Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL

KARYA ILMIAH TERAPAN

OPTIMALISASI STRAINER SEA CHEST TERHADAP POMPA


PENDINGIN PADA MESIN INDUK DI ATAS KAPAL

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Diploma III Pelayaran

FIRMANSYAH ADI PRAYITNO

NIT 03.15.129/ T

AHLI TEKNIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III


POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2019
OPTIMALISASI STRAINER SEA CHEST TERHADAP POMPA
PENDINGIN PADA MESIN INDUK DI ATAS KAPAL

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Diploma III Pelayaran

FIRMANSYAH ADI PRAYITNO

NIT 03.15.129/ T

AHLI TEKNIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN

POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

TAHUN 2019

i
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Firmansyah Adi Prayitno

Nomor Induk Taruna : 03.15.129/T

Program Diklat : Ahli Teknika Tingkat III

Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul:

OPTIMALISASI STRAINER SEA CHEST TERHADAP POMPA PENDINGIN

PADA MESIN INDUK DI ATAS KAPAL merupakan karya asli seluruh ide yang

ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan,

merupakan ide saya sendiri.

Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi

yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA, 2019

Firmansyah Adi Prayitno

ii
PERSETUJUAN SEMINAR
KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : OPTIMALISASI STRAINER SEA CHEST TERHADAP


POMPA PENDINGIN PADA MESIN INDUK DI ATAS
KAPAL
Nama Taruna : Firmansyah Adi Prayitno

NIT : 03.15.129/T

Jurusan : Teknika

Program Diklat : Ahli Teknika Tingkat III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan

Surabaya, ....................................2019

Menyetujui :
Pembimbing I Pembimbing II

Didik Dwi Suharso, S.Si.T,M.Pd Elly Kusumawati, SH,M.H


Penata Muda Tk. I (III/b) Penata Tk. I (III/d)
NIP.19770920 200912 1 001 NIP.19811112 200502 2 001

Mengetahui :
Ketua Jurusan Teknika

Monika Retno Gunarti, S.SiT.,M.Pd


Penata (III/c)
NIP.19760528 200912 2 002

iii
PENGESAHAN PROPOSAL

KARYA ILMIAH TERAPAN

OPTIMALISASI STRAINER SEA CHEST TERHADAP POMPA PENDINGIN


PADA MESIN INDUK DI ATAS KAPAL

Disusun Oleh:

Firmansyah Adi Prayitno

03. 15. 129/ T

Ahli Teknika Tingkat III

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan

Politeknik Pelayaran Surabaya

Pada Tanggal………………………2019

Menyetujui :

Penguji I Penguji II Penguji III

Didik Dwi Suharso, S.Si.T.M.Pd Dr. Capt. Tri Cahyadi, MH, M.Mar Elly Kusumawati, SH,M.H
Penata Muda Tk. I (III/b) Pembina (IV/a) Penata Tk. I (III/d)
NIP. 19770920 200912 1 001 NIP. 19730704 199803 1 001 NIP. 19811112 200502 2 001

Mengetahui :
Ketua Jurusan Teknika

Monika Retno Gunarti, S.SiT.,M.Pd


Penata (III/c)
NIP.19760528 200912 2 002

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kebesaran Allah SWT tuhan semesta alam, karena atas segala

kuasa, berkat dan anugerahnya yang ia telah berikan. Sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal Karya Ilmiah Terapan ini. Adapun proposal Karya Ilmiah

Terapan ini di susun guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan Program

Pendidikan DIPLOMA III di Politeknik Pelayaran Surabaya dengan Mengambil

judul : OPTIMALISASI STRAINER SEA CHEST TERHADAP POMPA

PENDINGIN PADA MESIN INDUK DI ATAS KAPAL

Penulis sangat menyadari bahwa di dalam proposal Karya Ilmiah Terapan ini

masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam hal penyajian materi maupun teknik

penulisannya. Oleh karena itu penulis mengharap koreksi dan saran yang nantinya

dapat digunakan untuk menyempurnakan proposal Karya Ilmiah Terapan ini. Pada

kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih dan rasa bangga

kepada :

1. Bapak Capt. Heru Susanto, M. M selaku Direktur Politeknik Pelayaran

Surabaya yang telah memberikan fasilitas berupa ruang dan waktu atas

terselenggaranya Karya Ilmiah Terapan.

2. Ibu Monika Retno Gunarti, S.SiT.,M.Pd selaku kepala jurusan teknika yang

telah memberi dukungan pada kami untuk membuat Karya Ilmiah Terapan.

3. Bapak Didik Dwi Suharso, S.Si.T,M.Pd selaku pembimbing I dan Ibu Elly

Kusumawati, SH,M.H selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan

waktunya untuk membimbing penulis sampai dengan selesai.

v
4. Bapak/ibu Dosen Politeknik Pelayaran Surabaya, khususnya lingkungan

program studi teknika Politeknik Pelayaran Surabaya yang telah memberi

bekal ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Ilmiah

Terapan ini.

5. Bapak dan Ibu selaku orang tua penulis yang telah memberi do’a restu

sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal Karya Ilmiah Terapan ini.

6. Seluruh Taruna-Taruni POLTEKPEL Surabaya yang telah membantu dalam

memberikan semangat dalam penyelesaian proposal Karya Ilmiah Terapan ini,

khususnya angkatan VI DIPLOMA III.

Akhir kata penulis berharap proposal Karya Ilmiah Terapan ini dapat

bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulisnya sendiri. Semoga

Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan petunjuk dan lindungan dalam

melakukan penelitian yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk proposal Karya

Ilmiah Terapan.

Surabaya, 2019
Penulis

Firmansyah Adi Prayitno

vi
ABSTRAK

FIRMANSYAH ADI PRAYITNO, Optimalisasi Strainer Sea Chest Terhadap


Pompa Pendingin Pada Mesin Iinduk Di Atas Kapal. Dibimbing oleh Didik Dwi
Suharso, S.Si.T,M.Pd dan Elly Kusumawati, SH,M.H.
Sea Chest dan Pendinginan Mesin Induk merupakan suatu kebutuhan yang
sangat penting diatas kapal. Sistem pendingin mesin induk kapal ada 2(dua) jenis,
yaitu sistem pendingin tak langsung dan sistem pendingin langsung. Untuk dapat
memenuhi kebutuhan air laut sebagai media pendingin mesin induk kapal, maka sea
chest adalah salah satu bagian terpenting dari sistem pendingin mesin induk kapal.
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui penyebab,
dampak dan bagaimana cara mengatasi permasalahan yang terjadi pada bagian sea
chest dan sistem pendingin mesin. Jenis metode yang digunakan adalah dengan
menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan memecahkan
masalah-masalah aktual yang dihadapi. Penelitian ini dilaksanakan pada saat
melaksanakan praktek laut di atas kapal.
Sea Chest bekerja menyaring air laut yang masuk kedalam sistem pendingin
dari kotoran-kotoran. Selama pelayaran sering kali ditemukan masalah terhadap
pendinginan yang di sebabkan oleh tersumbatnya strainer sea chest oleh sampah,
lumpur, dan kerang, sehingga mengakibatkan tidak stabilnya tekanan pompa
pendingin mesin induk, sehingga mesin induk menjadi over heating, oleh karena itu
diperlukannya perawatan dan pembersihan pada sea chest secara berkala.

Kata kunci : Sea chest Dan Pendinginan

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

PERSYARATAN KEASLIAN ............................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR ............................................................ iii

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL .......................................................... iv

KATA PENGANTAR .............................................................................................v

ABSTRAK ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ....................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...............................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................5

1.3 Batasan Masalah ............................................................................5

1.4 Tujuan Penelitian ...........................................................................6

1.5 Manfaat Hasil Penelitian................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Review Penelitian ...................................................................................8

B. Landasan Teori .......................................................................................10

2.1 Pengertian Pendinginan .................................................................10

2.2 Jenis-Jenis Pendinginan .................................................................18

2.3 Fungsi Pendinginan .......................................................................22

viii
2.4 Bagian-Bagian Mesin Yang Didinginkan ......................................24

C. Kerangka Penelitian ................................................................................26

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ..............................................................................28

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................29

3.3 Jenis dan Sumber Data...................................................................29

3.4 Metode Pengumpulan Data............................................................30

3.5 Pemilihan Informan .......................................................................32

3.6 Teknik Analis Data ........................................................................32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data.........................................................................................35

B. Hasil Penelitian .......................................................................................38

C. Analisis Data ...........................................................................................40

D. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................41

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................51

B. Saran .......................................................................................................51

DAFTAR PUSTAKA

ix
DAFTAR TABEL

Nomor
2.1 Review Penelitian Sebelumnya ............................................................................8

x
DAFTAR GAMBAR

Nomor
2.1 Strainer .................................................................................................................15
2.2 Sea Grating ...........................................................................................................16
2.3 Sistem Pendinginan Tak Langung .......................................................................18
2.4 Sistem Pendininginan Langsung ..........................................................................21

xi
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Peran serta angkutan melalui laut didalam meningkatkan

perekonomian suatu negara kepulauan seperti negara Indonesia sangatlah

tinggi, angkutan melalui jalur laut sebagai moda transportasi yang sangat

efisien dan juga efektif. Sebagai pendukung untuk menunjang aktifitas

kegiatan perdagangan serta pertumbuhan ekonomi suatu negara, dengan

kegiatan ekspor-impor dari dalam negeri dan keluar negeri. Serta untuk

melayani kebutuhan penduduk antar pulau serta antar provinsi didalam

negara Indonesia. Oleh karena itu didalam perkembangan kegiatan pelayaran

harus selalu ditingkatkan sesuai dengan era dan kemajuan zaman yang

semakin modern.

Untuk melayani serta memenuhi kebutuhan yang semakin lama

semakin terus meningkat dengan sangat pesat pada bidang moda transportasi

laut, untuk pengangkutan barang dan pelayanan jasa pelayaran. Tidak hanya

dengan menyediakan armada kapal yang lebih banyak, namun juga harus

mengupayakan serta mengusahakan agar armada kapal selalu dalam kondisi

yang layak laut dan siap untuk digunakan.

Dikarenakan waktu begitu sangat berharga sekali dalam perusahaan

pelayaran atau bagi pihak yang mencharter kapal, kehilangan waktu yang

disebabkan karena adanya kerusakan kapal dapat merugikan perusahaan

pelayaran atau bagi pihak yang mencharter kapal itu sendiri. Salah satu mesin
2

atau peralatan yang sangat penting diatas kapal adalah mesin diesel penggerak

utama kapal.

Apabila terjadi kerusakan atau permasalahan pada mesin diesel

penggerak utama kapal, akan sangat mengganggu jadwal perjalanan kapal

tersebut, dalam proses kinerja mesin diesel penggerak utama kapal, tak lepas

dari bagian-bagian mesin diesel penggerak utama kapal. Apabila komponen

atau bagian mesin diesel penggerak utama kapal tersebut tidak dapat

beroperasi secara optimal, maka dapat mengganggu kinerja mesin diesel

pengerak utama kapal. Agar kerja mesin diesel penggerak utama kapal dapat

terjaga dan terjamin, serta bisa berlangsung secara terus menerus, aman dan

efisien, maka diperlukan upaya dan usaha perbaikan serta perawatan yang

baik, agar kerja mesin diesel penggerak utama kapal sempurna. Sesuai dengan

kerja mesin diesel penggerak utama kapal pada saat dalam kondisi normal

menurut buku panduan mesin diesel penggerak utama kapal. Hal ini termasuk

juga identifikasi sedini mungkin tentang kurang sempurnanya kerja dari

mesin diesel penggerak utama kapal yaitu untuk menghindari terjadinya

kerusakan yang lebih fatal. Perlu kita pahami bahwa ada beberapa hal yang

menyebabkan kurang sempurnanya kerja dari mesin diesel penggerak utama,

antara lain adalah terjadinya gangguan-gangguan dan kerusakan pada sistem

mesin diesel penggerak utama.

Pada konstruksi bangunan kapal baja maupun kapal kayu yang

mempunyai instalasi mesin didalam (type inboard engine), pemakaian kotak

laut (sea chest) sangatlah penting sekali, karena kotak laut (sea chest) sebagai

salah satu bagian terpenting dalam konstruksi instalasi permesinan didalam


3

kapal. Karena dari kotak laut (sea chest) inilah, segala kebutuhan yang

berhubungan dengan air laut. Semuanya dapat dipenuhi dari instalasi saluran

sea chest. Didalam kapal, air laut dapat dimanfaatkan untuk dipergunakan

sebagai media untuk pendinginan mesin induk, pendinginan mesin bantu,

untuk keperluan air ballast serta untuk pemadam kebakaran dan lain

sebagainya.

Pada umumnya Sea chest dipasang pada dua tempat yang berbeda

ketinggiannya, karena bervariasinya kedalaman perairan yang akan dilewati.

Dari kedua sea chest ini antara yang satu dengan yang lain dihubungkan oleh

pipa utama yang masing-masing dilengkapi kran pengatur (regulator valve).

Bila kapal berlayar di laut lepas atau dalam maka dipakai Sea chest yang

terletak di dasar kapal, sedangkan jika kapal berlayar diperairan yang dangkal

dan berlumpur (sungai) maka dipakai sea chest yang terletak disamping kapal

(dipasang pada bilge kapal). Hal ini untuk menghindari jangan sampai terjadi

ada lumpur dan kotoran lainnya ikut masuk dan tersedot oleh pompa,

sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada pompa-pompa dan menyumbat

instalasi perpipaannya antara sudut-sudut menjadi vacuum dapat

menyebabkan cairan akan terhisap masuk sehingga terjadi proses pengisapan.

Pada kapal-kapal yang berlayar di daerah dingin / es biasanya pada

Sea chest dilengkapi dengan uap panas untuk mencairkan air yang membeku

pada lubang saluran Sea chest. Pada kapal-kapal besar Sea chest selain

dilengkapi dengan uap panas juga dilengkapi dengan udara bertekanan,

diperlukan untuk membersihkan lubang sea chest dari binatang-binatang laut,


4

tumbuhan laut dan kotoran-kotoran yang mungkin bisa menyumbat lubang

sea chest tersebut.

Contoh kejadian saat kapal MV. Tuscarora berlayar pada tanggal 21

Juni 2011, pompa yang sedang bekerja tiba-tiba isapan pada pompa air laut

menurun dari tekanan normal turun menjadi 3,8 bar dari normalnya.

Mengetahui hal itu oiler jaga melapor kepada masinis jaga untuk mengecek

katup-katup pompa, dan ternyata memang harus di ganti karena banyak

terdapat kerak di sekelilingnya, sehingga kinerja dari pompa menjadi

terganggu. Setelah katup-katup di ganti ternyata isapan pada pompa tersebut

masih tetap tidak berubah. Kemudian masinis melakukan pengecekan pada

sistem instalasi penataan pipa yang berhubungan dengan pompa air laut

tersebut, namun tidak ditemukan adanya kerusakan, akhirnya masinis

melapor kejadian itu kepada KKM dan mengusulkan di adakannya perbaikan

secara menyeluruh (overhoul) terhadap pompa tersebut. Setelah diadakan

pembongkaran ternyata banyak di temukan kotoran, sampah, dan kerang-

kerang kecil menyumbat impeler yang menyebabkan isapan dan tekanan

pompa tersebut berkurang.

Kejadian diatas sering terjadi pada saat kapal sedang berlayar, dimana

tekanan dari main sea water cooling pump mengalami penurunan yang

sangat signifikan. Sehingga menimbulkan adanya peningkatan suhu pada

media yang didinginkan oleh air laut sebagai pendingin untuk mendukung

kelancaran pengoperasian mesin induk, hal ini dikarenakan kurang

optimalnya perawatan dan pemeriksaan terhadap saluran Sea chest diatas

kapal.
5

Melihat kejadian diatas, kotak laut (sea chest) sebagai saluran

pendingin mesin induk di atas kapal sangatlah perlu untuk dijaga diadakan

perawatan yang sifatnya berkelanjutan guna untuk menunjang pengoperasian

permesinan induk diatas kapal.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk


melakukan penelitian dengan judul : “OPTIMALISASI STRAINER SEA
CHEST TERHADAP POMPA PENDINGIN PADA MESIN INDUK DI
ATAS KAPAL”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

rumusan masalah yang saya ambil adalah:

1. Bagaimana optimalisasi strainer sea chest untuk menunjang pompa

pendingin pada mesin induk ?

2. Bagaimana perawatan strainer sea chest diatas kapal ?

1.3 Batasan Penelitian

Agar dalam penulisan ini lebih jelas dan terarah serta lebih mengarah

kepada pokok permasalahan, maka diperlukan adanya pembatasan masalah.

Oleh karena terlalu begitu banyaknya mesin-mesin yang ada diatas kapal,

maka penulis membatasi hanya pada sirkulasi pendingin air laut dari sea chest

menuju mesin induk.


6

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat dari penulisan proposal penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana cara mengoptimalkan strainer sea chest

untuk menunjang pendingin mesin induk diatas kapal.

2. Untuk mengetahui bagaimana cara perawatan strainer sea chest yang

baik diatas kapal.

1.5 Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat dari karya ilmiah ini adalah:

1. Secara Teoris

a. Para pembaca dapat dengan mudah dapat memahami hal-hal yang

terkait pada sistem instalasi pendinginan mesin induk.

b. Sebagai bahan masukan untuk para taruna-taruni Politeknik

Pelayaran Surabaya khususnya jurusan teknika, yang akan

melaksanakan kegiatan praktek layar (prala). Juga untuk para taruna-

taruni junior.

c. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan membantu

pembaca meningkatkan perbendaharaan ilmu.

d. Dan juga sebagai bahan acuan untuk penelitian yang lebih lanjut.

2. Secara Praktis

a. Mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan penurunan tekanan

air laut terhadap pendinginan mesin induk kapal.


7

b. Mengetahui cara kerja dari sistem pendinginan langsung dan tak

langsung pada mesin induk kapal.

c. Menyadari pentingnya perawatan dan perbaikan pada instalasi air

laut pendingin mesin induk.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA

Adapun penelitian yang pernah dilakukan peneliti lainnya tentang


pendingin air laut antara lain yaitu:

Tabel 2.1 Review Hasil Penelitian Sebelumya

No. Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian


1. Budi Utomo, SEA CHEST Sea chest adalah suatu perangkat
2011 PERANNYA yang dipasang pada sisi dalam pelat
SEBAGAI kulit kapal yang berada dibawah
LUBANG permukaan air di sekitar kamar
PENGISAPAN mesin dan berperan sebagai lubang
UNTUK pengisapan untuk mensuplai
MENSUPLAI kebutuhan system air laut pada
KEBUTUHAN eksploitasi kapal. Misalnya suplai
AIR LAUT air laut untuk
PADA pendinginan mesin, untuk sistem
EKSPLOITASI ballast, untuk sistem pemadam
KAPAL kebakaran dan lain sebagainya.
Pada umumnya sea chest dipasang
pada dua tempat yang berbeda
ketinggiannya, mengingat
bervariasinya kedalaman perairan
yang dilewati. Dan harus
dipertimbangkan bahwa sea chest
masih dapat mengisap air laut
dengan baik dan tidak mengisap
udara, walaupun kondisi kapal
miring sampai 22,5 derajat dari
keadaan vertikal.

2. Hariyanto MENURUNNYA Penyebab menurunnya tekanan


Gosali,
1. 2013 TEKANAN pompa air laut pendingin antara lain
POMPA AIR adalah:
LAUT 1. Menurunnya kinerja impeller
PENDINGIN pada pompa.
DIATAS KAPAL Pengendalian proses korosi
untuk mencegah terjadinya
kebocoran serta terkikisnya
impeller pompa. Hal ini
merupakan suatu tindakan
dari upaya perawatan dan
pencegahan pada instalasi
9

pompa air laut yang utama.


2. Kebocoran pada bagian
Gland Packing pompa
Kerusakan dan kebocoran
tidak mudah dihindari dari
waktu/umur pakai susah
untuk diprediksi kapan akan
terjadi kerusakan. Kerusakan
packing banyak disebabkan
oleh kesalahan pemasangan,
tidak mengikuti prosedure
yang benar atau tidak
mengikuti petunjul yang
diberikan oleh produsen
packing. Salah satu upaya
untuk memperpanjang umur
pakai adalah memasang
dengan benar serta memilih
spesifikasi yang cocok untuk
pemakaian media tertentu.

Berdasarkan penelitian dari Budi Utomo dan Hariyanto Gasali terdapat

persamaan dan perbedaan, persamaannya adalah kedua duanya sama-sama

meneliti tentang pendingin air laut dan Sea Chest. Sedangkan perbedaan dari dua

penelitia diatas adalah yang pertama Budi Utomo, menerangkan peran Sea Chest

untuk menyuplai air laut yang berguna untuk pendinginan mesin, untuk sistem

ballast, untuk sistem pemandam kebakaran dan lain sebagainya, yang kedua

adalah penelitian dari Hariyanto Gosali, menerangkan penyebab menurunnya

tekanan pompa pendingin air laut yang disebabkan oleh kurangnya isapan dan

tekanan pompa air laut, menurunnya kinerja impeller pada pompa, dan kebocoran

pada bagian Gland Packing. Disini penulis membuat penelitian yang berjudul

“OPTIMALISASI STRAINER SEA CHEST TERHADAP POMPA PENDINGIN

PADA MESIN INDUK DI ATAS KAPAL” untuk memperkuat dua penelitian

sebelumnya.
10

B. LANDASAN TEORI

Dalam penelitian ini penulis berdasarrkan teori Fenomentologi,

menurut Jonathan Sarwono (2006) teori Fenomenologi dapat diartikan sebagai

upaya studi tentang pengetahuan yang timbul karena rasa kesadaran ingin

mengetahui. Objek pengetahuan berupa gejala atau kejadian-kejadian yang

terjadi pada suatu objek yang diteliti.

2.1 Pengertian Pendingin

Sistem pendinginan dalam mesin diesel adalah suatu sistem yang

berfungsi untuk menjaga supaya temperatur mesin dalam kondisi yang

ideal. Mesin pembakaran dalam (internal combustion chamber) maupun

pembakaran luar melakukan proses pembakaran untuk menghasilkan energi

dan dengan mekanisme mesin dirubah menjadi tenaga penggerak. Mesin

bukan instrument dengan efisiensi yang sempurna, sebab panas hasil

pembakaran tidak semuanya terkonversi menjadi energi. Sebagian terbuang

melalui saluran pembuangan dan sebagian terserap oleh material disekitar

ruang pembakaran mesin. Mesin dengan efisiensi tinggi memiliki

kemampuan untuk mengkonversi panas hasil pembakaran menjadi energi

yang dirubah menjadi gerakan mekanis, dengan hanya sebagian kecil panas

yang terbuang. Mesin selalu dikembangkan untuk mencapai efisiensi

tertinggi, tetapi juga mempertimbangkan faktor ekonomis, daya tahan,

keselamatan serta ramah lingkungan. Proses pembakaran yang berlangsung

lama dan terus menerus dalam mesin mengakibatkan mesin dalam kondisi

temperature yang sangat tinggi. Temperatur yang sangat tinggi akan

mengakibatkan desain menjadi tidak ekonomis, sebagian besar mesin juga


11

berada dilingkungan yang tidak jauh dengan manusia. Sehingga dapat

menurunkan faktor-faktor keamanan. Temperatur yang sangat rendah juga

tidak terlalu menguntungkan dalam proses kerja mesin. Pendinginan

digunakan agar temperatur mesin terjaga pada batas temperatur kerja ideal.

Prinsip dasar dari pendinginan mesin adalah melepaskan suhu panas

mesin ke udara, tipe langsung dilepaskan udara disebut pendinginan udara

(air cooling), tipe menggunakan cairan atau fluida sebagai perantara disebut

dengan pendinginan air (water cooling). Menurut Suyanto (1982), dalam

bukunya yang berjudul “Pendingin Mesin Penggerak Utama Kapal”

pendinginan mesin dimaksudkan untuk menjaga kestabilan suhu pada

bagian motor, sehingga tidak terjadi kenaikan suhu yang terlalu tinggi

sebagai akibat dari pembakaran bahan bakar di dalam silinder dan gesekan

yang terjadi. Pendinginan motor juga dimaksudkan untuk mengurangi resiko

terjadinya kerusakan pada komponen mesin induk.

Pendinginan pada motor induk sangat dibutuhkan karena temperatur

gas pembakaran didalam silinder dapat mencapai suhu yang sangat tinggi.

Akibat proses pembakaran bahan bakar diruang pembakaran (combustion

chamber) terjadi secara berulang-ulang maka akan terjadi kenaikan suhu

pada dinding silinder, torak, katup dan beberapa bagian yang bergerak

lainnya. Sebagian terjadi proses pendinginan dari minyak lumas, terutama

yang membasahi bagian dinding silinder dan sebagian kecil minyak akan

menguap dan akhirnya akan ikut terbakar bersama bahan bakar. Oleh karena

itu, perlu mendapat pendinginan yang cukup agar temperaturnya tetap pada
12

batas yang telah ditentukan sesuai ketentuan buku petunjuk mesin diesel dan

supaya operasi mesin diesel dapat berjalan dengan baik.

Menurut Utomo (2008:65), dalam artikelnya yang berjudul

“Perannya sea chest sebagai lubang pengisapan untuk suplai air laut

dikapal’’ untuk dapat memenuhi asupan air laut sebagai media pendinginan

mesin induk dikapal, haruslah terpasang instalasi saluran sea chest (kotak

laut) adalah suatu perangkat yang berhubungan dengan air laut yang

menempel pada sisi dalam dari pelat kulit kapal yang berada dibawah

permukaan air dipergunakan untuk mengalirkan air laut kedalam kapal,

sehingga kebutuhan sistem air laut (Sea water sistem) dapat dipenuhi. Pada

kapal-kapal yang berukuran besar, menengah maupun kecil dengan sistem

instalasi permesinan dari mesin induk seluruhnya terletak didalam kamar

mesin (engines room), pada badan kapal bawah air menurut peraturan dari

Biro Klasifikasi harus dipasang suatu bagian konstruksi yang disebut sea

chest, karena dari sea chest inilah kebutuhan air laut dalam kapal dapat

dipenuhi.

Supaya dapat melaksanakan pengisapan air laut dengan baik, maka

antara sea chest dengan sistem-sistem yang memerlukan suplai air laut

dihubungkan dengan pipa-pipa, pompa-pompa, katup-katup, katup

pengaman untuk yang bertekanan tinggi dan peralatan lainnya sehingga

dapat mensuplai air laut sesuai dengan yang dibutuhkan oleh sistem air laut

dalam kapal. Untuk merencanakan bermacam-macam kelengkapan dari

system sea chest diharuskan mengacu pada peraturan Biro Klasifikasi, dan
13

selanjutnya kelengkapan dari sistem sea chest secara garis besar adalah

sebagai berikut:

2.1.1 Sea Chest dan Sistem Air Laut

Menurut Utomo (2008:70) “Sea Chest adalah suatu perangkat yang


berhubungan dengan air laut yang menempel pada sisi dalam dari pelat kulit
kapal yang berada dibawah permukaan air dipergunakan untuk mengalirkan
air laut kedalam kapal sehingga kebutuhan sistem air laut (Sea water
system) dapat dipenuhi.”

Pada kapal-kapal yang berukuran besar, menengah maupun kecil

dengan sistem instalasi permesinan dari mesin induk seluruhnya terletak

didalam kamar mesin, pada badan kapal bawah air menurut peraturan dari

Biro Klasifikasi Tahun 1964 harus dipasang suatu bagian konstruksi yang

disebut sea chest, karena dari sea chest inilah kebutuhan air laut dalam

kapal dapat dipenuhi. Antara sea chest dengan sistem-sistem yang

memerlukan suplai air laut dihubungkan dengan perantara pipa-pipa dari

bermacam-macam ukuran sesuai dengan penggunaannya. Pada pipa-pipa

tersebut terdapat katup-katup yang berfungsi sebagai pembuka dan penutup

aliran air laut, katup tersebut dibuka bila sistem perlu suplai air laut dan

ditutup bila sistem sudah tidak perlu lagi. Misalnya mesin induk dimatikan

saat kapal sandar di pelabuhan, maka katup air laut yang menuju ke mesin

induk ditutup, tetapi karena kapal masih memerlukan suplai arus listrik

untuk bongkar muat dari mesin bantu, maka katup air laut yang menuju

mesin bantu tetap dibuka, dengan kata lain bahwa pembukaan dan

penutupan katup pada pipa-pipa perantara tersebut dilakukan sesuai dengan

kebutuhan kapal dalam eksploitasinya, dan diharapkan bahwa sea chest

mampu menyediakan air laut yang dibutuhkan oleh kapal untuk suplai
14

sistem air laut dari kapal diam sampai kapal bergerak dan beroperasi.

Kinerja dari sistem air laut dalam kapal tergantung dari suplai air laut yang

di isap oleh sea chest, jadi sistem air laut dapat beroperasi secara penuh

apabila sea chest mampu mengisap air laut sesuai dengan kebutuhannya.

2.1.2 Kelengkapan Sea Chest

Supaya dapat melaksanakan pengisapan air laut dengan baik, maka

antara sea chest dengan sistem-sistem yang memerlukan suplai air laut

dihubungkan dengan pipa-pipa, pompa-pompa, katup-katup, katup

pengaman untuk yang bertekanan tinggi dan peralatan lainnya sehingga

dapat mensuplai air laut sesuai dengan yang dibutuhkan oleh sistem air laut

dalam kapal. Untuk merencanakan bermacam-macam kelengkapan dari

system sea chest diharuskan mengacu pada peraturan Biro Klasifikasi, dan

selanjutnya kelengkapan dari sistem sea chest secara garis besar adalah

sebagai berikut:

2.1.2.1 Plat dinding sea chest

Sea chest adalah berupa kotak yang menampung air

laut terbuat dari baja, padanya dipasang beberapa pipa-pipa

untuk mengalirkan air laut, pipa peniup udara, pipa

pembuangan udara dan lain-lain, sehingga sea chest dapat

bekerja sesuai dengan tujuannya.


15

2.1.2.2 Strainer

Strainer adalah suatu alat berbentuk kotak atau silinder

yang biasanya dipasang pada pipa ke mesin induk, pipa ke

mesin bantu atau pada pipa by pass. Alat ini berfungsi sebagai

jebakan kotoran dari laut, dalam strainer tersebut dipasang

filter.

Gambar 2.1 : Strainer


Sumber gambar www.cla-val.com

2.1.2.3 Sea grating

Sea grating adalah saringan atau kisi-kisi yang dipasang

pada sea chest untuk mencegah masuknya benda-benda yang

tidak dikehendaki dari laut kedalam sistem pipa didalam kapal.

Jadi fungsi sea grating adalah menyaring air laut sebelum masuk

kedalam kotak sea chest, yang merupakan saringan awal sebelum

air laut masuk kedalam sistem melewati strainer dan filternya.


16

Sea grating ini diikat menggunakan baut tahan korosi, yang

kemudian baut-baut ini antara satu dan lainnya diikat atau dikunci

dengan menggunakan kawat agar baut tidak terlepas.

Gambar 2.2 : Sea Grating


Sumber gambar www.psomakara.gr

2.1.2.4 Pipa peniup udara

Pipa ini menghubungkan antara kotak sea chest dengan

kompresor udara atau tabung udara tekan, yang digunakan untuk

meniupkan udara kekotak sea chest. Apabila saringan sea chest

kotor atau tersumbat oleh kotoran-kotoran yang mengakibatkan

suplai air laut keseluruh sistem tidak lancar sehingga mengurangi

debit air yang dibutuhkan. Untuk stop atau meniup udara diatur

oleh satu katup (valve), yang dapat dioperasikan secara manual

ataupun otomatis yang dapat dikendalikan dari ruang kemudi.


17

2.1.2.5 Pipa pembuangan udara

Adanya udara yang terjebak dalam kotak sea chest,

yang mungkin berasal dari gelembung-gelembung udara dari

haluan yang menyusur dasar kapal dan terjebak di sea chest,

atau kapal sedang oleng atau miring sehingga udara masuk

ke sea chest, dari putaran baling-baling saat kapal mundur atau

udara dari sisa tiupan udara kompresor. Apabila udara

dalam sea chest ini dibiarkan akan merugikan seluruh sistem,

terutama pada sistem pendingin mesin. Karena air pendingin

yang di isap tidak sepenuhnya berupa air laut, tapi bercampur

dengan gelembung-gelembung udara, sehingga dapat

menyebabkan mesin menjadi panas. Dapat pula berakibat jelek

pada pompa-pompa yang mengisap air dari sea chest tersebut.

2.1.2.6 Katup

Semua sistem perpipaan dalam kamar mesin selalu

dilengkapi dengan katup yang berfungsi sebagai pintu untuk

membuka dan menutup aliran air laut, sebagai pengaman pula

bila suatu saat aliran air harus dipompa karena kebocoran, atau

karena untuk pemadam kebakaran dan lain-lain. Untuk ukuran

valve harus disesuaikan dengan ukuran pipanya.


18

2.2 Jenis-Jenis Pendinginan

Pendinginan yang sering kali digunakan pada mesin-mesin diesel

penggerak utama kapal ada dua jenis, yaitu:

2.2.1 Pendinginan Tak Langsung (Indirect Cooling System)

Pendinginan tak langsung (indirect cooling system) adalah

Didalam sistem ini terdapat dua media pendingin, yaitu media air

tawar (fresh water) dan air laut (sea water). Dimana air laut

digunakan untuk mendinginkan air tawar tersebut, setelah air tawar

menyerap panas (kalor) dari mesin induk kapal. Setelah itu air laut

langsung dibuang keluar kapal dan air tawar tetap bersikulasi

didalam siklus yang tertutup. Sistem ini mempunyai efisiensi yang

lebih tinggi dan dapat mendinginkan bagian-bagian mesin secara

merata dan menyeluruh. Keuntungan lain yang didapat dari sistem

pendinginan tak langsung ini adalah dapat mengurangi terjadinya

resiko karat (korosi). Namun ada kerugian atau kekurangan dari

sistem pendinginan tak langsung ini adalah terlalu banyak

Gambar 2.3 : Sistem Pendingin Tak Langsung


19

menggunakan ruangan untuk alat-alat utamanya. Berikut ini skema

gambar dalam bentuk sederhana sistem pendinginan tak langsung:

Keterangan gambar skema sistem pendinginan tak langsung:

1. Sea Chest Bagian Bawah (Lower Sea Chest)

2. Sea Chest Bagian Atas (Upper Sea Chest)

3. Katup (Valve)

4. Saringan Sea Chest (Strainer Sea Chest)

5. Saluran Pipa Penghubung Sea Chest (Sea Chest Crossover Pipe

Line)

6. Mesin Penggerak Utama (Main Propulsion Engine)

7. Saringan Pompa Pendingin Air Laut (Sea Water Cooling Pump

Filter)

8. Pompa Pendingin Air Laut (Sea Water Cooling Pump)

9. Bejana Pendingin Air Tawar (Fresh Water Cooler)

10. Katup Buang Kelaut (Overboat Discharging Valve)

11. Pompa Pendingin Air Tawar (Fresh Water Cooling Pump)

12. Saringan Pompa Air Tawar (Fresh Water Pump Filter)

13. Tangki Persediaan Air Tawar (Fresh Water ExpansionTank)

14. Katup Persediaan Air Tawar (Fresh Water Expansion Valve)

Keterangan warna pada saluran pipa:

Hijau adalah saluran air laut (sea Water)

Biru adalah saluran air tawar (fresh water)


20

2.2.2 Pendinginan Langsung (Direct Cooling System)

Pendinginan langsung adalah sebuah sistem pendinginan yang

hanya menggunakan satu media pendinginan saja, yakni hanya

menggunakan media pendingin air laut. Adapun proses dari

pendinginan ini dengan cara air laut langsung diambil dari katup

kingstone, melalui saringan lalu dihisap dan ditekan dengan pompa

air laut. Katup kingstone adalah katup yang berguna untuk mengatur

masuknya air laut kedalam saluran sea chest, dengan cara

mengangkat gerbang penutupnya yang berbentuk bulat atau persegi

panjang. Katup ini yang sering kali digunakan pada instalasi saluran

sea chest kapal. Kemudian air laut langsung disirkulasikan keseluruh

bagian-bagian mesin yang membutuhkan pendinginan, setelah itu air

laut langsung dibuang keluar kapal. Terdapat beberapa saringan pada

pipa penghisap air laut dan sea chest, yang mana berfungsi sebagai

panghalau masuk atau terhisapnya benda-benda asing yang tidak

dikehendaki seperti pasir dan kotoran atau debu dari air laut yang

dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pada saluran pendingin

mesin induk.

Bila ditinjau dari segi konstruksinya sistem pendinginan secara

langsung memiliki keuntungan, yaitu lebih sederhana dan daya yang

dibutuhkan untuk sirkulasi air lebih kecil dibandingkan dengan

sistem pendinginan secara tidak langsung. Selain dari pada itu dapat

menghemat pemakaian peralatan, karena pada sistem ini tidak


21

memerlukan tangki air penampungan. Dan tidak memerlukan banyak

pompa untuk mensirkulasikan air pendingin mesin induk. Akan

tetapi terdapat kerugian pada sistem pendinginan secara langsung,

pada instalasi saluran jalur pipanya akan sangat mudah sekali terjadi

pergerakan karat (korosi). Karena air laut bersifat korosif serta air

pendingin sangat terpengaruh dengan temperatur air laut. Berikut ini

dapat dilihat skema gambar yang sederhana dari sistem pendinginan

mesin induk secara langsung. Pada gambar dibawah ini:

Gambar 2.4 : Sistem Pendinginan Langsung

Keterangan gambar skema sistem pendinginan langsung:

1. Sea Chest Bagian Bawah (Lower Sea Chest)

2. Sea Chest Bagian Atas (Upper Sea Chest)

3. Katup (Valve)
22

4. Saringan Sea Chest (Strainer Sea Chest)

5. Saluran Pipa Penghubung Sea Chest (Sea Chest Crossover Pipe Line)

6. Mesin Penggerak Utama (Main Propulsion Engine)

7. Saringan Pompa Pendingin Air Laut (Sea Water Cooling Pump Filter)

8. Pompa Utama PendinginAir Laut (Sea Water Cooling Main Pump)

9. Pompa Pendingin Air Laut Darurat (Emergency Sea Water Cooling

Pump)

10. Katup Buang Kelaut (Overboat Discharging Valve)

Keterangan warna pada saluran pipa:

Hijau adalah air laut (Sea water)

Dengan melihat gambar skema jenis-jenis sistem pendinginan yang

sederhana ini dapat dengan mudah dipelajari dan dipahami bagaimana

sistem pendinginan yang sering ditemukan dan digunakan pada mesin induk

kapal.

2.3 FUNGSI PENDINGINAN

Menurut Sanjaya (2012), dalam artikelnya yang berjudul “Sistem

Pendingin Di Kapal” pada dasarnya pendinginan mesin induk berfungsi

untuk menurunkan atau menjaga suhu mesin agar tetap terjaga dalam

kondisi normal dan stabil. Sehingga tidak terjadi kenaikan suhu yang terlalu

tinggi sebagai akibat dari proses pembakaran bahan bakar di dalam silinder

serta gesekan yang terjadi pada bagian-bagian mesin. Pendinginan mesin


23

induk juga dimaksudkan untuk mengurangi resiko terjadinya kerusakan

yang lebih parah.

Pendinginan pada motor induk sangat dibutuhkan karena temperatur

gas pembakaran didalam silinder sangat tinggi. Akibat dari proses

pembakaran terjadi secara berulang–ulang maka akan terjadi kenaikan suhu

pada dinding silinder, torak, katup dan beberapa bagian yang bergerak

lainnya. Sebagian terjadi proses pendinginan dari minyak lumas, terutama

yang membasahi bagian dinding silinder dan sebagian kecil minyak akan

menguap dan akhirnya akan ikut terbakar bersama bahan bakar. Oleh karena

itu, perlu mendapat pendinginan yang cukup agar temperaturnya tetap

terjaga pada batas yang telah ditentukan sesuai dengan ketentuan dari buku

petunjuk pedoman mesin. Dan juga supaya pengoperasian mesin dapat

berjalan lancar.

Adapun tujuan utama dari pendinginan menurut Daryanto (1987:213),

dalam bukunya yang berjudul “Teknik Pesawat Tenaga” adalah sebagai

berikut:

1. Mencegah terbakarnya lapisan pelumas pada dinding silinder.


2. Mengurangi tegangan panas pada bagian silinder, torak, dan katup.
3. Menaikan efisiensi thermal.
4. Pendinginan itu memungkinkan pelumasan motor.
24

2.4 Bagian-Bagian Mesin Yang Didinginkan

2.4.1 Kepala Silinder

Kepala silinder (Cylinder head) adalah merupakan konstruksi

mesin yang terletak dibagian atas dari blok silinder, yang mana

berguna untuk menutup blok mesin bagian atas. Dimana antara

kepala silinder dan blok silinder dapat dipisahkan. Pada umumnya

kepala silinder terbuat dari bahan paduan besi baja tuang yang tahan

akan panas dengan suhu tinggi. Didalam konstruksi kepala silinder

terdapat lubang-lubang yang berfungsi untuk saluran air pendingin,

ruang rongga untuk pembakaran, lubang untuk kedudukan nozzle

pengabut (injector nozzle), lubang untuk kedudukan katup masuk

dan katup buang serta untuk kerja mekanis katup lainnya, lubang

untuk kedudukan baut pengikat mesin dan tempat dudukan kaitan

mesin.

2.4.2 Blok Silinder

Blok Silinder (Cylinder block) adalah merupakan bentuk dasar

dari pada suatu mesin, dan pada blok silinder terdapat beberapa buah

silinder. Blok slinder biasanya terbuat dari besi baja tuang, tetapi

seiring perkembangan teknologi yang semakin pesat. Maka sekarang

blok silinder dibuat dari paduan alumunium, dengan maksud untuk

mengurangi berat serta menambah panas radiasi. Blok silinder

merupakan rumah dari mekanisme engkol, pada blok silinder juga


25

terdapat silinder yang digunakan piston untuk naik turun ketika

mesin bekerja.

Secara garis besarnya blok slinder berfungsi sebagai

kedudukan silinder dan kepala silinder, sebagai rumah mekanisme

engkol (poros engkol, batang torak, torak dll), tempat terjadinya

langkah proses pembakaran dan sebagai tempat dudukan silinder

liner.
28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses dari suatu rangkaian langkah-

langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis, guna

mendapatkan pemecahan masalah atau jawaban terhadap pernyataan-

pernyataan tertentu.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif. Menurut

Sugiyono (2003:11) Penelitian kualitatif adalah penelitian yang

menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti

transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan

lain-lain.

Sehingga metode penelitian berisi pengetahuan yang mengkaji

ketentuan mengenai metode-metode yang digunakan dalam penelitian. Pada

umumnya penelitian merupakan refleksi keinginan untuk memperoleh dan

mengembangkan pengetahuan yang merupakan kebutuhan dasar manusia

sehingga menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.

Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk

memecahkan masalah-masalah aktual yang dihadapi serta mengumpulkan

data atau informasi untuk disusun, dijelaskan dan selanjutnya dianalisis.


29

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penulis akan melakukan penelitian, pada saat penulis akan

melaksanakan Praktek Laut (PRALA) yang dilaksanakan pada

semester IV dan V.

2. Tempat Penelitian

Penulis akan melaksanakan penelitian diatas kapal niaga milik

perusahaan pelayaran swasta dimana penulis melakukan praktek

layar.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan data yang merupakan informasi yang

diperoleh penulis melalui pengamatan langsung dan wawancara. Dari

sumber-sumber ini diperoleh data sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

sumber pertama melalui prosedur dan dicatat. Dalam hal ini penulis

memperoleh data primer dengan cara langsung dari hasil wawancara

dengan pihak terkait, yang mengetahui tentang permasalahan yang

akan penulis angkat. Penulis memperoleh dari hasil wawancara atau

berdiskusi dengan masinis, yang bertanggung jawab untuk Sistem

Pendingin Mesin, dan masinis lain yang di kapal. (Jonathan

Sarwono,2006:129).
30

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak

langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip

resmi, yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis,

selain dari sumbernya yang diteliti. Data ini diperoleh dari buku-

buku dan internet yang berkaitan dengan obyek penelitian proposal

atau yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas,

yang diperlukan sebagai pedoman teoritis dan ketentuan formal

dari keadaan nyata dalam observasi. Serta dari informasi lain yang

telah disampaikan pada saat kuliah. (Jonathan Sarwono,2006:129).

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang

penulis lakukan sebelumnya, maka dalam penyusunan proposal ini

dibutuhkan suatu pengamatan. Sehingga mampu mendapatkan data

yang benar, agar tujuan penulisan dapat tercapai dan sesuai dengan

judul yang penulis ambil. Disini penulis menggunakan beberapa

metode dalam penulisan penelitian ini.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan kelengkapan informasi sesuai dengan fokus

penelitian maka dijadikan metode pengumpulan data sebagai berikut :

1. Metode Observasi

Buku yang berjudul Metodologi Penelitian & Teknik

Penyusunan Skripsi dalam halaman 104 POLTEKPEL Surabaya.

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui


31

suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap

keadaan atau perilaku objek sasaran. Metode ini dilakukan melalui

pengamatan langsung pada obyek, dalam hal ini yaitu saluran Sea

chest sebagai penyedia media pendingin mesin, baik konstruksi,

cara pengoperasian dan perawatan, serta permasalahan yang sering

terjadi dan cara penggunaannya.

Tujuan penulis mengadakan observasi adalah agar mengerti

akan keadaan obyek yang dijadikan topik yaitu sistem pendingin

mesin secara menyeluruh dan langsung, untuk memberi kesesuaian

antara keterangan-keterangan yang diperoleh dengan keadaan yang

sebenarnya terjadi.

2. Metode Wawancara

Buku yang berjudul Metodologi Penelitian & Teknik

Penyusunan Proposal dalam halaman 105 POLTEKPEL Surabaya.

Interview adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya

jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang

dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh pihak

yang diwawancarai. Metode wawancara ini sangat efektif untuk

mendapatkan penjelasan yang lebih rinci mengenai pertanyaan–

pertanyaan atau banyak hal yang tidak dipahami dalam hal

permasalahan yang berhubungan dengan topik yang akan dibahas.

Adapun tujuan pokok dari wawancara adalah agar

memperoleh keterangan-keterangan secara langsung mengenai

obyek yang dituju, dan mendapatkan data-data serta jawaban-


32

jawaban yang penulis belum mengerti dan belum tahu yang

menjadi pokok permasalahan proposal ini, karena dengan

wawancara akan memperoleh data-data yang aktual.

3.5 Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini subjek penulis atau informan merupakan awak

kapal sehari-hari yang bersinggungan dengan masalah keselamatan dan

kesehatan kerja. (Dilakukan pada saat nanti selama penulis melakukan

praktek laut/PRALA).

3.6 Teknik Analisis Data

Penyajian untuk penulisan proposal ini adalah menggunakan metode

Deskriptif. Yaitu penulisan yang berisi paparan dan uraian mengenai suatu

obyek permasalahan yang timbul pada saat tertentu.

Metode ini digunakan untuk memaparkan secara rinci dengan tujuan

memberikan informasi mengenai masalah yang timbul dan berhubungan

dengan materi pembahasan proposal ini.

Dalam pemaparan proposal ini penulis menggunakan jenis penelitian

studi kasus. Adapun ciri-ciri penelitian studi kasus antaranya adalah:

1. Merupakan penelitian yang mendalam tentang suatu unit tertentu

yang hasilnya merupakan gambaran lengkap dan terorganisasi

dengan baik tentang studi kasus tersebut.

2. Cenderung untuk meneliti jumlah unit yang kecil tetapi variable dan

kondisi yang besar jumlahnya.


33

Analisis data:

a. Memfokuskan data dengan tema penelitian.

b. Mengurutkan dan mengelompokkan data.

c. Menyimpulkan hasil analisa berdasarkan hipotesis.

d. Menyampaikan saran-saran terhadap permasalahan tersebut

yang nantinya dapat dikembangkan lebih lanjut.

Aktivitas dalam pengolahan dan analisis data

meliputi data reduction, data display, conclusion

drawing/verification. Langkah-langkah tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Data Collecting (Pengumpulan Data)

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang

dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis

dan dipermudah olehnya. Instrumen pengumpulan data adalah

cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk

mengumpulkan data. Instumen sebagai alat bantu dalam

menggunakan metode pengumpulan data merupakan sarana

yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket,

perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala

dan sebagainya.

2. Data Reduction (Merangkum Data)

Melakukan reduksi data dapat diartikan sebagai upaya

merangkum dan memilih hal-hal pokok serta memfokuskan diri


34

pada data yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Pada

kenyataannya, data temuan di lapangan biasanya sangat

beragam dan heterogen, sehingga perlu dilakukan pemilahan

dan penyusunan secara sistematis agar diperoleh data yang

dibutuhkan.

3. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data di reduksi, tahap berikutnya adalah

melakukan display atau penyajian data sehingga temuan dapat

digambarkan secara utuh, menyeluruh, sehingga bagian-bagian

pokoknya terlihat jelas untuk memudahkan pemaknaan.

Sugiyono (2010) menyatakan bahwa penyajian data dalam

penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui uraian singkat,

bagian, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya.

4. Conclusion and Verification (Kesimpulan Dan Verifikasi)

Tahapan berikutnya dari analisis data adalah penarikan

kesimpulan (konklusi) dan verifikasi. Berdasarkan reduksi dan

display data temuan penelitian, peneliti dapat menarik

kesimpulan. Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif,

pada dasarnya masih bersifat sementara, karena data hasil

temuan harus diverifikasi dan dicek keabsahannya melalui

berbagai teknik.

Verifikasi yang dilakukan bertujuan untuk mempertajam

pemaknaan temuan, sehingga diperoleh kesimpulan yang benar-

benar menggambarkan realita.


DAFTAR PUSTAKA

Budi Utomo, (2008). Instalasi Saluran Sea Chest Kapal. ejournal-


s1.undip.ac.id/index.php/naval/article/download/

Daryanto, 1984:213. Teknik Pesawat Tenaga.

Hariyanto Gosali, (2013). http://hariyantogasali89.blogspot.co.id/2013/05/


menurunnya-tekanan-pompa-air-laut.html

Ir. Bambang Supangat, Ir. Petrus Adrianto, 1982, Pengetahuan Mesin Kapal 1,
Depdikbud, Jakarta.

Japan International Cooperation Agency (JICA) Perpustakaan POLTEKPEL SBY


BukuPermesinanKapalJilid III, SistempendinginBagian 7 (hal : 106-114)

Jonathan Sarwono, 2006:129. Jenis Penelitian.

Muhammad Wahyudin (2008). Sistem Pendingin Mesin Kapal.


http://kapal cargo_sistem pendingin kapal.html

P. Van Maanen, Motor Diesel KapalJilid 1, Pendingin Motor danSistemPendingin


Bab. 8 (8.1-8.22)

POLTEKPEL-SBY.(2014). PedomanPenulisanKaryaIlmiahTerapan. Surabaya:


TimPOLTEKPEL-SBY.

Sugiyono, 2011:60. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Sanjaya, (2012). Sistem Pendingin Di Kapal.

Suryabrata, (2006).Metode Penelitian, Yogyakarta.

Suyanto, (1984). Pendingin Mesin Penggerak Utama Kapal.

Anda mungkin juga menyukai