DIKTAT
HUKUM MARITIM DAN PERATURAN
PERIKANAN
TINGKAT/SEMESTER
I/I
DISUSUN :
Arham Rumpa, S.St.Pi.,M.Si
Paduartama Tandipuang, S.Pi.,M.Si
PROGRAM STUDI
PERIKANAN TANGKAP
TAHUN 2020
LEMBAR PENGESAHAN
Tingkat : I/I
Demikian Lembar pengesahan ini dibuat sebagai bukti pemanfaatan diktat tersebut.
Mengetahui;
Mengesahkan;
Plt. Direktur Politeknik KP Bone
Buku ini disusun dalam rangka mendukung kegiatan belajar mengajar mata kuliah Hukum
Maritim dan Peraturan Perikanan pada Program Studi Perikanan Tangkap di Politeknik
Kelautan dan Perikanan berdasarkan Silabus Poltek 2015.
Penulis telah berusaha menyusun Diktat Hukum Maritim dan Peraturan Perikanan, berdasarka
silabus dengan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah sehingga Taruna mampu memahami
secara baik dan benar, dengan 6 Capaian Pembelajaran Mata kuliah yang harus dikuasai oleh
Taruna yang terdiri dari :
Materi tersebut di atas, diperlukan untuk memenuhi standar kompetensi keahlian pelaut kapal
penangkap ikan tingkat I, sebagaimana ketentuan dalam STCW-F 1985 dan Keputusan
Menteri Perhubungan . No. 9 tahun 2005. Adapun di dalam penyusunannya, ruang lingkup
dan keluwesan materi disesuaikan dengan kemampuan berpikir Taruna Politeknik Kelautan
dan Perikanan Bone.
Selain itu, buku ini dapat juga digunakan sebagai bahan ajar pada kegiatan pendidikan dan
pelatihan guna persiapan mengikuti ujian Ahli Nautika Perikanan Laut Tingkat I.
Dengan penjelasan yang singkat dan operasional serta dilengkapi dengan gambar proses
kegiatan diharapkan pelajaran dalam buku ini mudah dipahami dan dipraktekkan di lapangan.
Namun demikian, kami menyadari bahwa di dalam penyusunan masih terdapat berbagai
kekurangan, untuk itu diharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan buku diktat ini.
Penulis,
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................ ii
KOMPETENSI I
MENERAPKAN HUKUM PERKAPALAN
1. Memahami Struktur organisasi di Kapal ............................................................ 1
2. Melaksanakan tugas dan tanggung jawab diatas kapal .................................... 5
3. Melaksanakan perjanjian Kerja Laut ................................................................. 7
4. Melaksanakan peraturan pengawakan kapal ................................................... 13
5. Menyelenggarakan buku harian kapal .............................................................. 16
KOMPETENSI II
MENERAPKAN PERATURAN BANDAR
1. Menyiapkan dokumen kesyahbandaran ............................................................ 17
2. Melaksanakan prosedur keluar masuk bandar ............................................... 30
Daftar Pustaka
Pengertian-pengertian :
Nahkoda adalah pemimpin tertinggi dikapal dan juga pemegang
kewibawaan umum diatas kapalnya.
Nakhoda/skipper adalah seseorang yang telah menandatangani perjanjian
kerja laut dengan pengusaha kapal sebagai Nakhoda, memenuhi syarat
sebagai nakhoda tercantum dalam halaman “Sijil Anak Buah Kapal”
sebagai Nakhoda ditandai dengan mutasi dari perusahaan dan
pencantuman namanya dalam Surat Laut (KUHD pasal 377,SOSV 1935).
Pengusaha adalah seorang atau Badan Hukum, yang mengusahakan kapal
untuk pelayaran di laut, dengan melakukan sendiri atau menyuruh orang
lain melakukan pelayaran itu sebagai Nahkoda.
Pelayar adalah semua orang yang berada di kapal, kecuali Nakhoda.
Awak kapal adalah semua orang yang berada di atas kapal, misalnya
Nakhoda, Perwira, Bawahan atau Supercargo.
Penumpang adalah semua orang yang berada si atas kapal, kecuali awak
kapal atau pekerja-pekerja yang bekerja sementara untuk pemeliharaan
kapal atau bongkar muat atau orang-orang titipan atau tertinggal di atas
kapal karena hal-hal terduga.
Anak buah kapal adalah semua awak kapal kapal kecuali Nakhoda.
Perwira adalah para awak kapal yang tercantum sebagai perwira dalam Sijil
Anak Buah Kapal.
Bawahan adalah awak kapal lainnya kecuali supercargo.
Serang adalah kepala kerja anak buah deck dan berada di bawah perintah
Mualim 1.
Mishi adalah salah satu anak buah deck dan bekerja bersama yang lainnya
di bawah pimpinan serang.
Kasab Deck adalah salah seorang anak buah deck bersama yang lain di
bawah pimpinan Serang.
Kelasi adalah anak buah kapal yang terendah pangkatnya.
Sijil anak buah kapal (Monsterol) suatu buku yang merupakan daftar dari
anak buah kapal lengkap dengan catatan mutasi secara individu anak buah
kapal dan disyahkan oleh Sahbandar.
Sijil anak buah kapal adalah buku yang halaman depannya berisi : nama
kapal, pemilik kapal, pengusaha kapal, serta nama Nakhoda. Nama
Nakhoda ini tercantum dalam suatu kolom daftar nama Nakhoda sebagai
persiapan untuk penggatian Nakhoda.
Di atas kapal Nahkoda yang menjadi kepala dari semua perwira dan ABK
lainnya.
Perwira dan awak kapal adalah pembantu Nakhoda dan melaksanakan
pekerjaan untuk hari-hari di kapal.
Agar pekerjaan dapat berjalan lancar,maka diadakan pembagian
pekerjaan, untuk itu personil kapal dibagi dalam beberapa bagian yang
mempunyai tugas dan pekerjaan tertentu serta dikepalai oleh seorang
kepala bagian/kepala kerja.
Pada umumnya awak kapal (niaga) dibagi 4 bagian, yaitu :
1) Bagian Deck
2) Bagian Mesin
3) Bagian Radio
4) Bagian Provian (Bagian Perlengkapan dan Pemakanan)
I. Bagian Deck
Anggota Personil Bagian Deck :
1. Muallim 1 (Chief Officer)
2. Muallim 2
3. Muallim 3
4. Mualim 4
5. Kadit Deck
6. Serang
7. Mishi
8. Kasad Deck
9. Juru Mudi
10. Kelasi
II. Bagian Kapal Mesin
Anggota personil kamar mesin :
1. Kepala Kamar Mesin (KKM / chief engine)
2. Masinis 1
3. Masinis 2
4. Masinis 3
5. Masinis 4 & Masinis 5
6. Kadit mesin
7. Juru Listrik
8. Mandor Listrik
9. Kasad Mesin
10. Juru Minyak (Oiler)
11. Wiper
III. Bagian Radio
Personil bagian radio :
1. Perwira Radio Satu
2. Perwira Radio Dua
AWAK KAPAL
TUGAS :
1. Gambarkan struktur organisasi di atas kapal perikanan ?
2. Apa yang dimaksud :
a. Nakhoda/Skipper
b. Perwira
c. Awak kapal
d. Sijil Anak Buah Kapal (Monsterol)
3. Sebutkan jabatan-jabatan “Senior” di atas kapal perikanan ?
4. Sebutkan personil-personil yang tercantum dalam Sijil Anak Buah Kapal?
2. Melaksanakan Tugas dan Tanggungjawab di Dalam Organisasi
NAKHODA
Tugas Nakhoda yaitu :
1. Nakhoda sebagai pemimpin kapal
1) Tugas selaku pemimpin kapal :
2) Mampu membawa kapal dengan selamat ke tujuan
3) Mampu mengurus kapal, muatan dan penumpang
4) Mampu memelihara kapalnya agar selalu layak laut
5) Mampu dan mengerti mengolah tertip Adminitrasi kapal
2. Nakhoda sebagai pemegang kewibawaan
1) Berwibawah terhadap semua orang yang ada diatas kapal demi
keselamatan di laut
2) Berwibawa memegang Kedisiplinan diatas Kapal.
3. Nakhoda sebagai abdi hukum, selaku pejabat jaksa atau kepolisian
Nahkoda menurut KUHD NO.394 (a ), bertugas :
1) Mengumpulkan bahan – bahan dan membuat proses verbal.
2) Menyita barang – barang sebagai barang bukti
3) Mendengar dari tertuduh dan para saksi ditulis dalam berita acara
4) Mengamankan tertuduh
5) Menyerahkan berkas pemeriksaan dan para tertuduh kepada yang
berwajib setiba di pelabuhan tujuan.
4. Nakhoda sebagai pegawai pencatatan sipil
1) Membuat akte kelahiran dan mencatat dalam buku harian kapal, dalam
jangka waktu 24 jam dengan 2 orang saksi ( KUHS NO. 35 )
2) Membuat akte kematian dalam jangka waktu 24 jam seperti tersebut di
atas dengan diketahui 2 Orang saksi, dengan memperinci sebab – sebab
kematian kapan terjadi, di mana, dsb, ( KUHS NO.60 )
5. Nakhoda sebagai Notaris
1) Membuat akte wasiat seseorang yang ada diatas kapal dengan disaksikan
oleh 2 orang saksi
2) Membuat Akte Perjanjian antara pelayar yang berada dalam kapalnya,
juga harus ada 2 Orang Saksi.
6. Nakhoda sebagi wakil perusahaan pelayaran /pengusaha kapal
7. Nakhoda sebagai wakil pemilik muatan
BAGIAN DECK
Melaksanakan pekerjaan :
Menyelesaikan administrasi umum kapal
Jaga laut di deck
Jaga pelabuhan di deck
Pemuatan dan pembongkaran muatan
Olah gerak kapal (sandar-lepas dari dermaga)
Pemeliharaan kapal termasuk kebersihan di seluruh kapal, kecuali kamar
mesin.
BAGIAN MESIN
Melaksanakan pekerjaan :
Menyelesaikan administrasi kamar mesin
Jaga laut di kamar mesin
Jaga pelabuhan di kamar mesin
Pemuatan dan pembongkaran muatan
Olah gerak kapal di kamar mesin (sandar-lepas dari dermaga)
Pemeliharaan kapal termasuk kebersihan di seluruh kapal mesin, termasuk
kebersihan kamar mesin.
BAGIAN RADIO
Melaksanakan pekerjaan :
Melayani alat-alat komunikasi kapal (radio, telepon, telegraph, dsb).
Perbaikan mum/ringan pada alat-alat navigasi elektronik kapal.
Pekerjaan administrasi radio kapal.
TUGAS :
1. Tuliskan tugas Nakhoda di atas kapal ?
2. Jelaskan tugas Nakhoda sebagai pemimpin kapal?
3. Tuliskan tugas-tugas Anak Buah Kapal pada bagian mesin ?
4. Tuliskan tugas-tugas Anak Buah Kapal pada bagian radio ?
3. Melaksanakan Perjanjian Kerja Laut
PKL adalah Perjanjian hukum antara pengusaha kapal di satu pihak dan
buruh dipihak lain, di mana pengusaha berjanji untuk memberikan
pekerjaan sebagai Nakhoda atau Awak Kapal dengan mendapat imbalan
upah.
Dilihat dari segi manusianya/ pihak yang mengikatkan diri dapat dibedakan
menjadi 2 :
1. PKL Perorangan / pribadi, yaitu menyangkut seseorang atau majikan.
2. PKL Kolektif, yaitu perjanjian kerja laut antara majikan atau gabungan
majikan dengan gabungan pelaut.
Besar gaji upah itu selamanyah harus sama dengan apa yang tercantum dalam
Perjanjian Kerja Laut .
Upah tersebut dapat bertambah apabila :
Kerja lembur
Bonus dari kerja lebih mendapat tugas lain
Bonus karena kerja luar biasa, misanya membantu menyelamatkan kapal,
menolong atau menunda kapal lain.
d. Hak Perawatan dan Pengobatan pada Sakit atau pada Saat Mendapatkan
Kecelakaan
Ketentuannya :
Diwaktu sakit selama tinggal dikapal mendapatkan upah penuh, dan
apabila tidak ada dikapal mendapatkan upah 80%.
Sisakit apabila ditinggalkan didarat ada hak pengangkutan kembali
kedaerah asal secara cuma – Cuma termasuk biaya makan dan
penginapan
Kewajiban Nakhoda
a. Bertindak dengan kecakapan, kecermatan dan kebijaksanaan yang optimal
dalam memimpin, menavigasi kapalnya.
b. Mematuhi perintah dan peraturan-peraturan pengusaha selama tidak
menyimpang dari Perjanjian Kerja Lautnya dan Undang-Undang serta
kebiasaan lazimya.
c. Mewakili pengusaha sebagai penggugat atau digugat sehubungan dengan
kapalnya.
d. Berusaha melakukan perbaikan-perbaikan guna meneruskan pelayaran
dengan cara bagaimanapun.
e. dst .
Ruang lingkupnya semua kapal kecuali kapal perang dan di ruang lingkup
angkatan laut (naval auxiliary ships), kapal milik pemerintah dalam pelayaran non
komersial, kapal ikan, kapal wisata (yachts) dan kapal kayu yang dibangun
dengan cara primitif.
Kelonggaran-kelonggaran tertentu terhadap persyaratan-persyaratan
konvensi diperbolehkan dengan pertimbangan pertimbangan efisiensi dan
fleksibilitas. Namun tingkat pelayanan pelayaran (seagoing service) harus
sedemikian rupa sehingga navigational dan technical handling sebuah kapal dan
muatannya harus mencapai tingkat persyaratan keselamatan yang sekurang-
kurangnya sama dengan persyaratan dalam konvensi.
Pengaturan dalam Bagian II dari Maritime Legislation Project Indonesia
Mengandung seluruh prinsip-prinsip dasar sebagai suatu pengaturan
framework law; yaitu pengaturan yang member keleluasan pengaturan
teknis untuk diatur dalam Peraturan Pemerintah atau Keputusan Menteri
Perhubungan.
Pengaturan mencakup implementasi konvensi-konvensi sebagai berikut:
a. Solas 1974/1978-amandemen 1981, 1983, 1986
b. Land Lines Convention
c. ILO Convention No. 68 tentang permakanan dan katering untuk awak
kapal No. 92 dan No. 133 tentang akomodasi untuk awak kapal, No.
134 tentang pencegahan kecelakaan selama bertugas untuk pelaut
dan No. 152 tentang keselamatan kerja dan kesehatan pekerja
galangan.
d. STV Convention (fishing vessel)
e. STCW Convention.
Pengaturan dalam bagian II MLP menekankan prinsip hukum yang penting
yaitu tidak dapat dibuatnya pengaturan implementasi oleh suatu pemerintah tanpa
ada ketentuan dasar hukum yang jelas dalam undang-undang. Kalau prinsip
tersebut di atas dilaksanakan maka dapat dijalankan suatu policy jangka panjang
terhadap keselamatan dan pengawakan,dan pada waktu bersamaan pemerintah
dapat pula mengambil keputusan-keputusan sewaktu-waktu (day to day) sebagai
implementasi policy tersebut.
Kesimpulan : harus jelas dasar hukum yang termaktub dalam undang-undang
dan tidak boleh dikurangi.
Sistem undang-undang harus sama atau mengikuti sistem konvensi yang
bersangkutan. Sehingga penyusunan undang-undang harus sebagai berikut :
1. General provision (definisi)
2. a) Persyaratan tentang kapal (konstruksi, peralatan dan akomodasi)
b) Survey dan sertifikat.
Pada setiap kapal penangkap ikan yang berlayar harus berdinas (Pasal 41
dalam Undang-Undang Pengawakan):
a. Seorang nakhoda dan beberapa perwira kapal yang memiliki sertifikat keahlian
pelaut kapal penangkap ikan dan sertifikat keterampilan dasar pelaut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a sesuai dengan daerah
pelayaran, ukuran kapal, dan daya penggerak kapal;
b. Sejumlah rating yang memiliki sertifikat keterampilan dasar pelaut dalam Pasal 4
ayat (2) huruf a.
Untuk mendapatkan sertifikat keahlian pelaut kapal penangkap ikan dalam Pasal
41 ayat (2) dalam Undang-Undang Pengawakan, harus lulus ujian yang
dilaksanakan oleh Dewan Penguji yang mandiri (independen) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan lebih lanjut mengenai ujian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
diatur dengan Keputusan Menteri setelah mendengar pendapat dari Menteri yang
bertanggung jawab di bidang perikanan.
Pengawakan kapal penangkap ikan (pasal 44) harus disesuaikan dengan:
a. daerah pelayaran;
b. ukuran kapal;
c. daya penggerak kapal (kilowatt/KW).
Pasal 45, Pelaut perwira kapal penangkap ikan dapat beralih profesi sebagai
pelaut kapal niaga, melalui penyetaraan Sertifikat Keahlian Pelaut.
TUGAS :
TUGAS
1. Jelaskan apa yang dimaksud buku harian kapal?
2. Jelaskan prosedur pengisian buku harian kapal ?
STANDAR KOMPETENSI II
MENERAPKAN PERATURAN BANDAR
Meninggalkan Pelabuhan
Selesai pemuatan dan pembongkaran,agen/perwakilan menerbitkan Surat
Perintah Berlayar (Sailing Order). Dalam surat perintah berlayar, isinya
biasanya lebih luwes, yaitu menjelaskan, bahwa aktivitas bongkar-muat selesai
jam sekian tanggal sekian dan nahkoda boleh meninggalkan pelabuhan.
Dengan dasar itu nahkoda merencanakan jam berangkat dengan
mempertimbangkan segala hal, misalnya arus, cuaca, perhitungan sampai ke
pelabuhan berikut.
Sementara akan berangkat, agen akan mengurus Surat Izin Berangkat
(Exit Permit) dari Imigrasi setempat dan Custom Clearence dari bea cukai. Dan
atas dasar surat-surat ini syahbandar akan mengembalikan surat-surat kapal
atau sertifikat-sertifikat kapal yang disimpan selama kapal di pelabuhan
kemudian menerbitkan surat izin berlayar (Port clearence) dengan demikian
kapal bebas dari persoalan-persoalan bea cukai dan syahbandar.
TUGAS :
Pembongkaran ke Dermaga
Dermaga dalam keadaan siap menerima muatan dari kapal, artinya bersih
dan bebas penghalang. Barang-barang yang dibongkar harus dilepas
dahulu dari tackle, tidak dengan menarik ganco atau menarik sling atau
alat-alat stevedore lainya, melainkan sling harus terlebih dahulu dilepas.
Peti-peti atau barang berat lainnya diberi ganjalan didermaga agar mudah
diangkat dengan forklift. Bila muat/bongkar barang dengan jala-jala agar
diusahakan diganjal supaya tidak rusak terjepit.
Administrasi stevedoring
Persiapan administrasi stevedoring ketika mengerjakan kapal adalah :
1. Tally yang akurat baik di kapal maupun didarat. Yang dimaksud tally
disini adalah pencatatan penghitungan jumlah barang
2. Menyiapkan dan mengerjakan labour dan time sheet, short landed dan
overlanded list, damage cargolist dan lainnya yang diusahakan agar
ditanda tangani oleh kapal pada waktu yang tepat
3. Menyususn statemet of fact dan time sheet
4. Mempersiapkan semua dokumen-dokumen yang diperlukan dari
bagian stevedoring untuk menyusun nota-nota tagihan dalam batas
waktu dan sesuai ketentuan yang berlaku.
Untuk barang-barang yang dimuat, agen pelayaran membuat draft
konosement berdasarkan data dari shipping instruction (SI). Catatan yang
dibuat di mate receipt harus sama dengan catatan yang ada di Bill of
Lading (B/L). Bila ada catatan yang rusak didalam B/L maka yang akan
dikeluarkan adalah konosement kotor atau foul bill of lading.
Untuk barang-barang yang dibongkar, isi dari tally dan catatan kerusakan
yang dibuat oleh petugas tally akan menentukan apakah consignee akan
mengajukan klaim terhadap PBM atau perusahaan pelayaran yang
mengangkut barangnya.
Untuk mencegah timbulnya claim dalam bongkarmuat barang sering
dipergunakan jasa dari Independent cargo surveyor yang akan meneliti
setiap kerusakan, kalau perlu dengan bantuan laboratorium.
Landing Order
Apabila terjadi perubahan bongkar muat dari suatu partai barang, agen
pelayaran akan mengeluarkan landing order. Landing order adalah
pemberitahuan dari agen pelayaran kepada kapal tentang adanya
perubahan pelabuhan bongkar satu partai barang dengan menyebutkan
pelabuhan bongkar sebelumnya dan pelabuhan bongkar seharusnya.
Tally Bongkar
Pada waktu barang dibongkar diadakan pencatatan jumlah colli dan
kondisinya sebagaimana terlihat dan hasilnya dicatat dalam tally sheet
bongkar . Tally sheet harus di countersign oleh nakhoda atau mualim
yang berwenang.
Outturn report
Adalah daftar dari semua barang dengan mencatat jumlah colli dan
condisinya barang itu pada waktu dibongkar. Barang yang kurang
jumlahnya atau rusak diberi tanda (remark) pada outtern report
Short and Overlanded
Adalah khusus barang yang mengalami kekurangan atau kelebihan
dibuat daftar sendiri.
Damaged Cargo List
Khusus barang yang mengalami kerusakan dibuatkan daftar tersendiri
berupa damaged cargo list. Untuk barang-barang yang mengalami
kerusakan diberi penjelasan rinci mengenai dimana mengalami
kerusakan terjadi, sebelum dibongkar atau selama pembongkaran.
Dijelaskan pula sejauh mana kerusakan yng dialami.
Cargo Tracers
Dengan memperhatikan short and overlanded list, agen pelayaran
mengeluarkan Tracer. Tracer merupakan pemberitahuan kepada semua
pihak pelabuhan muat dan bongkar tentang adanya kekurangan dan
kelebihan barang yang terjadi di pelabuhan pengirim. Tracer juga
menanyakan apakah barang yang kurang tersebut ada di pelabuhan
penerima tracer atau sebaliknya.
Cargo Manifest
Adalah keterangan rinci mengenai barang-barang yang diangkut oleh
kapal. Jadi merupakan daftar semua bill of lading dari barang yang
diangkut kapal dan dijabarkan secara rinci.
Special Cargo List
Adalah daftar dari semua barang khusus yang dimuat oleh kapal,
misalnya barang berbahaya, barang berharga, barng berat dan barang
yang membutuhkan pengawasan khusus termasuk refrigerated cargo.
Dangerous Cargo
Adalah daftar muatan barang berbahaya, baik yang ditetapkan oleh IMO
atau yang ditetapkan oleh yang berwenang di pelabuhan.
Hatch List
Setiap kapal mempunyai muatan sendiri. Hatch List merinci muatan
yang ada pada tiap palka. Hatch List dibuat oleh pihak kapal
LINGKUP KEGIATAN PERUSAHAAN BONGKAR MUAT
`
A
B C D E F
TUGAS :
1. Kemukakan yang dimaksud dengan Engagement sheet ?
2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Stavedoring, Cargodoring dan
Delivery/Receiving ?
3. Perusahaan Bongkar Muat (PBM) dalam melakukan kegiatanya
memerlukan beberapa dokumen, secara garis besar, dipilih menjadi dua
macam, sebutkan dan jelaskan kedua dokumen tersebut.?
4. Gambarkan ruang lingkup kegiatan perusahaan bongkar muat (PBM) ?
PERUM
STANDAR KOMPETENSI III
a. Borang Hasil Identifikasi Kapal Penangkap Ikan dan Kapal Pengangkut Ikan
Borang adalah kertas kerja Pemantau Penangkapan Ikan dan Pengangkutan Ikan yang
berisi aspek informasi yang harus dikumpulkan Pemantau Penangkapan Ikan dan
Pengangkutan Ikan dalam kegiatan pemantauan di atas kapal penangkap ikan dan
kapal pengangkut ikan. Standar Bentuk, format, dan tata cara pengisian borang
pemantau penangkapan ikan dan pengangkutan ikan tercantum dalam lembar 1 (satu)
sampai dengan lembar 8 (delapan) pada Lampiran Peraturan Menteri Kelautan dan
Perikanan Nomor 1/PERMEN-KP/2013
Gambar 2. Lembar 8 : Borang data informasi kapal penangkap ikan dan kapal
pengangkutan ikan pada dokumen pemindahan ikan di laut.
Data informasi kapal penangkap ikan dan pengangkut ikan yang harus di catat dalam
borang pemantauan kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut sebagai berikut :
1) Nama Kapal
Nama kapal dapat dilihat pada lambung kapal, diisi dengan nama kapal penangkap
ikan dimana observer ditempatkan sesuai dengan surat tugas dan dokumen kapal
bersangkutan.
2) Tanda Selar
Diisi dengan nomor dan kode yang memuat informasi ukuran berat kotor, nomor dan
tempat penerbitan Surat Ukur kapal penangkap ikan bersangkutan.
Tanda selar dikeluarkan oleh Kementerian Perhubungan. Tanda Selar dipasang secara
permanen di bagian luar dinding dengan banginan atas atau pada tempat lain yang
aman dan mudah dibaca setelah kapal memperoleh Surat Ukur. Tanda Selar berupa
rangkaian huruf dan angka yang terdiri dari GT (angka tonase kotor), Nomor Surat
Ukur dank ode pelabuhan yang mengelaurkan surat ukur (Kementerian Perhubungan,
2009).
Contoh :
GT.127 No. 1911/Bc
Keterangan :
GT = singkatan Gross Tonnage
127 = angka tonase kotor
No= singkatan nomor
1911 = Nomor urut penerbitan Surat Ukur
Bc = Kode pengukuran dari pelabuhan yang mengeluarkan Surat Ukur (kode
pengukuran Muara Angke)
3) Nomor SIPI
Nomor SIPI tertera dibawah “SURAT IZIN PENANGKAPAN IKAN”
Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) adalah izin tertulis yang harus dimiliki setiap
kapal perikanan untuk melakukan penangkapan ikan yang merupakan bagian tidak
terpisahan dari SIUP (PER.30/MEN/2012). Pada SIPI tercantum identitas perusahaan
dan identitas kapal termasuk alat penangkap ikan yang digunakan.
4) Nomor SIUP
Nomor SIUP tertera di bawah “SURAT IZIN USAHA PERIKANAN (SIUP)”. Pada
saat kapal berlayar SIUP tidak diwajibkan dibawa di atas kapal, oleh karena itu Nomor
SIUP bisa dilihat di dokumen SIPI pada kolom “REFERENSI”.
5) Call Sign
Call sign tertera pada dokumen izin Stasiun Radio Kapal Laut, kapal Surat Ukur, Pas
Kapal/Surat Laut, Sertifikat keselamatan, Sertifikat Garis Muat dan Gross Akte.
Call sign atau tanda panggilan adalah identitas kebangsaan kapal dan stasiun
komunikasi radio kapal yang diwajibkan dan diatur menurut peraturan radio yang
berlaku. Kapal Indonesia yang dilengkapi dengan perangkat komunikasi radio kapal
harus mempunyai tanda panggilan (call sign) sebagai salah satu identitas kapal.
6) No. Register RFMOs
Diisi dengan nomor register keanggotaan yang dikeluarkan oleh Regional Fisheries
Management Organizaion (RFMOs) bersangkutan.
Regional Fisheries Management Organizaion (RFMOs) adalah organisasi perikanan
regional yang mengelola sediaan ikan yang beruaya jauh (highly migratory fish) dan
sediaan ikan yang beruaya terbatas (straddling fish stock) di ZEEI dan laut lepas.
Kapal yang memiliki nomor register RFMO yaitu kapal yang terdaftar dalam record of
Vessels Authorized to Operate in the RFMO Areas of Competence. Keanggotaan
RFMOs dapat ditanyakan kepada nakhoda atau melihat langsung di website RFMOs
masing-masing.
7) RFMOs : WCFC / IOTC / CCSBT
WCPFC (Western and Central Pasific Fisheries Commision), IOTC (Indian Ocean
Tune Commision) adalah organisasi regional untuk pengelolaan perikanan bersama
pada area konvensi masing-masing. CCSBT (Commision for the Conservation
Southern Bluefin Tuna) merupakan organisasi negara-negara yang menangkap tuna
sirip biru selatan (southern Bluefin tuna). Jika kapal yang diobservasi terdaftar pada
salah satu organisasi tersebut, maka di coret yang tidak terdaftar. Contoh apabila
terdaftar di IOTC maka yang dicoret adalah WCPFC dan CCSBT, Jika terdaftar pada
IOTC dan CCSBT maka yang di coret hanya WCPFC. Jika kapal penangkap ikan
bersangkutan terdapat di RFMOs, pilihlah yang sesuai dan coret yang tidak sesuai.
8) Tahun Pembangunan
Tahun pembangunan, tahun dimana kapal mulai dibangun, bisa dilihat pada dokumen
kapal Surat Ukur dan Pas kapal atau Surat Laut.
9) Bendera
Diisi dengan tanda kebangsaan atau bendera kapal bersangkutan, dapat dilihat pada
Surat Laut, Pas Kapal atau Certificate of Nationality pada kapal asing.
10) GT / HP
GT atau tonnase kotor adalah volume kapal secara keseluruhan yang diperoleh dari
pengukuran yang dilakukan berdasarkan metode standar pengukuran kapal non
konvensi (Kemenhub, 2009). HP (horse power) yaitu tenaga mesin induk kapal. Data
GT/HP kapal bisa dilihat pada dokumen kapal Surat Ukur, Surat Laut (Pas Kapal) dan
SIPI.
11) Nama Nakhoda
Diisi dengan nama nakhoda kapal penangkap ikan yang mengoperasikan kapal yang
sedang dipantau. Nama lengkap nakhoda sesuai dengan crew list. Crew list adalah
daftar nama dari seluruh anggota awak kapal. Pada crew list tercantum juga
kebangsaan dan jabatan seluruh awak kapal. Crew list hanya berlaku sekalai pakai
yaitu pada saat kapal memasuki pelabuhan.
12) Nama Fishing Master
Diisi dengan nama fishing master kapal penangkap ikan kapal yang sedang dipantau
dan sesuai dengan crew list.
13) Nama Pemilik/Perusahaan
Diisi dengan nama perorangan/perusahaan perikanan selaku pemilik kapal penangkap
ikan dan kapal pengangkut ikan sesuai dengan data yang tercantum pada SIUP dan
SIPI.
14) Pelabuhan Keberangkatan
Diisi dengan nama pelabuhan perikanan atau pelabuhan umum dimana pemantau
diberangkatkan menuju fishing ground dengan kapal penangkap ikan atau kapal
pengangkut ikan. Data ini bisa dilihat pada dokumen SPB.
15) Tanggal Keberangkatan
Diisi dengan tanggal keberangkatan pemantau menuju fishing ground dari pelabuhan
keberangkatan. Data ini bisa dilihat pada dokumen SPB.
16) Pelabuhan Kedatangan
Diisi dengan nama pelabuhan perikanan atau pelabuhan umum dimana pemantau
kembali dari fishing ground dengan kapal penangkap ikan atau kapal pengangkut ikan.
17) Tanggal Kedatangan
Diisi dengan data tanggal kedatangan pemantau dari fishing ground di pelabuhan
kedatangan.
18) Panjang Kapal
Diisi dengan ukuran panjang kapal dlam satuan meter sesuai dokumen kapal
penangkap ikan bersangkutan. Panjang kapal dapat dilihat pada dokumen Surat Ukur
dan General Arrangement kapal.
Panjang kapal (LOA) adalah panjang kapal yang diukur dari haluan kapal terdepan
sampai buritan kapal paling belakang. Merupakan ukuiran utama yang diperlukan
dalam kaitannya dengan panjang dermaga dan muatan. Semakin panjang LOA
semakin besar kapal berarti semakin besar daya angkut kapal tersebut.
19) Lebar Kapal
Diisi dengan ukuran lebar kapal dalam satuan meter sesuai dokumen kapal
penangkapan ikan dan pengangkut ikan bersangkutan. Lebar kapal dapat dilihat pada
dokumen Surat Ukur dan General Arrangement kapal.
Lebar kapal diukur dari kulit kapal bagian luar sampai kulit bagian luar sisi lainnya
(diukur pada bagian tengah kapal). I
20) Jumlah Awak Kapal
Jumlah awak kapal adalah jumlah ABK dan Nakhoda.
WNI (Warga Negara Indonesia)
Diisi dengan jumlah seluruh Anak Buah Kapal (ABK) termasuk nakhoda yang
berkewarganegaraan Indonesia pada kapal penangkap ikan bersangkutan dalam satuan
orang.
WNA (Warga Negara Asing)
Diisi dengan jumlah seluruh anak buah kapal (ABK) yang berkewarganegaraan asing
pada kapal pennagkap ikan dan pengangkut ikan dalam satuan orang, jika ada.
21) VMS (Vessel Monitoring System)
Jika terdapat VMS maka pilih “Y” dan coretlah “T” (tidak). Jika tidak terdapat VMS,
maka pilihlah “T” dan coretlah “Y”. Informasi Nomor ID VMS yang terpasang dan
masa berlakunya bisa dilihat pada dokumen SKAT.
VMS (Vessel Monitoring System) atau sistem Pemantauan Kapal Perikanan adalah
salah satu system pengawasan kapal perikanan dengan menggunakan peralatan yang
telah ditentuan untuk mengetahui pergerakan dan aktivitas kapal perikanan.
22) Kondisi VMS
Jika pada kapal penangkap ikan yang sedang dipantau terdapat VMS, maka diisi
dengan kondisi VMS pada saat pengamatan seperti Aktif/Tidak Aktif, Menyala/Tidak
Menyala.
23) Cara Penanganan Pasca Panen
Diisi dengan cara penanganan pasca panen terhadap ikan hasil tangkapan. Jika ikan
ditangani dengan rantai dingin (es) maka pilihlah “fresh”. Jika ikan dibekukan dalam
palka berinsulasi, maka pilihlah “frozen”.
24) Foto Kapal
Diisi dengan informasi dokumentasi foro kapal. Jika ada dokumentasi fot pilih “Y”.
Jika tidak ada dokumentasi pilih “T”.
Pustaka :
1. Soebekti, R.1988. Hukum Perkapalan dan Pengangkutan Laut. Jakarta : Yayasan
Pendidikan Pelayaran “Djadajat-1963.
2. Harahap,S.1993.Aspek-Aspek Hukum Pengawakan Dan Hubungan Kerja Di kapal
Niaga. Jakarta : Yayasan Bakti Samudera.
3. Koers,WA.1991.Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Tentang Hukum
Laut.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
4. Tunggal,AD.2008.Huku Laut (Suatu Pengantar). Jakarta : Harvarindo.
5. Tirtamulia,T.2011. Zona-Zona Laut UNCLOS. Surabaya : Brilian Internasional.
6. Tribawono,D.2002. Hukum Perikanan Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.
7. Soebekti,R.2004.Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Undang-Undang
Kepailitan. Jakarta : PT. Pradnya Paramita.