Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL MAGANG

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN BAUNG (Mytus nemurus)


DI BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR SUNGAI GELAM,
JAMBI

Disusun Oleh :

Putra Ramadhani 442020003

PRODI AKUAKULTUR
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Teknik Pembenihan Ikang Baung (Mytus nemurus) di


Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai
Gelam Jambi
Nama : Putra Ramadhani
NIM : 442020003
Program Studi : Akuakultur

Disetujui Oleh
Dosen Pembimbing

Meika Puspita Sari, S.Si.,M.Si

Mengetahui,
Ketua Program Studi Akuakultur

Khusnul Khotimah, S.P.,M.Si

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah swt, karena atas berkat
rahmat dan karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan proposal magang ini
tepat pada waktunya. Proposal ini disusun dengan judul “Teknik Pembenihan
Ikang Baung (Mytus nemurus) di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT)
Sungai Gelam Jambi”. Proposal ini dibuat sebagai pedoman saat melakukan
praktek magang di Balai Perikanan Budidaya Ikan Air Tawar (BPBAT) Sungai
Gelam Jambi.
Saya mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Meika Puspita Sari,
S.Si.,M.Si selaku dosen pembimbing dan Ibu Khusnul Khotimah, S.P.,M.Si
selaku ketua prodi akuakultur, yang telah bersedia membimbing dalam
penyusunan proposal praktek magang ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada seluruh pihak dan rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam
penyusunan proposal praktek magang ini.
Di samping itu, saya juga mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk kesempurnaan penyusunan proposal praktek magang ini ke
arah yang lebih baik. Harapan saya semoga proposal ini memberi manfaat kepada
saya khususnya dan pembaca umumnya.

Palembang, Januari 2023

ii
Cover
Halaman Pengesahan.....................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang..................................................................................1
1.2 Tujuan Magang.................................................................................2
1.3 Manfaat Magang...............................................................................2
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Klasifikasi Ikan Baung......................................................................3
2.2 Morfologi Ikan Baung.......................................................................3
2.3 Sifat dan Karakteristik......................................................................4
2.4 Daerah Penyebaran Ikan Baung........................................................4
2.5 Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Baung.........................................4
2.6 Cara Berkembang Biak Ikan Baung..................................................5
2.7 Jenis Ikan Baung...............................................................................5
BAB III Metode Pelaksanaan
3.1 Waktu dan Tempat............................................................................7
3.2 Alat dan Bahan..................................................................................7
3.3 Prosedur Pelaksanaan........................................................................8
3.3.1 Persiapan Tempat......................................................................8
3.3.2 Pemeliharaan Induk...................................................................9
3.3.3 Seleksi Induk.............................................................................9
3.3.4 Pemijahan..................................................................................9
3.3.5 Pembuahan................................................................................10
3.3.6 Penetasan Telur.........................................................................10
3.3.7 Pendederan I..............................................................................10
3.3.8 Pendederan II.............................................................................11
3.3.9 Pendederan III...........................................................................11
3.3.10 Pembesaran...............................................................................11
Daftar Pustaka................................................................................................iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan baung (Mystus nemurus) merupakan salah satu ikan asli yang
terdapat di Indonesia. Ikan ini merupakan salah satu komoditas ikan di perairan
umum yang mempunyai prospek untuk dibudidayakan baik di kolam maupun di
sistem keramba jaring apung, karena Ikan ini merupakan ikan yang sangat cepat
untuk menyesuaikan diri pada pakan buatan.
Semakin tingginya penangkapan ikan di perairan umum akan berdampak
pada penurunan hasil perikanan tangkap sehingga mengganggu keadaan
persediaan dan populasi ikan. Dalam memenuhi kebutuhan konsumsi dan
konservasi maka harus diimbangi dengan kegiatan budidaya. Selain itu juga
usaha budidaya ikan akan baik dengan ditunjang beberapa komponen. Salah satu
komponennya ialah stok benih ikan baung dengan kualitas yang baik. Stok benih
yang handal para pembudidaya berasal dari hasil pembenihan. Benih ikan hasil
pembenihan tentu akan lebih memungkinkan dalam penyediaan stok benih yang
berkelanjutan.
Pembenihan ikan baung ini masih sangat terbatas dilakukan oleh para
pembudidaya, hal ini karena ketidakmampuan ikan untuk berkembang biak
secara alamiah di penangkaran, penyediaan benih untuk pembesaran pun
sebagian besar masih mengandalkan tangkapan dari alam. Usaha pembenihan
daerah menunjukkan bahwa pakan induk dengan kualitas baik memberikan
tingkat keberhasilan pematangan induk serta telur dan benih yang diperoleh
berkualitas baik, dalam Suhendra S. et al, (2010).
Benih ikan baung yang unggul dalam kualitas dan kuantitas tidak lepas
dari peranan kegiatan pembenihan. Dalam kegiatan pembenihan ini ditujukan
untuk mendapat benih secara kontinu yang memenuhi permintaan pasar, sehingga
dapat menghasilkan keuntungan dari segi ekonomi. Tanpa pembenihan,
subsistem yang lain tidak akan dapat berjalan karena kegiatan pendederan dan
pembesaran sangat memerlukan benih yang merupakan produk dari kegiatan
pembenihan. Proses pembesaran benih juga memerlukan penanganan yang baik

1
agar benih ikan baung yang dihasilkan dapat tumbuh dengan optimal, sehingga
dapat memenuhi standar penjualan, dalam Susanto (2006)
Dalam usaha budidaya perikanan, penyediaan benih berkualitas tinggi
dalam jumlah yang cukup dengan harga yang terjangkau sangat diperlukan oleh
petani ikan. Sementara itu, ketersediaan benih ikan merupakan salah satu
indikator penting dalam keberhasilan usaha budidaya Minimnya usaha
pembenihan ikan patin yang dilakukan begitu pula dengan sumberdaya
manusianya menjadi salah satu latar belakang di lakukannya praktek kerja
lapangan.

1.2 Tujuan Magang


Tujuan dari praktik kerja lapangan / magang ini adalah untuk mengetahui
Teknik Pembenihan Ikan Baung (Mystus nemurus) di Balai Perikanan Budidaya
Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Jambi. serta untuk mendapatkan wawasan,
keterampilan, dan pengalaman kerja secara langsung khususnya di dalam
kegiatan pembenihan ikan baung.
Kegunaan dari praktik kerja lapangan/ magang ini, agar mahasiswa dapat
memadukan antara teori yang didapatkan saat perkuliahan dengan keadaan yang
sebenarnya saat di lapangin, serta untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mahasiswa di lapangan. Hasil dari pelaksanaan praktik kerja
lapangan magang dan hasil laporannya diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan keterampilan khususnya tentang teknik pembenihan ikan baung. dan bagi
mahasiswa setelah lulus kuliah bisa menjadi bekal untuk kerja dibidang
perikanan, serta dapat memberikan informasi kepada masyrakat tentang
pemijahan ikan baung dengan baik.

1.3 Manfaat Magang


Kegiatan praktik kerja lapangan/ magang diharapkan dapat mengasah
kemampuan mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan
pengalaman mahasiswa mengenai teknik pembenihan Ikan baung di Balai
Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Jambi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Ikan Baung

Klasifikasi ikan Baung menurut Kottelat dkk, (1993) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chodata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub ordo : Siluridae
Family : Bagridae
Genus : Mystus
Spesies : Mystus nemurus Cuvier Vallenciennes

2.2 Morfologi Ikan Baung

Morfologi ikan baung, dapat dilihat berdasarka ciri-ciri ikan baung adalah
sebagai berikut:
 Bentuk badan memanjang, dengan perbandingan panjang badan dan
tinggi badan 4:1.
 Baung juga berbedan bulat dengan perbandingan badan dan lebar badan
1:1.
 Ikan baung mempunyai empat pasang sungut peraba yang terletak di
rahang atas.

3
 Sepasang dari sungut peraba sangat panjang dan dapat mencapai sirip
dubur.
 Sirip punggung mempunyai dua buah jari-jari keras.
 Kepala besar dengan warna tubuh abu-bau kehitaman, dengan punggung
gelap tapi perut lebih cerah.
 Badan ikan baung tidak bersisik, berwarna coklat kehitaman dengan pita
tipis memanjang jelas ditutup insang hingga pangkal ekor.
 Panjang tubub maksimalnya 350 mm, dan panjang kepala 3-3,5 mm.
 Ikan ini juga memiliki sifat aktid pada malam hari atau bersifat nocturnal

2.3 Sifat dan Karakteristik

Ikan baung adalah ikan air tawar yang hidup di perairan seperti sungai,
danau, waduk, hingga rawa. Baung juga banyak ditemukan di perairan di daerah
banjir. Di Sungai Musi, Sumatera Selatan, baung juga hidup di muara sungai
berair payau. Jadi bisa dikatakan bahwa ada spesies baung yang mampu bertahan
hidup di air payau.
Baung memiliki sifat hidup bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai.
Selain itu, baung merupakan ikan nokturnal yang aktif di malam hari untuk
mencari makan, berkembang biak, dan dan kegiatan lainnya.

2.4 Daerah Penyebaran Ikan Baung

Distribusi ekologis ikan baung, selain di perairan tawar, sungai, dan


danau, juga terdapat di perairan payau muara sungai dan pada umumnya
ditemukan di daerah banjir. Ikan baung berhasil hidup dalam kolam yang
dasarnya berupa pasir dan batuan (Madsuly, 1977). Di Jawa Barat, ikan baung
banyak ditemukan di sungai Cidurian dan Jasinga Bogor yang airnya cukup
dangkal (45 cm) dengan kecerahan 100 %. Distribusi geografis ikan baung, selain
di perairan Indonesia, juga terdapat di Hindia Timur, Malaya, Indocina, dan
Thailand.

2.5 Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Baung

4
Ikan pada umumnya mempunyai kemampuan beradaptasi tinggi terhadap
makanan dan pemanfaatan makanan yang tersedia di suatu perairan. Dengan
mengetahui kebiasaan makan ikan, maka kita dapat mengetahui hubungan
ekologi organisme dalam suatu perairan, misalnya bentuk-bentuk pemangsaan
persaingan makanan dan rantai makanan.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa ikan baung termasukjenis ikan
karnivora dengan susunan makanan yang terdiri atas ikan, insekta, udang,
annelida, nematoda, detritus, sisa-sisa tumbuhan, atau organik lainnya. Susunan
makanan ikan baung dewasa berbeda dengan susunan makanan ikan baung
anakan. Makanan utama ikan baung dewasa terdiri atas ikan dan insekta,
sedangkan makanan utama anakan ikan baung hanya berupa insekta. Tetapi,
Djajadiredja et al. (1977) mengemukakan bahwa ikan baung termasuk jenis ikan
omnivora dengan makanan terdiri atas anak ikan, udang, remis, insekta, moluska,
dan rumput. Makanan utama ikan baung yang hidup di Waduk Juanda terdiri atas
udang dan makanan pelengkapnya berupa ikan dan serangga air, sehingga
digolongkan dalam jenis ikan karnivora.

2.6 Cara Berkembang Biak Ikan Baung

Berdasarkan laporan alawi et.al. (1990), ikan baung diperairan sungai


Kampar (Riau) memijah pada sekitar bulan Oktober sampai bulan Desember.
Hal ini merupakan fenomena umum karena pada saat itu biasanya musim hujan
dan sebagian besar ikan diperairan umum memijah pada awal atau sepanjang
musim hujan. Hal ini terjadi karena ikan yang akan memijah umumnya mencari
kawasan yang aman dan banyak makanan.
Kawasan seperti ini didapatkan pada kawasan rerumputan yang digenangi
air pada saat musim hujan tiba. Demikian juga jenis ikan baung mencari tepat
perlindungan dan membuat sarang bila melakukan pemijahan (Bardach et.al.,
1972).

2.7 Jenis Ikan Baung

Ada beberapa jenis ikan baung yang khususnya ada di Indonesia, Berikut
diantaranya:

5
1. Ikan Baung Kuning
Sesuai namanya ikan baung kuning memiliki ciri-ciri dimana tubuhnya
berwarna cokelat kekuningan. Terdapat garis memanjang di tengah sisi
tubuhnya yang berwarna krem atau kekuningan. Rata-rata ikan baung kuning
dewasa ukuran tubuhnya kurang dari 20cm. Sirip lemak pada ikan baung
kuning sangat pendek dan jika ujung sirip punggung terlipat, tidak akan
dapat mencapai awal sirip lemak. Ikan baung kuning ini banyak ditemukan
di sungai daerah-daerah Jawa Barat.

2. Ikan Baung Putih


Memiliki panjang rata-rata bisa mencapai 20 cm ikan baung putih
memiliki ciri-ciri kepalanya yang sedikit lebih lebar dan pipih. Ciri khas dari
jenis baung yang satu ini adalah sirip lemaknya yang pendek dan pangkal
sirip lemak memiliki panjang kurang dari setengah jarak sirip punggung ke
sirip ekor. Ikan baung putih banyak dijumpai di sungai-sungai daerah
Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung Malaya. Ikan Baung Putih paling
banyak ada di Kalimantan dimana hampir semua sungai di wilayah
Kalimantan terdapat ikan baung putih.

3. Ikan Baung Tageh


Untuk jenis yang ini persebarannya banyak di pulau jawa. Penamaan ikan
ini pun berbeda-beda pada setiap provinsi, dimana orang betawi
menyebutnya dengan nama ikan bawon, sementara daerah Sunda dikenal
dengan nama ikan Singgal. Sedangkan nama Tageh sendiri populernya di
Jawa Tengah.

6
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Waktu dan Tempat

Kegiatan magang ini akan di lakukan pada tanggal 01 Februari s/d 04


Maret 2023, yang berlokasi di Balai Perikanan Budidaya Air Tawat (BPBAT)
Sungai Gelam, Jambi.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang di gunakan untuk kegiatan pemijahan ikan baung (Mystus


nemurus) dapat di lihat pada table 1 :

Table 1. Alat

No. Alat Fungsi


1 Kolam/bak Wadah pemeliharaan,pemijahan dan pendederan
2 Hapa Tempat penampungan benih
3 Serokan/seser Alat untuk mengambil induk dan benih
4 Ember Alat penampungan sementara
5 Timbangan Alat penimbang berat induk dan benih
6 Kakaban Tempat perekat telur
7 Thermometer Alat pengukur suhu
8 Suntik Alat injeksi hormone pada pemijahan buatan
9 Mangkok Alat tamping telur dan sperma
10 Bulu ayam Alat bantu fertilisasi/pembuahan
11 Serbet Alat lap
12 Aerator Alat pengikat oksigen

3.2.2 Bahan

Bahan yang di gunakan untuk kegiatan pemijahan ikan jelawat


(Leptobarbus hoevenii) dapat di lihat pada table 2 :

Table 2. Bahan

7
No Bahan Fungsi
1 Induk Ikan untuk menghasilkan benih
2 Pakan Untuk makanan ikan
3 Hormon (Ovaprim) Meransang kematangan gonad ikan
4 Aquades Pelarut pengencer hormone
5 Larutan (NaCL 0,9%) Pengecer sperma dan telur
6 Obat-obatan ikan Mengobati ikan sakit
7 Es batu Mendinginkan sperma
8 Tisu Untuk mengelap area yang basah

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Persiapan Tempat

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mempersiapkan tempat


pembenihan. Tempat pembenihan atau kolam bibit ikan baung tersebut berupa
kolam yang nantinya akan digunakan ikan untuk berkembang biak. Untuk
pembenihan diperlukan 3 type kolam dan akuarium atau wadah lain untuk
penetasan telur ikan, masing-masing type kolam memiliki fungsi yang berbeda
sesuai dengan fase pertumbuhan ikan. Kolam pembenihan ikan baung dibuat
sebaik mungkin agar usaha pembenihan berlangsung dengan baik.
Berikut ini keempat type kolam pembenihan ikan baung tersebut ;

a). Kolam indukan

Kolam indukan adalah kolam yang berfungsi untuk memelihara indukan


ikan baung. Indukan terdiri dari ikan baung jantan dan betina. Ukuran kolam
untuk indukan disesuaikan dengan kebutuhan dan ketersediaan lahan. Kolam
indukan tidak harus berukuran besar tetapai harus memiliki kedalaman yang
cukup untuk ikan dewasa. Kedalaman kolam indukan antara 1–1,4 meter.
Indukan jantan dan betina harus ditempatkan pada kolam yang berbeda,
sehingga diperlukan 2 buah kolam indukan.

c). Kolam pemeliharaan larva

Kolam pemeliharaan larva adalah kolam yang digunakan untuk


memelihara larva-larva ikan baung yang sudah menetas. Kolam yang
digunakan bisa berupa bak, drum, bak semen, kolam tanah atau jaring halus
(hapa). Hapa adalah jaring khusus berukuran kecil untuk memelihara larva

8
ikan, bentuk hapa mirip dengan kelambu. Hapa diletakkan mengapung diatas
kolam.

d). Kolam benih

Kolam benih adalah kolam yang digunakan sebagai tempat pendederan


benih ikan nila atau kolam tempat membesarkan benih. Ukuran kolam benih
juga dibuat sesuai dengan kebutuhan, tergantung banyaknya benih yang
diproduksi. Benih ikan ditempatkan pada kolam pembesaran sampai benih
ikan siap untuk dibesarkan dikolam pembesaran atau kolam budidaya.
Biasanya benih ikan siap dibesarkan ketika panjang tubuhnya berukuran 10–
12 cm.

3.3.2 Pemeliharaan Induk

Pemeliharaan induk dilakukan di kolam induk yang berukuran 600 m2


dengan kedalaman air rata-rata 1 m dengan padat tebar 15 ekor /m2. Selama
pemeliharaan induk diberikan pakan berprotein minimal 28% sebanyak 2% dari
total Biomass/hari dengan frekuensi pemberian pakan dua kali sehari yaitu pada
pagi hari dan sore hari.

3.3.3 Seleksi Induk

Pengecekan tingkat kematangan gonad induk betina yang siap pijah dapat
dicirikan perut yang membesar dan lembek bentuk badan yang agak melebar dan
pendek. Pada sekitar lubang genital agak kemerahan dan telur berwarna
kecoklatan. Ukuran diameter telur ikan baung yang siap dipijahkan dan mampu
berkembang dengan baik berkisar 1,5 sampai 1,8 mm dengan rata-rata 1,6 mm.
Telur yang bagus dapat dilihat intinya sudah menepi dan tidak terjadi
penggumpalan jika diberi larutan sera. Sedangkan untuk induk jantan yang siap
dicirikan dengan ujung genital papilla (penis) berwarna merah yang panjangnya
sampai ke pangkal sirip anal. Cairan sperma ikan baung ini berwarna bening.

9
3.3.4 Pemijahan

Pemijahan dilakukan secara buatan dengan penyuntikan hormon. Jenis


hormon yang digunakan adalah ovaprim denga dosis 0,5 cc/kg induk betina dan
0,3 cc/kg untuk induk jantan. Induk ditampung dalam wadah fiber/waskom/
aquarium yang berfungsi sebagai tempat inkubasi induk. Induk ditimbang
beratnya untuk menentukan jumlah hormon yang akan digunakan. Penyuntikan
induk betina dilakukan 2 kali dengan interval waktu penyuntikan 6 jam, untuk
penyuntikan I digunakan 1/3 dari dosis dan 2/3 sisanya untuk penyuntikan ke II.
Sedangkan untuk induk jantan dilakukan sekali penyuntikan yaitu waktu
penyuntikan kedua pada induk betina. Penyuntikan dilaksanakan secara intra
muskular di bagian kiri/kanan belakang sirip punggung. Posisi jarum suntik
terhadap tubuh induk membentuk sudut 30-40 derajat sejajar dengan panjang
tubuh. Waktu ovulasi berkisar antara 6-8 jam setelah penyuntikan ke II (kisaran
suhu 29-31 derajat celcius ditandai dengan keluarnya telur bila dilakukan
pengurutan pada bagian perut.

3.3.5 Pembuahan

Pengambilan sperma dilakukan dengan pengurutan ke arah lubang genital


dan dengan spuit yang sudah diisi dengan larutan NaCl 0,9% dengan
perbandingan 4 cc NaCl dengan 1 cc sperma. Pembuahan buatan dilakukan
dengan cara mencampurkan telur dengan sperma kemudian diaduk dengan bulu
ayam searah jarum jam selama kurang lebih 2-3 menit secara perlahan sampai
tercampur rata, lalu diberi air bersih. Selanjutnya telur ditetaskan di dalam
aquarium.

3.3.6 Penetasan Telur

Penetasan dilakukan pada substrat buatan yang diletakkan menggantung


di aquarium. Hal ini dikarenakan telur ikan baung memiliki daya rekat yang
tinggi sehingga telur tersebut menempel kuat pada substrat. Setelah telur menetas
larva akan jatuh ke dasar aquarium dan larva baung bersifat bergerombol dan

10
lebih suka berada di dasar aquarium. Sedangkan telur yang tak menetas tetap
menempel pada substrat.

3.3.7 Pendederan I

Pendederan pertama ikan baung dilakukan di kolam tanah. Caranya :


siapkan kolam ukuran 500 m2; keringkan selama 4-5 hari; perbaiki - seluruh
bagiannya; buatkan kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah
dasarnya; tebarkan 5-7 karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm
dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 50.000 ekor larva pada pagi
hari; setelah 2 hari, beri 1-2 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap
hari; panen benih dilakukan setelah berumur 3 minggu.

3.3.8 Pendederan II

Pendederan kedua juga dilakukan di kolam tanah. Caranya siapkan kolam


ukuran 500 m2; keringkan 4-5 hari; - perbaiki seluruh bagiannya; buatkan
kemalir dengan lebar 40 cm dan tinggi 10 cm; ratakan tanah dasar; tebarkan 5-7
karung kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari
(air tidak dialirkan); tebar 30.000 ekor benih hasil pendederan I (telah diseleksi);
beri 2-4 kg tepung pelet atau pelet yang telah direndam setiap hari; panen benih
dilakukan setelah berumur sebulan.

3.3.9 Pendederan III

Pendederan ketiga dilakukan di kolam tanah. Caranya: siapkan kolam


ukuran 500 m2; keringkan 4-5 hari; perbaiki - seluruh bagiannya; buatkan
kemalirnya; ratakan tanah dasarnya; tebarkan 2 karung kotoran ayam atau puyuh;
isi air setinggi 40 cm dan rendam selama 5 hari (air tidak dialirkan); tebar 20.000
ekor hasil dari pendederan II (telah diseleksi); beri 4-6 kg pelet kecil (khusus
lele); panen kemudian benih dilakukan sebulan

3.3.10 Pembesaran

11
Pembesaran ikan baung dilakukan di kolam tanah. Caranya siapkan
sebuah kolam ukuran 200 m2; perbaiki seluruh bagiannya; tebarkan 4 karung
kotoran ayam atau puyuh; isi air setinggi 40-60 cm dan rendam selama 5 hari;
masukan 10.000 ekor benih hasil seleksi dari pendederan III; beri pakan 3 persen
setiap hari, 3 kg di awal pemeliharaan dan bertambah terus sesuai dengan berat
ikan; alirkan air secara kontinyu; lakukan panen setelah 2 bulan. Sebuah kolam
dapat menghasilkan ikan konsumsi ukuran 125 gram sebanyak 400-500 kg.

12
DAFTAR PUSTAKA

Alawi, H. Muchtar, Pulungan. C dan Rusliadi. 1990. Beberapa Aspek Biologi


Ikan Baung (Mystus nemurus) yang Tertangkap di Sekitar Perairan
Teratak Buluh Sungai Kampar. Pusat Penelitian Universitas Riau.
Pekanbaru. 36 hlm (tidak diterbitkan).
Bardach, J.E., Ryther, J. H., & McLarney, W. O. (1972). Aquaculture.
Birmingham: Alabama Agricultural Experiment Station.
Djajadiredja, R.S. 1997. Buku Pedoman Pengenalan Perikanan Darat. Kajian I.
Dirjen Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Koestanto dan H Susanto. 2006. Ikan Air Tawar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari dan S. Wirjoatmodjo. 1993.
Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Eds. (HK)
Ltd. And EMDI. Indonesia.
Madsuly, T., 1977. Laporan Peternakan Ikan Tagih (Mystus nemurus) di
Kabupaten Dati II, Sumedang, Diskan. (tidak diterbitkan).
Suhenda, S., Samsudin, R., & Nugroho, S. (2010). PERTUMBUHAN BENIH
IKAN BAUNG (Hemibagrus nemurus) DALAM KERAMBA JARING
APUNG YANG DIBERI PAKAN BUATAN DENGAN KADAR
PROTEIN BERBEDA. Jurnal Iktiologi Indonesia, 10(1): 65-71, 2010.

iv

Anda mungkin juga menyukai