Anda di halaman 1dari 15

Marine Pollution ( MARPOL )

Sejak peluncuran kapal pengangkut minyak yang pertama GLUCKAUF pada tahun 1885
dan penggunaan pertama mesin diesel sebagai tenaga penggerak utama kapal tiga tahun
kemudian, maka penomena pencemaran laut oleh minyak mulai muncul. Sebelum perang Dunia
Kedua sudah ada usaha-usaha untuk membuat peraturan mengenai pencegahan dan
penanggulangan pencemaran laut oleh minyak, akan tetapi baru dimulai terpikirkan setelah
terbentuk International Maritime Organization (IMO) dalam Badan Perserikatan Bangsa Bangsa
(PBB) pada tahun 1948. Namun demikian pada saat itu usaha untuk membuat peraturan yang
dapat dipatuhi oleh semua pihak dalam organisasi tersebut masih ditentang oleh banyak pihak.
Baru pada tahun 1954 atas prakarsa dan pengorganisasian yang dilakukan oleh pemerintah
Inggris (UK), lahirlah Oil Pollution Convention yang mencari cara untuk mencegah pembuangan
campuran minyak dari pengoperasian kapal tanker dan dari kamar mesin. Cara tersebut
dilakukan dengan :
- Lokasi tempat pembuangan minyak atau campuran air dan minyak yang melebihi 100 ppm
diperluas sejauh 50 nautical mile dari pantai terdekat.
- Negara anggota diharuskan untuk menyediakan fasilitas penampungan didarat guna
menampung campuran air dan minyak.

Selanjutnya disusul dengan amandemen tahun 1962 dan 1969 untuk menyempurnakan
kedua peraturan tersebut. Jadi sebelum tahun 1970 masalah Maritime Pollution baru pada tingkat
prosedur operasi. Pada tahun 1967 terjadi pencemaran terbesar, ketika tanker TORREY
CANYON yang kandas dipantai selatan Inggris menumpahkan 35 juta gallons crudel oil dan
telah merubah pandangan masyarakat International dimana sejak saat itu mulai dipikirkan
bersama pencegahan pencemaran secara serius.

Sebagai hasilnya adalah International Convention for the Prevention of Pollution from
Ships tahun 1973 yang kemudian disempurnakan dengan TSPP ( Tanker Safety and Pollution
Prevention ) Protocol tehun 1978 dan konvensi ini dikenal dengan nama MARPOL 1973/1978
yang masih berlaku sampai sekarang.

MARPOL 1973/1978 memuat 6 (enam) Annexes yakni :


Annex I - Peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh minyak. (2 Oktober 1983)
Annex II - Peraturan-peraturan untuk pengawasan pencemaran oleh zat-zat cair beracun dalam
jumlah besar. (6 April 1987)
Annex III - Peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemarean oleh zat-zat berbahaya yang
diangkut melalui laut dalam kemasan, atau peti atau tangki jinjing atau mobil tangki dan gerbong
tangki. (1 Juli 1991)
Annex IV - Peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh kotoran dari
kapal (Sewage).
Annex V - Peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran oleh sampah dari kapal
(Garbage).
Annex VI - Peraturan-peraturan untuk pencegahan pencemaran udara dari kapal-kapal

Konvensi ini berlaku secara International sejak 2 Oktober 1983. Isi dan teks dari
MARPOL 73/78 sangat komplek dan sulit dipahami bila tanpa ada usaha mempelajari secara
intensif. Implikasi lamgsung terhadap kepentingan lingkungan Maritim dari hasil
pelaksanaannya memerlukan evaluasi berkelanjutan baik oleh pemerintah maupun pihak industri
suatu negara. Selanjutnya yang akan dibicarakan dalam buku ini adalah Annex 1 saja karena
merupakan sumber pencemaran utama dewasa ini.

Annex 1 MARPOL 73/78 yang berisi mengenai peraturan untuk mencegah pencemaran
oleh tumpahan minyak dari kapal sampai 6 juli 1993 sudah terdiri dari 26 regulation Dokumen
penting yang menjadi bagian integral dari Annex 1 adalah :
Appendix I Mengenai Daftar dan jenis minyak
Appendix II Bentuk format dari IOPP Certificate
Appendix III Bentuk format dari Oil Record Book

Berikut adalah isi dan bentuk dari dokumen dimaksud berdasarkan MARPOL 73/78 :

a. List of Oil sesuai Appendix I MARPOL 73/78 adalah daftar dari minyak yang akan
menyebabkan pencemaran apabila tumpah ke laut dimana daftar tersebut tidak akan sama
dengan daftar minyak sesuai kriteria industri perminyakan,

b. International Oil Pollution Prevention Certificate ( IOPC Certificate ) untuk semua kapal
dagang, dimana supplement atau lampiran mengenai Record of Construction and
Equipment for Ship other than oil Tankers and Oil Tankers dijelaskan secara terpisah di dalam
Appendix II MARPOL 73/78

c. Oil Record Book Buku catatan yang ditempatkan di atas kapal, untuk mencatat semua
kegiatan menangani pembuangan sisa-sisa minyak serta campuran minyak dan air di Kamar
Mesin, semua jenis kapal, dan untuk kegiatan bongkar muat muatan dan air balast kapal tanker.

Pada permulaan tahun 1970 an cara pendekatan yang dilakukan oleh IMO dalam
membuat peraturan yang berhubungan dengan Marina Pollution pada dasarnya sama dengan
sekarang, yakni melakukan kontrol yang ketat pada struktur kapal untuk mencegah jangan
sampai terjadi tumpahan minyak atau pembuangan campuran minyak ke laut. Dengan
pendekatan demikian MARPOL 73/78 memuat peraturan untuk mencegah seminimum mungkin
minyak yang mencemari laut, tetapi kemudian pada tahun 1984 dilakukan beberapa modifikasi
oleh IMO yang menitik beratkan pencegahan hanya pada kegiatan operasi tanker pada Annex I
dan yang terutama adalah keharusan kapal untuk dilengkapi dengan Oil Water Separating
Equipment dan Oil Discharge Monitoring Systems.
Karena itu pada peraturan MARPOL 1973/1978 dapat dibagi dalam 3 (tiga) katagori :
a. Peraturan untuk mencegah terjadinya pencemaran
b. Peraturan untuk menanggulangi pencemaran
c. Peraturan untuk melaksanakan ketentuan tersebut

Sumber : Buku Sekolah Elektronik SMK Nautika Kapal Penangkap Ikan Jilid 3

Zat cair beracun di bagi atas 4 katagori berdasarkan MARPOL 73/78 :


a.Sangat berbahaya yaitu bahan cair beracun yang apabila di buang kelaut dari
pembersihan tangki dapat menimbulkan bahaya besar terhadap sumber daya laut maupun
kesehatan manusia. Seperti Acetan, Cyonohitrin carbon disulphed, Campherl oil.
b.Berbahaya yaitu bahan cair beracun yang apabila dibuang kelaut dari pembersihan tangki
dapat menimbulkan bahaya terhadap sumber daya laut maupun kesehatan manusia. Seperti
Acrilonitrite, Akyl Alchohol, Benzel Clorida, Cloropom.
c.Bahaya kecil yaitu bahancair beracun yang apabila di buang kelaut dapat menimbulkan
bahaya kecil terhadap sumber daya laut maupun kesehatan manusia. Seperti Bensenes,
Hydroxida, Cyclohexane.
d.Bahaya yang dapat dikenal yaitu bahan cair beracun yang apabiladi buang kelaut dapat
menimbulkan bahaya yang dapat dikenal terhadap sumber daya laut maupun kesehatan manusia.
Seperti Butylene, Cyclohexanol.

Tindakan - tindakan penanggulangan


minyak :

pencemaran laut dari

pengoperasian kapal tanki

Sesuai ANNEX I untuk penanggulangan pencemaran di laut kapal harus dilengkapi dengan :

Oil Water Separating Equipment (OWS)

Oil Water Separator atau sering disebut sebagai OWS adalah sebuah alat yang berfungsi
memisahkan cairan, dalam hal ini cairan yang dimaksud adalah air dan minyak, yang mana berat
jenis air lebih besar dari pada berat jenis minyak sehingga saat proses pemisahan terjadi, air akan
berada di bagian bawah dan minyak akan berada dibagian atas. Prinsip kerja pemisahan oil water
separator dilakukan dengan cara mengubah kecepatan dan arah cairan dari sumur (well),
sehingga cairan tersebut dapat terpisah. Adapun fungsi dari Oil Water Separator adalah
digunakan untuk penanganan air yang berasal dari bilga dimana air tersebut masih bercampur
dengan minyak dan harus dipisahkan sebelum dibuang kelaut. Selai itu Oil Water
Separator menggunakan Hukum Stokes untuk mendefinisikan kecepatan terapungnya sebuah
benda/partikel berdasarkan berat jenis dan ukurannya. Dalam hal ini. minyak akan terakumulasi
keatas permukaan air.
Diatas kapal Oil Water Separator digunakan supaya air yang keluar dari kapal tidak
bercampur minyak sehingga tidak mencemari lingkungan.

Bagian bagian oil water separator "OWS" :


Oil Water Separator memiliki dua bagian utama antara lain :
1. Ruang pemisah yang kasar (tabung 1)
2. Ruang pemisah yang halus (2)

Cara kerja Oil Water Separator "OWS" di atas kapal


1) Proses pemisahan pada tabung pertama :
Pertama, air got yang dipompa masuk ke tabung pertarna akan menjalani pemisahan
dimana air got tersebut akan melewati plat-plat pemisah utama yang terpasang secara horizontal
dalam tabung pemisah sehingga lumpur tidak akan melewati ataupun ikut dengan air got ke
dalam ruang. Air got yang masih mengandung minyak yang melewati plat-plat utama ini akan
menjalani proses pemisahan pada plat-plat kedua, sehingga lumpur yang ringan akan tertahan.
Selanjutnya dalam tabung ini akan terjadi proses pemisahan dimana prinsip kerjannya
berdasarkan berat jenis cairan sehingga minyak yang memiliki berat jenis lebih rendah dari air
akan berada dipermukaan air dan terkumpul dalam ruang pengumpulan minyak. Kemudian air
got yang telah dipisahkan dengan minyak berdasarkan berat jenis ini, akan disalurkan ke tabung
pemisah kedua.
2) Proses pemisahan pada tabung kedua :
Jika proses pertama telah dilakukan maka selanjutnya adalah proses pemisahan kedua,
dimana pada tabung pemisah kedua air got akan disaring kembali melalui Coallescer sehingga
partikel-partikel minyak akan dialirkan keluar tabung pemisah untuk dibuang ke laut, namun
sebelumnya melalui suatu alat pendeteksi kandungan minyak (Oil Content meter) untuk
mencegah teriadinya pencemaran di laut.
3) Proses Pengeluaran Minyak dari Ruang Pengumpul pada Tabung Pemisah :
Setelah mengalami proses pemisahan antara air got dan kandungan minyak dalam tabung,
maka kandungan minyak yang terkumpul dalam ruang pengumpul minyak akan terus bertambah
selama pompa bilge masih bekerja, hingga pada saat tingkat minyak dalam ruang sudah tinggi,
maka alat pengontrol tingkat ketinggian minyak akan bekerja sehingga mengaktifkan katup
solenoid untuk membuka. Maka pada saat itulah minyak yang terkumpul dalam ruang
pengumpulan akan mengalir ke Waste Oil Tank, dengan adannya pengeluaran minyak dalam

tabung, maka tingkat ketinggian minyak akan menurun kembali sehingga alat sensor akan
mengaktifkan katup solenoid untuk menutup.

Oil Discharging Monitoring System (ODM)

1. Peralatan Oil Discharge Monitoring


Alat ini digunakan untuk memonitor dan mengontrol pembuangan ballast di kapal
tangker yang disesuaikan dengan peraturan dan persyaratan. Oil Discharge Monitoring terdiri
dari :
a. Oil content meter, meter suplly dan homogenizer ( oilcon )
b. Flow rate indicating System
c. Control section, recording device dan alarm ( central control unit . CCU )
d. Overboard discharge control
e. Ships log
2. Fungsi dan sistem Oil Discharge Monitoring
a. Ballast dibuang melalui overboard discharge dan diulur melalui Measurement cell dai oilcon,
hasil pengukuran ini akan dirubah ke signal listrik dan digunakan sebagai petunjuk pada control
box yang terletak di cargo control room.
Besarnya jumlah buangan ballast yang melalui overboad discharge dideteksi oleh orifice flow
meter yang ditempatkan pada discharge line hasil tersebut dirubah ke pnemautik signal dan
diteruskan ke P/E conventer dicargo room. Untuk pencatatan kecepatan kapal didapatkan dari
shiplog.
b. Dari ketiga pencatatan diteruskan ke CCU dan kemudian dihitung.
Jumlah buangan minyak yang langsung =
Oil content meter ( ppm ) X Flow Rate ( m3 / h ) X 103 ( L / nm )
Ships speed ( Knots )
Jumlah Minyak yang terbuang =
Oil content meter ( ppm ) X Flow Rate ( m3 / h ) X 103 ( L / nm )

c. CCU ( Central Control units ) mengeluarkan tanda jika kondisi sesuai dengan peraturan tanda
di CCU berhenti dan membunyikan alarm jika kondisi melampaui batas.
d. Overboard discharge valve dan resirkulasi valve ke slop tank langsung bekerja secara otomatis
mengikuti tanda dari CCU. Dan pada waktu pengoperasian harus dalam kondisi yang baik.
3. Prinsip / Metode Kerja peralatan ODM
a. Oil content Meter, meter suplly pump dan homogenizer ( oilcon )
1. Prinsip kerja
Teknik pengukuran yang dipakai do oilcon pada scattered light ( Pancaran sinar )
Cahaya melewati sebuah cell pencatat, jika air tidak mengandung minyak maka cahaya langsung
melalui cell dan jika air mengandung minyak maka cahaya akan membuat sudut yang berbeda,
besarnya sudut tergantung pada densirty dan jumlah minyak yang dibuang dan gelombang
radiasi. Ditunjukan karakter kurva untuk direotlight ( IO ) dan scattered light ( LS ) sebagaimana
kenaikan konsentrasi minyak. Hal tersebut ditunjukan Ls bertambah secara lancer tapimencapat
maksimum konsentrasi minyak.
Pencapaian tertinggi karena pertambahannya didalam altenuation blocking keluar di scattered
light pada konsentrasi tinggi, oleh karena itu konsentrasi dengan minyak pada contoh dapat
diukur dengan mendeteksi kemampuan ID dan IS.

2. Metode Kerja
Contoh air yang diambil dari proble di line pembuangan dialirkan ke dalam skid melalui sample
line dan sample valve. Contoh air diisap dan dibuang ke dalam measurement cell oleh sebuah
sample pump. Pada sudut pancaran sel pengukuran dipancarkan melalui optical fibre ( Serat
optic ) air optopneumatik box. Sinar langsung dan terserai melalui contoh air diteruskan lagi ke
dalam opto pnemautik box melalui serat optic, yang mana kadar kandungan minyak diukur.
Disini oil oil content signal dirubah kedalam electric signal pada opto pneumatic box
dan ditunjukan pada control box dicargo control room.
Contoh air yang melalui sel pengukuran mengalir keluar dari skid melalui sample discharge line.
Olicon mengukur terus menerus kadar minyak dengan contoh dari air yang mengadung minyak.
Sebelum dan sesudah pengambilan contoh sample line diflusing disimpan didalam probeline dan

untuk digunakan flushing kembali skip sample inlet, samping probeline dan untuk selanjutnya
dialirkan dari skip sample outlet ke slop tank line.
Pengaliran ini bekerja secara otomatis dan juga secara manual jika dikehendaki.
Selanjutnya untuk membersihkan jendela sebuah pompa dipasang di skid untuk membersihkan
optical path oleh semprotan air tawar sepanjang pengambilan contoh ( kira kira 3 menit ).
Pembersihan ini dapat secara manual oleh switch. Oilcon memberikan kalibrasi secara langsung,
Optical intensity level untuk penetapan secara langsung dari tanda seblum percontohan. Crude
oil balack select oil ke posisi yang dikehendaki.
3. Cara penampatan
Cara penempatan sebagai berikut :
a. Peralatan listrik tidak boleh ditempatkan dikamar pompa semua peralatan listrik ditempatkan
daerah tidak berbahaya
b. Peralatan peralatan sebagai berikut menembus melalui sekat antara engine room dan pump
room : sample, optical fibre untuk memancarkan signal optic antara optipneumatik box dan
measurement cell, pneumatic signal pipings untuk valve drive.
c. Peralatan ini ditempatkan sesuai dengan permintaan dari biri klasifikasi
4. Fungsi bagian dari alat dalam oil content meter
a. Sampling Pump
Mengambil contoh air ballast, Air cucian tangki dari pipa pembuangan dikirim melalui tabung
detector, dan sebagai tempat pembilasan pipa pipa ODM dengan air tawar, sebelum atau
sesudah proses monitoring.
b. Ballast skid
Peralatan ini dilengkapi dengan two way valve dan laser detector, two way valve untuk mengatur
mekanisme aliran digerakan oleh pneumatic sesuai perintah dari computer laser detertor
berfungsi untuk mendeteksi konsentrasi minyak partikel padat untuk dikirim ke computing unit.
c. Optical / pneumatic cabinet

Terdapat peralatan Laser generator, Photo cell, susunan valve pneumatic yang berfungsi untuk
menangkap sinar untuk diubah menjadi getaran arus listrik.
d. Control box
Menerima arus listrik dan mengubah data input untuk computing unit yaitu oil discharge dan
total jumlah oil yang dibuang .
e. Control panel
Merupakan computer unit mengakses data yang masuk dan menyajikan dalam display tentang
hasil perhitungan dan data data , serta dilengkapi keyboard untuk memasukkan data secara
manual.
f. Sampling Probe
Tempat dimana pipa hisap menembus discharge dari slop tank / tangki muat untuk pengambilan
contoh air Sampling
g. Flow meter
Alat untuk mengukur jumlah air yang dibuang dan dipasang pada pipa pembuangan dengan
menggunakan jenis orifise serta dipasang alat pengukur tekanan.
h. Solenaide valve
Alat untuk mengatur buka / tutup valve buangan dengan menggunakan angin dari compressor
sebagai tenaga penggerak, interlock sistem .
i. Interface cabinet
Sebagai panel listrik, dan tempat sekering sekering .

j. Tangki freshwater
Penampungan air tawar sebagai pembilas pada instalasi sampling.

5. Prinsip Pendeteksian sistem ODM


a. Sampling Water
Dialirkan melalui detector dideteksi sinar masuk = sinar keluar.
b. Partikel Minyak, dideteksi, sinar keluar dengan dua. Segaris dengan sinar masuk atau tidak
segaris dengan sinar masuk .
c. Partikel minyak lagi dideteksi sinar keluar dari detector sama dengan sebelumnya hanya
intensitasnya yang berubah.
d.Partikel padat
Yang segaris dengan sinar masuk, yang tidak segaris, yang tidak segaris lainnya .

Crude Oil Washing (COW)

Untuk kapal tanki pengangkut Minyak Mentah (Crude Oil), dilengkapi peralatan Crude Oil
Washing (COW) untuk membersihkan sisa minyak mentah yang tersisa dalam ruang muat.
Peralatan COW berupa beberapa nozzle yang ditempatkan dalam satu ruang muat. Nozzle
ditempatkan dibagian atas dibawah geladak dan dibagian bawah dasar ruangmuat.

Nozzle akan menyemprot kesekeliling ruang muat, sehingga sisa minyak mentah dapat
dibersihkan.
Fluida yang digunakan untuk menyemprot adalah muatan kapal tersebut (Minyak mentah itu
sendiri)
Tekanan dihasilkan oleh COW pump dan stripping pump
Sisa penyemprotan/ pembersihan dipompa kedalam Slop tank

Dedicated Clean Ballast Tank (CBT)


Sebagai tangki bekas muatan dibersihkan untuk diisi dengan air ballast.

Segerated Ballast Tank (SBT)

Sebagai pelindung atau protection location serta memisahkan sama sekali sistem air
ballast dari sistem bongkar muat minyak.

Safety Of Life At Sea (SOLAS)

Peraturan Safety Of Life At Sea (SOLAS) adalah peraturan yang mengatur


keselamatan maritim paling utama. Demikian untuk meningkatkan jaminan keselamatan hidup
dilaut dimulai sejak tahun 1914, karena saat itu mulai dirasakan bertambah banyak kecelakaan
kapal yang menelan banyak korban jiwa dimana-mana.
Pada tahap permulaan mulai dengan memfokuskan pada peraturan kelengkapan navigasi,
kekedapan dinding penyekat kapal serta peralatan berkomunikasi, kemudian berkembang pada
konstruksi dan peralatan lainnya.
Modernisasi peraturan SOLAS sejak tahun 1960, mengganti Konvensi 1918 dengan
SOLAS 1960 dimana sejak saat itu peraturan mengenai desain untuk meningkatkan faktor
keselamatan kapal mulai dimasukan seperti :
1. desain konstruksi kapal
2. permesinan dan instalasi listrik
3. pencegah kebakaran
4. alat-alat keselamatan
5. alat komunikasi dan keselamatan navigasi
Usaha penyempurnaan peraturan tersebut dengan cara mengeluarkan peraturan tambahan
(amandement) hasil konvensi IMO, dilakukan berturut-turut tahun 1966, 1967, 1971 dan 1973.
Namun demikian usaha untuk memberlakukan peraturan-peraturan tersebut secara Internasional
kurang berjalan sesuai yang diharapkan, karena hambatan prosedural yaitu diperlukannya
persetujuan 2/3 dari jumlah Negara anggota untuk meratifikasi peratruran dimaksud, sulit dicapai
dalam waktu yang diharapkan.

Karena itu pada tahun 1974 dibuat konvensi baru SOLAS 1974 dengan prosedur baru, bahwa
setiap amandement diberlakukan sesuai target waktu yang sudah ditentukan, kecuali ada
penolakan 1/3 dari jumlah Negara anggota atau 50 % dari pemilik tonnage yang ada di dunia.
Kecelakaan tanker terjadi secara beruntun pada tahun 1976 dan 1977, karena itu atas prakarsa
Presiden Amerika Serikat JIMMY CARTER, telah diadakan konfrensi khusus yang
menganjurkan aturan tambahan terhadap SOLAS 1974 supaya perlindungan terhadap
Keselamatan Maritim kebih efektif.

Pada tahun 1978 dikeluarkan komvensi baru khusus untuk tanker yang dikenal dengan
nama Tanker Safety and Pollution Prevention (TSPP 1978) yang merupakan
penyempurnaan dari SOLAS 1974 yang menekankan pada perencanaan atau desain dan
penambahan peralatan untuk tujuan keselamatan operasi dan pencegahan pencemaran perairan.
Kemudian diikuti dengan tambahan peraturan pada tahun 1981 dan 1983 yang diberlakukan
bulan September 1984 dan Juli 1986.
Peraturan baru Global Matime Distress and Safety System (GMDSS) pada tahun 1990
merupakan perubahan mendasar yang dilakukan IMO pada sistim komunikasi maritim, dengan
menfaatkan kemajuan teknologi di bidang komunikasi sewperti satelit dan akan diberlakukan
secara bertahap dari tahun 1995 s/ 1999.
Konsep dasar adalah, Badan SAR di darat dan kapal-kapal yang mendapatkan berita
kecelakaan kapal (vessel in distress) akan segera disiagakan agar dapat membantu melakukan
koordinasi pelaksanaan operasi SAR.

Muatan SOLAS :

Pendahuluan

Prosedur amendemen

Ketentuan teknis

Chapter I - Ketentuan umum

Chapter II-1 - Konstruksi - Pembagian dan stabilitas, permesinan dan instalasi listrik

Chapter II-2 - Pelindungan kebakaran, deteksi kebakaran dan pemadaman kebakaran

Bab III - Perangkat pertolongan dan pengaturannya

Chapter IV - Komunikasi Radio

Chapter V - Keselamatan navigasi

Chapter VI - Muatan barang

Chapter VII - Muatan barang berbahaya

Chapter VIII Kapal Nuklir

Chapter IX - Manajemen keselamatan operasi kapal

Chapter X - Ketentuan untuk kapal cepat

Chapter XI-1 - Upaya kusus untuk meningkatkan keselamatan pelayaran

Chapter XI-2 - Upaya kusus untuk meningkatkan keamanan pelayaran

Chapter XII - Aturan tambahan untuk kapal curah

Sumber : Wikipedia ( 2 Mei 2016 )

Anda mungkin juga menyukai