TEGAR MAULANA
NIT.05.17.049.1.41
AHLI NAUTIKA TINGKAT III
TAHUN 2021
i
TEGAR MAULANA
NIT.05.17.049.1.41
AHLI NAUTIKA TINGKAT III
TAHUN 2021
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis dengan judul
DI ATAS KAPAL LPG/C GAS ARAR” Merupakan karya asli seluruh ide yang
ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan,
Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima
SURABAYA, ..............
TEGAR MAULANA
NIT: 05.17.049.1.41
iii
PERSETUJUAN SEMINAR
KARYA ILMIAH TERAPAN
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui:
PENGESAHAN
KARYA ILMIAH TERAPAN
Mengetahui:
Ketua Jurusan Nautika
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan Karya ilmiah terapan ini dengan judul “PENERAPAN ATURAN
P2TL SAAT DINAS JAGA LAUT PADA SITUASI MENYILANG UNTUK
MENGHINDARI BAHAYA TUBRUKAN DI ATAS KAPAL LPG/C GAS
ARAR”, karya tulis ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat bagi
taruna yang akan melaksanakan praktek laut Program Diploma III Politeknik
Pelayaran Surabaya.
Pada kesempatan ini disampaikan terima kasih kepada pihak – pihak yang
telah membantu sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan, antara lain kepada :
8. Serta rekan – rekan kelas Nautika B Diploma III Reguler yang telah
membantu dalam proses penulisan Karya Ilmiah Terapan ini.
semoga semua amal dan jasa baik mereka mendapat imbalan dari Allah SWT.
kekurangan didalam penulisan karya ilmiah terapan ini. Penulis berharap semoga
karya ilmiah terapan ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi penulis
Surabaya,.....................2021
Penulis
Tegar Mulana
vii
ABSTRAK
TEGAR MAULANA, 2021 Penerapan Aturan P2TL Saat Dinas Jaga Laut
Pada Situasi Menyilang Untuk Menghindari Bahaya Tubrukan Di Atas Kapal
LPG/C Gas Arar. Dibimbing oleh A.A Istri Sri Wahyuni dan Dr.Trisnowati
Rahayu.
Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL) 1972 atau Collision
Regulation 1972 adalah bagian dari mata pelajaran dinas jaga yang berisi
peraturan-peraturan untuk bernavigasi secara aman. Di dalam P2TL semua
kegiatan dan bagaimana pengambilan tindakan yang tepat terhadap segala
keadaan dan kondisi sudah diatur.
Watchkeeping merupakan salah satu hal yang perlu sangat diperhatikan
dalam melalui alur pelayaran sempit. Watchkeeping adalah sebuah pengetahuan
yang diberikan kepada cadet sebagai calon perwira untuk mempersiapkan diri
sebagai Perwira di atas kapal agar kapal tersebut mencapai tujuannya selamat
sampai disuatu tempat tujuan yang telah direncanakan.
Bahaya tubrukan atau Risk of Collision dalam bahasa inggrisnya adalah
suatu kondisi atau keadaan dimana kapal kita memiliki haluan yang sama dengan
kapal lain yang berlawanan arah dan kapal yang akan bersilangan dengan kapal
kita. Bahaya tubrukan juga dapat terjadi pada saat penyusulan apabila tidak ada
koordinasi antar kapal.
Penelitian dilaksanakan selama 12 bulan di kapal LPG/C GAS ARAR.
Data primer diperoleh secara langsung dari kejadian atau kegiatan yang terjadi di
atas kapal LPG/C GAS ARAR. Data sekunder diperoleh dari data yang sudah ada
serta wawancara langsung terhadap perwira kapal dan melihat kejadian yang
pernah terjadi di atas kapal.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan aturan P2TL saat dinas
jaga laut pada situasi menyilang untuk menghindari bahaya tubrukan di atas kapal
LPG/C GAS ARAR sudah ditarapkan baik sesuai aturan yang ada. Namun masih
ada salah satu kapal yang belum menerapkan aturan tersebut.
ABSTRACT
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN............................................................................................. ii
PENGESAHAN ................................................................................................................. iv
E. MANFAAT PENELITIAN................................................................................. 5
1. Dokumentasi ......................................................................................................... 22
2. Wawancara............................................................................................................ 22
3. Display Data.......................................................................................................... 24
C. PEMBAHASAN ................................................................................................... 32
LAMPIRAN ...................................................................................................................... 38
xi
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Dinas Jaga ............................................................................................. 11
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
budaya masyarakat.
Menurut Noel John Vavasour (1981:23), angkutan laut adalah salah satu
jenis transportasi yang saat ini sangat diperhatikan oleh Pemerintah, karena
sektor ekonomi maupun sektor sosial di Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu
perekonomian termasuk dalam hal ekspor impor barang yang sebagian besar
melalui jalur laut karena biaya pengangkutan yang jauh lebih murah
pertumbuhan ekonomi dari sektor angkutan laut, agar dapat tercapai tentunya
harus diimbangi dengan mutu pelayaran yang baik dan seefektif mungkin.
Ramainya lalu lintas laut ini memiliki dampak negatif yang sangat
merugikan semua pihak dalam dunia pelayaran. Dampak negatif itu adalah
Tubrukan adalah suatu keadaan darurat yang terjadi karena kapal menabrak
2
kapal lain, benda mengapung dan hal-hal lain yang mengakibatkan kapal
berlayar melalui alur pelayaran sempit yang sudah tidak dapat dikendalikan
penerapan pengamatan yang baik dalam melakukan dinas jaga. Dan juga
kembali terjadi, kali ini adalah tubrukan kapal laut di Selat Sunda antara kapal
Feri Ro-Ro (roll-on roll-off) KM. Bahuga Jaya dengan kapal tanker MT.
Norgas Cathinka. Tabrakan tersebut terjadi antara pukul 04:00 – 05:00 pagi.
Akibat kecelakaan itu KM. Bahuga Jaya tenggelam satu jam setelahnya.
menabrak Lambung Kanan KM. Bahuga Jaya. Dalam kejadian ini, terlihat
bahwa kapal Feri Ro-Ro tetap bertahan dengan haluannya dan kapal Tanker
MT. Norgas merasa dalam posisi yang benar juga “bertahan” dengan posisinya.
Sekalipun disebutkan ada tindakan merubah haluan, tapi jarak yang sudah
Secara posisi kapal, kapal Tanker MT. Norgas Catinkha sudah benar, tapi
harus dilihat juga didalam aturan P2TL disebutkan, bahwa dalam rangka
3
VHF, ataupun cahaya yang tujuannya agar dapat menarik perhatian kapal lain,
yang mungkin saja seluruh awak kapal dalam kondisi keracunan gas misalnya
sehingga kapal berjalan seperti kapal hantu, atau dikarenakan kelalaian ABK,
di atas kapal LPG/C GAS ARAR, pada 12 Juli 2020 pukul 21:10 waktu
setempat,pada saat penulis melaksanakan dina jaga malam meliha ada kapal di
sebelah kiri kapal kami,situasi tersebut akan terjadi situasi menyilang sesuai
tersebut juga tidak merubah haluannya untuk tidak memotong haluan kapal
merubah haluan kapal kami kekiri sejauh mungkin untuk menghindari situasi
Oleh karena itu penerapan dan pemahaman mengenai aturan P2TL ketika
sedang melaksanalan dinas jaga saat kapal berlayar harus benar diterapkan
untuk mencegah kejadian seperti itu terulang kembali. Hal yang sebenarnya
terkandung dalam materi dinas jaga adalah sebuah pengetahuan yang diberikan
kepada cadet sebagai calon perwira untuk mempersiapkan diri sebagai Perwira
di atas kapal agar kapal tersebut mencapai tujuannya selamat sampai disuatu
tempat tujuan yang telah direncanakan. Karena hal-hal tersebut diatas penulis
Gas Arar”
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana penerapan aturan P2TL pada pelaksanaan dinas jaga laut yang
tubrukan?
C. BATASAN MASALAH
hanya pada aturan 5, 6, 7, 15 dan 34 P2TL saat dinas jaga laut untuk
D. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui penerapan aturan P2TL di atas kapal LPG/C GAS ARAR
E. MANFAAT PENELITIAN
Dengan adanya penelitian ini, manfaat yang ingin dicapai penulis dalam
aman.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
P2TL saat dinas jaga laut untuk menghindari bahaya tubrukan. Berikut ini
tubrukan kapal merupakan hal yang penting dilakukan bukan hanya untuk
mengetahui safety level pada sebuah alur pelayaran, namun juga untuk
bahwa penyebab utama terjadinya tubrukan dilaut dari tahun 1970 hingga
B. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Terapan
teori yang seharusnya dapat dilakukan juga di atas kapal dalam penerapan
Secara umum orang tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan dinas
jaga, karena secara umum orang hanya mengetahui bahwa yang dimaksud
dinas jaga adalah sebuah jadwal rutin yang diberlakukan kantor atau pun
selama bertugas.
karena hal-hal perlindungan laut juga di atur dalam STCW 1995 chapter
VIII sebagai berikut: 1) setiap anggota tugas jaga harus memahami dan
berlaku.
Dalam satu hari (selama 24 jam), tugas/dinas jaga dibagi menjadi 3 regu
dengan masing-masing regu bertugas selama 4 jam siang dan 4 jam malam,
sehingga tiap regu bertugas 8 jam per hari. Bagian dek dan bagian mesin
radio hanya menggunakan 2 regu saja. Petugas jaga adalah para perwira-
perwira dek dan ahli mesin kapal (engineers) serta anak buah (juru mudi),
untuk mempersiapkan diri sebagai Perwira di atas kapal agar kapal tersebut
direncanakan.
2. Dinas Jaga
Salah satu tugas yang harus dilaksakan oleh awak kru kapal adalah dinas
jaga. Dinas jaga adalah suatu kegiatan pengawasan selama 24 jam diatas
kapal, yang dilakukan oleh muallim jaga dengan tujuan mednukung operasi
aturan IMO.
Sebagai dasar dari penjelasan tentang tugas jaga adalah berpedoman pada
prinsip umum tugas jaga. Seorang perwira jaga yang sedang melaksanakan
dinas jaga laut harus dalam keadaan sehat dan bugar, maka STCW 1995
perwira yang melaksanakan suatu tugas jaga atau sebagai bawahan yang
ambil bagian dalam suatu tugas jaga, harus diberikan waktu istirahat
b) Jam – jam istirahat paling banyak hanya boleh dibagi menjadi dua
periode istirahat yang salah satu periodenya tidak boleh kurang dari 6
jam.
paragraph 2 di atas, tidak harus diikuti jika berada dala situasi darurat
mendesak.
Pelaksanaan tugas jaga di atas kapal juga diatur dalam STCW 1995
chapter VIII agar perwira jaga melaksanakan dinas jaga dengan tepat dan
karena hal-hal perlindungan laut juga di atur dalam STCW 1995 chapter
Dalam satu hari (selama 24 jam), tugas/dinas jaga dibagi menjadi 3 regu
dengan masing-masing regu bertugas selama 4 jam siang dan 4 jam malam,
sehingga tiap regu bertugas 8 jam per hari. Bagian dek dan bagian mesin
radio hanya menggunakan 2 regu saja. Petugas jaga adalah para perwira-
perwira dek dan ahli mesin kapal (engineers) serta anak buah (juru mudi),
panjarwala
panjarwala
Tugas dan tanggung jawab di kapal di bagi menjadi dua yaitu tugas dan
tanggung jawab bagian deck dan tugas bagian mesin. Keduanya mempunyai
fungsi dan tugas yang sangat erat hubungannya atas kelancaran operasional
sebuah kapal.
12
Tugas dan tanggung jawab di bagian mesin di pegang oleh Kepala Kamar
Anak Buah Kapal yang lainnya. Peran Nakhoda sangat sentral sekali
sehingga apabila terjadi sesuatu atau kendala dalam menjalankan tugas atau
Nakhoda.
Dinas jaga di kapal meliputi dinas harian dan dinas jaga. Dinas harian di
lakukan pada hari – hari kerja terutama saat kapal sedang mobilisasi di
pelabuhan atau jetty sedang dinas jaga dilakukan di luar jam kerja atau saat
lisan).
nahkoda dan terutama selalu bertanggung jawab atas navigasi yang aman
Akan tetapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan
suatu tugas jaga. Dalam modul P2TL dijelaskan hal yang harus diperhatikan
sebgai berikut:
13
juga dengan sarana lain yang ada sehubungan dengan setiap perubahan
benar. Selama bertugas jaga haluan, posisi dan kecepatan kapal harus
yang ada seperti Radar, GPS atau alat elektronik lainnya untuk menjamin
(P2TL) 1972 atau Collision Regulation 1972 adalah bagian dari mata
tindakan yang tepat terhadap segala keadaan dan kondisi sudah diatur.
14
Seorang pelaut dalam membawa kapal wajib mematuhi aturan P2TL ini,
tetapi tidak serta merta mematuhi seluruh aturan karena masih ada
maupun dengan semua saranan yang tersedia sesuai dengan keadaan dan
dan efektif unutk menghindari tubrukan dan dapat dihentikan dalam jarak
3. Aturan 15 (menyilang) yaitu jika dua buah kapal tenaga dengan haluan
a. Jika kapal yang saling melihat satu sama lain kapal tenaga yang
berikut: a) dua suling panjang diikuti satu tiup pendek berarti “saya
hendak menyusul dari sisi kanan anda”, b) dua tiup pajang diikuti dua
tiup pendek berarti “saya hendak menyusul dari sisi kiri anda”, c) satu
tiup panjang, satu tiup pendek, satu tiup panjang dan satu tiup pendek
4. Bahaya Tubrukan
dalam bahasa inggrisnya adalah suatu kondisi atau keadaan dimana kapal
16
kita memiliki haluan yang sama dengan kapal lain yang berlawanan arah
dan kapal yang akan bersilangan dengan kapal kita. Bahaya tubrukan juga
dapat terjadi pada saat penyusulan apabila tidak ada koordinasi antar kapal.
dengan keadan dan kondisi yang ada, untuk menentukan ada dan
atau tundaan atau bilamana mendekati suatu kapal pada jarak dekat.
17
Jadi bahaya tubrukan itu harus dianggap ada apabila jarak kapal dengan
kapal yang lain itu tidak jauh. Dan haluan kapal itu sendiri tidak berubah
Peraturan pencegahan tubrukan laut (P2TL) yang mejadi pedoman para kru
kapal saat dinas jaga agar tidak terjadi bahaya tubrukan. Menurut Viar
diasumsikan semua berjalan normal dan faktor manusia juga beerja sesuai
semua nya baik faktor manusia maupun peralatan sudah tidak berfungsi.
agar perwira yang saat berdinas jaga dapat menghindari bahaya tubrukan. Di
dengan semua sarana yang tersedia sesuai dengan keadaan dan suasana yang
ada untuk dapat membuat penilaian yang lengkap tentang situasi dan bahaya
sekitar kapal. Adapun alat yang bisa digunakan: Radar, GPS dan lain-lain.
(Sumber : www.http///radar.co.id)
Kecepatan sebuah kapal saat berlayar juga di atur dalam P2TL pada
aturan ini:
1) Tingkat penglihatan,
kapal lainnya,
gerak henta dan kemampuan berputar dalam setiap kondisi yang ada,
5) Keadaan angin, laut dan arus serta adanya bahaya-bahaya navigasi yang
ada disekitarnya,
Para perwira jaga yang sedang melaksanakan dinas jaga harus dapat
perwira jaga juga diberlakukan aturan 15 yaitu sebuah kapal yang haluannya
Keadaan ini harus dianggap ada oleh perwira jaga dan bertindak sesuai
dengan ketentuan yaitu termasuk pada aturan 34 P2TL. Bahwa apabila kapal
1) Dua suling panjang diikuti satu tiup pendek ( ) berarti “saya hendak
2) Dua tiup panjang diikuti dua tiup pendek berarti (-- -- - -)“saya hendak
3) Satu tiup panjang, satu tiup pendek, satu tiup panjang dan satu tiup
Jadi perwira jaga harus selalu memperhatikan kondisi kapal saat dia
berdinas jaga. Karena bahaya tubrukan bisa terjadi apabila perwira jaga lalai
C. Kerangka Penelitian
Penerapan aturan P2TL yang baik pada saat dinas jaga laut
untuk menghindari bahaya tubrukan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Praktek Berlayar (Prala) selama kurang lebih 13 bulan diatas kapal LPG/C
GAS ARAR, yang terhitung saat penulis sign on di ataas kapal pada tanggal
18 November 2019 dan diakhiri saat penulis sign off pada tanggal 18
Desember 2020.
C. SUMBER DATA
Data ini diperoleh penulis secara langsung pada obyek penelitian dengan
atas kapal melalui mewancarai perwira dan ABK kapal saat berdinas jaga di
anjungan.
22
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Maka data yang diperoleh haruslah
cara-cara yang dapat digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data. Untuk
memperoleh data dilapangan yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti
1. Dokumentasi
hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip nilai, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Data yang akan
kerja yang terjadi. Dokumen yang berbentuk karya misalnya gambar tentang
kejadian saat dinas jaga anjungan bersama perwira jaga diatas kapal.
2. Wawancara
secara lisan juga, dan dilakukan secara langsung dengan tatap muka antara
23
perwira kapal.
uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh
kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok
pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-
24
3. Display Data
data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan dan