Anda di halaman 1dari 41

KARYA ILMIAH TERAPAN

ANALISIS STABILITAS TEGANGAN DAN FREKUENSI


PADA SISTEM KELISTRIKAN KAPAL MV. KISIKMAS

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Elektro Pelayaran

RUDY SETYONO
NIT : 05 17 017 1 55
ELECTRO TECHNICAL OFFICER

PROGRAM DIPLOMA III POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA


TAHUN 2020
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Rudy Setyono

Nomor induk : 05.17.017.1.55/E

Program Diklat : Electro Technical Officer

Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

ANALISIS STABILITAS TEGANGAN DAN FREKUENSI


PADA SISTEM KELISTRIKAN KAPAL MV. KISIKMAS

Menyatakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan
yang saya nyatakan sebagai kutipan merupakan ide saya sendiri.

Jika pernyatan diatas terbukti tidak benar, maka saya sendiri menerima sanksi
yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA,.......................... 2020

RUDY SETYONO
NIT : 05.17.017.1.55/E

ii
PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL
KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : ANALISIS STABILITAS TEGANGAN DAN


FREKUENSI PADA SISTEM KELISTRIKAN KAPAL
MV. KISIKMAS

Nama Taruna : RUDY SETYONO


NIT 05 17 017 1 55
Program Diklat : ELEKTRO PELAYARAN

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan

Surabaya, .............................. 2020

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Edi Kurniawan, S.S.T, M.T. Faris Nofandi, S.SiT,M.Sc


Penata Muda Tk.I (III/b) Penata (III/c)
NIP. 198312022019021001 NIP. 198411182008121003

Ketua Jurusan Elektro

Anak Agung Istri Sri Wahyuni, S.Si.T.,M.Sda


Penata Tk.I (III/d)
NIP. 197812172005022001

iii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA ILMIAH TERAPAN

ANALISIS STABILITAS TEGANGAN DAN FREKUENSI PADA SISTEM


KELISTRIKAN DI KAPAL MV. KISIKMAS
Disusun Oleh:

RUDY SETYONO
NIT : 05 17 017 1 55/E
Ahli Elektro Pelayaran Tingkat III

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan


Politeknik Pelayaran Surabaya
Pada tanggal ................ 2020
Menyetujui :

Penguji I Penguji II Penguji III

Edi Kurniawan , S.ST.,MT A.A Istri Wahyuni S.SiT. M.Adm.,Sda Antony Damanik, SE
Penata Muda Tk.1 (III/b) Penata (III/d) Penata Tk.I (III/d)
NIP.198312022019021001 NIP.197812172005022001 NIP.197509111997031005

Mengetahui:
Ketua Jurusan Elektro Pelayaran

A.A Istri Wahyuni, S.SiT, M.Adm.,Sda


Penata (III/d)
NIP.197812172005022001

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena rahmat

dan anugrah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Terapan ini

dengan judul :

“ANALISIS STABILITAS TEGANGAN DAN FREKUENSI PADA SISTEM

KELISTRIKAN KAPAL MV. KISIKMAS”.

Karya Ilmiah Terapan ini merupakan salah satu persyaratan baku Taruna

dalam menyelesaikan studi program Diploma III Dengan diselesaikan sesuai waktu

yang telah ditetapkan. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan metode penelitian

kualitatif deskriptif yang berfokus pada analisis obyek penelitian untuk mendapatkan

validitas data dan membuat kesimpulan untuk terwujudnya tujuan dari penelitian ini

yaitu menyajikan fakta yang deskriptif.

Adapun selain sebagai tugas karya ilmiah terapan, makalah ini juga memiliki

tujuan sebagai pemberi informasi dan data kepada para pembaca tentang kinerja

alarm kebakaran dan cara memaksimalkan kegunaannya untuk keselamatan diatas

kapal. Besar harapan penulis pembuatan makalah ini dapat memberikan informasi

dan wawasan pengetahuan yang lebih banyak bagi para pembaca untuk lebih

memahami dan dapat menerapkan penggunaan alarm kebakaran secara tepat di kapal.

Penulis juga sepenuhnya menyadari bahwa penyelesaian Tugas akhir ini

masih banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat, bahasa ataupun cara

penulisan serta materi yang dibahas akibat keterbatasannya penulis dalam penguasaan
v
materi, waktu dan juga data-data yang diperoleh. Penulis dalam hal ini juga

senantiasa menerima adanya kritik dan saran yang bersifat memperbaiki dan

membangun untuk kesempurnaan tugas akhir ini.

Dalam kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-

pihak yang telah membantu penulis khususnya kepada orang tua dan saudara tercinta,

serta senior-senior yang memberikan dukungan baik wawasan, moril dan material

serta kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

2. Capt. Heru Susanto, MM selaku Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya.

3. Ibu Anak Agung Istri Sri W., S.Si,T, selaku Ketua Jurusan Elektro dan Bapak

Didik, selaku Sekretaris Jurusan Elektro

4. Bapak Edi Kurniawan dan bapak Faris Nofandi. selaku Pembimbing Karya

Ilmiah Terapan yang selalu memberikan bimbingan dan masukannya sehingga

makalah ini dapat terselesaikan.

5. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Akhir kata penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat

untuk menambah wawasan bagi penulis dan pembaca.

Surabaya,… ......................2020

Penulis

vi
DAFTAR ISI

hal
HALAMAN JUDUL ................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR .............................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................iv
KATA PENGANTAR ..............................................................................................v
DAFTAR ISI .............................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................vii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................2
C. Batasan Masalah ......................................................................................2
D. Tujuan Penelitian.....................................................................................3
E. Manfaat Penelitian...................................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Review Penelitian Sebelumnya ...............................................................4
B. Landasan Teori Kelistrikan Kapal...........................................................6
C. Instalasi Listrik Kapal ............................................................................. 9
D. Jaringan Distribusi Ring ..........................................................................17
E. Pengaruh Stabilitas ..................................................................................18
F. Stabilitas Sudut Rotor..............................................................................21
G. Stabilitas Frekuensi .................................................................................21
H. Stabilitas Tegangan .................................................................................22
I. Kerangka Penelitian ................................................................................26

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian .....................................................................................27
1. Metode Kualitatif ..............................................................................27
2. Metode Kuantitatif ............................................................................28
3. Teknik Pengumpulan Data................................................................28
B. Jenis dan Sumber Data ..........................................................................29
1. Metode Interview ..............................................................................29
2. Metode Observasi .............................................................................29
3. Metode Librabry Research ................................................................30
C. Lokasi Penelitian...................................................................................30
1. Waktu Penelitian...............................................................................30
2. Tempat Penelitian .............................................................................31
D. Teknik Analisis Data ............................................................................31

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum
1. Perusahaan ................................................................................... 31
2. Tempat Penelitian ........................................................................ 31
3. Awak Kapal ................................................................................. 32
B. Studi Kasus Permasalahan Kelistrikan Kapal
1. Generator Kelebihan Beban......................................................... 32
2. Gangguan Stabilitas Tegangan .................................................... 33
3. Gangguan Stabilitas AVR ........................................................... 34
4. Frekuensi Tidak Stabil ................................................................. 35
C. Analisa Hasil Penelitian Dan Hasil Wawancara................................ 36
1. Berdasarkan Hasil Observasi ....................................................... 36
2. Berdasarkan Hasil Wawancara .................................................... 37
D. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................. 38
1. Langkah-langkah Mencapai Kestabilan ...................................... 38
2. Kestabilan Transien ..................................................................... 40

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan ........................................................................................ 41
B. Saran .................................................................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

hal

2.1 Sistem Pembagian Daya Listrik Kapal.................................................................11


2.2 Generator Kapal ...................................................................................................13
2.3 Perilaku Generator Saat Terjadi Tegangan ..........................................................18
2.4 Klasifikasi Sistem Tenaga Listrik ........................................................................18
Gambar Kerangka Penelitian .....................................................................................26
4.1 Potensiometer .......................................................................................................33
4.2 AVR .....................................................................................................................34
4.3 Modul MSB..........................................................................................................35
4.4 Modul Generator ..................................................................................................36
4.5 Tabel Data Observasi ...........................................................................................37

xi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam sebuah perusahaan perkapalan, perusahaan tersebut harus bisa

memaksimalkan segala kebutuhan operasional kapal, baik segi kebutuhan

keamanan kapal, keamanan penumpang, dan kebutuhan yang menyangkut

jenis kapal. Salah satu kebutuhan itu adalah harus adanya listrik untuk

menjalankan berbagai kebutuhan di kapal seperti untuk menghidupkan mesin

utama , sebagai penerangan , pompa-pompa dan kebutuhan lainnya.

Instalasi listrik dalam kapal bersumber pada generator

(Zulfaidah,2012). Generator adalah mesin listrik yang berfungsi untuk

mengubah energi gerak/mekanik menjadi energi listrik. Sedangkan genset

atau generator set adalah sebuah mesin listrik yang terdiri dari sebuah

generator dan motor yang digunakan untuk menggerakkan motor generator.

Dalam perencanaan kapal, generator sebagai penyuplai kebutuhan energi

listrik kapal harus diperhatikan, sehingga pengoperasiannya bisa maksimal

dan tegangannya harus tetap stabil.

Stabilitas tegangan adalah salah satu sistem yang harus diperhatikan

untuk menjaga nilai tegangannya pada kondisi normal, sehingga dalam

pendistribusian daya listriknya bisa optimal (Suardi,2007). Seperti contoh

distribusi daya listrik untuk mesin utama,penerangan dalam kapal , pompa-

pompa dan semua peralatan di dalam kapal. Namun adanya penambahan


2

beban dan daya reaktif sangat mempengaruhi kestabilan dari tegangan yang

dihasilkan oleh generator. Tegangan yang dihasilkan generator tersebut harus

diatur ,agar generator tetap dalam keadaan stabil saat mengkompensasi

kebutuhan daya aktif dalam beban. Untuk frekuensi yang biasa digunakan

secara umum adalah 50 Hz dan 60 Hz. Seiring dengan penambahan daya

reaktif, frekuensinyapun tidak stabil sehingga perlu diperhatikan.Gangguan

gangguan besar yang mungkin terjadi secara tiba tiba seperti lepasnya

pembangkit , starting motor daya besar dan hubung singkat mampu

mengakibatkan percepatan ataupun perlambatan putaran rotor sehingga

hilangnya sinkronisasi dapat terjadi pada sistem kelistrikan.

B. Rumusan Masalah

Dari penulisan di atas yang telah dipaparkan, penulis merumuskan

beberapa masalah yang akan diuraikan pada bab-bab berikutnya :

1. Apa yang mempengaruhi tidak stabilnya tegangan pada kelistrikan

kapal ?

2. Apa yang mempengaruhi tidak stabilnya frekuensi pada kelistrikan

kapal ?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat terselesaikan , maka terdapat batasan

masalah sebagai berikut :

1. Objek yang dianalisa adalah kapal tempat taruna praktek layar.


3

2. Menganalisa karakteristik tegangan dan frekuensi pada sistem

generator.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengidentifikasi atau mengetahui stabilitas tegangan pada

sistem kelistrikan di kapal.

2. Untuk menganalisa cara menstabilkan frekuensi.

E. Manfaaat Penelitian

1. Untuk merawat dan mencegah peralatan dan seluruh komponen

kelistrikan di kapal agar lebih aman , awet dan stabil.

2. Untuk menunjang pengoperasian permesinan dan kelistrikan diatas

kapal, khususnya analisa stabilitas tegangan dan frekuensi.

3. Untuk bisa diteruskan dan ditanggulangi pada penelitian lainnya.


4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Review Penilitian Sebelumnya


Tabel 2.1 Penilitian yang pertama (Isnan,2009)
Nama Nun Isnan Aswanto

Judul Perancangan Instalasi Listrik Kapal

Pembahasan Penelitian Pada penelitian ini memahami dan merancang

instalasi listrik dan navigasi dari segi teknis dan

mengetahui total daya listrik kapal

Hasil Penelitian Daya penerangan komunikasi dan navigasi

umumnya menggunakan tegangan 220V dengan

frekuensi 50 Hz dan pemakaian daya lisrik untuk

penerangan harus mempertimbangkan dimensi

ruangan , fungsi dan kebutuhan lainnya demi

kenyamanan penghuninya. Dengan demikian

pemakaian daya listrik dapat terkontrol.

Perbedaan Jika pada penilitian sebelumnya tentang

perancangan instalasi listrik di kapal ,pada

penelitian selanjutnya tentang stabilitas tegangan

dan frekuensi di kapal


5

Tabel 2.2 penelitian yang kedua (Abdul,2017)


Nama Abdul Razak, Firdaus

Judul Analisis Teknis Instalasi Kelistrikan


Kapal
Pembahasan Penelitian Pada penelitian ini dibahas mengenai

bagaimana analisis instalasi kelistrikan

kapal atau penghematan energi listrik

dikapal motor penumpang.Analisis

dimulai dari menghitung jumlah daya

yang dapat dihasilkan oleh generator

dikapal, kemudian mengevaluasi sistem

kelistrikan di kapal. Selanjutnya

menghitung potensi penghematan

konsumsi energi yang dihasilkan.

Hasil Penelitian Penghematan konsumsi energi listrik

pada kapal,dilakukan dengan

penambahan kapasitor untuk

memperbaiki factor daya.

Nilai daya reaktif kompensasi terbesar

adalah pada saat berlabuh malam hari

yakni 83 kVAR dan yang

terkecil adalah pada saat berlayar di siang

hari yakni 62 kVAR.


6

Perbedaan Jika penelitian sebelumnya tentang

pembahasan instalasi kelistrikan di

kapal,penelitian berikutnya pembahasan

stabilitas tegangan dan frekuensi pada

kelistrikan di kapal

B. Landasan Teori Sistem Kelistrikan Di Kapal

1. Generator

Fungsi utama generator di kapal adalah untuk menyuplai kebutuhan daya listrik di

kapal (Herudin, 2014). Daya listrik digunakan untuk menggerakkan motor-motor dari

peralatan bantu pada kamar mesin, lampu penerangan, system komunikasi dan

navigasi, pengkondisian udara (AC) dan ventilasi, perlengkapan dapur (galley),

sistem sanitari, cold storage, alarm dan sistem kebakaran, dan sebagainya.

Dalam sistem kelistrikan di kapal perlu diperhatikan kapasitas dari generator dan

peralatan listrik lainnya, besarnya kebutuhan maksimum dan minimum

dari peralatannya. Dimana kebutuhan maksimum merupakan kebutuhan daya rata-

rata terbesar yang terjadi pada waktu yang singkat selama periode

kerja dari peralataan tersebut, demikian juga sebaliknya. Sedangkan kebutuhan rata-
7

rata merupakan daya rata-rata pada periode kerja yang dapat ditentukan dengan

membagi energi yang dipakai dengan jumlah jam periode tersebut.

Kebutuhan maksimum penting diketahui untuk menentukan kapasitas dari

generator yang diperlukan. Sedangkan kebutuhan minimum digunakan untuk

menentukan konfigurasi yang sesuai serta untuk menentukan kapan generator

dioperasikan.

2. Sistem AC (Alternating Current)

Pada kapal-kapal baru, sistem distribusi DC saat ini jarang digunakan karena

untuk semua sistem, sistem AC lebih mudah dan murah dibandingkan sistem DC

(Isnan,2009). Dimana sistem AC lebih sederhana, ringan dan mudah dalam

perawatan. Dan berdasarkan SOLAS 1960, tindakan pencegahan harus dilakukan dan

sesuai dengan peraturan yang berlaku. (Kelemahan dari sistem kawat tunggal dalam

kaitannya dengan keselamatan apabila dilakukan isolasi terhadap kabel tidak dapat

menjadi indikator untuk kondisi underload. Dan jika dilakukan survei terhadap

kondisi sirkuit ke kebutuhan peralatan tidak dapat dilakukan pengujian Megger tanpa

membuka lampu atau alat pemutus hubungan/stop kontak (Circuit breaker).

3. Frekuensi

Dua macam frekuensi daya yang biasa digunakan secara umum adalah 50 Hz dan

60 Hz (Firdaus,2017). Pemilihan frekuensi yang akan digunakan untuk pemakaian

khusus seringkali ditentukan oleh ketersediaannya di pasaran. Untuk kapal yang

beroperasi di Amerika Serikat biasanya menggunakan 60 Hz sedangkan di beberapa

bagian belahan dunia sebagian besar menggunakan frekuensi 50 Hz. Sehingga dalam

pemilihan biasanya dipilih yang frekuensinya lebih tinggi/besar karena lebih


8

menguntungkan. Daya keluaran motor sebanding dengan kecepatannya dan untuk itu

mesin dengan 60 Hz secara umum lebih baik dan mempunyai daya yang lebih besar

dibandingkan dengan 50 Hz. Dan kecepatan motor yang diperoleh dari suplai mesin

60 Hz biasanya lebih sesuai.

4. Distribusi Daya

Energi untuk beban penerangan dan beban daya sistem kelistrikan suatu kapal

biasanya disuplai oleh 2 atau lebih generator (David,2014). Selain itu juga dapat

disuplai dari emergency generator atau dari battery (accu). Daya listrik keluaran dari

generator ini biasanya semuanya akan dipusatkan menuju ke satu Main Switch Board

(MSB). Biasanya, emergency switchboard dan sistem emergency distribution

dayanya terhubung dengan bus tie dari switchboard di kapal. Jika sistem pelayanan

daya di kapal mengalami kegagalan/kerusakan, sistem emergency distribution akan

secara otomatis berpindah dari pelayanan normal ke pelayanan Emergency Generator.

Ada banyak desain yang berbeda untuk distribusi daya pada instalasi beban listrik di

kapal tergantung tipe kapalnya. Daya listrik atau arus listrik keluaran dari MSB

dibagi.

Contohnya pada beban penerangan, semua beban pada kelompok ini mempunyai

tegangan 220 V satu phasa dengan frekuensi 50 Hz. Kebanyakan beban ini berupa

penerangan pada gang-gang, ruangan-ruangan tertutup, ruangan terbuka dan socket

keluaran untuk peralatan untuk peralatan-peralatan power yang relatif rendah. Beban

daya pada kelompok ini mempunyai tegangan 220 V/380 V tiga phasa dengan

frekuensi 50 Hz.
9

C. Instalasi Listrik Kapal

Instalasi listrik kapal atau sistem distribusi daya listrik di atas kapal

merupakan salah satu instalasi yang sangat penting untuk mengoptimalkan kinerja

operasional kapal itu sendiri (Anantyo,2015). Instalasi tersebut dimulai dari unit

pembangkit listrik yang berupa generator yang kemudian akan melalui berbagai

macam komponen sistem distribusi. Perancangan instalasi listrik kapal ini tentu harus

berdasarkan pada persyaratan atau ketentuan yang berlaku untuk sistem di kapal.

Pemilihan generator yang sesuai dengan kebutuhan, melewati beberapa tahap sampai

akhirnya ditemukan tipe mesin yang cocok dipasang di kapal. Energi untuk daya

sistem kelistrikan suatu kapal biasanya disuplai oleh 2 atau lebih generator. Selain itu

juga dapat disuplai dari emergency generator atau dari baterai (accu). Daya listrik

keluaran dari generator ini biasanya semuanya akan dipusatkan menuju ke satu Main

Switch Board (MSB). Biasanya, emergency switchboard dan sistem emergency

distribution dayanya terhubung dengan bus tie dari switchboard di kapal. Jika sistem

pelayanan daya di kapal mengalami kegagalan/kerusakan, sistem emergency

distribution akan secara otomatis berpindah dari pelayanan normal ke pelayanan

Emergency Generator. Ada banyak desain yang berbeda untuk distribusi daya pada

instalasi beban listrik di kapal tergantung tipe kapalnya. Pada kapal yang besar, 2 atau

3 sub distribusi atau load center switchboard harus tersedia untuk distribusi daya dan

sistem penerangan. Secara umum satu switchboard terletak pada bagian belakang

kapal, satu pada bagian depan dan jika memungkinkan yang ketiga diletakkan pada

bagian tengah kapal. Tiap bagian switchboard pusat daya disuplai dari switchboard
10

layanan kapal dengan menggunakan Bus feeder. Desain ini lebih ekonomis dari pada

memberikan banyak jalur yang panjang dari switchboard layanan kapal ke seluruh

bagian kapal. Masing-masing switchboard diletakkan/dipasang pada ruangan yang

sesuai. Kompartemen ini biasanya juga bertindak sebagai pusat untuk pelayanan

kebutuhan listrik dan perawatan serta masing-masing mungkin juga menyediakan

meja kerja juga untuk komponen peralatan lampu sekring dan kebutuhan listrik

lainnya.

Selanjutnya daya listrik atau arus listrik keluaran dari MSB dibagi dalam beban

yang terdiri dari tiga kelompok besar :

a. Beban penerangan; semua beban pada kelompok ini mempunyai tegangan 22 V

satu phase dengan frekuensi 50 Hz. Kebanyakan beban ini berupa penerangan

pada gang-gang, ruangan-ruangan tertutup, ruangan terbuka dan socket keluaran

untuk peralatan untuk peralatan-peralatan power yang relatif rendah.

b. Beban daya; semua beban pada kelompok ini mempunyai tegangan 220 V/380 V

tiga phase dengan frekuensi 50 Hz. Kebanyakan beban pada kelompok ini adalah

peralatan berupa mesin pompa (ballast, bilges, fw, dan lain-lain), mesin angkat

(crane, jangkar, dan lain-lain), refrigerator dan sistem air condition (AC).

c. Beban komunikasi dan navigasi; terdiri dari peralatan navigasi bertegangan 220 V

dengan frekuensi 50 Hz. Beban-beban instrumentasi pada tegangan 36 V DC/ 24

V DC yang diambil dari rectifier dan di back up oleh battery melalui UPS. Suplai

utama dari output generator mempunyai tegangan line 390 V atau tegangan phase

225 V pada frekuensi 50 Hz. Jadi tegangan pada tiap terminal dari beban-beban
11

adalah 380 V (line voltage) / 220 V (tegangan phase) pada frekuensi 50 Hz.

Pelayanan sistem beban daya secara prinsip terdiri dari motor penggerak peralatan

bantu dan peralatan pemanas yang tersedia baik secara tersendiri atau dalam

kelompok oleh feeder dari layanan switchboard distribusi. Feeder normalnya

digunakan untuk sumber daya peralatan bantu sistem propulsi yang besar. Dan

diletakkan pada ruangan yang sama dengan switchboard distribusi. Tapi mungkin

digunakan untuk motor yang besar pada salah satu tempat di kapal. Kelompok

beban disuplai oleh feeder melalui panel distribusi. Panel ini menjadi pusat

tempat penyuplaian beban.

Berikut contoh gambar sistem pembagian daya listrik di kapal:

Gambar 2.1 Sistem Pembagian Daya Listrik Kapal


(Sumber : Adib-Hasan.com)
12

Sistem pembangkit listrik arus bolak-balik (Generator Arus AC) menjadi standar

bagi kebanyakan instalasi listrik dikapal. Pemilihan sistem dengan arus bolak balik

memiliki keuntungan yang signifikan daripada menggunakan sistem dengan arus

searah (Arus DC). Keuntungan tersebut adalah :

a. Penghematan dalam biaya, berat peralatan dan kebutuhan ruang.

b. Pemeliharaan yang mudah

c. Ketersediaan peralatan yang tinggi

d. Keandalan yang tinggi

Pada kapal-kapal baru, sistem distribusi DC saat ini jarang digunakan karena

untuk semua sistem, sistem AC lebih mudah dan murah dibandingkan sistem DC.

Sistem AC lebih sederhana, ringan dan mudah dalam perawatan (Alimuddin,2014).

Berdasarkan SOLAS 1960,tindakan pencegahan harus dilakukan dan sesuai dengan

peraturan yang berlaku. Kelemahan dari sistem kawat tunggal dalam kaitannya

dengan keselamatan apabila dilakukan isolasi terhadap kabel tidak dapat menjadi

indikator untuk kondisi underload dan jika dilakukan survei terhadap kondisi sirkuit

ke kebutuhan peralatan tidak dapat dilakukan pengujian megger tanpa membuka

lampu atau alat pemutus hubungan/stop kontak (Circuit breaker).Penentuan kapasitas

generator dipengaruhi oleh load factor (faktor beban) peralatan. Load factor untuk

tiap peralatan di kapal tidak sama. Hal ini tergantung pada jenis kapal dan daerah

pelayarannya seperti faktor medan yang fluktuatif (rute pelayaran), dan kondisi

beban yang berubah ubah serta periode waktu pemakaian yang tidak tentu atau tidak

sama. Penentuan kapasitas generator harus mendukung pengoperasian di kapal.

Walaupun pada beberapa kondisi kapal terdapat selisih yang cukup besar dan ini
13

mengakibatkan efisiensi generator (load factor generator) berkurang yang pada

akhirnya mempengaruhi biaya produksi listrik per Kwh.

Gambar 2.2 Generator Kapal


( Sumber : Cat.com )
Jika dilihat secara regulasi BKI mensyaratkan untuk daya keluar dari generator

kapal sekurang-kurangnya diperlukan untuk pelayanan dilaut harus lebih tinggi

daripada kebutuhan daya listrik kapal yang ditetapkan dalam keseimbangan daya.

Dengan keseimbangan daya dapat diketahui daya listrik yang diperlukan untuk

masing – masing kondisi operasional kapal,bahwa :

1. Seluruh perlengkapan pemakaian daya yang secara tetap diperlukan untuk

memelihara pelayanan normal harus diperhitungkan dengan daya kerja penuh.

2. Beban terhubung dari seluruh perlengkapan cadangan harus dinyatakan dalam hal

perlengkapan pemakaian daya nyata yang hanya bekerja bila suatu perlengkapan

serupa rusak, kebutuhan dayanya tidak perlu dimasukkan dalam perhitungan.


14

3. Daya yang diperlukan untuk instalasi pendingin yang mungkin ada, harus dipakai

sebagai dasar dalam pemberian ukuran instalasi generator kapal.

Kebutuhan maksimum penting diketahui untuk menentukan kapasitas generator

yang diperlukan. Sedangkan kebutuhan minimum digunakan untuk menentukan

konfigurasi dari sistem pembangkit listrik yang sesuai serta untuk menentukan kapan

generator dioperasikan. Secara umum terdapat empat kelompok beban di kapal yang

harus dilayani oleh generator berdasarkan fungsinya masing-masing :

a. Beban yang terdapat pada geladak lambung (hull part)

b. Beban yang berupa peralatan yang menunjang sistem pendinginan palka

c. Beban berupa elektromotor yang menunjang sistem permesinan kapal

d. Beban berupa penerangan, peralatan komunikasi, navigasi dan sistem tanda

bahaya.

Berdasarkan aktifitas kapal terkait dengan peralatan-peralatan tersebut diatas

dikelompokkan dalam lima kondisi, yaitu:

1. Persiapan berlayar

2. Berlayar

3. Berlabuh

4. Bongkar muat

5. Manuver
15

Pengelompokkan berdasarkan aktifitas kapal diatas bertujuan untuk

memudahkan dalam penentuan faktor beban masing-masing peralatan, karena tidak

semua peralatan listrik diatas bekerja secara berkesinambungan pada kondisi-kondisi

pelayaran. Dalam penentuan beban digunakan analisis beban listrik (electric load

analisis). Berikut contoh pengelompoknya:

1. Beban Kerja (Load Factor) Generator Kapal

Load factor peralatan kapal adalah perbandingan waktu dan pemakaian

peralatan yang dinyatakan dalam presentase. Untuk peralatan yang jarang digunakan

dianggap mempunyai beban nol seperti fire pump, anchor windlass, capstan dan boat

winches.

2. Faktor Kesamarataan (Diversity Factor) Generator Kapal

Peralatan listrik di kapal memiliki pembebanan spesifik dikarenakan peralatan

bekerja pada pemakaian yang tidak teratur secara bersamaan. Pembebanan pada kapal

dibagi menjadi dua yaitu :

a. Beban berkesinambungan (Continous Load ) generator kapal. Beban ini terdapat

pada peralatan yang digunakan secara terus-menerus selama pelayaran.

Contohnya lampu navigasi, pompa untuk CPP, dll.

b. Beban generator kapal terputus – putus (Intermitten Load) Beban ini terdapat

pada peralatan yang digunakan secara periodik selama pelayaran. Contohnya

pompa transfer bahan bakar, pompa air tawar, dll


16

3. Kendali Generator

Kendali eksitasi dilakukan oleh automatic voltage regulator (AVR).

Tegangan terminal generator diukur dan dibandingkan dengan nilai refrensi yang

diinginkan. Selama operasi pada keadaan konstan, tegangan terminal diatur oleh

sistem kendali umpan balik berpenguatan tinggi. Terdapat juga perubahan tegangan

terminal terkait dengan perubahan daya reaktif.

4. Stabilitas Sistem Tenaga Listrik

Stabilitas sistem tenaga listrik adalah kemampuan dari sistem untuk

mendapatkan kembali kesetimbangan kondisi operasi setelah mengalami gangguan.

Integritas sistem dipertahankan ketika keseluruhan sistem tenaga listrik tetap utuh

tanpa pemutusan generator atau beban, kecuali untuk mengisolasi dari elemen yang

mengalami gangguan atau sengaja diputuskan untuk mempertahankan

kesinambungan operasi sistem (Sudibyo,2016). Sistem tenaga listrik adalah sistem

yang beroprasi dengan perubahan beban keluaran generator, topologi, dan parameter

operasi lain secara terus menerus. Gangguan pada sistem tenaga listrik dibagi menjadi

dua, yaitu gangguan kecil dan besar. Gangguan kecil dalam bentuk perubahan beban

yang terjadi secara berkesinambungan dan sistem akan menyesuaikan dengan

perubahan kondisi. Sistem harus dapat beroprasi dibawah setiap kondisi secara ideal

dan sesuai dengan permintaan beban. Sistem juga harus dapat dipertahankan dari

gangguan besar seperti hubungan singkat saluran transmisi. Pengklasifikasian

stabilitas sistem tenaga listrik dibagi menjadi tiga bagian, yaitu stabilitas sudut rotor,

stabilitas frekuensi dan stabilitas tegangan.


17

D. Jaringan Distribusi Ring

Sistem rangkaian tertutup pada jaringan distribusi merupakan suatu sistem

penyaluran melalui dua atau lebih saluran feeder yang saling berhubungan

membentuk rangkaian berbentuk cincin (Amri,2016). Sistem ini secara ekonomis

menguntungkan, karena gangguan pada jaringan terbatas hanya pada saluran yang

terganggu saja. Sedangkan pada saluran yang lain masih dapat menyalurkan tenaga

listrik dari sumber lain dalam rangkaian yang tidak terganggu. Sehingga kontinuitas

pelayanan sumber tenaga listrik dapat terjamin dengan baik.Yang perlu diperhatikan

pada sistem ini apabila beban yang dilayani bertambah, maka kapasitas pelayanan

untuk sistem rangkaian tertutup ini kondisinya akan semakin memburuk. Tetapi jika

digunakan titik sumber (pembangkit tenaga listrik) lebih dari satu didalam sistem

jaringan ini maka sistem ini akan banyak dipakai dan akan menghasilkan kualitas

tegangan lebih baik, serta regulasi tegangannya cenderung kecil, berdasarkan

referensi. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu apabila pada titik beban

terdapat dua alternatif saluran berasal lebih dari satu sumber, maka jaringan ini

merupakan bentuk tertutup atau biasa disebut juga bentuk jaringan distribusi ring.

Susunan rangkaian penyulang (feeder) membentuk ring, yang memungkinkan titik

beban dilayani dari dua arah penyulang, sehingga berkesinambungan pelayanan lebih

terjamin, serta kualitas dayanya menjadi lebih baik, karena rugi tegangan dan rugi

daya pada saluran menjadi lebih kecil, berdasarkan referensi.


18

Secara umum bentuk sistem distribusi ring ini ada dua macam, yaitu:

1. Open Loop bila diperlengkapi dengan normally-open switch, dalam keadaan

normal rangkaian selalu terbuka.

2. Close Loop bila diperlengkapi dengan normally-close switch, yang dalam keadaan

normal rangkaian selalu tertutup.

E. Pengaruh Stabilitas

Gambar 2.3 Perilaku generator saat terjadi gangguan

(Sumber : Power System Stability And Control by Prabha Kundur)

Pada titik kerja awal (sebelum terjadi gangguan), dapat diketahui bahwa

timbulnya gangguan seketika mengakibatkan daya output generator turun secara


19

drastic (Razak,2017). Selisih antara daya output listrik tersebut dan daya mekanis

turbin mengakibatkan rotor generator mengalami percepatan, sehingga sudut

rotor/daya bertambah besar. Setelah gangguan hilang, daya output generator menjadi

lebih besar daripada daya mekanis turbin. Hal ini mengakibatkan perlambatan pada

rotor generator. Bila terdapat torsi lawan yang cukup setelah gangguan hilang untuk

mengimbangi percepatan yang terjadi selama terjadinya gangguan, generator akan

stabil setelah ayunan (swing) yang pertama dan kembali ke titik kerjanya dalam

waktu kira-kira 0,5 detik. Bila kopel lawan tersebut tidak cukup besar, sudut

rotor/daya akan terus bertambah besar sampai sinkronisasi dengan sistem hilang,

berdasarkan referensi (Razak,2017).

Pengaruh/penentuan stabilitas ditentukan dari beberapa faktor-faktor

pendukung, antara lain, berdasarkan referensi :

1. Kapasitas kemampuan alternator, semakin besar daya mampu sistem tersebut

maka sistem akan semakin stabil.

2. Sifat dan kapasitas beban, pembebanan yang melebihi kapasitas daya

pembangkitan akan mempengaruhi kestabilan sistem secara keseluruhan.

Pembebanan melebihi kapasitas dalam jangka waktu yang lama juga

berpotensi mengganggu kestabilan yang mampu mengakibatkan kegagalan

sistem.

3. Gangguan: jenis, lama, dan posisi gangguan pada kejadian gangguan satu fasa

ke tanah dan gangguan sementara/temporer mempunyai kondisi kestabilan

yang lebih baik dibandingkan dengan sistem yang mengalami gangguan

lainnya.
20

Stabilitas sistem tenaga listrik menentukan keandalan sistem. Semakin tinggi

stabilitas suatu sistem, maka kestabilan sistem juga semakin tinggi. Hali ini juga

mempengaruhi umur peralatan pada sistem yang digunakan. Pengoperasian pada

kestabilan yang baik tentu berdampak pada keekonomisan peralatan yang berarti

penggantian peralatan akibat kerusakan dapat dihindari sebelum waktunya.

Gambar 2.4 Klasifikasi Sistem Tenaga Listrik

(Sumber : Ajisujatman27.com )
21

F. Stabilitas Sudut Rotor

Stabilitas sudut rotor adalah stabilitas yang berhubungan dengan kemampuan

mesin sinkron (dalam hal ini generator) yang terkoneksi pada sistem tenaga listrik

untuk tetap pada kondisi sinkron setelah mengalami gangguan. Kestabilan sudut rotor

bergantung pada kemampuan untuk mengembalikan kesetimbangan antara torsi

elektromagnetik dan torsi mekanik masing-masing mesin pada sistem.

Ketidakstabilannya dapat menyebabkan kenaikan sudut ayunan pada generator yang

berakibat kehilangan sinkronisasinya dengan generator lain. Kestabilan sudut rotor

dibagi menjadi dua, yaitu stabilitas gangguan kecil (keadaan tunak) dan stabilitas

keadaan transien.

G. Stabilitas Frekuensi

Stabilitas frekuensi terkait dengan kemampuan sistem tenaga listrik untuk

mempertahankan frekuensi dengan kisaran nominal mengikuti beberapa gangguan

sistem karena ketidakseimbangan antara pembangkit dan beban (Arwindra,2011). Hal

ini bergantung pada pengembalian keseimbangan antara sistem beban dan

pembangkitan dengan meminimalkan pelepasan/kehilangan beban. Pada sistem

tenaga listrik, istilah frekuensi diasoasikan dengan frekuensi tegangan dan arus listrik.

Frekuensi ini diperoleh dari kombinasi jumlah putaran dan jumlah kutub listrik pada

generator di pembangkit listrik. Frekuensi lebih dipahami sebagai banyaknya jumlah

perubahan polaritas (alternasi) per menit, akibatnya pada masa tersebut banyak kita

temui frekuensi sistem tenaga listrik.


22

H. Stabilitas Tegangan

Stabilitas tegangan berhubungan dengan kemampuan suatu sistem untuk

mempertahankan tegang dalam seluruh rangkaian pada kondisi operasi normal setelah

mengalami gangguan (Rahmad,2017). Akibat dari ketidakstabilan tegangan adalah

lepasnya beban pada area dimana tegangan mencapai nilai rendah yang tidak dapat

diterima atau kehilangan integritas sistem tenaga listrik. Faktor penyebab

ketidakstabilan tegangan biasanya adalah drop tegangan yang terjadi ketika daya aktif

dan daya reaktif mengalir melalui reaktansi induktif pada jaringan transmisi. Hal ini

membatasi jaringan untuk mengirim daya. transfer daya akan terbatas ketika

generator mencapai batas dari maksimal daya reaktifnya. Faktor lain penyebab

tegangan tidak stabil dapat dibagi menjadi dua faktor utama. Dari mesin yang

bermasalah atau dari generator pembangkit listriknya.

1.) Dari mesin :

Perhatikan suara mesin saat dioperasikan, apakah suaranya normal atau suara

mesinnya juga naik turun. Jika suara mesin genset tidak normal, berarti kecepatan

putaran mesin tersebut juga tidak stabil. Putaran mesin pada putaran 1000 rpm. Jika

kecepatan putaran mesin genset tidak normal jauh melebihi 1000 rpm atau jauh

kurang dari 1000 rpm dan suaranya berubah, inilah yang menyebabkan tegangan

genset juga menjadi tidak stabil.


23

Beberapa penyebab putaran mesin tidak stabil:

a. Bahan bakar dan filternya kotor

b. Bahan bakar kurang atau tersumbat

Berikut beberapa tindakan yang harus dilakukan:

a. Periksa dan pastikan bahan bakar mesin genset tersebut dalam keadaan bersih

b. Bersihkan filter bahan bakar

c. Cek volume bahan bakar tidak kurang (normal)

d. Pastikan saluran bahan bakar ke mesin genset selalu lancar, tidak tersumbat.

Jika bahan bakar mesin genset sudah dalam keadaan bagus,namun putaran genset

masih tidak normal,selanjutnya pastikan pengatur bahan bakar berfungsi secara

otomatis.

Selain permasalahan pada putaran mesin, yang mungkin terjadi pada mesin adalah

governor rusak. Governor rusak juga dapat meyebabkan putaran mesin tidak normal,

dan menyebabkan tegangan genset tidak stabil atau naik turun. Untuk mengatur

putaran mesin tetap stabil, periksa fungsi governor pada mesin genset tersebut,

pastikan semuanya dalam keadaan bagus dan berfungsi secara otomatis.

2.) Dari generator

Jika putaran mesin dalam keadaan normal, berarti penyebab tegangan genset

tidak stabil pada kelistrikan generatornya.


24

Periksa kabel keluaran genset, pastikan dalam keadaan bagus ,tidak terkelupas.

Cek tahanan isolasi kabel tersebut, pastikan nilai tahanan isolasinya masih dalam

keadaan bagus, kabel yang rusak dapat menyebabkan hubungan singkat atau

terganggunya tegangan listrik.

Selain itu, periksa setiap terminal kabel atau sambungan-sambungan kabel, baik

sambungan atau terminal yang ada pada mesin genset, kabel-kabel governor, kabel

keluaran genset, terminal kabel pada AVR, sambungan gulungan di dalam generator

dan lainnya. Pastikan semua sambungan atau terminal kabel, baik pada mesin

maupun pada generator sudah terpasang dengan baik dan tidak ada yang terlepas,

putus atau longgar. Sambungan atau terminal kabel yang longgar juga dapat

menyebabkan tegangan listrik tidak stabil.

Jika semua hal tersebut sudah dipastikan dalam keadaan bagus,penyebab tegangan

tidak stabil ada pada AVR nya. Mungkin AVR pada generator tersebut sudah rusak

sehingga perlu diganti atau mungkin perlu dilakukan pengaturan tegangan. Fungsi

AVR pada generator tersebut untuk mengatur tegangan genset agar tetap stabil.

Stabilitas sistem tegangan merupakan fenomena elektromekanis, maka mesin

sinkron memegang peranan penting. Pada saat terjadi gangguan dan setelah terjadi

gangguan sudut rotor akan berosilasi dan menyebabkan osilasi aliran daya sistem.

Osilasi ini dapat menjadikan ketidakstabilan pada sistem. Oleh sebab itu kestabilan

sistem tenaga kadangkala dilihat dari stabilitas sudut rotor mesin sinkron.
25

Berbagai pengembangan yang dapat dilakukan pada sistem berdasarkan studi

stabilitas :

a. Pengubahan konfigurasi sistem

b. Desain dan pemilihan rotating equipment : menambah momen inersia,

mengurangi reaktan transien, meningkatkan kinerja voltage regulator, dan

karakteristik

c. Aplikasi Power System Stabilizer

d. Peningkatan performa sistem proteksi Load Shedding Scheme


26

I. Kerangka Penelitian

Start

Perumusan Masalah

Studi Literatur

Pengambilan Data

Sesuai

Analisis

Kesimpulan

B
SeAleB
saiIII
27

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Menggunakan metode studi kasus yaitu penelitian dilakukan

terhadap satu aspek tertentu yang telah ditentukan, pengumpulan data

dilakukan terhadap populasi yang mewakili, hanya pada permasalahan

yang ditemukan, yaitu gangguan stabilitas tegangan dan frekuensi

generator di kapal. Objek penelitiannya adalah menganalisa akibat tidak

stabilnya tegangan dan frekuensi pada kelistrikan kapal dan cara untuk

mengatasinya.

Metode pengumpulan data adalah merupakan suatu bagian yang

paling penting dan harus ada dalam suatu penelitian ilmiah, berhasil

tidaknya suatu penelitian antara lain bergantung juga dari cara penelitian

didalam pengambilan data, objektif dan dapat dipertanggungjawabkan,

itu diperlukan agar dapat diolah dan disajikan menjadi gambaran dan

pandangan yang benar.

Terdapat langkah – langkah dalam menganalisis data yaitu :

a. Data yang dikategorikan dan dipilah menurut jenis datanya.

b. Melakukan seleksi terhadap data yang dianggap data inti berkaitan langsung

dengan permasalahan.
28

c. Menelaah, mengkaji dan mempelajari lebih dalam data tersebut kemudian

melakukan interpretasi untuk mencari solusi dalam permasalahan yang

diangkat dalam penelitian.

Pada penelitian ada dua jenis metode penelitian yaitu metode kualitatif dan

metode kuantitatif. Dimana pada penelitian ini menggunakan dua jenis metode

tersebut , dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Metode Kualitatif

Metode Kualitatif adalah penelitian riset yang bersifat

deskriptif dan cenderung menggunakan analisis. Proses dan makna

(perspektif subjek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.

Landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar fokus penelitian

sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori ini juga

bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian

dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Untuk Kualitatif data

yang diambil dari analisis wawancara pada kru kapal, yaitu masinis tiga,

chief engineer dan electrician di kamar mesin.

2. Metode Kuantitatif

Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang terstruktur dan

mengkuantifikasikan data untuk dapat digeneralisasikan. Pengumpulan

dan analisis data menggunakan metode kuantitatif dilakukan dengan

menggunakan metode bersifat eksperimental. Pengambilan data akan

dilakukan di kamar mesin.


29

B. LOKASI PENELITIAN

1. WAKTU PENELITIAN

Penelitian akan dilaksanakan ketika penulis melaksanakan praktek laut di

atas kapal kurang lebih selama 6 bulan di laut dan 6 bulan di darat.

Dengan tujuan bisa menjawab dan melakukan observasi secara langsung

tentang rumusan masalah yang ada. Sehingga pada bagian akhir, penulis

bisa memperoleh kesimpulan atas semua masalah yang ada pada proposal

ini.

2. TEMPAT PENELITIAN

Penulis akan melaksanakan penelitian ini di atas kapal MV. Kisikmas

tempat penulis melakukan praktek laut, sekaligus guna memenuhi

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan.

C. TEKNIK ANALISIS DATA

Berdasarkan analisis data yang diperoleh, maka digunakan teknik

deskritif kualitatif dan kuantitatif. Dimana menganalisa dengan kualitatif yaitu

dengan cara mengolah data hasil wawancara untuk dirangkum menjadi suatu

kesimpulan mengenai penyebab gangguan tegangan dan frekuensi serta cara

untuk menanggulanginya. Sedangkan kuantitatif yaitu menganalisa temuan-

temuan yang terdapat di lapangan dengan alat ukur berupa teori-teori yang

relevan dengan masalah yang diteliti, sehingga ditemukan penyebab timbulnya

masalah. Dengan menggunakan metode ini segala permasalahan yang ditemukan


30

dan diamati diatas kapal akan digambarkan dan dijelaskan dengan terperinci.

Baik dan buruknya penelitian tergantung dari metode pengumpulan data dan

metode analisis data yang digunakan. Pengumpulan data yang dimaksud adalah

dengan memperoleh data-data yang relevan, akurat dan mengidentifikasi data

yang ada. Data-data yang diperoleh ini pun kemudian dianalisa dan dari hasil

analisis ini diharapkan akan menghasilkan suatu gambaran yang lebih jelas dari

penyusunan proposal ini, baik dari permasalahannya maupun hasil akhirnya.

Analisis data dari permasalahan-permasalah yang terjadi akan dibahas pada bab

selanjutnya.
31

DAFTAR PUSTAKA

[1] Saadat, Hadi, “Power System Analysis”, McGraw-Hill Inc., 1999.

[2] Kundur, Prabha, “Power System Stability and Control”, McGraw-Hill Inc., 1994.

[3] IEEE/CIGRE Joint Task Force on Stability Terms and Definitions, “Definition

and Classification of Power System Stability”, IEEE Transactions on Power System

Vol. 19, No. 2, May 2004

[4] BKI “Rules For Electrical Instalations” BKI Vol4, 2016

[5] IMarE/IMarEST “Practical Marine Electrical Knowledge” ISBN:978-979-

251963-1

Anda mungkin juga menyukai