Anda di halaman 1dari 75

PENYEBAB TURUNNYA TEKANAN AIR LAUT PENDINGIN

MESIN INDUK DI MV. PALUNG MAS

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program RPL Diploma III

DIAN RIFA’I
NIM 01.200.05.192
DIKLAT PELAUT TINGKAT II

PROGRAM RPL DIPLOMA III PELAYARAN


POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2020

i
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Dian Rifa’i

NIM : 01.200.05.192

Program Diklat : RPL Diploma III

Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul:

PENYEBAB TURUNNYA TEKANAN AIR LAUT PENDINGIN MESIN

INDUK DI MV. PALUNG MAS

Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan

yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.

Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

Surabaya, ……………………. 2020

Dian Rifa’i

ii
HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR

KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : PENYEBAB TURUNNYA TEKANAN AIR LAUT

PENDINGIN MESIN INDUK DI MV. PALUNG MAS

Nama : Dian Rifa’i

NIM : 01.200.05.192

Program Diklat : RPL Diploma III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan

Surabaya, ………………………………….2020

Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II

Monika Retno Gunarti, M.Pd., M.Mar.E Ferry Budi Cahyono, ST., MM


Penata Tk.I (III/d) Penata Tk.I (III/d)
NIP.19760528 200912 2 002 NIP. 19810215 200212 1 001

Mengetahui:
PENGESAHAN PROPOSAL
Ketua Jurusan Teknika

PENGESAHAN
Monika Retno Gunarti, M.Pd., M.Mar.E
KARYAPenata
ILMIAH
Tk.ITERAPAN
(III/d)
NIP.19760528 200912 2 002

iii
HALAMAN PENGESAHAN

KARYA ILMIAH TERAPAN

PENYEBAB TURUNNYA TEKANAN AIR LAUT PENDINGIN MESIN


INDUK DI MV. PALUNG MAS
Disusun oleh :

DIAN RIFA’I
NIM 01.200.05.192
RPL DIPLOMA III

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan


Politeknik Pelayaran Surabaya
Pada tanggal ……………

Menyetujui:
Penguji I Penguji II Penguji III

Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknika

Monika Retno Gunarti, M.Pd., M.Mar.E


Penata Tk.I (III/d)
NIP.19760528 200912 2 002

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT

Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala rahmat dan hidayah-Nya

yang telah dilimpahkan kepada hamba-Nya sehingga skripsi ini dapat

tesrselesaikan dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada

Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan kita menuju jalan yang benar.

Dalam usaha menyelesaikan penulisan skripsi ini, dengan penuh rasa

hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

memberikan bimbingan, dorongan, bantuan serta petunjuk yang bermanfaat.

Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

yang terhormat:

Dalam penulisan karya ilmiah terapan ini, penulis telah banyak mandapat

bantuan, bimbingan serta arahan dari berbagai pihak, untuk itu dengan segala

kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Capt. Heru Susanto, M.M selaku Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya

beserta jajarannya yang telah menyediakan fasilitas dan pelayanan, sehingga

penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah terapan.

2. Ibu Monika Retno Gunarti, M.Pd., M.Mar.E selaku Ketua Jurusan Teknika

sekaligus Dosen Pembimbing I dan Ferry Budi Cahyono, ST., MM selaku

Dosen Pembimbing II yang penuh ketekunan dan kesabaran memberikan

bimbingan dan arahan dalam penyusunan karya ilmiah terapan ini.

3. Bapak dan Ibu Dosen Politeknik Pelayaran Surabaya, khususnya lingkungan

program studi Teknika yang telah memberikan bekal ilmu sehingga penulis

v
dapat menyelesaikan karya ilmiah terapan ini.

4. Kedua orang tua, Bapak Suroto dan Ibu Marinten yang senantiasa

memberikan doa, kasih sayang dan dukungan baik morel maupun materiel.

5. Kekasih tercinta Santika Aprilliani yang telah membantu memberikan

dukungan dan motivasi dalam penyusunan karya ilmiah terapan ini.

Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah Terapan ini masih banyak

kekurangan. Saran dan masukan akan diterima dengan harapan dapat mendukung

penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap, Karya Tulis Ilmiah ini dapat

memberikan manfaat untuk menambah wawasan bagi penulis serta bagi pembaca.

Surabaya, 2020
Penulis

Dian Rifa’i

vi
ABSTRAK

DIAN RIFA’I, 2020, Penyebab turunnya tekanan air laut pendingin mesin
induk di MV. Palung Mas. Dibimbing oleh Ibu Monika Retno Gunarti dan Bapak
Ferry Budi Cahyono.
Dalam menunjang kelancaran pengoperasian mesin induk diperlukan
sistem pendinginan. Terdapat dua sistem pendinginan yaitu pendinginan terbuka
dan tertutup. Apabila sistem pendinginan terbuka mengalami kendala maka akan
berdampak pada pengoperasian mesin induk menjadi tidak optimal. Kendala
tersebut dapat diatasi apabila telah memahami faktor tekanan air laut pendingin
mesin induk yang mengalami penurunan, dampak yang terjadi, serta upaya-upaya
yang dilakukan.
Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode diagram tulang
ikan dan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth). Diagram tulang ikan
berfungsi untuk menghubungkan antara sebab dan akibat sedangkan metode USG
bertujuan untuk menetapkan urutan prioritas masalah dengan teknik penilaian.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah faktor kurangnya perawatan
pada seachast dan dampak yang terjadi adalah mesin induk mengalami
overheating sehingga upaya yang perlu disarankan adalah melakukan perawatan
pada seachast secara berkala.

Kata kunci : Sistem Pendinginan, USG, Seachast

vii
ABSTRACT

DIAN RIFA’I, 2020, The cause of low sea water cooling main engine
pressure on MV. Palung Mas. Supervised by Mrs. Monika Retno Gunarti and Mr.
Ferry Budi Cahyono.
The main engine needs cooling system. The cooling system consists of
open loop cooling system and closed loop cooling system. The most serious
cooling system problems are main engine issues. These will typically occur once a
different part of the cooling system fails and allows the main engine to overheat.
These constraints can be overcome if you have understood the pressure factor of
sea water cooling of the main engine which has decreased, the impact that
occurred, and the efforts made.
The research methods used by the author are the fishbone diagram method
and the USG (Urgency, Seriousness, Growth) method. The fishbone diagram
serves to connect between cause and effect while the USG method aims to
establish the priority order of problems with assessment techniques.
The results obtained from this study are the factors of lack of care on the
seachast and the impact that occurs is the overheating of the main engine so that
the effort that needs to be suggested is to carry out maintenance on the seachast
regularly.

Kata Kunci: Cooling System, USG, Seachast

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR ............................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 3

D. Manfaat Penulisan ............................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4

A. Review Penelitian Sebelumnya ........................................................... 4

B. Landasan Teori .................................................................................... 4

C. Kerangka Penelitian........................................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................... 16

A. Jenis Penelitian .................................................................................. 16


ix
B. Pengunaan Variabel/Subjek Penelitian.............................................. 17

C. Teknik dan Metode Pengumpulan Data ............................................ 18

D. Teknik Analisis Data ......................................................................... 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 26

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................. 26

B. Hasil Penelitian .................................................................................. 29

C. Pembahasan ....................................................................................... 33

BAB V PENUTUP .............................................................................................. 53

A. Simpulan ........................................................................................... 53

B. Saran .................................................................................................. 54

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Previous Study......................................................................................... 4

Tabel 3.1 Skala Interval Likert.............................................................................. 24

Tabel 3.2 Penilaian dan Ranking USG ................................................................. 25

Tabel 4.1 Ship Particular MV. Palung Mas ......................................................... 27

Tabel 4.2 Penilaian Masalah Pokok dari Faktor Lingkungan ............................... 40

Tabel 4.3 Penilaian Masalah Pokok dari Faktor Material ..................................... 40

Tabel 4.4 Penilaian Masalah Pokok dari Faktor Metode ...................................... 41

Tabel 4.5 Penilaian Masalah Pokok dari Faktor Manusia..................................... 41

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal ....................................................... 13

Gambar 2.2 Diagram Kerangka Pikir.................................................................... 15

Gambar 3.1 Fishbone Diagram............................................................................. 22

Gambar 4.1 Spesifikasi Pompa di MV. Palung Mas............................................. 26

Gambar 4.2 Low Sea Water Pressure ................................................................... 31

Gambar 4.3 Drain Seachast .................................................................................. 32

Gambar 4.4 Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) ...................................... 34

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Ship Particulars ................................................................................. 56

Lampiran 2 Data Spesifikasi Pompa .................................................................... 58

Lampiran 3 Sea water cooling diagram ................................................................ 59

Lampiran 4 Low sea water pressure ..................................................................... 60

Lampiran 5 Kondisi filter seachast ....................................................................... 61

Lampiran 6 Drain Seachest ................................................................................... 62

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kapal adalah sarana alat transportasi laut yang banyak diminati

masyarakat untuk mengangkut muatan atau penumpang. Bertambahnya

jumlah transportasi laut di dunia pelayaran berdampak pada persaingan

angkutan laut yang semakin ketat. Kecepatan bongkar muat di pelabuhan

membuat kapal harus menempuh perjalanan berlayar sesuai jadwal yang telah

ditentukan dan tiba tepat pada waktunya. Menyadari akan pentingnya

kegiatan transportasi laut maka pengoperasian mesin induk serta sistem-

sistem di kapal harus selalu dijaga agar dapat menciptakan sarana transportasi

laut dalam kondisi prima secara aman dan optimal.

Kebanyakan kapal sekarang menggunakan mesin diesel sebagai motor

penggerak utamanya dikarenakan mesin diesel lebih efisien dibanding dengan

mesin uap. Permesinan kapal khususnya mesin induk perlu mendapatkan

perhatian yang serius dari para Masinis di kapal. Khusunya pada waktu mesin

induk beroperasi maka akan menimbulkan panas. Panas itu dihasilkan dari

pembakaran bahan bakar di dalam silinder. Dengan adanya pendinginan,

bertujuan untuk mendinginkan, mencegah terjadinya pemuaian, overheating,

kerusakan logam dan bahan yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan

bentuk dan menurunnya kinerja mesin. Pendinginan yang tidak sempurna

atau sirkulasi yang tidak bekerja dengan baik pada mesin induk dapat

mengakibatkan kerusakan sehingga akan memperpendek daya kerja suatu

mesin. Untuk mendinginkan mesin induk dapat menggunakan media

1
pendinginan tertutup yaitu air tawar ataupun media pendinginan terbuka yaitu

menggunakan air laut.

Kendala yang terjadi pada sistem pendinginan mesin induk yang

penulis alami pada saat berlayar di atas kapal MV. Palung Mas adalah

menurunnya tekanan air laut pada mesin induk yang mengakibatkan naiknya

jacket cooling water temperature sehingga penyerapan panas pada mesin

induk menjadi tidak maksimal saat kapal sedang berlayar. Turunnya tekanan

air laut pada mesin induk terjadi pada saat penulis melaksanakan dinas jaga

pukul 00.00–04.00 WIB. Pada saat kapal sudah berada di pelayaran laut lepas

penulis tidak memantau tekanan air laut pada mesin induk secara rutin

sehingga terdengarlah bunyi low sea water pressure alarm di kamar mesin.

Dari kejadian yang dialami di atas kapal dan akibat yang ditimbulkan

apabila tekanan air laut pendingin mesin induk dibiarkan terus menerus

mengalami penurunan tersebut, maka penulis tertarik mengembangkan

penelitian dengan judul:

“Penyebab turunnya tekanan air laut pendingin mesin induk di MV.

Palung Mas”

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

diambil oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Faktor apakah yang menyebabkan turunnya tekanan air laut pendingin

mesin induk di MV. Palung Mas?

2. Dampak apa yang terjadi jika tekanan air laut pendingin mesin induk

mengalami penurunan?

2
3. Upaya apa saja yang dilakukan agar tekanan air laut pendingin mesin

induk dapat optimal?

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan turunnya tekanan air laut

pendingin mesin induk di MV. Palung Mas.

2. Untuk mengetahui dampak yang terjadi jika tekanan air laut pendingin

mesin induk mengalami penurunan.

3. Untuk memaparkan upaya-upaya yang dilakukan agar tekanan air laut

pendingin mesin induk dapat optimal

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian yang ingin dicapai penulis dalam karya ilmiah terapan ini

adalah:

1. Manfaat Secara Teoritis

Kesempatan bagi penulis untuk mendalami sistem pendinginan mesin

induk serta masalah yang diteliti penulis dalam karya ilmiah terapan ini

serta sebagai sumber informasi bagi siapa aja yang membutuhkan.

2. Manfaat Secara Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi masinis di kapal jika

terjadi masalah yang sama pada sistem pendinginan mesin induk supaya

proses pengoperasian berjalan dengan lancar.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA

Tabel 2.1 Previous Study


No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Aditya Pengaruh scale pada sistem Suhu air pendingin pada diesel
Nugraha pendingin air laut terhadap generator tinggi, mengalami over
Yudhanto diesel generator di MV. Oriental heating pada diesel generator,
(2019) Jade pemuaian bahan bakar
2. Bagus Al- Kurangnya perawatan air Pengendalian proses korosi atau karat
Hakim pendingin sangat berpengaruh untuk mencegah terjadinya kebocoran
Syukur terhadap performa mesin induk atau penyumbatan
(2019) di SV. Prospero 10
3. Saiful Identifikasi penyebab naiknya Penyebabnya adalah menurunnya
Hidayat temperatur air tawar pendingin tekanan pompa sentrifugal dan adanya
(2019) mesin induk di MV. Armada lumut dan kerang di saringan air laut
Papua
4 Arif Analisis meningkatnya suhu air Terjadi kerusakan pada mechanical
Kuncara pendingin motor induk di MV. seal pompa yang mengganggu
(2018) Angela pendinginan mesin induk
5. Eko Soim Pengaruh perawatan sistem air Perawatan sistem air pendingin
Mustofa pendingin terhadap kerja mesin berpengaruh untuk menunjang
(2017) diesel generator di MV. Naziha efisiensi pendinginan terhadap
dengan metode fishbone pengoperasian mesin diesel generator
6. Wahyu Manfaat perawatan pompa Pompa pendingin air laut dapat
Setya Budi pendingin air laut terhadap mensirkulasikan air laut sebagai
(2010) kinerja mesin induk di KM. sistem pendinginan terbuka dengan
Millinium Baru optimal

B. LANDASAN TEORI

1. Sistem Pendinginan

Menurut Nautech (2017: 81) “Di dalam ruang pembakaran motor

diesel akan terjadi suhu 1800˚K atau lebih pada waktu pembakaran.

Selama awal pembuangan gas, setelah terjadi ekspansi dalam silinder,

suhu gas pembakaran masih akan mempunyai suhu 1000˚K”

Dinding ruang pembakaran, katup buang dan di sekitarnya akan

menjadi sangat panas karena gas tersebut. Untuk mencegah pengurangan

kekuatan material dan perubahan bentuk secara termis dari bagian motor

maka bagian-bagian tersebut harus didinginkan. Khusus mengenai lapisan


4
silinder berlaku pula bahwa lapisan pelumas harus tetap dijaga kondisinya

yang berarti memerlukan pendinginan pula.

Bagian motor berikut dalam rangka pembakaran harus mendapatkan

pendinginan antara lain bagian dari lapisan silinder, tutup silinder, bagian

atas torak, rumah katup buang dan sejenis termasuk juga katup buang

bagian dari katup bahan bakar di sekililing pengabut, dan rumah turbin gas

buang.

Sebagai akibat dari gesekan panas yang terjadi, jalan hantar dari

motor kepala silang juga didinginkan. Pada motor dengan pengisian tekan

suhu bilas dan suhu pembakaran udara akan meningkatkan akibat

kompresi. Udara tersebut setelah mengalami kompresi didinginkan untuk

mendapatkan kepekatan udara yang sebesar-besarnya dan untuk

menurunkan suhu gas buang pada waktu pembakaran dan pembuangan ke

turbin gas buang.

2. Fungsi Pendingin

Tujuan pendinginan adalah untuk menjaga agar mesin mampu

bekerja terus menerus, mencapai tenaga yang optimal, mengurangi

terjadinya kerusakan mesin, mempertahankan temperature agar bekerja

dalam kondisi normal, dan daya tahan mesin atau bahan material lebih

lama.

Apabila dinding silinder tidak didinginkan pada saat operasi, maka

dinding silinder yang dipakai akan kehilangan kekuatan yang diperlukan.

Timbulnya masalah-masalah pada sistem pendinginan mesin induk akibat

dari tekanan pompa tidak normal, disebabkan oleh kurangnya perawatan

5
terhadap media pendingin, dan air pendingin serta peralatan sistem

pendingin yang tidak bekerja dengan normal. Dengan demikian

temperature air pendingin sering melewati batas maksimum, walaupun

dalam putaran mesin minimum. Air pendingin dalam fungsinya sangat

penting dalam menjaga kelancaran pengoperasian motor induk untuk

mempertahankan suhu pendinginan, sehingga sesuai dengan yang telah

ditetapkan dalam instruction manual book.

3. Macam-Macam Sistem Pendinginan

Pada umumnya di kapal-kapal niaga ada dua cara dalam

mendinginkan mesin induk maupun motor bantunya, yaitu dengan

menggunakan sistem pendinginan secara langsung (terbuka) dan sistem

pendinginan secara tidak langsung (tertutup).

a. Sistem Pendinginan Langsung (Terbuka)

Menurut Maleev (2016: 89) menyatakan bahwa sistem

pendinginan langsung adalah sistem pendinginan yang menggunakan

satu media pendingin saja yakni dengan media pendingin air laut.

Proses pendinginannya dengan cara air laut dipompa melewati filter

kemudian air laut disirkulasikan ke seluruh bagian-bagian mesin yang

membutuhkan pendinginan melalui pendingin minyak pelumas dan

pendingin udara untuk mendinginkan kepala silinder, dinding silinder

dan katup pelepas gas kemudian air laut dibuang keluar kapal.

Bila ditinjau dari segi konstruksi sistem pendinginan langsung

mempunyai keuntungan yaitu lebih sederhana dan daya yang

diperlukan untuk sirkulasi air lebih kecil dibandingkan dengan sistem

6
pendinginan tidak langsung. Selain itu dapat menghemat pemakaian

peralatan, karena pada sistem ini tidak memerlukan tangki air dan

tidak memerlukan banyak pompa untuk mensirkulasikan air

pendingin. Adapun kerugian dari sistem pendinginan langsung ini

adalah pada instalasi perpipaannya mudah sekali terjadi karat karena

air laut ini bersifat korosif serta air pendingin sangat terpengaruh oleh

tekanan air laut.

Pompa air laut mesin induk menghisap air laut dari sebuah

saluran yang saling bersambung atau cross-over pipes yang

menghubungkan kedua kotak air. Kotak air tersebut ditempatkan pada

dinding kapal di bawah permukaan air laut. Pompa selanjutnya

mengalirkan air laut ke berbagai pendingin, terlihat menyolok bahwa

pendingin minyak lumas dan pendingin silinder dipasang seri. Alasan

tersebut adalah bahwa pada pemasangan seri alran air pendingin yang

diperlukan lebih kecil dibandingkan dengan pemasangan paralel.

Meskipun diperlukan luas permukaan agak besar, pompa dengan

saluran serta keran penutup dapat dipilih lebih kecil sehingga daya

pompa yang diperlukan juga akan kecil dibandingkan dengan

pemasangan paralel dari pendingin.

Jumlah air pendingin harus cukup besar agar pada suhu air laut

tropik setinggi 32˚C tidak akan mengakibatkan suhu buang air laut

melebihi 47˚C. Aliran air melalui pendingin udara dapat diatur dengan

sebuah saluran lingkar dan keran pengatur. Hal ini penting pada beban

bagian dari motor, suhu udara setelah pendinginan tidak boleh terlalu

7
rendah dengan alasan yang telah dikemukakan terlebih dahulu.

Seringkali suhu udara ditahan pada suatu harga tertentu secara

otomatis.

Setelah meninggalkan pendingin-pendingin tersebut, air laut

dialirkan keluar melalui sebuah keran secara termis. Dengan cara

mengalirkan kembali sebagian dari air pendingin yang panas melalui

keran tersebut, maka suhu air pendingin sewaktu masuk ke dalam

pendingin udara dapat ditahan minimal 15˚C.

b. Sistem Pendinginan Tidak Langsung (tertutup)

Sistem pendinginan tidak langsung menggunakan dua media

pendingin, yang digunakan adalah air tawar. Air tawar dipergunakan

untuk mendinginkan bagian-bagian motor, sedangkan air laut

digunakan untuk mendinginkan air tawar, setelah itu air laut langsung

dibuang keluar kapal dan air tawar bersirkulasi dalam siklus tertutup.

Sistem pendinginan ini mempunyai efisiensi yang lebih tinggi dan

dapat mendinginkan bagian-bagian motor secara merata.

Keuntungan yang didapat dari sistem pendingin ini adalah

kecilnya resiko terjadinya karat. Sedangkan untuk kelemahan sistem

pendinginan tidak langsung adalah persediaan air tawar yang terbatas

di atas kapal. Serta daya yang dipergunakan untuk mensirkulasikan air

pendingin lebih besar, karena sistem ini menggunakan banyak pompa

sirkulasi

4. Bahan Pendingin Mesin Induk

a. Air Laut

8
Menurut P.Van Maanen (2017: 82) “Air laut digunakan sebagai

bahan pendingin secara tidak langsung, bahan pendingin yang

mengambil panas dari motor akan menyerahkan panas tersebut melalui

alat pemindah panas lalu kembali ke air laut”.

Untuk kapal laut bahan pendingin tersebut dengan mudah sekali

didapat dan tersedia berlimpah-limpah. Air laut sebagai bahan

pendingin memiliki beberapa sifat yang menguntungkan seperti panas

jenis besar pada kepekatan relatif tinggi. Berarti bahwa per satuan

volume dapat ditampung panas yang besar sehingga kapasitas pompa

dan dayanya dapat dibatasi. Ditinjau dari tersedianya secara berlimpah-

limpah, maka air laut dapat dibuang ke laut setelah digunakan sebagai

bahan pendingin sehingga sistem pendinginan menjadi sederhana

dalam penataanya.

Meskipun memiliki sifat yang menguntungkan tersebut, air laut

tidak secara langsung digunakan untuk pendinginan dari bagian motor.

Air tersebut mengandung antara lain persentase tinggi mineral yang

larut di dalamnya. Mineral tersebut akan menjadi kristal sewaktu

dipanasi yang akan membentuk kerak keras di bagian permukaan yang

didinginkan. Kerak tersebut sangat keras sekali sehingga mengganggu

perpindahan panas dan akan membuntu saluran pendingin yang

sempit. Di samping itu dengan kadar klorida yang tinggi dari air laut

maka kemungknan korosi dari bagian motor yang didinginkan.

Dengan alasan tersebut, maka air laut sebagai bahan pendingin

digunakan secara tidak langsung terkecuali kadang-kadang untuk

9
pendinginan udara bilas dan udara pembakaran. Dengan penggunaan

material khusus maka pendignin dapat dijaga terhadap korosi dan oleh

karena suhu air pendingin yang relatif rendah pengendapan dari kerak

juga akan berkurang. Demikian pula bidang hantar pada motor kepala

silang putaran rendah yang besar beberapa waktu lalu digunakan air

laut sebagai bahan pendingin.

5. Pompa

a. Pengertian Pompa

Menurut Edwards (2015: 96) menyatakan bahwa pompa adalah

suatu alat yang dapat memindahkan cairan dari tempat yang lebih

rendah ke tempat yang lebih tinggi atau ke tempat yang mempunyai

tekanan yang sama. Pompa menambah tekanan pada cairan sehingga

dapat mengatasi gaya potensial, sehingga cairan dapat mengalir.

Pompa selain berfungsi sebagai tersebut di atas juga dapat

menempatkan kecepatn aliran dari cairan dan juga digunakan untuk

memindahkan lebih banyak dalam batas waktu tertentu. Tenaga

penggerak pompa biasanya adalah steam engine, gas engine, steam

turie, motor listrik, dan motor bakar. Dalam suatu pemilihan pompa

terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sehingga instalasi

pompa dapat beroperasi secara ekonomis, aman, dan

berkesinambungan.

Ditinjau dari cairan yang dialirkan, maka ada beberapa hal yang

harus diperhatikan diantaranya sifat fluida atau cairan yang akan

dipindahkan, yang di dalamnya mencakup karakter sumbernya yang

10
meliputi letak sumber, ketinggian sumber, letak penempatan pompa,

jumlah volume cairan yang harus dipompakan dan kecepatan aliran

cairan, faktor pembebanan selama pompa bekerja, yaitu variasi rata-

rata tekanan yang dibutuhkan pada berbagai fungsi, waktu, atau pada

saat-saat tertentu, tujuan tempat cairan dipompakan untuk jarak

vertikal dan jarak horisontal sumber ke penimbunan/reservoir, jarak

pompa ke sumber dan ke tempat yang dituju, tinggi isap, tinggi tekan,

head dan termasuk tekanan hidroliknya, bentuk dan harga energi yang

dipergunakan di dalam mengoperasikan pompa.

Jika ditinjau dari pompanya, maka hal-hal yang perlu menjadi

bahan pertimbangan antara lain jenis pompa yang mungkin

dipergunakan, kesederhanaan desainnya, dasar kebutuhannya dan

sampai dimana kemudahannya untuk suatu instalasi, prinsip

pengoperasiannya dalam kondisi khusus yang akan mungkin timbul,

kesiapannya untuk dipergunakan akan memakan waktu berapa lama

dan kemudahannya, jumlah efisiensinya dan jumlah efisien

komersialnya, harga awalnya dan berapa harga relatif di dalam

penggunaannya.

b. Jenis Pompa Sentrifugal

Pompa sentrifugal adalah pompa yang menggunakan gaya

sentrifugal yaitu benda yang bergerak secara melengkung akan

mengalami gaya yang arahnya keluar dari titik pusat lintasan yang

melengkung tadi, dimana benda yang bergerak itu adalah impeller

11
sehingga dapat menghasilkan penambahan daya tekan guna

memindahkan fluida cair yang dipompakan.

c. Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal

Prinsip kerja pompa sentrifugal didasarkan pada hukum

kekekalan energi. Cairan yang masuk pompa dengan energi total

tertentu mendapatkan tambahan energi dari pompa sehingga setelah

keluar dari pompa, cairan akan mempunyai energi total yang lebih

besar.

Prinsip kerja pompa sentrifugal adalah mula-mula fluida cair

yang akan dipindahkan dimasukan ke dalam rumah pompa dan

memenuhi seluruh impeller. Oleh motor penggerak yang pada

umumnya dihubungkan langsung ke poros pompa (shaft). Impeller

diputar sehingga menghasilkan gaya sentrifugal yang mengangkat atau

memindahkan fluida cair keluar dari bilah-bilah impeller.

Bersamaan dengan dipindahkannya fluida, maka sejumlah

fluida melalui suction pipe juga terhisap ke bagian tengah impeller,

dimana tekanan dialami paling rendah setelah masuk impeller akhirnya

dipindah juga. Perpindahan atau dipindahkannya air dari impeller

biasanya diteruskan melalui discharge pipe.

Menurut Sularso dan Haruo (2016: 17) menjelaskan tentang

cara kerja pompa sentrifugal yang mempunyai sebuah impeler untuk

mengangkat zat cair dari tempat yang lebih rendah ke tempat yang

lebih tinggi. Daya dari luar diberikan kepada poros pompa untuk

memutar impeller di dalam zat cair. Maka zat cair yang ada di dalam

12
impeller didorong oleh sudu-sudu yang ikut berputar. Karena timbul

gaya sentrifugal maka zat cair mengalir dari tengah impeller ke tinggi.

Demikian pula head kecepatannya bertambah besar karena zat cair

mengalami percepatan. Zat cair yang keluar dari impeller ditampung

oleh saluran berbentuk volut (spiral) di keliling impeler dan disalurkan

ke luar pompa melalui nozzle. Didalam nozzle ini sebagian head

kecepatan aliran diubah menjadi head tekanan. Pompa sentrifugal

mengubah energi mekanik dalam bentuk poros menjadi energi fluida.

Enegi inilah yang mengakibatkan pertambahan head tekanan, head

kecepatan, dan head potensial pada zat cair yang mengalir secara

continue.

Gambar 2.1 Prinsip Kerja Pompa Sentrifugal

Impeller pada pompa sentrifugal merupakan komponen pompa

yang memiliki fungsi utama sebagai alat penghisap air. Apabila

impeler mengalami kerusakan atau keausan maka peforma pompa

akan kurang maksimal dalam menghisap air laut, sehingga tekanan

13
yang dikeluarkan oleh pompa akan menurun. Cara untuk mencegahnya

yaitu dengan melakukan perawatan secara periodik (berkala).

Dalam pelayaran di laut bebas air laut dihisap oleh pompa air

laut mesin induk melalui sea chest yang ditempatkan serendah

mungkin sehingga oleng kapal tetap berada di bawah garis permukaan

air. Sea chest kanan dan kiri dihubungkan dengan saluran cross-over

dengan sebuah saringan air laut. Pada pelayaran di daerah pelayaran

dangkal terjadi kemungkinan bahwa melalui kotak masuk rendah

terhisap lumpur atau pasir sehingga dalam hal tersebut digunakan

pemasukan tinggi.

Setelah pendingin tersebut aliran air laut dibagi. Sebagian

mengalir ke pendingin udara pengisian dari motor induk, yang

mendinginkan mesin induk. Bagian lain air laut dialirkan melalui

pendingin air pendingin silinder yang dipasang paralel terhadap air

laut yang mengalir melalui kedua pendingin tersebut di atas.

Pembagian dari kedua aliran tersebut terjadi melalui sebuah piring

cerat dalam saluran air pendingin.

C. KERANGKA PENELITIAN

Air laut sebagai salah satu media pendingin mesin induk harus

mencapai tekanan tertentu untuk dapat mengoperasikan sistem pendinginan

mesin induk. Perawatan dan perbaikan serta memahami keselamatan dalam

sistem operasional terhadap pompa air laut harus dilakukan sesuai prosedur

agar tidak muncul permasalahan pada pengoperasian mesin induk. Kerangka

penelitian dari penelitian ini adalah:

14
Penyebab turunnya tekanan air laut
pendingin mesin induk di MV. Palung Mas

Penyebab Dampak

Kurangnya isapan air laut  Meningkatnya


pada pompa sea water temperature fresh water
mesin induk pada saat jacket cooling
mengoperasikan fire pump  Panas yang berlebih pada
secara bersamaan mesin induk (overheat)

Upaya

 Mematikan pengoperasian fire pump


 Mencerat drain valve seachest dan sea water pump
 Membersihkan filter seachest dan melakukan
perawatan secara berkala

Kinerja mesin induk menjadi optimal dan efisien

Gambar 2.2 Diagram Kerangka Pikir

15
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah

ini ditinjau dari dasar dan taraf penyelesaian masalah adalah penelitian

deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang mendeskipsikan karya tulis ilmiah

suatu peristiwa, gejala, kejadian yang memusatkan perhatian pada masalah

aktual yang ada pada saat penelitian berlangsung.untuk menggambarkan dan

menguraikan objek yang diteliti serta kaidah-kaidah yang diambil dari teori-

teori yang berhubungan dengan topik yang dibahas, selain itu juga

menggunakan pendekatan di lapangan yang telah dilaksanakan selama

berlayar dengan cara mengamati dan terjun langsung dalam masalah

penyebab turunnya tekanan air laut pendingin mesin induk di MV. Palung

Mas. Selain itu, dalam karya tulis ilmiah ini penulis mengaplikasikan metode

analisis yang berbasis analisis metode fishbone (diagram tulang ikan) dan

analisis metode Urgency, Seriousness, Growth (USG).

Tujuan penelitian deskriptif yaitu untuk mencari informasi faktual dan

mendetail berdasarkan gejala yang ada, untuk mengidentifikasikan masalah-

masalah atau mendapatkan justifikasi sesuai dengan keadaan dan praktek-

praktek yang sedang berlangsung, kemudian mengevaluasinya, serta

mengetahui apa yang harusnya dikerjakan oleh orang lain dalam menangani

masalah atau situasi yang sama, sehingga dapat dimaksudkan untuk belajar

dari mereka dalam kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan

keputusan.

16
B. PENGUNAAN VARIABEL/SUBJEK PENELITIAN

Metode adalah suatu cara untuk memudahkan pelaksanaan suatu

kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. Metodologi berasal dari kata

metodos dan logos yang berarti ilmu dari metode. Apabila kita melakukan

penelitian berarti kita menguraikan cara-cara meneliti yang disebut juga

metodologi. Dalam tahapan-tahapan tersebut terdapat metode, teknik, dan alat

(tools) yang biasa kita gunakan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan

bahwa metodologi penelitian merupakan langkah-langkah penelitian atau

tahapan-tahapan dalam penelitian, sedangkan metode penelitian adalah cara

melakukan setiap langkah.

Data artinya informasi yang didapat melalui pengukuran-pengukuran

tertentu untuk digunakan sebagai landasan dalam menyusun argumentasi

logis menjadi fakta. Sedangkan fakata itu sendiri adalah kenyataan yang telah

diuji kebenarannya secara empirik, antara lain melalui analisis data. Dalam

pengumpulan data merupakan bagian yang sangat penting dan harus ada

dalam penelitian ilmiah, karena teknik pengumpulan data akan berpengaruh

terhadap berhasil atau tidaknya penelitian. Untuk mendapatkan data yang

benar-benar sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian serta untuk

menyusun data agar teratur. Menurut jenisnya, data dibedakan menjadi dua

yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan

termasuk data dari laboratorium. Data primer diperoleh langsung dari

sumber pertamanya melalui hasil wawancara, diamati dan dicatat gejala-

17
gejala yang tampak pada objek penilitian. Data primer dalam penilitian ini

berupa hasil pengamatan tentang penyebab turunnya tekanan air laut

pendingin mesin induk di MV. Palung Mas.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari bahan bacaan. Data

sekunder merupakan data yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh

penulis, selain dari sumbernya yang diteliti. Data ini diperoleh dari log

book dan juga instruction manual book dengan objek penelitian Karya

tulis ilmiah atau yang berhubungan dengan permasalahan yang akan

dibahas dan sebagai pedoman teoritis dan ketentuan formal dari keadaan

formal dari keadaan nyata dalam observasi serta dari informasi lain yang

telah disampaikan pada saat kuliah.

C. TEKNIK DAN METODE PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan karya

tulis ilmiah ini didasarkan pada suatu data, fakta, dan informasi yang didapat

oleh penulis pada saat melaksanakan praktek laut (prala) selama kurang lebih

satu tahun. Kemudian dari data, fakta dan informasi yang ada tersebut

menjadi bahan acuan dalam penyusunan karya tulis ilmiah serta didapat dari

informasi yang diperoleh dari perwira mesin dan berpedoman pada buku

referensi yang kemudian dicatat ke dalam bentuk tulisan. Adapun beberapa

metode pengumpulan data yang dapat dilakukan berupa:

a. Teknik Keabsahan Data

Dalam hal ini peneliti memanfaatkan triangulasi sumber untuk

menggali kebenaran informasi melalui berbagai metode dan sumber

18
perolehan data yaitu melalui wawancara, observasi dan forum group

discussion (FGD). Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data

yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk

kepentingan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.

Triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang

dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait. Berikut penulis

menggunakan triangulasi sumber sebagai teknik keabsahan data:

1) Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan

melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan

terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Penulis mengambil data

yang akurat berdasakan instruction manual book dan catatan sehari-

hari dari logbook dan analisis masinis untuk membantu membangun

data dokumentasi mengenai permasalahan ini.

2) Wawancara

Salah satu metode pengumpulan data adalah dengan jalan

wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya secara

langsung kepada responden secara sistematis, telah terencana dan

berlandaskan kepada tujuan penelitian. Wawancara tidak hanya

ditujukan untuk satu orang namun harus disediakan beberapa orang

yang dianggap mengerti tentang kejadian tersebut. Cara inilah yang

banyak dilakukan dalam penelitian kualitatif. Wawancara merupakan

salah satu bagian terpenting dan merupakan tulang punggung dari

setiap survey penelitian.

19
3) Forum Group Discussion

Diskusi kelompok terarah merupakan bentuk kegiatan

pengumpulan data melalui wawancara kelompok dan pembahasan

dalam metode partisipatif maupun kegiatan perencanaan perbaikan

dan perawatan yang berorientasi kepada tujuan.

D. TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistemastis

data yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan sehingga dapat mudah

dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis

data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam

unit-unit, melakukan sisntesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan yang dapat

dibagikan kepada orang lain. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis

menggunakan metode fishbone analysis dan USG.

a. Metode Fishbone Analysis

Metode fishbone analysis atau diagram tulang ikan adalah salah

satu metode untuk meningkatkan kualitas. Diagram ini sering juga disebut

dengan diagram sebab-akibat atau cause effect diagram yang

menggunakan data verbal (non numerical) atau data kualitatif. Dikatakan

diagram tulang ikan (fishbone) karena metode ini berbentuk mirip dengan

tulang ikan yang moncong kepalanya menghadap ke kanan. Diagram ini

akan menunjukkan sebuah dampak atau akibat dari sebuah permasalahan

dengan berbagai penyebabnya. Efek atau akibat dituliskan sebagai

moncong kepala, sedangkan tulang ikan diisi oleh sebab-sebab sesuai

20
dengan pendekatan permasalahannya. Dikatakan diagram cause effect

(sebab akibat) karena diagram tersebut menunjukkan hubungan antara

sebab dan akibat. Berkaitan dengan pengendalian proses statistik, diagram

sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab dan

karakteristik kualitas (akibat) yang disebabkan oleh faktor-faktor penyebab

itu. Fungsi dasar diagram fishbone (tulang ikan) adalah untuk

mengidentifikasi dan mengorganisasi penyebab-penyebab yang mungkin

timbul dari suatu efek spesifik dan kemudian memisahkan akar

penyebabnya. Sering dijumpai orang mengatakan “penyebab yang

mungkin” dan dalam kebanyakan kasus harus menguji apakah penyebab

untuk hipotesa adalah nyata, dan apakah memperbesar atau

menguranginya akan memberikan hasil yang diinginkan. Pendekatan yang

digunakan untuk menjabarkan pada metode fishbone analysis adalah

pendekatan 1E, 3M yaitu:

1) Environment atau lingkungan (situation, condition)

2) Method atau metode (process, inspection)

3) Material atau bahan (raw, consumable, etc)

4) Man power atau sumber daya manusia

Penerapan diagram fishbone ini dapat menolong kita untuk dapat

menemukan penyebab terjadinya masalah khususnya di atas kapal dimana

proses kapal terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang berpotensi

menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila masalah dan penyebab

sudah diketahui secara pasti, maka tindakan dan langkah perbaikan akan

lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini, semuanya menjadi lebih

21
jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihat semua kemungkinan

penyebab dan mencari akar permasalahan sebenarnya.

Kelebihan diagram fishbone adalah dapat menjabarkan setiap

masalah yang terjadi dan setiap orang yang terlibat di dalamnya dapat

menyumbangkan saran yang mungkin menjadi penyebab masalah

tersebut. Kekurangan diagram fishbone adalah opinion based on tool dan

didesain membatasi kemampuan tim atau penggunaan secara visual dalam

menjabarkan masalah yang menggunakan metode level why yang dalam,

kecuali bila kertas yang digunakan menyesuaikan dengan kebutuhan

tersebut. Serta biasanya digunakan untuk memilih penyebab yang paling

mungkin terdaftar pada diagram tersebut.

Gambar 3.1 Fishbone Diagram

b. Metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth)

Metode USG (Urgency, Seriousness, dan Growth) merupakan

salah satu metode untuk menentukan prioritas masalah. Penetapan prioritas

masalah menjadi bagian penting dalam proses pemecahan masalah

dikarenakan dua alasan. Pertama, karena terbatasnya sumber daya yang

tersedia, dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua masalah.


22
Kedua, karena adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah

lainnya, dan karena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan. Untuk

lebih jelasnya, pengertian USG dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Urgency

Seberapa mendesak masalah tersebut harus dibahas untuk diatasi

namun tetap dilihat dari ketersediannya waktu, mendesak atau tidak

masalah tersebut untuk diselesaikan agar dapat mencari solusi terbaik

dari masalah yang menjadi prioritas penelitian.

2) Seriousness

Seberapa serius masalah tersebut perlu dibahas untuk dikaitkan dengan

akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang

menimbulkan masalah tersebut atau akibat yang menimbulkan

masalah-masalah lain jika penyebab masalah tersebut tidak dipecahkan.

Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang

dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila dibandingkan

dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.

3) Growth

Seberapa kemungkinan masalah tersebut menjadi berkembang untuk

dikaitkan dengan penyebab masalah yang akan semakin memburuk dan

bertambah besar apabila tidak diatasi sehingga menimbulkan masalah

yang baru dalam jangka panjang.

Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan

prioritas masalah dengan metode teknik scoring. Proses untuk metode

USG dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi dari masalah,

23
keseriusan masalah yang dihadapi, serta kemungkinan bekembangnya

masalah tersebut semakin besar. Data kualitatif memerlukan pemrosesan

lebih lanjut dengan menggunakan skala kepentingan. Skala yang paling

sering digunakan untuk mengubah data tersebut adalah skala interval

Likert. Caranya dengan menggunakan teknik penilaian berdasarkan nilai

1-5.

Tabel 3.1 Skala Interval Likert

Angka Pernyataan
1 Sangat Tidak Penting
2 Tidak Penting
3 Netral
4 Penting
5 Sangat Penting

Penggunaan metode USG dalam penentuan prioritas masalah

dilaksanakan apabila peneliti telah siap mengatasi masalah yang ada, serta

hal yang sangat dipentingkan adalah aspek yang terjadi pada pompa

pendingin air laut dan aspek dari kondisi lingkungan sekitar. Metode USG

tidak dilakukan oleh peneliti sendiri, namun juga dengan melibatkan

semua anak buah kapal yang dianggap mampu dan paham akan masalah

yang dihadapi pada kejadian tersebut. Dalam hal ini peneliti menyebarkan

beberapa pertanyaan dalam bentuk kuesioner untuk dapat diisi oleh anak

buah kapal di kamar mesin dalam hal turunnya tekanan air laut pendingin

mesin induk. Di dalam kuesioner tersebut, responden berhak memberi

jawaban dengan rentang nilai 1-5 atau bisa disebut dengan menggunakan

teknik scoring. Hasil dari nilai responden akan diakumulasikan untuk

penentuan prioritas permasalahan dalam tabel USG. Dari data kuesioner

tersebut yang menjadi nilai tertinggi akan menjadi prioritas permasalahan


24
utama. Berikut ini contoh pengisian tabel penilaian dan ranking prioritas

masalah dengan metode USG:

Tabel 3.2 Penilaian dan Ranking USG

Penilaian

Pembanding

Prioritas

Ranking
No Permasalahan

Total
U S G R

A:B

1 Masalah A A:C

A:D

B:A

2 Masalah B B:C

B:D

C:A

3 Masalah C C:B

C:D

D:A

4 Masalah D D:B

D:C

Hasil dari matriks USG adalah menggabungkan nilai dari semua

faktor pembanding dan mengurutkan sesuai dengan jumlah penilaian.

Total nilai yang terbesar merupakan hasil prioritas dari semua faktor

permasalahan.

25
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan gambaran umum penelitian

mengenai penyebab turunnya tekanan air laut pendingin di MV. Palung Mas

dengan metode fishbone analysis dan USG. Karena pada saat penulis

melaksanakan dinas jaga bersama engine cadet terjadi alarm yang

menunjukkan low sea water pressure pada mesin induk. Untuk itu sebagai

tambahan informasi dalam penelitian ini penulis melampirkan data-data

spesifikasi pompa air laut pendingin mesin induk dan fire pump berdasarkan

buku manual di MV. Palung Mas:

Gambar 4.1 Spesifikasi Pompa di MV. Palung Mas

Selain data-data spesifikasi pompa air laut pendingin mesin induk dan fire

pump, masih ada data-data lain yaitu ship particular di MV. Palung Mas.

Berikut data-data kapal sebagai tambahan informasi yang aktual:

26
Tabel 4.1 Ship Particular MV. Palung Mas
SHIP PARTICULAR
MV. PALUNG MAS
VESSEL’S TYPE Open-Top Container Ship
OWNER PT. PELAYARAN TEMPURAN EMAS
Tbk.
MANAGEMENT PT. ASIA MARINE TEMAS
FLAG INDONESIA
IMO NO. 9813199
CALL SIGN YBQO2
L.O.A 107.80 m
L.W.L 107.80 m
L.B.P 105.60 m
BREADHT MOULDED 18.00 m
DEPTH MOULDED 8.50 m
HEIGHT OF AFT MAST 25.70 m
TONNAGES GRT.4604 / NRT.2578
SUMMER DRAFT 4.813 M
DISPLACEMENT 7999,0T (full loaded)
2110,7T (in ballast)
DEADWEIGHT 5300 T
HFO (P & S) 77,04 m3 (P); 45,27 m3
HFO Day (No.1 & 2) 5,06 m3
HO Sett 21,66 m3
MDO (P & S) 20,36 m3; 19,75 m3
DO Day (No. 1 & 2) 7,55 m3 (No.1); 8,33 m3 (No.2)
LO Circulating 3,47 m3
FRESH WATER 142 m3
BALLAST 3192 m3
MAIN ENGINE Ningbo/G6300ZC18B, s/n 2061, 1323 kW,
550rpm, 6 Cylinders, 4 Strokes.
Built on Sep 2016, by Ningbo C.S.I Power
& Machinery Group Co. Ltd China
AUXLIARY ENGINE 3x Ningbo/N6160ZLCD6, s/n 3480, 3481;
295kW, 1000RPM, 400V,
Built on Aug-2016, by Ningbo C.S.I
Power & Machinery Group Co. Ltd China
HARBOR GENERATOR 2x Yang Zhou/CCFJ120J, 120 kW,
1500RPM, s/n 160814, 160813 July-2016
by Yang ZhouJi Xin Power Machinery Co.
Ltd China
EMERGENCY GENERATOR 1x Weichai/CCCFJ75Y-WF, 75kW,
1500RPM, 400V, s/n 160816
Oct 16th 2015 by Weichai Weifang Deutz
Diesel Engine Co. Ltd.
BOILER 1x Exh. Gas Thermal Oil Boiler, 0.6 MPa

27
Kondisi kapal pada saat mengoperasikan mesin induk diharapkan

dalam keadaan baik, dalam artian kapal dapat berjalan dengan lancar tanpa

adanya ganguan pada mesin induk. Gangguan pada mesin induk adalah suatu

hal yang paling tidak diharapkan oleh semua pihak karena akan berdampak

besar terhadap pengoperasian kapal. Gangguan pada mesin induk dapat

terjadi karena berbagai sebab, diantaranya keteledoran dari manusia (human

error), faktor alam, faktor kerusakan pada mesin dan alat-alat kerja yang

tidak diperhatikan dan diperbaiki. Hal itu akan mempengaruhi sektor lainnya

karena kelancaran operasional kapal terlambat oleh kerusakan mesin. Adapun

seorang perwira mesin harus dapat mengetahui dan menguasai sistem

pendingin mesin induk agar mendukung kelancaran pengoperasian kapal.

Dalam hal ini ditemukan gangguan mesin pada kapal yang dapat

mempengaruhi sektor lainnya, yaitu menurunnya tekanan air laut pendingin

mesin induk. Untuk kelancaran operasional sistem pendingin mesin induk

tersebut tidak luput dari cara pengoperasian, manajemen perawatan dan

perbaikan yang harus selalu diperhatikan dengan baik dan benar.

Pada proses pengoperasian mesin induk semua crew mesin harus

mengetahui prosedur sesuai instruction manual book termasuk menjalankan

sistem-sistem penunjang pengoperasian mesin induk. Semua anak buah kapal

diharapkan agar bisa saling membantu dalam tim. Maka dari itu diperlukan

pemahaman dan familiarisasi terhadap penataan pipa-pipa di kamar mesin

terlebih dahulu agar awak kapal mengerti dan memahami tentang

pengoperasian, perawatan dan perbaikan terhadap suatu pesawat bantu

28
apabila suatu saat terjadi sesuatu yang mengganjal dalam pengoperasian

mesin induk.

Sistem pendingin yang ada di kapal tempat penulis melaksanakan

praktek menggunakan air tawar sebagai pendingin mesin induk, dimana air

tawar tersebut didinginkan oleh air laut dan di dalam pertukaran panas air laut

ini berfungsi sebagai sistem pendinginan mesin induk karena air laut ini

hanya untuk menyerap panas yang ada pada air tawar di dalam cooler dan

setelah menyerap panas di dalam fresh water cooler air laut kembali ke laut.

Kelancaran sistem pendingin mesin induk tidak mungkin dapat terjadi

tanpa perhatian semua crew mesin, dalam hal ini contohnya seperti

melakukan perawatan dan pengoperasian yang sesuai dengan instruksi dari

buku manual dan juga pemeriksaan secara berkala terhadap kondisi

permesinan yang menunjang sistem pendingin mesin induk.

Permasalahan terhadap turunnya tekanan air laut pendingin mesin

induk harus segera diatasi untuk mencegah terjadinya kerusakan yang

bertambah besar. Perawatan dan pengoperasian yang sesuai terhadap sistem

pendingin mesin induk digunakan untuk memperkecil kerusakan komponen-

komponen dari mesin induk akibat dari kurangnya sirkulasi pendinginan yang

menyebabkankan kenaikan temperature.

B. HASIL PENELITIAN

Analisis merupakan langkah awal untuk membahas solusi

penyelesaian suatu masalah dalam penelitian. Di dalamnya membahas tentang

penyebab timbulnya masalah dalam penelitian sekaligus untuk membahas

bagaimana penanggulangan dari masalah tersebut baik perbaikan maupun

29
perawatan dan dapat kita jadikan pelajaran agar tidak terjadi hal serupa yang

mengganggu kelancaran pengoperasian mesin induk kapal.

Perawatan yang baik akan menambah umur mesin agar tetap

beroperasi normal sesuai jam kerja dan mengurangi penurunan kinerja secara

signifikan. Perawatan yang teratur pada sistem pendinginan mesin induk

sangat diperlukan baik dari pompa maupun pesawat bantu penunjang lainnya

yang berkaitan dengan sirkulasi air laut. Kemampuan memahami tersebut

menjadikan pemecahan masalah perawatan lebih sistematis dan terkontrol.

Dengan adanya analisa maka pembahasan masalah penelitian ini dapat

dikemukakan sebagai berikut:

a. Faktor apakah yang menyebabkan turunnya tekanan air laut pendingin

mesin induk di MV. Palung Mas?

Turunnya tekanan air laut pendingin mesin induk pada saat

mengoperasikan fire pump di laut lepas menyebabkan bunyi alarm low

sea water pressure. Berdasarkan kapasitas, ukuran, serta isapan dari

kedua pompa yang dioperasikan secara bersamaan, fire pump dapat

menghisap lebih banyak air laut jika dibandingkan dengan pompa air laut

pendingin mesin induk yang lebih kecil. Pengoperasian fire pump yang

berdekatan dengan jalur pipa sistem pendingin mesin induk menyebabkan

isapan pompa air laut pendingin mesin induk menjadi berkurang sehingga

menyebabkan pompa air laut pendingin mesin induk mengalami kenaikan

temperature, tekanan air laut pendingin mesin induk mengalami

penurunan, dan fresh water jacket cooling mesin induk mengalami

30
kenaikan temperature. Hal ini tidak boleh dibiarkan terus-menerus karena

sangat berpengaruh terhadap komponen-komponen mesin induk.

Gambar 4.2 Low Sea Water Pressure

b. Dampak apa yang terjadi jika tekanan air laut pendingin mesin induk

mengalami penurunan?

Indikasi alarm low sea water pressure tidak boleh dibiarkan terus

menerus berbunyi sebab jika dibiarkan tanpa ada tindakan akan

berdampak buruk pada komponen-komponen mesin induk. Semua

komponen penunjang pengoperasian mesin induk yang bergerak

membutuhkan pendinginan. Ketika tekanan air laut pendingin mesin

induk turun hingga kurang dari 0,1 MPa terdengar bunyi alarm low sea

water pressure sebagai peringatan bahwa mesin induk sudah tidak

mendapat pendinginan secara normal, namun apabila dibiarkan tanpa ada

tindakan maka akan terjadi alarm high cooling water temperature pada

mesin induk yang menunjukkan bahwa mesin induk sudah mulai panas.

Oleh karena itu perlu diatasi dengan segera dilakukannya tindakan

31
terhadap faktor utama penyebab turunnya tekanan air laut pendingin

mesin induk di MV. Palung Mas.

c. Upaya apa saja yang dilakukan agar tekanan air laut pendingin mesin

induk dapat optimal?

Dalam keadaan urgent ini diketahui bahwa faktor penyebab utama

turunnya tekanan air laut pendingin mesin induk ada kaitannya dengan

pengoperasian fire pump. Tekanan fire pump lebih besar dari pada

tekanan air laut pendingin mesin induk. Oleh karena itu tindakan pertama

yang dilakukan adalah mematikan pengoperasian fire pump dan menutup

semua jalur pipa air laut yang menuju ke fire pump agar isapan sea water

pump mesin induk mendapatkan suplai air laut sesuai tekanan kerja dari

sea water pump mesin induk. Kemudian mencerat seachast, pompa

pendingin air laut mesin induk, dan pompa gandeng air laut pendingin

mesin induk. Hal ini bermaksud untuk mengeluarkan angin yang berada

di dalam sistem pendinginan terbuka, agar suplai air laut dapat maksimal

untuk disirkulasikan oleh pompa air laut pendingin mesin induk menuju

ke sistem pendinginan mesin induk.

Gambar 4.3 Drain Seachast


32
Setelah dilakukannya tindakan ini, tekanan air laut pendingin

mesin induk mulai mengalami kenaikan tekanan yang normal serta

temperature air pendingin mesin induk juga mengalami penurunan

hingga mencapai suhu yang normal. Namun tidak hal itu saja yang

dilakukan, perlu diadakan perawatan terhadap seachast untuk

membersihkan kerak-kerak yang menyumbat sirkulasi air laut agar

berjalan normal yang akan dilakukan pada saat mesin induk dalam

keadaan sandar di pelabuhan atau sedang tidak dioperasikan.

C. PEMBAHASAN

1. Faktor yang menyebabkan turunnya tekanan air laut pendingin mesin

induk di MV. Palung Mas

a. Metode Fishbone Analysis

Dalam pemecahan masalah ini, penulis mengelompokkan dan

menjabarkan secara rinci meliputi sub-bab yang lebih rinci terkait

faktor penyebab turunnya tekanan air laut pendingin mesin induk

dengan diagram tulang ikan (fishbone). Penerapan dalam diagram

fishbone ini dapat membantu untuk menemukan akar penyebab

terjadinya masalah khususnya berdasarkan kejadian di atas kapal

dimana proses kapal terkenal dengan banyaknya ragam variabel yang

berpotensi menyebabkan munculnya permasalahan. Apabila akar

permasalahan dan penyebab sudah diketahui secara pasti, maka

tindakan dan langkah perbaikan akan mudah dilakukan. Dengan

diagram ini, peneliti dapat menemukan penyebab dan solusi dari

permasalahan yang terjadi.

33
Gambar 4.3 Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram)

1) Faktor Lingkungan

Dalam diagram tulang ikan ini, penulis menemukan faktor

yang menjadi penyebab turunnya tekanan air laut pendingin mesin

induk dilihat dari faktor lingkungannya, yaitu mur dan baut pada

seachast yang sudah berkarat. Hampir semua mur dan baut yang

mengunci cover seachast tertutup karat sehingga sulit untuk

membuka cover seachast untuk dilakukan perawatan. Akibat dari

terlalu sering diabaikan dan tidak rutin dalam melakukan

perawatan maupun penggantian terhadap mur dan baut dapat

menyebabkan karat menumpuk menutupi ulir mur dan baut.

Kondisi lingkungan yang ekstrem juga mempengaruhi timbulnya

penumpukan karat lebih parah dalam menghinggapi suatu logam

termasuk mur dan baut pada cover seachast. Mur dan baut yang

menutupi cover seachast tersebut tidak dapat dibuka kembali karna

ulirannya sudah tertutupi karat yang tebal. Penulis telah mencoba


34
menggunakan pelumas WD-40 untuk disemprotkan ke mur dan

baut cover seachast dan menyikatnya dengan sikat kawat namun

tetap saja mur dan baut tersebut belum bisa diulir terbuka. Pada hal

ini perlu diadakan penanganan dengan memotong baut dan mur

agar penulis dapat menggantinya dengan baru agar waktu ke

depannya tidak kesulitan kembali dalam melakukan perawatan

pada seachast.

2) Faktor Metode

Faktor metode meliputi pengaplikasian prosedur, tata cara

pengoperasian, proses penanggulangan masalah, inspeksi secara

berkala dan perawatan rutin berdasarkan jam kerja yang telah

ditetapkan pada instruction manual book. Turunnya tekanan air

laut pendingin mesin induk juga disebabkan karena pengoperasian

yang tidak sesuai prosedur. Pada saat pengoperasian kapal seluruh

anak buah kapal seharusnya memastikan terlebih dahulu kondisi

keadaan sekitar. Apakah sistem pendinginan terbuka ada

hambatannya atau tidak. Mulai dari mengecek tekanan air laut,

inspeksi kondisi pesawat bantu, cara mengoperasikan sesuai

prosedur, serta memperhatikan setiap pengoperasian jika terdapat

hal yang aneh. Jika dalam hal tersebut masih ada yang belum

terlaksanakan maka jangan mengoperasikan fire pump terlebih

dahulu. Dalam penelitian ini, fire pump dioperasikan secara

bersamaan dengan pengoperasian pompa air laut pendingin mesin

induk. Fire pump yang mempunyai tekanan isap yang lebih besar

35
dari pada pompa pendingin mesin induk mampu mengambil

seluruh suplai air laut dari seachast sehingga pompa air laut tidak

mendapat suplai air laut dari seachast melainkan hanya mendapat

angin. Hal ini yang menyebabkan tekanan air laut pendingin mesin

induk mengalami penurunan.

3) Faktor Material

Pada saat pompa air laut pendingin mesin induk tidak

mendapat suplai air laut melainkan hanya menghisap angin di

dalam sistem pendinginan terbuka. Penulis mengkaji bahwa

terdapat kotoran atau kerak-kerak di dalam seachast sehingga

dapat menyumbat air laut untuk bersirkulasi secara maksimal.

Kerak-kerak tersebut menempel pada filter seachast dan harus

dibersihkan agar tidak menyumbat jalur masuknya air laut. Banyak

ditemukan ikan, kerang, kepiting dan sejenis makhluk hidup laut

lainnya yang penulis temukan saat melakukan penelitian mengenai

seachast tersebut. Dalam penelitian ini perlu adanya usaha untuk

mengeluarkan angin dari sirkulasi sistem pendinginan terbuka.

Namun tidak itu saja, setelah mesin induk berhenti maka perlu

diadakan perawatan rutin dalam bentuk pembersihan seachast dari

kotoran dan kerak-kerak yang menempel serta melakukan inspeksi

terhadap pipa-pipa air laut agar dapat dipastikan tidak ada kendala

selanjutnya mengenai hal yang sama.

Kurangnya isapan pompa air laut pendingin mesin induk

menyebabkan alarm low sea water pressure pada mesin induk.

36
Saat pompa air laut pendingin mesin induk beroperasi, tidak ada

suplai air laut yang masuk untuk disirkulasikan ke mesin induk

melainkan adanya angin dalam sistem air laut yang berdampak

pada turunnya tekanan air laut. Untuk itu kami harus memastikan

bahwa suplai air laut dapat kembali normal untuk disirkulasikan ke

mesin induk secara maksimal. Saat kapal berlayar, mesin induk

harus tetap beroperasi dalam keadaan baik tanpa ada kendala.

Namun saat dalam pengoperasian kapal, mesin induk mengalami

kenaikan temperature dikarenakan turunnya tekanan air laut

pendingin mesin induk. Sehingga mesin induk tidak mendapatkan

pendinginan secara normal.

4) Faktor Manusia

Anak buah kapal memegang peran paling penting diantara

faktor-faktor yang lain dikarenakan anak buah kapal menjadi pihak

utama yang bertanggung jawab terhadap perawatan dan perbaikan

dalam pengoperasian kapal. Kesadaran crew mesin terutama

masinis yang bertanggung jawab pada saat dinas jaga kapal

tersebut sangat penting dalam permasalahan ini. Dalam penelitian

ini, kurangnya komunikasi antar anak buah kapal sangat dominan

menjadi penyebab turunnya tekanan air laut pendingin mesin

induk. Karena pada saat dinas jaga, kami membagi tiga kegiatan

dalam waktu bersamaan. Namun tidak ada komunikasi sebelum

melakukan tindakan, oleh karena itu pada saat mengoperasikan fire

pump tampak tidak terjadi apa-apa, namun saat beberapa menit

37
kemudian terdengar bunyi alarm low sea water pressure pada

mesin induk. Dalam hal ini seharusnya dilakukan komunikasi antar

anak buah kapal agar tidak mengoperasikan fire pump terlebih

dahulu karena melihat kondisi saat ini seachast belum dilakukan

perawatan. Kurangnya perawatan menjadi penyebab turunnya

tekanan air laut pendingin mesin induk. Kotoran dan kerak-kerak

yang berada di dalam seachast dapat menyumbat suplai air laut

untuk disirkulasikan oleh pompa air laut pendingin mesin induk.

Pentingnya komunikasi antar anak buah kapal dalam

bekerja sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal. Pada

saat mengoperasikan fire pump, semua crew mesin sibuk

melaksanakan kegiatan masing-masing sehingga tidak ada yang

memperhatikan tekanan fire pump maupun tekanan pompa air laut

pendingin mesin induk. Sehingga pada saat pengoperasian fire

pump, semua suplai air laut dihisap oleh fire pump. Sedangkan

pompa air laut pendingin mesin induk tidak mendapatkan suplai air

laut. Kemudian diketahui bahwa seachast berisi angin sehingga

kedua pompa tersebut menghisap angin yang menyebabkan

tekanan pompa pendingin air laut mesin induk mengalami

penurunan.

Berdasarkan analisa data yang telah dilakukan dengan

menggunakan metode fishbone analysis, terdapat banyak faktor

yang menjadi akar-akar penyebab turunnya tekanan air laut

pendingin mesin induk. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk

38
mengembalikan tekanan air laut pendingin mesin induk agar

kembali normal.

b. Metode USG

Setelah mengetahui penyebab dari permasalahan turunnya

tekanan air laut pendingin mesin induk berdasarkan diagram tulang

ikan di atas maka pada pembahasan selanjutnya akan dilakukan

pemilihan prioritas masalah pokok dari akar-akar permasalahan

melalui metode USG (Urgency, Seriousness, Growth) terhadap faktor-

faktor permasalahan yang telah digambarkan pada kronologis

penyebab kejadian tersebut. Peneliti akan menggunakan metode USG

dengan menggunakan teknik scoring dengan skala 1-5 untuk

mengetahui tingkat bahayanya suatu permasalahan dengan

memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan masalah, serta

kemungkinan berkembangnya masalah semakin besar. Peneliti

menggunakan data responden yang dianggap mampu dalam

memahami suatu kejadian turunnya tekanan air laut pendingin mesin

induk untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan oleh penulis.

Hasil dari matriks USG adalah menggabungkan nilai dari semua faktor

pembanding dan mengurutkan sesuai dengan jumlah penilaian. Total

nilai yang terbesar merupakan hasil prioritas. Berikut ini peneliti

mengelompokkan masalah-masalah utama dari penyebab turunnya

tekanan air laut pendingin mesin induk di MV. Palung Mas

berdasarkan urutan prioritas tingkat bahayanya suatu kejadian

permasalahan tersebut:

39
Tabel 4.2 Penilaian Masalah Pokok dari Faktor Lingkungan

Pembanding
Penilaian

Prioritas

Ranking
Total
No Permasalahan
U S G R

1:2 1 5 5 4 14
Kondisi air laut yang
1 1:3 1 5 3 5 13 41 I
kotor
1:4 1 4 5 5 14
Adanya kotoran yang
2 2:3 2 4 4 5 13 13 III
menyumbat seachast
Kondisi cuaca atau ilklim
3 3:4 3 3 4 3 10 10 IV
yang tidak stabil
Valve seachast portside
4 4:2 4 5 5 5 15 15 II
tidak kedap air

Tabel 4.3 Penilaian Masalah Pokok dari Faktor Material


Pembanding

Penilaian
Prioritas

Ranking
Total
No Permasalahan
U S G R

1:2 1 5 5 4 14
Mur dan baut pada cover
1 seachast yang sudah 1:3 1 5 3 5 13 41 I
berkarat
1:4 1 4 5 5 14
Mengabaikan
2 pemeriksaan rutin 2:4 2 3 5 5 13 13 III
terhadap seachast
Kurangnya alat kerja
3 dalam perawatan 3:2 3 3 3 3 9 9 IV
seachast
Banyaknya sampah yang
4 masuk ke dalam filter 4:3 4 4 5 5 14 14 II
seachast

40
Tabel 4.4 Penilaian Masalah Pokok dari Faktor Metode

Pembanding
Penilaian

Prioritas

Ranking
Total
No Permasalahan
U S G R

1:2 1 5 5 4 14
Prosedur pengoperasian
1 1:3 1 5 3 5 13 41 I
yang tidak tepat
1:4 1 4 5 5 14
Mengabaikan jadwal
2 2:3 2 3 4 5 12 12 IV
perawatan seachast
Tidak memantau tekanan
3 3:4 3 5 5 5 15 15 II
kerja pompa
Kurangnya perawatan
4 4:2 4 4 4 5 13 13 III
terhadap seachast

Tabel 4.5 Penilaian Masalah Pokok dari Faktor Manusia


Pembanding

Penilaian
Prioritas

Ranking
Total
No Permasalahan
U S G R

1:2 1 5 5 4 14
Kurangnya komunikasi
1 1:3 1 5 3 5 13 41 I
antar anak buah kapal
1:4 1 4 5 5 14
Tidak memonitor
2 2:4 2 5 5 4 14 14 II
tekanan pompa air laut
Kurangnya kerja sama
3 3:2 3 3 3 5 11 11 IV
antar anak buah kapal
Kesalahan dalam
4 4:3 4 3 4 5 12 12 III
koordinasi

Berdasarkan tabel penilaian dan ranking secara USG yang telah

peneliti lakukan, maka diperoleh 4 prioritas faktor-faktor

permasalahan penyebab turunnya tekanan air laut pendingin mesin

41
induk dari kategori faktor lingkungan, metode, material, dan manusia

dari analisis diagram tulang ikan sebelumnya. Untuk menentukan

masalah prioritas, peneliti mengambil masalah yang memiliki total

skor paling tinggi berdasarkan data dari responden yang telah mengisi

kuesioner yang penulis berikan sehingga dari tabel USG tersebut

diperoleh empat masalah prioritas utama dari faktor lingkungan, faktor

metode, faktor material, dan faktor manusia dari tabel 4.2, tabel 4.3,

tabel 4.4, dan tabel 4.5 di atas, maka didapatkan 4 faktor masalah

prioritas sebagai berikut:

a) Faktor lingkungan adalah kondisi air laut yang kotor

Kondisi air laut yang kotor seperti ditemukan adanya

lumpur, sampah, dan kerak-kerak di dalam seachast baik kanan

maupun kiri dapat berdampak buruk pada tekanan pompa air laut

pendingin mesin induk karena dapat menyumbat air laut untuk

bersirkulasi secara maksimal. Kerak-kerak tersebut menempel pada

filter seachast dan harus dibersihkan agar tidak menyumbat jalur

masuknya air laut. Banyak juga ditemukan ikan, kerang, kepiting

dan sejenis makhluk hidup laut lainnya yang penulis temukan saat

melakukan penelitian mengenai seachast tersebut. Pada saat pompa

air laut pendingin mesin induk beroperasi, tidak ada suplai air laut

yang masuk untuk disirkulasikan ke mesin induk melainkan adanya

angin dalam sistem air laut yang berdampak pada turunnya tekanan

air laut pendingin mesin induk. Jalannya sirkulasi air laut dari

seachast hingga mesin induk sangat penting untuk pendinginan

42
mesin induk, namun apabila tidak ada suplai air laut maka peneliti

harus mengeluarkan angin yang terdapat di dalam pompa air laut

pendingin mesin induk. Pompa air laut pendingin mesin induk yang

menghisap angin membuat tekanan pompa air laut pendingin mesin

induk menjadi turun drastis sehingga pada saat peneliti

melaksanakan dinas jaga terdengar bunyi alarm low sea water

pressure pada mesin induk. Hal ini merupakan masalah utama dari

penyebab turunnya tekanan air laut pendingin mesin induk di MV.

Palung Mas.

b) Faktor material adalah mur dan baut pada cover seachast yang

sudah berkarat

Adanya karat yang menutupi uliran mur dan baut pada

cover seachast dapat menyebabkan penutup seachast sulit untuk

dibuka. Pada saat melakukan perawatan, penulis telah

menyemprotkan WD-40 dan menyikatknya dengan sikat kawat

namun tetap saja belum bisa terbuka. Kejadian ini terjadi karena

seachast sudah terlalu lama dibiarkan dan tidak dirawat

sebagaimana mestinya. Akhirnya mur dan baut ini terjadi

pengoksidasian karat yang disebabkan oleh larutan garam dari air

laut dan udara di dalam ruangan. Walaupun tindakan ini

membutuhkan waktu yang lama namun penulis tetap berusaha

untuk menangani keadaan tersebut dengan cara memotong mur dan

baut untuk digantikan dengan yang baru agar ke depannya tidak

kesulitan kembali dalam melakukan perawatan.

43
c) Faktor metode adalah prosedur pengoperasian yang tidak tepat

Dalam penelitian ini, telah terjadi pengoperasian kedua

pompa yaitu pompa air laut pendingin mesin induk dan juga pompa

fire pump disaat yang bersamaan pada saat kondisi sedang tidak

mendukung. Fire pump dioperasikan secara bersamaan dengan

pengoperasian pompa air laut pendingin mesin induk. Fire pump

yang mempunyai tekanan isap yang lebih besar mampu menghisap

suplai air laut dengan tekanan yang lebih besar jika dibandingkan

dengan pompa air laut pendingin mesin induk. Fire pump mampu

mengambil seluruh suplai air laut dari seachast sehingga pompa air

laut pendingin mesin induk kekurangan suplai air laut dari seachast

melainkan hanya mendapat angin. Hal ini yang menyebabkan

tekanan air laut pendingin mesin induk mengalami penurunan.

d) Faktor manusia adalah kurangnya komunikasi antar anak buah

kapal

Pentingnya komunikasi antar anak buah kapal dalam

bekerja sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal. Pada

saat mengoperasikan fire pump, semua crew mesin sibuk

melaksanakan kegiatan masing-masing sehingga tidak ada yang

memperhatikan tekanan fire pump maupun tekanan pompa air laut

pendingin mesin induk. Sehingga pada saat pengoperasian fire

pump, semua suplai air laut dihisap oleh fire pump. Sedangkan

pompa air laut pendingin mesin induk tidak mendapatkan suplai air

laut. Kemudian diketahui bahwa seachast berisi angin sehingga

44
kedua pompa tersebut menghisap angin yang menyebabkan

tekanan pompa air laut pendingin mesin induk mengalami

penurunan.

2. Dampak yang terjadi jika tekanan air laut pendingin mesin induk

mengalami penurunan

Pada saat tekanan air laut pendingin mesin induk mengalami

penurunan hingga kurang dari 0,1 MPa terdengar bunyi alarm low sea

water pressure pada mesin induk. Banyak hal yang dapat dipengaruhi oleh

kejadian ini, salah satunya peneliti melihat langsung bahwa cooling water

temperature pada mesin induk mengalami kenaikan suhu hingga mencapai

75˚C. Pada suhu tersebut dapat diartikan juga sebagai high cooling water

temperature mesin induk atau peringatan bahwa mesin induk sudah tidak

mendapatkan pendinginan secara normal, namun apabila dibiarkan tanpa

ada tindakan hingga suhu air pendingin mesin induk mencapai 80˚C maka

akan terjadi alarm high cooling water temperature pada mesin induk.

Jacket water cooling system digunakan untuk mendinginkan bagian

cylinder liner, cylinder cover, dan juga exhaust valve dari mesin induk.

Apabila bagian tersebut mengalami kenaikan panas maka akan berdampak

buruk terhadap pengoperasian mesin induk. Air pendingin jacket pada

mesin induk harus sangat hati-hati dalam merawat dan juga memonitornya

karena air laut sangat berperan penting untuk penukaran panas dari

pendingin air tawar sehingga dapat mencegah terjadinya perkaratan yang

diakibatkan oleh korosi. Saat mesin induk mengalami overheat maka

putaran mesin harus diturunkan secara manual agar tidak berdampak pada

45
komponen bahan mesin induk supaya komponen-komponen mesin induk

tidak memuai akibat panas yang berlebih sehingga hal ini dapat

mengakibatkan kecepatan pengoperasian kapal menjadi berkurang, Hal ini

menyebabkan jadwal tiba di pelabuhan mengalami keterlambatan.

c. Upaya-upaya yang dilakukan agar tekanan air laut pendingin mesin induk

dapat optimal

Dalam permasalahan ini turunnya tekanan air laut pendingin mesin

induk tidak boleh dibiarkan begitu saja, perlu adanya tindakan langsung

dan tanggap dalam mengatasinya. Sebab apabila dibiarkan akan

berdampak buruk pada pengoperasian mesin induk kapal. Oleh sebab itu,

peneliti mengupayakan tindakan-tindakan atau penanganan baik dari

perawatan maupun perbaikan untuk mengatasi permasalahan dari kejadian

turunnya tekanan air laut pendingin mesin induk. Upaya-upaya yang

penulis lakukan setidaknya dapat meminimalisir kerusakan agar tidak

bertambah parah dan mengatasi kejadian turunnya tekanan air laut

pendingin mesin induk untuk agar berjalan normal hingga sampai tujuan di

pelabuhan. Terdapat beberapa upaya dalam mengatasi turunnya tekanan

air laut pendingin mesin induk diantaranya:

1) Mencerat angin dari seachast dan sea water pump

Pada saat tekanan air laut pendingin mesin induk mengalami

penurunan terdengar bunyi alarm low sea water pump pada mesin

induk. Peneliti segera melakukan tindakan drain atau mencerat angin

dari seachast dan sea water pump dengan maksud untuk

menghilangkan atau mengeluarkan angin yang terdapat di dalam

46
seachast dan pompa air laut pendingin mesin induk. Pada saat

mencerat seachast, drain valve pada seachast dan pompa air laut

pendingin mesin inuk tidak mengeluarkan air laut namun hanya

mengeluarkan angin. Adanya angin inilah yang menjadi penyebab

turunnya tekanan air laut pendingin mesin induk. Oleh karena itu,

peneliti berusaha mengupayakan untuk membuang angin yang terdapat

di dalam sirkulasi air laut dengan cara mencerat dan menyogok drain

valve yang tersumbat kotoran dan kerak-kerak air laut. Setelah

melakukan penceratan pada seachast dan pompa air laut pendingin

mesin induk, tekanan air laut sudah mulai naik dan bunyi alarm low

sea water pressure pada mesin induk sudah berhenti. Namun tidak

hanya itu saja yang dilakukan masih ada banyak upaya lagi yang harus

dilakukan setelah kegiatan urgent ini dilaksanakan.

2) Saling berkomunikasi antar anak buah kapal sebelum melakukan

tindakan

Suatu kelompok kerja di atas kapal haruslah memiliki interaksi

yang baik kepada seluruh anak buah kapal agar terjaminnya

komunikasi yang erat dalam suatu kerja tim. Oleh karena itu

komunikasi sangatlah penting dalam sebuah kelompok kerja agar

memperoleh pencapaian keberhasilan. Kelompok kerja yang solid

adalah yang selalu menjaga komunikasi antar individu yang satu

dengan individu yang lainnya, sehingga dapat menciptakan kerja tim

menjadi lebih baik. Untuk membangun suatu komunikasi yang baik

dari setiap crew di atas kapal semestinya selalu dilakukan meeting

47
dalam pembagian tugas dan kelompok kerja sebelum melakukan suatu

pekerjaan tersebut dilakukan. Dalam komunikasi tersebut setiap crew

kapal harus memahami dan mengerti dari setiap pekerjaan yang telah

diperintahkan oleh kepala kerja dalam pembagian tugas. Apabila crew

kapal yang diberi tugas kurang memahami instruksi yang diberikan

seharusnya menanyakan kepada masinis yang menemani kerja pada

saat itu atau dapat menanyakan kepada kepala kerja. Jika dalam

pekerjaan tersebut udah selesai dilakukan dan kurang merasa yakin

dapat membicarakan kepada masinis kerja untuk melakukan

pengecekan kembali dari pekerjaan yang telah dibagikan sebelumnya.

Kenyataan yang terjadi di kapal MV. Palung Mas didapatkan

bahwa salah satu crew mengoperasikan fire pump tanpa komunikasi

antar anak buah kapal yang berjaga. Dalam kondisi saat itu penulis

mengetahui bahwa belum dilakukannya perawatan rutin terhadap

seachast yang akan berdampak pada tekanan pompa air laut pendingin

mesin induk. Karena kurangnya komunikasi ini, fire pump

menyebabkan isapan pompa air laut pendingin mesin induk berkurang

karena tekanan fire pump jauh lebih besar dibandingkan dengan

tekanan pompa air laut pendingin mesin induk. Setidaknya jika sangat

diperlukan untuk mengoperasikan fire pump maka antar anak buah

kapal dapat membagi tugas untuk memonitor tekanan fire pump dan

tekanan pompa air laut pendingin mesin induk supaya tidak turun.

Setelah beberapa menit pengoperasian pompa ini dijalankan bersamaan

tidak lama kemudian terdengar bunyi low sea water pump yang

48
menandakan kurangnya pengawasan antar anak buah kapal dalam

memonitor tekanan fire pump dan tekanan pompa air laut pendingin

mesin induk. Dalam kejadian ini menjadi teguran agar tidak

mengulangi kesalahan yang sama dan meningkatkan komunikasi antar

anak buah kapal demi terjalinnya keberhasilan dalam kerja tim.

3) Selalu memonitor tekanan kerja pompa

Dalam keadaan urgent ini diketahui bahwa faktor penyebab

utama turunnya tekanan air laut pendingin mesin induk ada kaitannya

dengan pengoperasian fire pump. Pada saat kedua pompa dioperasikan

secara bersamaan terjadi perbedaan tekanan antara kedua pompa

tersebut. Yaitu tekanan fire pump lebih besar isapannya dibandingkan

dengan pompa air laut pendingin mesin induk. Jika dibiarkan terus

menerus maka tekanan pompa air laut pendingin mesin induk akan

kekurangan tekanan isapan untuk memperoleh suplai air laut agar

disirkulasikan ke mesin induk sebagai pendinginan terbuka. Oleh

karena itu tindakan pertama yang dilakukan adalah mematikan

pengoperasian fire pump dan menutup semua jalur pipa air laut yang

menuju ke fire pump agar isapan sea water pump mesin induk

sepenuhnya mendapatkan suplai air laut sesuai tekanan kerja dari sea

water pump mesin induk. Langkah ini sangat efektif dilakukan karena

sewaktu fire pump dioperasikan lalu setelah beberapa menit tekanan air

laut pendingin mesin induk menjadi menurun. Oleh sebab itu dapat

diketahui pasti bahwa penyebab utama turunnya tekanan air laut

pendingin mesin induk terjadi pada pengoperasian fire pump yang

49
mengganggu isapan pompa air laut pendingin mesin induk. Maka dari

itu penulis mengambil langkah mematikan pengopoperasian fire pump

dalam langkah awal menangani tekanan air laut pendingin mesin induk

agar kembali normal.

4) Membersihkan filter seachast dari kotoran dan kerak-kerak

Filter seachast yang kotor akan mengakibatkan penyumbatan

sirkulasi pendinginan terbuka dengan media air laut. Filter seachast

berfungsi untuk menyaring sampah, lumpur, kerak pada saat air laut

masuk melalui seachast. Filter seachast harus selalu diperhatikan

dengan cara rutin melakukan perawatan secara berkala. Kurangnya

perhatian pada bagian tersebut dapat mengakibatkan turunnya tekanan

air laut pendingin mesin induk. Oleh karena itu, filter seachast harus

dilakukan perawatan secara berkala dan terjadwal dengan baik pada

saat kapal berlabuh jangkar atau pada saat sandar di pelabuhan. Pada

saat kapal berlabuh jangkar, penulis segera mengganti pemakaian

seachast untuk membersihkan filter seachast atas dan bawah dari

kotoran, lumpur dan kerak-kerak dengan menggosok kerak-kerak

tersebut agar terkelupas dari filter seachast kemudian menyemprot

dengan air tawar untuk membilas filter seachast agar bersih dari kerak-

kerak yang menempel pada filter seachast. Untuk selanjutnya agar

dilakukan perawatan secara rutin dan berkala terhadap seachast agar

kejadian turunnya tekanan air laut pendingin mesin induk ini tidak

terjadi lagi di kemudian hari. Karena hal ini sangat berpengaruh

terhadap pengoperasian kapal dan akan berdampak buruk terhadap

50
pendinginan mesin induk apabila perawatan terhadap seachast ini

diabaikan terus menerus tanpa ada perhatian dari masinis yang

bertanggung jawab dan tidak dilaksanakan secara rutin dan berkala.

Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan peneliti dalam

menghadapi masalah turunnya tekanan air laut pendingin mesin induk

di MV. Palung Mas, maka peneliti mengelompokkan tindakan-

tindakan tersebut ke dalam tabel penilaian dan rangking USG di atas

agar memahami urutan prioritas berdasarkan tingkat bahayanya dalam

menghadapi masalah dari turunnya tekanan air laut pendingin mesin

induk.

Berdasarkan hasil penilaian tindakan penanganan masalah yang

telah peneliti lakukan di atas kapal didapatkan bahwa poin tertinggi dalam

penanganan masalah kejadian turunnya tekanan air laut pendingin mesin

induk di MV. Palung Mas adalah mematikan pengoperasian fire pump

terlebih dahulu agar menjaga kestabilan tekanan pompa air laut pendingin

mesin induk agar sepenuhnya mendapat suplai air laut untuk pendinginan.

Tetap memonitor tekanan kerja pompa dari pompa air laut pendingin mesin

induk. Kemudian dilanjut dengan tindakan-tindakan lainnya seperti

mencerat angin dari seachast dan sea water pump yang bertujuan untuk

mengeluarkan angin yang masuk ke dalam pompa, kemudian dilanjut

dengan membersihkan filter seachast dari kotoran dan kerak-kerak apabila

kapal sedang dalam keadaan berlabuh atau sandar di pelabuhan, serta

menjaga kerja sama tim untuk saling berkomunikasi antar anak buah kapal.

Tindakan perawatan tersebut merupakan hal yang sering diabaikan oleh

51
banyak pihak di kapal namun sangat berpengaruh besar terhadap

pengoperasian kapal. Terutama dalam sistem pendinginan mesin induk

perlu perhatian khusus karena jika mesin induk dalam kondisi panas akan

berpengaruh pada semua bagian-bagian mesin. Pentingnya perawatan

terhadap seachast apabila dilaksanakan secara berkala sangat efektif untuk

memperkecil tindakan perbaikan terhadap pendinginan mesin induk. Selain

itu, pentingnya menjaga komunikasi antar anak buah kapal juga sangat

berpengaruh untuk menjamin kerja sama tim dalam mencapai target yang

sudah ditentukan bersama. Kedua poin ini harus dilaksanakan agar

mencapai target utama kerja sama tim dalam melakukan perawatan dan

perbaikan terhadap pendinginan mesin induk untuk mencapai kelancaran

pengoperasian kapal. Kelancaran pengoperasian kapal tidak mungkin dapat

berjalan lancar tanpa adanya perhatian dari semua anak buah kapal baik

dari perawatan maupun pengoperasian yang sesuai dengan instruksi dari

buku manual dan juga pemeriksaan secara berkala terhadap kondisi yang

sebenarnya. Perawatan secara berkala harus dijadwalkan dan

dikomunikasikan kepada seluruh anak buah kapal agar kejadian seperti ini

tidak terulang kembali.

52
BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Berdasarkan pada hasil penelitian di lapangan dan dari hasil uraian

pengolahan data pembahasan pada bab sebelumnya mengenai penyebab

turunnya tekanan air laut pendingin mesin induk di MV. Palung Mas maka

penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan

masalah yang dibahas dalam skripsi ini yaitu:

1. Penyebab turunnya tekanan air laut pendingin mesin induk di MV. Palung

Mas terjadi karena kurangnya perawatan secara berkala pada seachast

sehingga filter seachast tersumbat sampah, lumpur, dan kerak-kerak yang

menyebabkan isapan air laut pada pompa air laut pendingin mesin induk

tidak maksimal.

2. Dampak yang terjadi apabila tekanan air laut pendingin mesin induk di

MV. Palung Mas dibiarkan terus menerus mengalami penurunan yaitu

dapat menyebabkan high water temperature pada mesin induk yang dapat

merusak komponen-komponen mesin induk karena overheating.

3. Upaya-upaya yang dilakukan agar tekanan air laut pendingin mesin induk

di MV. Palung Mas dapat kembali optimal adalah dengan mematikan

pengoperasian fire pump terlebih dahulu agar isapan suplai air laut

sepenuhnya maksimal ke pompa air laut pendingin mesin induk kemudian

mencerat drain valve seachast dan pompa air laut pendingin mesin induk

dilanjutkan dengan melakukan perawatan dengan cara membersihkan

sampah, lumpur, dan kerak-kerak yang menyumbat pada filter seachast.

53
B. SARAN

Berdasarkan dari permasalahan yang sudah diuraikan oleh penulis

berdasarkan pengalaman di atas kapal agar tekanan air laut pendingin mesin

induk di MV. Palung Mas dapat kembali optimal serta dari kesimpulan di

atas maka penulis dapat memberikan saran sebagai langkah di masa

mendatang mengenai permasalahan yang dibahas sebelumnya yang mana

saran tersebut dapat menjadi upaya pencegahan agar kejadian ini tidak

terulang kembali pada saat pengoperasian kapal yaitu:

1. Agar tekanan air laut pendingin mesin induk dapat kembali optimal dan

efisien sebaiknya sering melakukan perawatan secara berkala terhadap

seachast dengan memperhatikan kondisi sistem pendinginan mesin induk

di lapangan secara rutin dan aktual.

2. Sebaiknya mengurangi putaran mesin pada mesin induk agar mesin induk

tidak mengalami overheating pada saat terjadi penurunan tekanan air laut

pendingin mesin induk

3. Disarankan kepada seluruh anak buah kapal agar meningkatkan tindakan

perbaikan dan melakukan perawatan secara berkala terhadap seachast

sesuai instruction manual book agar tidak terjadi penyumbatan dalam

sirkulasi air laut untuk mencegah agar kejadian ini tidak terulang kembali

di masa mendatang.

54
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Edwards, Hicks. 2015. Teknologi Pemakaian Pompa. Jakarta: Erlangga.

Maleev. 2016. Operasi dan Pemeliharaan Mesin Diesel. Jakarta: Erlangga.

Maanen, P Van. 2017. Motor Diesel Kapal Jilid 1. Nautech.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Ningbo. 2016. Operation Manual Book G300 Diesel Engine. China: Ningbo C.S.I

Power & Machinery Group Co., Ltd.

Raswari. 1986. Teknologi Dan Perencanaan Sistem Perpipaan. Jakarta:

Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

CV. Alvabeta.

Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alvabeta.

Tahara, Haruo diterjemahkan Sularso. 2003. Pompa dan Kompresor. Jakarta: PT.

Pradnya Paramita

Widyoko, E.P. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

55
LAMPIRAN 1

SHIP PARTICULARS
MV. PALUNG MAS, delivery in Lianyuyang Jan 5th, 2017

VESSEL’S TYPE : Open-Top Container Ship


OWNER : PT. PELAYARAN TEMPURAN EMAS Tbk.
MANAGEMENT : PT. ASIA MARINE TEMAS
BUILDER/YARD NUMBER : Liayunyang Wuzhou Shipping Industry Co. Ltd.
Address : Tuangang, Yanweigang Town, Guanyun Country,
Lianyuyang City, Jiangsu Province, China / WZ-109
KEEL LAID : July 10, 2016
LAUNCHING : December 8th, 2016
DELIVERY : January 5th, 2017
FLAG : INDONESIA
PORT OF REGISTRY : MAKASSAR
OFFICIAL NO. / MARK : 2017 Lla No.3983/L – GT.4990 No.5526/Pst
IMO NO. : 9813199
CALL SIGN : YBQO2
IMMARSAT – C ID : 452503733 Merk/Type : Furuno/Felcom-18; S/N : 3598-
8927
MMSI : 525 119 011 ISN 4FE1004E72D4
CLASS / REGISTER NO. : CCS / 17Q6102 CCS Class Notation: *CSA, *CSM
Open-Top Container Ship; R1; Loading Computer (S.1)
NUMBER OF HOLDS / HATCHES :
DIMENSION OF HATCHES :
Hold
No. 1 25,16 x 14,96 m
No. 2 25,16 x 14,96 m
No. 3 12,92 x 14,96 m

MAIN PARTICULARS
L.O.A : 107.80 m
L.W.L : 107.80 m
L.B.P : 105.60 m
BREADHT MOULDED : 18.00 m
DEPTH MOULDED : 8.50 m
Height of Afward Mast : 25.70 m
TONNAGES : GRT.4604 / NRT.2578

56
SUMMER DRAFT : 4.813 M DISPLACEMENT : 7999,0T
(full loaded)
Freeboard : 3716mm (summer), 3616mm (tropical) 2110,7T (in
ballast)
LIGHT WEIGHT : 2109,37t DEADWEIGHT : 5300 T
TPC:
COMPARTMENT : 20P
ANCHOR :
CRANE : Mac Gregor, GL 4026-2, Outreach 83m, SWL.39.2t, Test
Load 44.1t
No.1 fr.53 & No.2 fr.94 ( C )
BUNKER CAPACITY
HFO (P & S) : 77,04 m3 (P); 45,27 m3
HFO Day (No.1 & 2) : 5,06 m3
HO Sett : 21,66 m3
MDO (P & S) : 20,36 m3; 19,75 m3
DO Day (No. 1 & 2) : 7,55 m3 (No.1); 8,33 m3 (No.2)
LO Circulating : 3,47 m3
FRESH WATER : 142 m3
BALLAST : 3192 m3
The figures of bunker tanks capacity are based on 100% volume.
MAIN ENGINE : Ningbo/G6300ZC18B, s/n 2061, 1323 kW, 550rpm, 6 Cylinders,
4 Strokes.
Built on Sep 2016, by Ningbo C.S.I Power & Machinary Group
Co. Ltd China
GEAR BOX
AUXLIARY ENGINE : 3x Ningbo/N6160ZLCD6, s/n 3480, 3481; 295kW, 1000RPM,
400V,
Built on Aug-2016, by Ningbo C.S.I Power & Machinary Group
Co. Ltd China
HARBOR GENERATOR : 2 x Yang Zhou/CCFJ120J, 120 kW, 1500RPM, s/n 160814,
160813
July-2016 by Yang ZhouJi Xin Power Machinary Co. Ltd China
EMERGENCY GENERATOR : 1 x Weichai/CCCFJ75Y-WF, 75kW, 1500RPM, 400V, s/n
160816
Oct 16th 2015 by Weichai Weifang Deutz Diesel Engine Co. Ltd.
BOILER : 1 x Exh. Gas Thermal Oil Boiler, 0.6 MPa
SPEED : 10.0 knots
DOUGLAS 2) WITHOUT ANY ADVERSE CURRENT AND IN DEEP WATER ON A DRAFT OF 4.8 M.
CONTAINER INTAKE
TOTAL : 360 Teus
REEFER PLUG : 30

57
LAMPIRAN 2

Data spesifikasi pompa air laut pendingin mesin induk berdasarkan buku manual

58
LAMPIRAN 3

Sea Water Cooling Diagram di MV. Kedung Mas

59
LAMPIRAN 4

Low sea water pressure

60
LAMPIRAN 5

Kondisi filter seachest tersumbat sampah, lumpur, dan kerak-kerak

61
LAMPIRAN 6

Drain seachest

62

Anda mungkin juga menyukai