Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa kami memanjatkan puji syukur atas
selesainya penyusunan materi ajar Permesinan Kapal untuk peserta Diklat Ahli Teknika
Tingkat IV (ATT-IV).

Materi ini disusun Mengacu kepada Standard Training Certification of Watchkeeping for
Seafarers (STCW) amandemen 1995 Regulation II/1.2, II/2, II/3. dan IMO Model
Course 7.04 ( Officer In Charge Of A Engineering Watch).

Diharapkan dengan adanya buku ajar Dinas Jaga Mesin, Keselamatan dan Prosedur
Darurat ini akan membantu para peserta diklat lebih memahami pengetahuan dan
keterampilan dalam melakukan pengoperasian kapal pada saat melakukan pelayaran.

Dalam penyusunan buku ajar edisi pertama ini, penyusun menyadari keterbatasan
pengetahuan tentang peraturan-peraturan yang sedikit banyak mendasari tentang
curikulum silabus serta Quality Standard system yang diberlakukan di Indonesia,
sehingga memungkinkan masih terdapat kekurangan baik dalam penyajian maupun
penggunaan istilah. Untuk itu saran dan pendapat sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan edisi berikutnya.

Semoga tujuan dan upaya peningkatan ketrampilan bagi pelaut Indonesia dapat
tercapai sesuai yang diharapkan.

penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR HAL

BAB 1 PENGERTIAN DAN TUJUAN 1

BAB 2 KETENTUAN DINAS JAGA 3

BAB 3 PENGATURAN DAN PROSEDUR 7

BAB 4 TUGAS JAGA PELABUHAN 14

BAB 5 PERSIAPAN OLAH GERAK 17

BAB 6 TUGAS JAGA LAUT 21

BAB 7 TUGAS JAGA KHUSUS 25


BAB I
PENGERTIAN DAN TUJUAN

A. Deskripsi Mata Pelajaran


Mata pelajaran Dinas Jaga ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang
pengertian prosedur-prosedur jaga yang dilaksanakan diatas kapal.

B. Tujuan Pembelajaran
1. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti mata pelajaran Dinas Jaga ini peserta diklat diharapkan
dapat:
a. Mengetahui prosedur-prosedur mengenai tugas jaga dan serah terima
tugas jaga.
b. Melaksanakan tugas jaga mesin secara aman,baik pada waktu dinas jaga
laut, di pelabuhan dan didalam kondisi dari daerah-daerah yang berbeda-
beda.
2. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti mata pelajaran Dinas Jaga ini peserta diklat diharapkan
dapat:
a. Mampu melaksanakan tugas jaga mesin yang memenuhi syarat sesuai
dengan ketentuan.
b. Mampu melaksanakan prosedur serah terima tugas jaga yang benar,
mampu mengenal syarat-syarat pengganti tugas jaga, mampu mengenal
tugas masing-masing.
c. Mampu melaksanakan melaksanakan tugas jaga pelabuhan, dan
menerangkan kewaspadaan jaga mesin pada saat kapal labuh di perairan
terbuka.
d. Mampu melaksanakan persiapan yang berkaitan dengan mesin penggerak
utama dan pesawat bantu pada saat akan olah gerak meninggalkan
pelabuhan dan tindakan-tindakan yang dilakukan setelah selesai olah
gerak meninggalkan pelabuhan.
e. Mampu melaksanakan tugas jaga laut,persiapan yang dilaksanakan
berkaitan dengan mesin penggerak utama dan pesawat-pesawat bantu
pada saat akan olah gerak tiba di pelabuhan.

1
f. Mampu melaksanakan tugas jaga mesin di dalam kondisi jarak tempat
terbatas,perairan dekat pantai / perairan sempit atau perairan yang
padat lalu lintas.

C. Pokok bahasan
Pokok bahasan dalam buku ajar dinas jaga ini terdiri atas pokok bahasan
sebagai berikut :
1. Pengertian dan Tujuan.
2. Ketentuan Dinas Jaga.
3. Pengaturan dan Prosedur.
4. Tugas Jaga Pelabuhan.
5. Persiapan olah gerak.
6. Tugas Jaga Laut.
7. Tugas Jaga khusus.

2
BAB II

KETENTUAN DINAS JAGA

A. PENGERTIAN TUGAS JAGA

Istilah ‘tugas jaga mesin’ di bagian ini berarti seseorang atau sekelompok orang
personil tugas jaga, atau suatu periode tanggung jawab seorang perwira selama
mana kehadirannya di mesin merupakan keharusan atau ketidakharusan.

Istilah ‘ perwira yang bertanggung jawab’ atau melaksanakan tugas jaga mesin
berarti wakil kepala kamar mesin dan terutama selalu bertanggung jawab untuk
keselamatan kapal dan juga bertanggung jawab dalam pemeriksaan,
pengoperasian dan pengujian seluruh peralatan yang dibawah tanggung jawab
tugas jaga mesin.

B. SYARAT TUGAS JAGA MESIN MENURUT STCW 2010 CHAPTER III

1. Peraturan III/1

Persyaratan minimum wajib untuk memperoleh sertifikat sebagai Perwira yang


bertanggungjawab dalam tugas jaga di kamar mesin yang di jaga, atau untuk
pemberian sertifikat sebagai perwira mesin yang ditunjuk untuk tugas di kamar
mesin yang dijaga secara berkala

a. Setiap perwira yang bertanggung jawab dalam tugas di kamar mesin yang
dijaga,atau setiap perwira mesin yang ditunjuk untuk bertugas di kamar
mesin yang dijaga secara berkala di sebuah kapal yang digerakkan oleh
mesin pendorong utama berkapasitas 750 kw atau lebih, harus memiliki
sertifikat yang sesuai.

b. Setiap calon untuk memperoleh sertifikat harus:

1). Berusia tidak kurang dari 18 tahun.

2). Telah menyelesaikan tidak kurang dari 6 bulan pengalaman berlayar di


bagian mesin sesuai dengan Section A-III/I STCW Code.

3
3). Telah menyelesaikan pendidikan dan pelatihan yang telah disetujui
paling sedikit 30 bulan, termasuk pelatihan di atas kapal yang yang
dicatat ke dalam buku catatan pelatihan (record book) dan memenuhi
standard kompetensi yang ditetapkan dalam Section A-III/I STCW
Code.

2. Peraturan III/2

Persyaratan minimum wajib untuk memperoleh sertifikat sebagai Kepala


Kamar Mesin dan Masinis Dua (Second Engineer Officer) di kapal-kapal yang
digerakkan dengan mesin pendorong utama berkapasitas 3000 kw atau lebih.

a. Setiap Kepala Kamar Mesin dan Masinis Dua di sebuah kapal yang
digerakkan oleh mesin pendorong utama berapasitas 3000 kw atau lebih
harus memiliki sertifikat yang sesuai.

b. Setiap calon untuk memperoleh sertifikat harus:

1). Memenuhi persyaratan-persyaratan untuk memperoleh sertifikat


sebagai seorang perwira yang bertanggungjawab atas tugas jaga
mesin, dan:

a). Untuk memperoleh sertifikat sebagai Masinis Dua harus memiliki


pengalaman berlayar tidak kurang dari 12 bulan sebagai asisten
Perwira mesin atau sebagai Perwira Mesin.

b). Untuk memperoleh sertifikat sebagai Kepala Kamar Mesin harus


memiliki pengalaman berlayar yang diakui selama tidak kurang
dari 36 bulan, dimana tidak kurang dari 12 bulan pengalaman
berlayar tersebut, sebagai seorang perwira mesin menduduki
jabatan dengan bertanggung jawab sebagai Masinis Dua.

2). Telah menyelesaikan pendidikan dan pelatihan yang telah disetujui,


dan memenuhi standard kompetensi yang ditetapkan dalam Section
A-III/2 STCW Code.

3. Peraturan III/3

Persyaratan minimum wajib untuk memperoleh sertifikat sebagai Kepala


Kamar Mesin dan Masinis Dua (Second Engineer Officer) di kapal-kapal yang

4
digerakkan dengan mesin pendorong utama berkapasitas antara 750 kw
sampai 3000 kw.

a. Setiap Kepala Kamar Mesin dan Masinis Dua di sebuah kapal yang
digerakkan oleh mesin pendorong utama berapasitas antara 750 kw
sampai 3000 kw harus memiliki sertifikat yang sesuai.

b. Setiap calon untuk memperoleh sertifikat harus:

1). Memenuhi persyaratan-persyaratan untuk memperoleh sertifikat


sebagai seorang perwira yang bertanggungjawab atas tugas jaga
mesin, dan:

a). Untuk memperoleh sertifikat sebagai Masinis Dua harus memiliki


pengalaman berlayar tidak kurang dari 12 bulan sebagai asisten
Perwira mesin atau sebagai Perwira Mesin.

b). Untuk memperoleh sertifikat sebagai Kepala Kamar Mesin harus


memiliki pengalaman berlayar tidak kurang dari 24 bulan, dimana
tidak kurang dari 12 bulan pengalaman berlayar tersebut, haru
sebagai Masinis Dua.

2). Telah menyelesaikan pendidikan dan pelatihan yang telah disetujui,


dan memenuhi standard kompetensi yang ditetapkan dalam Section
A-III/3 STCW Code.

3). Setiap Perwira Mesin yang memenuhi syarat untuk bertugas ebagai
Masinis Dua di kapal-kapal yang mesin pendorong utamanya
berkapasitas 3000 kw atau lebih, dapat bertugas sebagai Kepala
Kamar Mesin di kapal-kapal dengan mesin pendorong utama kurang
dari 3000 kw,asalkan tidak kurang dari 12 bulan pengalaman tugas
berlayar telah dijalani sebagai seorang Perwira Mesin yang
mempunyai tanggungjawab dan sertifikatnya telah dikukuhkan.

4. Peraturan III/4

Persyaratan minimum wajib untuk memperoleh sertifikat sebagai bawahan


yang ambil bagian dalam tugas jaga di kamar mesin yang di jaga, atau yang
ditunjuk untuk melaksanakan tugas di kamar mesin yang dijaga secara berkala

a. Setiap bawahan yang ambil bagian dalam tugas jaga di kamar mesin, atau
yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas-tugas di kamar mesin yang dijaga
secara berkala di sebuah kapal yang digerakkan oleh mesin pendorong

5
utama berkapasitas 750 kw atau lebih, tetapi bukan bawahan yang sedang
menjalani pelatihan atau bawahan yang tugas-tugasnya bersifat non ahli ,
harus mempunyai sertifikat untuk melaksanakan tugas tugas semacam
tersebut .

b. Setiap calon untuk memperoleh sertifikat harus:

1). Berusia tidak kurang dari 16 tahun.

2). Telah menyelesaikan:

a). Tugas berlayar yang disetujui, termasuk pelatihan dan


pengalaman enam bulan, atau

b). Pelatihan khusus, menjelang berlayar atau ketika di atas kapal,


termasuk suatu periode pratek berlayar yang tidak boleh kurang
dari dua bulan.

3). Memenuhi standard kompetensi yang ditetapkan dalam Section A-


III/4 STCW Code.

c. Praktek berlayar, latihan dan pengalaman yang diharuskan oleh sub


paragrap 2).a) dan 2).b) diatas harus berkaitan dengan fungsi-fungsi jaga
kamar mesin , dan harus termasuk pelaksanaan tugas-tugas yang
dilakukan di bawah pengawasan langsung seorang Perwira Mesin yang
memenuhi syarat atau seorang bawahan yang memenuhi syarat.

d. Oleh pihak yang bersangkutan, para pelaut dapat dipertimbangkan sebagai


telah memenuhi persyaratan-persyaratan peraturan ini jika pelaut yang
bersangkutan telah bertugas dalam suatu jabatan yang relevan di bagian
mesin selama tidak kurang dari satu tahun dalam lima tahun terakhir
berlakunya konvensi pada pihak yang bersangkutan.

6
BAB III

PENGATURAN DAN PROSEDUR

A. PENGATURAN TUGAS JAGA

1. Komposisi tugas jaga mesin harus selalu memadai untuk menjamin


pengoperasain secara aman seluruh permesinan yang mempengaruhi
pengoperasian kapal secara automatis atau manual, dan harus sesuai dengan
kondisi yang ada.

2. Jika memutuskan komposisi tugas jaga mesin, termasuk bawahan-bawahan


yang harus memenuhi syarat, kriteria di bawah ini harus menjadi pertimbangan:

a. Jenis kapal dan jenis serta kondisi permesinan.

b. Pengawasan mesin-mesin, yang mempengaruhi keamanan pengoperasian


kapal secara terus-menerus.

c. Setiap cara pengoperasian khusus yang dipengaruhi kondisi-kondisi


seperti cuaca, air yang tercemar, air dangkal, air darurat, penanggulangan
kerusakan atau pencegahan pencemaran.

d. Kualifikasi dan pengalaman petugas jaga mesin.

e. Keselamatan jiwa, kapal, muatan dan pelabuhan dan perlindungan


lingkungan.

f. Kepatuhan terhadap peraturan-peraturan internasional, nasional dan


setempat.

g. Menjaga pengoperasian kapal secara normal.

Setelah sedikit banyak mengetahui apa tugas-tugas yang harus dilakukan selama
dinas jaga, maka semua petugas dinas jaga harus memahami prosedurnya,
dimana karena setiap bertugas, harus diawali dan diakhiri dengan timbang terima
jaga, yang walaupun kelihatannya biasa dan sederhana, tetapi dibalik itu terdapat
nilai tanggungjawab yang tidak kecil.

Dengan telah diberlakukannya ISM-Code (Aturan Manajemen Keselamatan


Internasional), maka setiap kapal seharusnya memiliki Sistem Manajemen
Keselamatan (SMK), dan semua sistem serta aturannya tertulis dalam sebuah

7
buku yang juga harus ada di kapal. Buku ini harus dibaca, dipahami dan diikuti
oleh semua awak kapal, termasuk petugas dinas jaga.
Didalam buku Sistem Manajemen Keselamatan berisi antara lain, prosedur-
prosedur dan pelaksanaan kegiatan operasional kapal, termasuk prosedur dinas
jaga. Jadi, setiap petugas jaga harus mengikuti prosedur sebagaimana yang
tertera dalam SMK ini.

Walaupun demikian masih ada beberapa kapal atau di kapal-kapal jenis tertentu
yang tidak mengikuti aturan ISM-Code ini dan tidak memiliki SMK. Karena itu
prosedur dinas jaga hanya mengikuti apa yang biasanya berlaku di kapal tersebut.

Apakah kapal tersebut sudah memiliki SMK atau belum, tetapi beberapa ketentuan
dalam prosedur dinas jaga dibawah ini biasanya diikuti, yaitu:

a. Petugas dinas jaga (baik perwira maupun rating) harus dalam kondisi
sehat, ini artinya, mereka yang sedang sakit tidak boleh diberi tugas jaga,
dan bagi yang akan diganti, tidak boleh menyerahkan tugas jaganya
kepada pengganti tugas jaga yang sedang sakit.

b. Petugas dinas jaga tidak boleh dalam keadaan mabuk akibat minuman
atau obat-obatan, baik sebelum maupun selama dinas jaga. Seperti
diatas, bagi petugas jaga yang akan digantikan juga tidak menyerahkan
tugasnya kepada mereka yang sedang mabuk karena minuman dan obat-
obatan (bukan karena mabuk laut).

c. Pimpinan tugas jaga (di kamar mesin) adalah perwira mesin yang
kompeten dan yang bertanggungjawab kepada KKM. Selama dinas jaga,
perwira mesin atau masinis akan bertindak untu k dan atas nama KKM.
Adapun rating dinas jaga, hanya membantu perwira mesin yang dinas
jaga, dan harus mematuhi setiap perintahnya selama berdinas jaga.
Rating dinas jaga tidak bertanggungjawab kepada KKM.

d. Dalam hal-hal yang penting, atau terjadi sesuatu yang dapat


menimbulkan bahaya atau keadaan darurat, petugas dinas jaga harus
segera melaporkan peristiwanya kepada KKM dan anjungan agar dapat
diambil tindakan yang perlu. Dalam kondisi ini, jika yang mengetahui
kejadiannya pertama kali adalah rating, maka rating dinas jaga harus

8
melaporkan dulu kepada perwira dinas jaga. Jika tidak dapat menemukan
dengan segera, dapat segera langsung melapor ke KKM dan anjungan.

e. Dalam hal kejadian darurat tersebut diatas, jika terpaksa dan dianggap
penting, baik rating maupun perwira jaga dibenarkan untuk melakukan
setiap tindakan untuk menanggulanginya, dan melaporkan segala
ichwalnya kepada KKM dan anjungan segera sesudahnya.

f. Komunikasi dan saling meminta informasi antara pengganti dan yang


akan digantikan adalah hal yang sangat baik dan perlu dibiasakan.

Selanjutnya petugas dinas jaga juga perlu mengetahui prosedur-prosedur


sewaktu menerima tugas dan bagaimana rinciannya.

B. PROSEDUR SERAH TERIMA TUGAS

1. Menerima Tugas Jaga


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menerima tugas jaga, atau akan
menggantikan jaga dari rekan kita yang sebelumnya bertugas, adalah:

a. Petugas pengganti harus hadir selambat-lambatnya 15 menit sebelum jam


tugas jaga mulai. Jadi misalnya tugas jaga 08.00 – 12.00, maka pengganti
jaga harus sudah di kamar mesin pada jam 07.45.

b. Sebelum dilakukan timbang terima, petugas pengganti harus memeriksa


keadaan seluruh kamar mesin dan lokasi-lokasi lain yang menjadi bagain
pengawasannya dan memastikan bahwa semua mesin dan alat-alat yang
beroperasi dalam keadaan normal, demikian juga dengan keadaan tangki-
tangki bahan bakar, minyak pelumas, air pendingin dan lain-lain, harus
berisi penuh atau tidak kurang dari semestinya.

c. Memastikan bahwa jika suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh


petugas yang akan diganti sudah dilaksanakan dengan baik dan
dilaporkan. Jika pekerjaan tersebut belum selesai, harus dipastikan apa
dan bagaimana tindakan yang harus dilakukan selanjutnya dan siapa yang
harus melakukannya.

d. Memeriksa log-book dan buku / catatan-catatan lain yang perlu apakah


sudah diisi dengan benar dan semestinya, dan lain-lain.

9
2. Menyerahkan Tugas Jaga

Seperti telah diuraikan diatas, ada beberapa hal yang harus dipastikan
sebelum menyerahkan tugas jaga kepada pengganti, yaitu kondisi kesehatan
dan fisik dari para pengganti, apakah yang bersangkutan cukup fit atau tidak
untuk bertugas jaga.

Karena jika kita menyerahkan tugas jaga kepada pengganti yang tidak fit, pihak
yang menyerahkan tugas jaga juga akan ikut bertanggungjawab. Dalam hal ini
tentunya, dan sebaiknya, KKM diberitahu dan mintakan sarang serta
instruksinya. Tetapi terlepas dari hal-hal tersebut, sebelum menyerahkan tugas
jaga, pihak yang akan digantikan wajib “membereskan” semua urusan jaga,
artinya harus dipastikan bahwa:

a. Semua mesin / alat-alat yang beroperasi dalam keadaan normal

b. Semua tangki-tangki berisi zat dengan jumlah, tekanan dan temperatur


normal

c. Keadaan kamar mesin bersih dan rapi, termasuk lantai dan tangga-tangga.

d. Menyiapkan catatan dan informasi untuk diberikan kepada petugas


pengganti, mengenai pekerjaan atau hal-hal yang harus dilakukan pada
jam tugas jaga berikutnya karena belum selesai dikerjakan atau karena
sebab-sebab yang lain.

e. Log-book dan buku atau catatan-catatan lain sudah diisi sebagaimana


mestinya, termasuk jumlah pemakaian BBM/ minyak lumas selama jaga,
putaran mesin induk dan counter putaran jam saat terakhir jaga, dan lain-
lain.

Jika semua sudah “beres” dan pihak pengganti “puas”, maka tugas jaga
diserahkan tepat pada saat atau jam pergantian jaga.

10
C. MENGAMBIL ALIH TUGAS JAGA

Perwira mesin kapal tugas jaga tidak di perkenankan menyerahkan tugas


jaga kepada penggatinya jika yang bersangkutan mempunyai alasan yang dapat di
terima bahwa penggantinya jelas – jelas tidak mampu melaksanakan tugas jaga
dengan baik dan harus di laporkan kepada kepala kamar mesin.

Penggati perwira mesin kapal dinas jaga tidak di perkenankan mengambil


alih tugas jaga sebelum mengontrol buku harian kamar mesin dan telah
mengetahui benar – benar sesuai dengan peninjauan.

Sebelum mengambil alih tugas jaga maka pengganti perwira tugas mesin
kapal dinas jaga sekurang – kurangnya mengetahui hal – hal sebagai berikut :

1. Perintah tetap dan perintah khusus dari kepala kamar mesin mengenai
pengoperasian system kapal dan peralatan kapal.

2. Sifat dari kegiatan kerja yang di laksanakan terhadap perlatan mesin dan
system kapal. Personil yang melaksanakan kegiatan kerja serta bahaya
potensial dari padanya.

3. Pendugaan bila di mungkinkan pengetrapannya, kondisi air dan residu dalam


tanki pengisian, tanki ballast, tanki cadangan tanki air minum, tanki air kotor
serta peraturan khusus tentang penggunaan pemompaan keluar dari isi/
voleme tersebut,

4. Kondisi dari pendugaan bahan bakar dalam tanki cadangan, tanki endap, tanki
harian serta tempat penyimpanan lain untuk bahan bakar.

5. Peraturan khusus tentang pembuangan dari isi / volume system sanitari.

6. Kondisi dan cara penggunaan dari instalasi utama dan instalasi bantu termasuk
penyaluran sistem tenaga listrik.

7. Jika ada, maka kondisi dari pengawasan dan peralatan control console dan
peralatan yang dioperasikan secara manual.

8. Jika ada, kondisi dan jenis pengoperasian dari sistem kontrol boiler otomatis
seperti; flame safeguard control system,limit control system,combustion control
system,fuel supply control system dan peralatan lain yang digunakan pada
pengoperasian ketel uap.

11
9. Kondisi buruk yang mungkin timbul akibat cuaca buruk, perjalanan dalam es
dan perairan dangkal dan kotor

10. Bentuk khusus pelaksanaan kerja di perlukan akibat peralatan yang tidak
bekerja atau lingkungan yang kurang menguntungkan bagi kapal.

11. Laporan dari anak buah kapal dari mesin mengenai tugas yang di kenai
terhadap mereka.

12. Tersedianya peralatan pemadam kebakaran

13. Kelengkapan dari pengisian Engine room log(buku harian kamar mesin).

D. MELAKSANAKAN TUGAS JAGA MESIN

1. Perwira tugas jaga mesin harus menjamin pengaturan tugas jaga yang telah
ditetapkan terus dipertahankan dan bahwa para bawahan yang ambil bagian
dalam tugas jaga mesin ikut membantu pengoperasian mesin penggerak dan
motor bantu secara aman dan efisien.

2. Perwira tugas jaga mesin harus terus bertanggung jawab atas pengoperasian
kamar mesin meskipun ada kepala kamar mesin kecuali jika diberi tahu secara
khusus bahwa kepala kamar mesin mengambil alih tanggung jawab yang
bersangkutan, dan hal ini harus saling dimengerti oleh kedua belah pihak.

3. Semua anggota tugas jaga mesin harus mengenal tugas masing-masing itu.
Setiap anggota tugas jaga mesin juga harus memiliki pengetahuan tentang :

a. Penggunaan sistem komunikasi internal.

b. Rute meloloskan diri dari kamar mesin.

c. Sistem tanda bahaya kamar mesin, harus membedakan antara berbagai


sistem tanda bahaya yang ada, dengan referensi khusus tanda bahaya
kebakaran.

d. Jumlah, letak dan jenis-jenis alat pemadam kebakaran dan alat pengendali
kerusakan di dalam kamar mesin bersama dengan penggunaannya dan
berbagai kecermatan untuk keselamatan yang harus diperhatikan.

4. Setiap mesin yang tidak berfungsi dengan baik, yang diperkirakan akan tidak
berfungsi atau memerlukan service khusus, harus dicatat bersama dengan

12
setiap tindakan yang telah diambil. Rencana-rencana harus dibuat untuk
tindakan lebih lanjut jika diperlukan.

5. Jika kamar mesin dalam kondisi jaga, perwira tugas jaga harus selalu siap
untuk mengoperasikan peralatan di kamar mesin untuk dapat segera
melaksanakan perubahan haluan dan kecepatan.

6. Semua perintah yang datang dari anjungan harus segera dilaksanakan.


Perubahan kecepatan penggerak utama harus dicatat, kecuali jika suatu
pemerintahan telah menentukan bahwa ukuran atau sifat suatu kapal tertentu
mengakibatkan pencatatan semacam berikut tidak dapat dilakukan. Perwira
tugas jaga mesin harus memastikan bahwa alat-alat pengendali mesin
penggerak utama jika sedang dioperasikan secara manual, terus-menerus
dijaga dalam kondisi siap atau dalam kondisi olah gerak.

7. Jika kamar mesin dalam keadaan dijaga secara berkala, maka perwira yang
ditunjuk untuk melakukan tugas jaga harus secepatnya ada dan siap untuk
menangani kamar mesin.

8. Perhatian yang sungguh-sungguh harus diberikan pada pemeliharaan seluruh


mesin yang ada, termasuk sistem-sistem mekanik, sistem elektrik, elektronik,
hidrolik dan sistem pneumatik, peralatan pengendali dan pengamannya semua
peralatan untuk sistem pelayaran tempat pelayanan tempat penampungan dan
pencatatan tentang penyimpanan dan penggunaan suku cadang.

9. Kepala kamar mesin harus menjamin bahwa perwira tugas jaga mesin telah
diberi tahu tentang seluruh tugas pemeliharaan untuk mencegah kerusakan.,
pemeriksaan kerusakan atau operasi-operasi perbaikan harus dilakukan
selama tugas jaga. Perwira tugas jaga mesin harus bertanggung jawab dalam
memisahkan, memeriksa dan menyetel seluruh permesinan dibawah tanggung
jawab tugas jaga mesin yang harus dilaksanakan atau dicatat.

13
BAB IV

TUGAS JAGA PELABUHAN

A. TUGAS-TUGAS YANG HARUS DIPERHATIKAN DAN DILAKSANAKAN PADA


WAKTU MELAKSANAKAN TUGAS JAGA PELABUHAN.

Tugas jaga pelabuhan sedikit lebih ringan dibandingkan dengan jaga laut.
Setidak-tidaknya mesin induk tidak beroperasi, bahkan jika tidak sedang
bongkar muat, generator cukup satu saja yang dioperasikan. Jadi walaupun
kewaspadaan tetap harus tinggi, tetapi pengawasan terhadap mesin-mesin
yang beroperasi relatif lebih sedikit.

Kewaspadaan yang lebih tinggi justru terhadap “intervensi” dari luar, misalnya
tamu atau buruh atau petugas / pejabat yang datang ke kapal. Dalam hal ini
perlu pengalaman, karena antara satu pelabuhan dengan pelabuhan lain
berbeda, karena itu informasi dari mereka yang lebih mengenal kondisi
pelabuhan tersebut perlu diperhatikan.

Intervensi dari luar, sebenarnya bukan hanya dari orang atau tamu saja,
tetapi juga dari laut, atau keadaan laut disekitar kapal. Kedangkalan dan
kondisi dasar laut (lumpur, pasir) sangat mempengaruhi jalannya mesin,
karena mesin memerlukan air laut sebagai pendingin. Jika terlalu dangkal,
kemungkinan lumpur terisap pompa dan menyumbat saringan, sehingga
mesin menjadi panas. Bahkan jika disekitar kapal berlabuh sering menjadi
sarang ubur-ubur, yang juga sering terisap pompa pendingin sehingga
berakibat sama, dan sering menyebabkan “black-out), yaitu istilah untuk
keadaan dimana listrik untuk seluruh kapal padam.

Jam kerja untuk petugas dinas jaga pelabuhan biasanya berbeda dengan
jaga laut. Jika sewaktu jaga laut jam kerjanya 2 x 4 jam sehari, maka waktu
jaga pelabuhan untuk perwira mesin hingga 24 jam, sedangkan untuk rating
berkisar antara 8-12 jam sehari. Ini tergantung pengaturan atau kebiasaan di
kapal itu sendiri.

14
Pada setiap kapal yang sandar dengan aman sesuai dengan situasi normal
di pelabuhan. Nakhoda harus mengatur bahwa tugas jaga yang memadai
dan efektif tetap dijalankan untuk tujuan keselamatan. Persyaratan-
persyaratan mungkin diperlukan untuk jenis-jenis khusus sistem penggerak
kapal atau peralatan bantu, untuk kapal-kapal yang membawa muatan yang
berbahaya, berlaku atau mudah terbakar, atau jenis-jenis khusus muatan
lain.

Untuk itu tugas jaga pelabuhan harus dilaksanakan dengan jumlah dan
kemampuan awak kapal yang memadai untuk selama 24 jam jaga tersebut
dan masing-masing bagian dipimpin oleh seorang perwira yang mampu
mengambil keputusan yang memadai pada saat terjadi keadaan darurat.

Selama tugas jaga pelabuhan tersebut harus diperhatikan hal-hal sebagai


berikut :

1. Apa kegiatan yang sedang dilaksanakan (bongkar muat, perbaikan,


bunker bahan bakar, isi air/permakanan, dan lain-lain.
2. Siapa pemimpin bagian masing-masing
3. Untuk kegiatan butir (a) tersebut permesinan, alat apa yang
bernavigasi bila tanpa kegiatan, permesinan apa yang masih
beroperasi dan atau yang diperbaiki, serta bagaimana kondisinya.
4. Mengerti pengoperasian permesinan yang diperlukan pada saat tugas
jaga tersebut, termasuk keadaan darurat.
5. Letak sarana penghubung ke darat (tangga, gangway, ramdoor bila
sandar) dan kelaut tangga monyet bila labuh jangkar.
6. Pengamatan periodik tetap dilaksanakan dan dilaporkan dalam jurnal
jaga.
7. Pintu-pintu dari akses menuju tempat terbatas (anjungan, kamar
mesin, kamar radio) dan sarana peringatan bahaya harus
ditutup/dilindungi dari penyalahgunaan kepentingan.
8. Segera matikan dan amankan permesinan yang tidak digunakan lagi,
dan dalam keadaan tanpa kegiatan/istirahat umum yang beroperasi
adalah generator listrik, AC, lampu-lampu, provision, pompa pendingin
dan saniter.

15
B. TUGAS JAGA MESIN PADA SAAT KAPAL BERLABUH JANGKAR DI
PERAIRAN TERBUKA.

Di tempat berlabuh terbuka kepala kamar mesin harus bermusyawarah dengan


nakhoda tentang pelaksanaan tugas mesin.

Jika kapal sedang berlabuh jangkar di perairan terbuka perwira tugas jaga
mesin harus menjamin bahwa :
1. Suatu tugas jaga mesin yang efisien selalu dilaksanakan.
2. Pemeriksaan secara berkala selalu dilaksanakan terhadap seluruh mesin
penggerak dan mesin cadangan.
3. Mesin induk dan motor bantu dijaga tetap siaga sesuai dengan perintah
dari anjungan.
4. Langkah-langkah untuk pencegahan pencemaran laut oleh kapal terus
dilakukan dan bahwa peraturan pencemaran selalu dipatuhi.
5. Semua sistem pengendalian kebakaran dan pemadam selalu siap.

16
BAB V

PERSIAPAN OLAH GERAK

A. MENGOLAH GERAK BERANGKAT DARI PELABUHAN

1. PERSIAPAN OLAH GERAK


Dalam mengolah gerak, kamar mesin mengikuti perintah dari anjungan, dan
harus berusaha memenuhi semua perintah yang diberikan. Ini dimulai saat
perintah “standby” diberikan oleh anjungan. Tergantung jenis konstruksi dan
fasilitas peralatan komunikasi dan sistem starting / stop mesin induk, pada
dasarnya departemen mesin hanya mengikuti perintah yang diberikan. Ada
mesin induk yang hanya dapat dihidupkan dari kamar mesin saja, tetapi ada
juga yang dapat dihidupkan dan dimatikan dari anjungan.

Untuk jenis yang terakhir, petugas jaga di kamar mesin hanya mengawasi
jalannya mesin induk, memeriksa temperatur dan tekanan, menjaga tekanan
udara tekan di botol angin, menjaga jumlah arus atau tenaga listrik yang
digunakan (melalui main switchboard), melakukan penyetelan dan
penyesuaian seperlunya,dan lain-lain. Berbeda dengan mesin induk yang
hanya dapat dijalankan dari kamar mesin, petugas jaga (biasanya Masinis II)
harus menghidupkan dan mematikan mesin induk sesuai perintah dari
anjungan melalui telegraph. Apapun jenis dan fasilitas olah gerak atau
manouver yang ada, selama kapal mengolah gerak, hampir semua awak
kapal mesin standby, terutama para perwira mesin, termasuk KKM.
Seluruhnya mengawasi jalannya mesin-mesin yang dioperasikan, menjaga
agar semua berjalan semestinya.

Kapal yang sedang mengolah-gerak dapat dikategorikan dalam keadaan


darurat. Seluruh awak kapal harus standby, siap sewaktu-waktu dibutuhkan
tenaganya. Dalam kondisi mengolah gerak, setiap saat bisa terjadi
kecelakaan, apakah kapal tubrukan, menabrak dermaga, atau mesin induk
tiba-tiba mati padahal seharusnya jalan sehingga terjadi tabrakan. Itulah
sebabnya, kewaspadaan dan persiapan sebelum mengolah gerak sangat
penting dan prosedur mengolah gerak harus diikuti dengan seksama.

17
Selama mengolah gerak, mesin induk beroperasi dengan putaran yang
selalu berubah-ubah, sehingga tekanan dan temperatur air pendingin dan
minyak lumas harus dijaga agar tetap dalam kondisi yang aman, tidak terlalu
rendah, juga tidak terlalu tinggi. Dan pada jenis mesin induk yang
dihubungkan langsung dengan propeler, putarannya bukan saja selalu
berubah, tetapi mesin sering harus berputar kearah sebaliknya sehingga
mesin harus stop dulu, dan putarannya dibalik. Dengan seringnya jalan dan
stop, dibutuhkan banyak udara tekan, sehingga tekanan udara didalam botol
harus dikontrol dan tidak boleh kurang dan minimal tekanannya bida
digunakan untuk menjalankan mesin induk. Pada mesin induk yang
menggunakan kopling atau cpp (controlable pitch propeler), mesin induk
hanya distart satu kali saja, hingga mengurangi beban pengawasan.

Keadaan mengolah gerak ini dapat berlangsung sebentar saja, mungkin


kurang dari satu jam, tetapi juga bisa sampai lebih dari 12 jam, tergantung
dimana olah geraknya. Karena itu tugas jaga harus dapat disesuaikan dan
diatur sebaik-baiknya, sehingga, walaupun tetap dalam keadaan standby,
harus diperhatikan faktor kelelahan manusia. Yang harus diutamakan
adalah, bahwa selama kapal mengolah gerak, perhatian harus dicurahkan
sepenuhnya. Seseorang yang kelelahan tidak mungkin dapat mencurahkan
perhatian sepenuhnya terhadap tugasnya. Walaupun ini kewenangan KKM
untuk mengaturnya, tetapi yang mengetahui dengan tepat lelah atau
tidaknya seseorang adalah dirinya sendiri. Karena itu setiap awak kapal
harus selalu menjaga kondisi kesehatannya sendiri.

Jika perintah mengolah gerak diawali oleh standby, maka akhir dari olah
gerak kapal diawali dengan “begin of sea voyage” jika berangkat menuju
suatu pelabuhan, atau “finish with engine” jika di pelabuhan.

2. PERSIAPAN YANG DILAKSANAKAN BERKAITAN DENGAN MESIN


PENGGERAK UTAMA DAN PESAWAT BANTU PADA SAAT AKAN OLAH
GERAK.

1. Menjalankan generator cadangan untuk menambah power pemakaian olah


gerak dan memparalelkan dengan generator.

18
2. Pemberian power ke panel winch mooring dan wind last untuk pelepasan
tali tross.
3. Start main engine FO pump check tekanan sesuai ketentuan pada
manometer.
4. Start main engine turning motor + 20 – 30 menit.
5. Matikan motor turning dan lepaskan gigi pemutar turning dari flywheel.
6. Cerat udara start pada botol angin dari air dan minyak.
7. Isi botol angin sampai pada tekanan maksimal.
8. Buka kran air horn (angin suling) ke anjungan.
9. Beri pelumasan pada manouvering gear valve.
10. Lakukan test telegraph dan pencocokan jam anjungan dengan jam kamar
mesin.
11. Buka kran udara start ke main engine.
12. Pastikan kran indicator main engine dalam keadaan terbuka dan lakukan
blow up 2 – 3 kali kemudian tutup rapat kran indicator kembali.
13. Start FW cooling main engine pump.
14. Adakan test engine (maju-stop-mundur).
15. Catat flow meter bahan bakar pada buku manouver dan pastikan
pembakaran bahan bakar MDO pada saat olah gerak.
16. Untuk persiapan pada pesaw at ketel :
- Start pompa circulating pada saat main engine standby
- 4 jam sebelum OHN boiler sudah dihidupkan

B. TINDAKAN SETELAH OLAH GERAK MENINGGALKAN PELABUHAN

Setelah selesai olah gerak ( manouver ) meninggalkan pelabuhan,maka kapal


akan masuk tahap “full away”, maka perwira mesin dan petugas dinas jaga
lain (oiler), harus menyiapkan mesin untuk pelayaran panjang, yang meliputi:

1. Menaikkan putaran mesin induk, secara bertahap, dari putaran full speed
olah gerak hingga pada akhirnya mencapai putaran full speed jelajah.
Biasanya KKM sudah menentukan, berapa putaran maksimum mesin induk
ini.
2. Penggantian pemakaian bahan bakar yang tadinya menggunakan bahan
bakar ringan (HSD atau MDF) dengan MFO yang lebih berat. Pekerjaan ini
tidak dapat dilakukan dengan hanya membuka atau menutup katup-katup

19
saja, tetapi perlu menaikkan temperatur bahan bakar secara pelan-pelan
hingga temperatur yang telah ditetapkan oleh KKM. Ini memerlukan
perhatian dan pengawasan yang cukup serius. Pemakaian bahan bakar
sangat menentukan apakah sebuah kapal dapat dikatakan efisien atau
tidak, adalah dari jumlah pemakaian bahan bakarnya. Setiap awak kapal
bagian mesin mengetahui masalah ini.
3. Menjalankan separator bahan bakar
4. Mencatat jumlah putaran mesin induk di counter putaran untuk dasar
perhitungan selama berlayar, demikian juga dengan pemakaian bahan
bakar yang tertera di flowmeter untuk perhitungan selanjutnya.
5. Mengatur tekanan dan temperatur air pendingin dan minyak pelumas
sesuai yang telah ditentukan.
6. Mengatur dan mengawasi tekanan uap di ketel, menjalankan ketel gas
buang (jika ada) dan mematikan ketel bakar. Yang harus diperhatikan
adalah tekanan ketel tidak boleh lebih rendah dari yang ditentukan, tetapi
masih aman sesuai kekuatannya.
7. Mengatur jumlah beban generator, dan mematikan salah satu generator
yang jalan.
8. Mematikan blower bantu motor induk, jika tekanan udara bilas atau putaran
turbocharger sudah cukup untuk mesin induk.
9. Membereskan semua alat atau mesin-mesin yang sudah tidak diperlukan
untuk olah gerak, mematikannya jika perlu atau menyiapkannya untuk
keperluan lain.
10. Dan lain-lain.

20
BAB VI

TUGAS JAGA LAUT

A. TUGAS JAGA YANG HARUS DIPERHATIKAN DAN DILAKSANAKAN PADA


WAKTU MELAKSANAKAN TUGAS JAGA LAUT

Yang dimaksud dengan tugas jaga laut adalah, tugas jaga selama kapal dalam
keadaan berlayar, dimana mesin penggerak utama jalan. Awal dari suatu pelayaran
kapal adalah perintah “begin of sea voyage” yang diberikan oleh nakhoda, baik
melalui telegrap maupun melalui telepon secara lisan. Waktunya harus dicatat
secara rinci, disamping hari dan tanggal, juga termasuk jam, menit dan detik.

Tugas jaga laut dilaksanakan agar pengoperasian selama berlayar dapat


dilaksanakan dengan lancar dan aman, tugas jaga tersebut diatur bergantian.
Untuk selama 4 jam jaga yaitu kondisi terbaik untuk tugas jaga fisik dan dapat
diulang setelah beristirahat selama 8 jam. Dengan demikian tugas jaga laut dapat
dilakukan oleh 3 regu jaga dengan pengaturan sebagai berikut :

1. Pagi hari 08.00 – 12.00 Regu A


2. Siang hari 12.00 – 16.00 Regu B
3. Sore hari 16.00 – 20.00 Regu C
4. Malam hari 20.00 – 24.00 Regu A
5. Larut Malam 00.00 – 04.00 Regu B
6. Dini hari 04.00 – 08.00 Regu C

Selama berlayar pengoperasian permesinan secara manual dikamar mesin


umumnya meliputi : mesin induk / penggerak kapal, generator listrik, pompa-pompa
pendingin permesinan ketel uap (bila ada), pembersih bahan bakar, minyak lumas,
mesin kemudi, penyejuk udara, pendingin permakanan, pembersih minyak lumas,
dan lain-lain sesuai kebutuhan. Dengan demikian pengamatan tugas jaga harus
dilakukan pada permesinan tersebut dan pendukungnya, serta mencatatnya
didalam laporan tugas jaga, yaitu :

1. Suhu : gas buang, minyak lumas, bahan bakar, air pendingin, ruang mesin,
ruang pendingin makanan.

21
2. Tekanan : minyak lumas, bahan bakar, air pendingin, udara bilas, udara
pneumatic, udara penjalan, uap ketel.
3. Putaran : poros engkol / propeller, alternator
4. Hal-hal lain yang diperlukan, dicantum dalam laporan tugas jaga.
a. Sering mengontrol semua pesawat yang bekerja mengenai suhu
normal, kelainan-kelainan suara dan lain-lain.
b. Melumasi pada bagian-bagian pesawat yang sedang bekerja saling
bergesekan atau memang bagian-bagian yang perlu dilumasi.
c. Mengatur suhu bahan bakar yang akan masuk ke motor induk.
d. Transfer bahan bakar dari tangki double battom ke tangki harian settling
tank.
e. Memperhatikan air ketel bantu dan menjaga tekanan uap jangan
sampai kurang dan jangan sampai melebihi batas kerja (7 kg/cm2).
f. Tekanan botol angin selalu diusahakan dalam keadaan penuh dan
apabila sudah kurang sekali perlu diisi hingga tekanan 25 kg/cm2.
g. Mengeringkan sumur-sumur got di kamar mesin apabila terdapat air.
h. Setelah penjagaan mendapat tiga jam (3), maka dimulai menjurnal
tekanan dan temperatur dari motor induk maupun generator ke dalam
log book.
i. Apabila penjagaan kurang dari ¼ jam, dari 4 jam penjagaan, maka kita
mengambil counter dari mesin untuk menghitung RPM rata-rata.
Selesai mendapatkan RPM, segera lapor ke anjungan disertai
melaporkan suhu air laut.
j. Pada jam tepat penjagaan selesai maka saat itu kita ambil counter
mesin dan flow meter bahan bakar untuk mengkalkulasi pemakaian
bahan bakar selama satu kali penjagaan dan ditulis dalam jurnal
tersebut. Begitu pula bestik dari anjungan dan perhitungan hasil kali kita
masukkan pula ke dalam jurnal. Dan apabila semua sudah beres, maka
mengadakan serah terima dengan masinis selanjutnya. Dengan ini
tugas jaga telah selesai dengan baik.

Pencatatan keadaan permesinan tersebut dilakukan menjelang akhir tugas jaga


masing-masing, termasuk aktivitas yang dilakukan selama tugas jaga misalnya :
perbaikan mesin, penambahan bahan bakar, minyak lumas, catatan kelainan dan
peringatan bahaya. Dalam tugas jaga tresebut hal-hal yang mengganggu dan

22
membahayakan pengoperasian permesinan dan keselamatan jiwa harus
dihindarkan misalnya,tumpahan minyak, kebocoran-kebocoran, penempatan
peralatan/permesinan yang tidak benar, termasuk memanipulir peringatan
bahaya. Selanjutnya bila selama tugas jaga harus diamankansewajarnya, jadi
bila tidak dilanjutkanoleh regu jaga lain, peralatan tersebut tidak menggangu
pengoperasian kapal.

Regu tugas jaga, baik jaga laut maupun jaga pelabuhan dilarang meninggalkan
tugas jaga sebelum pengganti jaga hadir, menggantikan jaga, dan diyakini bahwa
pengganti jaga tersebut memahami tugasnya dan laporan yang disampaikan
regu jaga sebelumnya. Dalam hal-hal yang bersifat darurat atau kelainan
pengoperasiannya, regu jaga harus mengambil tindakan pengamanan yang
memadai atau sesuai kemampuan dan segera melaporkan kepada atasan
secara hierarkis.

Dalam hal khusus dan bersifat manual yaitu memasuki atau keluar pelabuhan
dan melewati alat berbahaya, sesuai perintah anjungan untuk melayani
pengoperasian permesinan dalam hal tersebut. Pengaturan dan tanggung jawab
tugas jaga ditetapkan tersendiri oleh pimpinan bagian masing-masing namun
laporan tugas jaga menjadi tanggung jawabnya regu jaga tetap saat itu.

B. PERSIAPAN YANG DILAKSANAKAN BERKAITAN DENGAN MESIN


PENGGERAK UTAMA DAN PESAWAT BANTU SAAT AKAN OLAH GERAK
TIBA DIPELABUHAN

1. Menyiapkan eletrik power untuk manouver yaitu menjalankan generator


untuk menambah power jika diperlukan.

2. Menjalankan pompa oil standby (saat manouver).


3. Mengisi botol angin sampai pada tekanan maksimum dengan menjalankan
kompressor untuk kebutuhan olah gerak.
4. Persiapan buku manouver.
5. Membuka kran udara start ke mesin induk.
6. Mengadakan test telegraph dengan anjungan.
7. Mensinkronkan jam kamar mesin dengan anjungan.
8. Membuka kran air horn (angin suling) ke anjungan.

23
9. Menutup steam pemanas bahan bakar FO main engine dan set regulatornya
sesuai kebutuhan.
10. Mengganti bahan bakar FO dengan DO untuk main engine.
11. Mencatat Flowmeter pada saat penggantian bahan bakar.
12. Menyetel regulator lubricator oil sesuai kebutuhan main engine.
13. Memberi power pada panel winch mooring dan wind last.

C. TINDAKAN YANG DILAKUKAN SETELAH SELESAI OLAH GERAK TIBA DI


PELABUHAN

1. Biarkan pompa pendingin (air laut/tawar), pompa oil standby berjalan selama +
5 menit untuk mendinginkan/menurunkan suhu mesin tersebut.

1. Membuka kran indicator untuk memblow up gas-gas sisa dari dalam


2. Biarkan pompa sirkulasi untuk L.O jalan + 15 menit lalu matikan
3. Turning fly wheel (roda gila) untuk memblow juga
4. Matikan pompa bahan bakar
5. Matikan motor bantu satu (generator) bila tidak langsung bongkar muat,
setelah mesin-mesin dek selesai bekerja semua
6. Bersihkan sisa-sisa minyak dimesin dan sekitarnya
Matikan blower jika tidak diperlukan lagi.

24
BAB VII

TUGAS JAGA KHUSUS

A. TUGAS JAGA MESIN DI DALAM KONDISI JARAK TAMPAK TERBATAS/


PENGLIHATAN TERBATAS.

Perwira mesin kapal dinas jaga berkewajiban agar tetap tersedia udara atau
uap untuk membunyikan suling kapal untuk keperluan tanda kabut. Perwira
mesin kapal dinas jaga harus berada dalam keadaan siap sedia untuk
bertindak dengan cepat terhadap perintah dari anjungan dan bersangkutan
pula agar peralatan bantu untuk keperluan olah gerak siap untuk digunakan

B. TUGAS JAGA MESIN PERAIRAN DEKAT PANTAI / PERAIRAN SEMPIT


ATAU PERAIRAN YANG PADAT LALU LINTAS.

Perwira tugas jaga mesin harus menjamin bahwa seluruh permesinan yang
terlibat dalam pelaksanaan olah gerak dapat secepatnya dipindahkan ke
pengoperasian manual jika diberi tahu bahwa kapal ada di perairan yang padat
lalu lintas. Perwira tugas jaga mesin harus menjamin bahwa cadangan tenaga
yang cukup telah siap untuk keperluan olah gerak atau keperluan kemudi.
Kemudi darurat dan peralatan bantu lain harus siap untuk pengoperasian
mendadak.

C. KEADAAN DARURAT

Keadaan darurat jaga dimaksud adalah keadaan dimana prinsip keselematan


jiwa, barang dan lingkungan menmjadi lebih utama daripada kelancaran atau
efisiensi, pengoperasian kapal. Dengan demikian pengaturan jaga,
fungsi/tanggung jawab operasional rutin dapat dikesampingkan dari yang
berlaku adalah pengaturan darurat (emergency roll) yang bersifat terpadu antar
bagian.

Keadaan tersebut meliputi kegiatan :


1. Kapal diserang badai
2. Kapal terbakar
3. Kapal kandas dan muatan tumpah kelaut (Tanker)
4. Kapal bocor dan stabilitas terganggu

25
5. Kapal tanpa tenaga penggerak

Apapun keadaannya, awak kapal yang wajib bertindak mengupayakan


penyelamatan kapal secara umum tanpa mengabaikan keselamatan jiwanya
sendiri, utuk setiap awak kapal harus memiklik keterampilan khusus yang
diperlukan awak kapal yang bersifat mandiri tersebut.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat keadaan darurat tersebut adalah :

1. Bersikap tenang, tidak panik dan waspada


2. Peduli terhadap peringatan atau perubahan keadaan yang membahayakan
3. Sesuai kemampuan usahakan dapat menguasai keadaan atau
keselamatan diri
4. Laporkan kejadian kepada atasan atau orang terdekat untuk mencegah
kerusakan atau korban bertambah
5. Dalam meninggalkan kapal (abandon ship) sesuai perintah pemimpin
kapal, penggunaan alat penyelamat diri secara maksimal dan hemat energi
tubuh.
6. Selamatkan dokumen kamar mesin

Sesuai prosedur dan kemampuan serta tanggung jawab, dalam keadaan darurat
dapat dilakukan pengamanan terhadap permesinan dan mencegah meluasnya
marabahaya dengan :

1. Mematikan pengoperasian mesin penggerak utama, generator listrik dan


bahan bakar, separator limbah, ketel uap dan lain-lain yang diperlukan.
2. Menutup pintu kedap dan pintu kamar mesin.
3. Membunyikan tanda bahaya.

Untuk hal-hal tersebut diatas setiap awak kapal wajib mengetahui :


1. Lokasi/lintasan penyelamatan
2. Tempat dan jenis pemadaman kebakaran
3. Tempat peralatan penyelamatan diri pribadi (life jacket) dan massal
(sekoci)
4. Penggunaan pintu kedap
5. Membedakan/mengerti jenis aba-aba peringatan/alarm

26
D. TINDAKAN YANG DILAKUKAN PADA SAAT KEADAAN DARURAT
KEBAKARAN

1. Bunyikan tanda bahaya keadaan darurat (internal dan eksternal).


2. Beritahu semua orang yang berhubungan dengan tempat kebakaran.
3. Pintu kedap air ditutup.
4. Hidupkan penerangan geladak.
5. Beritahu nahkoda.
6. Beritahu kamar mesin; siapkan pompa-pompa.
7. Berikan posisi kapal ke ruang radio; segera kirim jika diperlukan.
8. Lambatkan kapal dan manuver untuk meletakkan api pada sisi bawah
angin.
9. Amankan ruang tenaga listrik dari daerah kebakaran.
10. Amankan ruang ventilasi
11. Gunakan system yang tetap jiak terpasang; padamkan pusat apidan
dinginkan sekat kedap air, dinding-dinding diatas dengan air.
12. Periksa semua ruangan yang berdekatan dengan kebakaran, adakan
pengamatan, jemudian padamkan.
13. Rawat personil yang terluka.
14. Stabilitas kapal diperhatikan.
15. Siapkan aparatus/alat pelempar atli dan phyrotechnics.
16. Siapkan lampu-lampu dan sosok-sosok benda.
17. Bersiap untuk penyelamatan/digandeng atau tinggalkan kapal.

E. TINDAKAN YANG DILAKUKAN SAAT KEADAAN DARURAT KAPAL


TENGGELAM / KANDAS

1. Hentikan mesin
2. Bunyikan semboyan bahaya (internal dan external)
3. Tutup pintu-pintu kedap air
4. Beritahu Nakhoda
5. Beritahu kamar mesin; siapkan pompa-pompa
6. Pindah channel VHF saluran 16
7. Perdengarkan semboyan-semboyan bunyi
8. Perlihatkan penerangan / sosok benda yang sesuai
9. Hidupkan penerangan-penerangan geladak
10. Pastikan bilges dan tangki-tangki sudah diukur, lihat draft kapal
11. Sounding keliling kapal

27
12. Usahakan untuk mundur jika kondisi dasar laut/kapal memungkinkan
13. Berikan posisi kapal keruang radio, perbaiki apabila diperlukan
14. Siapkan pompa ballast, perpindahan ballast atau membuang barang-
barang dari kapal jika diperlukan.
15. Waspada terhadap kebocoran
16. Dapatkan data pasang surut dan data keadaan cuaca
17. Siapkan peralatan tambat dan tali buangan
18. Siapkan melarikan jangkar ke kedge : siapkan operasi penyelamatan

F. PERSIAPAN FISIK DAN MENTAL SEBELUM MELAKSANAKAN TUGAS


JAGA.

Kesiapan fisik dan mental untuk orangyang melaksanakan tugas jaga di kapal
telah diatur dalam STCW 95 CODE ,CHAPTER VIII yaitu:

1. Semua orang yang ditunjuk untuk melaksanakan tugas sebagai perwira


yang melaksanakan suatu tugas jaga atau sebagai bawahan yang diambil
bagian dalam suatu tugas jaga, harus diberi waktu istirahat paling sedikit
10 jam setiap periode 24 jam.
2. Jam-jam istirahat ini hanya boleh dibagi paling banyak menjadi 2 periode
istirahat, yang salah satunya paling tidak kurang dari 6 jam.
3. Persyaratan untuk periode istirahat yang diuraikan pada paragraph 1 dan
paragraaf 2 diatas, tidak harus diikuti jika berada, atau terjadi kondisi-
kondisi operasional yang mendesak.
4. Meskipun adanya ketentuan didalam paragraaf 1 dan paragraph 2 diatas,
tetapi metode minimum 10 jam tersebut dapat dikurangi menjadi paling
sedikit 6 jam berturut-turut, asalkan pengurangan semacam ini tidak lebih
dari 2 hari dan paling sedikit harus ada 70 jam istirahat selama periode 7
hari.
5. Pemerintah yang bersangkutan harus menetapkan agen jadwal-jadwal
jaga ditempatkan pada tempat-tempat yang mudah dilihat.

28
G. HAL-HAL YANG HARUS MENJADI PERHATIAN UNTUK KESELAMATAN
KAPAL DAN LINGKUNGAN

1. Tumpahan minyak.
2. Kebocoran-kebocoran pada pipa
3. Penumpukan alat-alat yang tidak diperlukan
4. Pembuangan sampah plastik ke laut.

29

Anda mungkin juga menyukai