarang
6. Mendokumentasi dan Mencatat saat Kunjungan dan Pengamatan
7. Membuat Laporan praktikum

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Balai Benih Ikan (BBI) Mijen ini, membudidadayakan ikan air tawar yang terdiri dari
ikan nila, Ikan gurame, ikan mas (kalper), Ikan lele dan ikan koi. Saat ini, BBI Mijen juga
sedang proses untuk membudidayakan ikan air payau yang terdiri dari udang, bandeng, dan
ikan nila Sali. Produksi ikan yang banyak diminati masyarakat dan banyak dibudidayan di
sini adalah ikan nila, ikan mas, dan ikan lele. Namun pembudidayaan benih ikan gurame
masih sedikit karena tidak terlalu banyak diminati oleh masyarakat sekitar karena harganya
yang mahal. Proses pembudidayaan benih ikan ini dimulai dari ikan dipijah, setelah itu
ditebar di beberapa kolam pembesaran, kemudian dalam waktu 2-3 bulan sudah siap untuk
dipanen dan dijual.
4.2 Pembahasan
Kolam budidaya yang ada di BBI Mijen diantaranya dibagi menjadi kolam indukan,
kolam pemijahan, kolam pendederan, dan kolam pembesaran . Untuk melakukan budidaya
ikan, tentunya perlu adanya teknis budidaya yang baik dan benar. Teknis budidaya yang ada
di Balai Benih Mijen ini adalah kita perlu memperhatikan bebrapa poin penting diantaranya:
1. Kualitas air => - Siapkan media
-Tau sumber air. BBI menggunakan sistem irigasi untuk
pengairannya
2. Manjemen Bibit => - Pilih bibit unggul : lincah, benihnya warnanya seragam,
tahan penyakit, dan tidak cacat. Beli bibit di Balai Benih Ikan
3. Pakan => Mengetahui tahap dan umur larva/benih

Untuk menentukan kualitas ikan, tentunya bisa dilihat dari ikan itu sehat atau tidak. Jika
indukan sehat, maka benih yang dihasilkan tentunya juga akan sehat. Apabila terdapat
penyakit yang menyerang ikan, maka perlu adanya penanganan lebih lanjut. Penanganan

12
penyakit yang dilakukan Balai Benih Ikan Mijen ini menggunakan bahan alami dan juga obat
kimia. Bahan alami yang digunakan diantaranya daun kelapa, daun pace, daun kelor, dan
daun pepaya. Sedangkan, penanganan penyakit menggunakan obat kimia adalah
menggunakan PK, obat biru dan juga garam.
Setelah tahap budidya dan dilakukan pemanenan, kemudian hasil budidayanya ada yang
diolah untuk dikonsumsi keluarga dan juga ada yang di jual. Balai Benih ikan ini
memasarkan benih ikan kepada pembudidaya, ibu rumah tangga, dan pemasar ikan.
Pendistribusian ikan dari kolam sudah langsung siap dipasarkan dengan dikemas plastik yang
diberi air dan oksigen. Untuk ikan lele 1 kg berisi 10-12 ekor ikan, biasanya dijual
Rp.22.000/kg dari petani atau pembudidaya dan ketika sudah sampai pasar harganya bisa
mencapai Rp.28.000/kg. Sedangkan usia konsumsi untuk ikan nila adalah 10-12 bulan.
Untuk 1 kg ikan nila berisi 3-5 ekor, biasanya dari petani dijual dengan harga Rp.35.000/kg.

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Bahwasanya di balai pembenihan ikan mijen ada beberapa jenis ikan yaitu nila,ikan
lele,ikan gurami,ikan bawal ,ikan karper,ikan koi dan untuk itu kita bisa membedakan antara
kolam budidaya ,maka dari itu kita bisa mendeskripsikan di bbi mijen ini lah ,dapat
memunculkan benih benih ikan yang sangat ungul, oleh karna di bbi mijen menjadi
pemasok seafood atau fish terunggul di daerah semarang. Dan di BBI Mijen kita bisa
belajar mengenai bagaimana teknik budidaya ikan dari mulai pemijahan sampai masa panen.
5.2 Saran
BBI Mijen harus di adakan even atau pengenalan kepada masyarakat umum mengenai
manfat mengonsumsi ikan itu sangat bagus, lebih memperbanyak jenis-jenis ikan Dan juga
memberi edukasi kepada masyarakat yang mau berbudidaya dengan sekala kecil.

14
DAFTAR PUSTAKA

Yudiana, I. D. G. T., Martini, N. N. D., & Swasta, I. B. J. (2022). Studi Perbandingan Kualitas Air dengan
Sistem Resirkulasi yang Berbeda pada Parameter Uji Amonia, Nitrit dan Nitrat. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 6(2), 12123-12130.

Rahmawati, H., & Dede, H. (2012). Strategi pengembangan usaha budidaya ikan air
tawar. NATURALIS, 1(2), 129-134.

Indriana, I. (2020). Prevalensi Dan Intensitas Endoparasit Cacing Acanthocephala Pada Ikan Tongkol
(Euthynnus Affinis) Di Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Sendangbiru, Malang Jawa Timur (Doctoral
dissertation, UNIVERSITAS AIRLANGGA).

Pratiwi, D. R. (2014). Aplikasi Effective Microorganism 10 (em10) untuk pertumbuhan ikan lele
sangkuriang (Clarias gariepinus var. sangkuriang) di kolam budidaya lele jombang, tangerang.

H Khairuman, S. P., Amri, K., & Spi, M. (2013). Budi Daya Ikan Nila. Agromedia.

Ratnawati, S. (2021). Hidrofilter Tenaga Surya Implemetasi Pendekatan Stem Pada Materi Teknologi
Ramah Lingkungan Mata Pelajaran Ipa Kelas 9 MTsN 1 Lumajang. Jurnal IKA PGSD (Ikatan
Alumni PGSD) UNARS, 9(1), 176-188.

Tampubolon, F. R. (2021). Alih Fungsi Kolam Tanah Menjadi Kolam Beton Pada Budidaya Ikan Lele di
Kelompok Tani Wakaf Mandiri. Jurnal Ilmiah Madiya (Masyarakat Mandiri Berkarya), 2(1), 14-19.

15
Lampiran-Lampiran

16

Anda mungkin juga menyukai