Anda di halaman 1dari 44

JURUSAN TEKNIK KELAUTAN, FTK-ITS

OSEANOGRAFI
Semester Genap Tahun 2013/2014

Kuliah 5

MARINE FOULING
oleh
Wahyudi

wahyudictr@oe.its.ac.id
JURUSAN TEKNIK KELAUTAN FTK-ITS
SURABAYA

Biofouling adalah akumulasi yang tidak kita


inginkan dari organisme mikro, tumbuhan, alga,
dan/atau binatang pada struktur yang basah.
Biofouling adalah satu dari masalah yang penting
yang dihadapi teknologi maritim. Di dalam
lingkungan laut, permukaan padat apa saja akan
mengalami masalah ini.
Biofouling air tawar maupun air laut merupakan
masalah utama tak terpecahkan di industri
maritim dan industri proses akuatik.
Biofouling marin biasanya mengacu kepada
pertumbuhan organisme yang sangat merugikan
pada struktur buatan yang tercelup air laut seperti
lambung kapal, tiang jetty, peralatan navigasi,

Pembentukan komunitas foulling terdiri dari 4 tahap dan


beberapa tahap dapat berlangsung overlap atau terjadi
secara pararel (Abarzua and Jakubowski, 1995)

Kondisi awal

Pembentukan komunitas foulling terdiri dari 4 tahap dan


beberapa tahap dapat berlangsung overlap atau terjadi
secara pararel (Abarzua and Jakubowski, 1995)
Tahap 1:
Fouling secara molekuler
Membentuk mikro film

Pembentukan komunitas foulling terdiri dari 4 tahap dan


beberapa tahap dapat berlangsung overlap atau terjadi
secara pararel (Abarzua and Jakubowski, 1995)

Fouling molekuler:
Pembentukan/pengkondisian film

Pembentukan komunitas foulling terdiri dari 4 tahap dan


beberapa tahap dapat berlangsung overlap atau terjadi
secara pararel (Abarzua and Jakubowski, 1995)
Tahap 2:
Terjadi aktifitas bakteri
Foulling molekuler:
Pembentukan/pengkondisian film

Pembentukan komunitas foulling terdiri dari 4 tahap dan


beberapa tahap dapat berlangsung overlap atau terjadi
secara pararel (Abarzua and Jakubowski, 1995)

Foulling molekuler:
Pembentukan/pengkondisian film
Mikro foulling:
Aktifitas bakteri

Membentuk fouling mikro

Pembentukan komunitas foulling terdiri dari 4 tahap dan


beberapa tahap dapat berlangsung overlap atau terjadi
secara pararel (Abarzua and Jakubowski, 1995)

Foulling molekuler:
Pembentukan/pengkondisian film
Mikro foulling:
Aktifitas bakteri
Mikro algae:
Jamur

Tahap 3:
Mulai menempel micro algae
Tumbuh jamur

Pembentukan komunitas foulling terdiri dari 4 tahap dan


beberapa tahap dapat berlangsung overlap atau terjadi
secara pararel (Abarzua and Jakubowski, 1995)

Foulling molekuler:
Pembentukan/pengkondisian film
Mikro foulling:
Aktifitas bakteri
Mikro algae:
Jamur

Makro foulling:
Makro algae
Invertebrata

Tahap 4:
Mulai tumbuh makro algae dan
Invertebrata
Membentuk makro fouling

Penetrasi permukaan

Pembentukan komunitas foulling terdiri dari 4 tahap dan


beberapa tahap dapat berlangsung overlap atau terjadi
secara pararel (Abarzua and Jakubowski, 1995)

Foulling molekuler:
Pembentukan/pengkondisian film
Mikro foulling:
Aktifitas bakteri
Mikro algae:
Jamur

Makro foulling:
Makro algae
Invertebrata

Terjadi penetrasi kedalam tubuh


material struktur

Proses pembentukan biofouling tidak sederhana seperti


yang dilihat. Organisme tidak dengan mudah masuk
kedalam substrat, tetapi proses yang kompleks dimulai
dengan produksi suatu biofilmn.

Siklus Biofouling

Figure 3 Biofouling cycle

Dalam lingkungan akuatik, permukaan suatu


benda solid yang tercelup terbungkus lapisanlapisan kompleks, yang awalnya oleh organisme
yang membentuk film.
Pembentukan film ini segera diikuti oleh akumulasi
mikroorganisme (e.g. Bakteri, jamur, diatom, dan
organisme mikro lain) dan mengeluarkan substan
ekstra seluler polimerik (EPS) di permukaan
cangkangnya, berkoloni, dan pertumbuhan
populasi.
Biofilm terbentuk oleh bakteri, seperti atau
organisme mikro lain, yang terbentuk pada
material bila kondisinya memungkinkan (Gehrke,

Ketersediaan nutrisi merupakan faktor yang


penting; bakteri butuh larutan organik
(dissolved organic) karbon,humicsubstances
danasam uronik untuk pertumbuhan biofilm
yang optimum optimum (Griebe, T; Flemming,
HC. 2000).
Bakteri bukan satu satunya organisme
yang membentuk tempat awal untuk
penempelan, organisme lain yang dapat
berperan diatom, seaweed, dan
kotorannya.

Siklus Biofouling

Komunitas makrofouling tersusun oleh 'soft fouling' atau 'hard


fouling yang berkembang dan tumbuh di atas mikrofoulling.
Soft foulling terdiri dari algae dan invertebrata, seperti
karang lunak, sponges, anemon, tunicates dan hidroids.

Hard fouling terdiri dari invertebrata seperti


barnacles, mussels dan tubeworms, bryazons
dandseaweeds (Callow and Callow 2002).

Berdasarkan proses biofouling, urutan


waktu kejadiannya: bakteri muncul setelah
lebih kurang 1 -2 jam, diatom setelah
beberapa jam, spora makro algae dan
protozoa setelah 1 minggu, larva makro
Temporal structure
of settlement
fouling
setelah
2-3 (Von Oertzen et al.,
1989).

Mikro- dan makrofouling di laut di dunia ini


menyebabkan kerugian material dan
ekonomi yang sangat besar untuk
pemeliharaan fasilitas marineculture, shipping
facilities, vessels, dan seawater pipelines (Wahl,
1997; Clare, 1998;Fusetani, 2004; Yebra et al.,
2004).
Biofoulling meningkatkan berat dan tahanan gesek
pada kapal yang mengganggu hidrodinamik dalam
kecepatan dan manuvernya (Rolland and DeSimone
2003).
Biofoulling ada di mana-mana di bagian kapal, seperti
heat exchangers, water-cooling pipes, propellers, even
theballast water (Brizzolara, RA. 2002).

Heating and cooling systems biofouling might


also be found in power stations or factories. Just
like a clogged drain in your kitchen or bathroom,
buildup of matter inside cooling system pipes
decreases performance.
Again, fouling causes a domino effect. Equipment
must be cleaned frequently, at times with harsh
chemicals, and the obstruction of piping can lead
to a shutdown of plants and economic losses (De
Rincon et al., 2001).
In aquaculture, biofouling problems are of two
types - on infrastructure (immersed mesh cages
and trawls) and on stock organisms, particularly
mussels, oysters and scallops.
Yet another place biofouling organisms lurk is
piping and sprinkler system nozzles of fire
protection systems (Lewis, D P; Piontkowski

Metode Fisika
Metode Kimia
Metode Biologi

Metode paling sederhana perlakuan


terhadap fouling adalah melepaskan
dengan pembersihan secara mekanis
misalnya, untuk fouling di permukaan
dengan
high-pressure water jets (Granhag et
al., 2004).
scraping

Beaya tinggi
Butuh waktu lama
Kurang efektif
Tidak mudah dilakukan di mana saja

TBT
Tembaga (copper)
Iritasi UV
Klorinasi (chlorination)
Campuran titanium (2m/sec )
Karet silikon (silicone elastomers)
untuk kapal cepat

Evidence (kenyataan) menunjukkan


pengaruh merusak dari TBT IMO
(International Marine Organization)
segera melarang aplikasi cat anti
fouling berbasis TBT sejak 2003 dan
adanya pemakaian cat ini pada
permukaan kapal sejak 2008.
Pelapisan (coating) berbasis tembaga
juga mempunyai efek yang sama
seperti TBT.
Berpengaruh terhadap organisme
tertentu.

Mungkin ini cara lebih baik untuk melawan alam


dengan alam itu sendiri.
Kelemahan cara fisika dan kimia menjadikan kita
butuh sumber alam untuk menghasilkan senyawa
antifouling yang ramah lingkungan.
Beberapa jenis agen antifouling yang tumbuh
bersama organisme fouling telah diisolasi dari
organisme laut seperti:
bakteri (Holrnstrom et al., 1996)
Algae laut (Abarzua et al., 1999, de Nys et al., 1996,
Eng-Wilmot et al., 1979, Gross et al., 1991, Hellio et al.,
2002, Ishida 2000, Murakami et al., 199 1, Wu et al.,
1998),
sponges (Mokashe et al., 1994, Thakur 2001),
coelenterates (Davis et al., 1989, Targett et al., 1983,
Targett 1988),

The new diterpene methoxy-ent-8(14)-pimarenely-15-one


and the three known metabolites ent-8(14)-pimarene15R, 16-Diol, stigmasterol,-sitosterol from the mangrove
plant Ceriops tagal (Chen et al., 2008). Diterpenes from
brown sea weed Canistrocarpus cervicornis also act as
antifoulant metabolites (Bian co et al., 2009).
Diterpene from Brazilian brown alga Dictyota pfafii
(Barbosa et al., 2007).
Two antifouling compounds 3-methyl-N-(2-Phenylethyl)
butanamide and cyclo (D-Pro-D-Phe) from Letendraea
helminthicola, a sponge associated fungus (Yang et al.,
2007).
Vibrio biofilm formation inhibited by a marine
actinomycete A66 (You et al., 2007).
The sesquiterpene hydroquinone avarol was isolated
from the marine sponge Dysidea avara.

whereas the corresponding quinone, avarone was


obtained by oxidation of avarol toxic against the
settlement of the cyprid stage of Balanus amphitrite, and
for their growth inhibitory activity on fouling micro and
macroorganisms (Tsoukatou et al., 2007).

Langkah perbaikan biofouling berkembang


kearah anti-foulling nontoksik.
Kehidupan laut seperti koral, sponge, tanaman
laut, dan lumba-lumba, dll., melindungi
permukaan tubuhnya dengan substan
antifoulling tanpa merusak lingkungan...
Sehingga, substan tersebut diharapkan dapat
dimanfaatkan sebagai anti-foulling baru yang
tidak mencemari/merusak lingkungan.

Beberapa antifouling ditemuykan dari binatang, tanaman dan


mikro-organisme laut seperti ini.
Antifoullants produk alam mengandung lima jenis senyawa
utama, misalnya terpenes, nitrogen-containing compounds,
phenols, steroids dll.

Senyawa tersebut dihasilkan oleh sponge, corals,


starfishes, mussels, algae, terrestrial plants, dll.,
serta berperan penting dalam mekanisme
antifoulling.
Di masa depan, diharapkan dapat digunakan produk
alami, turunan artifisialnya, atau campuran keduanya
yang ramah lingkungan.
Menggunakan metode alami mungkin lebih cost
effective dibanding material dan coating khusus.
Riset dan pengembangan sangat dibutuhkan untuk
menyelesaikan masalah foulling yang dapat
mengurangi biaya pemeliharaan dan menjaga
lingkungan.

Badly deteriorated steel jetty at Roosevelt Inlet

On galvanized marine hardware

Pitting on a
stainless
steel
propeller
shaft

Corrosion
(white stuff) on
aluminum
strobe light of
a deep sea
buoy [2].
( NACE International; Used with Permission)
(Photo by S. Dexter)

Caused by metallic contact with


the stainless steel structure.

Branched corrosion pit


on aluminum as seen in
a scanning electron
microscope.

The central pit is


about 0.001 inches in
diameter, and the
branches sometimes
undercut the surface.

Can you see the


Fighting Blue Hen
of Corrosion?

(Photo by S. Dexter)

Zinc
Anode

Corrosion of this propeller is being prevented by a zinc


sacrificial anode (or protector plate) welded to the hull.

Next, Some
Examples of
Fouling:
Consider an instrument designed for
measuring water currents and sitting on the
sea bottom at the mouth of the Chesapeake
Bay ...

This instrument was


intended to send
real time
information on
bottom currents to
pilots bringing ships
into the Bay.

Two and a half months after deployment it stopped


working. A diver was sent down to find out why ...

The diver discovered that


the instrument, and the
tripod on which it sat, were
encased in a thick mass of
marine fouling.

No wonder it stopped
working ...

Goose Barnacles on the bottom of a large buoy.

Growth of mussels on a marine piling

Fouling starts with a slimy film


of microscopic bacteria
In the lab we study it on
metal samples like this

After a few weeks of immersion,


the slime film forms

(Photos by Bob Bowden)

At a magnification of 50 times in a stereo


microscope, the gooey biofilm is seen to be
quite variable in thickness.

(Photo by K. Xu)

Anda mungkin juga menyukai