Anda di halaman 1dari 51

BADAN RISET DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN

POLITEKNIK KELAUTAN DAN


PERIKANAN BONE

DIKTAT
HUKUM MARITIM DAN PERATURAN
PERIKANAN
TINGKAT/SEMESTER
I/I

DISUSUN :
Arham Rumpa, S.St.Pi.,M.Si
Paduartama Tandipuang, S.Pi.,M.Si

PROGRAM STUDI
PERIKANAN TANGKAP
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Diktat Mata Kuliah : Hukum Maritim dan Peraturan Perikanan

Kode/Bobot/Semester : TPI 2.31.1.1/ 2 sks (2-1) / 1

Penyusun : Arham Rumpa, S.St.Pi,.M.Si


Paduartama Tandipuang, S.Pi.,M.Si

NIP : ( NIP. 19780306 200901 1 004 )


( NIP. 19880424 201902 1 005 )
Digunakan sebagai bahan ajar bagi Taruna Politeknik Kelautan dan Perikanan Bone pada :

Tingkat : I/I

Program Studi : Teknologi Penangkapan Ikan

Tahun Akademik : 2020/2021

Demikian Lembar pengesahan ini dibuat sebagai bukti pemanfaatan diktat tersebut.

Mengetahui;

Pembantu Direktur I Ketua Program Studi

Muji Prihajatno, S.Pd, M.Eng Muh. Maskur, S.St.Pi., M.ST.Pi


NIP. 19830114 200604 1 001 NIP. 19830113 200801 1 010

Mengesahkan;
Plt. Direktur Politeknik KP Bone

Muji Prihajatno, S.Pd, M.Eng


NIP. 19830114 200604 1 001
Arham Rumpa – Diktat Hukum Maritim dan Peraturan Perikanan
KATA PENGANTAR

Buku ini disusun dalam rangka mendukung kegiatan belajar mengajar mata kuliah Hukum
Maritim dan Peraturan Perikanan pada Program Studi Perikanan Tangkap di Politeknik
Kelautan dan Perikanan berdasarkan Silabus Poltek 2015.

Penulis telah berusaha menyusun Diktat Hukum Maritim dan Peraturan Perikanan, berdasarka
silabus dengan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah sehingga Taruna mampu memahami
secara baik dan benar, dengan 6 Capaian Pembelajaran Mata kuliah yang harus dikuasai oleh
Taruna yang terdiri dari :

1. Ketentuan Umum Hukum Maritim Dan Perikanan.


2. Penggolongan Orang-Orang Dalam Usaha Perkapalan.
3. Syarat-Syarat Untuk Bekerja Dikapal.
4. Struktur Organisasi/Jabatan Dikapal.
5. Surat-Surat Penting Dikapal.
6. Ordonansi Kapal-Kapal 1935
7. Ordonansi Karantina.
8. Mahkamah Pelayaran.
9. Zona-Zona Laut Unclos.
10. Perizinan Dan Jenis Usaha Perikanan

Materi tersebut di atas, diperlukan untuk memenuhi standar kompetensi keahlian pelaut kapal
penangkap ikan tingkat I, sebagaimana ketentuan dalam STCW-F 1985 dan Keputusan
Menteri Perhubungan . No. 9 tahun 2005. Adapun di dalam penyusunannya, ruang lingkup
dan keluwesan materi disesuaikan dengan kemampuan berpikir Taruna Politeknik Kelautan
dan Perikanan Bone.

Selain itu, buku ini dapat juga digunakan sebagai bahan ajar pada kegiatan pendidikan dan
pelatihan guna persiapan mengikuti ujian Ahli Nautika Perikanan Laut Tingkat I.
Dengan penjelasan yang singkat dan operasional serta dilengkapi dengan gambar proses
kegiatan diharapkan pelajaran dalam buku ini mudah dipahami dan dipraktekkan di lapangan.

Namun demikian, kami menyadari bahwa di dalam penyusunan masih terdapat berbagai
kekurangan, untuk itu diharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan buku diktat ini.

Bone, September 2020

Penulis,

Diktat – Hukum maritim dan Peraturan Perikanan i


DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................ ii

KOMPETENSI I
MENERAPKAN HUKUM PERKAPALAN
1. Memahami Struktur organisasi di Kapal ............................................................ 1
2. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab diatas kapal .................................... 5
3. Melaksanakan perjanjian Kerja Laut ................................................................. 7
4. Melaksanakan peraturan pengawakan kapal ................................................... 13
5. Menyelenggarakan buku harian kapal .............................................................. 16

KOMPETENSI II
MENERAPKAN PERATURAN BANDAR
1. Menyiapkan dokumen kesyahbandaran ............................................................ 17
2. Melaksanakan prosedur keluar masuk bandar ............................................... 30

Daftar Pustaka

Diktat – Hukum maritim dan Peraturan Perikanan ii


STANDAR KOMPETENSI I

A. KETENTUAN UMUM HUKUM MARITIM DAN PERIKANAN

a. Istilah –istilah umum dalam Pelayaran

1. Pelayaran adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas angkutan di


perairan, kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan, serta perlindungan
lingkungan maritim.
2. Perairan Indonesia adalah laut teritorial Indonesia beserta perairan
kepulauan dan perairan pedalamannya
3. Pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan
dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan
kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal
bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa
terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan
serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi
4. Otoritas Pelabuhan (Port Authority) adalah lembaga pemerintah di
pelabuhan sebagai otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan,
pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan yang diusahakan
secara komersial.
5. Unit Penyelenggara Pelabuhan adalah lembaga pemerintah di pelabuhan
sebagai otoritas yang melaksanakan fungsi pengaturan, pengendalian,
pengawasan kegiatan kepelabuhanan, dan pemberian pelayanan jasa
kepelabuhanan untuk pelabuhan yang belum diusahakan secara komersial
6. Kelaiklautan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan
keselamatan kapal, pencegahan pencemaran perairan dari kapal,
pengawakan, garis muat, pemuatan, kesejahteraan Awak Kapal dan
kesehatan penumpang, status hukum kapal, manajemen keselamatan dan
pencegahan pencemaran dari kapal, dan manajemen keamanan kapal
untuk berlayar di perairan tertentu.
7. Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan
material, konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata
susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan
radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan
pemeriksaan dan pengujian
8. Awak Kapal adalah orang yang bekerja atau dipekerjakan di atas kapal
oleh pemilik atau operator kapal untuk melakukan tugas di atas kapal
sesuai dengan jabatannya yang tercantum dalam buku sijil.
9. Nakhoda adalah salah seorang dari Awak Kapal yang menjadi pemimpin
tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
10. Anak Buah Kapal adalah Awak Kapal selain Nakhoda
11. Syahbandar adalah pejabat pemerintah di pelabuhan yang diangkat oleh
Menteri dan memiliki kewenangan tertinggi untuk menjalankan dan
melakukan pengawasan terhadap dipenuhinya ketentuan peraturan
perundang-undangan untuk menjamin keselamatan dan keamanan
pelayaran
12. Mahkamah Pelayaran adalah panel ahli yang berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Menteri yang bertugas untuk melakukan
pemeriksaan lanjutan kecelakaan kapal

b. Istilah –istilah umum dalam Perikanan

1. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan


dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari
praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.
2. Sumber daya ikan adalah potensi semua jenis ikan.
3. Lingkungan sumber daya ikan adalah perairan tempat kehidupan sumber
daya ikan, termasuk biota dan faktor alamiah sekitarnya.
4. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus
hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.
5. Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan
yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau
mengawetkannya.
6. Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan,
dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan
yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk
memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah,
dan/atau mengawetkannya.
7. Pengelolaan perikanan adalah semua upaya, termasuk proses yang
terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan,
konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan
implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan
di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang
diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati
perairan dan tujuan yang telah disepakati.
8. Konservasi Sumber Daya Ikan adalah upaya perlindungan, pelestarian, dan
pemanfaatan sumber daya ikan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik
untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya
dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan
keanekaragaman sumber daya ikan.
9. Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang digunakan
untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan
ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan
perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan.
10. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan.
11.Nelayan Kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang
menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima) gross ton
(GT).
12.Pembudi Daya Ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan
pembudidayaan ikan.
13.Pembudi Daya-Ikan Kecil adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-
hari.
14. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau korporasi.
15. Korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi
baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
16. Surat Izin Usaha Perikanan, yang selanjutnya disebut SIUP, adalah izin
tertulis yang harus dimiliki perusahaan perikanan untuk melakukan usaha
perikanan dengan menggunakan sarana produksi yang tercantum dalam
izin tersebut.
17. Surat Izin Penangkapan Ikan, yang selanjutnya disebut SIPI, adalah izin
tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan
penangkapan ikan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari SIUP.
18. Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan, yang selanjutnya disebut SIKPI, adalah
izin tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan
pengangkutan ikan.
19. Laut Teritorial Indonesia adalah jalur laut selebar 12 (dua belas) mil laut
yang diukur dari garis pangkal kepulauan Indonesia.
20. Perairan Indonesia adalah laut teritorial Indonesia beserta perairan
kepulauan dan perairan pedalamannya.
21. Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, yang selanjutnya disebut ZEEI, adalah
jalur di luar dan berbatasan dengan laut teritorial Indonesia sebagaimana
ditetapkan berdasarkan undangundang yang berlaku tentang perairan
Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya, dan air di atasnya
dengan batas terluar 200 (dua ratus) mil laut yang diukur dari garis
pangkal laut teritorial Indonesia.
22. Laut Lepas adalah bagian dari laut yang tidak termasuk dalam ZEEI, laut
teritorial Indonesia, perairan kepulauan Indonesia, dan perairan
pedalaman Indonesia.
23. Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan
di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan
pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan
sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar
muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan
kegiatan penunjang perikanan
B. MENERAPKAN HUKUM PERKAPALAN

1. Memahami struktur organisasi di kapal : Pengusaha, Nahkoda, Perwira,


dan ABK

Pengertian-pengertian :
 Nahkoda adalah pemimpin tertinggi dikapal dan juga pemegang
kewibawaan umum diatas kapalnya.
 Nakhoda/skipper adalah seseorang yang telah menandatangani perjanjian
kerja laut dengan pengusaha kapal sebagai Nakhoda, memenuhi syarat
sebagai nakhoda tercantum dalam halaman “Sijil Anak Buah Kapal”
sebagai Nakhoda ditandai dengan mutasi dari perusahaan dan
pencantuman namanya dalam Surat Laut (KUHD pasal 377,SOSV 1935).
 Pengusaha adalah seorang atau Badan Hukum, yang mengusahakan kapal
untuk pelayaran di laut, dengan melakukan sendiri atau menyuruh orang
lain melakukan pelayaran itu sebagai Nahkoda.
 Pelayar adalah semua orang yang berada di kapal, kecuali Nakhoda.
 Awak kapal adalah semua orang yang berada di atas kapal, misalnya
Nakhoda, Perwira, Bawahan atau Supercargo.
 Penumpang adalah semua orang yang berada si atas kapal, kecuali awak
kapal atau pekerja-pekerja yang bekerja sementara untuk pemeliharaan
kapal atau bongkar muat atau orang-orang titipan atau tertinggal di atas
kapal karena hal-hal terduga.
 Anak buah kapal adalah semua awak kapal kapal kecuali Nakhoda.
 Perwira adalah para awak kapal yang tercantum sebagai perwira dalam Sijil
Anak Buah Kapal.
 Bawahan adalah awak kapal lainnya kecuali supercargo.
 Serang adalah kepala kerja anak buah deck dan berada di bawah perintah
Mualim 1.
 Mishi adalah salah satu anak buah deck dan bekerja bersama yang lainnya
di bawah pimpinan serang.
 Kasab Deck adalah salah seorang anak buah deck bersama yang lain di
bawah pimpinan Serang.
 Kelasi adalah anak buah kapal yang terendah pangkatnya.
 Sijil anak buah kapal (Monsterol) suatu buku yang merupakan daftar dari
anak buah kapal lengkap dengan catatan mutasi secara individu anak buah
kapal dan disyahkan oleh Sahbandar.
 Sijil anak buah kapal adalah buku yang halaman depannya berisi : nama
kapal, pemilik kapal, pengusaha kapal, serta nama Nakhoda. Nama
Nakhoda ini tercantum dalam suatu kolom daftar nama Nakhoda sebagai
persiapan untuk penggatian Nakhoda.

Personil yang tercantum dalam sijil yaitu :


 Nakhoda
 Anak Buah Kapal (Perwira dan Bawahan)
 Supercargo
 Pedagang atau Pengusaha
Jabatan “Senior” di atas kapal perikanan
• Nakhoda (Skipper),
• Perwira (Mate/Officer) dan
• Kepala Kamar Mesin (Chief Engineer)
• Perwira Radio (Radio Operator)

STRUKTUR ORGANISASI DI ATAS KAPAL

 Di atas kapal Nahkoda yang menjadi kepala dari semua perwira dan ABK
lainnya.
 Perwira dan awak kapal adalah pembantu Nakhoda dan melaksanakan
pekerjaan untuk hari-hari di kapal.
 Agar pekerjaan dapat berjalan lancar,maka diadakan pembagian
pekerjaan, untuk itu personil kapal dibagi dalam beberapa bagian yang
mempunyai tugas dan pekerjaan tertentu serta dikepalai oleh seorang
kepala bagian/kepala kerja.
Pada umumnya awak kapal (niaga) dibagi 4 bagian, yaitu :
1) Bagian Deck
2) Bagian Mesin
3) Bagian Radio
4) Bagian Provian (Bagian Perlengkapan dan Pemakanan)
I. Bagian Deck
Anggota Personil Bagian Deck :
1. Muallim 1 (Chief Officer)
2. Muallim 2
3. Muallim 3
4. Mualim 4
5. Kadit Deck
6. Serang
7. Mishi
8. Kasad Deck
9. Juru Mudi
10. Kelasi
II. Bagian Kapal Mesin
Anggota personil kamar mesin :
1. Kepala Kamar Mesin (KKM / chief engine)
2. Masinis 1
3. Masinis 2
4. Masinis 3
5. Masinis 4 & Masinis 5
6. Kadit mesin
7. Juru Listrik
8. Mandor Listrik
9. Kasad Mesin
10. Juru Minyak (Oiler)
11. Wiper
III. Bagian Radio
Personil bagian radio :
1. Perwira Radio Satu
2. Perwira Radio Dua

IV.Bagian Provian (Bagian Perlengkapan dan Pemakanan)


Personil provian :
1. Kepala Pemakanan
2. Koki
3. Pelayan
Untuk Pengurusan kapal, Menyangkut erat Beberapa Badan Hukum atau
seperti orang dibawah ini :
1. Pengusaha Kapal / pemilik kapal
2. Nahkoda
3. Awak kapal
4. Umum

PENGUSAHA KAPAL / PEMILIK


KAPAL

NAKHODA KAPAL UMUM

AWAK KAPAL
TUGAS :
1. Gambarkan struktur organisasi di atas kapal perikanan ?
2. Apa yang dimaksud :
a. Nakhoda/Skipper
b. Perwira
c. Awak kapal
d. Sijil Anak Buah Kapal (Monsterol)
3. Sebutkan jabatan-jabatan “Senior” di atas kapal perikanan ?
4. Sebutkan personil-personil yang tercantum dalam Sijil Anak Buah Kapal?
2. Melaksanakan Tugas dan Tanggungjawab di Dalam Organisasi

NAKHODA
Tugas Nakhoda yaitu :
1. Nakhoda sebagai pemimpin kapal
1) Tugas selaku pemimpin kapal :
2) Mampu membawa kapal dengan selamat ke tujuan
3) Mampu mengurus kapal, muatan dan penumpang
4) Mampu memelihara kapalnya agar selalu layak laut
5) Mampu dan mengerti mengolah tertip Adminitrasi kapal
2. Nakhoda sebagai pemegang kewibawaan
1) Berwibawah terhadap semua orang yang ada diatas kapal demi
keselamatan di laut
2) Berwibawa memegang Kedisiplinan diatas Kapal.
3. Nakhoda sebagai abdi hukum, selaku pejabat jaksa atau kepolisian
Nahkoda menurut KUHD NO.394 (a ), bertugas :
1) Mengumpulkan bahan – bahan dan membuat proses verbal.
2) Menyita barang – barang sebagai barang bukti
3) Mendengar dari tertuduh dan para saksi ditulis dalam berita acara
4) Mengamankan tertuduh
5) Menyerahkan berkas pemeriksaan dan para tertuduh kepada yang
berwajib setiba di pelabuhan tujuan.
4. Nakhoda sebagai pegawai pencatatan sipil
1) Membuat akte kelahiran dan mencatat dalam buku harian kapal, dalam
jangka waktu 24 jam dengan 2 orang saksi ( KUHS NO. 35 )
2) Membuat akte kematian dalam jangka waktu 24 jam seperti tersebut di
atas dengan diketahui 2 Orang saksi, dengan memperinci sebab – sebab
kematian kapan terjadi, di mana, dsb, ( KUHS NO.60 )
5. Nakhoda sebagai Notaris
1) Membuat akte wasiat seseorang yang ada diatas kapal dengan disaksikan
oleh 2 orang saksi
2) Membuat Akte Perjanjian antara pelayar yang berada dalam kapalnya,
juga harus ada 2 Orang Saksi.
6. Nakhoda sebagi wakil perusahaan pelayaran /pengusaha kapal
7. Nakhoda sebagai wakil pemilik muatan

BAGIAN DECK
Melaksanakan pekerjaan :
 Menyelesaikan administrasi umum kapal
 Jaga laut di deck
 Jaga pelabuhan di deck
 Pemuatan dan pembongkaran muatan
 Olah gerak kapal (sandar-lepas dari dermaga)
 Pemeliharaan kapal termasuk kebersihan di seluruh kapal, kecuali kamar
mesin.

BAGIAN MESIN
Melaksanakan pekerjaan :
 Menyelesaikan administrasi kamar mesin
 Jaga laut di kamar mesin
 Jaga pelabuhan di kamar mesin
 Pemuatan dan pembongkaran muatan
 Olah gerak kapal di kamar mesin (sandar-lepas dari dermaga)
 Pemeliharaan kapal termasuk kebersihan di seluruh kapal mesin, termasuk
kebersihan kamar mesin.

BAGIAN RADIO
Melaksanakan pekerjaan :
 Melayani alat-alat komunikasi kapal (radio, telepon, telegraph, dsb).
 Perbaikan mum/ringan pada alat-alat navigasi elektronik kapal.
 Pekerjaan administrasi radio kapal.

TUGAS :
1. Tuliskan tugas Nakhoda di atas kapal ?
2. Jelaskan tugas Nakhoda sebagai pemimpin kapal?
3. Tuliskan tugas-tugas Anak Buah Kapal pada bagian mesin ?
4. Tuliskan tugas-tugas Anak Buah Kapal pada bagian radio ?
3. Melaksanakan Perjanjian Kerja Laut

Pengertian Perjanjian Kerja Laut (PKL)


Dapat Dilihat Dari Dua Segi :
1. Dilihat Dari Segi Pengusaha
PKL adalah perjanjian hukum antara pengusaha kapal disatu pihak dan
buruh di pihak lain, dimana buruh berjanji, untuk bekerja di bawah
pengusaha kapal sebagai Nakhoda atau Awak Kapal dengan imbalan
upah.

2. Dilihat dari Segi Buruh

PKL adalah Perjanjian hukum antara pengusaha kapal di satu pihak dan
buruh dipihak lain, di mana pengusaha berjanji untuk memberikan
pekerjaan sebagai Nakhoda atau Awak Kapal dengan mendapat imbalan
upah.

Jenis Perjanjian Kerja Laut (PKL)

Dilihat dari waktu atau periode, dibagi menjadi 3 :


1. Perjanjian kerja laut trip, yaitu perjanjian kerja laut berdasarkan pelayaran
dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain. PKL jenis ini biasanya ditentukan
juga kapal atau trayeknya.
2. Perjanjian kerja laut periode, yaitu perjanjian kerja laut menurut waktu
tertentu. PKL jenis ini ditentukan kapal atau trayeknya atau bisa saja tidak,
asal di atas kapal perusahaan tersebut (Pasal 398 KUHD)
3. Perjanjian laut tak tertentu, yaitu perjanjian kerja laut yang tidak ditetapkan
masa berlakunya (Pasal 398 KUHD)

Dilihat dari segi manusianya/ pihak yang mengikatkan diri dapat dibedakan
menjadi 2 :
1. PKL Perorangan / pribadi, yaitu menyangkut seseorang atau majikan.
2. PKL Kolektif, yaitu perjanjian kerja laut antara majikan atau gabungan
majikan dengan gabungan pelaut.

Dilihat dari sudut perbedaannya dalam Undang-Undang dapat dibedakan


menjadi 2 :
1. Perjanjian kerja laut untuk Nakhoda
2. Perjanjian kerja laut untuk Anak Buah Kapal.
Perbedaan antara kedua jenis ini menyangkut persoalan alasan-alasan
yang sah untuk pemutusan hubungan kerja.
ISI PERJANJIAN KERJA LAUT
a. Nama, tanggal dan tempat lahir dari Awak kapal
b. Tempat dan tanggal dilakukan perjanjian
c. Di kapal mana dia akan bekerja
d. Perjalanan yang akan ditempuh
e. Sebagai apa dia dipekerjakan
f. Tanggal dan tempat mulainya bekerja dikapal
g. Berapa lama akan bekerja
h. Upah berupa uang yang telah ditentukan

Hak awak kapal yaitu :


Terutama awak kapal yang berkerja diatas kapal memiliki hak – hak sebagai
berikut :
a. Hak atas upah / gaji
Upah atau gaji diberikan kepada awak kapal sendiri. Orang lain yang berhak
juga menerima sebagian dari upahnya sebagai uang delegasi.
Orang – orang yang dapat hak atas delegasi :
 Istri atau anggota keluarganya sampai derajat keempat (mendapat 1/3
bagian upah).
 Anak kandung dan orang tua kandung (mendapat 1/2 bagian upah).
 Dagangan cicilan untuk menjamin hutangnya.
 Yang memberikan piutang.
 Wali dari anak buah kapal yang masih dibawa umur.

Besar gaji upah itu selamanyah harus sama dengan apa yang tercantum dalam
Perjanjian Kerja Laut .
Upah tersebut dapat bertambah apabila :
 Kerja lembur
 Bonus dari kerja lebih mendapat tugas lain
 Bonus karena kerja luar biasa, misanya membantu menyelamatkan kapal,
menolong atau menunda kapal lain.

Upah tersebut dapat berukuran, apabila :


 Didenda oleh Nahkoda karena pelanggaran
 Mengganti kerugian
 Sakit / mendapat kecelakan sebab unsur kesengajaan.
b. Hak atas makanan dan tempat tinggal yang layak dikapal
Yang dimaksud dengan makanan dan tempat tinggal yang layak
Adalah :
 Untuk makanan harus memenuhi 4 sehat 5 sempurna
 Bergizi dan cukup bervitamin
 Memenuhi kalori seperti disebutkan dalam ketentuan yang ada
 Untuk tempat tinggal yang layak harus bersih dan terjamin pergantian
udaranya
 Mendapatkan cukup sinar matahari
 Tenang istirahatnya dan tidak terganggu istirahatnya oleh bau maupun
kebisingan
 Terjamin kesehatannya
c . Hak atas cuti
Hak cuti diberikan setelah awak kapal :
 Dinas awak kapal dilaksanakan selama satu tahun atau dapat akhir ikatan
kerja
 Hak cuti tidak berlaku yang membuat perjanjian kerja laut menurut
perjalanan
 Besarnya cuti paling sedikit 7 hari atau 2 x 5 hari berturut – turut dengan
upah penuh.

d. Hak Perawatan dan Pengobatan pada Sakit atau pada Saat Mendapatkan
Kecelakaan
Ketentuannya :
 Diwaktu sakit selama tinggal dikapal mendapatkan upah penuh, dan
apabila tidak ada dikapal mendapatkan upah 80%.
 Sisakit apabila ditinggalkan didarat ada hak pengangkutan kembali
kedaerah asal secara cuma – Cuma termasuk biaya makan dan
penginapan

e. Hak atas ganti rugi apabila kapalnya mendapat musibah


Ketentuannya:
 Ganti rugi diatasi oleh peraturan perundang – undangan yang berlaku.
 Ganti rugi hanya diberikan apabila barang miliknya hilang (total lost)

Apabila yang bersangkutan menganggur diberikan upah paling banyak 2


bulan.
Kewajiban Awak kapal dalam KUHD
a. Berkerja sekuat tenaga dan wajib mengerjakan segala sesuatu yang
diperintahkan oleh Nahkoda.
Adapun tugas dan kewajiban awak kapal dapat diketahui dari :
1. Pejanjian kerja laut
2. Sijil awak kapal
3. Peraturan dinas Awak Kapal yang telah dibuat oleh Nahkoda atau
umumnya diseragamkan oleh masing – masing perusahaan
b. Taat kepada atasan, teristimewa menjalankan perintah – perintah Nahkoda
c. Tidak membawa atau memiliki minuman keras atau barang – barang yang
terlarang, senjata tajam, narkotika atau barang selundupan dsb. diatas
kapal, tanpa seizin Nahkoda.
d. Turun atau meninggalkan kapal harus seizin nahkoda dan kembali tidak
terlambat.
e. Wajib membantu memberikan pertolongan dalam penyelamatan kapal,
penumpang maupun muatannya.

Wewenang awak kapal


a. Wewenang Kapal Kamar Mesin terhadap semua anak buah kapal bagian
mesin.
b. Wewenang Mualim I terhadap semua anak buah kapal bagian dek dan
bagian sipil (pelayanan).
c. Wewenang para Perwira dan Ahli Mesin Kapal sebagai Kepala kerja dalam
sesuatu misi atau tugas.
d. Wewenang para Perwira (Mualim) dan Ahli Mesin Kapal sebagai Perwira
Jaga dan Ahli Mesin Kapal Jaga
Wewenang pimpinan anak buah kapal (bawahan) antara lain Mandor mesin,
Botlir dll, terhadap anak buah kapal bawahannya.

Kewajiban Nakhoda
a. Bertindak dengan kecakapan, kecermatan dan kebijaksanaan yang optimal
dalam memimpin, menavigasi kapalnya.
b. Mematuhi perintah dan peraturan-peraturan pengusaha selama tidak
menyimpang dari Perjanjian Kerja Lautnya dan Undang-Undang serta
kebiasaan lazimya.
c. Mewakili pengusaha sebagai penggugat atau digugat sehubungan dengan
kapalnya.
d. Berusaha melakukan perbaikan-perbaikan guna meneruskan pelayaran
dengan cara bagaimanapun.
e. dst .

Wewenang Nakhoda yaitu :


a. Wewenang memakai bahan-bahan makanan penumpang atau muatan
untuk permakanan pelayar dalam keadaan darurat.
b. Melaksanakan apa saja dengan kapal, kalau perlu sampai menjual bagian-
bagian kapalnya untuk melengkapi kapalnya guna meneruskan pelayaran.
c. Wewenang menggugat atau menjadi tergugat atas nama pengusaha dalam
peradilan.
d. Wewenang membelokkan / menyimpang dari pelabuhan tujuan untuk
menyelamatkan jiwa
e. Wewenang mempekerjakan anak buah kapal.
f. Wewenang untuk melaksanakan tata tertib di kapal.
Kewajiban Anak Buah Kapal
a. Mematuhi Nakhoda dalam hal ini didasarkan atas jabatan Nakhoda
b. Minta ijin tiap kali meninggalkan kapal (turun ke darat).
c. Minta ijin Nakhoda atau pengganti yang mewakilinya untuk menggunakan
bukan barang-barang wajar, seperti minuman keras dan senjata api.
d. Lembur bilamana dianggap perlu oleh Nakhoda.
e. Melakukan tugas-tugas dalam membuat Surat Keterangan kapal selama tiga
hari setelah berakhirnya Perjanjian Kerja Laut.
f. Melakukan tugas dengan penuh dedikasi.
g. Bersedia untuk menjadi cadangan TNI-AL atau wajib militer.
h. Berlaku dan bertindak sopaan dan baik
i. Mempelajari situasi / keadaan kapalnya, lebih-lebih terhadap prasarana dan
sarana keselamatan.

MENGAKHIRI PERJANJIAN KERJA LAUT


Secara Biasa

Mengakhiri PKL Secara Syah

Secara Luar Biasa

Secara Tdk Syah


A. Secara Biasa
Artinya dalam mengakhiri PKLnya sesuai dengan apa yang tercantum dalam
perjanjian
Misalnya:
1. PKL untuk satu perjalanan.
2. PKL jangka waktu tertentu.
3. PKL dengan jangka waktu yang sembarang.
B. Secara Luar Biasa
Disebut luar biasa sebab tidak tercantum dalam Perjanjian Kerja Laut, tetapi
dibenarkan oleh undang – undang.
1. Pembatalan yang syah
2. Pembatalan yang tidak syah.
PEMBATALAN YANG SYAH :
1) Pembatalan PKL dimana dari kedua belah pihak menyetujui
2) Pembatalan PKL pihak yg memutuskan ikatan, memberikan ganti kerugian
pada pihak yang lain.
3) Pembatalan PKL atas dasar ”Alasan Mendesak” artinya apabila dilihat dari
pihak pengusaha kapal.
 Penghinaan atau penganiayaan
 Tidak datang kekapal setelah menandatangi PKL
 Tidak cakap untuk bekerja.
 Melakukan tindakan kriminal diatas kapal
4) ”Alasan mendesak” dilihat dari segi buruh, yaitu
 Tempat tinggal dan makanan dikapal tidak layak
 Pengusaha menggunkan kapalnya untuk tindakan kriminal
 Perintah berlayar untuk kepelabuhan musuh
 Kapal berlayar menyimpangdari apa yg tercantum di PKL
5) Atas dasar ”Alasan Penting
 Alasan – alasan mendesak
 Alasan – alasan sepihak (tidak terpenuhi hak – hak atau alasan pribadi.
 Alasan memperoleh jaminan sosial yan lebih baik di tempat lain.
6).Si buruh meninggal dunia.

PEMBATALAN PKL YANG TIDAK SYAH


Misalkan:
 Semua pembatalan perjanjian sepihak, yang tidak termasuk dan tidak
tergolong seperti disebutkan dalam contoh – contoh diatas
 Akibat dari pembatalan yang tidak syah bagi seorang awak kapal dapat
mengakibatkan :
o Kehilangan hak upahnya dan juga hak – hak yang dimiliki oleh
seorang pelaut
o Ditahan buku pelautnya oleh yang berwajib
o Apabila pembatalan dilakukan dengan cara meninggalkan dinas
/melarikan diri.
TUGAS
1. Jelaskan pengertian dari perjanjian kerja laut ?
2. Sebutkan isi dari Perjanjian Kerja Laut ?
3. Jelaskan kewajiban sebagai Nakhoda ?
4. Jelaskan mengenai pembatalan Perjanjian Kerja Laut yang tidak syah?
4. Melaksanakan Peraturan Pengawakan kapal

Pengawakan Kapal (MANNING)


1978 International Convention on Standards ofTraining,
Certification and Watchkeeping ofSeafarers (STCW) pertama
kali diterima dalam suatu konferensi yang diadakan oleh IMO.
28 April 1984 STCW mulai berlaku. Secara singkat termaktub dalam konvensi ini
persyaratan minimum untuk pelatihan, kualifikasi dan pelayanan
pelayaran untuk master deck officers, engineer officers,radio
officers yang harus dipenuhi sebelum suatu pemerintah dapat
mengeluarkan
sertifikat keahlian sesuai konvensi, juga prinsip-prinsip dasar
untuk pengamatangeladak dan mesin. Suatu negara tentunya
diperbolehkan untuk menetapkan standar yang lebih tinggi.
1995 Amandemen STCW

Ruang lingkupnya semua kapal kecuali kapal perang dan di ruang lingkup
angkatan laut (naval auxiliary ships), kapal milik pemerintah dalam pelayaran non
komersial, kapal ikan, kapal wisata (yachts) dan kapal kayu yang dibangun
dengan cara primitif.
Kelonggaran-kelonggaran tertentu terhadap persyaratan-persyaratan
konvensi diperbolehkan dengan pertimbangan pertimbangan efisiensi dan
fleksibilitas. Namun tingkat pelayanan pelayaran (seagoing service) harus
sedemikian rupa sehingga navigational dan technical handling sebuah kapal dan
muatannya harus mencapai tingkat persyaratan keselamatan yang sekurang-
kurangnya sama dengan persyaratan dalam konvensi.
Pengaturan dalam Bagian II dari Maritime Legislation Project Indonesia
 Mengandung seluruh prinsip-prinsip dasar sebagai suatu pengaturan
framework law; yaitu pengaturan yang member keleluasan pengaturan
teknis untuk diatur dalam Peraturan Pemerintah atau Keputusan Menteri
Perhubungan.
 Pengaturan mencakup implementasi konvensi-konvensi sebagai berikut:
a. Solas 1974/1978-amandemen 1981, 1983, 1986
b. Land Lines Convention
c. ILO Convention No. 68 tentang permakanan dan katering untuk awak
kapal No. 92 dan No. 133 tentang akomodasi untuk awak kapal, No.
134 tentang pencegahan kecelakaan selama bertugas untuk pelaut
dan No. 152 tentang keselamatan kerja dan kesehatan pekerja
galangan.
d. STV Convention (fishing vessel)
e. STCW Convention.
Pengaturan dalam bagian II MLP menekankan prinsip hukum yang penting
yaitu tidak dapat dibuatnya pengaturan implementasi oleh suatu pemerintah tanpa
ada ketentuan dasar hukum yang jelas dalam undang-undang. Kalau prinsip
tersebut di atas dilaksanakan maka dapat dijalankan suatu policy jangka panjang
terhadap keselamatan dan pengawakan,dan pada waktu bersamaan pemerintah
dapat pula mengambil keputusan-keputusan sewaktu-waktu (day to day) sebagai
implementasi policy tersebut.
Kesimpulan : harus jelas dasar hukum yang termaktub dalam undang-undang
dan tidak boleh dikurangi.
Sistem undang-undang harus sama atau mengikuti sistem konvensi yang
bersangkutan. Sehingga penyusunan undang-undang harus sebagai berikut :
1. General provision (definisi)
2. a) Persyaratan tentang kapal (konstruksi, peralatan dan akomodasi)
b) Survey dan sertifikat.

Persyaratan tentang pengawakan :


a) Pendahuluan (STCW)
b) Tingkat pengawakan (Manning Levels)
c) Sertifikat dan pemeriksaan
d) Keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan
e) Hak dan kewajiban pemilik, master dan pelaut.
f) Tentang berlakunya undang-undang.

Pada setiap kapal penangkap ikan yang berlayar harus berdinas (Pasal 41
dalam Undang-Undang Pengawakan):
a. Seorang nakhoda dan beberapa perwira kapal yang memiliki sertifikat keahlian
pelaut kapal penangkap ikan dan sertifikat keterampilan dasar pelaut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a sesuai dengan daerah
pelayaran, ukuran kapal, dan daya penggerak kapal;
b. Sejumlah rating yang memiliki sertifikat keterampilan dasar pelaut dalam Pasal 4
ayat (2) huruf a.

Jenis sertifikat keahlian pelaut kapal penangkap ikan :


a. Sertifikat keahlian pelaut nautika kapal penangkap ikan;
b. Sertifikat keahlian pelaut teknik permesinan kapal penangkap ikan.
Sertifikat keahlian pelaut nautika kapal penangkap ikan :
a. Sertifikat ahli nautika kapal penangkap ikan tingkat I;
b. Sertifikat ahli nautika kapal penangkap ikan tingkat II;
c. Sertifikat ahli nautika kapal penangkap ikan tingkat III.
Sertifikat keahlian pelaut teknik permesinan kapal penangkap ikan :
a. Sertifikat ahli teknika kapal penangkap ikan tingkat I;
b. Sertifikat ahli teknika kapal penangkap ikan tingkat II;
c. Sertifikat ahli teknika kapal penangkap ikan tingkat III.

 Untuk mendapatkan sertifikat keahlian pelaut kapal penangkap ikan dalam Pasal
41 ayat (2) dalam Undang-Undang Pengawakan, harus lulus ujian yang
dilaksanakan oleh Dewan Penguji yang mandiri (independen) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai ujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur dengan Keputusan Menteri setelah mendengar pendapat dari Menteri yang
bertanggung jawab di bidang perikanan.
Pengawakan kapal penangkap ikan (pasal 44) harus disesuaikan dengan:
a. daerah pelayaran;
b. ukuran kapal;
c. daya penggerak kapal (kilowatt/KW).
Pasal 45, Pelaut perwira kapal penangkap ikan dapat beralih profesi sebagai
pelaut kapal niaga, melalui penyetaraan Sertifikat Keahlian Pelaut.

TUGAS :

1. Tuliskan syarat dari kapal penangkap ikan ?


2. Tuliskan jenis sertifikat pelaut nautika kapal penangkap ?
3. Berdasarkan apa pengawakan kapal penangkap ikan ?
4. Tuliskan isi dari Pasal 45 tentang pengawakan kapal penangkap ikan?
5. Menyelenggarakan Buku Harian Kapal

Buku harian kapal adalah merupakan bukti-bukti dan data-data utama


mengenai sesuatu kejadian di kapal, baik kecelakaan atau kerusakan,
maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penyelenggaraan
dan pengisian Buku Harian Kapal, yaitu :
a. Tidak boleh menghapuskan Buku Harian
b. Tidak boleh merobek Buku Harian
c. Jangan meninggalkan ruangan kosong dalam Buku Harian tanpa
dicoret, karena ini dapat menimbulkan kecurigaan, bahwa Buku Harian
ditambah-tambah isinya, sehingga nilai Buku Harian menjadi kurang
sebagai bahan bukti.
d. Jangan menambah halaman Buku Harian
e. Jangan menambah-nambah isi Buku Harian dengan menempel-
nempel di pinggir atau di sela-sela.
f. Jangan membuat konklusi dalam suatu kejadian, cukup hanya data-
data saja.
g. Segala sesuatu yang belum jelas, sebaiknya ditulis dengan kata-kata
“kelihatannya” atau “seolah-olah” dan lain-lain.
h. Jangan menganggap keadaan laut, sebab kadang-kadang pelaut
cenderung menulis kecepatan angin 6 Beaufort scale.
i. Sebaiknya diselenggarakan juga Buku Jaga (Serap Log atau Rough
Log) untuk menulis semua kejadian.
j. Harus teliti dalam mengisi waktu-waktu kejadian, sebab jika matahari
terbenam jam 18.05, jam 18.3 tidaklah sama dengan jam 18.07 (antara
siang dan malam), walaupun berbeda 4 menit.
k. Untuk ketelitian gerakan mesin pada waktu olah gerak diselenggarakan
juga Buku Olah Gerak, yang isinya gerakan-gerakan mesin beserta
waktunya.

TUGAS
1. Jelaskan apa yang dimaksud buku harian kapal?
2. Jelaskan prosedur pengisian buku harian kapal ?
STANDAR KOMPETENSI II
MENERAPKAN PERATURAN BANDAR

1. Melaksanakan Prosedur Keluar Masuk Bandar


Memasuki Pelabuhan

Kapal yang memasuki pelabuhan biasanya dikarenakan dua alasan


penting, antara lain :
1. Pelabuhan yang akan disinggahi masuk dalam rencana pelayaran atau
urutan persinggahan menurut urutan pelabuhan dalam pelayaran (port
itinerary)
2. Keadaan darurat misalnya, menurunkan orang sakit, akan mengisi air, atau
berlindung dari cuaca buruk
Jika dalam rencana pelayaran, umumnya sudah mendapat izin singgah
atau sudah ada hubungan dengan pejabat pelabuhan. Hubungan atau izin
biasanya sudah diatur oleh agen dari perusahaan kapal di tempat tujuan. Tiga
hari (72 jam) sebelum sampai (yang dimaksud sampai / tiba ialah tiba di kapal
pandu atau stasiun pandu pelabuhan tujuan). Nahkoda mengirim telegram
yang memberitahukan tentang :
- Nama kapal
- Tiba menurut perhitungan atau dalam bahasa Inggris lebih populer dengan
ETA (Estimate Time of Arrival)
- Jumlah muatan dan jumlah yang akan dibongkar
- Sarat kapal terbesar
- Permintaan-permintaan khusus, misalnya penyediaan air tawar dan lain-
lain
- Permintaan pandu dan permintaan izin.
Jika pelabuhan persinggahan tidak dalam rencana pelayaran akan tetapi
diputuskan untuk singgah selama dalam pelayaran misalnya untuk mengisi air,
bahan bakar, menurunkan orang sakit, prosedur biasa tetap dijalankan.
Bilamana tidak memungkinkan nahkoda mengirim telegram ke pejabat
pelabuhan setempat, biasanya syahbandar, untuk minta izin serta pengagenan
bisa saja diatur selanjutnya. Jika singgah mendadak, misalnya untuk
berlindung dari cuaca buruk, permintaan izin boleh mendadak, masuk dahulu
baru minta izin. Hal-hal demikian umumnya dimaklumi oleh pejabat setempat.
Sesuai dengan peraturan pelabuhan kapal yang memasuki pelabuhan
wajib mengibarkan bendera kebangsaan. Bendera-bendera yang dipasang
antara lain :

- Bendera nama panggilan (hanya waktu tiba dan bertolak)


- Bendera perusahaan
- Bendera permintaan pemeriksaan kesehatan pelabuhan (karantina waktu
datang saja)
- Bendera permintaan pandu (waktu membutuhkan pandu)
- Dan bendera kebangsaan kapal
Sebelum memasuki atau sewaktu tiba dipelabuhan, kapal harus membuat
pernyataan-pernyataan yang biasanya dengan mengisi formulir.
Pernyataan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Daftar awak kapal, yakni mulai dari nahkoda lengkap dengan keterangan
umur, nomor paspor (jika orang asing), tempat dan tanggal lahir dan
tanggal berakhirnya paspor
2. Daftar penumpang (Passenger manifest) dengan nama dan keterangan-
keterangan lain
3. Daftar senjata (jika ada senjata api di kapal)
4. Daftar inventaris kapal, umumnya inventaris terpakai, seperti minyak,
ransum dan lain-lain
5. Daftar barang-barang ABK (Personal effect list)
6. Daftar Muatan (Chargo Manifest) lengkap dengan jumlah / tanda
pengiriman (shipper) / penerima (consignee)
7. Daftar narkotik (jika ada) yang biasanya disediakan guna pengobatan untuk
pejabat pelabuhan
8. Surat jaminan bahwa ABK tidak akan melarikan diri ke negara setempat
(imigran gelap)
9. Surat bukti pemakaian pandu dan kapal tunda, jika menggunakan bantuan
pandu atau kapal tunda
10. Laporan pelabuhan (port log) berisikan keterangan kapal, surat kapal,
jumlah muatan air tawar, bahan bakar, muatan yang akan dibongkar da
yang akan dimuat, jumlah penumpang atau penumpang atau binatang,
tempat berlabuh atau tempat berlabuh atau tempat tambat untuk
syahbandar
11. Deklarasi Kesehatan Internasional (Internasional Declaration of Health)
12. Dan lain-lain

Nahkoda juga menyerahkan sertifikat-sertifikat dan surat-surat kapal yang


diserahkan kepada pejabat pelabuhan guna pemeriksaan.

Dokumen-dokumen tersebut ialah :


1. Surat izin berlayar (Port Clearance) dikeluarkan oleh syabandar
pelabuhan terakhir.
2. Custom clearance, yaitu surat yang menyatakan bahwa kapal telah
menyelesaikan persoalan dengan Bea Cukai di pelabuhan terakhir
3. Surat tanda pembayaran uang rambu (Light dues)
4. Surat perintah berlayar (Sailing order), yang dikeluarkan oleh agen /
perwakilan perusahaan pelabuhan sbelumnya.
5. Konosemen (Bill of Lading) dari muatan-muatan yang akan dibongkar di
pelabuha tersebut. Dikeluarkan oleh perusahaan pelayaran ditempat
pemuatan atau oleh nahkoda atau oleh agen perusahaan pelayaran
6. Buku kesehatan (Health Book), yaitu buku yang diberikan oleh
kesehatan pelabuhan, berisi catatan terus-menerus dari kapal dan
awakya.
7. Surat ukur atau dokumen lai sebagai penggantinya
8. Sijil ABK (Ship’s Article)
9. Buku vaksinasi internasional (Internasional Vaccination Book) / buku
kuning untuk diperiksa oleh kesehatan pelabuhan
10. Pemberitahuan pemuatan barang (AVI) yang dikeluarkan bea cukai di
tempat pemuatan dan harus diserahkan kepada bea cukai di tempat
pembongkaran.
11. Sertifikat kapal yang umumnya adalah sertifikat garis muat, sertifikat
radio telerafi/telephony, sertifikat penumpang, sertifikat kostruksi kapal
barang, sertifikat perlengkapan.

Meninggalkan Pelabuhan
Selesai pemuatan dan pembongkaran,agen/perwakilan menerbitkan Surat
Perintah Berlayar (Sailing Order). Dalam surat perintah berlayar, isinya
biasanya lebih luwes, yaitu menjelaskan, bahwa aktivitas bongkar-muat selesai
jam sekian tanggal sekian dan nahkoda boleh meninggalkan pelabuhan.
Dengan dasar itu nahkoda merencanakan jam berangkat dengan
mempertimbangkan segala hal, misalnya arus, cuaca, perhitungan sampai ke
pelabuhan berikut.
Sementara akan berangkat, agen akan mengurus Surat Izin Berangkat
(Exit Permit) dari Imigrasi setempat dan Custom Clearence dari bea cukai. Dan
atas dasar surat-surat ini syahbandar akan mengembalikan surat-surat kapal
atau sertifikat-sertifikat kapal yang disimpan selama kapal di pelabuhan
kemudian menerbitkan surat izin berlayar (Port clearence) dengan demikian
kapal bebas dari persoalan-persoalan bea cukai dan syahbandar.

Agen / perwakilan perusahaan akan menyerahkan :


1. Konosemen muatan, yang dimuat di pelabuhan tersebut
2. Pemberitahuan pemuatan barang (AVI) dari muatan yang dimuat di
pelabuhan tersebut
3. Surat tanda pembayaran uang rambu (Light Dues) bila melakukan
pembayaran di pelabuhan tersebut
4. Jika memakai pandu / kapal tunda, maka kapal juga akan harus
mengeluarkan pembuktian penggunan bantuan pandu
Pada waktu meninggalkan pelabuhan, maka kapal harus menaikkan
bendera-bendera seperti pada waktu masuk, kemudian kapal harus mengirim
telegram kepada perusahaan pelayaran yang berisikan :
- jam dan tanggal berangkat
- jumlah muatan
- jumlah yang dibongkar
- jumlah yang dimuat
- surat kapal
- air tawar
- bahan bakar
- ETA pelabuhan berikut

TUGAS :

1. Kemukakan dua alasan pokok dari keberadaan kapal di pelabuhan ?


2. Sebutkan hal-hal yang perlu diberitakan seorang Nakhoda sebelum
masuk sebuah pelabuhan ?
3. Kemukakan dokumen-dokumen yang harus diselesaikan agen
/perwakilan perusahaan kapal sebelum kapal berangkat ?
4. Kemukakan hal-hal apa yang perlu diberitakan Nakhoda kepada pejabat
pelabuhan pada saat kapalnya bertolak ?
2. Melakukan Prosedur Bongkar Muat Barang di Pelabuhan
Seseorang yang mempunyai barang untuk dikirim dari suatu tempat ke
tempat lain, pertama-tama akan menghubungi pengusaha pelayaran, dalam hal ini
pembukuan muatan. Apabila sudah disetujui secara umum mengenai persyaratan-
persyaratannya (terutama biasanya jadwal pemberangkatan, jumlah muatan,
terminal pengangkutan) dibuatlah suatu surat perjanjian (Engagement sheet)
dimana perjanjian ini sifatnya mengikat, akan tetapi masih ada beberapa
pengecualian yang dapat membatalkannya secara sah (KUH Perdata pasal 1338,
1339)
3.1. OPERASI BONGKAR MUAT
1. Stevedoring
Stevedoring adalah jasa bongkar/muat dari/ke kapal, dermaga, tongkang,
gudang, truk atau lapangan dengan menggunakan derek kapal atau alat Bantu
pemuatan lainnya. Orang yang bertugas mengurus bongkar muat kapal disebut
Stevedore, sedangkan stevedore yang bertugas didarat disebut sebagai quay
supervisor. Dalam melaksanakan tugasnya, stevedore harus bekerja sama
dengan berbagai pihak seperti PT Pelabuhan Indonesia, Perusahaan Pelayaran,
EMKL, Forwarder, Pemilik brang, TKBM dan lainnya. Seorang stevedore
umumnya adalah orang yang pernah bertugas diatas kapal dan berdinas sebagai
perwira atau seseorang yang bisa menangani buruh karena stevedore akan
mengkoordinir pekerjaan dan buruh TKBM melalui mandor atau kepala regu kerja
(KRK). Dalam bekerja stevedore dibantu oleh foreman.

Stevedoring sebelum kapal tiba


Beberapa hari sebelum kapal tiba, para petugas yang akan melakukan bongkar
muat akan memeriksa dan mengolah data yang akan diterima menyangkut kapal
dan muatan yang akan dikerjakan. Kemudian mereka melakukan pertemuan yang
disebut pre-arrival meeting (PAM), dalam pertemuan tersebut disusun rencana
kerja berdasarkan data yang ada.
Dalam menyusun rencana bongkar muat, Stavedore perlu mempelajari :
1. Stowage plan
2. Muatan berat dan kapasitas dari batang pemuat kapal
3. Perlu tidaknya memakai shore crane dari darat
4. Ada tidaknya muatan berbahaya
5. Alat-alat apa saja yang akan digunakan
6. Berapa gang TKBM dibutuhkan
7. Apakah perlu mempekerjakan lembur atau tidak
Setelah data/informasih diolah langkah berikutnya adalah melakukan persiapan
sebagai berikut :
1. Menunjuk petugas supervisor yang terdiri dari stevedore, chief tally clerk, tally
clerk, mistri, watcman yang akan mengerjakan bongkar/muat
2. Rapat koordinasi antar mereka tentang tugas dan penanganan serta perkiraan
keberangkatan kapal dan penundaan yang mungkin terjadi
3. Pembicaraan dengan agen atau principal dan pemilik barang untuk
memperlancar pelaksanaan tugas
4. Koordinasi dengan petugas pelabuhan dan Bea-Cukai
Hasil dari rapat koordinasi akan menghasilkan tindakan berupa :
1. Persiapan operasi dan permintaan buruh
2. Persiapan peralatan mekanis dan non mekanis
3. kosentrasi perlengkapan petugas supervisor dan buruh
4. Pemberitahuan kepada pergudangan, petugas krani, superveyor serta
keamanan dan petugas yang diperlukan

 Setelah Kapal Sandar


Bila palka kapal sudah dibuka, perwira kapal dengan surveyor masuk untuk
memeriksa keadaan muatan guna mengetahui apakah ada keringat atau
rusak dan dicatat seperlunya. Penyelenggaraan maupun kelancaran
pekerjaan serta keamanan terhadap tenaga kerja dan buruh menjadi
tanggung jawabnya. Biasanya oleh kapal dimintakan watchman untuk
menjaga keamanan dikapal yang biasanya disediakan petugas darat dari
agen pelayaran. Jam kerja bongkar/muat disesuaikan dengan waktu kerja
dari buruh.
 Kegiatan Bongkar dikapal
Semua barang yang akan dibongkar agar diangkat dari permukaan mulut
palka. Sebelum barang diturunkan, keadaan dermaga mestinya sudah
dibersikan dan bebas dari penghalang. Membongkar muatan dari kapal
harap memakai peralatan bongkar/muat yang sesuai dengan
memperhatikan SWL dari batang - batang pemuat.
 Ship Operation
Adalah kegiatan bongkar muat dikapal yang mempergunakan peralatan
bongkar muat kapal atau disebut boom atau Derek.
Operasi dari Derek terdiri dari 4 langkah yaitu :
1. Mengkaitkan sling muatan pada ganco
atau hook dalam palka
2. Memindahkan ganco berikut muatan
dari palka kedermaga disisi kapal
3. Melepaskan sling muatan dari ganco
didermaga, muatan diletakan diatas
3 dermaga atau kendaraan pengangkut
4 - 1 2 (truck). Mengembalikan ganco dari
444 dermaga kepalka, untuk kegiatan
berikutnya
Langkah 1+2+3+4 dinamakan hookcycle time (satu siklus), satuan dasar
untuk mengukur siklus ini adalah satu jam. Jadi bila waktu siklus adalah 5
menit maka dalam satu jam terdapat 12 siklus.
Bila kapal membongkar muatan sejenis dan satu sling muatan adalah 3
ton maka kecepatan bongkar muat satu jam adalah 36 ton.
Kecepatan dari ship operation akan ditentukan oleh :
1. Jumlah siklus dalam satu jam
2. Berat rata-rata tiap siklus
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tiap siklus, umpamanya sarat kapal,
gudang sudah siap, buruh dan lain lain

 Membongkar Langsung ke truk


Istilah yang umum dipakai untuk cara ini adalah truck-lossing. Hal yang
perlu diperhatikan adalah apakah jumlah truk yang tersedia cukup untuk
menampung muatan dari kapal. Agar semuanya bisa berjalan dengan
baik maka harus ada kerjasama yang baik antara stevedore, EMKL,
gudang/lapangan penampung supaya tidak timbul sling gantung yang
disebabkan menunggu truk yang belum bergerak karena gudang maupun
petugas Bea-Cukai belum siap. Perlu juga diperhatikan apakah jadwal
kerja dari kapal dan pergudangan yang akan menampung muatan adalah
sama. Untuk muatan karung sling-sling harus dibuka terlebih dahulu
setelah sling dengan muatan karung sampai diatas truk. Susunlah muatan
ditruk sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar.

 Pembongkaran ke Dermaga
Dermaga dalam keadaan siap menerima muatan dari kapal, artinya bersih
dan bebas penghalang. Barang-barang yang dibongkar harus dilepas
dahulu dari tackle, tidak dengan menarik ganco atau menarik sling atau
alat-alat stevedore lainya, melainkan sling harus terlebih dahulu dilepas.
Peti-peti atau barang berat lainnya diberi ganjalan didermaga agar mudah
diangkat dengan forklift. Bila muat/bongkar barang dengan jala-jala agar
diusahakan diganjal supaya tidak rusak terjepit.

 Kegiatan stevedoring setelah kapal berangkat


Untuk mengetahui apakah bongkar muat suatu kapal telah dilakukan
dengan baik dan tidak ada kekurangannya. Perlu dilihat dan diperiksa lagi
laporan harian selama dikerjakan dipelabuhan
Rekapitulasi dari seluruh kegiatan dapat dilihat melalui :
1. Labour and time sheet
2. Statement of fact
3. Out turn report
4. Laporan klaim atau laporan lainnya
Laporan diolah oleh staf administrasi dari stevedoring dengan cara ini
akan diperoleh data yang diteliti mengenai :
1. Jumlah ton muatan yang dimuat atau dibongkar
2. Perincian pemakaian alat mekanik dan non mekanik
3. Kapasitas bongkar muat/muat rata rata dalam satu hari, perjenis
barang / per gang /jam
4. Kerusakan yang terjadi atau hal lain selama bongkar muat dari kapal

Semua data perlu dikumpulkan, semua pengeluaran dan biaya


dicatat untuk dijadikan dokumen pendukung tagihan pada principal kapal
atau pemilik barang
Langkah berikutnya adalah membuat evaluasi mengenai pekerjaan yang
sudah dikerjakan untuk mengetahui apakah pekerjaan yang dilakukan
sesuai dengan rencana yang dibicarakan dalam pre-arrival meeting. Hasil
evaluasi dituangkan dalam laporan menyangkut laydays, rate yang
dicapai, lost time dan apakah biaya dan pendapatan sesuai dengan
rencana. Juga diteliti mengenai landing order dan outturn report, seperti
evaluasi PAM dan ship output per day
Landing order adalah perubahan pelabuhan bongkar dari satu partai
barang yang dibuat ileh agen pelayaran. Output report merupakan daftar
dari semua barang yang dibongkar dengan catatan jumlah koli barang
dan kondisinya pada waktu dibongkar. Barang yang kurang atau lebih
diberi remark dan outtun report. Dari short/overlanded list dapat dilihat
atau diketahui kekurangan barang yang dibongkar.

 Administrasi stevedoring
Persiapan administrasi stevedoring ketika mengerjakan kapal adalah :
1. Tally yang akurat baik di kapal maupun didarat. Yang dimaksud tally
disini adalah pencatatan penghitungan jumlah barang
2. Menyiapkan dan mengerjakan labour dan time sheet, short landed dan
overlanded list, damage cargolist dan lainnya yang diusahakan agar
ditanda tangani oleh kapal pada waktu yang tepat
3. Menyususn statemet of fact dan time sheet
4. Mempersiapkan semua dokumen-dokumen yang diperlukan dari
bagian stevedoring untuk menyusun nota-nota tagihan dalam batas
waktu dan sesuai ketentuan yang berlaku.
Untuk barang-barang yang dimuat, agen pelayaran membuat draft
konosement berdasarkan data dari shipping instruction (SI). Catatan yang
dibuat di mate receipt harus sama dengan catatan yang ada di Bill of
Lading (B/L). Bila ada catatan yang rusak didalam B/L maka yang akan
dikeluarkan adalah konosement kotor atau foul bill of lading.
Untuk barang-barang yang dibongkar, isi dari tally dan catatan kerusakan
yang dibuat oleh petugas tally akan menentukan apakah consignee akan
mengajukan klaim terhadap PBM atau perusahaan pelayaran yang
mengangkut barangnya.
Untuk mencegah timbulnya claim dalam bongkarmuat barang sering
dipergunakan jasa dari Independent cargo surveyor yang akan meneliti
setiap kerusakan, kalau perlu dengan bantuan laboratorium.

3.2.DOKUMEN BONGKAR MUAT


Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dalam melakukan kegiatanya memerlukan
beberapa dokumen, secara garis besar, dipilih menjadi dua macam yaitu :
1. Dokumen Pemuatan Barang
 Bill of Lading
Setiap penerimaan barang yang diangkut oleh suatu kapal yang tiba di
pelabuhan harus membuktikan kepemilikan dengan B/L yang dikeluarkan
oleh pengusaha kapal atau agennya yang menyangkut barang yang
bersangkutan di pelabuhan pemuatan
Fungsi B/L (Bill of Lading) adalah
a. Tanda terima sah barang dikapal, di pelabuhan pemuatan
b. Perjanjian pengangkutan antara pengirim dan pengangkut
c.Sebagai bukti pemilikan (ownership)
Dalam angkutan antar pulau di Indonesia, untuk B/L sering digunakan
istilah konosement (conosement) dinegara lain disebut Domestc B/L
 Cargo List (Loading List)
Loading List adalah daftar semua barang yang dimuat dalam kapal,
Loading list dibuat oleh perusahaan pelayaran atau agennya dan
diserahkan kepada semua pihak yang terkait dengan pemuatan, yaitu
kapal, stevedore, gudang dan pihak-pihak lain
 Tally Muat
Untuk semua muatan diatas kapal dicatat dalam tally sheet, tally sheet juga
dibuat untuk mencatat semua barang yang dibongkar. Tally sheet sewlain
ditanda tangani oleh petugas yang mencatat juga harus dicountersigned
oleh petugas kapal mungkin ada ketidaksesuaian (dispute) dari muatan
yang ada.
 Mate Receipt
Mate receipt adalah tanda terima barang yang akan dimuat kekapal. Mete
receipt dibuat oleh agen pelayaran dan ditanda tangani oleh mualim kapal.
Jumlah koli dan kondisi barang disesuaikan apa yang tercantum dalam
mate receipt, apabila jumlah koli tidak sesuai dengan jumlah yang
tercantum dalam mate receipt maka petugas kapal akan mencatat selisih
tersebut. Demikian bila jika barang yang dimuat terdapat kerusakan maka
petugas kapal juga akan mencatat kondisinya. Selisih atau kondisi ini
kemungkinan tercatat pada konosement.
 Stowage Plan
Stowage plan adalah gambar tata letak dan susunan semua barang
yang telah dimuat diatas kapal. Untuk kapal peti kemas, stowage plan
disebut bay-plan. Stowage plan dibuat oleh petugas kapal atau petugas
tally, sedangkan bay-plan dibuat ship planner.

2. Dokumen Pembongkaran Barang


 Pemberitahuan kepada Bea Cukai
Sebelum kedatangan kapal, agen pelayaran memberi tahu kepada bea
cukai tentang rencana kedatangan kapal. Selambatnya dalam tempo 24
jam setelah kapal tiba, harus diserahkan kepada bea cukai dokumen-
dokumen berikut :
1. Cargo manifest dari semua barang yang akan di import/dibongkar
2. Cargo manifest dari semua barang yang mempunyai tujuan diluar
Indonesia
3. Daftar penumpang dan ABK
4. Daftar perbekalan
5. Daftar senjata api dan obat-obat terlarang

 Landing Order
Apabila terjadi perubahan bongkar muat dari suatu partai barang, agen
pelayaran akan mengeluarkan landing order. Landing order adalah
pemberitahuan dari agen pelayaran kepada kapal tentang adanya
perubahan pelabuhan bongkar satu partai barang dengan menyebutkan
pelabuhan bongkar sebelumnya dan pelabuhan bongkar seharusnya.
 Tally Bongkar
Pada waktu barang dibongkar diadakan pencatatan jumlah colli dan
kondisinya sebagaimana terlihat dan hasilnya dicatat dalam tally sheet
bongkar . Tally sheet harus di countersign oleh nakhoda atau mualim
yang berwenang.
 Outturn report
Adalah daftar dari semua barang dengan mencatat jumlah colli dan
condisinya barang itu pada waktu dibongkar. Barang yang kurang
jumlahnya atau rusak diberi tanda (remark) pada outtern report
 Short and Overlanded
Adalah khusus barang yang mengalami kekurangan atau kelebihan
dibuat daftar sendiri.
 Damaged Cargo List
Khusus barang yang mengalami kerusakan dibuatkan daftar tersendiri
berupa damaged cargo list. Untuk barang-barang yang mengalami
kerusakan diberi penjelasan rinci mengenai dimana mengalami
kerusakan terjadi, sebelum dibongkar atau selama pembongkaran.
Dijelaskan pula sejauh mana kerusakan yng dialami.
 Cargo Tracers
Dengan memperhatikan short and overlanded list, agen pelayaran
mengeluarkan Tracer. Tracer merupakan pemberitahuan kepada semua
pihak pelabuhan muat dan bongkar tentang adanya kekurangan dan
kelebihan barang yang terjadi di pelabuhan pengirim. Tracer juga
menanyakan apakah barang yang kurang tersebut ada di pelabuhan
penerima tracer atau sebaliknya.
 Cargo Manifest
Adalah keterangan rinci mengenai barang-barang yang diangkut oleh
kapal. Jadi merupakan daftar semua bill of lading dari barang yang
diangkut kapal dan dijabarkan secara rinci.
 Special Cargo List
Adalah daftar dari semua barang khusus yang dimuat oleh kapal,
misalnya barang berbahaya, barang berharga, barng berat dan barang
yang membutuhkan pengawasan khusus termasuk refrigerated cargo.
 Dangerous Cargo
Adalah daftar muatan barang berbahaya, baik yang ditetapkan oleh IMO
atau yang ditetapkan oleh yang berwenang di pelabuhan.
 Hatch List
Setiap kapal mempunyai muatan sendiri. Hatch List merinci muatan
yang ada pada tiap palka. Hatch List dibuat oleh pihak kapal
LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN BONGKAR MUAT
`

A
B C D E F

STEVEDORING CARGODORING DELIVERY

PBM PBM PERUM

TUGAS :
1. Kemukakan yang dimaksud dengan Engagement sheet ?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Stavedoring, Cargodoring dan
Delivery/Receiving ?
3. Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dalam melakukan kegiatanya
memerlukan beberapa dokumen, secara garis besar, dipilih menjadi dua
macam, sebutkan dan jelaskan kedua dokumen tersebut.?
4. Gambarkan ruang lingkup kegiatan perusahaan bongkar muat (PBM) ?

PERUM
STANDAR KOMPETENSI III

DOKUMEN KAPAL PENANGKAP IKAN DAN PENGANGKUT IKAN

1. Menentukan dokumen kapal penangkap ikan

a.1 Dokumen kapal perikanan yang diterbitkan oleh Kementerian Perhubungan


Kapal penangkap ikan dan/atau kapal pengangkut ikan umumnya memiliki dokumen
kapal yang menjelaskan status hokum kapal dan kelaikan kapal sebagai berikut :
1) Surat Ukur
Surat Ukur (Certificate of Tonnage and Measurement) ialah suatu Sertifikat
yang diberikan setelah diadakan pengukuran terhadap kapal oleh juru ukur dan
instansi pemerintah yang berwenang, yang merupakan sertifikat pengesahan dan
ukuran-ukuran dan tonase kapal menurut ketentuan yang berlaku. Setelah diadakan
pengukuran kepada kapal diberikan Surat Ukur Kapal. Isi dari sebuah Surat Ukur itu
antara lain Nama Kapal, Tanda Selar (Nomor Register resmi kapal), Tempat asal
kapal, Jumlah dek, jumlah tiang, dasar berganda, tangki ballast, Ukuran Tonnage,
Volome dan lainnya.
Surut Ukur tidak berlaku lagi atau tidak mempunyai masa berlaku lagi apabila kapal
tidak berganti nama, tidak berubah konstruksi, tidak tenggelam, tidak terbakar,
musnah dan sejenisnya. Juru ukur dari instansi pemerintah yang berwenang, biasanya
dari pegawai di lingkungan Dirjen Perhubungan Laut, dan hanya kapal-kapal yang
besarnya 20 m3 keatas yang wajib memperoleh Surat Ukur
2) Grosse Akte (Surat Tanda Pendaftaran Kapal)
Surat Tanda Pendaftaran Kapal adalah suatu dokumen kepemilikan kapal yang
menyatakan bahwa kapal telah dicatat dalam register kapal-kapal, yaitu setelah
memperoleh Surat Ukur, dimana tujuan dari Pendaftaran kapal ini adalah untuk
memperoleh Bukti Kebangsaan Kapal. Oleh Pejabat Kesyahbandaran yang membuat
Akta/Surat Tanda Pendaftaran Kapal dikeluarkan sesuai dengan peraturan dan
Perundang-undangan yang berlaku. Prosedur pendaftaran sebuah kapal untuk
memperoleh Surat Tanda Pendaftaran adalah sebagai berikut , pendaftaran kapal
ditujukan kepada Pejabat kesyahbandaran dengan dilampiri Akte penjualan (Bill of
Sale), perjanjian Jual-Beli, Surat Pernyataan Kebangsaan, Anggaran Dasar (AD)
Perusahaan, Salinan Surat Ukur, Sertifikasi Pelepasan dari Negara sebelumnya, Surat
ijin pembelian, Surat Kuasa (jika pengurusannya dikuasakan kepada orang lain).
Maksud dan tujuan Pendaftaran kapal ialah untuk mendapatkan Tanda Kebangsaan
dan Surat Laut atau Surat Pas Kapal. Kapal yang belum didaftarkan dalam register
kapal tidak mungkin mendapat suatu bukti kebangsaan. Tanda bukti kebangsaan
berupa Surat laut atau Pas Kapal itu penting karena dengan mengibarkan bendera
kebangsaan dapat diketahui kebangsaan dari kapal yang bersangkutan
3) Surat Kebangsaan Kapal
Aspek status hukum kapal dibuktikan dengan Surat Kebangsaan dan pengibaran
bendera Indonesia sebagai bendera kebangsaan. Kapal yang mengibarkan bendera
suatu negara sebagai bendera kebangsaan maka kapal tersebut merupakan bagian
wilayah hukum dari negara tersebut, dengan demikian diatas kapal tersebut berlaku
hukum negara tersebut dimanapun kapal berada, semua orang yang berada diatas
kapal itu tunduk kepada hukum negara bendera kapal. Jenis-jenis surat tanda
kebangsaan kapal Indonesia disesuaikan dengan ukuran kapal antara lain :
 Surat Laut untuk kapal ukuran ≥ GT 175
 Surat Laut Sementara untuk kapal yang proses pendaftarannya belum selesai
 Pas Besar Tahunan untuk kapal ukuran GT 175 > ukuran kapal ≥ GT 7
 Pas Kecil untuk ukuran kapal < GT 7
4) Sertifikat Kelaikan dan Pengawakan Kapal Penangkap Ikan
Sertifikat ini menyatakan bahwa :
 Kapal sudah diperiksa sesuai dengan ketentuan-ketentuan dari aturan kelaikan kapal
yang berlaku dan aturan perundang-undangan lainnya yang terkait kepada kelaikan
dan pengawakan kapal penangkapan ikan
 Hasil pemeriksaan menunjukan bahwa kapal telah memenuhi ketentuan tentang
keselamatan konstruksi, permesinan, perlengkapan navigasi, alat-alat penolong, alat
pemadam kebakaran, perlengkapan radio, peralatan pencegahan pencemaran dari
kapal dan pencegahan pelanggaran di laut, serta kelengkapan-kelengkapan lainnya
yang terkait dengan aturan kelaikan dan pengawakan kapal penangkap ikan
5) Khusus kapal Pengangkut Ikan dikategorikan kapal barang harus dilengkapi dengan
dokumen berikut :
 Sertifikat Keselamatan Pengawakan minimum (Safe manning certificate)
 Sertifikat Garis Muat (Load Line Certificate)
 Sertifikat Keselamatan Konstruksi Kapal Barang (Cargo Ship Safety Construction
Certificate)
 Sertifikat Keselamatan Perlengkapan Kapal (Cargo Ship Safety Equipment
Certificate)
 Sertifikat Keselamatan Radio Kapal Barang (Cargo Ship Safety Radio Certificate)

a.2 Dokumen kapal perikanan yang diterbitkan oleh Kementerian Komunikasi dan
Informatika
Sertifikat Izin Radio Kapal Laut (Ship Station License). Berisi informasi perangkat radio
yang digunakan diatas kapal, daya radio, kelas emisi dan frekwensi radio yang di izinkan.
a.3 Dokumen kapal perikanan yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan
Dokumen yag di terbitkan Kementerian Kesehatan melalui Kantor Kesehatan Pelabuhan
sebagai berikut :
1) Buku Kesehatan Kapal
2) Sertifikat Bebas Tindakan Sanitasi Kapal
3) Sertifikat Pengawasan PPPK Kapal
a.4 Dokumen kapal perikanan yang diterbitkan oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan
Setiap orang, perusahaan dan penanaman modal yang melakukan usaha perikanan tangkap
di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPP-NRI)
wajib memiliki dokumen perzinan usaha perikanan tangkap. sebagai berikut :
1) Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP)
Surat Izin Usaha Perikanan, yang selanjutnya disingkat SIUP, adalah izin tertulis
yang harus dimiliki untuk melakukan usaha perikanan dengan menggunakan sarana
produksi yang tercantum dalam izin tersebut. Terdapat 3 (tiga) jenis SIUP yaitu Surat
Izin Usaha Perikanan Penanaman Modal (SIUP-PM), Surat Izin Usaha Perikanan
Perseorangan (SIUP-OI) dan Surat Izin Usaha Perikanan Perusahaan (SIUP-PI).
Kewenangan penerbitan SIUP diberikan berdasarkan ukuran Gross Tonage (GT)
kapal. Kapal dengan ukuran > 30 GT kewenangan pusat oleh Direktorat Jenderal,
Kapal dengan ukuran 10 GT s.d 30 GT kewenangan propinsi dan kapal dengan
ukuran s.d 10 GT kewenangan Bupati/Walikota
2) Buku Kapal Perikanan (BKP)
Buku kapal perikanan adalah buku yang memuat informasi hasil pendaftaran kapal
perikanan berisi data kapal perikanan dan identitas pemilik serta perubahan–perubahan
terhadap fisik dan dokumen kapal perikanan yang dibedakan berdasarkan ukuran
Gross Tonage (GT) kapal. Kapal dengan ukuran > 30 GT melakukan pendaftaran di
pusat pada Direktorat Jenderal, Kapal dengan ukuran 10 GT s.d 30 GT melakukan
pendaftaran di propinsi dan kapal dengan ukuran s.d 10 GT melakukan pendaftaran di
Kabupaten/Walikota. BKP yang di terbitkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan
Tangkap berwarna jilid merah, BKP denga warna jilid kuning diterbitkan oleh
Gubernur dan BKP dengan warna jiid hijau diterbitkan oleh Kabupaten/ Pemerintahan
kota. Kewenangan penerbitan SIUP diberikan berdasarkan ukuran Gross Tonage
(GT) kapal. Kapal dengan ukuran > 30 GT kewenangan pusat oleh Direktorat
Jenderal, Kapal dengan ukuran 10 GT s.d 30 GT kewenangan Propinsi dan kapal
dengan ukuran s.d 10 GT kewenangan Bupati/Walikota
3) Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI)
Surat Izin Penangkapan Ikan, yang selanjutnya disingkat SIPI, adalah izin tertulis
yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan penangkapan ikan yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari SIUP. Terdapat 4 (tiga) jenis SIPI yaitu Surat
Izin Penangkapan Ikan Operasi Tunggal (SIPI-OT), Surat Izin Penangkapan Ikan
Kapal Pendukung Operasi Pennagkapan IKan (SIPI-LI), Surat Izin Penangkapan Ikan
Kapal Pelatihan, Penelitian/Eksplorasi Perikanan (SIPI-LP) dan Surat Izin
Penangkapan Ikan Operasi Group (SIPI GI). Kewenangan penerbitan SIPI diberikan
berdasarkan ukuran Gross Tonage (GT) kapal. Kapal dengan ukuran > 30 GT
kewenangan pusat oleh Direktorat Jenderal, Kapal dengan ukuran 10 GT s.d 30 GT
kewenangan propinsi dan kapal dengan ukuran s.d 10 GT kewenangan
Bupati/Walikota
4) Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan (SIKPI)
Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan, yang selanjutnya disingkat SIKPI, adalah izin
tertulis yang harus dimiliki setiap kapal perikanan untuk melakukan pengangkutan
ikan yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari SIUP. Terdapat 6 (enam) jenis
SIKPI yaitu
a) Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan Kemitraan (SIKPI-KI)
b) Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan Tujuan Ekspor (SIKPI-OA)
c) Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan Pelabuhan Pangkalan ke Pelabuhan Muat
(SIKPI-PP)
d) Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan Sentra NelayanSIKPI-SN
e) Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan bagi kapal pengangkut ikan berbendera asing
yang diageni oleh perusahaan bukan perusahaan perikanan (SIKPI-NA)
f) Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan bagi kapal pengangkut ikan berbendera
Indonesia yang diageni oleh perusahaan bukan perusahaan perikanan (SIKPI-NI)
g) Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan Operasi Group (SIKPI-GI)
5) Surat Keterangan Aktivasi Transmitter (SKAT)
Surat keterangan aktivasi transmitter, yang selanjutnya disebut SKAT, adalah surat
keterangan yang menyatakan bahwa kapal perikanan telah terpantau oleh sistem
pemantauan kapal perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan. SKAT di terbitkan
oleh Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan.
6) Surat Laik Operasi (SLO)
Surat laik operasi kapal perikanan, yang selanjutnya disebut SLO, adalah surat
keterangan yang menyatakan bahwa kapal perikanan telah memenuhi persyaratan
administrasi dan kelayakan teknis untuk melakukan kegiatan perikanan. Dibuat pada
saat kapal akan berangkat di pelabuhan perikanan.
7) Surat Persetujuan Berlayar (SPB)
Surat persetujuan berlayar yang menjelaskan bahwa kapal perikanan tersebut telah
memenuhi seluruh ketentuan perundangan perikanan pada Pasal 42 UU No 45 Tahun
2009.
8) Logbook Penangkapan Ikan
Log Book Penangkapan Ikan adalah laporan harian tertulis nakhoda mengenai
kegiatan penangkapan ikan pada setiap operasi penangkapan ikan sesuai dengan data
sebenarnya (objective) dan tepat waktu (up to date). Logbook penangkapan ikan berisi
informasi mengenai data kapal perikanan, data alat penangkapan ikan, data operasi
penangkapan ikan dan data ikan hasil tangkapan. Standar Bentuk, format, dan tata cara
pengisian log book penangkapan ikan tercantum dalam Lampiran I, Lampiran II, dan
Lampiran III Peraturan Menteri Nomor PER.18/MEN/2010 tentang Log Book
Penangkapan Ikan.
9) Logbook Transhipment
Kapal pengangkut ikan melakukan transshipment di laut. Data transfer ikan hasil
tangkapan dicatat secara akurat oleh Nakhoda. Transshipments merupakan
kesempatan bagi petugas perikanan dengan bantuan pemantau untuk melakukan
inspeksi dimana suatu inventaris lengkap tentang proses produksi di kapal telah dicatat
dalam log, dan tidak ada “misreporting”.

a. Kebutuhan dokumen kapal penangkap ikan dan pengangkut ikan


Kebutuhan dokumen kapal penangkap ikan dan pengangkut ikan mengikuti
ketentuan pengaturan dan pengelolaan kegiatan penangkapan yang menggunakan
alat penangkapan ikan yang diperbolehkan dan/atau dilarang yang diatur sesuai
dengan jalur penangkapan ikan. Pada Permen KP No 71/PERMEN-KP/2016
Tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan Di
Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia disebutkan jalur
penangkapan ikan terdiri dari :
1) Jalur Penangkapan Ikan I
 Jalur Penangkapan IA meliputi perairan pantai sampai dengan 2 (dua)
mil laut yang diukur dari permukaan air laut pada surut terendah
 Jalur Penangkapan Ikan IB, meliputi perairan pantai di luar 2 (dua) mil
laut sampai dengan 4 (empat) mil laut
2) Jalur Penangkapan Ikan II
Meliputi perairan di luar Jalur Penangkapan Ikan I sampai dengan 12 (dua
belas) mil laut diukur dari permukaan air laut pada surut terendah
3) Jalur Penangkapan Ikan III
Meliputi Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI)I dan perairan di luar Jalur
Penangkapan Ikan II
Pemeriksaan dokumen perizinan di atas kapal penangkap ikan dan/atau kapal
pengangkut ikan saat berlayar, seringkali menjadi problematika bagi nelayan. Hal
tersebut sering menjadi ketakutan tersendiri bagi nelayan ketika harus berurusan
dengan petugas Ditjen Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
(PSDKP), petugas pemantau kapal perikanan dan Polisi Air dan Badan Keamanan
Laut (Bakamla). Mengacu pada Pasal 86 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 30 Tahun 2012 tentang Usaha Perikanan Tangkap di Wilayah Pengelolaan
Perikanan Negara Republik Indonesia hanya tiga dokumen saja yang wajib ada di
atas kapal saat melaut yaitu SIPI bagi kapal penangkap ikan dan SIKPI bagi kapal
pengangkut ikan, SLO dan SPB. Sedangkan dokumen yang terkait status hukum
kapal dan kelaikan kapal penangkapan yang diterbitkan oleh Kementerian
Perhubungan dan wajib ada diatas kapal terdiri dari 3 (tiga) dokumen yaitu Surat
Ukur, Surat Laut atau Pass Kapal dan Sertifikat Keselamatan dan Pengawakan
Kapal Ikan. Pada Tabel 1 disajikan kebutuhan dokumen kapal penangkap ikan
dan/atau pengangkut ikan sesuai dengan jalur-jalur penangkapan ikan.
Tabel 1 Kebutuhan dokumen kapal
Jalur Penangkapan Ikan dan GT Kapal
Jalur I Jalur II Jalur III
Jenis dan/atau Nama
No (s.d 4nm)) (4-12nm) (> 12nm)
Dokumen
IA IB
> 10-30 GT > 30 GT
(s.d 5GT) (5-10 GT)
1 Status Hukum
a. Surat ukur √ √ √ √
b. Grosse Akte - √ √ √
c. Surat Kebangsaan Kapal
 Surat Laut (>GT175) - - - √*
√*
 Pas Kecil √ - -
(<7GT)
- √*
 Pas Besar - -
(>7GT)
2 Kelaikan Kapal
Sertifikat Kelaikan dan
- - √ √
Pengawakan Kapal
 SKK 60 mil dan/atau √*
ANKAPIN III dan √ √ √ (SKK 60 mil
ATKAPIN III <60nm)
 ANKAPIN II / ATKAPIN II - - - √
Sertifikat keselamatan kapal
barang khusus kapal
pengangkut ikan
 Sertifikat pengawakan
minimum (khusus kapal - - - √
pengangkut ikan)
 Sertifikat keselamatan
konstruksi (SCC),
Keselamata Radio (Radio) - - - √
dan Keselamatan Peralatan
kapal barang (SEC)
3 Usaha Penangkapan Ikan
a. SIUP √ √ √ √
b. SIPI √ √ √ √
c. SIKPI - - √ √
d. SKAT - - √ √
e. BKP √ √ √ √
4 Port Clearence
a. SPB √ √ √ √
b. SLO √ √ √ √
Untuk memberikan gambaran dokumen kapal perikanan dapat dilihat pada lampiran 1
Contoh dokumen kapal penangkap ikan dan Lampiran 2 Contoh Dokumen kapal
pengangkut ikan.
2. Informasi Kapal Penangkap Ikan
Tabel 2 Data yang dapat diperoleh dari tiap dokumen kapal
No Dokumen Kapal Data Pokok Keterangan
1 Surat Ukur Pelabuhan pendaftaran; jenis kapal; mesin
penggerak & jumlah baling-baling; bahan
konstruksi kapal; tempat dan tanggal peletakan
lunas; galangan kapal; Ukuran Pokok Panjang,
Lebar dan Dalam; Tonase Kotor dan Tonase
bersih; Tanda selar & posisi penempatannya.
2 Gross Akte Pemilik kapal; Nama kapal; Kapal pendaftaran
baru atau balik nama; Ukuran Pokok Panjang,
Lebar dan Dalam; Tonase Kotor dan Tonase
bersih; asla usul kepemilikan kapal; spesifikasi
mesin penggerak
3 Surat
Nama kapal; kebangsaan kapal; Tanda
Kebangsaan
Panggilan; Tempat pendaftaran; Ukuran Pokok
Kapal
Panjang, Lebar dan Dalam; Tonase Kotor dan
 Pas Kecil
Tonase bersih; tahun pembangunan; spesifikasi
 Pas Besar
penggerak utama; bahan utama kapal.
 Surat Laut
4 Sertifikat Nama kapal; Tanda panggilan; Tempat
Kelaikan dan pendaftaran; Tonase kotor; Tempat dan tanggal
Pengawakan pembuatan; Panjajng kapal; kewenangan daerah
Kapal Penangkap peayaran; waktu dok terakhir; data
Ikan perlengkapan kapal.
5 Sertifikat Nama Kapa; Tanda Pangilan; Pelabuhan
Keselamatan Pendaftaran; Nama/perusahaan pemilik; IMO
Pengawakan Number; Daerah Pelayaran; Tipe Kapal; Kapal
minimum (Safe Tonase kotor; daya mesin penggerak; Data pengangkut ikan
manning jabatan awak kapal .
certificate)
6 Sertifikat Garis Nama kapal; Tanda panggilan; tempat
Kapal
Muat (Load Line pendaftaran; panjang kapal; Tonase kotor; jenis
pengangkut ikan
Certificate) kapal; lambung timbul garis muat.
7 Sertifikat Nama kapal; Tanda panggilan; tempat
Keselamatan pendaftaran; Tonase kotor; jenis kapal; tanggal
Konstruksi Kapal pembangunan; data perlengkapan kapal.
Kapal
Barang (Cargo
pengangkut ikan
Ship Safety
Construction
Certificate)
8 Sertifikat Nama kapal; Tanda panggilan; tempat
Keselamatan pendaftaran; Tonase kotor; jenis kapal; panjang
Perlengkapan kapal; IMO Number
Kapal
Kapal (Cargo
pengangkut ikan
Ship Safety
Equipment
Certificate)
9 Sertifikat
Keselamatan Nama kapal; Tanda panggilan; tempat
Radio Kapal pendaftaran; Tonase kotor; Daerah operasi Kapal
Barang (Cargo radio; tahun pembuatan; perangkat radio yang pengangkut ikan
Ship Safety Radio terinstal di kapal.
Certificate)
10 Sertifikat Izin Nama stasiun; Gross Tonnage; Tanda
Radio Kapal Laut Panggilan; Pemilik kapal, Jenis dinas; AAIC;
(Ship Station Spesifikasi Perangkat radio; Daya; kelas emisi
License) dan frekwensi
12 Buku Kesehatan Nama kapal; kebangsaan; tanda selar/IMO
Kapal Number; GT; Pemilik kapal; Tempat dan
tanggal penerbitan; data kesehatan dan sanitasi
kapal setiap keberangkatan.
13 Sertifikat Bebas
Nama kapal; kebangsaan; Hasil pengecekan
Tindakan Sanitasi
sanitasi tiap ruangan di kapal
Kapal
14 Sertifikat
Nama kapal; keterangan bahwa kapal telah
Pengawasan
dilengkapi PPPK & cara penggunaannya
PPPK Kapal
15 Surat Izin Usaha  Jenis SIUP; Identitas pemilik; Referensi;
Perikanan (SIUP) Jenis usaha perikanan tangkap;
 Lampiran berisi informasi : Jenis kapal
perikanan (alat penangkap ikan); Ukuran
Kapal; JUmlah Kapal; Daerah penangkapan
ikan; Pelabuhan pangkalan; Pelabuhan
bongkar/Singgah/muat.
 Keterangan hasil pengukuran ulang Gross
tonnage (GT) kapal.
16 Buku Kapal  Identitas kapal : No registrasi; Nama kapal;
Perikanan (BKP) Nama kapal sebelumnya; Tempat/tahun
pembangunan; Bahan utama kapal;
Type/jenis kapal; Jeni salat penangkap ikan;
Merk dan type mesin utama; daya mesin
utama; No seri Mesin Utama; jumlah dan
kapasitas palka. Tempat pendaftaran; tanda
pengenal kapal perikanan.
 Foto Kapal Perikanan tampak samping.
 Grosse akte.
 Dimensi utama kapal : Panjang; Lebar;
Dalam
 Tonnase : GT; NT
 Identitas Pemilik kapal perikanan : nama
(perusahaan/perorangan); Alamat; Nama
penanggung Jawab Perusahaan/Perorangan;
Tempat tanggal lahir; No KTP; Nama
pemilik kapal sebelumnya.
 Daftar perubahan identitas pemilik kapal
perikanan.
17 Surat Izin  Jenis SIPI; Nomor SIPI; Identitas pemilik.
Penangkapan  Data Kapal : Nama kapal; Tempat dan
Ikan (SIPI) Nomor Gross akte; Tempat dan Nomor
Buku Kapal Perikanan (BKP); Tanda Selar;
Tanda Pengenal Kapal; Panggilan Radio;
Tahun Pembuatan Kapal; Tempat
pembuatan kapal; Berat kotor; Berat bersih;
Merek Mesin; Nomor seri mesin
 Jenis Alat penangkap ikan
 Referensi : Nomor SIUP; Tanggal SIUP;
 Daerah Penangkapan ikan; Pelabuhan
pangkalan; Pelabuhan bogkar/singgah
 Masa berlaku SIPI
 Lampiran : Spesifikasi alat penangkap ikan
dan daerah penangkapan ikan.
18 Surat Izin Kapal  Jenis SIKPI; Identitas pemilik kapal
Pengangkut Ikan  Data Kapal : Data Kapal : Nama kapal;
(SIKPI) Tempat dan Nomor Gross akte; Tempat dan
Nomor Buku Kapal Perikanan (BKP);
Tanda Selar; Tanda Pengenal Kapal;
Panggilan Radio; Tahun Pembuatan Kapal;
Tempat pembuatan kapal; Berat kotor; Berat
bersih; Merek Mesin; Nomor seri mesin;
kapasitas ruang tempat penyimpanan.
 Referensi : No SIUP; Tanggal SIUP
 Pelabuhan pangkalan dan pelabuhan muat
 Masa berlaku izin
 Catatan mengenai SIKPI
19 Surat Keterangan  Nama kapal; Perusahaan/Pemilik; Alamat.
Aktivasi  Nomor ID; Pelabuhan pemasangan
Transmitter  Hasil tes aktivasi transmitter
(SKAT)  Waktu berlaku
20 Surat Laik  No SLO
Operasi (SLO)  Nama Kapal Perikanan
 Nama Perusahaan/Pemilik
 Tonase kotor
 Bendera kebangsaan
 Nomor SIPI dan masa berlakunya
 Alat Tangkap
 Nomor hasil pemeriksaan kapal
 Tujuan
21 Surat Persetujuan  Nomor SPB
Berlayar (SPB)  Nama kapal; bendera kebangsaan, Tonnase
kotor, Nama Nakhoda.
 Data pemberangkatan : (Departure)
Pelabuhan pemberangkatan (bertolak dari);
tanggal dan jam pemberangkatan; Daerah
penangkapan ikan/Pelabuhan tujuan.
 Jumlah awak kapal; alat penangkap
ikan/muatan.
 Tempat, tanggal dan jam penerbitan SPB;
Petugas syahbandar.
22 Logbook  Data umum kapal :
Penangkapan 1) Nama kapal; nama perusahaan; Nomor
Ikan SIPI; GT; panjang kapal; daya kapal;
kode alat penangkap ikan; radio
panggil; tanda selar; WPP
2) Trip ke tahun ini;
3) Data keberangkatan : Pelabuhan dan
waktu keberangkatan; Daerah
penangkaan ikan
4) Data pendaratan : Pelabuhan
pendaratan; waktu kedatangan.
5) Data ABK lokal dan ABK asing
 Data Operasi penangkapan ikan : tanggal
penangkapan ikan; posisi tiap setting operasi
pennagkapan ikan; waktu pengoperasian
alat penangkap ikan tiap setting; hasil
penangkapan ikan tiap setting per jenis alat
penangkap ikan.

a. Borang Hasil Identifikasi Kapal Penangkap Ikan dan Kapal Pengangkut Ikan
Borang adalah kertas kerja Pemantau Penangkapan Ikan dan Pengangkutan Ikan yang
berisi aspek informasi yang harus dikumpulkan Pemantau Penangkapan Ikan dan
Pengangkutan Ikan dalam kegiatan pemantauan di atas kapal penangkap ikan dan
kapal pengangkut ikan. Standar Bentuk, format, dan tata cara pengisian borang
pemantau penangkapan ikan dan pengangkutan ikan tercantum dalam lembar 1 (satu)
sampai dengan lembar 8 (delapan) pada Lampiran Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2013

Gambar 1. Lembar 1 : Borang data informasi umum kapal penangkap ikan

Gambar 2. Lembar 8 : Borang data informasi kapal penangkap ikan dan kapal
pengangkutan ikan pada dokumen pemindahan ikan di laut.
Data informasi kapal penangkap ikan dan pengangkut ikan yang harus di catat dalam
borang pemantauan kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut sebagai berikut :
1) Nama Kapal
Nama kapal dapat dilihat pada lambung kapal, diisi dengan nama kapal penangkap
ikan dimana observer ditempatkan sesuai dengan surat tugas dan dokumen kapal
bersangkutan.
2) Tanda Selar
Diisi dengan nomor dan kode yang memuat informasi ukuran berat kotor, nomor dan
tempat penerbitan Surat Ukur kapal penangkap ikan bersangkutan.
Tanda selar dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan. Tanda Selar dipasang secara
permanen di bagian luar dinding dengan banginan atas atau pada tempat lain yang
aman dan mudah dibaca setelah kapal memperoleh Surat Ukur. Tanda Selar berupa
rangkaian huruf dan angka yang terdiri dari GT (angka tonase kotor), Nomor Surat
Ukur dank ode pelabuhan yang mengelaurkan surat ukur (Kementerian Perhubungan,
2009).
Contoh :
GT.127 No. 1911/Bc
Keterangan :
GT = singkatan Gross Tonnage
127 = angka tonase kotor
No= singkatan nomor
1911 = Nomor urut penerbitan Surat Ukur
Bc = Kode pengukuran dari pelabuhan yang mengeluarkan Surat Ukur (kode
pengukuran Muara Angke)
3) Nomor SIPI
Nomor SIPI tertera dibawah “SURAT IZIN PENANGKAPAN IKAN”
Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap
kapal perikanan untuk melakukan penangkapan ikan yang merupakan bagian tidak
terpisahan dari SIUP (PER.30/MEN/2012). Pada SIPI tercantum identitas perusahaan
dan identitas kapal termasuk alat penangkap ikan yang digunakan.
4) Nomor SIUP
Nomor SIUP tertera di bawah “SURAT IZIN USAHA PERIKANAN (SIUP)”. Pada
saat kapal berlayar SIUP tidak diwajibkan dibawa di atas kapal, oleh karena itu Nomor
SIUP bisa dilihat di dokumen SIPI pada kolom “REFERENSI”.
5) Call Sign
Call sign tertera pada dokumen izin Stasiun Radio Kapal Laut, kapal Surat Ukur, Pas
Kapal/Surat Laut, Sertifikat keselamatan, Sertifikat Garis Muat dan Gross Akte.
Call sign atau tanda panggilan adalah identitas kebangsaan kapal dan stasiun
komunikasi radio kapal yang diwajibkan dan diatur menurut peraturan radio yang
berlaku. Kapal Indonesia yang dilengkapi dengan perangkat komunikasi radio kapal
harus mempunyai tanda panggilan (call sign) sebagai salah satu identitas kapal.
6) No. Register RFMOs
Diisi dengan nomor register keanggotaan yang dikeluarkan oleh Regional Fisheries
Management Organizaion (RFMOs) bersangkutan.
Regional Fisheries Management Organizaion (RFMOs) adalah organisasi perikanan
regional yang mengelola sediaan ikan yang beruaya jauh (highly migratory fish) dan
sediaan ikan yang beruaya terbatas (straddling fish stock) di ZEEI dan laut lepas.
Kapal yang memiliki nomor register RFMO yaitu kapal yang terdaftar dalam record of
Vessels Authorized to Operate in the RFMO Areas of Competence. Keanggotaan
RFMOs dapat ditanyakan kepada nakhoda atau melihat langsung di website RFMOs
masing-masing.
7) RFMOs : WCFC / IOTC / CCSBT
WCPFC (Western and Central Pasific Fisheries Commision), IOTC (Indian Ocean
Tune Commision) adalah organisasi regional untuk pengelolaan perikanan bersama
pada area konvensi masing-masing. CCSBT (Commision for the Conservation
Southern Bluefin Tuna) merupakan organisasi negara-negara yang menangkap tuna
sirip biru selatan (southern Bluefin tuna). Jika kapal yang diobservasi terdaftar pada
salah satu organisasi tersebut, maka di coret yang tidak terdaftar. Contoh apabila
terdaftar di IOTC maka yang dicoret adalah WCPFC dan CCSBT, Jika terdaftar pada
IOTC dan CCSBT maka yang di coret hanya WCPFC. Jika kapal penangkap ikan
bersangkutan terdapat di RFMOs, pilihlah yang sesuai dan coret yang tidak sesuai.
8) Tahun Pembangunan
Tahun pembangunan, tahun dimana kapal mulai dibangun, bisa dilihat pada dokumen
kapal Surat Ukur dan Pas kapal atau Surat Laut.
9) Bendera
Diisi dengan tanda kebangsaan atau bendera kapal bersangkutan, dapat dilihat pada
Surat Laut, Pas Kapal atau Certificate of Nationality pada kapal asing.
10) GT / HP
GT atau tonnase kotor adalah volume kapal secara keseluruhan yang diperoleh dari
pengukuran yang dilakukan berdasarkan metode standar pengukuran kapal non
konvensi (Kemenhub, 2009). HP (horse power) yaitu tenaga mesin induk kapal. Data
GT/HP kapal bisa dilihat pada dokumen kapal Surat Ukur, Surat Laut (Pas Kapal) dan
SIPI.
11) Nama Nakhoda
Diisi dengan nama nakhoda kapal penangkap ikan yang mengoperasikan kapal yang
sedang dipantau. Nama lengkap nakhoda sesuai dengan crew list. Crew list adalah
daftar nama dari seluruh anggota awak kapal. Pada crew list tercantum juga
kebangsaan dan jabatan seluruh awak kapal. Crew list hanya berlaku sekalai pakai
yaitu pada saat kapal memasuki pelabuhan.
12) Nama Fishing Master
Diisi dengan nama fishing master kapal penangkap ikan kapal yang sedang dipantau
dan sesuai dengan crew list.
13) Nama Pemilik/Perusahaan
Diisi dengan nama perorangan/perusahaan perikanan selaku pemilik kapal penangkap
ikan dan kapal pengangkut ikan sesuai dengan data yang tercantum pada SIUP dan
SIPI.
14) Pelabuhan Keberangkatan
Diisi dengan nama pelabuhan perikanan atau pelabuhan umum dimana pemantau
diberangkatkan menuju fishing ground dengan kapal penangkap ikan atau kapal
pengangkut ikan. Data ini bisa dilihat pada dokumen SPB.
15) Tanggal Keberangkatan
Diisi dengan tanggal keberangkatan pemantau menuju fishing ground dari pelabuhan
keberangkatan. Data ini bisa dilihat pada dokumen SPB.
16) Pelabuhan Kedatangan
Diisi dengan nama pelabuhan perikanan atau pelabuhan umum dimana pemantau
kembali dari fishing ground dengan kapal penangkap ikan atau kapal pengangkut ikan.
17) Tanggal Kedatangan
Diisi dengan data tanggal kedatangan pemantau dari fishing ground di pelabuhan
kedatangan.
18) Panjang Kapal
Diisi dengan ukuran panjang kapal dlam satuan meter sesuai dokumen kapal
penangkap ikan bersangkutan. Panjang kapal dapat dilihat pada dokumen Surat Ukur
dan General Arrangement kapal.
Panjang kapal (LOA) adalah panjang kapal yang diukur dari haluan kapal terdepan
sampai buritan kapal paling belakang. Merupakan ukuiran utama yang diperlukan
dalam kaitannya dengan panjang dermaga dan muatan. Semakin panjang LOA
semakin besar kapal berarti semakin besar daya angkut kapal tersebut.
19) Lebar Kapal
Diisi dengan ukuran lebar kapal dalam satuan meter sesuai dokumen kapal
penangkapan ikan dan pengangkut ikan bersangkutan. Lebar kapal dapat dilihat pada
dokumen Surat Ukur dan General Arrangement kapal.
Lebar kapal diukur dari kulit kapal bagian luar sampai kulit bagian luar sisi lainnya
(diukur pada bagian tengah kapal). I
20) Jumlah Awak Kapal
Jumlah awak kapal adalah jumlah ABK dan Nakhoda.
 WNI (Warga Negara Indonesia)
Diisi dengan jumlah seluruh Anak Buah Kapal (ABK) termasuk nakhoda yang
berkewarganegaraan Indonesia pada kapal penangkap ikan bersangkutan dalam satuan
orang.
 WNA (Warga Negara Asing)
Diisi dengan jumlah seluruh anak buah kapal (ABK) yang berkewarganegaraan asing
pada kapal pennagkap ikan dan pengangkut ikan dalam satuan orang, jika ada.
21) VMS (Vessel Monitoring System)
Jika terdapat VMS maka pilih “Y” dan coretlah “T” (tidak). Jika tidak terdapat VMS,
maka pilihlah “T” dan coretlah “Y”. Informasi Nomor ID VMS yang terpasang dan
masa berlakunya bisa dilihat pada dokumen SKAT.
VMS (Vessel Monitoring System) atau sistem Pemantauan Kapal Perikanan adalah
salah satu system pengawasan kapal perikanan dengan menggunakan peralatan yang
telah ditentuan untuk mengetahui pergerakan dan aktivitas kapal perikanan.
22) Kondisi VMS
Jika pada kapal penangkap ikan yang sedang dipantau terdapat VMS, maka diisi
dengan kondisi VMS pada saat pengamatan seperti Aktif/Tidak Aktif, Menyala/Tidak
Menyala.
23) Cara Penanganan Pasca Panen
Diisi dengan cara penanganan pasca panen terhadap ikan hasil tangkapan. Jika ikan
ditangani dengan rantai dingin (es) maka pilihlah “fresh”. Jika ikan dibekukan dalam
palka berinsulasi, maka pilihlah “frozen”.
24) Foto Kapal
Diisi dengan informasi dokumentasi foro kapal. Jika ada dokumentasi fot pilih “Y”.
Jika tidak ada dokumentasi pilih “T”.
Pustaka :
1. Soebekti, R.1988. Hukum Perkapalan dan Pengangkutan Laut. Jakarta : Yayasan
Pendidikan Pelayaran “Djadajat-1963.
2. Harahap,S.1993.Aspek-Aspek Hukum Pengawakan Dan Hubungan Kerja Di kapal
Niaga. Jakarta : Yayasan Bakti Samudera.
3. Koers,WA.1991.Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum
Laut.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
4. Tunggal,AD.2008.Huku Laut (Suatu Pengantar). Jakarta : Harvarindo.
5. Tirtamulia,T.2011. Zona-Zona Laut UNCLOS. Surabaya : Brilian Internasional.
6. Tribawono,D.2002. Hukum Perikanan Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
7. Soebekti,R.2004.Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang
Kepailitan. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.

Anda mungkin juga menyukai