Anda di halaman 1dari 7

http://ejournal.stipjakarta.ac.id/index.

php/pcsa

METEOR STIP MARUNDA


JURNAL ILMIAH NASIONAL
SEKOLAH TINGGI ILMU PELAYARAN JAKARTA

Optimalisasi Perawatan Dan Pengoperasian Alat Keselamatan Sekoci Sebagai


Penunjang Keselamatan Di MV Kartini Baruna
Rudiana1, Rr. Retno Safitri W.2 , Retno Junita3
1, 2, 3
Prodi Nautika
Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran, Jakarta
Jl. Marunda Makmur No. 1 Cilincing, Jakarta Utara. Jakarta 14150

disubmit pada :18/1/20 direvisi pada : 10/3/20 diterima pada :22/5/20

Abstrak
Sekoci merupakan alat penolong yang dapat digunakan untuk evakuasi seluruh awak kapal karena
memiliki konstruksi yang lebih kuat dari alat penolong lainnya. Masalah yang sering terjadi adalah
kurang terampilnya ABK tentang perawatan dan pengoperasian sekoci yang sesuai dengan prosedur
dan rendahnya perawatan sekoci di atas MV Kartini Baruna. Kemudian tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui penyebab kurang terampilnya ABK tentang perawatan dan pengoperasian sekoci
yang sesuai dengan prosedur dan mengetahui penyebab rendahnya perawatan sekoci di atas MV
Kartini Baruna. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian diperoleh
kesimpulan bahwa faktor yang menyebabkan kurang optimalnya kinerja dari sekoci di MV. Kartini
Baruna adalah kurangnya spare part, penerapan PMS (Plan Maintenance System) yang tidak sesuai
ketentuan, kurang terampilnya anak buah kapal (ABK) dalam pengoperasian sekoci. Faktor yang
menyebabkan perawatan lifeboat yang kurang baik terhadap crew di MV. Kartini Baruna adalah
lambatnya proses pengoperasian sekoci, membahayakan keselamatan crew diatas kapal. Kemudian
upaya yang dilakukan untuk mengoptimalkan perawatan terhadap lifeboat di MV.Kartini Baruna
yaitu dengan menerapkan PMS (plan maintenance system) sesuai ketentuan atau panduan.
Copyright © 2020, METEOR STIP MARUNDA, ISSN : 1979-4746
Kata Kunci: Optimalisasi, perawatan, pengoperasian, alat keselamatan, sekoci
Permalink/DOI : https://doi.org/10.36101/msm.v13i1.142
Untuk mengantisipasi bahaya-bahaya
1. PENDAHULAN tersebut, SOLAS ’Amandemen 2009 telah
Dalam dunia pelayaran terdapat berbagai mengatur akan kewajiban kapal untuk melengkapi
macam bahaya yang dapat mengancam jiwa awak dengan ketersedian alat-alat keselamatan di atas
kapal. Bahaya yang disebabkan hasil analisis kapal. Menurut aturan SOLAS ’Amandemen
statistik tentang kecelakaan yang terjadi diatas 2009, Chapter 3 (Life-Saving Appliances and
kapal 80% penyebab utamanya adalah disebabkan Arragements) alat-alat keselamatan yang harus
oleh faktor manusia. Karena faktor manusia ini ada di atas kapal yaitu lifeboat, liferaft, lifebuoy,
seperti tubrukan, kebakaran, kebocoran, lifejacket, immersion suit dan alat keselamatan
tenggelam, dan kandas. Selain dari faktor lainnya.
manusia, bahaya lainnya yaitu dari faktor alam, Dalam situasi darurat yang membahayakan
seperti badai dan struktur geografi laut yang dapat jiwa awak kapal, maka Nakhoda dapat mengambil
menimbulkan bahaya navigasi. keputusan untuk meninggalkan kapal (abandon

32
METEOR STIP MARUNDA, Vol. 13, No. 1 Juni 2020
http://ejournal.stipjakarta.ac.id/index.php/pcsa
ship) dengan mempertimbangkan keselamatan Management (ISM Code) tidak berjalan dengan
awak kapalnya. Dalam usaha bertahan di laut baik, sehingga dewi-dewi tersebut yang tidak
setelah meninggalkan kapal, alat keselamatan dapat berfungsi dengan lancar.
yang paling efektif untuk digunakan yaitu sekoci. Sebagaimana yang telah diamati tim peneliti,
Sekoci merupakan alat penolong yang dapat peristiwa kemacetan dewi-dewi yang terjadi pada
digunakan untuk evakuasi seluruh awak kapal saat latihan meninggalkan kapal. Latihan
karena memiliki konstruksi yang lebih kuat dari dilaksanakan pada 20 Desember 2018 pukul 10.00
alat penolong lainnya dan kapasitasnya sampai pada saat kapal MV Kartini Baruna sedang
dengan maksimal 150 orang tergantung ukuran berlabuh jangkar di Jepara. Pada saat proses
sekoci. penurunan dan pengoperasian sekoci semua
Sesuai Bab III SOLAS 1974 amandemen berjalan lancar. Setelah sekoci dioperasikan
2009, sekoci yang diijinkan ada beberapa tipe kemudian Nakhoda memerintahkan agar latihan
yaitu: selesai dan sekoci dinaikkan kembali ke atas
1. Sekoci terbuka (open lifeboat). kapal. Pada proses menaikkan sekoci penolong
2. Sekoci tertutup sebagian (partially enclosed tersebut, mesin dewi-dewi mengalami kemacetan
lifeboat). dan tidak dapat menaikkan sekoci penolong.
3. Sekoci tertutup sebagian secara otomatis (self Bosun memperbaiki bagian dari motor dewi-dewi,
righting partially enclosed lifeboat). tetapi tetap tidak berfungsi. Karena kurangnya
4. Sekoci tertutup (totaly enclosed lifeboat). pemahaman akan perawatan sekoci sehingga
5. Sekoci dengan sistem udara otomatis (self kerusakan pada motor dewi-dewi tidak dapat
contained air support system). dihindari dan membuat boat drill tidak berjalan
6. Sekoci dengan pelindung tahan api (fire dengan lancar dan dihentikan.
protected). Kemudian Mualim II mengambil tindakan
Dilihat dari penggeraknya lifeboat dibedakan untuk memperbaiki bagian sumber listrik dari
menjadi : system elektronik mesin dewi-dewi yang terletak
1. Lifeboat dengan penggerak dayung dan layar. di dalam bagian akomodasi. Pada waktu yang
2. Lifeboat mekanik, yaitu tenaga penggerak bersamaan, Nakhoda memerintahkan kepada
mekanik dan bukan motor. Mualim II untuk memerintahkan Bosun
3. Lifeboat motor. Pada umumnya lifeboat yang mengoperasikan dewi-dewi dengan system
dilengkapi motor di luar badan lifeboat dapat manual atau mengengkol untuk menaikkan sekoci
digunakan untuk “Rescue boat” bila memenuhi penolong ke atas dewi-dewi.
persyaratan sebagaiman diatur dalam Bab III Dengan demikian untuk menjaga dewi-dewi
SOLAS 1974 amandemen 2009. tersebut dapat berfungsi dengan baik dibutuhkan
Dalam penggunaan sekoci untuk bertahan perawatan dan pemeliharaan serta pengoperasian
dilaut, diperlukan alat penurun sekoci yang biasa dengan baik juga. Menurut aturan International
disebut dewi-dewi atau davits. Proses menurunkan Safety Management (ISM Code), Pasal 10 setiap
sekoci pada situasi darurat, diperlukan dewi-dewi kapal dan perlengkapannya harus dipelihara dan
yang dapat bekerja dengan baik serta awak kapal diusahakan selalu baik dan berfungsi.
yang terampil dalam mengoperasikan dewi-dewi Pada pelaksanaan perawatan sekoci di kapal
guna memperlancar proses penyelamatan awak MV Kartini Baruna, ABK yang terlibat dalam
kapal dari situasi darurat. perawatan sekoci sering mengabaikan prosedur
Oleh karena itu dalam SOLAS 2009 telah perawatan sekoci. Selain itu, dewi-dewi yang
ditetapkan bahwa setiap kapal harus menjalankan digunakan untuk operasional sekoci sering
abandon ship drill minimal satu kali seminggu. mengalami kerusakan pada motor winchnya, hal
Hal ini bertujuan agar dapat mengecek kualitas tersebut dapat menyebabkan terganggunya
dewi-dewi dalam mendukung operasional sekoci kelancaran pelaksanaan abandon ship drill di MV
serta untuk meningkatkan keterampilan awak Kartini Baruna dan menghambat kegiatan para
kapal dalam mengoperasikan dewi-dewi dan crew yang lain.
sekoci apabila dihadapkan pada situasi darurat Berdasarkan penjelasan diatas, diperoleh
yang sesungguhnya. identifikasi masalah sebagai berikut:
Di kapal MV Kartini Baruna pelaksanaan 1. Kurang terampilnya ABK deck dalam
abandon ship drill dilakukan setiap dua bulan pengoperasian dan perawatan sekoci.
sekali, untuk jadwal pelaksanaannya ditentukan 2. Rendahnya perawatan alat keselamtan sekoci
oleh nakhoda. Pada pelaksanaan drill tersebut, diatas kapal
seringkali tidak efektif seperti yang diharapkan 3. Kurang maksimalnya pemenuhan spare part
oleh ketentuan. Hal ini disebabkan karena diatas kapal untuk menunjang perawatan
kurangnya penerapan International Safety sekoci.
33
METEOR STIP MARUNDA, Vol. 13, No. 1 Juni 2020
http://ejournal.stipjakarta.ac.id/index.php/pcsa
4. Tidak berjalannya PMS (Planning mengakibatkan motor dewi-dewi tidak dapat
Maintenance System). berfungsi dengan baik. Seharusnya hal tersebut
5. Tidak bekerjanya dewi-dewi secara optimal tidak terjadi jika para crew mendapatkan
pada saat akan dioperasikan. pemahaman perawatan dan pemeliharaan alat
Adapun permasalahan dalam penelitian ini yaitu: keselamatan di kapal.
1. Bagaimana upaya meningkatkan Pada tanggal 15 Mei 2019, kapal sedang
keterampilan Anak Buah Kapal (ABK) berlabuh jangkar di Suralaya . Pada hari itu
dalam perawatan dan pengoperasian sekoci? tepatnya pukul 10.00 dilaksanakan boat drill
2. Bagaimana mengatasi rendahnya perawatan untuk menurunkan sekoci penolong hingga
sekoci diatas kapal MV Kartini Baruna? menyentuh air, latihan ini bertujuan untuk
Kemudian tujuan dilakukan penelitian ini adalah: mengetahui bahwa sekoci penolong dapat di
1. Untuk mengetahui dan meningkatkan pergunakan dengan baik pada saat terjadi keadaan
penyebab kurang terampilnya ABK tentang darurat yang mengharuskan semua anak buah
perawatan dan pengoperasian sekoci yang kapal meninggalkan kapal. Latihan ini dipimpin
sesuai dengan prosedur. langsung oleh Nakhoda dari anjungan dengan
2. Untuk mengetahui dan meningkatkan melihat jalannya boat driil ini. Latihan berjalan
penyebab rendahnya perawatan sekoci di kurang lancar mulai dari pelepasan pin sampai
atas MV Kartini Baruna. penurunan sekoci penolong ke laut, karena ketika
sekoci turun terjadi kemacetan pada dewi-dewi,
2. METODE sehingga kapal mengalami kendala untuk
Metode Pendekatan yang digunakan dalam menurunkan sekoci. Kurang optimalnya
penelitian ini adalah metode pendekatan deskriptif perawatan sekoci sehingga disaat dilakukan
kualitatif. Dalam memperoleh data peneliti pemeriksaan pada motor dewi-dewi ternyata
menggunakan teknik pengumpulan data berupa terdapat kerusakan pada gear dewi-dewi sehingga
observasi. Observasi adalah pengumpulan data pelaksana boat drill di hentikan sesaat.
berupa informasi berdasarkan pengamatan Berdasarkan deskripsi data yang telah
langsung oleh peneliti di MV Kartini Baruna. dijelaskan, maka dapat dianalisa bahwa terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya
3. HASIL DAN PEMBAHASAN sekoci tidak biasa beroperasi pada latihan
Peristiwa kemacetan dewi-dewi yang terjadi meninggalkan kapal adalah:
pada saat latihan meninggalkan kapal. Latihan 1. Rendahnya pemahaman perawatan sekoci
dilaksanakan pada 20 Desember 2018 pukul 10.00 oleh ABK
pada saat kapal MV Kartini Baruna sedang Perawatan alat keselamatan sekoci tidak
berlabuh jangkar di Jepara. Pada saat proses berjalan sesuai prosedur sehingga menyebabkan
penurunan dan pengoperasian sekoci semua berbagai kendala seperti terjadinya kemacetan
berjalan lancar. Setelah sekoci dioperasikan penurunan ataupun penaikan sekoci, maka dari itu
kemudian Nakhoda memerintahkan agar latihan perawatan secara berencana harus dilakukan
selesai dan sekoci dinaikkan kembali ke atas supaya tidak adanya kendala-kendala ketika
kapal. Pada proses menaikkan sekoci penolong sekoci ingin di gunakan, dan perawatan juga harus
tersebut mesin dewi-dewi mengalami kemacetan sesuai prosedur yang berlaku yaitu planning
dan tidak dapat menaikkan sekoci penolong. terhadap perawatan alat keselamatan, Mualim III
Bosun memperbaiki bagian dari motor dewi-dewi, sebagai orang yang bertugas mengecek alat
tetapi tetap tidak berfungsi. Karens kurangnya keselamatan dan mempertanggung jawabkan atas
pemahaman akan perawatan sekoci sehingga hasil pengecekannya kepada Mualim I dan
kerusakan pada motor dewi-dewi tidak dapat Nakhoda.
dihindari dan membuat boat drill tidak berjalan Perawatan pencegahan yang baik dapat
dengan lancar dan dihentikan. menghindari terjadinya kemacetan dalam
Kemudian Mualim II mengambil tindakan penurunan sekoci, dengan cara memberikan
untuk memperbaiki bagian sumber listrik dari grease di wire-wire sehingga tidak menimbulkan
system elektronik mesin dewi-dewi yang terletak kemacetan pada saat menurunkan maupun
di dalam bagian akomodasi. Pada waktu yang menaikan sekoci. Setelah perawatan tersebut
bersamaan Nakhoda memerintahkan kepada dilakukan oleh bosun atas perintah Mualim I.
Mualim II untuk memerintahkan Bosun maka Mualim III memeriksa kembali atau
mengoperasikan dewi-dewi dengan system controlling terhadap perbaikan tersebut sehingga
manual atau mengengkol untuk menaikkan sekoci membuat sekoci lebih terawat dari pada
penolong ke atas dewi-dewi. sebelumnya.
Kurangnya pemahaman perawatan sekoci 2. Kurang optimalnya perawatan sekoci.
34
METEOR STIP MARUNDA, Vol. 13, No. 1 Juni 2020
http://ejournal.stipjakarta.ac.id/index.php/pcsa
Dalam fakta II dapat dianalisa bahwa khususnya untuk crew kapal yang baru pertama
kemacetan yang terjadi pada dewi-dewi kali naik kapal, agar dapat beradaptasi dengan
disebabkan perawatan pada bagian motor dewi- lingkungan kapal juga beradaptasi dengan anggota
dewi masih kurang optimal. tim kerjanya. Menurut konvensi Internasional
Hal ini diketahui dengan adanya kerusakan STCW 1995 Code A-VI / I : “Sebelum
pada gear motor dewi-dewi yang merupakan melaksanakan tugas-tugas di kapal para pelaut
komponen yang sangat vital dalam suatu motor. yang dipekerjakan di atas kapal harus menerima
Gear dalam suatu motor merupakan suatu poros pelatihan pengenalan (familiarization) tentang
utama untuk menggerakan blok wrapping drum, teknik penyelamatan jiwa dan kepada mereka
sehingga wire rope yang melilit di wrapping drum diberikan informasi dan instruksi yang cukup
tersebut dapat diarea atau dihibob untuk proses dengan menggunakan petunjuk latihan”.
menurunkan dan menaikkan sekoci penolong. Dilakukannya safety meeting berguna untuk
Dari fakta II juga dapat diketahui bahwa pada meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
kerusakan gear tersebut tidak langsung diperbaiki crew kapal dalam melaksanakan tugas maupun
ataupun diganti dengan gear yang baru. Hal ini tanggung jawab setiap crew. Safety meeting dan
disebabkan tidak ada suku cadang untuk gear drill juga penting dilakukan karena dengan begitu
motor dewi-dewi. Oleh karena itu, upaya para crew kapal dapat mengenal alat-alat
perawatan motor dewi-dewi tidak efektif dan keselamatan yang akan mereka gunakan nantinya
apabila terjadi kerusakan pada pengoperasian sehingga mereka paham kekurangan dari suatu
dewi-dewi juga akan menghambat pelaksnaan alat keselamatan sekoci penolong. Untuk itu
abandon ship drill di kapal MV. Karini Baruna. mereka akan lebih meningkatkan perawatan alat
Peneliti akan menguraikan langkah-langkah keselamatan sekoci penolong agar penyelamatan
dalam memecahkan masalah mengenai jiwa di laut dapat berjalan dengan lancar.
pentingnya alat keselamatan dalam mewujudkan
keselamatan pelayaran dan terwujudnya
keberhasilan penyelamatan jiwa di laut pada kapal 2. Perawatan Alat Keselamatan Sekoci.
MV Kartini Baruna dari penyebab permasalahan a. Prosedur pemeliharaan sekoci.
yang terjadi : Untuk mencapai atau meningkatkan efektifitas
1. Peranan anak buah kapal (ABK) terhadap yang diinginkan dalam pelaksanaan latihan sekoci
perawatan dan pengoperasian sekoci. (life boat drills), maka alat keselamatan yang
a. Koordinasi Masinis III dan Mualim III. tersedia harus dirawat dengan baik sehingga selalu
Koordinasi yang baik antara Masinis III dan berada dalam keadaan siap pakai. Yang dimaksud
Mualim III dalam merawat sekoci penolong akan dengan peralatan siap pakai adalah apabila semua
membantu dalam menunjang proses pengoprasian peralatan tersebut lengkap berada ditempatnya
kapal dan proses penyelamatan jiwa di laut akan dalam keadaan baik sehingga dapat digunakan
lebih optimal, terhadap keadaan darurat yang dengan cepat, tepat dan aman. Berikut akan
sebenarnya yang mungkin akan terjadi di atas peneliti terangkan satu persatu menyangkut hal-
kapal. Sekoci penolong harus dipersiapkan sebaik hal yang diperhatikan dalam perawatan sekoci
mungkin secara maksimal sehingga dalam khususnya di kapal MV Kartini Baruna yaitu:
pengoprasiannya tidak terdapat kendala-kendala 1) Standard perawatan
yang akan menghambat penyelamatan jiwa di Standard perawatan terdiri dari perawatan
laut. secara periodik, metode perawatan dan frekuensi
b. Meningkatkan Pengetahuan Anak Buah Kapal perawatannya.
Tentang Alat Keselamatan. 2) Perawatan dan inspeksi menyeluruh pada
Awak kapal yang baru naik harus mengetahui sekoci
tugas dan tanggung jawabnya sehingga bila terjadi Perawatan dan inspeksi menyeluruh pada
keadaan darurat pekerjaan yang akan dilakukan sekoci harus dilaksanakan secara rutin agar tidak
akan lebih terarah, juga mereka akan lebih mengganggu pelaksanaan pelatihan sekoci dan
familiar terhadap siapa yang akan bekerjasama apabila ada bagian sekoci yang tidak bisa
dalam suatu tim penyelamatan jiwa di laut. diperbaiki oleh pihak kapal, maka harus
Familiarization menurut STCW 1995 Reg. dilaporkan kepada pihak perusahaan. Dalam
I/14 “Responsibility of Shipping Companies” pengecekan dan perawatan sekoci di MV Kartini
yang berisi tentang familiarisasi bagi anak buah Baruna, meliputi bagian-bagian berikut ini serta
kapal (ABK) yang akan bertugas di atas kapal adapun cara perawatan dan pengecekan yang
terutama alat keselamatan. harus dilaksanakan adalah:
Untuk meningkatkan pengetahuan dan a) Bangunan sekoci
keterampilan crew kapal dilakukan familiarisasi Pengecekan yang harus dilaksanakan meliputi:
35
METEOR STIP MARUNDA, Vol. 13, No. 1 Juni 2020
http://ejournal.stipjakarta.ac.id/index.php/pcsa
i. Kerusakan dan kebocoran pada sekoci. tes langsung pada saat pengoperasian, dan
ii. Ada dan tidaknya genangan air kotor. perbaiki bagian-bagian yang telah rusak dengan
iii. Kering dan tidaknya bagian wooden hull. segera.
iv. Pada stell hull, harus tidak ada karat pada e) Waktu Pemeliharaan
sambungan las. i. Pemeliharaan secara berkala bila
v. Jangan ada lubang ataupun rongga pada memungkinkan misalnya overhaul,
bangunan penutup sekoci. pembersihan, pengecatan, dan penggantian
Sedangkan cara perawatan yang efektif yaitu dari material yang rusak.
dengan melakukan pengecatan pada bagian- ii. Pemeriksaan berkala yaitu pemeriksaan,
bagian yang telah rusak keadaan catnya, pengujian, uji coba dan hal lain yang
pencucian dan perbaikan secepatnya pada bagian- dianggap perlu.
bagian yang telah rusak. iii. Spesifikasi tentang metode yang digunakan
b) Releasing Hook dan gear Pembebas bila perlu kriteria untuk pemeriksaan
Pengecekan yang dilaksanakan meliputi: kondisi.
i. Kerusakan dan karat pada hook dan setiap iv. Analisa berkala dan peninjauan tentang
bagian gear. jangka waktu pemeriksaan dan
ii. Karat, bagian yang telah hilang catnya serta pemeliharaan.
kondisi grease yang telah hilang dan v. Pendataan didokumentasikan bahwa
berkurang. pemeriksaan telah dilaksanakan, disusun
iii. Mengamankan kondisi dari safety pin. dan dipelihara.
iv. Pada saat sekoci diturunkan ke air, jangan f) Cara Perawatan Sekoci.
sampai terdapat kebocoran pada sekoci. i. Memberikan grace pada wire yang ada pada
Cara perawatan yang efektif yaitu memberikan sekoci yang terlihat maupun tidak terlihat
grease secara rutin, tes pada saat dioperasikan, dilakukan secara berkala., wire diganti
dan perbaikan segera pada bagian-bagian yang dalam waktu 5 tahun sekali dan dibalik tiap
telah rusak. 2,5 tahun sekali.
Perlu diperhatikan oleh awak kapal, bila ii. Memberikan grease pada tempat yang
melakukan perawatan pada bagian ini, jangan dilalui wire.
sekali-kali menyentuh releasing lever karena iii. Mengecek peralatan sekoci dan diganti
dikhawatirkan bila safety pin terlepas secara tiba- apabila ada yang rusak atau expired.
tiba maka sekoci dapat jatuh secara otomatis iv. Mengadakan pengecekan bila ada yang
sehingga bisa menjatuhi awak kapal yang sedang berkarat pada dewi-dewi sekoci.
bekerja di bagian bawah sekoci. v. Mengecek tali pada mesin sekoci serta
c) Baling-baling dan dayung bahan bakar pada mesin sekoci setelah
Pengecekan yang harus dilaksanakan meliputi: digunakan.
i. Adanya karat pada dayung dan tiller. vi. Memberikan pelumasan pada bagian dalam
ii. Adanya karat pada pintle dan gudgeon. mesin sekoci secara berkala
iii. Kerusakan pada baling-baling. vii. Membersihkan sekoci secara berkala.
iv. Bengkoknya saft baling-baling dan kondisi viii. Mengganti isyarat tanda bahaya yang sudah
tube harus kedap air. expired.
d) Sistem pendorong (prepulsion system) Adapun evaluasi alternatif pemecahan
Pengecekan yang harus dilaksanakan meliputi: masalah yang dilakukan peneliti yaitu:
i. Karat pada hand lever dan shaft mesin 1. Untuk masalah kurangnya pemahaman ABK
pendorong. terhadap perawatan sekoci dilakukan O/B
ii. Tidak berputarnya bagian yang seharusnya training
dapat berputar karena karat. Keuntungannya adalah semua crew kapal dapat
iii. Keadaan grease pada oil lever yang ada menumbuhkan kesadaran akan pentingnya
pada gear. keselamatan diatas kapal dapat mengetahui
iv. Keadaan grease pada semua peralatan yang tanggung jawab dan tugas-tugasnya secara
dioperasikan. terperinci sehingga pada saat melakukan latihan
v. Karat pada pipa pendingin dan mesin penurunan lifeboat semua crew dapat melakukan
sekoci. tugasnya dengan baik.
vi. Kondisi minyak pelumas. Kerugiannya adalah diperlukan beberapa kali
vii. Kelancaran sirkulasi air pada saat mesin dalam memberikan pengertian tentang pentingnya
dioperasikan. keselamatan bagi seluruh crew kapal hingga
Cara perawatan pada bagian ini yaitu dengan menimbulkan kesadaran akan pentingnya
pemberian grease dan minyak lumas secara rutin, keselamatan diatas kapal.
36
METEOR STIP MARUNDA, Vol. 13, No. 1 Juni 2020
http://ejournal.stipjakarta.ac.id/index.php/pcsa
Selain itu, solusi yang lain adalah melakukan 3) Merawat serta menjaga spare part lifeboat
safety meeting dengan baik sehingga ketika akan
Keuntungannya adalah dapat mengevaluasi digunakan spare part siap sedia dalam
pelaksanaan perawatan sekoci yang benar. keadaan siap pakai.
Kerugiannya adalah mengurangi waktu istirahat c.Kurang terampilnya anak buah kapal (ABK)
dan waktu liburan bagi awak kapal. dalam pengoperasian sekoci
2. Untuk kasus kurang optimalnya perawatan Adapun upaya untuk meningkatkan
sekoci, yaitu perawatan secara planning main keterampilan anak buah kapal dalam merawat
system. sekoci yang menunjang proses pengoperasian
Keuntungan perawatan yang dilakukan secara kapal yang lancar, efisien, dan aman dapat
planning main system adalah dapat secara dilakukan dengan cara sebagai berikut :
maksimal dalam merawat sekoci karena sudah 1. Meningkatkan kesadaran anak buah kapal
terencana dalam merawatnya. dalam melaksanakan tugas dan tanggung
Kerugian perawatan yang dilakukan secara jawab. Salah satu faktor yang sangat
planning main system adalah memakan banyak penting dalam melaksanakan tugas dan
waktu dan juga pekerjaan yang lain bias tidak tanggung jawab adalah pengetahuan dari
dilaksanakan. anak buah kapal itu sendiri. Dengan adanya
pengetahuan dari anak buah kapal, ini
4. KESIMPULAN sangat menjamin suatu tugas yang sudah
Berdasarkan penjabaran yang telah peneliti ditetapkan dan diberikan secara teratur
kemukakan pada sebelumnya, dapat disimpulkan sesuai dengan tugasnya masing-masing.
sebagai berikut: Sehingga anak buah kapal dapat terampil
1. Faktor yang menyebabkan kurang optimalnya dalam tugas dan tanggung jawabnya
kinerja dari sekoci di MV. Kartini Baruna terhadap perawatan sekoci.
adalah kurangnya spare part, penerapan PMS 2. Memperlihatkan video tentang bagaimana
(Plan Maintenance System) yang tidak sesuai cara pengoperasian sekoci yang baik dan
ketentuan, kurang terampilnya anak buah kapal benar sewaktu di laksanakannya safety
(ABK) dalam pengoperasian sekoci meeting supaya anak buah kapal lebih
2. Faktor yang menyebabkan perawatan lifeboat mengetahui begaimana cara
yang kurang baik terhadap crew di MV. Kartini pengoperasiannya, serta juga dilakukannya
Baruna adalah lambatnya proses pengoperasian familiarisasi untuk mengenal lebih bagian –
sekoci, membahayakan keselamatan crew bagian dari sekoci agar pengoperasian
diatas kapal. sekoci berjalan dengan lancar.
Kemudian upaya yang dilakukan untuk
mengoptimalkan perawatan terhadap lifeboat
di MV. Kartini Baruna yaitu dengan menerapkan DAFTAR PUSTAKA
PMS (plan maintenance system) sesuai ketentuan
atau panduan dengan cara sebagai berikut: [1] Djokosetyardjo, IR.M.J, Ketel Uap, Cetakan
1. Penerapan PMS (Plan Maintenance System) Pertama, Jakarta: PT. Pradnya Paramita,
sesuai ketentuan berikut: 1987.
1) Pada lifeboat:
a) Perawatan berkala tiap minggu. [2] Djokosetyardjo, IR.M.J, Ketel Uap, Cetakan
b) Perawatan tiap bulan. Keempat, Jakarta: PT. Pradnya Paramita,
c) Perawatan tiap 6 bulan sekali. 1999.
d) Perawatan ketika docking.
2) Pada davits: [3] Djokosetyardjo, IR.M.J, Ketel Uap, Cetakan
a) Perawatan tiap minggu. Kelima, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2003.
b) Perawatan tiap 3 bulan.
c) Perawatan tiap 6 bulan sekali [4] Djokosetyardjo, IR.M.J, Ketel Uap, Cetakan
d) Perawatan ketika docking. Keenam, Jakarta: PT. Pradnya Paramita,
b. Kurangnya spare part pada lifeboat. 2006.
1) Mendata spare part sesuai dengan keadaan
dikapal. [5] Mulianti, 2008, Pengendalian Korosi Pada
2) Membuat pengajuan permintaan spare part Ketel Uap, Tersedia: http://id.
kepada pihak perusahaan sesuai dengan portalgaruda.org/index.php?ref=browse&mo
kebutuhan. d=viewarticle&article=57990. Diakses 5
April 2018.
37
METEOR STIP MARUNDA, Vol. 13, No. 1 Juni 2020
http://ejournal.stipjakarta.ac.id/index.php/pcsa

[6] Sulaiman, 2007, Pencegahan Korosi Dengan


Boiler Water Treatment Pada Ketel Uap,
Tersedia:
http://id.portalgaruda.org/index.php?ref=bro
wse&mod=vi ew article&article=21297.
Diakses 5 April 2018.

[7] Onny, 2016, Korosi Pada Boiler, Tersedia:


http://artikel-teknoligi.com/korosi-pada-
boiler/. Diakses 10 Januari 2017.

[8] Veen, T Van Deer, Teknik Ketel Uap,


Diterjemahkan oleh Prof. Dr. Mr. Sutan
Takdir Alisjahbana. Jakarta: PT. Triakso
Madra, 1977.

38
METEOR STIP MARUNDA, Vol. 13, No. 1 Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai