OLEH
FITRIYANTI HARIS
1111417047
OLEH
FITRIYANTI HARIS
1111417047
Ketua Jurusan,
Budidaya Perairan Fakutas Perikanan Pembimbing
Dan Ilmu Kelautan
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penyusun panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penyusun, sehingga
penyusun dapat menyelesaikan tugas proposal Praktek Kerja Lapangan (PKL)
yang berjudul Teknik Pembenihan Kepting Bakau (Scylla serrata) di Balai
Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar Sulawesi Selatan.
Proposal Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini telah di susun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan moril dan materil dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan proposal praktek kerja lapangan ini. Untuk itu penulis
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan proposal praktek kerja lapangan ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik yang
bersifat membangun dari pembaca agar penulis dapat termotivasi dalam
memperbaiki penulisan kedepannya .
Akhir kata penulis berharap semoga proposal Praktek Kerja Lapangan (PKL)
yang berjudul Teknik Pembenihan Kepting Bakau (Scylla serrata) di Balai
Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar Sulawesi Selatan. ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan..............................................................................................................2
1.3 Manfaat............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Kepiting Bakau.............................................................................3
2.2 Morfologi.........................................................................................................3
2.3 Habitat.............................................................................................................4
2.4 Organ-Organ Dalam .......................................................................................4
2.5 Ciri-ciri............................................................................................................5
2.6 Cara Makan.....................................................................................................5
2.7 Teknik Pembenihan Kepiting Bakau...............................................................6
2.7.1 Persiapan Induk......................................................................................6
2.7.2 Pemijahan...............................................................................................7
2.7.3 Penetasan................................................................................................8
2.7.4 Pemeliharaan Larva................................................................................9
2.7.5 Panen dan Pengangkutan........................................................................11
BAB III METODE PRAKTEK
3.1 Waktu Dan Tempat.........................................................................................13
3.2 Alat Dan Bahan...............................................................................................13
3.3 Metode Praktek................................................................................................14
3.4 Prosedur Kerja.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
masuk sebagai menu seafood di restoran dan hotel berbintang. Hal ini
oleh beberapa pihak. Laju eksploitasi ini dapat dilihat dari data statistik perikanan
Jumlah produksi penangkapan kepiting bakau 26.628 ton pada tahun 2008
kurang baik yang menyebabkan kualitas kepiting dan harga rendah, juga memicu
1
nelayan menangkap sebanyak-banyaknya. Kemudian degradasi ekosistem
mangrove karena pemanfaatan lahan yang tidak bertanggung jawab, juga menjadi
isu lain yang tidak kalah pentingnya karena sangat mempengaruhi stok kepiting
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Manfaat dari praktek kerja lapang (PKL) ini adalah dapat mengetahui dan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Filu : Arthropoda
Klass : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Fortunidae
2.2 Morfologi
Kepiting bakau (Scylla sp) memiliki ukuran lebar karapas lebih besar dari
pada ukuran panjang tubuhnya dan permukaannya agak licin. Pada dahi antara
sepasang matanya terdapat enam buah duri dan disamping kanan serta kirinya
terdapat sembilan buah duri. Kepitng bakau jantan mempunyai sepasang capit
yang dapat mencapai panjang hampir dua kali lipat daripada panjang karapasnya,
sedangkan kepiting bakau betina relatif lebih pendek. Selain itu, kepiting baku
juga memiliki 3 pasang kaki jalan dan sepasang kaki renang. Kepiting bakau
segitiga meruncin, sedangkan pada betina kepiting bakau melebar (Soim 1994).
3
2.3 Habitat
berganti kulit (moulting). Habitat kepiting tergantung dari daur hidupnya, dalam
sungai atau hutan bakau. Kepiting yang siap melakukan perkawinan akan masuk
keperairan hutan bakau atau tambak. Setelah melakukan perkawinan itu, kepiting
telur menetas maka muncul larva tingkat 1 (Zoea 1) dan terus-menerus berganti
kulit sambil terbawa arus ke perairan pantai.Kanna (1991) bahwa kepiting muda
yang baru berganti kulit dari megalopa yang memasuki muara sungai dapat
mentoleransi salinitas air yang rendah (10-24 ppt) dan suhu diatas 10oC.
mulai dari Selatan dan Timu Afrika, Mozambi, terus ke Iran, pakistan, India,
Berdasarkan anatomi tubuh bagian dalam, mulut kepiting terbuka dan terletak
pada bagian bawah tubuh. Beberapa bagian yang terdapat di sekitar mulut
berfungsi dalam memegang makanan dan juga memompakan air dari mulut ke
insang. Kepiting memiliki rangka luar yang keras sehingga mulutnya tidak dapat
dibuka lebar. Hal ini menyebabkan kepiting lebih banyak menggunakan sapit
4
dalam memperoleh makanan. Makanan yang diperoleh dihancurkan dengan
merupakan famili kepiting bakau yang mempunyai lima pasang kaki. Pasangan
kaki kelima berbentuk pipi dan melebar pada ruas terakhir. Karapas pipi atau
cagak cembung berbentuk heksagonal atau agak persegi. Bentuk ukuran bulat
telur memanjang atau berbentuk kebulatan, tapi anterolateral bergigi lima sampai
sembilan buah. Dahi lebar terpisah dengan jelas dari sudut intra orbital, bergigi
dua sampai enam buah, bersungut kecil terletak melintang atau menyerong.
hewan nocturnal, pada saat siang hari keping cendrung membenamkan diri atau
5
2.7 Teknik Pembenihan Kepiting Bakau
A. Penangkapan Induk
Untuk mendapatkan calon induk dapat ditempuh dua jalan yaitu dengan
melakukan seleksi di areaI budidaya kepiting atau pembesaran dan dapat pula
dapat ditangkap dengan alat Trawl-dasar berukuran kecil, jaring insang apung
atau jaring dasar atau dengan perangkap kepiting (Crab pot). Alat-alat tangkap ini
sebaiknya dipasang agak jauh dari pantai di depan perairan bakau karena Kepiting
petelur yang akan memijah biasanya beruaya dan berada jauh dari pantai
B. Seleksi Induk
C. Pengangkutan Induk
Induk hasil seleksi maupun penangkapan dari alam yang hendak dibawa
6
ditempatkan dalam kotak-kotak plastik atau kotak-kotak polyester berisi 5 sampai
10 liter air laut untuk seekor induk. Bila suhu air di atas 30 0C dapat ditambahkan
5 jam, harus digunakan tanki air atau bak fiber glass berbentuk persegi panjang
dengan kapasitas 1 ton, diaerasi atau ditambahkan oksigen. Bila capit (Chelae)
D. Aklimatisasi Induk
sampai kondisi suhu dan salinitas air pengangkutan sama dengan suhu dan
2.7.2 Pemijahan
mengalami ganti kulit (molting). Bersamaan dengan itu tubuh induk betina akan
yang kuat bagi jantan agar segera mendekati betina. Pada saat terangsang oleh
hari menerima rangsangan. Induk jantan yang menerima rangsangan akan menaiki
7
(menggendong) tubuh induk betina kurang lebih 4 hari, hingga proses molting
selesai. Sebelum turun dari tubuh induk betina, induk jantan akan mengeluarkan
spermanya.
ovarium. Kegiatan ini berlangsung setelah molting dan terjadi 7 – 12 jam. Sekali
2.7.3 Penetasan
dilakukan pencucian sampai dengan pemberian subtrat, dalam hal ini dapat
diberikan pasir pada dasar bak dengan ketebalan 10 cm. Padat tebar pada bak
peneluran 1-3 ekor/m2. Selama dalam proses penetasan pergantian air dilakukan
warna mulai dari berwarna orange sampai coklat atau hitam. Warna hitam antara
lain berasal dari mata fasot embrio. Bintik mata hitam serta denyutan jantung
sangat jelas terlihat. Bila bintik-bintik ungu kemerahan sudah terlihat menandakan
sekitar 3 hari lagi penetasan akan berlangsung. Sebaiknya pada keadaan demikian
induk tersebut segera dipindahkan dalam satu bak, dan air bak diisi penuh.
8
B. Proses Penetasan
berbeda dengan penetasan telur udang windu, karena keduanya berasal dari kelas
yang sama yaitu Crustacea. Semua keperluan yang berkaitan dengan penetasan
dan pemeliharaan larva harus sudah di siapkan. Keberhasilan penetasan telur dan
keperluan penetasan.
induk Kepiting biasanya induk lebih sering berdiri pada kaki jalan (Priopoda)
dengan massa telur ditempelkan pada subtrat. Pada saat demikian penggantian air
ciukup dilakukan separuh bagian saja dan dilakukan dengan sangat hati-hati,
malam hari, umumnya sebelum matahari terbit. Bila penetasan telah berlangsung
dengan sempurna yang dapat diamati dari telah melipatnya abdomen induk segera
A. Persiapan bak
Bak untuk pemeliharaan larva dapat digunakan dari berbagai ukuran dan
ruangan. Bak-bak berbentuk bulat lebih baik digunakan karena tidak adanya
9
Bak pemeliharaan sebelum digunakan terlebih dahulu dilakukan pencucian
air. Air yang akan digunakan harus air laut bersih yang telah dilakukan filterisasi
B. Penebaran
dibiarkan hidup di dalam bak penetasan hingga berumur 5 hari. Pemindahan yang
dilakukan kurang dari 5 hari dikhawatirkan akan mengakibatkan stres pada larva
Kepiting. Larva kepiting yang baru menyesuaikan diri dengan kehidupan barunya.
larva Kepiting ke wadah-wadah kecil atau waskom yang telah diisi air laut
sebaiknya dilakukan bersama air aslinya. Tujuan pemindahan larva ini adalah
stadia zoea ini berlangsung dari stadia zoea1 sampai zoea 5 dengan waktu
Kepiting muda berawal setelah Megalopa berganti kulit menjadi fase Kepiting
10
muda, kedua dan seterusnya sampai ke tingkat 16 atau 17 yaitu fase terakhir
D. Pemberian Pakan
Larva Kepiting yang baru menetas bersifat planktonis. Jenis makanan yang
kepadatan 3 -10/ml. Selain Rotifera ditambahkan juga naupli Artemia salina yang
baru menetas sampai fase Megalopa. Dosis Artemia pada stadia (Z 1-2) awal
cukup dalam jumlah kecil, kemudian pada stadia Z3 sampai Z5 100 - 300 ekor/ml
Pada larva tingkat akhir Z 3-4 sudah dapat ditambahkan hancuran daging
hancuran daging dari berbagai organisme laut perlu hati-hati karena belum tentu
cocok untuk larva. Bila hancuran tidak dimakan dapat menyebabkan pembusukan
kecil dengan jumlah 150-200 gram/ton. Pemberian pakan ini cukup 1 kali dalam
sehari.
A. Panen
Panen dilakukan setelah larva kepiting mencapai ukuran benih yaitu 1,5 –
3 cm atau dengan berat kurang dari 60 gram. Atau tergantung dari pesanan
konsumen. Adapun cara panen dapat dilakukan dengan cara mengeringkan kolam
11
pemeliharaan larva, kemudian menangkap benih Kepiting dengan menggunakan
B. Pengangkutan Benih
wadah plastik tanpa air. Tapi apabila jarak yang ditempuh jauh maka dapat
menggunakan kantong plastik yang tebal dan diberi air serta ditambahkan
oksigen, lama perjalanan sebaiknya tidak lebih dari 2,5 jam. Apabila jarak
sebaiknya bak fiber yang diisi air dan dilengkapi sumber oksigen berupa aerator.
12
BAB III
METODOLOGI PRAKTEK
Februari sampai 23 Maret 2020 bertempat di Balai Perikanan Budidaya Air Payau
13
Bahan yang digunakan dalam kegiatan teknik pembenihan kepiting bakau
lapangan yaitu:
langsung serta melihat alat dan bahan yang digunakan dalam teknik
2. Data sekunder diproleh dengan cara belajar dari literature yang relevan atau
(Scylla serrata).
14
3.4 Prosedur Kerja
pembenihan kepiting bakau (Scylla serrata). ini dapat dilakukan sebagai berikut:
4. Proses Pemijahan.
5. Proses Penetasan.
6. Pemeliharaan Larva.
7. Pendederan
15
DAFTAR PUSTAKA
16