KELOMPOK 20
Dosen Pengampu:
Ir. Sidhi Saputro M.Phil.
NIP. 10001423
DEPARTEMEN OSEANOGRAFI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2022
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pelabuhan merupakan tempat kegiatan perdagangan internasional dan
merupakan sentra kegiatan ekonomi. Sejalan dengan upaya pemerintah pusat dan
daerah untuk pengembangan ekonomi, pelabuhan terus berbenah diri dan secara
berkelanjutan melengkapi dirinya dengan berbagai sarana dan prasarana yang
mampu mendukung percepatan serta kelancaran kegiatan pelayanan kapal dan
barang. Lambatnya kegiatan di pelabuhan jelas akan merugikan apalagi ke depan
volume ekspor diprediksi semakin meningkat. Oleh karena itu diperlukan upaya
pengembangan pelabuhan. Perkembangan perekonomian suatu daerah sangat
dipengaruhi oleh lancarnya tahapan distribusi. Alur pelayaran sebagai salah satu
bagian yang mendukung kelancaran distribusi barang dan penumpang melalui
laut, memiliki peranan yang sangat strategis dalam menunjang kegiatan distribusi
nasional.
Pemeliharaan alur laut, sangat diperlukan guna menjamin kelancaran
distribusi barang dan penumpang tersebut. Alur pelayaran adalah perairan yang
dari segi kedalaman, lebar, dan bebas hambatan pelayaran lainnya dianggap aman
dan selamat untuk dilayari oleh kapal di laut, sungai atau danau. Alur pelayaran
dicantumkan dalam peta Navigasi dan buku petunjuk-pelayaran serta diumumkan
oleh instansi yang berwenang. Alur pelayaran digunakan untuk mengarahkan
kapal di lintasan sungai atau danau. Penguasa alur berkewajiban untuk melakukan
perawatan terhadap alur pelayaran, perambuan dan pengendalian penggunaan
alur. Persyaratan perawatan harus menjamin: keselamatan berlayar, kelestarian
lingkungan, tata ruang perairan dan tata pengairan untuk pekerjaan di sungai dan
danau. Perencanaan Alur Pelayaran sangat penting untuk menjaga keselamatan
pelayaran. Perencanaan alur pelayaran yang baik dapat mempercepat
produktivitas bongkar muat di pelabuhan, lancarnya pergerakan kapal dan dan
yang paling utama adalah faktor keselamatan kapal yang berlayar.
Alur Pelayaran Timur Surabaya (APTS) merupakan penghubung Pelabuhan
Tanjung Perak serta pelabuhan lain di wilayah Alur Pelayaran Barat Surabaya
(APTB) dengan pelabuhan di Jawa Timur bagian timur antara lain pelabuhan
Pasuruan, Probolinggo, Panarukan, Kalbut Situbondo, Branta Pamekasan,
Kalianget Sumenep dan Banyuwangi. Pada Tahun 2017 Kementerian
Perhubungan melalui Kantor Otoritas Pelabuhan Utama Tanjung Perak menyusun
Studi Investigasi dan Desain (SID) Alur Pelayaran Timur Surabaya. Berdasarkan
SID tersebut diketahui bahwa kondisi eksisting APTS memiliki panjang 37,04 km
dan kedalaman rata-rata minimal -3,5 m LWS.
Secara umum proses percepatan pendangkalan di alur pelayaran sekitar
daerah Pelabuhan disebabkan karena perubahan keseimbangan kawasan pesisir
yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Pengembangan wilayah di kawasan
daratan pantai dan pembangunan bangunan pantai merupakan salah satu faktor
yang berkontribusi terhadap peningkatan proses pendangkalan dan erosi.
Pendangkalan merupakan suatu kondisi bertambahnya substrat dasar sehingga
jarak dasar perairan dan muka laut lebih dekat. Bertambahnya substrat ini
diakibatkan karena adanya masukan sedimen butiran tanah yang dibawa oleh
aliran sungai dari daerah hulu menyebabkan rusaknya ekosistem hulu dan
sedimentasi dari laut yang dipengaruhi oleh faktor topografi dan oseanografi
(angin, arus, gelombang, dan pasang surut) perairan tersebut.
Salah satu syarat pengembangan pelabuhan yaitu memiliki kolam pelabuhan
yang tenang dan kedalaman perairan yang relatif lebih dalam. Oleh karena lokasi
rencana pelabuhan yang terletak di perairan dekat pantai diperlukan penambahan
kedalaman perairan di dalam kolam pelabuhan dengan cara pengerukan, agar
kapal dapat melakukan aktivitas bongkar muat di dalam pelabuhan. Dasar kolam
pelabuhan akan dikeruk sampai mencapai lapisan tanah keras/batuan dasar.
Pengerukan akan dilakukan dengan kapal keruk. Hasil kerukan langsung
ditempatkan pada Hopper Barge yang setelah terisi penuh akan berangkat menuju
tempat pembuangan hasil kerukan (dumping site) sebagian untuk reklamasi yang
sudah disiapkan lahannya (dibuatkan tanggul).
Gambar 1. Peta Alur Pelayaran Barat dan Timur Surabaya
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang, dapat dirumuskan masalah yaitu sebagai
berikut:
1. Manfaat pengerukan yang akan diterapkan dalam Proyek Pengerukan Studi
Kasus: Alur Pelayaran Surabaya Timur.
2. Data oseanografi yang diperlukan dalam Proyek Pengerukan Studi Kasus: Alur
Pelayaran Surabaya Timur.
3. Material keruk dan alat bantu pengerukan dalam Proyek Pengerukan Studi
Kasus: Alur Pelayaran Surabaya Timur.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui manfaat pengerukan yang akan diterapkan dalam Proyek
Pengerukan Studi Kasus: Alur Pelayaran Surabaya Timur.
2. Untuk mengetahui data oseanografi yang diperlukan dalam Proyek Pengerukan
Studi Kasus: Alur Pelayaran Surabaya Timur.
3. Untuk mengetahui material keruk dan alat bantu pengerukan dalam Proyek
Pengerukan Studi Kasus: Alur Pelayaran Surabaya Timur.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Rencana Pengerukan
Dalam melakukan pengerukan pada pelabuhan ataupun alur pelayaran
memerlukan rencana pengerukan yang didukung dengan data-data pendukung
seperti kondisi oseanografi, ketebalan sedimen, rencana lebar dan dalam alur
pelayaran atau kolam pelabuhan, kapal yang akan digunakan dan situs
pembuangan hasil pengerukan, serta jenis pengerukan yang akan dilakukan.
Adanya rencana pengerukan ini diharapkan dapat memaksimalkan hasilnya serta
menghemat biaya yang akan dikeluarkan.
Yohana, P. W., A. Trimulyon dan H. Yudo. 2022. Studi Perancangan dan Analisa
Olah Gerak Kapal Trailing Suction Hopper Dredger Untuk Reklamasi Teluk
Jakarta. Jurnal Teknik Perkapalan, 10(1):40-50.