Anda di halaman 1dari 49

KARYA ILMIAH TERAPAN

PENERAPAN PELAKSANAAN TUGAS JAGA NAVIGASI DI


ANJUNGAN KAPAL SAAT BERADA DI ALUR PELAYARAN
SEMPIT

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

ALDAN FIRMAN CS
NIT. 03.15.001.1.41/N
AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III


POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2019
PENERAPAN PELAKSANAAN TUGAS JAGA NAVIGASI DI
ANJUNGAN KAPAL SAAT BERADA DI ALUR PELAYARAN
SEMPIT

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

ALDAN FIRMAN CS
NIT. 03.15.001.1.41/N
AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III


POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2019
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ALDAN FIRMAN CS

NIT : 03.15.001.1.41/N

Program Diklat : Diklat Pelaut Tingkat III Diploma III

Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

PENERAPAN PELAKSANAAN TUGAS JAGA NAVIGASI DI

ANJUNGAN KAPAL SAAT BERADA DI ALUR PELAYARAN SEMPIT

Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema yang
saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.
Jika pernyataan di atas tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang
ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA, …………….........2019

ALDAN FIRMAN CS
NIT. 03.15.001.1.41/N

ii
PERSETUJUAN SEMINAR
KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : PENERAPAN PELAKSANAAN TUGAS JAGA


NAVIGASI DI ANJUNGAN KAPAL SAAT
BERADA DI ALUR PELAYARAN SEMPIT

Nama Taruna : ALDAN FIRMAN CS

NIT : 03.15.001.1.41/N

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan.

SURABAYA,…………………………..2019

Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II

Capt. Heru Susanto M.M Siti Fatimah S.SiT,M.Pd


Pembina (IV/a) Penata Tk.I (III/d)
NIP. 19711003 200502 1 001 NIP.19810317 200502 2 001

Mengetahui:
Ketua Jurusan Nautika

Capt. Damoyanto Purba M,Pd


Penata (III/c)
NIP. 19730919 201012 1 001

iii
PENGESAHAN
KARYA ILMIAH TERAPAN

PENERAPAN PELAKSANAAN TUGAS JAGA NAVIGASI DI


ANJUNGAN KAPAL SAAT BERADA DI ALUR PELAYARAN SEMPIT

Disusun oleh :
ALDAN FIRMAN CS
NIT. 03.15.001.1.41/N
Ahli Nautika Tingkat III

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan


Politeknik Pelayaran Surabaya
Pada tanggal …................

Menyetujui:

Penguji I Penguji II Penguji III

Dr. Capt. Tri Cahyadi MH, M.M Capt. Heru Susanto M.M Siti Fatimah S.SiT , M.Pd
Pembina (IV/a) Pembina (IV/a) Penata Tk.I (III/d)
NIP. 19730704 199803 1 001 NIP. 19711003 200502 1 001 NIP. 19810317 200502 2 001

Mengetahui:
Ketua Jurusan Nautika

Capt. Damoyanto Purba M.Pd


Penata (III/c)
NIP. 19730919 201012 1 001

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah

Terapan yang berjudul “PENERAPAN PELAKSANAAN TUGAS JAGA

NAVIGASI DI ANJUNGAN KAPAL SAAT BERADA DI ALUR

PELAYARAN SEMPIT” dengan tepat waktu tanpa adanya hal-hal yang tidak di

inginkan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu serta memberikan arahan, bimbingan, petunjuk dalam segala hal yang

sangat berarti dan menunjang dalam penyelesaian proposal penelitian ini.

Perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya Bapak Capt. Heru Susanto, M.M

2. Ketua Jurusan Nautika Capt. Damoyanto Purba M,Pd

3. Pembimbing I Capt. Heru Susanto M.M

4. Pembimbing II Siti Fatimah S.SiT,M.Pd

5. Bapak/Ibu dosen Politeknik Pelayaran Surabaya, khususnya lingkungan

program studi Nautika Politeknik Pelayaran Surabaya.

6. Kedua orang tua saya atas segala dukungannya dan doanya.

7. Serta rekan – rekan kelas Nautika A Diploma yang telah membantu dalam

proses penulisan Karya Ilmiah Terapan ini.

Semoga kelak penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak, khususnya bagi

pengembangan pengetahuan taruna – taruni Politeknik Pelayaran Surabaya, serta

bermanfaat bagi dunia pelayaran pada umumnya. Penulis menyadari bahwa

v
bermanfaat bagi dunia pelayaran pada umumnya. Penulis menyadari bahwa

penulisan Karya Ilmiah Terapan ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat

kekurangan dari segi isi maupun teknik penulisan, maka penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala

kekurangan.

Surabaya, ………..…………2019

Penulis

ALDAN FIRMAN CS
NIT. 03.15.001.1.41/N

vi
ABSTRAK

ALDAN FIRMAN CS, Penerapan Pelaksanaan Tugas Jaga Navigasi Di


Anjungan Kapal Saat Berada Di Alur Pelayaran Sempit. Dibimbing oleh Capt.
Heru Susanto M.M dan Ibu Siti Fatimah S.SiT,M.Pd
Salah satu penyebab terjadinya musibah diatas kapal adalah kurangnya
kedisiplinan dan keterampilan perwira jaga dalam melaksanakan tugas jaga yang
baik khususnya dalam bernavigasi. Terutama pada saat kapal melewati alur
pelayaran sempit. Meskipun terkadang sudah berada dalam kendali pandu, namun
perwira jaga di anjungan harus tetap membantu jalannya dinas jaga. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan pelaksanaan tugas jaga navigasi
di anjungan kapal saat berada di alur pelayaran sempit.
Penelitian ini dilaksanakan pada saat praktek laut (Prala) di atas kapal
MV.LUMOSO KARUNIA, penulis menggunakan tekhnik observasi, wawancara,
dokumentasi dan studi pustaka. Salah satu tekhnik pengumpulan data tersebut
dengan cara mengamati, meninjau dan menganalisa obyek ataupun permasalahan
yang diteliti langsung sehingga dapat diketahui bagaimana penerapan tugas jaga
navigasi di anjungan kapal, aturan-aturan bernavigasi seorang perwira jaga dan
bagaimana menjaga kualitas perwira jaga navigasi saat bertugas di atas kapal
MV.LUMOSO KARUNIA.
Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis menemukan ada beberapa
faktor penyebab terjadinya musibah saat di alur pelayaran sempit yaitu
pelaksanaan prosedur jaga yang tidak sesuai, aturan-aturan jaga yang tidak
diperhatikan sebagaimana mestinya saat bernavigasi dan ketidakpeduliannya
perwira jaga navigasi akan jam istirahatnya. Dari faktor penyebab terjadinya
musibah di alur pelayaran sempit tersebut maka upaya meminimalisir serta
mencegah musibah adalah dengan menerapkan tugas jaga navigasi sesuai dengan
prosedur dan aturan jaga yang sesuai serta memberikan jam istirahat yang cukup
kepada perwira jaga navigasi pada saat di alur pelayaran sempit.

vii
ABSTRACT

ALDAN FIRMAN CS, Application of implement the navigational watch


duties on the bridge while in the narrow channel. Supervised by Capt. Heru
Susanto M.M and Mrs Siti Fatimah S.SiT,M.Pd
One of the causes of unfortunate aboard is the lack of discipline and skill
of the officer on duty in performing good guard duties especially in navigating.
Especially when the ship passes through a narrow channel. Although sometimes it
is within the control of the pilot, but the officers on the platform must continue to
assist the watchkeeping. The purpose of this study is to determine the application
of implement the navigational watch duties on the bridge while in the narrow
channel.
This study was conducted at the time of marine practice (Prala) on board
MV.LUMOSO KARUNIA, the author uses observation techniques, interviews,
documentation and literature study. One of the data collection techniques is by
observing, reviewing and analyzing the objects or problems that are examined
directly so that it can be known how the implementation of navigation guard duty
on the bridge of the ship, the rules of navigating an officer and how to maintain
the quality of navigation officer while on duty on board MV.LUMOSO KARUNIA.
The results of the research conducted by the authors found there are
several factors causing the occurrence of calamities when in the narrow channel
that is the implementation of unattended guard procedures, guard rules that are
not properly considered when navigating and ignorance the navigation officer
with the hours of rest. From the factors causing the calamity in the narrow
channel is the effort to minimize and prevent the disaster is to apply the duty of
navigation in accordance with the appropriate procedures and guard rules and
provide adequate hours of rest to the navigation officer at the time in the narrow
channel.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ..................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR ...................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL..................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3

C. Batasan Masalah .................................................................................... 3

D. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3

E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 4

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Review Penelitian Sebelumnya ............................................................. 5

B. Landasan Teori ...................................................................................... 7

1. Pengertian Dinas jaga ........................................................................... 7

2. Pengertian Kapal ................................................................................... 7

3. Penerapan Pelaksanaan Tugas Jaga Navigasi di Alur Pelayaran

Sempit.................................................................................................. 8

4. Aturan Yang Digunakan Perwira Jaga Navigasi Saat Berlayar ............ 11

a. Aturan Solas 1974 Chapter 5 : Keselamatan Navigasi ...................... 12

ix
b. Peraturan Pencegahan Tubrukan Di Laut Tahun 1972 ...................... 12

1) Aturan 2 Tanggung Jawab ............................................................. 13

2) Aturan 5 Pengamatan .................................................................... 13

3) Aturan 6 Kecepatan Aman ............................................................ 14

4) Aturan 7 Bahaya Tubrukan............................................................ 15

5) Aturan 8 Tindakan Untuk Menghindari Tubrukan ........................ 16

6) Aturan 9 Alur Pelayaran Sempit.................................................... 18

7) Aturan 13 Penyusulan .................................................................... 19

8) Aturan 14 Situasi Berhadapan ....................................................... 20

5. Menjaga Kualitas Perwira Jaga Navigasi Bertugas............................. 21

C. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 25

BAB III. METODE PENELITIAN


A. Jenis Penelitian ...................................................................................... 26

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................. 26

C. Jenis Dan Sumber Data ......................................................................... 27

D. Pemilihan Informan ............................................................................... 29

E. Teknik Analisis Data ............................................................................. 30

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ..................................................... 32

1. Tempat Penelitian …………………………………………………….33

2. Awak Kapal …………………………………………………............. 33

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan .......................................................... 34

1. Penerapan pelaksanaan tugas jaga navigasi di alur pelayaran sempit .. 34

2. Aturan yang digunakan perwira jaga navigasi pada saat berlayar di alur

pelayaran sempit .................................................................................. 39

x
3. Kualitas perwira jaga navigasi.………………………………............. 40

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 45

B. Saran ..................................................................................................... 46

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 47


LAMPIRAN-LAMPIRAN

xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman

4.1 Peta alur pelayaran Singapore ......................................................................... 41

4.2 Peta selanjutnya dan peta mendekati pelabuhan ............................................. 42

4.3 Keadaan sekitar Singapore Strait .................................................................... 42

4.4 Anjungan tempat mengemudikan kapal .......................................................... 43

4.5 Pengamatan Keliling ....................................................................................... 43

4.6 Foto Kapal MV. Lumoso Karunia .................................................................. 44

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1 Tabel Review Penelitian Sebelumnya………………………….....…….……..6

2.2 Tabel Daftar Dinas Jaga Di Atas Kapal………………………….....………. 10

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran 1. Laporan data wawancara pada kapal MV.Lumoso Karunia

Lampiran 2. Hasil wawancara dengan Pandu Singapore

Lampiran 3. Hasil wawancara dengan Mualim 2 MV.Lumoso Karunia

Lampiran 4. Data-data kapal.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bekerja atau dinas di atas kapal tidak seperti bekerja di bidang lain.

Bekerja di atas kapal diperlukan kedisiplinan dan ketrampilan yang memadai

karena sifat pekerjaannya di atas kapal yang rentan terjadinya musibah.

Tugas dan tanggung jawab di kapal di bagi menjadi dua yaitu tugas dan

tanggung jawab bagian dek dan tugas dan tanggung jawab bagian mesin.

Keduanya mempunyai fungsi dan tugas yang sangat erat hubungannya atas

kelancaran operasional sebuah kapal. Tugas dan tanggung jawab di bagian

mesin di pegang oleh Kepala Kamar Mesin (KKM) sedangkan bagian dek

dan seluruh operasional kapal menjadi tanggung jawab seorang Nakhoda.

Namun dalam operasionalnya nakhoda di bantu oleh para mualim dan

anak buah kapal yang lainnya. Peran nakhoda sangat sentral sekali sehingga

apabila terjadi sesuatu atau kendala dalam menjalankan tugas atau dinas jaga

kapal maka wajib hukumnya mualim untuk memberitahu kepada nakhoda.

Dinas jaga di kapal meliputi dinas harian dan dinas jaga. Dinas harian di

lakukan pada hari – hari kerja terutama saat kapal sedang mobilisasi di

pelabuhan, dan saat di luar jam kerja atau saat kapal sedang berlayar.

Maksud dan tujuan dilaksanakan tugas jaga adalah menjaga keamanan,

keselamatan, ketertiban kapal, muatan, penumpang dan lingkungannya.

1
2

Mentaati peraturan dan ketentuan – ketentuan yang berlaku (Internasional).

Dan melaksanakan perintah/instruksi dari perusahaan maupun Nakhoda

(tertulis/lisan). Bahaya - bahaya yang dihadapi saat tugas jaga adalah bahaya

navigasi seperti kandas, cuaca buruk, tubrukan, pencemaran, kebakaran,

kecelakaan, dan lain - lain.

Saat bernavigasi, alur pelayaran di perairan Indonesia sangat bervariasi

ditinjau kedalaman dan lebar alurnya. Kapal yang melewati perairan yang

dangkal dan sempit membatasi kemampuan olah gerak yang baik. Dalam

rangka meningkatkan keselamatan kapal khususnya kapal yang berlayar pada

area yang dangkal dan sempit.

Dengan semakin meningkatnya perekonomian dunia maka penggunaan

transportasi laut semakin padat, khususnya pada daerah sempit, seperti selat

dan kanal, ataupun daerah yang terkonsentrasi seperti pelabuhan dan

persilangan lintasan lalu lintas pelayaran yang dapat menimbulkan resiko

tinggi untuk terjadinya kecelakaan pelayaran, baik berupa tabrakan sesama

kapal ataupun bahaya pelayaran lainnya seperti bangkai kapal atau kandas di

kedalaman yang dangkal.

Kemampuan perwira dalam bernavigasi sangatlah diperlukan dalam

sebuah pelayaran. Hal ini bertujuan agar kapal selalu berada di alur pelayaran

yang aman sampai ke tempat tujuan. Maka dari itu, diperlukan perhatian

dalam melaksanakan tugas jaga navigasi tersebut, khususnya saat melintasi

perairan-perairan sempit. Dimana sekali salah dalam memilih alur, resiko

kapal kandas atau menabrak karang sangatlah tinggi.


3

Dari latar belakang diatas maka saya memutuskan untuk membuat

penelitian dengan mengangkat tema yang berjudul “PENERAPAN

PELAKSANAAN TUGAS JAGA NAVIGASI DI ANJUNGAN KAPAL

SAAT BERADA DI ALUR PELAYARAN SEMPIT ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

diambil rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan pelaksanaan tugas jaga navigasi saat berada di alur

pelayaran sempit?

2. Apakah aturan yang digunakan perwira jaga navigasi pada saat berlayar?

3. Bagaimana menjaga kualitas perwira jaga navigasi saat bertugas?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah yang diambil dari penelitian ini adalah : Penerapan

pelaksanaan tugas jaga navigasi saat berada di alur pelayaran sempit.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang

penulis buat adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan pelaksanaan tugas jaga navigasi saat berada

di alur pelayaran sempit.

2. Untuk memastikan aturan apa saja yang digunakan saat bernavigasi di

alur.

3. Untuk menjaga kesehatan dan kualitas perwira jaga navigasi saat

bertugas.
4

E. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara

teoritis dan praktis antara lain:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih

terhadap dunia pelayaran tentang penerapan pelaksanaan tugas jaga

navigasi di anjungan kapal saat berada di alur pelayaran sempit.

2. Secara praktis, penelitian diharapkan dapat memberikan konstribusi

kepada pihak-pihak tertentu, antara lain:

a. Bagi perwira dan awak kapalnya sebagai bahan pertimbangan

tentang pengembangan kompetensi mereka mengenai pelaksanaan

tugas jaga navigasi.

b. Menjadi masukan pada pihak perusahaan dan lembaga pendidikan

dan pelatihan akan pentingnya meningkatkan kedisiplinan

melaksanakan tugas jaga dengan baik.

c. Menjadi masukan bagi para seluruh awak kapal untuk lebih

meningkatkan kewaspadaan pada saat berdinas jaga saat kapal layar.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Review Penelitian Sebelumnya

Literature review merupakan sebuah sintesis dari berbagai macam hasil

penelitian terdahulu sehingga dalam sebuah literature review harus ada

banyak kajian dari riset sebelumnya (Mubah 2015). Pengertian dari literatur

review diperkuat oleh artikel yang ditulis oleh Laura Roselle dan Sharon

Spray dengan judul Scholarly Literature and The Literature Review. Roselle

dan Spray mendefinisikan literature review sebagai sebuah proses membaca

dan mengulas publikasi dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan oleh

peneliti atau sarjana terdahulu. Sedangkan istilah menulis literature review

diartikan sebagai proses penulisan rangkuman dari beberapa hasil riset para

peneliti terdahulu (Roselle & Spray 2008, 18). Penggunaan dari literature

review pada dasarnya penting untuk dilakukan dalam mengawali sebuah

penelitian, mengingat sangat memungkinkan bidang yang akan kita kaji

memiliki kedekatan atau kesamaan dengan bidang lain yang tengah diteliti

sebelumnya. Dalam sebuah penelitian seringkali ditemukan kerancuan makna

antara literature review dengan kerangka teoritis. Jika dilihat dari

pengertian literature review tersebut, maka dapat dikatakan literature

review berbeda dengan kerangka teoritis. Berpijak pada penjelasan yang

diberikan oleh Manheim dan Rich bahwa kerangka teoritis merupakan proses

pengelompokan antara teori dan fakta yang ada untuk mencari relasi di antara

keduanya (Manheim & Rich 1995, 21).

5
6

Berdasarkan literature review yang sudah dibaca dan dikaji oleh penulis

bahwa penelitian yang dibuat oleh penulis memiliki kesamaan dalam segi alur

pelayaran, namun berbeda dalam segi keseluruhan dari judul, masalah, isi dan

penyajiannya.

Tabel 2.1 Review Penelitian Sebelumnya

No. Penulis Judul Penelitian Masalah Hasil

1. Dhina Analisis Bagaimana Kemampuan

Setyo Kemampuan kemampuan Nakhoda

Oktaria Nakhoda dalam Nakhoda dalam sangat

Membaca Sarana membaca dan berperan

Bantu Navigasi bernavigasi di alur penting untuk

Pelayaran di Alur pelayaran umum bernavigasi

Pelabuhan dan di di Pelabuhan melewati alur

Alur Pelayaran Tanjung Priok pelayaran

Umum di Pelabuhan Jakarta? demi

Tanjung Priok meningkatkan

Jakarta keselamatan

pelayaran.

Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan jika penelitian Dhina Setyo

Oktaria (2011), meneliti tentang Analisis Kemampuan Nakhoda dalam

Membaca Sarana Bantu Navigasi Pelayaran di Alur Pelabuhan dan di Alur

Pelayaran Umum di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Sedangkan Penulis


7

meneliti tentang Penerapan pelaksanaan tugas jaga navigasi di anjungan kapal

saat berada di alur pelayaran sempit.

B. Landasan Teori

1. Pengertian Dinas Jaga

Dinas jaga adalah suatu kegiaatan pengawasan selama 24 jam

diatas kapal yang dilakukan oleh mualim jaga dan juru mudi jaga dengan

tujuan mendukung operasi pelayaran supaya terlaksanakan dengan

selamat di dalamnya memuat antara lain kegiatan pengamatan kondisi

sekeliling kapal.

Dinas jaga anjungan memiliki fungsi yaitu menjaga kapal dalam

kondisi aman dan terhindar dari tabrakan yang membahayakan

keselamatan kapal tersebut. Memeriksa posisi kapal, kesalahan kompas,

haluan yang di kemudikan dan semua peralatan navigasi di anjungan.

Memriksa keadaan sekeliling, perairan, benda-benda navigasi, kapal dan

lain-lain. Membawa kapal dengan selamat sesuai dengan peraturan

nasional dan internasional dalam penyimpangan. Mengamati dengan baik

keseluruhan kapal dan sekitarnya serta bertindak yang sesuai dan

melaporkan kepada Nakhoda jika terjadi sesuatu mmeragukan.

2. Pengertian Kapal

Kapal adaalah meliputi semua jenis pesawat air termasuk pesawat

yang tidak memindahkan air dan pesawat-pesawat terbang laut yang

dipakai atau dapat dipakai sebagai alat pengangkut diatas air (Tim BPLP

Semarang.1999:3)
8

3. Penerapan Pelaksanaan Tugas Jaga Navigasi Di Alur Pelayaran

Sempit.

Berdasarkan Kepmenhub 68 tahun 2011 mendefinisikan Alur

Pelayaran di Laut adalah perairan yang dari segi

kedalaman, lebar dan bebas hambatan pelayaran lainnya

dianggap aman dan selamat untuk dilayari kapal angkutan

laut. Alur pelayaran bertujuan untuk mengarahkan kapal-kapal yang akan

keluar masuk ke pelabuhan sehingga pelabuhan bisa lebih teratur. Alur

pelayaran harus memiliki kedalaman dan lebar yang cukup agar bisa

dilalui kapal-kapal yang direncanakan akan berlabuh.

Alur pelayaran di dalam pelabuhan bertujuan sebagai penghubung

antara daerah tempat kapal melempar sauh (kapal menunggu biasanya di

luar breakwater apabila ada) dengan daerah perairan dekat dermaga

(biasanya di dalam breakwater, kolam pelabuhan).

Keberadaan alur pelayaran di pelabuhan salah satunya ditandai

dengan adanya SBNP atau Sarana Bantu Navigasi Pelayaran, yang

berfungsi sebagai penanda batas dari alur pelayaran yang akan

memudahkan perwira jaga saat berdinas jaga di anjungan.

Dalam melaksanakan dinas jaga navigasi terdapat hal-hal yang

harus mendapatkan perhatian khusus dan tanggung jawab demi

terlaksananya keselamatan pelayaran (manusia, kapal dan seluruh barang

yang berada di dalamnya). Segala sesuatu yang berkenaan dengan tugas /

dinas jaga telah diatur oleh ketentuan-ketentuan yang termuat di dalam


9

Standard of Training Certification and Watchkeeping for Seafarers

(STCW 1978 Amandemen 1995).

Berikut merupakan prosedur jaga dek yang secara khusus dirinci

dalam bentuk-bentuk perilaku sebagai berikut :

a. Memahami ketentuan mengenai spesifikasi lampu-lampu navigasi

serta sosok benda.

b. Memahami arti dari situasi yang membahayakan pelayaran.

c. Memahami prinsip-prinsip jaga dek.

d. Menerapkan prosedur jaga dek.

Dari hasil penelitian pada para korban akibat kecelakaan di laut

seperti tubrukan, kandas dan sebagainya sering terungkap bahwa faktor

penyebab utamanya adalah kegagalan untuk memelihara kewaspadaan

yang baik dan kelemahan pada organisasi anjungan (termasuk di dalamnya

organisasi dinas jaga). Berbagai peraturan dan penyelesaian yang disetujui

oleh para wakil dari Organisasi Maritim Internasional (International

Maritime Organization/IMO) dimaksudkan untuk membantu para pelaut

dalam memenuhi tugas-tugas jaga mereka dengan seksama.

Dalam satu hari (selama 24 jam), tugas/dinas jaga dibagi menjadi 3

regu dengan masing-masing regu bertugas selama 4 jam siang dan 4 jam

malam, sehingga tiap regu bertugas 8 jam per hari. Bagian dek dan bagian

mesin sama-sama menggunakan pembagian waktu jaga tersebut. Petugas

jaga adalah para perwira-perwira dek/mualim dan ahli mesin kapal

(engineers) serta anak buah (juru mudi), juru minyak (oiler).


10

Tabel 2.2 Daftar Dinas Jaga Di Atas Kapal

Regu Jam Jaga Petugas Dek Petugas Kamar Mesin

04.00-08.00 Mualim I dan Juru Masinis II dan Juru


1
16.00-20.00 Mudi Minyak

08.00-12.00 Mualim III dan Juru Masinis IV dan Juru


2
20.00-24.00 Mudi Minyak

12.00-16.00 Mualim II dan Juru Masinis III dan Juru


3
00.00-04.00 Mudi Minyak

Tugas jaga navigasi dilaksanakan oleh awak kapal yang memiliki

pengetahuan tentang ilmu navigasi, tempat pelaksanaan jaga adalah di

ruang anjungan (bridge). Anjungan terdapat peralatan kemudi serta segala

peralatan lainnya yang berkenaan dengan mekanisme melayarkan

kapal. Dalam melaksanakan jaga navigasi petugas jaga harus melakukan

pengamatan keliling dengan seksama, bila terjadi keadaan yang istimewa

atau berbahaya haruslah dilaporkan kepada perwira jaga.

Pelaksanaan tugas jaga navigasi meliputi diantaranya :

a. Kewajiban-kewajiban perwira jaga navigasi

1) Tidak diperkenankan meninggalkan anjungan sebelum diganti.

2) Tetap melaksanakan tanggung jawab walaupun Nakhoda berada di

anjungan kecuali Nakhoda mengambil alih.

3) Jika ragu-ragu dalam mengambil keputusan, segera memberi tahu

Nakhoda.
11

4) Selalu memeriksa haluan, posisi, kecepatan dengan menggunakan

setiap peralatan yang ada dan sesuai.

5) Menggunakan peralatan navigasi seefektif mungkin.

6) Mengetahui sifat olah gerak kapal, termasuk lingkaran putar dan

jarak henti, serta menyadari bahwa kapal-kapal lain mempunyai

sifat yang berbeda-beda.

b. Perwira tugas jaga navigasi harus selalu mematuhi SOLAS 1974 :

1) Mempertimbangkan untuk menempatkan seseorang untuk

mengganti kemudi otomatis dengan kemudi tangan dalam saat

yang tepat untuk mencegah bahaya yang akan timbul.

2) Pada waktu menggunakan kemudi otomatis tidak boleh

membiarkan situasi berkembang sampai pada tingkat berbahaya

sedangkan bantuan tidak dapat segera datang ke anjungan.

4. Aturan Yang Digunakan Perwira Jaga Navigasi Saat Berlayar.

Peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh Nakhoda dalam

mengambil keputusan untuk menghindari harus sesuai dengan rule yang

berlaku dalam dunia maritim.

Peraturan-peraturan tersebut mengacu pada kondisi pelayaran dan

kondisi dimana akan terjadi bahaya serta bagaimana cara untuk

mengambil keputusan yang tepat sehingga antara kapal satu dengan

lainnya tidak ada salah komunikasi dan pada akhirnya dapat menghindari

tubrukan.
12

a. Aturan Solas 1974 Chapter 5 : Keselamatan Navigasi

Bersifat operasional dan diaplikasikan pada semua kapal. Ini

berbeda dengan konvensi secara keseluruhan, yang hanya

diaplikasikan pada kapal-kapal yang terlibat pada pelayaran-pelayaran

Internasional yaitu diantaranya :

1) Kewajiban umum untuk negara peserta guna memastikan bahwa

semua kapal cukup diawaki dan efisien dilihat dari sudut

pandangan keselamatan,

2) Persyaratan-persyaratan untuk pemasangan radar dan sarana-

sarana bantu navigasi lainnya.

Deskripsi lain yang digunakan baik untuk menyertakan atau

mengecualikan kapal dari peraturan tertentu termasuk:

1) Kapal kurang dari 150 tonase kotor.

2) Kapal tonase kotor 150 keatas.

3) Semua kapal lebih dari 150 tonase kotor, ketika terlibat dalam

pelayaran internasional.

4) Pada setiap kapal penumpang yang bab I berlaku.

5) Semua kapal yang sesuai dengan konvensi ini, diwajibkan untuk

membawa instalasi radio.

6) Kapal tidak kurang dari 45 m panjang.

b. Peraturan Pencegahan Tubrukan Di Laut (P2TL) Tahun 1972

Peraturan yang dipakai oleh Indonesia untuk mencegah tubrukan

adalah peraturan pencegahan di laut tahun 1972 dengan amandemen


13

1993. Peraturan ini merupakan peraturan nasional yang harus ditaati

semua kapal yang berada di perairan Indonesia. Aturan-aturan itu

adalah :

1) Aturan 2 Tanggung Jawab

a) Tidak ada suatu apapun dalam aturan-aturan ini akan

membebaskan tiap kapal atau pemiliknya, Nakhoda atau awak

kapalnya, atas akibat-akibat setiap kelalaian untuk memenuhi

aturan-aturan ini atau atas kelalaian terhadap setiap tindakan

berjaga-jaga yang dipandang perlu menurut kebiasaan seorang

pelaut atau terhadap keadaan-keadaan khusus di mana kapal

berada.

b) Dalam menafsirkan dan memenuhi aturan-aturan ini, harus

benar-benar memperhatikan semua bahaya navigasi dan bahaya

tubrukan serta setiap keadaan khusus termasuk keterbatasan-

keterbatasan dari kapal-kapal yang terlibat, yang dapat

memaksa menyimpang dari aturan-aturan ini untuk

menghindari bahaya mendadak.

2) Aturan 5 Pengamatan

Tiap kapal harus senantiasa melakukan pengamatan yang

layak, baik dengan penglihatan dan pendengaran maupun dengan

semua sarana tersedia yang sesuai dengan keadaan dan suasana

yang ada sehingga dapat membuat penilaian sepenuhnya terhadap

situasi dan bahaya tubrukan.


14

3) Aturan 6 Kecepatan Aman

Setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan

aman sehingga dapat mengambil tindakan yang tepat dan efektif

untuk menghindari dan dapat dihentikan dalam jarak yang sesuai

dengan keadaan yang dialami. Faktor-faktor yang harus

dipertimbangkan diantaranya untuk semua kapal :

a) Tingkat penglihatan kepadatan lalu lintas termasuk pemusatan

kapal-kapal ikan atau kapal-kapal lainnya,

b) Kemampuan olah gerak kapal khususnya yang berhubungan

dengan gerak henti dan kemampuan berputar dalam setiap

kondisi yang ada,

c) Pada malam hari terdapat cahaya latar belakang seperti lampu-

lampu darurat atau pantulan dari lampu-lampu kapal kita.

Keadaan angin, laut dan arus serta adanya bahaya-bahaya

navigasi yang ada di sekitar,

d) Syarat kapal sehubungan dengan kedalaman air yang dilalui.

Sedangkan tambahan bagi kapal-kapal yang radarnya bekerja

antara lain :

a) Ciri-ciri efisiensi dengan keterbatasan-keterbatasan dari

pesawat radar,

b) Setiap keterbatasan yang timbul oleh skala jarak radar yang

dipergunakan,

c) Gangguan pada radar akibat keadaan laut, cuaca dan sumber-

sumber gangguan lain,


15

d) Kemungkinan bahwa kapal-kapal kecil, gumpalan es dan

benda-benda terapung lainnya yang tidak dapat ditangkap oleh

radar pada jarak tertentu,

e) Jumlah, posisi dan pergerakan kapal-kapal yang tertangkap

oleh radar,

f) Lebih tepat penilaian dengan penglihatan karena banyak

kemungkinan bila radar dipergunakan untuk menentukan jarak

kapal-kapal atau benda-benda lain di dekatnya.

4) Aturan 7 Bahaya Tubrukan

a) Semua kapal harus menggunakan semua sarana yang tersedia

sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada untuk

menentukan ada tidak adanya bahaya tubrukan , jika timbul

keragu-raguan maka bahaya demikian itu harus dianggap ada.

b) Penggunaan pesawat radar harus dilakukan dengan tepat jika

dipasang dikapal dan bekerja dengan baik termasuk

penyimakan jarak jauh untuk memperoleh peringatan dini

akan adanya bahaya tubrukan dan pelacakan posisi radar atau

pengamatan sistematis yang sepadan atas benda-benda yang

terdeteksi.

c) Perkiraan-perkiraan tidak boleh diadakan berdasarkan oleh

keterangan yang sangat kurang khususnya keterangan radar.

d) Dalam menentukan ada tidak adanya bahaya tubrukan

pertimbangan–pertimbangan berikut ini termasuk

pertimbangan-pertimbangan yang harus diperhitungkan.


16

Bahaya demikian harus dianggap ada jika baringan pedoman

kapal yang sedang mendekat tidak menunjukkan perubahan

yang berarti. Bahaya demikian kadang-kadang mungkin ada,

walaupun perubahan sebuah baringan yang berarti itu nyata

sekali, terutama bilamana sedang menghampiri kapal dengan

jarak yang dekat sekali.

5) Aturan 8 Tindakan Menghindari Bahaya Tubrukan

a) Setiap tindakan yang diambil untuk menghindari tubrukan,

jika keadaan mengizinkan harus dilaksanakan dengan tegas,

dilakukan dalam waktu yang cukup dan benar-benar

memperhatikan dengan seksama akan syarat-syarat

kecakapan pelaut yang baik.

b) Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan untuk

menghindari jika keadaan mengizinkan harus cukup besar

sehingga diketahui dengan jelas oleh kapal lain yang sedang

melakukan pengamatan dengan penglihatan atau radar,

sedangkan perubahan–perubahan kecil dari pada haluan dan

atau kecepatan harus dihindari.

c) Jika terdapat ruang gerak kapal yang cukup, perubahan

haluan kapal mungkin merupakan tindakan yang paling tepat

guna menghindari situasi saling mendekati dengan ketentuan

bahwa perubahan haluan itu dilakukan dalam waktu cukup

baik, tepat dan tidak mengakibatkan terjadinya situasi saling

mendekat berikutnya.
17

d) Tindakan yang dilakukan untuk menghindari dengan kapal

lain harus sedemikian rupa sehingga dapat dilewati dengan

jarak aman. Ketepatan dari tindakan itu harus dikaji dengan

seksama sampai kapal yang lain itu pada akhirnya dapat

dilewati dan betul-betul bebas.

e) Jika diperlukan untuk menghindari atau untuk memberikan

lebih banyak waktu untuk menilai keadaan, kapal harus

mengurangi kecepatannya atau menghilangkan seluruh

kecepatannya agar memberhentikan atau meletakkan

mesinnya pada kedudukan mundur.

f) Kapal yang oleh aturan-aturan ini diwajibkan untuk tidak

boleh merintangi alur pelayaran atau jalur yang aman bagi

kapal lainnya bila keadaan mengizinkan harus mengambil

tindakan sedini mungkin untuk memberikan ruangan gerak

yang cukup bagi lintasan yang aman. Dan kapal yang

diwajibkan untuk tidak merintangi alur atau lintasan yang

aman bagi kapal lain, tidak dibebaskan dari kewajibannya

jika mendekati kapal lain yang mengakibatkan terjadinya

bahaya dan apabila akan mengambil tindakan tersebut harus

memepehatikan tindakan yang diwajibkan oleh aturan-aturan

dalam bagian ini. Kapal yang jalannya tidak boleh dirintangi

harus tetap senantiasa melaksanakan aturan-aturan dalam

bagian ini, bilamana kedua kapal tersebut saling mendekati


18

satu sama lainnya yang mengakibatkan terjadinya bahaya

tubrukan.

6) Aturan 9 Alur Pelayaran Sempit

a) Sebuah kapal yang sedang berlayar menyusuri alur pelayaran

sempit harus berlayar sedekat mungkin dengan batas luar alur

pelayaran atau air pelayaran yang terletak di sisi kanannya

bilamana hal itu aman dan dapat dilaksanakan.

b) Kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal layar

tidak boleh merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar

dengan aman di dalam alur pelayaran atau air pelayaran

sempit.

c) Kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi

jalan setiap kapal lain yang sedang berlayar di dalam alur

pelayaran atau air pelayaran sempit.

d) Kapal tidak boleh memotong alur pelayaran sempit jika

pemotongan demikian merintangi jalan kapal yang hanya

dapat berlayar dengan aman di dalam alur pelayaran sempit,

kapal yang di sebutkan belakangan itu boleh menggunakan

isyarat bunyi yang di tentukan dalam aturan 34 (d), jika ragu-

ragu terhadap maksud kapal yang memotong.

e) Di alur pelayaran sempit, jika penyusulan hanya dapat

dilakukan jika kapal yang disusul itu melakukan tindakan

untuk memungkinkan pelewatan dengan aman, maka kapal

yang bermaksud menyusul itu harus menyatakan maksudnya


19

dengan memperdengarkan isyarat yang sesuai dengan yang

ditentukan didalam aturan pada 34 (c). Dan mengambil

langkah untuk dilewatinya dengan aman. jika ragu-ragu,

kapal itu boleh memperdengarkan isyarat-isyarat yang

ditentukan didalam aturan 34 (d). Aturan ini tidak

membebaskan kapal yang menyusul dari kewajibannya

menurut aturan 13.

f) Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur atau

air pelayaran sempit yang di tempat kapal-kapal lain dapat

terhalang oleh alingan , harus berlayar dengan kewaspadaan

khusus dan berhati-hati serta harus memperdengarkan isyarat

yang sesuai dengan yang ditentukan di dalam aturan 34 (e).

g) Setiap kapal , jika keadaan mengijinkan harus menghindari

dirinya berlabuh jangkar di dalam alur pelayaran sempit.

7) Aturan 13 Penyusulan

a) Terlepas dari apapun sesuatu yang tercantum didalam aturan-

aturan bagian B seksi 1 dan 2, setiap kapal yang sedang

menyusul setiap kapal lain harus menghindari kapal lain yang

sedang disusul itu.

b) Kapal harus dianggap menyusul bilamana sedang mendekati

kapal lain dari arah yang lebih besar daripada 22,5 derajat di

belakang arah melintang, yakni dalam suatu kedudukan

sedemikian sehingga terhadap kapal yang sedang di susul itu


20

pada malam hari hanya dapat melihat lampu buritan, tetapi

tidak satupun dari lampu-lampu lambungnya.

c) Jika sebuak kapal ragu-ragu apakah ia sedang menyusul kapal

lain atau tidak, kapal itu harus beranggapan bahwa demikianlah

halnya dan bertindak sesuai dengan itu.

d) Setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi

kemudian tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang

memotong dalam pengertian aturan-aturan ini atau

membebaskannya dari kewajiban untuk menghindari kapal

yang sedang disusul itu sampai kapal tersebut dilewati dan

bebas sama sekali.

8) Aturan 14 Situasi Berhadapan

a) Jika dua kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan-haluan

berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan

mengakibatkan bahaya tubrukan, masing-masing harus

mengubah haluannya ke kanan sehingga masing-masing akan

berpapasan di lambung kirinya.

b) Situasi demikian itu harus dianggap ada bilamana kapal melihat

kapal lain tepat atau hampir di depan dan pada malam hari

kapal itu dapat melihat lampu-lampu tiang kapal lain tersebut

terletak segaris atau hampir segaris atau kedua lampu lambung

serta pada siang hari kapal itu mengamati gatra (aspek) yang

sesuai mengenai kapal lain tersebut.


21

c) Jika kapal dalam keadaan ragu-ragu akan terdapatnya situasi

demikian, kapal itu harus beranggapan bahwa situasi itu ada

dan bertindak sesuai dengannya.

5. Menjaga Kualitas Perwira Jaga Navigasi Saat Bertugas.

Untuk menjadi awak kapal dan menjalankan tugasnya di atas

kapal, sesuai dengan aturan IMO mengenai STCW code tahun 1978 yang

mengatur tentang standar minimum yang harus dipenuhi oleh ABK,

berkaitan dengan pelatihan ABK, sertifikasi dan perwira jaga untuk pelaut

yang sesuai dengan aturan flag state pada kapal tersebut. Untuk

mengetahui isi dari STCW convention 1978 beserta amandemen

terbarunya pada Manila amandement 2010 akan dibahas lebih lanjut pada

karya ilmiah terapan ini.

Keselamatan pelayaran merupakan tanggung jawab dari setiap

ABK terutama para perwira dan Nakhoda. Banyak kecelakaan yang

terjadi di laut salah satunya disebabkan oleh kelalaian manusia dalam

berdinas jaga yang diakibatkan oleh kelelahan dari perwira jaga saat

bernavigasi. Sehingga pengamatan dan tingkat kewaspadaan yang

berkurang dan mengakibatkan kecelakaan terjadi. Oleh sebab itu,

dibuatlah aturan untuk menjaga kesehatan dari ABK dalam STCW 2010

chapter VIII section-A tentang standar tugas jaga untuk Fitness

(Kebugaran) untuk menjalankan tugas yaitu :

a. Para perwira dan rating yang melaksanakan tugas jaga navigasi atau

jaga kamar mesin, atau anak buah kapal lainnya yang diberi tugas

berkaitan dengan keselamatan, pencegahan polusi, dan keamanan


22

harus diberikan periode istirahat minimum 10 jam istirahat dalam

periode waktu 24 jam dan 77 jam istirahat dalam 7 hari periode.

b. Jam istirahat dapat dibagi menjadi tidak lebih dari 2 periode, yang

mana salah satunya harus berdurasi sedikitnya selama 6 jam dan

interval waktu antara periode yang berlangsung secara terus menerus

tidak boleh melampui 14 jam.

c. Pengurangan jam istirahat menjadi 70 jam istirahat dalam periode 7

hari diperbolehkan untuk waktu yang tidak melampaui 2 minggu

berturut-turut.

Dokumentasi waktu istirahat harian harus terpelihara dengan baik

dan ditandatangani oleh Nakhoda, atau perwira yang ditunjuk oleh

Nakhoda. Salinan dari catatan jam istirahat dan jadwal berkenaan crew

kapal, yang sepatutnya ditanda tangani oleh Nakhoda atau perwira yang

diberi kewenangan oleh Nakhoda, harus diberikan juga kepada crew yang

bersangkutan.

Perusahaan pelayaran direkomendasikan untuk menggunakan format

standar dalam menyiapkan tabel pengaturan jam kerja dan jadwal jam jaga

dan record dari jam istirahat untuk memperlihatkan kesesuaian dengan

persyaratan dalam STCW. Perusahaan pelayaran disarankan untuk

menggunakan petunjuk dari IMO/ILO (IMO/ILO Guidelines for the

Development of Tables of Seafarers Shipboard Working Arrangements and

Formats of Records of Seafarers Hours of Work and Rest) untuk mengatur

jam kerja dan jam istirahat. Dokumentasi dari record ini harus disimpan di
23

atas kapal dalam masa setidaknya 2 tahun untuk memungkinkan

monitoring dan verifikasi pemenuhan peraturan Seksi A-VIII/1.

Perusahaan pelayaran harus menyatakan prosedur untuk

mempersiapkan jam jaga tersebut dan pencatatan jam istirahat harian ke

dalam sistem manajemen keselamatannya (Safety Management System).

Ketentuan ini harus sudah mulai diimplementasikan pada tanggal 1 Januari

2012

SCTW amandemen 2010 akan diimplementasikan lebih jauh dari

MLC ILO. Amandemen baru menggabungkan periode fase 5 tahun untuk

pelaut yang sudah ada sekarang dan pada saat yang sama mewajibkan

adanya semua perubahan nyata seperti Jam Kerja & Istirahat untuk

diterapkan pada 1 Januari 2012.

ILO MLC 2006 memodernisasi standar-standar ini untuk:

a. Konsolidasi dan memperbarui lebih dari 60 Konvensi ILO dan

Rekomendasi-rekomendasinya yang telah pernah dibuat sebelumnya.

b. Menetapkan persyaratan minimum bagi pelaut untuk bekerja pada

sebuah kapal.

c. Menangani kondisi kerja, akomodasi, fasilitas rekreasi, makanan dan

katering, perlindungan kesehatan, perawatan medis, perlindungan

kesejahteraan dan jaminan sosial.

d. Mempromosikan kepatuhan bagi operator dan pemilik kapal dengan

memberikan fleksibilitas yang cukup pada pemerintah untuk

menerapkan persyaratan dalam cara yang terbaik disesuaikan dengan

undang-undang nasional masing-masing negara.


24

e. Memperkuat mekanisme penegakan/pelaksanaan pada semua

tingkatan, termasuk ketentuan untuk prosedur keluhan yang tersedia

bagi pelaut, pengawasan yang dilakukan oleh para pemilik kapal dan

nakhoda terhadap kondisi kapal-kapal mereka, yurisdiksi negara

bendera dan kontrol atas kapal mereka, dan inspeksi negara pelabuhan

pada kapal asing.


25

C. Kerangka Pemikiran

Mulai

Latar Belakang :
Masih ditemukannya kecelakaan pelayaran seperti tabrakan, kandasnya
kapal di perairan sempit

Batasan Masalah :
Bagaimana penerapan pelaksanaan tugas jaga navigasi saat berada
di alur pelayaran sempit

Pengumpulan Data

Observasi Wawancara Dokumentasi

Analisa & Pembahasan

Kesimpulan & Saran

Selesai

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan memahami realitas

sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya. Bukan dunia yang seharusnya,

maka seorang peneliti kualitatif haruslah orang yang memiliki sifat open

minded. Karenanya, melakukan penelitian kualitatif dengan baik dan benar

berarti telah memiliki jendela untuk memahami dunia psikologi dan realitas

sosial. Dalam penelitian kualitatif adalah instrumen kunci, oleh karena itu

penelitian harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas sehingga bisa

bertanya, menganalisis dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih

jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian

kualitatif digunakan jika masalah belum jelas untuk mengetahui makna yang

tersembunyi agar dapat memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan

teori, untuk memastikan kebenaran data dan meneliti sejarah perkembangan.

Menurut Herdiansyah (2010:9) penelitian kualitatif adalah suatu

penelitian ilmiah yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam

konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi

komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.

B. Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada saat kita akan melaksanakan praktek

layar selama 12 bulan dikapal.

26
27

2. Tempat Penelitian

Dilaksanakan diatas kapal pada saat kita akan melaksanakan

prala/praktek layar dikapal.

C. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan dan dipergunakan dalam

penyusunan karya ilmiah penelitian ini merupakan informasi yang diperoleh

penulis melalui pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti dan

informasi yang diperoleh penulis melalui buku yang berkaitan dengan

penelitian ini.

Adapun data yang diperoleh dari sumber-sumber ini sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumber aslinya, melalui narasumber yang tepat dan yang dijadikan

responden dalam penelitian penulis. Yaitu hasil observasi langsung

terhadap upaya peningkatan kemampuan dan keterampilan anak buah

kapal dalam pelaksanakan navigasi di alur pelayaran sempit. Dalam

melengkapi pengamatan juga dilakukan wawancara-wawancara dengan

Pandu di Banjarmasin dan Mualim 2 MV.LUMOSO KARUNIA

sebagai mualim jaga yang bertugas pada saat dilaksanakan penelitian.

Kadang-kadang pengamatan harus bervariasi atau dikombinasikan

dengan wawancara, disesuaikan dengan situasi saat pengamatan dan

kondisi yang ada.

2. Data Sekunder
28

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui perantara atau diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain. Data sekunder diperoleh dari buku-buku yang

berhubungan dengan masalah yang akan dibahas, yang diperlukan

sebagai pedoman teoritis dan ketentuan formal dari keadaan nyata

dalam observasi serta informasi lain yang didapat.

Data merupakan suatu pemaparan kejadian yang dialami secara langsung

atau dapat dikatakan sebagai pencapaian suatu keputusan dari kesimpulan

yang dihasilkan berdasarkan fakta-fakta yang didapat.

Adapun data dalam penelitian ini adalah diperoleh dari hasil wawancara,

observasi, studi pustaka dan dokumentasi.

Wawancara adalah upaya yang dilakukan seseorang atau suatu pihak

untuk mendapatkan keterangan, pendapat mengenai suatu hal yang

siperlukannya untuk tujuan tertentu, dari seseorang atau pihak lain dengan

cara tanya jawab.

Observasi adalah laporan yang berisi penjabaran umum/melaporkan

sesuatu hasil dari pengamatan (observasi). Jenis teks ini mendeskripsikan atau

menggambarkan bentuk, ciri, atau sifat umum (general) seperti benda, hewan,

tumbuh-tumbuhan, manusia, atau peristiwa yang terjadi di alam semesta kita.

Studi Pustaka, menurut M. Nazir dalam bukunya yang berjudul “Metode

Penelitian” mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan: “Studi

Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi

penelaah terhadap buku-buku, literature-literatur, catatan-catatan dan laporan-


29

laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.”

(Nazir,1998:111).

Menurut Ardila (2011:10), dokumentasi adalah kumpulan dari dokumen-

dokumen yang dapat memberikan keterangan atau bukti yang berkaitan

dengan proses pengumpulan dan pengolahan dokumen yang berbentuk

barang, gambar ataupun tulisan sebagai bukti dan dapat memberikan

keterangan yang penting secara sistematis serta menyebarluaskan kepada

pemakai informasi tersebut.

D. Pemilihan Informan

Menurut Sugiyono (2005:50) sampel dalam penelitian kualitatif bukan

dinamakan responden melainkan informan kunci, narasumber, partisipan,

teman atau guru dalam penelitian. Sugiyono (2005:54) menyatakan bahwa

penentuan informan kunci dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti

mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung yaitu memilih

orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan

dan selanjutnya berdasarkan data atau informasi kunci yang lainnya yang

diharapkan dapat memberikan data yang lebih lengkap, sehingga informan

dalam penelitian ini ialah perwira yang berada di atas anjungan meliputi

Pandu dan Mualim jaga dalam hal ini sebagai Mualim 2, karena peneliti

sendiri berasal dari jurusan Nautika Pelayaran sehingga akan lebih banyak

berada di anjungan kapal bersama orang-orang Deck Departement. akan

meneliti penerapan pelaksanaan tugas jaga navigasi di alur pelayaran sempit.


30

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih banyak bersifat

uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang telah diperoleh

akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif.

Menurut Patton (Moleong, 2001:103), analisis data adalah “proses mengatur

urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian

dasar”. Definisi tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya

kedudukan analisis data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok

penelitian kualitatif adalah menemukan teori dari data.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan langkah-langkah seperti yang dikemukakan oleh Burhan

Bungin (2003:70), yaitu sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis

data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan wawancara dan studi dokumentasi.

2. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak

pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode,

menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya

dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan.


31

3. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk

teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel

dan bagan.

Berdasarkan keterangan di atas, maka setiap tahap dalam proses

tersebut dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah

seluruh data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari

lapangan dan dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan

sebagainya melalui metode wawancara yang didukung dengan studi

dokumentasi.
DAFTAR PUSTAKA

Aminudin, P. (Ed.). (1990). Pengembangan Penelitian Kualitatif. Malang :

HISKI Komisariat Malang dan YA3.

Ali, Lukman (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Darmono, Niar. (2017). Prosedur Kerja Dari Kelompok Kerja Dek, (Online),

http://niarnkpi.blogspot.com/2017. Diakses pada tanggal 21 April 2018 jam

15.00.

Dr. Ridwan, M.B.A, M.Pd. (1999) Proposal Penelitian. Bandung : ALFABETA.

Hamid Patilima (1999) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : ALFABETA.

Kobayashi, H. (2008). Mariner’s Function For Safe Navigation. Tokyo : Tokyo

University of Maritime Science and Technology.

Konvensi Ketenagakerjaan Maritim. (2006). Peraturan Jam Kerja Dan Jam

Istirahat.

Lutfiyah Fitwi (2011). Metode Penelitian Kualitatif (Sistematika Penelitian

Kualitatif), (Online), http://wordpress.com/teknologi-pendidikan/metode-

penelitian-kualitatif-sistematika-penelitian-kualitatif. Diakses pada tanggal 6

Mei 2018 jam 09.00.

Miles dan Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta : UI Press.

Mubah, M.Safril (2015). Literature Review. Surabaya : Universitas Airlangga.

47
Politeknik Pelayaran Surabaya (2014) P2TL & Dinas Jaga. Surabaya : Politeknik

Pelayaran Surabaya.

Politeknik Pelayaran Surabaya (2014) Peralatan Navigasi. Surabaya : Politeknik

Pelayaran Surabaya.

Politeknik Pelayaran Surabaya (2018). Bridge Resources Management. Surabaya :

Politeknik Pelayaran Surabaya.

POLTEKPEL-SBY, (2016). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Terapan, Surabaya

: Tim POLTEKPEL-SBY.

Politeknik Pelayaran Surabaya tahun 2013 cetakan STCW 1978 tentang P2TL dan

dinas jaga : Melakukan Tugas Jaga Navigasi.

Prof. DR. HJ. Sedarmayanti,M.Pd (2001) Metodologi Penelitian. Mandar Maju,

Bandung.

Roselle, Laura dan Sharon Spray, (2008). Scholarly Literature and The Literature

Review, New York : Pearson Longman.

Setiawan, Stefanus. (2014). “Alur Pelayaran Pelabuhan”,

https://anakkelautan.wordpress.com/2014/02/10/alur-pelayaran-pelabuhan/.

Diakses pada tanggal 21 April 2018 jam 15.30.

S. H. R. Soebekti, Capt. (2012) : Peraturan Pencegahan Tubrukan Di Laut

(P2TL-1972) Tubrukan Air Kedalaman (R.I) Bandar 1925. Yogyakarta :

Deepublish.

48
STCW including 2010 Manila amandement. (2011) : International Maritime

Organization.

Sutini, Capt. (2015). “Analisis Olah Gerak Pada Saat Memasuki Alur Pelayaran

Sempit”,http://jurnal.stimartamni.ac.id/index.php/JSTM/article/viewFile/50/

15. Diakses pada tanggal 16 November 2018 jam 10.00.

49

Anda mungkin juga menyukai