Anda di halaman 1dari 42

PENERAPAN MARPOL 73/78 ANNEX 4 YANG

DILAKSANAKAN DI ATAS KAPAL UNTUK MEMINIMALKAN


PENCEMARAN DI LAUT

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

M.DICKY ARMANDA

NIT. 04.16.048.1.41/N
AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN


POLITEKNIK PELYARAN SURABAYA
TAHUN 2020

i
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : M.DICKY ARMANDA

Nomor Induk Taruna : 04.16.048.1.41/N

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

PENERAPAN MARPOL 73/78 ANNEX 4 YANG DILAKSANAKAN DI

ATAS KAPAL UNTUK MEMINIMALKAN PENCEMARAN DI LAUT.

Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut , kecuali tema dan

yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri. Jika pernyataan

diatas terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan

oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA,...................2020

Materai 6000

M.DICKY ARMANDA

ii
PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL

KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : PENERAPAN MARPOL 73/78 ANNEX 4 YANG

DILAKSANAKAN DI ATAS KAPAL UNTUK

MEMINIMALKAN PENCEMARAN DI LAUT

Nama Taruna : M.DICKY ARMANDA

NIT : 04.16.048.1.41

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan.

SURABAYA, ……………………2020

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Capt. TRI MULYATNO BUDHI HARTANTO,S.Si.T.,M.Pd. DAVIQ WIRATNO,S.Si.T,M.T


Penata (III/c) Penata Tk. I (III/d)
NIP. 19751101 200912 1 002 NIP. 19790107 200212 1 002

Mengetahui:
Ketua Jurusan Nautika

DAVIQ WIRATNO,S.Si.T,M.T
Penata Tk. I (III/d)
NIP. 19790107 200212 1 002

iii
PENGESAHAN KARYA ILMIAH TERAPAN

PENERAPAN MARPOL 73/78 ANNEX 4 YANG DILAKSANAKAN DI

ATAS KAPAL UNTUK MEMINIMALKAN PENCEMARAN DI LAUT

Disusun dan diajukan oleh;


M.Dicky Armanda
NIT. 04.16.048.1.41/N
Ahli Nautika Tingkat III

Telah dipresentasikan di depan Panitia Ujian KIT


Politeknik Pelayaran Surabaya
Pada tanggal……………..2020
Menyetujui:
Penguji I Penguji II Penguji III

I’IE SUWONDO,S.Si.T,M.Pd Capt.TRI MULYATNO BUDHI H.S.Si.T.,M.Pd. DAVIQ WIRATNO,S.Si.T,M.T.


Penata (III/c) Penata (III/c) Penata Tk. I (III/d)
NIP .1977021 4200912 1 001 NIP. 19751101 200912 1 002 NIP. 19790107 200212 1 002

Mengetahui:
Ketua Jurusan Nautika

DAVIQ WIRATNO,S.Si.T,M.T.
Penata Tk. I (III/d)
NIP. 19790107 200212 1 002

iv
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena

berkat rahmat dan hidayahnya, maka penulis dapat menyelesaikan proposal ini

dengan baik guna mendapatkan izin praktek laut dengan jurusan Nautika di

Politeknik Pelayaran Surabaya. Dalam memenuhi tugas ini, penulis mengajukan

proposal dengan judul “ PENERAPAN MARPOL 73/78 ANNEX 4 YANG

DILAKSANAKAN DI ATAS KAPAL UNTUK MEMINIMALKAN

PENCEMARAN DI LAUT“ .

Di dalam penulisan proposal ini penulis berusaha semaksimal mungkin

untuk memecahkan masalah-masalah yang timbul sesuai dengan kemampuan dan

pengetahuan yang penulis miliki, baik pada saat penulis menimbah ilmu di

Kampus Politeknik Pelayaran Surabaya. Kiranya proposal ini dapat bermanfaat

untuk menambah pengetahuan bagi rekan-rekan pembaca yang belum memahami

atau baru ingin mempelajari hal-hal yang ingin di bahas dalam proposal ini,

penulis menyadari dalam penulisan proposal ini masih jauh dari kata sempurna

baik dari segi pembahasan materi maupun dari segi pemilihan kata dan

penyusunan kalimatnya. oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan adanya

tanggapan-tanggapan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun guna

melengkapi proposal ini.

Penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya Bapak Capt. Heru Susanto, MM

2. Ketua Jurusan Nautika dan pembimbing II Bapak Daviq Wiratno,S.Si.T,M.T

3. Pembimbing I Capt. Tri Mulyatno Budhi Hartanto,S.Si.T.,M.Pd.

v
4. Bapak/Ibu dosen Politeknik Pelayaran Surabaya, khususnya lingkungan

program studi Nautika Politeknik Pelayaran Surabaya.

5. Serta rekan-rekan kelas Nautika B Diploma III yang telah membantu dalam

proses penulisan Karya Ilmiah Terapan ini.

Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan

di dalam penulisan proposal ini. Penulis berharap semoga proposal ini dapat

bermanfaat dan berguna bagi pembaca.

SURABAYA ........................2020

Penulis

M.Dicky Armanda
NIT. 04.16.048.1.41

vi
ABSTRAK

M.DICKY ARMANDA ,2020, PENERAPAN MARPOL 73/78


ANNEX 4 YANG DILAKSANAKAN DI ATAS KAPAL UNTUK
MEMINIMALKAN PENCEMARAN DI LAUT. Dibimbing oleh Bapak Tri
Mulyatno Budhi Hartanto,S.Si.T.,M.Pd. dan Bapak Daviq Wiratno,S.Si.T,M.T.
Pencemaran laut merupakan suatu pencemaran yang terjadi di pesisir
pantai atau laut yang terjadi karena banyak hal termasuk kegiatan pelayaran kapal.
Dengan dasar ini penulis merumuskan tentang bagaimana tentang penerapan
Marpol 73/78 Annex 4 di kapal.
Metode yang digunakan dalam peneliti ini adalah metode kualitatif yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang dan perilaku
yang diamati.
Penelitian akan dilakukan pada saat berada di kampus Politeknik
Pelayaran Surabaya dan akan dilanjutkan pada saat melakukan Praktek Lapangan
di atas kapal MV. Kawa Mas untuk mendapatkan data primer melalui riset
lapangan. Penelitian dalam hal ini penulis mengumpulkan data berupa pendekatan
terhadap obyek melalui observasi dan pengoperasian langsung dalam proses
pembuangan Sewage dengan jarak aman, serta menggunakan dokumen dan data-
data berhubungan dengan pencemaran laut. Dalam penelitian kualitatif deskriptif
ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa observasi lapangan
seperti bukti pembuangan limbah yang sudah melalui proses treatment dengan
baik yang sudah ditulis pada Sewage Disposal Record Book diatas kapal, dan
sedikit wawancara terhadap crew kapal tentang pembuangan sewage dengan jarak
aman dan pengoperasian sewage treatment plant pada saat proses pembuangan.
Berdasarkan analisa dan pembahasan didapati bahwa MV.KAWA MAS telah
melaksanakan pengendalian dan penanganan pembuangan sampah/limbah diatas
kapal sesuai aturan MARPOL Annex IV sehingga dapat disimpulkan bahwa
MV.KAWA MAS telah melakukan penanganan pembuangan limbah diatas kapal
dengan tepat, dengan demikian MV.KAWA MAS telah membantu meminimalisir
pencemaran laut akibat pembuangan sampah/limbah.

Kata kunci: Penerapan, Pencemaran Laut, Sewage System, Sewage Treatment


Plan

vii
ABSTRACT

M.DICKY ARMANDA, 2020, APPLICATION OF MARPOL 73/78


ANNEX 4 THAT WAS IMPLEMENTED ON THE SHIP TO MINIMIZE SEA
POLLUTION. Supervised by Mr. Tri Mulyatno Budhi Hartanto, S.Si.T., M.Pd.
and Mr. Daviq Wiratno, S.Si.T, M.T.
Sea pollution is pollution that occurs on the coast or the sea that occurs
because of many things including ship sailing activities. With this basis the
authors formulate how to apply MARPOL 73/78 Annex 4 on the ship.
The method used in this study is a qualitative method that produces
descriptive data consisting of words written by people and those who study.
The research will be conducted while at the Surabaya Shipping
Polytechnic campus and will be carried out while doing Field Practice on the
MV. Kawa Mas to get primary data through field research. Research in this case
collects data involving objects through observation and directs the waste disposal
process with a safe distance, as well as using documents and data relating to sea
pollution. In this descriptive qualitative study, this study uses data collection
methods consisting of field observations such as the storage of waste that has
been through a process of processing that has been well published in the Waste
Disposal Book on the ship, and a little interview with the crew about the disposal
of wastewater safely and comfortably the sewage treatment plant during the
disposal process. Based on the analysis and discussion, it was found that MV.
KAWA MAS has carried out repairs and handling disposal / waste on ships in
accordance with the rules of MARPOL. Annex IV can refute what is meant by MV.
minimize pollution of marine waste.

Keywords: Implementation, Sea Pollution, Sewage System, Sewage Treatment


Plan

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................. ii
PERSETUJUAN SEMINAR PROPOSAL ............................................................ iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 7
A. Landasan Teori ......................................................................................... 7
1. Pengertian Penerapan ............................................................................... 7
2. Pengertian Pencemaran Laut .................................................................... 8
3. Dampak Pencemaran Laut ..................................................................... 10
4. Pemahaman Tentang Marine Pollution (MARPOL) ............................. 15
5. Pengertian Kotoran (Sewage) ................................................................ 16
6. Peraturan Sewage Legal Regulation and Ship Sewage Discharge ........ 18
7. Pengertian Tentang Sewage System ....................................................... 20
8. Prosedur “Start & Stop” pada Sewage Treatment Plant ........................ 21
B. Kerangka Penelitian ............................................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 25
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 25
B. Lokasi Penelitian .................................................................................... 26
1. Waktu ...................................................................................................... 26
2. Tempat .................................................................................................... 26
C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 26
D. Pemilihan Informan ................................................................................ 28

ix
1. Observasi................................................................................................ 28
2. Teknik Dokumentasi .............................................................................. 29
E. Teknik Analisis Data .............................................................................. 29
1. Reduksi Data .......................................................................................... 30
2. Penyajian Data ....................................................................................... 30
3. Menarik Simpulan .................................................................................. 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..... Error! Bookmark not
defined.
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian........ Error! Bookmark not defined.
B. Hasil Penelitian........................................ Error! Bookmark not defined.
1. Penyajian Data ........................................ Error! Bookmark not defined.
2. Analisis Data ........................................... Error! Bookmark not defined.
3. Pembahasan............................................. Error! Bookmark not defined.
BAB V PENUTUP................................................ Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan .............................................. Error! Bookmark not defined.
B. Saran ........................................................ Error! Bookmark not defined.
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 31
Lampiran1 : Pedoman wawancara ........................................................................ 31
PEDOMAN WAWANCARA............................ Error! Bookmark not defined.
HASIL WAWANCARA I ............................. Error! Bookmark not defined.
HASIL WAWANCARA II ............................ Error! Bookmark not defined.

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Sewage Treatment Plant .................................................................. 21


Gambar 2.2 Kerangka Penelitian .......................................................................... 24
Gambar 2.3 MV Kawa Mas ................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.4 IOPP (International Oil Pollution Prevention Certificate ) ....... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2.5 Proses pembuangan Sewage dengan menggunakan Sewage
Treatment Plant...................................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.6 Shipboard Sewage Management Plan Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.7 Sewage Disposal Record Book ........... Error! Bookmark not defined.

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lingkungan hidup merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Esa yang

wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar tetap menjadi

sumber penunjang hidup bagi manusia dan mahluk hidup lainnya demi

kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri.

Kerusakan lingkungan (dalam konteks hukum) disebabkan oleh

perbuatan manusia, oleh karena itu, tindakan manusia yang merusak ini

harus dikendalikan. Salah satu alat pengendalinya adalah “hukum” dalam

hal ini hukum lingkungan. Hukum lingkungan international adalah adalah

prinsip-prinsip yang mengatur perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup yang bersifat lintas batas negara.

Hukum Lingkungan International adalah salah satu cabang ilmu

yang mulai berkembang sejak tahun 60-an, United Nations Conference on

the Human Environmet yang lebih dikenal dengan Konferensi Stockholm

merupakan titik balik dalam perkembangan politik lingkungan hidup

internasional. Konferensi Stockholm melahirkan konsep hanya ada satu

bumi (only one heart).

Pencemaran atas laut atau Marine Pollution merupakan salah satu

masalah yang mengancam bumi saat ini, pencemaran atas laut terus

dibicarakan dalam konteks perbaikan lingkungan hidup internasional.

Perlindungan laut terhadap pencemaran adalah merupakan upaya

1
melestarikan warisan alam. Melestarikan warisan alam memberikan

prioritas pada nilai selain ekonomis, nilai keindahan alam, nilai

penghormatan akan apa yang ada yang tidak diciptakan sendiri, dan lebih

dari itu nilai dari kehidupan itu sendiri, sebuah fenomena yang bahkan

sekarang ini dengan kemampuan akal budi manusia tidak mampu

dijelaskan.

Beberapa ketentuan dalam Hukum Lingkungan International

berkaitan dengan upaya mempertahankan warisan alam di laut diantaranya

MARPOL 73/78 (International Convention for the Prevention of Pollution

from Ships),CLC 1969 dan Protokolnya 1992 (Convention on Sipil Liability

for Oil Pollution Dammage), London Convention 1972 (Convention on

Prevention of Marine Pollution by Dumping of Wastes and Other Metter),

OPRC 1990 (Convention on Oil Preparedness, Response and Cooperation),

dan United Nation Convention on the law of the Sea (UNCLOS 1982).

Polusi di lingkungan maritime menjadi masalah utama ekologi

pada saat ini. Polusi di lingkungan maritime ini menyebabkan terancamnya

kehidupan flora dan fauna yang ada dibawah laut. Banyak peraturan

nasional maupun internasional yang telah dibuat. Disamping peraturan

tentang pencegahan polusi di dunia maritim, banyak Negara yang membuat

peraturan pencegahan polusi maritime yang bertentangan dengan peraturan

Internasional.

Ini adalah fakta yang terjadi di laut bahwa industri maritim

menghasilkan ribuan ton sampah yang dibuang kelaut setiap harinya

sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan laut yang sangat parah.

2
Industri perkapalan yang sepenuhnya bertanggung jawab atas laut dan

pengangkutan barang dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lainnya,

merupakan salah satu sumber yang potensial yang menyebabkan

pencemaran laut. Dengan lebih dari 75% air yang mencakupi planet kita

maka industri kelautan mengalami pertumbuhan dari hari ke harinya.

Dengan perkembangan industri yang sangat cepat menyebutkan ekosistem

di laut menjadi terganggu. Hal ini telah diangkat menjadi isu dunia yang

sudah sangat memprihatinkan seperti orang-orang yang tidak bertanggung

jawab yang dengan sengaja membuang limbah industri ke laut dan dampak

dari pencemaran lingkungan laut. Limbah kelautan dan sampah telah

dinyatakan oleh berbagai peneliti sebagai penyumbang terbesar dalam

pencemaran lingkungan laut dunia. Batam (ANTARA News) Rabu,

4 November 2009. Pencemaran laut akibat pembuangan limbah mengancam

perairan Pulau Batam, Kepulauan Riau, yang terlihat dari kondisi air laut

yang kotor, diduga limbah laut berasal dari kapal yang melintas di perairan

Batam yang berbatasan langsung dengan perairan Singapura.

Bahkan, diduga ada kapal-kapal tertentu yang sengaja membuang

limbah saat melintas perairan Batam sebab membuang limbah di negara lain

membutuhkan biaya yang lebih besar. Maka dari itu International Maritime

Organitation (IMO) telah menertibkan para perusahaan pelayaran dengan

membuat aturan mengenai pencemaran lingkungan yang biasa disebut

Marine Pollution (MARPOL). Peraturan utama tentang pencegahan polusi

dilaut adalah International Convention for the Prevention of Pollution from

Ships, 1973/78 (MARPOL 73/78) di buat oleh IMO. Konvesi MARPOL

3
mengatur standar dan peraturan pencegehan polusi di laut yang disebabkan

oleh oli , bahan kimia, muatan berbahaya, air limbah (sewage), sampah,

emisi gas berbahaya dan air ballast, yang diolah dalam Marine Pollution

(MARPOL) yaitu Annex IV yang diberlakukan pada 27 September 2003

yang berisikan tentang tata cara membuang kotoran atau limbah ke laut

seperti membuang kotoran yang telah dihancurkan dan bebas bakteri oleh

administrasi pemerintah pada jarak lebih dari 4 mil dari daratan terdekat.

Maka dari itu apakah semua kapal dan kru kapal sudah mengetahui

tentang aturan Annex 4 dan sudah menjalani dari isi aturan tersebut agar

dapat mengurangi pencemaran laut. Karena hal-hal tersebut diatas penulis

tertarik untuk membuat judul :

“PENERAPAN MARPOL 73/78 ANNEX 4 YANG DI

LAKSANAKAN DIATAS KAPAL UNTUK MEMINIMALKAN

PENCEMARAN DI LAUT ”.

B. Rumusan Masalah

Melihat permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini dapat

dirumuskan permasalahan diantaranya :

1. Bagaimana penerapan marpol 73/78 Annex 4 yang di laksanakan

diatas kapal?

2. Bagaimana pengetahuan ABK dan Crew kapal di atas kapal tentang

penerapan marpol 73/78 Annex 4 ?

4
C. Batasan Masalah

Agar masalah ini tidak meluas dari pokok permasalahan yang

sebenarnya maka peneliti mengambil batasan masalah yaitu terbatas pada

hal-hal yang berkaitan dengan pentingnya pemahaman dan penerapan

Annex 4 tentang pencemaran laut.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Annex 4 dalam mencegah

timbulnya pencemaran laut akibat sampah dan limbah.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengetahuan Crew di atas kapal dalam

penerapan Annex 4 untuk mencegah timbulnya pencemaran laut akibat

sampah dan limbah.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, diharapkan penelitian ini dapat mencegah dan

mengurangi pencemaran laut yang diakibatkan oleh sampah atau

limbah. Serta dapat menambah wawasan mengenai masalah

pembuangan sampah atau limbah di atas kapal sesuai Marpol 73/78

Annex 4.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, diharapkan penelitian ini membuat pengetahuan

para pembaca, Crew di atas kapal semakin bertambah luas dan mampu

5
mengetahui tentang MARPOL 73/78 Annex 4 dan dapat di terapkan di

atas kapal untuk mencegah pencemaran laut.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Penerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010), pengertian

penerapan adalah perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut

beberapa ahli berpendapat bahwa penerapan adalah suatu perbuatan

mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai

tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh

suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun

sebelumnya.

Menurut J.S Badudu dan Sutan Mohammad Zain, penerapan

adalah hal, cara atau hasil (Badudu & Zain, 1996:1487). Adapun

menurut Lukman Ali, penerapan adalah mempraktekkan,

memasangkan (Ali, 1995:1044). Berdasarkan pengertian tersebut

dapat disimpulkan bahwa penerapan merupakan sebuah tindakan yang

dilakukan baik secara individu maupun kelompok dengan maksud

untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Adapun unsur-unsur

penerapan meliputi :

a. Adanya program yang dilaksanakan

b. Adanya kelompok target, yaitu masyarakat yang menjadi

sasaran dan diharapkan akan menerima manfaat dari program

tersebut.

7
c. Adanya pelaksanaan, baik organisasi atau perorangan yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan maupun

pengawasan dari proses penerapan tersebut (Wahab, 1990:45).

2. Pengertian Pencemaran Laut

Bahan pencemar yang masuk ke wilayah pesisir dan laut secara

elemental bisa berasal dari berbagai sumber. Keadaan fisik bahan

pencemar dari suatu sumber bisa berbeda dengan sumber yang lain,

dengan komposisi yang berbeda-beda pula. Dengan demikian

dampaknya terhadap lingkungan juga bervariasi. Untuk itu, dalam

memahami pencemaran yang terjadi di lingkungan pesisir dan laut,

beberapa hal berikut perlu dibahas, meliputi bahan pencemar apa saja

yang masuk ke lingkungan, bagaimana sifat polutan dan keadaan

lingkungan pesisir dan laut tersebut, dan apa pengaruh atau dampak

dari masuknya polutan tersebut ke lingkungan (Mukhator , 2002).

Pencemaran laut diartikan sebagai adanya kotoran atau hasil

buangan aktivitas mahluk hidup yang masuk ke daerah laut. Sumber

dari pencemaran laut ini antara laut ini adalah tumpahan minyak, sisa

damparan amunisi perang, buangan proses di kapal, buangan industri

ke laut, proses pengeboran minyak di laut, buangan sampah dari

transportasi darat melalui sungai, emisi transportasi laut dan buangan

pestisida dari perairan. Namun sumber utama pencemaran laut adalah

berasal dari tumpahan minyak baik dari proses di kapal, pengeboran

lepas pantai maupun akibat kecelakaan kapal. Polusi dari tumpahan

minyak di laut merupakan sumber pencemaran laut yang selalu

8
menjadi fokus perhatian dari masyarakat luas, karena akibatnya akan

sangat cepat dirasakan oleh masyarakat sekitar pantai dan sangat

signifikan merusak mahluk hidup di sekitar pantai tersebut

(Hartanto , 2008).

Pencemaran laut menurut Peraturan Pemerintah No.19/1999

tentang pengendalian pencemaran atau perusakan laut adalah

masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau

komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia

sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang

menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu dan

fungsinya.

Pencemaran laut adalah hasil buangan aktifitas makhluk hidup

yang masuk ke laut. Ada berbagai sumber bahan pencemar yang dapat

merusak laut dan dapat membunuh kehidupan yang ada di laut.

Seperti banyaknya ikan-ikan mati karena laut tempat mereka hidup

tidak sesuai kebutuhannya. Pencemaran laut yang terjadi di muara

sungai porong bersumber pada aktivitas kapal yang hampir setiap hari

dan terdapat aliran sungai yang menuju laut. Pencemaran laut dapat di

bedakan dan dalam tiga kategori utama, sebagai berikut :

a. Marine Pollution caused via the atmosphere by land based

activities

Bukti-bukti ilmiah menunjukkan adanya tiga penyebab utama

pencemaran laut golongan pertama ini, yaitu :

1) Penggunaan berbagai macam “synthethic chemical”

9
khususnya “chlorinated hydrocarbons” untuk pertanian.

2) Pelepasan logam-logam berat (“heavy metal”) seperti

merkuri akibat proses industri atau lainnya.

3) Pengotoran atmosfer oleh hydrocarbons minyak yang

dihasilkan oleh penggunaan minyak bumi untuk

menghasilkan energi.

b. The disposal of domestic and industrial wastes

Pencemaran yang disebabkan oleh pengaliran limbah domestik

atau limbah industri dari pantai, baik melalui sungai “sewage

outlets” atau akibat “dumping”.

c. Marine Pollution caused by radioactivity

Pencemaran laut akibat adanya kegiatan-kegiatan radoaktif alam

ataupun kegiatan-kegiatan manusia. Dua penyebab utamanya

adalah percobaan senjata nuklir dan pembuangan limbah

radioaktif, termasuk pencemaran yang di sebabkan oleh

penggunaan laut untuk kepentingan militer atau pembuangan

alat-alat militer di laut.

3. Dampak Pencemaran Laut

Laut yang mengandung berbagai jenis sumberdaya yang dapat di

manfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan

meningkatkan kesejahteraannya, banyak mengalami tekanan baik dari

aktifitas manusia yang secara langsung dilakukan di laut, maupun

karena aktifitas manusa yang dilakukan di daratan. Pencemaran laut

yang merupakan salah satu bentuk tekanan terhadap lingkungan laut

10
maupun sumber daya di dalamnya dapat menyebabkan kerugian bagi

sistem alami (ekosistem) yang telah tertata sebelumnya maupun bagi

manusia yang merupakan bagian dari sistem alami tersebut. Dengan

kata lain, pencemaran laut tidak hanya merusak habitat organisme laut

serta proses biologi dan fisiologinya saja, tetapi secara tidak langsung

dapat membahayakan kesehatan dan kehidupan manusia karena

terakumulasi oleh bahan-bahan pencemar melalui konsumsi bahan

pangan laut yang telah terakumulasi sebelumnya.

Secara umum, dampak pencemaran laut dapat berpengaruh

terhadap :

a. Organisme Laut

Adanya pencemaran akan berdampak terhadap penurunan

kualitas perairan, sehingga akan mengganggu berlangsungnya

proses biologi maupun fisiologi organisme laut. Dan demikian

akan menyebabkan kematian yang pada akhirnya menurunkan

populasi dan keanekaragaman hayati.

b. Terhadap Ekosistem Laut

Masuknya sisa-sisa pupuk dan bahan pencemar organik ke

laut akan menyebabkan terjadinya “eutrofikasi” sehingga terjadi

peledakan populasi organisme tertentu. Hal ini akan

mengakibatkan terjadinya perubahan keseimbangan dalam

ekosistem laut.

11
c. Manusia

Pencemaran oleh logam-logam berat seperti Hg (Merkuri)

dan Cd (Kadmium), dapat menyebabkan penyakit minimata

seperti kasus di Jepang yang menyebabkan kematian dan cacat

tubuh.

d. Kegiatan Pariwisata dan Industri

Perusakan kawasan wisata bahari dan ketersediaan air untuk

indsutri dan pertanian.

Berikut ini dibahas tentang dampak dari beberapa jenis bahan

pencemar yang sering menyebabkan terjadinya pencemaran di laut :

a. Dampak dari Limbah Industri

Dengan terdapatnya berbagai jenis kegiatan industri beserta

produknya, maka limbah yang terbentukpun akan bervariasi

sesuai dengan jenis industri dan bahan baku yang digunakan.

Logam Pb (Timbal) dan Hg (Merkuri) yang merupakan

jenis bahan pencemar di laut, selain dapat menurunkan kualitas

dan produktivitas perairan laut, juga dapat menimbulkan

keracunan, karena unsur Hg dan Pb merupakan unsur logam

berbahaya yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia

apabila terakumulasi pada organisme perairan yang dimakan oleh

manusia.

Limbah industri lainnya yang umumnya terbuang ke badan

sungai dan dialirkan ke laut atau yang langsung terbuang ke laut

akan terakumulasi. Dalam jumlah tertentu yang melebihi

12
kapasitas daya asimilatif perairan, bahan pencemar ini akan

menjadi sludge yang menimbulkan bau busuk. Kandungan kimia

sludge dapat menurunkan DO dan BOD serta meningkatkan

COD. Disamping itu sludge mengeluarkan pula bahan beracun

berbahaya seperti sulfida, fenol, Cr (Heksavalen), Pb (Timbal),

dan Cd (Cadmium) yang dapat terakumulasi dalam organisme

perairan tertentu dan secara tidak langsung merupakan acaman

bagi kehidupan manusia (Suratmo, 1990). Untuk itu limbah

industri harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke laut

melalui badan sungai.

b. Dampak dari Limbah Domestik dan Pertanian

Limbah domestik berupa limbah rumah tangga dan kotoran

manusia yang terbuang ke perairan apabila melebihi kemampuan

asimilasi perairan sungai dan terbawa ke laut dapat mencemari

perairan dan menimbulkan penyuburan berlebihan (eutrofikasi).

Gejala ini akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut

akibat meledaknya populasi organisme tertentu sehingga dapat

menimbulkan kematian beberapa organisme perairan. Nybakken

(1992) mengemukakan bahwa pada kondisi perairan yang

mengalami “eutrofikasi”,organisme makro-zoobenthos yang

menjadi indikator lingkungan jarang sekali ditemukan. Sedangkan

kadar NH3 perairan meningkat dan pH-nya menjadi rendah

(asam). Keadaan ini menunjukan kondisi perairan yang tidak

stabil dimana terjadi penurunan kualitas perairan sehingga

13
organisme laut akan mati atau tidak dapat melangsungkan

aktifitas hidupnya untuk proses pertumbuhan dan

perkembangbiakan.

Sedangkan limbah pertanian selain dapat menimbulkan

eutropikasi yang disebabkan akumulasi bahan-bahan organik sisa

tumbuhan yang membusuk, akumulasi residu dari pestisida

terutama bahan kimia beracun chlorine dan organo-chlorine juga

dapat menimbulkan keracunan bagi organisme perairan yang pada

akhirnya akan membawa kematian. Keadaan ini tidak hanya

mengancam kehidupan organisme yang hidup di habitat yang

terkena kontaminasi bahan beracun saja, tetapi dapat mengancam

kehidupan organisme lain yang secara ekologis mempunyai

kaitan erat dengan organisme tersebut melalui aliran rantai

makanan.

Akibat tidak langsung dari kegiatan pertanian berupa

perladangan berpindah dan penebangan hutan secara

serampangan juga dapat menimbulkan pencemaran berupa

sedimentasi dan pendangkalan sungai yang disebabkan oleh erosi.

Proses kekeruhan dan sedimentasi ini bisa mencapai perairan

estuaria dan perairan pantai. Secara ekologis proses kekeruhan

karena sedimentasi dapat menyebabkan terganggunya penetrasi

cahaya matahari ke dalam perairan, sehingga kegiatan fotosintesa

plankton maupun organisme laut lainnya menjadi terhenti. Hal ini

menyebabkan kadar oksigen dalam perairan menjadi menurun

14
diikuti oleh kematian organisme laut. Kematian organisme laut

yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas perairan karena

proses pembusukan pada perairan yang telah mengalami

pendangkalan dan penumpukan bahan organik akan menimbulkan

racun. (Johnston, 1976).

4. Pemahaman Tentang Marine Pollution (MARPOL)

Bicara tentang pencemaran di laut, hal yang sangat berhubungan

dekat sekali dengan pelaut di kesehariannya. Jika kita lali dan terjadi

pencemaran sampah di laut, dampaknya sangat luar biasa sekali.

Bukan hanya lingkungan biota laut yang terancam kita juga sebagai

pelaut bisa berhubungan dengan hukum. Maka dari itu hindari kesalah

gunakanlah managemen yang baik di atas kapal. Pencatatan oil record

book yang terbaru dan juga system waste management yang terkontrol.

Banyak rekan kita pelaut terkadang menganggap remeh akan hal itu.

Tetapi manusia terkadang belum sadar jika sudah dapat musibah

penyesalan datang belakangan. Untuk menghindari hal tersebut mari

sama-sama mendalami apa yang dimaksud Marine Pollution

(MARPOL) itu. Saya akan menguraikan sejelasnya apa yang saya tau.

Sejak peluncuran kapal pengangkut minyak yang pertama

GLUCKAUF pada tahun 1885 dan penggunaan pertama mesin diesel

sebagai penggerak utama kapal tiga tahun kemudian, maka fenomena

pencemaran laut oleh minyak mulai muncul.

Baru pada tahun 1954 atas prakarsa dan pengorganisasian yang

dilakukan oleh Pemerintah Inggris (UK), lahirlah Oil Pollution

15
Convention, yang mencari cara untuk mencegah pembuangan

campuran minyak dan pengoprasian kapal tanker dan dari mesin

kapal lainnya.

Sebagai hasilnya adalah sidang IMO mengenai “International

Conference on Marine Pollution” dari tanggal 8 oktober sampai

dengan 2 November 1973 yang menghasilkan “International

Convention for the Prevention of Oil Pollution from Ships” tahun

1973, yang kemudian disempurnakan dengan TSSP (Tanker Safety

and Pollution Prevention) Protocol tahun 1978 dan konvensi ini

dikenal dengan nama MARPOL 1973/1978 yang masih berlaku

sampai sekarang.

5. Pengertian Kotoran (Sewage)

Kotoran adalah segala jenis limbah yang berasal dari air limbah

toilet, tempat pembuangan air, buangan air besar, air buangan dari

ruang medis, tempat cuci tangan (westafel) atau bak cucian, air

buangan dari kotoran hewan hidup, dan semua air limbah atau air

pembuangan yang tercampur hal-hal tersebut diatas. Pembuangan

kotoran mentah ke laut dapat menimbulkan bahaya kesehatan. Limbah

juga dapat menyebabkan penipisan oksigen dan bisa menjadi polusi

visual yang jelas di wilayah pesisir, merupakan masalah besar bagi

negara-negara dengan industri pariwisata.

Annex IV (sewage) berisi seperangkat peraturan mengenai

pembuangan limbah ke laut dari kapal, termasuk peraturan mengenai

peralatan dan sistem kapal untuk pengendalian pembuangan limbah,

16
penyediaan fasilitas penerimaan pelabuhan untuk limbah, dan

persyaratan untuk survei dan sertifikasi.

Secara umum dianggap bahwa di laut lepas, lautan mampu

mengasimilasi dan menangani limbah mentah melalui aksi bakteri

alami. Oleh karena itu, peraturan dalam Annex IV MARPOL melarang

pembuangan limbah ke laut dalam jarak tertentu dari tanah terdekat,

kecuali jika ditentukan lain.

Pemerintah diminta untuk memastikan penyediaan fasilitas

penerimaan yang memadai di pelabuhan dan terminal untuk

penerimaan limbah, tanpa menyebabkan keterlambatan kapal.

Annex IV mulai berlaku pada tanggal 27 September 2003. Sebuah

revisi Annex IV diadopsi pada 1 April 2004 dan mulai berlaku pada

tanggal 1 Agustus 2005.

Lampiran yang direvisi berlaku untuk kapal-kapal baru yang

terlibat dalam pelayaran internasional 400 tonase dan di atas atau yang

disertifikasi untuk membawa lebih dari 15 orang. Kapal yang ada

diwajibkan untuk mematuhi ketentuan revisi Annex IV lima tahun

setelah tanggal berlakunya Annex IV, yaitu sejak 27 September 2008.

Lampiran tersebut mengharuskan kapal untuk dilengkapi dengan

instalasi pengolahan limbah yang disetujui atau yang disetujui

kominuting limbah dan sistem desinfektan atau tangki penampungan

limbah.

Pembuangan limbah ke laut dilarang, kecuali ketika kapal telah

mengoperasikan pabrik pengolahan limbah yang disetujui atau ketika

17
kapal melepaskan limbah yang dikucurkan dan di disinfeksi

menggunakan sistem yang disetujui pada jarak lebih dari tiga mil laut

dari daratan terdekat. Limbah yang tidak dikhususkan atau

didesinfeksi dapat dibuang pada jarak lebih dari 12 mil laut dari

daratan terdekat, dan tingkat pembuangan limbah yang tidak diolah

harus disetujui oleh Administrasi (lihat resolusi MEPC.157 (55)).

MEPC juga mengadopsi standar untuk tingkat maksimum

pembuangan limbah yang tidak diolah dari tangki penampungan pada

jarak lebih dari 12 mil laut dari tanah terdekat. Kapal-kapal tidak

diizinkan membuang sewage dalam batas 4 mil dari daratan kecuali

dioperasikannya suatu instalasi pemurnian (Sewage Treatment

Plant) yang diakui. Antara 4 dan 12 mil dari daratan, sewage harus

dimurnikan dan diantibakterikan sebelum dibuang

Pada saat kapal sedang melaju/berlayar, kotoran atau limbah ini

ditampung dalam sebuah tangki penampungan yang berada diatas

kapal. Bila kapal berada di pelabuhan, kotoran dalam tangki

penampungan ini dibuang ke “receiption facility” atau fasilitas

penampungan yang ada di pelabuhan.

6. Peraturan Sewage Legal Regulation and Ship Sewage Discharge

Peraturan utama tentang pencegahan polusi dilaut adalah

International Convention for the Prevention of Pollution from Ships,

1973/78 (MARPOL 73/78) di buat oleh IMO. Konvesi MARPOL

mengatur standar dan peraturan pencegehan polusi di laut yang

18
disebabkan oleh oli, bahan kimia, muatan berbahaya, air limbah

(sewage), sampah, emisi gas berbahaya dan air ballast.

Persyaratan membuang kotoran (discharge) ke laut menurut

Annex IV MARPOL 73/78 :

a. Kapal membuang kotoran yang telah dihancurkan dan bebas

bakteri dengan menggunakan suatu “system sewage treatment

plant” yang diakui oleh Administrasi Pemerintah, pada jarak > 4

mil dari daratan terdekat.

b. Kotoran yang belum bebas dari bakteri/bebas hama di buang

pada jarak lebih dari 12 mil dari daratan terdekat.

c. Kotoran yang telah ditampung dalam suatu tangki, tidak boleh

dibuang secara serentak, tetapi dengan aliran kapal yang sedang

melaju pada kecepatan tidak lebih dari 4 knot.

d. Selama di pelabuhan limbah atau kotoran dibuang ke receiption

facility. Receiption Facility adalah fasilitas penampungan di

darat yang tidak hanya digunakan untuk menampung kotoran,

tetapi digunakan juga untuk menampung sisa-sisa minyak, zat

cairan beracun, dan sampah yang berasal dari kapal. Negara

peserta Konvensi MARPOL 73/78 diwajibkan untuk menyiapkan

dan memelihara fasilitas penampungan yang cukup di darat.

Ukuran Kapal-kapal yang diberlakukan dalam Annex IV ini

yaitu:

a. Kapal baru berbobot 200 GRT atau lebih.

b. Kapal baru kurang dari 200 GRT yang diijinkan mengangkut

19
lebih dari 10 orang.

c. Kapal-kapal baru yang tidak memiliki sertifikat ukuran resmi

namun yang diijinkan mengangkut lebih dari 10 orang.

d. Kapal lama kurang dari 200 GRT yang diijinkan mengangkut

lebih dari 10 orang, setelah 10 tahun berlakunya Annex ini.

e. Kapal-kapal baru yang tidak memiliki sertifikat ukuran resmi

namun yang diijinkan mengangkut lebih dari 10 orang, setelah

10 tahun dari berlakunya Annex ini.

Sertifikat yang harus dimiliki setiap kapal yang mengangkut

kotoran adalah “ International Sewage Pollution Prevention

Certificate “ (ISPPC).

7. Pengertian Tentang Sewage System

Dapat kita ketahui pengertian dari sewage system adalah sistem

untuk pembuangan limbah (kotoran) dari toilet yang ada pada geladak

akomodasi yang telah direncanakan, sebelum limbah (kotoran)

tersebut dibuang ke overboard (O/B) atau ke shore connection harus

ditampung terlebih dahulu untuk dilakukan treatment. Pembuangan

limbah yang tidak di proses secara treatment di perairan teritorial,

maka dilarang oleh peraturan perundang-undangan dan Peraturan

Internasional yang berlaku untuk pembuangan limbah dalam jarak

yang ditetapkan dari daratan. Sebagai hasilnya semua kapal harus

mempunyai sistem pembuangan limbah sesuai dengan standar yang

ditentukan.

Ada dua jenis systems untuk penanganan limbah, yaitu :

20
a. Metode Kimia (Chemical Method)

Adalah metode yang pada dasarnya menggunakan suatu tangki

untuk menampung limbah padat dan akan dibuang pada area yang

diijinkan pada tempat penampungan limbah di pantai.

b. Metode Biologi (Biological Method)

Adalah perlakuan sedemikian rupa sehingga limbah dapat

diperbolehkan dibuang ke pantai dengan aturan yang sudah

diijinkan.

8. Prosedur “Start & Stop” pada Sewage Treatment Plant

Gambar 2.1. Sewage Treatment Plant

Sumber: wordpress.com : 2013

Mesin apapun di kapal memerlukan prosedur yang sesuai untuk

start dan stop. Kesalahan dalam mengikuti prosedur akan

mengakibatkan permasalahan dalam start atau stop mesin itu atau

masalah lain.

Sewage Treatment Plant adalah salah satu peralatan di kapal yang

memerlukan prosedur bertahap yang harus diikuti untuk start dan

21
stop. Dalam tulisan ini kami akan memaparkan prosedur start dan stop

daripada kerja sewage treatment plant.

a. Start sewage treatment plant.

Sewage plant secara umum akan bejalan terus menerus selama

pelayaran, tapi butuh start awal ketika pelatan itu baru dipasang

diatas kapal. Dan butuh stop pada waktu tertentu untuk

meningkatkan performanya dan perawatan.

Berikut adalah poin yang perlu diikuti untuk start sewage

treatment plant.

1) Pastikan jika ada perawatan yang sedang dilakukan untuk

sewage treatman plant, semua yang terbuka dalam keadaan

tertutup sebelum start sewage treatment plant.

2) Chamber sewage diisi dengan air tawar .

3) Pada tahap ini tidak ada bakteri aerobic dalam chamber,

tapi sewage sudah mulai masuk dari saluran toilet,

kemudian untuk meningkatkan efisiensi dan rate. Rate

starting dari plant bio pac ditambahkan ke system dengan

cara flushing untuk jumlahnya akan lebih spesifik dalam

manual book.

4) Jika biopack tidak ditambahkan, system akan memerlukan 5

sampai 7 hari untuk berfungsi dengan baik, tapi jika

biopack bekerja maka hanya diperlukan 24 jam saja.

5) Start kompresor udara atau buka kran udara tergantung

desain kapal, tekanan dipertahankan sebagaimana yang

22
tertera dalam manual book umumnya 0.3-0.4 bar.

6) Buka overboard valve sewage dan tutup holding tangk

valve ketika kapal berada diluar perairan terbatas (restricted

water).

7) Plant secara terus menerus diperhatikan dan diperiksa aliran

melalaui plastic transparan.

8) Sample diambil untuk pemeiksaan endapan yang sulit

terurai dan kandungan kloride.

b. Stop of sewage treatment plant.

Mematikan sewage plant secara umum biasanya dilakukan

sebelum dry dock atau untuk perawatan yang memang harus

dilakukan pada sewage plant.

1) Untuk stop system, tutup inlet valve pada sewage plant dan

tutup overboard valve dan biarkan sewage langsung ke laut.

2) Kosongkan semua dari tiga chamber di plant, yaitu

aeration, settling, dan chamber chlorination. Jika chamber

tidak kosong akan menghasilkan bakteri anaerobik yang

akan menghasilkan gas H2S.

3) Jika sudah dilakukan pengosongan, selanjutnya harus di

check hydrogen sulphide, gas H2S dengan bantuan dragon

tube dengan terus mengambil sampel pada sistem, lakukan

hal ini dengan menggunakan masker dan sarung tangan.

4) Jika kapal akan drydock overboard valve harus terhubung

dengan fasilitas darat.

23
B. Kerangka Penelitian

Gambar 2.2 Kerangka Penelitian

MARPOL 73/78

Penerapan MARPOL Annex 4

Kelemahan
Identifikasi

Kurangnya pengetahuan Kurangnya penerapan


ABK dan Crew kapal MARPOL 73/78 Annex 4
mengenai MARPOL 73/78 yang dilaksanakan di atas
kapal

Cara Mengatasinya

Melakukan pengarahan kepada ABK


maupun Crew kapal di atas kapal
agar memahami tentang MARPOL
73/78 Annex 4 dan mampu di
terapkan di atas kapal

24
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Penelitian adalah

pemeriksaan yang teliti atau penyelidikan, serta kegiatan pengumpulan,

pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis

dan objektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu

hipotesis untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum”.

Penelitian merupakan suatu proses dari suatu rangkaian langkah-

langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis, guna mendapatkan

pemecahan masalah atau jawaban terhadap pernyataan-pernyataan tertentu.

Dalam penyusunan proposal ini penulis menggunakan jenis penelitian

kualitatif.

Menurut Dr. Ibrahim, M.A dalam bukunya yang berjudul

“Metodologi Penelitian Kualitatif”, pendekatan kualitatif adalah cara kerja

penelitian yang menekankan pada aspek pendalaman data demi

mendapatkan kualitas dari hasil suatu penelitian. Dengan kata lain,

pendekatan kualitatif (qualitative approach) adalah suatu mekanisme kerja

penelitian yang mengandalkan uraian deskriptif kata, atau kalimat, yang

disusun secara cermat dan sistematis mulai dari menghimpun data hingga

menafsirkan dan melaporkan hasil penelitian.

Pada umumnya penelitian merupakan refleksi keinginan untuk

memperoleh dan mengembangkan pengetahuan yang merupakan kebutuhan

dasar manusia sehingga menjadi motivasi untuk melakukan penelitian. Jenis

25
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

metode deskriptif.

Menurut Dr. Ibrahim, M.A dalam bukunya yang berjudul

“Metodologi Penelitian Kualitatif”, metode deskriptif adalah cara kerja

penelitian yang dimaksudkan untuk menggambarkan, melukiskan, atau

memaparkan keadaan suatu objek (realitas atau fenomena) secara apa

adanya, sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat penelitian itu dilakukan.

B. Lokasi Penelitian

1. Waktu

Untuk mendapat data-data informasi yang sehubungan dengan

permasalahan yang dibahas dalam karya tulis ini, penulis telah

melakukan penelitian yang dilaksanakan selama penulis melaksanakan

pendidikan di Politeknik Pelayaran Surabaya sampai dengan

melaksanakan Praktek Laut (PRALA) selama 1 tahun.

2. Tempat

Sedangkan tempat untuk penelitian dilakukan adalah pada saat

melaksanakan Praktek Laut di atas kapal MV.Kawa Mas.

C. Jenis dan Sumber Data

Menurut Dr. Ibrahim, M.A dalam bukunya yang berjudul

“Metodologi Penelitian Kualitatif”, data adalah segala bentuk informasi,

fakta dan realita yang terkait atau relevan dengan apa yang dikaji atau

diteliti. Data dalam konteks ini bisa berupa kata-kata, lambang, simbol

26
ataupun situasi dan kondisi riel yang terkait dengan penelitian yang

dilakukan. Sedangkan sumber data dalam penelitian adalah orang, benda,

objek yang dapat memberikan informasi, fakta, data, dan realitas yang

terkait atau relevan dengan apa yang dikaji atau diteliti.

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan proposal

ini adalah data yang merupakan informasi yang diperoleh penulis melalui

pengamatan langsung dan wawancara. Dari sumber-sumber ini diperoleh

data sebagai berikut .

1. Data Primer

Data primer adalah segala informasi, fakta, dan realitas yang terkait

atau relevan dengan penelitian yang didapatkan di lapangan, dimana

kaitan atau relevansinya sangat jelas, bahkan secara langsung. Disebut

sebagai data utama (primer), karena data tersebut menjadi penentu

utama berhasil atau tidaknya sebuah penelitian. Artinya, hanya dengan

didapatkannya data tersebut sebuah penelitian dapat dikatakan berhasil

dikerjakan. Dari data itulah pertanyaan utama penelitian dapat dijawab.

Dan dari data itu pula, penelitian tersebut dapat dikembangkan menjadi

lebih detil, mendalam dan rinci. Data yang memiliki karakteristik

seperti inilah yang disebut dengan data utama (primer). (Dr. Ibrahim,

M.A,2015).

2. Data sekunder

Data skunder adalah segala informasi, fakta dan realitas yang juga

terkait atau relevan dengan penelitian, namun tidak secara langsung,

atau tidak begitu jelas relevansi. Data sekunder bisa didapatkan dari

27
buku, artikel, atau media lain dengan cara studi pustaka. Data skunder

ini lebih bersifat kulitnya saja, yang tidak mampu menggambarkan

substansi terdalam dari informasi, fakta dan realitas yang dikaji atau

diteliti. Sebagai data pendukung (skunder), informasi ini memang tidak

menentukan (tidak substantif), akan tetapi data ini bisa memperjelas

gambaran sebuah realitas penelitian. (Dr. Ibrahim, M.A,2015).

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang penulis

lakukan sebelumnya, maka dalam penyusun proposal ini dibutuhkan

suatu pengamatan. Sehingga mampu mendapatkan data yang benar agar

tujuan penulisan dapat tercapai dan sesuai dengan judul yang penulis

ambil.

D. Pemilihan Informan

Untuk melakukan pembahasan dalam karya tulis ini diperlukan

data-data dan informasi yang lengkap dan dapat dipertanggungjawabkan

agar dapat diolah dan disajikan menjadi suatu gambaran dan pandangan

yang benar. Untuk mengolah data praktisi, diperlukan data teoritis untuk

menyusun karya tulis ini dapat terkumpul, maka penulis menggunakan

teknik pengumpulan data yang berupa :

1. Observasi

Dalam teknik ini penulis akan melakukan pencarian dari berbagai

sumber yang ada secara langsung dan akan mengumpulkan data-data

dan informasi yang sesuai dengan keadaan yang terjadi sebenarnya di

28
kapal, sehingga penulis dapat menilai apakah sudah diterapkannya

Annex 4 di atas kapal.

2. Teknik Dokumentasi

Pengumpulan data pada teknik ini yaitu dilakukan dengan

pengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan informasi di

bidang pengetahuan, artinya dokumentasi adalah mengumpulkan data

dan memilah-milah berdasarkan kebutuhan penelitian kemudian

mengolahnya menjadi sebuah informasi. Dokumentasi yang

ditunjukkan dalam hal ini adalah segala dokumen yang berhubungan

dengan penerapan MARPOL Annex 4 yang dilaksanakan di atas kapal.

E. Teknik Analisis Data

Kegiatan yang memerlukan perhatian khusus bagi seorang peneliti

baik selama dilapangan maupun sesudah data terkumpul adalah analisis

data. Menurut Patton (1980:26) dalam Lexy J.Moleong (2002:103), analisis

data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam

suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar.

Menurut Sarwono (2006:239), prinsip pokok teknik analisis

kualitatif ialah mengolah dan menganalisis data yang terkumpul menjadi

data yang sistematik, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna. Dalam hal

ini seluruh data dari hasil penelitian diperoleh, dilaksanakan teknik analisa

data.

Dalam penulisan proposal penelitian ini penulis menggunakan tiga

macam metode analisa data (Lexy J.Moleong (2006:288)) :

29
1. Reduksi Data

Reduksi Data dapat didefinisikan sebagai proses pemilihan,

pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan.

2. Penyajian Data

Penyajian Data merupakan sekumpulan informasi yang telah

tersusun secara terpadu dan mudah dipahami yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan mengambil suatu

tindakan.

3. Menarik Simpulan

Menarik Simpulan merupakan kemampuan peneliti dalam

memyimpulkan berbagai temuan data yang diperoleh selama proses

penelitian.

30
Daftar Pustaka

Abasiojo. (2013, February 20). Sewage, Start/Stop Prosedur.

Ajar, T. P. (2016). MARPOL. Surabaya: Politeknik Pelayaran Surabaya.

Ali, Lukman. (1995:1044). “ Kamus Besar Bahasa Indonesia.” Jakarta: Balai

Pustaka

Badudu,JS. & Zain, S. (1996:1487). Pengertian Penerapan

DR.Ibrahim, M. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif. Pontianak.

Fauzan Ariq Santoso, Adi Wirawan Husodo ST.MT. (2015). Pengertian Sewage

System Pada Bidang Maritim & Prosedur "Start & Stop" Pada Sewage

Treatment Plant. Pengertian Sewage System Pada Bidang Maritim, 1-5.

Hartanto, (2008). Akibat Pencemaran Laut dan Pengertian Pencemaran Laut

KBBI (2010). Pengertian Penerapan. http://internetsebagaisumberbelajar.blogspot.

com/2010/07/pengertian-penerapan.html.

Mukhator, (2002). Pengertian dan penjelasan tentang Pencemaran Laut.

Politeknik Pelayaran Surabaya (2017). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Terapan

(KIT). Surabaya: Politeknik Pelayaran Surabaya.

Randa, A. (2013, April 28). Kotoran Dan Sampah Kapal.

Rid, W. (2011, Agustus 19). Dampak Pencemaran Laut.

Wahab, (1990:45). Pelaksanaan penerapan dan berbagai unsur dari penerapan.

Wibisono, K. (2009 November 4). Pencemaran Laut Ancam Perairan Batam.

ANTARANEWS.COM

31

Anda mungkin juga menyukai