Hukum Nasional
1. UU RI No. 17/2008 tentang Pelayaran.
2. UU RI No. 15/2003 tentang Penerapan Peraturan Peruerintah Pengganti Undang-
Undang No.1/2002 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.
3. UU No. 6 tahun 1996 tentang Perairan Indonesia.
4. PP. No. 69 tahun 2000 tentang Kepelabuhanan.
5. PP. No. 7 tahun 2000 tentang Kepelautan. 6. PP. No. 51 tahun 2002 tentang
Perkapalan.
6. Keppres No. 65/1980 tentang Ratifikasi SOLAS 1974. 8. Kep Men. Koordinator
Bidang Polkam RI.
7. 9. No. Kep, 05/Menko/Polkam/2/2003 tentang Pembentukan Pokja.
8. 10. Perencanaan Pembangunan Keamanan dan Penegakan Hukum di Laut.
9. 11. Kep Men, Perhubungan No. 63 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kantor Pelabuhan.
10. 12. Kep. Menhub No. 33/2003 tentang Pemberlakuan ISPS Code.
11. 13. Kep. Menhub No. 3/2004 tentang Penetapan Designated Authority.
12. Surat Dirjen Hubla No KL. 933/17/15/DV-04 tahun 2004 tentang Implementasi ISPS
Code, Pengawasan oleh PSC/PSO.
13. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/3/7/DV-04 tahun 2004 tentang Pedoman Pemberlakuan ISPS
Code, Prosedur Dos.
14. Keputusan Dirjen Hubla No. UM. 480/12/3/20/DV-04 tahun 2004 tentang petunjuk
Pelaksanaan Penerapan Keamanan Kapal dan Pelabuhan.
15. Surat Dirjen Hubla No. UM. 933/3/20/DV-04 tahun 2004 tentang Pedoman Pemberlakuan
ISPS Code, Penerapan Pemberitahuan Kedatangan Kapal (Pre Arrival Notification).
16. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/7/8/DV-04 Tahun 2004 tentang Persiapan Verifikasi
Keamanan Kapal dan Fasilitas Pelabuhan.
17. Mapel Dirjen Hubla No. 327/Phbl-04 Tahun 2004 tentang Penetapan Penggunaan Frekuensi
Jaring Komunikasi untuk ISPS Code.
18. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/718/DV-04 Tahun 2004 tentang Tindak Lanjut Hasil
Verifikasi Penerapan ISPS Code pada Kapal.
19. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/2/1/DV-O5 Tahun 2005 tentang Pemeliharaan dan
Peningkatan Penerapan ISPS Code bagi Fasilitas Pelabuhan yang telah memperoleh SoCPE.
20. Surat Dirjen Hubla No. KL. 933/1/16/DV-05 Tahun 2005 tentang Pembenahan Penerapan
ISPS Code bagi Fasilitas Pelabuhan yang telah memiliki SoCPE.
1. Bahwa negara peserta wajib menetapkan tingkat keamanan dan memberikan bimbingan
untuk berlindung dari insiden keamanan (A/4.1)
2. Apabila negara peserta telah menctapkan keamanan tingkat 3, maka wajib mengeluarkan
instruksi dan informasi kepada kapal (A/4.2)
3. Negara peserta dapat mendelegasikan tugas-tugas tertentu menyangkut keamanan kepada
orang yang telah diakui, kecuali dalam hal-hal khusus (A/4.3)
4. Negara peserta wajib melakukan pengujian sepanjang dianggap perlu terhadap rancangan
keamanan, baik kapal (SSP) maupun fasilitas pelabuhan (PFSP) (A/4.4).
Ship Securitry Officer (SSO) adalah pejabat keamanan di kapal, yakni seorang perwira kapal yang
bertanggung jawab terhadap koordinasi keamanan di kapal, pelabuhan darat atau terminal
khusus di lepas pantai. Port Facility Security Officer (PFSO) adalah pejabat fasilitas pelabuhan,
yakni orang yang bertanggung jawab terhadap koordinasi keamanan di pelabuhan, pelabuhan
darat atau terminal khusus di lepas pantai dan laut.
"Kekuatan bukan berasal dari kapasitas fisik. Kekuatan datang dari keteguhan
kehendak"
Mahatma Ghandi (Mantan Presiden India)
PETUGAS DAN PATROLI KEAMANAN DI KAPAL DAN PELABUHAN
L3
Petugas dan Patroli Keamanan di Kapal dan Pelabuhan
P601
No Item Keterangan
1 Tujuan Menjamin pengawasan keamanan di atas kapal dan perairan
sekitar Pelabuhan
2 Lokasi Kapal, perairan sekitar pelabuhan
3 Alat HT, Borgol, Senter, Infra-red binocular, Senjata
4 Petugas SSO dan PFSO
Petugas dan Keamanan kapal dan Pelabuhan
Ship’s Master
5 Pelaksanaan
1 Menambah jumlah petugas keamanan yang siaga
2 Melaksanakan patrol keamanan di atas kapal secara terus-
menerus
3 Menambah jumlah petugas keamanan
L3
Officer and Security Patrol on Ship and Port
P601
No Item Remarks
1 Objective Menjamin pengawasan keamanan di atas kapal dan perairan
sekitar Pelabuhan
2 Location Kapal, perairan sekitar pelabuhan
3 Instrument HT, Borgol, Senter, Infra-red binocular, Senjata
s
4 Performer SSO
Security Personnel Ship or Port
Ship’s Master
5 Implementation
1 Addition on standby Security Personnel numbers
2 Performs security patrol on Ship continuosly
3 Addition on Security Personnel numbers
KETENTUAN PSC DALAM KONVENSI IMO
Konvensi IMO yang berhubungan dengan kapal menempatkan tanggung jawab untuk
keselamatan dan perlindungan lingkungan laut pada negara bendera. Namun, hal ini diakui
bahwa suatu negara pelabuhan dapat memberikan kontribusi yang berguna untuk rujuan
dimaksud dan beberapa konvensi (SOLAS 74/78, MARPOL 73/78, Load Line 66, SCTW 78/95,
dan ILO No. 147) memuat ketentuan-ketentuan yang memberikan kewenangan kepada
negara pelabuhan untuk melakukan pengawasan terhadap diterap kannya persyaratan
konvensi di bidang keselamatan, keamanan, dan pencegahan pencemaran laut.
yang akurat dan statistik yang dibuat oleh negara pelabuhan harus menunjukkan
apakah kekurangan (deficiences) dan laporan pencemaran menurun. Hal yang penting
adalah bahwa informasi tersebut dikumpulkan pada suatu kawasan dan atas dasar
dunia luas. Terkait dengan hal ini, IMO memegang peranan penting dalam
memelihara catatan dan statistik tentang hasil pengawasan olch negara pelabuhan.
Istilah "Port State" (Negara Pelabuhan) dipakai untuk menjelaskan bahwa suatu negara yang
memiliki pelabuhan laut. Konvensi international tentang keselamatan maritim dan pencegahan
pencemaran mengizinkan suatu negara untuk memeriksa kapal asing dalam salah satu pelabuhannya
untuk memastikan bahwa kapal tersebut secara substansi memenuhi standar untuk sertifikat
internasional yang diisyaratkan untuk dibawa atau berada di kapal.
Secara internasional, prosedur disetujui berdasarkan pada asumsi bahwa sebuah kapal akan
memenuhi semua persyaratan konvensi. Apabila sertifikat kapal masih berlaku dan kesan umum serta
hasil pengamatan menunjukkan adanya standar pemeliharaan yang baik, pejabat pemeriksa di
pelabuhan tau disebut inspektur/inspector, hanya akan memeriksa kekurangan atau "deficiencies"
yang dilaporkan. Apabila inspektur meyakini secara pasti bahwa dasar-dasar yang kuat (clear
grounds), bahwa sebuah kapal mungkin di bawah standar (substandards ship), suatu pemeriksaan
yang lebih rinci dapat dilakukan. Penting untuk mengakui bahwa pemeriksaan yang dilakukan oleh
negara pelabuhan (Post State Control Inspections) adalah suatu langkah tindakan kedua yang didesain
untuk menambah atau suplemen pengaturan pengawasan negara bendera.
Sift pemeriksaan PSC, terutama berhubungan dengan perlengkapan keselamatan kapal, tidak
mengizinkan untuk melakukan pengujian struktural sesungguhnya. Pemeriksaan PC tidak didesain
untuk mendeteksi kesalahan struktural utama. Apabila dijumpai adanya kerusakan, negara pelabuhan
hanya bertanggung jawab untuk memastikan agar kerusakan tersebut diperbaiki. Kerusakan tersebut
mungkin diminta untuk diperbaiki sebelum kapal berlayar. Keharusan untuk perbaikan didasarkan
pada kerusakan yang serius. Kapal dapat ditahan hingga perbaikan telah dilakukan atau harus
dikerjakan dalam kurun waktu tertentu atau mungkin dapat diperbaiki di pelabuhan yang akan
dikunjungi berikutnya.