Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Reklamasi dan Pengerukan

KELOMPOK 20

Bussan Adi Nugroho 26050120130100

Michael Joshua Xavier 26050120140045

Muhamad Fadilah Nur Hafid 26050120140165

Nandika Abubakar Putri 26050120140054

Priska E. Lumban Batu 26050120120031

Dosen Pengampu:
Ir. Sidhi Saputro M.Phil.
NIP. 10001423

DEPARTEMEN OSEANOGRAFI

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2022
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pelabuhan merupakan tempat kegiatan perdagangan internasional dan
merupakan sentra kegiatan ekonomi. Sejalan dengan upaya pemerintah pusat dan
daerah untuk pengembangan ekonomi, pelabuhan terus berbenah diri dan secara
berkelanjutan melengkapi dirinya dengan berbagai sarana dan prasarana yang
mampu mendukung percepatan serta kelancaran kegiatan pelayanan kapal dan
barang. Lambatnya kegiatan di pelabuhan jelas akan merugikan apalagi ke depan
volume ekspor diprediksi semakin meningkat. Oleh karena itu diperlukan upaya
pengembangan pelabuhan. Perkembangan perekonomian suatu daerah sangat
dipengaruhi oleh lancarnya tahapan distribusi. Alur pelayaran sebagai salah satu
bagian yang mendukung kelancaran distribusi barang dan penumpang melalui
laut, memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang kegiatan distribusi
nasional.
Pemeliharaan alur laut, sangat diperlukan guna menjamin kelancaran
distribusi barang dan penumpang tersebut. Alur pelayaran adalah perairan yang
dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman
dan selamat untuk dilayari oleh kapal di laut, sungai atau danau. Alur pelayaran
dicantumkan dalam peta Navigasi dan buku petunjuk-pelayaran serta diumumkan
oleh instansi yang berwenang. Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan
kapal di lintasan sungai atau danau. Penguasa alur berkewajiban untuk melakukan
perawatan terhadap alur pelayaran, perambuan dan pengendalian penggunaan
alur. Persyaratan perawatan harus menjamin: keselamatan berlayar, kelestarian
lingkungan, tata ruang perairan dan tata pengairan untuk pekerjaan di sungai dan
danau. Perencanaan Alur Pelayaran sangat penting untuk menjaga keselamatan
pelayaran. Perencanaan alur pelayaran yang baik dapat mempercepat
produktivitas bongkar muat di pelabuhan, lancarnya pergerakan kapal dan dan
yang paling utama adalah faktor keselamatan kapal yang berlayar.
Alur Pelayaran Timur Surabaya (APTS) merupakan penghubung Pelabuhan
Tanjung Perak serta pelabuhan lain di wilayah Alur Pelayaran Barat Surabaya
(APTB) dengan pelabuhan di Jawa Timur bagian timur antara lain pelabuhan
Pasuruan, Probolinggo, Panarukan, Kalbut Situbondo, Branta Pamekasan,
Kalianget Sumenep dan Banyuwangi. Pada Tahun 2017 Kementerian
Perhubungan melalui Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak menyusun
Studi Investigasi dan Desain (SID) Alur Pelayaran Timur Surabaya. Berdasarkan
SID tersebut diketahui bahwa kondisi eksisting APTS memiliki panjang 37,04 km
dan kedalaman rata-rata minimal -3,5 m LWS.
Secara umum proses percepatan pendangkalan di alur pelayaran sekitar
daerah Pelabuhan disebabkan karena perubahan keseimbangan kawasan pesisir
yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Pengembangan wilayah di kawasan
daratan pantai dan pembangunan bangunan pantai merupakan salah satu faktor
yang berkontribusi terhadap peningkatan proses pendangkalan dan erosi.
Pendangkalan merupakan suatu kondisi bertambahnya substrat dasar sehingga
jarak dasar perairan dan muka laut lebih dekat. Bertambahnya substrat ini
diakibatkan karena adanya masukan sedimen butiran tanah yang dibawa oleh
aliran sungai dari daerah hulu menyebabkan rusaknya ekosistem hulu dan
sedimentasi dari laut yang dipengaruhi oleh faktor topografi dan oseanografi
(angin, arus, gelombang, dan pasang surut) perairan tersebut.
Salah satu syarat pengembangan pelabuhan yaitu memiliki kolam pelabuhan
yang tenang dan kedalaman perairan yang relatif lebih dalam. Oleh karena lokasi
rencana pelabuhan yang terletak di perairan dekat pantai diperlukan penambahan
kedalaman perairan di dalam kolam pelabuhan dengan cara pengerukan, agar
kapal dapat melakukan aktivitas bongkar muat di dalam pelabuhan. Dasar kolam
pelabuhan akan dikeruk sampai mencapai lapisan tanah keras/batuan dasar.
Pengerukan akan dilakukan dengan kapal keruk. Hasil kerukan langsung
ditempatkan pada Hopper Barge yang setelah terisi penuh akan berangkat menuju
tempat pembuangan hasil kerukan (dumping site) sebagian untuk reklamasi yang
sudah disiapkan lahannya (dibuatkan tanggul).
Gambar 1. Peta Alur Pelayaran Barat dan Timur Surabaya
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, dapat dirumuskan masalah yaitu sebagai
berikut:
1. Manfaat pengerukan yang akan diterapkan dalam Proyek Pengerukan Studi
Kasus: Alur Pelayaran Surabaya Timur.
2. Data oseanografi yang diperlukan dalam Proyek Pengerukan Studi Kasus: Alur
Pelayaran Surabaya Timur.
3. Material keruk dan alat bantu pengerukan dalam Proyek Pengerukan Studi
Kasus: Alur Pelayaran Surabaya Timur.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui manfaat pengerukan yang akan diterapkan dalam Proyek
Pengerukan Studi Kasus: Alur Pelayaran Surabaya Timur.
2. Untuk mengetahui data oseanografi yang diperlukan dalam Proyek Pengerukan
Studi Kasus: Alur Pelayaran Surabaya Timur.
3. Untuk mengetahui material keruk dan alat bantu pengerukan dalam Proyek
Pengerukan Studi Kasus: Alur Pelayaran Surabaya Timur.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Rencana Pengerukan
Dalam melakukan pengerukan pada pelabuhan ataupun alur pelayaran
memerlukan rencana pengerukan yang didukung dengan data-data pendukung
seperti kondisi oseanografi, ketebalan sedimen, rencana lebar dan dalam alur
pelayaran atau kolam pelabuhan, kapal yang akan digunakan dan situs
pembuangan hasil pengerukan, serta jenis pengerukan yang akan dilakukan.
Adanya rencana pengerukan ini diharapkan dapat memaksimalkan hasilnya serta
menghemat biaya yang akan dikeluarkan.

2.2 Pengerukan (Dredging)


Pengerukan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengubah bentuk
dasar perairan menjadi lebih dalam atau lebih lebar atau keduanya dengan cara
mengambil material pada daerah tersebut untuk kegiatan dengan tujuan tertentu.
Pada sektor pelayaran, pengerukan merupakan hal yang penting, terutama dalam
proses perawatan atau pembuatan alur pelayaran. Pengerukan dapat
dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Pengerukan awal atau capital dredging merupakan pengerukan yang dilakukan
pada daerah dengan endapan hasil sedimentasi yang tebal atau biasanya
pengerukan tahap awal untuk pembuatan pelabuhan, alur pelayaran dan waduk
serta daerah industri.
2. Pengerukan perawatan atau maintenance dredging yang merupakan
pengerukan yang dilakukan untuk mencegah sedimentasi menjadi semakin
tinggi atau tebal serta biasanya dilakukan pada kolam pelabuhan dan alur
pelayaran.
3. Pengerukan ulang atau remedial dredging yang biasanya dilakukan karena
kesalahan pengerukan pada pengerukan sebelumnya. Kesalahan ini biasanya
berupa kesalahan kedalaman pengerukan.
Menurut Adlin (2017), pekerjaan pengerukan secara garis besar dapat dibagi
dalam 3 proses utama yaitu penggalian, pengangkutan, dan pembuangan. Masing-
masing proses ini dibantu oleh kapal dalam pengerjaannya.
Gambar 2. Proses Pengerukan
(Sumber: Adlin, 2017)

2.3 Pengaruh dan Manfaat Pengerukan pada alur pelayaran


Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan pada alur pelayaran
daerah surabaya timur terdapat beberapa manfaat yang didapatkan dari hasil
pengerukan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Keselamatan dan Keamanan
Pengerukan dan pemeliharaan alur pelayaran berdampak besar pada tingkat
keselamatan dan keamanan alur pelayaran. Pengerukan dilakukan untuk
mengembangkan, membangun ataupun memelihara jalur lalu lintas kapal. selain
itu, pengerukan yang dilakukan pada daerah sekitar pelabuhan dapat
meningkatkan konektivitas dan pengembangan infrastruktur pada pelabuhan
2. Pengembangan Pelabuhan
Pengerukan pada area pelayaran dapat menambah luas atau kedalaman alur
pelayaran tersebut sehingga memungkinkan kapal kapal besar dapat masuk dan
keluar pelabuhan atau dermaga dengan mudah. hal tersebut dapat meningkatkan
kesempatan pada pelabuhan tersebut untuk menjadi lebih besar dan berperan
dalam peningkatan perdagangan global serta berperan dalam peningkatan
ekonomi sosial, sistem kerja pelabuhan dan keamanan nasional. Hal yang sama
juga dikemukakan oleh Wijaya et al. (2021), bahwa pengerukan pada alur
pelayaran berkaitan dengan kapasitas pelabuhan. semakin besar pelabuhan maka
akan semakin besar pula kegiatan perdagangan yang akan berlangsung dan akan
semakin besar pula kapal yang lebih besar akan masuk.

2.4 Pemeriksaan Kedalaman


Menurut Kurniawan dan Pradana (2016), sirkulasi air akibat arus pasang surut
dapat membawa material sedimen yang terkandung di perairan tersebut, sehingga
pola arus pasang surut di suatu perairan akan mempengaruhi pola transport
sedimen di perairan tersebut. Proses sedimentasi atau pengendapan di suatu
perairan dapat menimbulkan permasalahan, jika proses sedimentasi terjadi di
perairan pelabuhan. Hal ini dikarenakan penumpukkan endapan dapat mengurangi
kedalaman perairan yang dapat menyebabkan kapal karam jika kedalaman
perairan tersebut tidak lagi sesuai dengan draft kapal. Oleh karena itu, pengelola
suatu pelabuhan memiliki kewajiban untuk melakukan perawatan terhadap kolam
dan alur pelayaran dengan melakukan pengerukan secara rutin. Pola aliran
sedimen dapat menjadi pertimbangan bagi pengelola pelabuhan dalam
merencanakan perawatan kedalaman baik di alur pelayaran maupun kolam
pelabuhan. Aliran material sedimen dapat menyebabkan perubahan kedalaman,
baik pendangkalan maupun pendalaman perairan.

2.5 Alat bantu Pengerukan


Menurut Yohana et al. (2022), kapal yang akan dirancang pada penelitian kali
ini merupakan Trailing Suction Hopper Dredger (TSHD), dimana kapal ini
diklasifikasikan sebagai kapal keruk hidrolik. Kapal keruk hidrolik mencakup
semua peralatan pengerukan yang menggunakan pompa sentrifugal untuk
setidaknya sebagian dari proses pengangkutan material kerukan, baik dengan
mengangkat material keluar dari air atau mengangkut material secara horizontal
ke lokasi lain. Trailing Suction Hopper Dredger juga merupakan kapal keruk
hisap yang memiliki satu atau dua pipa hisap dan merupakan self-propeller juga.
Digunakan untuk pengerukan material lepas seperti pasir, tanah liat atau kerikil.
Fitur utama Trailing Suction Hopper Dredger adalah draghead, pipa hisap, swell
compensator dan gantry. Traling Suction Hopper Dredger digunakan pada
berbagai proyek konstruksi dan pemeliharaan maritim. Mulai dari pengerukan
pemeliharaan pelabuhan dan saluran akses untuk menghilangkan pasir untuk
membawanya ke kedalaman yang diperlukan hingga proyek pengerukan modal
seperti proyek reklamasi lahan raksasa yang membutuhkan jutaan meter kubik
pasir.

2.6 Data Hidro-Oseanografi


Meninjau fungsi pelabuhan agar dapat bermanfaat dengan baik, maka sangat
diperlukan perawatan pelabuhan, salah satunya adalah pekerjaan pengerukan alur
pelayaran pelabuhan. Pekerjaan ini dilakukan untuk menjaga kedalaman dan
menjamin keselamatan kapal yang melalui alur pelayaran pelabuhan tersebut.
Pekerjaan pengerukan alur pelayaran pelabuhan tidak dapat dipisahkan dengan
pekerjaan survey pemetaan laut (survey batimetri) untuk mengetahui kondisi dasar
laut dan hitungan volume pengerukan. Produk akhir yang akan dihasilkan dari
pekerjaan pengerukan alur pelayaran Pelabuhan adalah kedalaman laut yang
sesuai dengan rencana pekerjaan pengerukan alur pelayaran Pelabuhan. Jika
sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk alur pelayaran di Pelabuhan alur lalu
lintas pelayaran akan aman dan aktivitas Pelabuhan dapat berlangsung dengan
lancar. Pelaksanaan untuk hitungan volume pengerukan data utama yang
digunakan adalah data batimetri, untuk mendapatkan data tersebut dengan cara
melaksanakan survei batimetri untuk mendapatkan bentuk permukaan dasar laut.
Data batimetri yang digunakan untuk hitungan volume sudah dikoreksi dengan
data pasang surut. Data batimetri yang sudah dikoreksi selanjutnya ditentukan
area yang akan dikeruk, dari area pengerukan yang sudah ditentukan dibagi
segmen-segmen untuk menghitung luas segmen-segmen tersebut. Menentukan
volume slope harus ditentukan area slope tersebut agar bisa dihitung jumlah
volumenya. Untuk menentukan area slope, pertama harus diketahui jenis dasar
laut pada area pengerukan. Setelah diketahui jenis dasar lautnya selanjutnya bisa
ditentukan slope factor nya. Dari data slope yang sudah diketahui bisa ditentukan
batasan slope pada area pengerukan, untuk menentukan batasan slope dengan cara
mengkalikan slope factor dengan angka kedalaman paling luar pada area
pengerukan, sehingga dari hasil pengkalian tersebut bisa dihitung jumlah volume
slope, dari jumlah volume area pengerukan ditambah jumlah volume slope
didapatkan total volume pengerukan. Hitungan dilaksanakan dengan
menggunakan data lapangan yang sudah dikoreksi oleh pasut (Santoso et al.,
2015).

2.7 Material Keruk


Pengerukan berkala penting dilakukan untuk menjaga kestabilan kedalaman
alur, namun diharapkan tidak dalam jangka pendek karena faktor biaya
pengerukan yang mahal. Salah satu cara untuk mengurangi laju pergerakan
sedimen menuju alur pelayaran adalah dengan membuang hasil pengerukan ke
lokasi yang tidak terlalu jauh dari alur namun tidak menyebabkan material keruk
tersebut kembali lagi ke lokasi pengerukan. Bagian luar perairan pelabuhan yang
mendapat perlakuan pengerukan adalah alur pelayaran dari ujung luar pelayaran.
Lokasi pembuangan material ini, dapat diestimasi ke arah laut lepas. Metoda yang
digunakan untuk mengestimasi lokasi ini adalah dengan memperhitungkan jarak
tempuh oleh ukuran butiran sedimen yang dipengaruhi oleh kecepatan jatuh,
kecepatan arus, dan kedalaman rata-rata. Material keruk adalah endapan butiran
mikro seperti yang didefinisikan untuk D10, D30, D50 dan D60 yang mengendap
di alur pelayaran. Endapan ini yang menyebabkan pendangkalan pada alur
pelayaran sehingga harus dikeruk untuk mendapatkan kembali kedalam ideal alur
pelayaran (Wiwin, 2019).
2.7.1 Karakteristik Material yang Diangkut
Menurut Burhanuddin (2021), karakteristik pengangkutan material
merupakan fungsi dari geometris, kinematik, fisik dan kekayaan kimia pada
material padat (solid). Pengangkutan = f (jarak (x), karakteristik geometri (e),
karakteristik kinematik (k), karakteristik fisik (l), karakteristik kimia (m), dan
waktu (t). Misalnya karakteristik dari Auger Cutter Suction Dredger ship ini
adalah sebuah kapal laut yang mempunyai system penggerak sendiri (self-
propelled) yang dilengkapi dengan peralatan dan system equipment untuk
melakukan proses pengerukan. Dalam desain kapal ACSD memiliki standar
dengan material yang bisa dihisap adalah lumpur, pasir dan kerikil serta posisi
pengerukan yang tidak tetap / tidak akurat. Adapun komposisi material yang
terdapat pada perairan waduk yang akan dihisap terdiri dari lumpur, kerikil, pasir
dan air laut. Dimana prosentase penghisapan sebagai berikut: Perhitungan untuk
slurry, gravel dan pasir 45,32% serta air laut 54,68%.
Insitu = SG solid x persen + SG air laut x ( 1 – persen)
= 5,97 x 45,32% +1,025 x (1-45,32%)
= 3,27
2.7.2 Kekayaan Sedimen
Pada umumnya kekayaan sedimen dapat dibagi menjadi 2 kategori (Adlin,
2017) yaitu:
1. Kohesi, antara lain endapan lumpur (silt) dan tanah liat (clay) dengan diameter
rata-rata (dm < 0,0625 mm).
2. Non kohesi, antara lain endapan pasir (sand), kerikil (gravel), cobbles, dll.
Dengan diameter rata-rata (dm > 0,0625 mm).
Untuk meningkatkan efisiensi pengerukan banyak hal yang dapat dilakukan.
Peningkatan tersebut dapat dicapai dengan pemahaman yang lebih baik tentang
materi yang akan dikeruk serta pemilihan alat pengerukan yang disesuaikan
dengan tipe tanah atau material yang akan dikeruk. Adapun tipe tanah / material
tersebut antara lain:
1. Batu besar (borders and cobbles) Ukuran partikel > 200 mm.
2. Batu kerikil (gravels) Ukuran partikel antara : 1. Kasar (coarse) : 60 – 20 mm
2. Sedang (medium) : 20 – 6 mm 3. Halus (fine) : 6 – 2 mm.
3. Pasir (sands) Ukuran partikel antara : 1. Kasar (coarse) : 2 – 0,6 mm 2. Sedang
(medium) : 0,6 – 0,2 mm 3. Halus (fine) : 0,2 – 0,06 mm.
4. Endapan lumpur (silts) Ukuran partikel antara : 1. Kasar (coarse) : 0,06 – 0,02
mm 2. Sedang (medium) : 0,02 – 0,006 mm 3. Halus (fine) : 0,006 – 0,002 mm.
5. Tanah liat : ukuran partikel < 0,002 mm.
6. Tanah organic : ukuran partikel < 0,002 mm
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berikut ini adalah kesimpulan dari penulisan paper yaitu:
1. Proses pengerukan pada alur pelayaran surabaya timur diharapkan dapat
dilakukan secara teratur dan tepat guna untuk mendukung keselamatan
pelayaran, perencanaan tansportasi, meningkatkan sistem perkapalan dan
meningkatkan operasional pelabuhan.
2. Data oseanografi yang dibutuhkan dalam proyek pengerukan berupa data
arus perairan, data batimetri, data pasang surut dan data kemiringan serta
data jenis sedimen.
3. Kapal Keruk jenis ACSD merupakan kapal yang cocok untuk melakukan
pengerukan di Alur Pelayaran Surabaya Timur karena sedimenya
didominasi oleh liat dan pasir.
DAFTAR PUSTAKA

Adlin, Ilham. 2017. Analisa Pemilihan Metode Pengerukan Di Area Tertutup


Canal Water Intake PLTU Banten 3 Lontar. Surabaya. Institut Teknologi
Sepuluh Nopember.

Burhanuddin, M. A. A. (2021). Analisis Pengerukan (Dredging) Di Kolam


Pelabuhan Peruntukan Kapal Kontainer Post Panamax (Studi Kasus Di
Pelabuhan Makassar New Port) (Doctoral dissertation, Universitas
Hasanuddin).

Kurniawan, A., dan R. A. Pradana. 2016. Pemodelan Aliran Material Sedimen


Akibat Arus Pasang Surut Untuk Pemeliharaan Kedalaman Perairan
Pelabuhan (Studi Kasus :Pelabuhan Tanjung Perak-Teluk Lamong,
Surabaya). Jurnal Geoid (Journal of Geodesy and Geomatics), 12(1):(60-
67).

Santoso, D., K. I. Fatoni., E. Djunarsjah., dan J. Setiyadi. 2015. Hitungan


Hitungan Volume Pengerukan. Jurnal Hidropilar, 1(1), 45–56.
https://doi.org/10.37875/hidropilar.v1i1.20

Wijaya, M.I., A. Satriadi, dan S. Widada. 2021. Survei Batimetri Untuk


Penentuan Volume Pengerukan Alur Pelayaran Pelabuhan Patimban,
Subang, Jawa Barat. Jurnal Penelitian Transportasi Laut., 23(2): 39-48.

Wiwin. N. 2019. Penentuan Lokasi Pembuangan Material Keruk Alur Pelayaran


Pelabuhan Belawan dengan Sistem Informasi Geografis. Buletin Utama
Teknik. 14: (2),

Yohana, P. W., A. Trimulyon dan H. Yudo. 2022. Studi Perancangan dan Analisa
Olah Gerak Kapal Trailing Suction Hopper Dredger Untuk Reklamasi Teluk
Jakarta. Jurnal Teknik Perkapalan, 10(1):40-50.

Anda mungkin juga menyukai