Anda di halaman 1dari 78

Capt. ISMAIL, S.E., M.M., M.

Mar

AKADEMI MARITIM INDONESIA - AIPI MAKASSAR


2021
BRIDGE
RESOURCE
MANAGEMENT
( BRM )

MANAJEMEN SUMBER DAYA ANJUNGAN


Capt. ISMAIL, S.E., M.M., M.Mar

2021

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT atas segala rezeki

dan limpahan rahmat-Nya yang telah memberi kesempatan , kesehatan dam

kekuatan kepada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan modul Bridge

Resource Management ( BRM ).

Modul ini disusun sebagai pedoman untuk para pengajar / dosen, dan

peserta Diklat yang akan mengikuti Diklat BRM di kampus AMI AIPI Makassar

sesuai acuan Silabus PK 07 BPSDM Perhubungan . Adapun tujuan lain dari

penyusunan modul ini diantaranya adalah :

1. Memudahkan Dosen dan peserta dalam melaksanakan Diklat BRM.

2. Mengenalkan kepada peserta diklat mengenai peralatan navigasi di

anjungan yang terbaru saat ini.

3. Peserta Diklat mampu mengoperasikan peralatan navigasi yang ada di Full

Bridge Mission Simutaor di Kampus Biru AMI AIPI Makassar.

4. Meningkatkan kerjasama tim yang dikendalikan di anjungan.

5. Meminimalkan Human Error yang selama ini menjadi momok

menakutkan di dunia pelayaran.

Dalam penyusunan modul ini penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada bapak Direktur AMI AIPI Makassar yakni Bapak Andi Muhammad Yani,

ST, MM yang telah memberi izin atas penggunaan fasilitas berupa ruangan dan

alat-alat navigasi di kampus tercinta ini, sehingga modul ini selesai tepat pada

waktunya. Disamping itu, penulis ucapkan terima kasih juga kepada para dosen,

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page i


tata usaha (staff), UPT daan sarana prasarana, QMR atau unit penjaminan mutu,

serta Taruna dan Taruni ( yang terlibat dalam penyusunan modul ini ) yang

banyak membantu dan kerja sama yang baik dalam proses penyusunan modul ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan modul ini jauh dari sempurna,

karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis sehingga membutuhkan saran

dan kritik yang sifatnya membangun. Penulis juga berharap semoga modul ini

berguna dalam memandu para dosen/pengajar dan peserta Diklat dalam proses

perkuliahan yang dilaksanakan di kampus tercinta ini.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih

Makassar, Juli 2021

Penulis

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page ii


DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. iii

BAB I PRINSIP-PRINSIP DASAR MANAJEMEN SUMBER DAYA

ANJUNGAN

1.1 Definisi Manajemen Sumber daya manusia ......................... 1

1.2 Elemen Kritis BRM .............................................................. 2

BAB II TANGGUNG JAWAB

2.1 Prosedur dan Organisasi di Anjungan .................................. 6

2.1.1 Struktur Organisasi Bagian Dek ................................ 7

2.2 Tugas dan Tanggung jawab Crew Kapal .............................. 8

BAB III KEPEMIMPINAN

3.1 Definisi Kepemimpinan ........................................................ 20

3.1.1 Gaya-Gaya Kepemimpinan Yang Terkenal ..................... 29

3.2 Pengambilan Keputusan ........................................................ 37

3.2.1 Identifikasi Masalah dan Diagnosa ............................ 37

BAB IV MENDAPATKAN DAN MENJAGA KEWASPADAAN SITUASI

4.1 Kewaspadaan Situasi ............................................................. 39

4.2 Penyebab Kecelakaan dan Pencegahannya ................................ 39

4.2.1 Faktor Kesalahan Manusia ......................................... 42

4.2.2 Hubungan Antara Faktor Manusia, Faktor Lingkungan, dan

Faktor Peralatan Dalam Kecelakaan Dan Insiden ..... 43

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page iii


4.3 Stres, Kelelahan dan Irama Tubuh ......................................... 45

4.3.1 Stres ........................................................................... 45

4.3.2 Kelelahan dan Bahasa Tubuh ..................................... 46

4.3.3 Hubungan Berbahaya Antara Kelelahan dan Kewaspadaan

Situasi .............................................................................. 49

4.4 Pertimbangan Terhadap Pengalaman Anggota Tim .............. 50

BAB V SIMULASI 1 ALUR PELAYARAN SEMPIT DAN RAMAI

5.1 Menyiapkan Rencana Pelayaran dari Pelabuhan Ke Pelabuhan 51

5.2 Memperhatikan Efek Perairan Dangkal ................................. 52

5.3 Mempraktekkan Berlayar di Perairan Dangkal Sebuah Kapal 52

BAB VI SIMULASI 2 MERENCANAKAN DAN MELAKSANAKAN

PELAYARAN DALAM SITUASI NORMAL DAN DARURAT

6.1 Rencana Pelayaran Kapal ...................................................... 54

6.2 Tema-tema yang akan dipraktekkan ..................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 67

LAMPIRAN ............................................................................................... 68

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page iv


BAB I

PRINSIP – PRINSIP DASAR

MANAJEMEN SUMBER DAYA ANJUNGAN

1.1 Definisi Manajemen Sumber daya manusia (Bridge Resource

Management)

Bridge Resource Management atau Manajemen Sumber Daya Anjungan

didefinisikan sebagai teknik penggunaan semua sumber daya yang tersedia dalam

pengoperasian kapal di Anjungan dengan cara yang aman, efisien dan optimal.

Ada 3 (tiga) Sumber Daya yang tersedia di Anjungan yaitu :

• Manusia (Human)

• Peralatan (Equipment)

• Informasi (Information)

Manajemen sumber daya anjungan atau BRM diadopsi pada awal 1990-an

oleh industri maritim sebagai alat manajemen keselamatan dan kesalahan dan kini

telah menjadi bagian integral dari pelatihan Crew. BRM memanfaatkan semua

sumber daya yang tersedia termasuk peralatan dan informasi serta sumber daya

manusia untuk mencapai operasi yang aman. BRM memainkan peran penting

dalam lingkungan dimana kesalahan manusia dapat memiliki efek yang

menghancurkan. Ini telah terbukti menjadi alat penting untuk meningkatkan

keselamatan di industri maritim dan dengan demikian mencegah terulangnya

insiden. Dengan demikian dapat membantu mendukung pelaksanaan operasi yang

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 1


lebih aman dan efisien dengan memadukan keterampilan teknis dan keterampilan

manusia.

BRM dapat disebut sebagai pengelolaan dan pemanfaatan yang efektif dari

semua sumber daya, manusia dan teknis, yang tersedia untuk tim anjungan, untuk

memastikan penyelesaian pelayaran kapal dengan aman.

1.2 Elemen Kritis BRM

Manajemen sumber daya anjungan (BRM) mencakup beberapa elemen

penting yang tanpanya tidak dapat mencapai tujuan akhirnya. Beberapa dari mereka

terdaftar di bawah ini:

1. Komunikasi

Kelompok pertama keterampilan brm termasuk yang terkait dengan

komunikasi yang efektif. komunikasi yang baik antara anggota kru adalah

kunci sukses BRM. transfer informasi yang efektif adalah proses yang

kompleks. Ini membutuhkan informasi yang disampaikan saat dibutuhkan,

dipahami dan diakui oleh penerima dan diklarifikasi jika diperlukan. Dalam

banyak kasus terlihat bahwa informasi yang dibutuhkan selalu ada tetapi tidak

tersedia bagi mereka yang membutuhkannya pada waktu yang tepat. Pesan

itu tidak diterima atau disalahpahami. Penyebab umum lainnya dari insiden

besar adalah pesan yang tidak akurat, tidak lengkap, ambigu, atau kacau.

Penting bagi anggota kru untuk mengakui dan mengulangi perintah untuk

memastikan bahwa mereka dipahami dengan baik. Interaksi terus menerus

antara manusia dan peralatan menyebabkan kapal dinavigasi dengan cara

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 2


yang aman dan efisien. Sudah menjadi tugas seluruh perwira dan awak kapal

untuk melakukan cross check dan cross question. Hanya dengan demikian

komunikasi yang efektif dapat dicapai. Penting juga untuk menjaga bahasa

yang sama di atas kapal sehingga komunikasi dapat menjadi lebih mudah dan

lebih cepat.

2. Kerjasama Tim

BRM berfokus pada pembangunan tim dan kerja tim. bekerja dalam tim

membantu mengatasi tantangan bersama yang dihadapi oleh anggota kru

setiap hari. Pendekatan tim memastikan bahwa semua anggota kru terlibat

dalam pemecahan masalah dan tidak hanya sekadar penonton. Kita harus

ingat pepatah terkenal oleh Henry Ford, “Datang bersama adalah awal,

menjaga bersama adalah kemajuan dan bekerja bersama adalah kesuksesan”.

Diskusi tim sangat penting untuk pembelajaran dan penyempurnaan BRM.

Tim yang baik harus mengantisipasi situasi berbahaya dan mengenali

perkembangan rantai kesalahan. Di anjungan, petugas jaga dan petugas

pengintai harus bekerja sebagai satu tim untuk memastikan navigasi yang

aman. Navigasi yang aman dan efektif bukanlah pekerjaan satu orang karena

ada banyak aspek yang harus diperhatikan. Adalah penting bahwa tim

jembatan berbagi pandangan yang sama tentang bagian yang dimaksudkan.

Jika ada keraguan personel pengintai harus angkat bicara. Setiap individu

dapat berkontribusi dengan cara terbaiknya dan menghasilkan ide-ide yang

lebih baik ketika bekerja sebagai sebuah tim.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 3


3. Kesadaran Situasional

Setiap pelaut harus berpikir dan merencanakan jauh-jauh hari sebelumnya.

petugas serta awak kapal harus menyadari kondisi eksternal dan internal yang

dapat mempengaruhi keselamatan kapal. Pelaut harus menjaga mata dan

telinga mereka terbuka dan aktif setiap saat dan bersiap untuk hal yang tidak

terduga. Selalu penting untuk menghubungkan apa yang terjadi di masa

sekarang dengan apa yang telah terjadi di masa lalu dan apa yang mungkin

terjadi di masa depan.

Mengabaikan detail penting atau acuh tak acuh terhadap apa yang terjadi di

sekitar, keduanya dapat menurunkan kesadaran situasional. kita harus selalu

waspada untuk menghindari kecelakaan. Memperhatikan situasi yang sedang

berlangsung meningkatkan waktu respons untuk menangani peristiwa tak

terduga dengan aman. Ini adalah masalah umum untuk disibukkan dengan

masalah kecil dan kehilangan gambaran besar. Kerusakan kesadaran

situasional dapat mengakibatkan insiden dan kecelakaan. Petugas sering

cenderung duduk di depan radar atau berdiri di satu posisi daripada berjalan

dari satu sisi sayap jembatan ke sisi lainnya. mereka tidak menyadari apa yang

sebenarnya terjadi di luar jendela jembatan di daerah berlayar yang sangat

sering dikunjungi. Mengantisipasi dan merespon dengan benar terhadap

perubahan situasi kapal dapat mengurangi hampir celaka. Kesadaran

situasional selalu penting ketika melakukan manuver di area terbatas dalam

cuaca buruk di mana risikonya harus jelas. dengan kesadaran, seseorang tidak

dapat berbuat salah dan tanpa kesadaran, seseorang tidak dapat berbuat baik.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 4


Oleh karena itu yang diperlukan adalah menjaga agar benang kesadaran tetap

berjalan melalui semua tindakan kita.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 5


BAB II

TANGGUNG JAWAB (Responsibility)

2.1 Prosedur dan Organisasi di Anjungan (Bridge Organization and Procedure)

Struktur organisasi kapal terdiri dari seorang Nakhoda selaku pimpinan

umum di atas kapal dan Anak Buah kapal yang terdiri dari para perwira kapal dan

non perwira/bawahan (subordinate crew).

Struktur organisasi kapal diatas bukanlah struktur yang baku, karena tiap

kapal bisa berbeda struktur organisaninya tergantung jenis, fungsi dan kondisi kapal

tersebut. Selain jabatan-jabatan tersebut dalam contoh struktur organisasi kapal

diatas, masih banyak lagi jenis jabatan di kapal, diluar jabatan Nakhoda. Misalnya

di kapal pesiar ada jabatan-jabatan Bar-tender, cabin-boy, swimming-pool boy,

general purpose dan lain sebagainya. Dikapal lain misalnya terdapat jabatan juru

listrik (electrician), greaser dan lain sebagainya.

Semua orang yang mempunyai jabatan di atas kapal itu disebut Awak kapal,

termasuk Nakhoda, tetapi Anak kapal atau Anak Buah Kapal (ABK) adalah semua

orang yang mempunyai jabatan diatas kapal kecuali jabatan Nakhoda.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 6


2.1.1 Struktur Organisasi Bagian Dek (Deck Department Organization)

Berikut adalah sebuah contoh struktur organisasi diatas kapal :

NAKHODA

DECK DEPT. ENGINE DEPT. CATERING


- MUALIM 1
(CHIEF OFFICER)
- KEPALA KAMAR DEPT.
MESIN / KKM
- MUALIM 2
(CHIEF ENGINEER) - KOKI (COOK)
(SECOND OFFICER)
- MASINIS 1 - PELAYAN
- MUALIM 3
(FIRST ENGINEER) (MESS BOY)
(THIRD OFFICER)
- MASINIS 2
(SECOND ENGINEER)
- BOSUN/SERANG - MASINIS 3
(BOATSWAIN) (THIRD ENGINEER)
- JURU MUDI (AB)
- KELASI (OS) - JURU LISTRIK
- JURU POMPA (ELECTRICIAN)
(PUMPMAN)
- MANDOR
(ENGINE FOREMAN)
- JURU LAS
(WELDER/FITTER)
- JURU MINYAK
(OILER)
- JURU LAP (WIPER)

1. Nakhoda / Master / Captain adalah pemimpin diatas kapal dan penanggung

jawab selama pelayaran.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 7


2. Mualim I / Chief Officer adalah bertugas mengatur muatan (barang dan

penumpang), persediaan air tawar dan sebagai pengatur arah navigasi.

3. Mualim 2 / Second Officer adalah bertugas membuat haluan sejati atau jalur

rute peta pelayaran yang akan dilalui dan juga pengatur arah navigasi.

4. Mualim 3 / Third Officer adalah bertugas mengatur, memeriksa, memelihara

semua alat-alat keselamatan kapal dan juga bertugas sebagai pengatur arah

navigasi.

5. Bosun atau Serang atau Boatswain (Kepala kerja bawahan)

6. Jurumudi atau Able Bodied Seaman (AB)

7. Kelasi atau Ordinary Seaman (OS) atau Sailor

8. Juru Pompa atau Pumpman, khusus kapal-kapal tanker (kapal pengangkut

cairan)

9. Juru masak / Cook bertanggung jawab atas segala makanan, baik itu

memasak, pengaturan menu makanan, dan persediaan makanan.

10. Pelayan / Mess boy bertugas membantu Juru masak

2.2 Tugas dan Tanggung jawab Crew Kapal

1. Nahkoda / Master

Undang-Undang No.17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Pasal 1 No. 41

dengan tegas menyatakan bahwa Nakhoda adalah salah seorang dari Awak

Kapal yang menjadi pemimpin tertinggi di kapal dan mempunyai wewenang

dan tanggung jawab tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 8


undangan. Dan didalam pasal 341 KUHD maka definisi dari Nakhoda adalah

sebagai berikut:

“Nakhoda kapal ialah seseorang yang sudah menandatangani Perjanjian

Kerja Laut (PKL) dengan Pengusaha Kapal dimana dinyatakan sebagai

Nakhoda, serta memenuhi syarat sebagai Nakhoda dalam arti untuk

memimpin kapal sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku“. Pasal

342 KUHD secara ekplisit menyatakan bahwa tanggung jawab atas kapal

hanya berada pada tangan Nakhoda, tidak ada yang lain. Jadi apapun yang

terjadi diatas kapal menjadi tanggung jawab Nakhoda, kecuali perbuatan

kriminal.

Misalkan seorang Mualim sedang bertugas dianjungan sewaktu kapal

mengalami kekandasan. Meskipun pada saat itu Nakhoda tidak berada di

anjungan, akibat kekandasan itu tetap menjadi tanggung jawab Nakhoda.

Contoh yang lain seorang Masinis sedang bertugas di Kamar Mesin ketika

tiba-tiba terjadi kebakaran dari kamar mesin. Maka akibat yang terjadi karena

kebakaran itu tetap menjadi tanggung jawab Nakhoda. Dengan demikian

secara ringkas tanggung jawab Nakhoda kapal dapat dirinci antara lain :

1. Melengkapi kapalnya dengan sempurna

2. Mengawaki kapalnya secara layak sesuai prosedur/aturan

3. Membuat kapalnya layak laut (seaworthy)

4. Bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran

5. Bertanggung jawab atas keselamatan para pelayar yang ada diatas

kapalnya

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 9


6. Mematuhi perintah Pengusaha kapal selama tidak menyimpang dari

peraturan perundang-undangan yang berlaku

Jabatan Nakhoda diatas kapal yang diatur oleh peraturan dan perundang-

undangan, yaitu :

A. Sebagai Pemegang Kewibawaan Umum di atas kapal. (pasal 384, 385 KUHD

serta pasal 143 UU. No. 17 Th. 2008).

B. Sebagai Pemimpin Kapal. (pasal 341 KUHD, pasal 138 UU. No. 17 Th. 2008,

serta Regulation I/1.3 STCW 1978 amandemen 2010).

C. Sebagai Penegak Hukum. (pasal 387, 388, 390, 394 (a) KUHD, serta pasal

144 UU. No. 17 Th. 2008).

D. Sebagai Pegawai Pencatatan Sipil. (Reglemen Pencatatan Sipil bagi

Kelahiran dan Kematian, serta pasal 137 UU. No. 17. Th. 2008).

E. Sebagai Notaris. (pasal 947 dan 952 KUHPerdata, serta pasal 141 UU. No.

17 Th. 2008).

A. Nakhoda sebagai pemegang Kewibawaan Umum

Nahkoda sebagai Pemegang Kewibawaan Umum

Mengandung pengertian bahwa semua orang yang berada di atas kapal, tanpa

kecuali harus taat serta patuh kepada perintah-perintah Nakhoda demi

terciptanya keamanan dan ketertiban di atas kapal. Tidak ada suatu alasan

apapun yang dapat dipakai oleh orang-orang yang berada di atas kapal untuk

menentang perintah Nakhoda sepanjang perintah itu tidak menyimpang dari

peraturan perundang-undangan. Setiap penentangan terhadap perintah

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 10


Nakhoda yang demikian itu merupakan pelanggaran hukum, sesuai dengan

pasal 459 dan 460 KUH. Pidana, serta pasal 143 UU. No.17 Tahun 2008. Jadi

menentang perintah atasan bagi awak kapal dianggap menentang perintah

Nakhoda karena atasan itu bertindak untuk dan atas nama Nakhoda.

Seorang Nahkoda juga mengatur seluruh Perwira dan ABK kapal agar mereka

bekerja sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan oleh ISM Code dari

Perusahaaan Perkapalan.

B. Nakhoda sebagai Pemimpin Kapal

Nakhoda bertanggung jawab dalam membawa kapal berlayar dari

pelabuhan satu ke pelabuhan lain atau dari tempat satu ke tempat lain dengan

selamat, aman sampai tujuan terhadap penumpang dan segala muatannya.

C. Nakhoda sebagai Penegak Hukum

Nakhoda adalah sebagai penegak atau abdi hukum di atas kapal

sehingga apabila diatas kapal terjadi peristiwa pidana, maka Nakhoda

berwenang bertindak selaku Polisi atau Jaksa. Dalam kaitannya selaku

penegak hukum, Nakhoda dapat mengambil tindakan antara lain :

1. Menahan/mengurung tersangka di atas kapal

2. Membuat berita acara pemeriksaan (bap)

3. Mengumpulkan bukti-bukti

4. Menyerahkan tersangka dan bukti-bukti serta berita acara

D. Nakhoda sebagai Pegawai Catatan Sipil

Apabila diatas kapal terjadi peristiwa-peristiwa seperti kelahiran dan

kematian maka Nakhoda berwenang bertindak selaku Pegawai Catatan Sipil.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 11


Tindakan-tindakan yang harus dilakukan Nakhoda jika di dalam pelayaran

terjadi kelahiran antara lain :

1. Membuat Berita Acara Kelahiran dengan 2 orang saksi (biasanya

Perwira kapal)

2. Mencatat terjadinya kelahiran tersebut dalam Buku Harian Kapal

3. Menyerahkan Berita Acara Kelahiran tersebut pada Kantor Catatan

Sipil di pelabuhan pertama yang disinggahi jika terjadi kematian :

a) Membuat Berita Acara Kematian dengan 2 orang saksi (biasanya

Perwira kapal)

b) Mencatat terjadinya kematian tersebut dalam Buku Harian Kapal

c) Menyerahkan Berita Acara Kematian tersebut pada Kantor

Catatan Sipil di pelabuhan pertama yang disinggah

d) Sebab-sebab kematian tidak boleh ditulis dalam Berita Acara

Kematian maupun Buku Harian Kapal, karena wewenang

membuat visum ada pada tangan dokter Apabila kelahiran

maupun kematian terjadi di luar negeri, Berita Acaranya

diserahkan pada Kantor Kedutaan Besar R.I. yang berada di

negara yang bersangkutan.

E. Nakhoda sebagai Notaris

Nakhoda juga mendapat kuasa dari pemerintah untuk mengesahkan dan

menyaksikan berbagai surat perjanjian, surat wasiat, akta, dan sebagainya.

2. Tugas Mualim I

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 12


1. Mualim I adalah kepala dari bagian deck (geladak) dan pula membantu

Nahkoda dalam hal mengatur pelayanan di kapal jika kapal tidak punya

seorang penata usaha atau jenang kapal.

2. Mualim I juga Kepala Kerja di Dek / geladak

A. Pemeliharaan seluruh kapal kecuali kamar mesin dan ruangan-

ruangan lainnya yang dipergunakan untuk kebutuhan dinas kamar

mesin.

B. Muat bongkar muatan di palka-palka dan lain-lain.

C. Pekerjaan-pekerjaan administrasi yang berhubungan dengan

pengangkutan muatan, bagasi pos dan lain-lain.

3. Pengganti Nahkoda Pada waktu nahkoda berhalang maka Mualim I

memimpin kapal atas perintahnya.

4. Mualim I harus mengetahui benar peraturan-peraturan dinas

perusahaan dan semua instruksi-instruksi mengenai tugas perwakilan,

pengangkutan dan lain-lain.

5. Melaksanakan Dinas / Jaga Laut maupun Bongkar Muat.

3. Tugas Mualim II

Tugas Mualim II disamping melaksanakan tugas jaga laut dan bongkar muat

juga:

1. Memelihara (termasuk melakukan koreksi-koreksi) serta menyiapkan peta-

peta laut dan buku-buku petunjuk pelayaran.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 13


2. Memelihara dan menyimpan alat-alat pembantu navigasi non

elektronik (sextant dsb); setiap hari menentukan chronometer’s error

berdasarkan time signal.

3. Bertanggung jawab atas bekerjanya dengan baik pesawat pembantu navigasi

elektronik (RADAR, dsb)

4. Memelihara Pedoman Gasing (Gyro Compass), berikut repeater nya serta

menyalakan/mematikannya atas perintah nahkoda, bertanggung jawab atas

pemeliharaan autopilot.

5. Memelihara Pedoman Standar (Magnetic Compass) serta bertanggung jawab

pengisian Compass Error Register Book oleh para mualim jaga.

6. Mengisi/mengerjakan journal chronometer dan journal-journal pesawat-

pesawat pembantu navigasi yang disebutkan pada c dan d.

7. Bertanggung jawab atas keadaan baik lampu-lampu navigasi, termasuk lampu

jangkar dan sebagainya, serta lampu isyarat Aldis.

8. Membuat noon position report.

9. Bertanggung jawab atas berfungsinya semua alarm, lonceng-lonceng di kapal

dengan baik.

10. Bertanggung jawab atas penerimaan, penyimpanan, pengiriman, dan

administrasi barang-barang kiriman (paket) serta pos.

4. Tugas Mualim III

Tugas mualim III disamping melaksanakan tugas jaga laut dan bongkar muat

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 14


1. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan kelengkapan lifeboats, liferafts,

lifebuoys serta lifejackets, serta administrasinya.

2. Bertanggung jawab atas pemeliharaan, kelengkapan dan bekerjanya dengan

baik botol-botol alat pemadam api ringan / APAR, alat-alat pelempar tali,

alat-alat isyarat bahaya ( rocket parachute signal, orange smoke signal, dsb),

alat-alat pernafasan (breathing apparathus), dan lain-lain, serta

administrasinya.

3. Membuat sijil kebakaran, sekoci dan orang jatuh kelaut, dan memasangnya

ditempat-tempat yang telah ditentukan.

4. Memelihara dan menjaga kelengkapan bendera-bendera (kebangsaan,

bendera-bendera isyarat internasional, serta bendera perusahaan).

5. Mengawasi sounding-an tangki-tangki air tawar atau ballast dan got-got palka

serta mencatatnya dengan jurnal kapal (deck log book)

6. Membantu mualim II dalam menentukan noon position.

5. Tugas Dan Kewajiban Anak Buah Kapal Di Geladak/Dek

Rating atau Bawahan Bagian dek adalah :

1. Bosun atau Serang (Kepala kerja bawahan) atau Boatswain

2. Jurumudi atau Able Bodied Seaman (AB)

3. Kelasi atau Sailor atau Ordinary Seaman (OS)

4. Juru Pompa atau Pumpman, khusus kapal-kapal tanker (kapal pengangkut

cairan)

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 15


PASAL 1 – DINAS/JAGA PELABUHAN :

1. Waktu kerja orang dinas jaga selama kapal berlayar baik pada hari kerja,

maupun pada hari minggu dan hari-hari libur resmi, adalah 8 jam sehari

ditambah dengan waktu yang dibutuhkan:

A. Melaksanakan dinas jaga dan mengisi buku catatan kegiatan harian di

deck.

B. Tanpa memperhatikan peraturan-peraturan setempat, maka untuk dinas

harian, pembagian kerja dimulai pukul 08.00 - 12.00 dan 13.00 - 17.00

2. Pekerjaan-pekerjaan di kapal dapat dibagi dalam:

A. Pekerjaan-pekerjaan untuk keperluan dinas pada umumnya.

B. Pekerjaan-pekerjaan dinas jaga.

C. Pekerjaan-pekerjaan dalam keadaan luar biasa.

3. Waktu makan diatur oleh nahkoda dengan mengingat waktu-waktu kerja

yang telah ditetapkan, dengan catatan bahwa disamping itu diadakan waktu

istirahat (coffee time) 2 kali sehari selama 15 menit masing-masing.

4. Peraturan umum untuk dinas dipelabuhan atau ditempat berlabuh. Jam kerja

adalah 7 jam pada hari-hari kerja, kecuali hari Sabtu 5 jam. Minggu dan hari-

hari libur resmi 0 jam.

5. Para mualim jika perlu wajib bekerja lembur atas permintaan Nahkoda.

Mualim I dengan kerja lembur diartikan pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:

A. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan setelah selesai tugas jaga selama

kapal berlayar.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 16


B. Pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan diluar jam-jam kerja yang

ditentukan dalam No.5 pasal ini.

C. Pekerjaan-pekerjaan yang tidak termasuk kerja lembur ialah:

1) Pekerjaan-pekerjaan penting untuk keselamatan kapal, ABK dan

muatan.

2) Pekerjaan-pekerjaan untuk melaksanakan sijil sekoci dan atau

latihan sekoci, sijil kebakaran, dan atau latihan kebakaran.

D. Dengan diberlakukannya lembur tetap (fixed overtime) maka semua

awak kapal harus dengan suka rela melakukan kerja lembur minimal

dua setengah jam sehari dan maksimal sesuai dengan kondisi dan situasi

setempat, cuaca, muatan schedule kapal, dll. Atas pertimbangan dan

perintah Nahkoda .

E. Jaga Pelabuhan : Para Mualim yang ditugaskan jaga pelabuhan dilarang

meninggalkan kapal selama waktu jaga. Ia bertanggung jawab atas

keamanan kapal beserta muatan serta alat-alat bantu untuk permuatan.

F. Terutama ia dibebankan tugas menjamin dan menyelenggarakan

pekerjaan serta tata tertib diseluruh kapal dalam bidang teknis yang

lazim menjadi tanggung jawab deck umpamanya :

1) Minta aliran listrik atau strum untuk menjalankan derek-derek

untuk dimuat.

2) Memberitahu Masinis apabila aliran listrik atau strum tidak

dipakai lagi.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 17


PASAL 2 – DINAS/JAGA LAUT :

Yang diartikan dengan dinas jaga dianjungan dan dinas jaga di kamar mesin :

1. Selama berlayar

2. Waktu jangkar, diperairan ramai, waktu hujan lebaat, kabut, arus laut, dan

bila nahkoda anggap perlu :

Terdapat 6 masa jaga dalam sehari, dimulai jam 00.00, Jaga anjungan : 8 jam sehari,

yakni :

1. Larut malam (middle watch) : 00.00 – 04.00 Mualim II

2. Dini hari (morning watch) : 04.00 – 08.00 Mualim I

3. Pagi hari (forenoon watch) : 08.00 – 12.00 Mualim III

4. Siang hari (afternoon watch): 12.00 – 16.00 Mualim II

5. Sore hari (dog watch) : 16.00 – 20.00 Mualim I

6. Malam hari (first watch) : 20.00 – 24.00 Mualim III

Di perairan ramai atau berbahaya, saat cuaca buruk, kabut, atau setiap keadaan lain

yang mengurangi penglihatan, masuk atau keluar pelabuhan atau sungai, Nahkoda

diwajibkan berada di anjungan. Mualim dinas (jaga) waktu melakukan jaga laut

harus selalu berada di anjungan dan tidak diperkenankan meninggalkan anjungan

tanpa seizin Nahkoda. Sesudah jaga laut ia melakukan ronda dan melaporkan

keadaan waktu ronda wajib ditulis di Jurnal / Buku Harian Kapal. Jaga pelabuhan

pada saat kapal sedang berlabuh/sandar diatur menurut kepentingannya Nahkoda:

A. Jaga mencegah pencurian.

B. Jaga di anjungan.

C. Jaga Kebakaran.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 18


D. Jaga dok, reparasi, las, dll.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 19


BAB III

KEPEMIMPINAN ( Leadership )

3.1 Definisi Kepemimpinan (Leadership)

Kepemimpinan adalah proses seorang individu mempengaruhi

sekelompok individu yang lain atau anggotanya dalam upaya mencapai tujuan. Ada

beberapa definisi kepemimpinan yang disebutkan oleh beberapa ahli , sebagai

berikut :

 F.I. Munson

Kepemimpinan merupakan kemampuan agar dapat mengatasi orang-orang

sehingga mencapai hasil yang maksimal dengan kemungkinan gesekan adalah yang

terkecil dan pembentukan kemungkinan terbesar dari kerjasama.

 F. A. Nigro (1965)

Kepemimpinan adalah cara khusus untuk mempengaruhi aktifitas orang lain.

 Ordway Tead (1929)

Kepemimpinan sebagai temperamen merger yang membuat seseorang

mungkin dapat mendorong beberapa orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan.

 Kartini Kartono (1994)

Kepemimpinan adalah karakter khas, khususnya, mengambil situasi tertentu.

Karena kelompok melakukan kegiatan tertentu dan memiliki tujuan dan berbagai

peralatan khusus. Pemimpin kelompok dengan fitur karakteristik adalah fungsi dari

situasi tertentu.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 20


 William G. Scott (1962)

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan yang diselenggarakan

dalam kelompok dalam upaya mereka untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

 Hemhill dan Coon (1995)

Kepemimpinan adalah sikap individu yang memimpin berbagai kegiatan

kelompok terhadap tujuan yang akan dicapai bersama-sama.

 Rauch dan Behling (1984)

Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktifitas kelompok yang

terorganisir terhadap pencapaian tujuan.

 Weschler dan Massarik (1961)

Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, yang dijalankan dalam situasi

tertentu, dan diarahkan melalui proses komunikasi, untuk mencapai tujuan tertentu

atau lebih.

 P. Pigors (1935)

Kepemimpinan adalah proses mendorong dan mendorong melalui interaksi

yang berhasil dari perbedaan individu, pengendalian kekuatan seseorang dalam

mengejar tujuan bersama.

 George R. Terry

Kepemimpinan merupakan hubungan yang ada dalam seseorang atau

pemimpin dan pengaruh yang lain untuk mau bekerja secara sadar dalam kaitannya

dengan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan adalah

kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk bersedia berusaha mencapai tujuan

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 21


bersama. Pendapat lain, kepemimpinan merupakan suatu proses dengan berbagai

cara mempengaruhi orang atau sekelompok orang.

 Domination dan P. Pigors

Kepemimpinan merupakan proses yang dapat mengontrol manusia berdesak-

desakan untuk mengejar tujuan bersama, yang dikelola melalui interaksi berbagai

perbedaan individu.

 Henry L. Tosj dan Stephen J. Carrol (1977)

Kepemimpinan merupakan proses seuatu mempengaruhi orang lain untuk

melakukan apa yang mereka ingin lakukan.

 Theo Haiman

Kepemimpinan sebagai proses beberapa orang, dipimpin dalam pemilihan

dan pencapaian tujuan.

 William G.Scott

Kepemimpinan merupakan proses dipengaruhi dalam pemilihan dan

pencapaian tujuan.

 Duben (1954)

Kepemimpinan sebagai keputusan dan kegiatan pemerintah pembuat.

 Reed (1976)

Kepemimpinan merupakan cara agar dapat mempengaruhi perilaku seseorang

yang mencoba untuk mengikuti kehendak pemimpin.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 22


 G. L. Feman dan E. K. Taylor (1950)

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk menciptakan kegiatan kelompok

mencapai tujuan organisasi dengan efektivitas dan kerjasama dari setiap individu

maksimal.

 James M. Black (1961)

Kepemimpinan adalah kemampuan yang mampu meyakinkan orang lain yang

bersedia bekerja di bawah arahannya dalam kesatuan tim untuk mencapai suatu

tujuan tertentu.

 H. Kootz “Principles

Kepemimpinan sebagai kegiatan untuk dapat membujuk orang agar bekerja

sama untuk mencapai tujuan bersama.

 C. Schenk “Leadership” : Infantry Journal. 1928

Kepemimpinan adalah untuk mengetahui orang dengan cara persuasi dan

inspirasi daripada melalui briefing, ataupun ancaman terselubung.

 O’ Donnel

Kepemimpinan sebagai kegiatan agar membujuk orang untuk bekerja sama

agar termencapai tujuan bersama.

 Ralph M. Stogdill dalam Sutarto (1998b:13)

Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan

sekelompok orang yang terorganisasi dalam usaha mereka menetapkan dan

mencapai tujuan.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 23


 Sutarto (1998b:25)

Kepemimpinan adalah rangkaian kegiatan penataan berupa kemampuan

mempengaruhi perilaku orang lain dalam situasi tertentu agar bersedia bekerja sama

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan

 Stoner

Kepemimpinan adalah suatu proses mengenai pengarahan dan usaha untuk

mempengaruhi kegiatan yang berhubungan dengan anggota kelompok

 Hemhiel dan Coons (1957:7)

Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin

aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang akan dicapai bersama

(shared goal)

 Jacobs dan Jacques (1990:281)

Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti terhadap usaha kolektif,

dan mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk

mencapai sasaran

 Wahjosumidjo (1987:11)

Kepemimpinan pada hakikatnya adalah suatu yang melekat pada diri seorang

pemimpin yang berupa sifat-sifat tertentu seperti: kepribadian (personality),

kemampuan (ability) dan kesanggupan (capability). Kepemimpinan juga sebagai

rangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan

kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri. Kepemimpinan

adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, pengikut, dan situasi.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 24


 Wexley & Yuki (1977)

Kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih

berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.

 Fiedler (1967)

Kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-

individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang

agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan.

 John Pfiffner

Kepemimpinan adalah kemampuan mengkoordinasikan dan memotivasi

orang-orang dan kelompok untuk mencapai tujuan yang di kehendaki.

 Davis (1977)

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengajak orang lain mencapai

tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat.

 Ott (1996)

Kepemimpinan adalah sebagai proses hubungan antar pribadi yang di

dalamnya seseorang mempengaruhi sikap, kepercayaan, dan khususnya perilaku

orang lain.

 Locke et.al. (1991)

Kepemimpinan merupakan proses membujuk orang lain untuk mengambil

langkah menuju suatu sasaran bersama Dari kelima definisi ini, para ahli ada yang

meninjau dari sudut pandang dari pola hubungan, kemampuan mengkoordinasi,

memotivasi, kemampuan mengajak, membujuk dan mempengaruhi orang lain.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 25


 Tead, Terry, Hoyt (dalam Kartono, 2003)

Kepemimpinan adalah kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau

bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing

orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.

 Young (dalam Kartono, 2003)

Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan

pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu

yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus

yang tepat bagi situasi yang khusus.

 Moejiono (2002)

Kepemimpinan / Leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh

satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang

membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance

induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau

pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk

kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin.

 Katz & Kahn (1978)

Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada, dan

berada diatas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi.

 Dr. Thomas Gordon

Kepemimpinan dapat diartikan sebagai suatu interaksi antara seseorang

dengan suatu kelompok, tepatnya antara seorang dengan anggota-anggota

kelompok setiap peserta didalam interaksi memainkan peranan dan dengan cara-

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 26


cara tertentu peranan itu harus dipilah-pilahkan dari suatu dengan yang lain. Dasar

pemilihan merupakan soal pengaruh, pemimpin mempengaruhi dan orang lain

dipengaruhi.

 G U. Cleeton

Kepemimpinan menunjukan kemampuan mempengaruhi orang-orang dan

mencapai hasil melalui himbauan emosional dan ini lebih baik dibandingkan

dengan penggunaan kekuasaan

 Locke & Associates (1997)

Kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai proses membujuk (inducing)

orang-orang lain untuk mengambil langkah menuju sasaran bersama.

 John W. Gardner (1990)

Kepemimpinan adalah sebagai proses Pemujukan dimana individu-individu

meransang kumpulannya meneruskan objektif yang ditetapkan oleh pemimpin dan

dikongsi bersama oleh pemimpin dan pengikutnya.

 R.K. Merton “ The Social Nature of Leadership”, American Journal of

Nuns, 1969

Kepemimpinan merupakan hubungan antar pribadi dalam mana pihak lain

mengadakan penyesuaian karena mereka berkeinginan untuk itu, bukannya karena

mereka harus berbuat demikian.

 C.W Mason (1934)

Kepemimpinan memperlihatkan kemampuan mempengaruhi orang-orang

untuk mencapai hasil melalui himbauan emosional dan lebih baik dibandingkan

dengan penggunaan kekuasaan

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 27


3.1.1 Gaya-Gaya Kepemimpinan Yang Terkenal (Popular Leadership Styles)

1. Kepemimpinan Otokratis (Autocratic Leadership)

Kepemimpinan otokratis adalah bentuk ekstrim dari kepemimpinan

transaksional, dimana para pemimpin memiliki banyak kekuasaan atas orang-

orangnya. Staf dan anggota tim memiliki sedikit kesempatan untuk membuat saran,

bahkan jika ini dilakukan demi kepentingan terbaik tim atau organisasi.

Manfaat kepemimpinan otokratis adalah sangat efisien. Keputusan dibuat

dengan cepat, dan pekerjaan diselesaikan secara efisien. Kelemahannya adalah

kebanyakan orang tidak suka diperlakukan seperti ini. Oleh karena itu,

kepemimpinan otokratis seringkali dapat menyebabkan tingkat ketidakhadiran

yang tinggi dan pergantian staf yang tinggi. Namun, gaya ini efektif untuk beberapa

pekerjaan rutin dan tidak terampil. Dalam situasi ini, keuntungannya mungkin lebih

besar daripada kerugiannya.

Kepemimpinan otokratis sering kali paling baik digunakan dalam krisis,

ketika keputusan harus dibuat dengan cepat dan tanpa perbedaan pendapat.

Misalnya, militer sering menggunakan gaya kepemimpinan otokratis; komandan

puncak bertanggung jawab untuk membuat keputusan yang kompleks dengan

cepat, yang memungkinkan pasukan untuk memusatkan perhatian dan energi

mereka untuk melakukan tugas dan misi yang diberikan. Termasuk penerapannya

diatas kapal, sebab umumnya sebelum para calon perwira maupun ABK yang akan

bekerja diatas kapal, mereka didik semi militer terlebih dahulu dikampus-kampus.

Tujuannya adalah untuk membentuk karakter mereka.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 28


2. Kepemimpinan Birokrasi (Bureaucratic Leadership)

Para pemimpin birokrasi bekerja "Berdasarkan buku". Mereka mengikuti

aturan dengan ketat, dan memastikan bahwa orang-orang mereka mengikuti

prosedur dengan tepat. Ini adalah gaya kepemimpinan yang tepat untuk pekerjaan

yang melibatkan risiko keselamatan yang serius (seperti bekerja dengan mesin,

dengan zat beracun, atau di ketinggian yang berbahaya) atau dimana melibatkan

sejumlah besar uang. Kepemimpinan birokrasi juga berguna dalam organisasi di

mana karyawan melakukan tugas-tugas rutin (seperti di bidang manufaktur).

Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini adalah tidak efektif dalam tim dan

organisasi yang mengandalkan fleksibilitas, kreativitas, atau inovasi.

Sebagian besar para pemimpin birokrasi mencapai posisi mereka karena

kemampuan mereka untuk mematuhi dan menegakkan aturan, bukan karena

kualifikasi atau keahlian mereka. Ini dapat menyebabkan kebencian ketika anggota

tim tidak menghargai keahlian atau nasihat mereka.

3. Kepemimpinan Karismatik (Charismatic Leadership)

Gaya kepemimpinan karismatik dapat menyerupai kepemimpinan

transformasional karena para pemimpin ini menginspirasi antusiasme dalam tim

mereka dan energik dalam memotivasi orang lain untuk bergerak maju.

Kemampuan untuk menciptakan kegembiraan dan komitmen ini merupakan

manfaat yang sangat besar.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 29


Perbedaan antara pemimpin karismatik dan pemimpin transformasional

terletak pada niat mereka. Pemimpin transformasional ingin mengubah tim dan

organisasi mereka. Para pemimpin karismatik sering berfokus pada diri mereka

sendiri, dan mungkin tidak ingin mengubah apa pun.

Kelemahan dari pemimpin karismatik adalah mereka bisa lebih percaya pada

diri mereka sendiri daripada pada tim mereka. Ini dapat menciptakan risiko bahwa

sebuah proyek atau bahkan seluruh organisasi akan runtuh jika pemimpinnya pergi.

Seorang pemimpin karismatik mungkin percaya bahwa dia tidak dapat melakukan

kesalahan, bahkan ketika orang lain memperingatkannya tentang jalan yang dia

tempuh, dan perasaan tak terkalahkan ini dapat merusak tim atau organisasi. Juga,

di mata pengikut kesuksesan berhubungan langsung dengan kehadiran pemimpin

karismatik. Dengan demikian, kepemimpinan karismatik membawa tanggung

jawab yang besar, dan membutuhkan komitmen jangka panjang dari pemimpin.

4. Kepemimpinan Demokratis / Partisipatif (Democratic / Participative

Leadership)

Para pemimpin demokratis membuat keputusan akhir, tetapi mereka

menyertakan anggota tim dalam proses pengambilan keputusan. Mereka

mendorong kreativitas, dan anggota tim sering kali sangat terlibat dalam proyek dan

keputusan.

Ada banyak manfaat dari kepemimpinan demokratis. Anggota tim

cenderung memiliki kepuasan kerja yang tinggi dan produktif karena mereka lebih

terlibat dalam pengambilan keputusan. Gaya ini juga membantu mengembangkan

keterampilan orang. Anggota tim merasa mengendalikan nasib mereka, sehingga

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 30


mereka termotivasi untuk bekerja keras lebih dari sekadar imbalan finansial. Karena

partisipasi membutuhkan waktu, pendekatan ini dapat memperlambat pengambilan

keputusan, tetapi seringkali hasilnya baik. Pendekatan ini paling cocok ketika

bekerja sebagai tim sangat penting, dan ketika kualitas lebih penting daripada

efisiensi atau produktivitas.

Kelemahan dari kepemimpinan demokratis adalah bahwa hal itu sering

dapat menghambat situasi di mana kecepatan atau efisiensi sangat penting.

Misalnya, selama krisis, sebuah tim dapat membuang waktu yang berharga untuk

mengumpulkan masukan dari orang-orang. Kelemahan lain adalah bahwa beberapa

anggota tim mungkin tidak memiliki pengetahuan atau keahlian untuk memberikan

masukan berkualitas tinggi.

5. Kepemimpinan Laissez-Faire (Laissez-Faire Leadership)

Frase bahasa Prancis ini berarti "Biarkan saja," dan itu menggambarkan

para pemimpin yang membiarkan orang-orangnya bekerja sendiri. Jenis

kepemimpinan ini juga dapat terjadi secara alami, ketika manajer tidak memiliki

kontrol yang cukup atas pekerjaan dan orang-orangnya. Pemimpin Laissez-faire

dapat memberi tim mereka kebebasan penuh untuk melakukan pekerjaan mereka

dan menetapkan tenggat waktu mereka sendiri. Mereka memberikan dukungan tim

dengan sumber daya dan saran, jika diperlukan, tetapi sebaliknya tidak terlibat.

Gaya kepemimpinan ini bisa efektif jika pemimpin memantau kinerja dan

memberikan umpan balik kepada anggota tim secara teratur. Kemungkinan besar

akan efektif ketika anggota tim individu berpengalaman, terampil, dan memulai

sendiri. Manfaat utama dari kepemimpinan laissez-faire adalah memberi anggota

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 31


tim begitu banyak otonomi dapat mengarah pada kepuasan kerja yang tinggi dan

peningkatan produktivitas.

Kelemahannya adalah dapat merusak jika anggota tim tidak mengatur

waktu mereka dengan baik atau jika mereka tidak memiliki pengetahuan,

keterampilan, atau motivasi untuk melakukan pekerjaan mereka secara efektif.

6. Kepemimpinan Berorientasi pada Orang / Berorientasi Hubungan

(People-Oriented/Relations-Oriented Leadership)

Dengan kepemimpinan yang berorientasi pada orang, para pemimpin

benar-benar fokus pada pengorganisasian, dukungan, dan pengembangan orang-

orang di tim mereka. Ini adalah gaya partisipatif dan cenderung mendorong kerja

tim yang baik dan kolaborasi kreatif. Ini adalah kebalikan dari kepemimpinan yang

berorientasi pada tugas. Pemimpin yang berorientasi pada orang memperlakukan

semua orang dalam tim secara setara. Mereka ramah dan mudah didekati, mereka

memperhatikan kesejahteraan semua orang dalam kelompok, dan mereka membuat

diri mereka tersedia setiap kali anggota tim membutuhkan bantuan atau saran.

Manfaat dari gaya kepemimpinan ini adalah bahwa para pemimpin yang

berorientasi pada orang menciptakan tim yang semua orang ingin menjadi

bagiannya. Anggota tim seringkali lebih produktif dan bersedia mengambil risiko,

karena mereka tahu bahwa pemimpin akan memberikan dukungan jika mereka

membutuhkannya. Kelemahannya adalah bahwa beberapa pemimpin dapat

mengambil pendekatan ini terlalu jauh; mereka mungkin menempatkan

pengembangan tim mereka di atas tugas atau arahan proyek.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 32


7. Kepemimpinan yang Melayani (Servant Leadership)

Istilah ini, diciptakan oleh Robert Greenleaf pada 1970-an, menggambarkan

seorang pemimpin yang seringkali tidak diakui secara formal. Ketika seseorang di

tingkat mana pun dalam organisasi memimpin hanya dengan memenuhi kebutuhan

tim, dia dapat digambarkan sebagai "pemimpin yang melayani".

Pemimpin yang melayani sering kali memimpin dengan memberi contoh.

Mereka memiliki integritas tinggi dan memimpin dengan kemurahan hati. Dalam

banyak hal, kepemimpinan yang melayani adalah bentuk kepemimpinan yang

demokratis karena seluruh tim cenderung terlibat dalam pengambilan keputusan.

Namun, pemimpin yang melayani sering "memimpin dari belakang", lebih memilih

untuk tidak menjadi pusat perhatian dan membiarkan tim mereka menerima

pengakuan atas kerja keras mereka.

Pendukung model kepemimpinan yang melayani menyarankan bahwa ini

adalah cara yang baik untuk bergerak maju di dunia di mana nilai-nilai semakin

penting, dan di mana pemimpin yang melayani dapat mencapai kekuasaan karena

nilai-nilai, cita-cita, dan etika mereka. Ini adalah pendekatan yang dapat membantu

menciptakan budaya perusahaan yang positif dan dapat menghasilkan semangat

kerja yang tinggi di antara anggota tim.

Namun, orang lain percaya bahwa dalam situasi kepemimpinan yang

kompetitif, orang yang mempraktikkan kepemimpinan yang melayani dapat

menemukan diri mereka ditinggalkan oleh para pemimpin yang menggunakan gaya

kepemimpinan lain. Gaya kepemimpinan ini juga membutuhkan waktu untuk

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 33


diterapkan dengan benar: tidak cocok dalam situasi di mana Anda harus membuat

keputusan cepat atau memenuhi tenggat waktu yang ketat.

Meskipun Anda dapat menggunakan kepemimpinan yang melayani dalam

banyak situasi, seringkali paling praktis dalam politik, atau dalam posisi di mana

para pemimpin dipilih untuk melayani tim, komite, organisasi, atau komunitas.

8. Kepemimpinan Berorientasi Tugas (Task-Oriented Leadership)

Pemimpin yang berorientasi pada tugas hanya berfokus pada penyelesaian

pekerjaan dan dapat menjadi otokratis. Mereka secara aktif mendefinisikan

pekerjaan dan peran yang diperlukan, menempatkan struktur pada tempatnya, dan

merencanakan, mengatur, dan memantau pekerjaan. Para pemimpin ini juga

melakukan tugas-tugas penting lainnya, seperti menciptakan dan memelihara

standar kinerja.

Manfaat kepemimpinan berorientasi tugas adalah memastikan bahwa tenggat

waktu terpenuhi, dan ini sangat berguna bagi anggota tim yang tidak mengatur

waktu mereka dengan baik. Namun, karena pemimpin yang berorientasi pada tugas

cenderung tidak terlalu memikirkan kesejahteraan tim mereka, pendekatan ini dapat

menimbulkan banyak kelemahan kepemimpinan otokratis, termasuk menyebabkan

masalah motivasi dan retensi.

9. Kepemimpinan Transaksional (Transactional Leadership)

Gaya kepemimpinan ini dimulai dengan gagasan bahwa anggota tim setuju

untuk mematuhi pemimpin mereka ketika mereka menerima pekerjaan. "Transaksi"

biasanya melibatkan organisasi yang membayar anggota tim sebagai imbalan atas

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 34


upaya dan kepatuhan mereka. Pemimpin memiliki hak untuk "menghukum"

anggota tim jika pekerjaan mereka tidak memenuhi standar yang sesuai.

Meskipun ini mungkin terdengar mengendalikan dan paternalistik,

kepemimpinan transaksional menawarkan beberapa manfaat. Pertama, gaya

kepemimpinan ini menjelaskan peran dan tanggung jawab setiap orang. Manfaat

lainnya adalah, karena kepemimpinan transaksional menilai anggota tim

berdasarkan kinerja, orang-orang yang ambisius atau yang termotivasi oleh

penghargaan eksternal – termasuk kompensasi – sering berkembang.

Kelemahan dari gaya kepemimpinan ini adalah bahwa anggota tim tidak

dapat berbuat banyak untuk meningkatkan kepuasan kerja mereka. Itu bisa terasa

menyesakkan, dan bisa menyebabkan pergantian staf yang tinggi.

Kepemimpinan transaksional sebenarnya adalah jenis manajemen, bukan

gaya kepemimpinan sejati, karena fokusnya adalah pada tugas-tugas jangka pendek.

Ini memiliki keterbatasan serius untuk pekerjaan berbasis pengetahuan atau kreatif.

Namun, itu bisa efektif dalam situasi lain.

10. Kepemimpinan Transformasional (Transformational Leadership)

Kepemimpinan transformasi seringkali merupakan gaya kepemimpinan

terbaik untuk digunakan dalam situasi bisnis. Pemimpin transformasional

menginspirasi karena mereka mengharapkan yang terbaik dari semua orang di tim

mereka dan juga diri mereka sendiri. Ini mengarah pada produktivitas dan

keterlibatan yang tinggi dari semua orang di tim mereka. Kelemahan dari

kepemimpinan transformasional adalah bahwa meskipun antusiasme pemimpin

diteruskan ke tim, dia perlu didukung oleh "orang-orang yang detail".

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 35


Itu sebabnya, di banyak organisasi, gaya kepemimpinan transaksional dan

transformasional berguna. Pemimpin transaksional (atau manajer) memastikan

bahwa pekerjaan rutin dilakukan dengan andal, sementara pemimpin

transformasional menjaga inisiatif yang menambah nilai baru. Penting juga untuk

menggunakan gaya kepemimpinan lain bila perlu – ini akan tergantung pada orang

yang Anda pimpin dan situasi tempat Anda berada.

3.2 Pengambilan Keputusan (Decision making)

Pengambilan keputusan adalah proses pencapaian suatu keputusan atau

penentuan pilihan.

3.2.1 Identifikasi Masalah dan Diagnosa (Problem definition and diagnosis)

Identifikasi masalah dan diagnosa adalah kemampuan untuk mengumpulkan

informasi yang diperlukan dalam mendefinisikan masalah dan faktor-faktor

penyebabnya.

Contoh buruk :

• Pembawaan (Nature) dari masalah tidak dinyatakan atau terjadi

kegagalan diagnosa

• Tidak ada diskusi kemungkinan penyebab masalah

Contoh baik :

• Kumpulkan informasi dan identifikasi masalah

• Reviu faktor-faktor penyebab dengan anggota kru

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 36


Pembangkitan pilihan/opsi (Option Generation)

Pembangkitan opsi mengacu kepada kemampuan anggota kru untuk

membangkitkan respon berulang terhadap masalah

Contoh buruk:

• Tidak mencari informasi

• Tidak menanyakan kru alternatif pilihan

Contoh baik:

• Nyatakan arah-arah tindakan alternatif

• Tanyakan kepada kru opsi lain

Pengujian resiko dan pemilihan opsi (Risk assesment and option selection)

Pengujian resiko dan pemilihan opsi mengacu kepada kemampuan anggota

kru untuk keberhasilan menguji resiko-resiko dan keuntungan-keuntungan dari

respon-respon yang berbeda terhadap masalah, dan untuk memilih respon yang

terbaik. Keduanya harus terpenuhi melalui diskusi dengan anggota kru

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 37


BAB IV

MENDAPATKAN DAN MENJAGA KEWASPADAAN SITUASI

(Obtaining And Maintaining Situational Awareness)

4.1 Kewaspadaan Situasi (Situation Awareness)

Kewaspadaan situasi berarti:

• Memiliki persepsi yang baik tentang lingkungan kita setiap saat

• Memahami apa yang terjadi di sekitar kita

• Memprediksi bagaimana hal ini akan mempengaruhi kapal kita.

4.2 Penyebab Kecelakaan dan Pencegahannya (Casuality Cause and

Prevention)

Sudah terlalu banyak kapal yang kandas, tabrakan, atau saling mendekat

hanya karena para Nakhoda tidak menyadari apa yang terjadi di dalam dan di sekitar

kapal mereka. Dengan kata lain, mereka tidak memiliki kesadaran situasional.

Berikut ini adalah apa yang perlu Anda ketahui untuk memiliki kesadaran

situasional yang baik:

1. Waspadai lingkungan Anda, termasuk:

 Kapal lain di daerah tersebut

 Komunikasi antara layanan lalu lintas kapal dan kapal lain

 Cuaca

 Negara laut (Sea State)

 Kedalaman air

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 38


 Pasang dan arus

2. Memiliki kesadaran mode—mengetahui konfigurasi, peralatan, dan sistem

kapal anda. Sistem ini termasuk Autopilot, RADAR, GPS, AIS, Compass,

propulsi dan mode aktifnya. Waspadai status sistem kapal anda.

3. Pertahankan orientasi spasial—mengetahui posisi geografis kapal di dalam

lokasi operasional.

4. Simpan cakrawala waktu—kelola waktu untuk hal-hal seperti status bahan

bakar dan selalu sediakan waktu untuk peristiwa atau keadaan darurat yang

tidak direncanakan.

Sederhananya, kesadaran situasional berarti memiliki pemahaman yang

akurat tentang apa yang terjadi di sekitar Anda dan apa yang mungkin terjadi.

Kita sebaiknya :

1. Persepsikan apa yang terjadi.

2. Pahami apa yang terjadi.

3. Gunakan ini untuk berpikir ke depan.

Langkah 1: Persepsi - Gunakan indera anda

Bangun gambaran mental tentang lingkungan Anda, menggunakan

penglihatan, pendengaran, dan sentuhan untuk memindai lingkungan.

Kemudian arahkan perhatian Anda ke aspek yang paling penting dan relevan dari

lingkungan Anda dan bandingkan pengalaman ini dengan pengetahuan yang

dibangun dalam ingatan Anda.

Kedengarannya sederhana tetapi ini adalah proses yang membutuhkan

disiplin, serta mengetahui apa yang harus dicari, kapan harus mencari dan mengapa.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 39


Misalnya, mengumpulkan data rencana lintasan, termasuk jalur navigasi yang

aman, kedalaman air yang tersedia, cuaca, keadaan laut, arus dan pasang surut,

cadangan bahan bakar, kecepatan.

Langkah 2: Memahami—Membuat Gambaran Mental

Pemahaman adalah kombinasi dari pengamatan dunia nyata, pengetahuan dan

pengalaman. Dengan mencocokkan pengamatan dengan pengetahuan dan

pengalaman, Anda mengembangkan gambaran mental yang akurat tentang

lingkungan Anda. Tetap perbarui gambaran mental dengan masukan dari berbagai

informasi dunia nyata yang tersedia untuk Anda. Misalnya, memahami data rencana

perjalanan, termasuk penyimpangan dari rencana, persyaratan keselamatan/hukum,

kemampuan kapal dan persyaratan operasional, cadangan bahan bakar,

penyimpangan arah dan penyimpangan kecepatan.

Langkah 3: Berpikir ke Depan—Proyeksi

Pemahaman memungkinkan Anda untuk berpikir ke depan dan

memproyeksikan ke lingkungan masa depan. Langkah ini sangat penting dalam

proses pengambilan keputusan master dan mengharuskan pemahaman Anda,

berdasarkan data yang dikumpulkan, seakurat mungkin. Itu hanya 'sailing ahead of

the ship'..

Misalnya, data rencana perjalanan yang diproyeksikan termasuk waktu

berlayar, perkiraan waktu keberangkatan, penyimpangan, penggunaan bahan bakar,

pemberhentian pengisian bahan bakar, perkiraan waktu kedatangan.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 40


4.2.1 Faktor Kesalahan Manusia (Human Error)

Kesalahan Manusia di “Bridge Error” dapat terjadi dalam berbagai cara, dan

juga dapat diklasifikasikan sesuai. Memahami berbagai jenis kesalahan akan

memberikan dasar untuk memahami kelemahan dalam aktivitas manusia. Ini

penting karena berbeda faktor yang relevan untuk munculnya berbagai jenis

kesalahan.

Bahkan, kesalahan dari jenis yang berbeda dalam tugas yang berbeda, dan

akibatnya, jenis yang berbeda different kesalahan dapat dikelola dengan berbagai

cara. Kesalahan mungkin tampak serupa pada awalnya sekilas bahkan jika itu

terjadi karena alasan yang berbeda.

- Pilihan yang salah dari kecepatan mungkin, misalnya: disengaja, namun salah,

jika pilihannya didasarkan pada penilaian yang salah dari situasi (kesalahan).

- menjadi akibat dari tergelincir selama tugas pemilihan kecepatan, yang artinya

pilihan itu tidak disengaja (tergelincir)

- menjadi hasil dari pilihan yang disengaja untuk melanjutkan dengan kecepatan

yang melanggar peraturan, yang dapat berarti bahwa keputusan tersebut didasarkan

pada praktik umum, atau keputusan tidak langsung untuk tidak mematuhi peraturan

(pelanggaran)

Ketiga kesalahan yang disebutkan di atas akan mengarah ke tindakan yang berbeda

untuk mencegah atau mengelola kesalahan di masa depan. Oleh karena itu, penting

bagi prosedur pengembangan untuk memahami jenis dan latar belakang kesalahan

yang berbeda

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 41


4.2.2 Hubungan Antara Faktor Manusia, Faktor Lingkungan, Dan Faktor

Peralatan Dalam Kecelakaan Dan Insiden (Relationships between Human

Factors, Environmental Factors, and Equipment Factors in Accidents and

Incidents)

Faktor manusia merupakan kontributor yang signifikan dalam sekitar 70

persen dari semua kecelakaan dan insiden. Dalam tinjauan beberapa database,

panitia menemukan nilai di kisaran 60 persen hingga 85 persen. Perbedaan ini tidak

mencerminkan integritas database, mereka mencerminkan database tujuan yang

berbeda dan kesulitan dimengerti yang timbul dari tumpang tindih substansial dari

lingkungan, peralatan, dan masalah faktor manusia. Tumpang tindih ini merupakan

bagian dari sistem yang kompleks dengan sejumlah besar kemungkinan sumber

kecelakaan dan insiden (primer dan kontributor). Misalnya, cuaca buruk (atau

ancaman cuaca buruk) dapat menyebabkan kecelakaan dalam berbagai cara.

Informasi cuaca umumnya, tetapi tidak selalu, akurat, informasi cuaca yang

diberikan kepada awak kapal pada saat pengiriman dan dalam pelayaran umumnya,

tetapi tidak selalu, tepat waktu. Keputusan awak kapal berdasarkan informasi yang

tersedia umumnya, tetapi tidak selalu, dibuat sesuai dengan prosedur yang

ditentukan. Tidak ada cara yang jelas, dan memang tidak ada kebutuhan praktis,

untuk memisahkan sepenuhnya faktor lingkungan dari faktor operasional.

Kesadaran situasional yang tidak akurat oleh awak kapal dapat muncul dalam

beberapa cara berbeda. Beberapa contoh tercantum di bawah ini:

Awak kapal mungkin tidak memiliki data penting yang diperlukan untuk

mendefinisikan situasinya secara memadai, yang dapat menyebabkan keputusan

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 42


yang tidak tepat dan, pada akhirnya, kecelakaan. Awak kapal mungkin memiliki

data yang dibutuhkan tetapi salah menafsirkan data. Awak kapal mungkin memiliki

data yang dibutuhkan, menafsirkan data dengan benar, dan mendefinisikan situasi

secara akurat, tetapi mungkin tidak memiliki pelatihan, keterampilan, atau prosedur

untuk membuat keputusan yang tepat atau melaksanakannya dalam waktu yang

tersedia. Fitur otomatis sistem kontrol pelayaran dapat meningkatkan kesadaran

situasional dengan mengurangi beban kerja kru. Namun, tindakan otomatis yang

mengkompensasi kondisi pelayaran yang tidak biasa atau malfungsi peralatan dapat

mengurangi kesadaran situasional jika sistem otomatis menutupi adanya kelainan

atau tidak secara jelas menunjukkan tindakan apa yang diambil sebagai tanggapan.

Kapal harus dirancang sedemikian rupa sehingga, untuk semua situasi yang

diharapkan dapat dihadapi oleh awak kapal, ia akan memiliki data yang dibutuhkan

dalam bentuk yang mudah dikenali yang memfasilitasi pengambilan keputusan

yang tepat. Selanjutnya, kapal harus dirancang untuk membantu awak kapal

melaksanakan tugas-tugas yang diperlukan, terutama dalam keadaan darurat ketika

hal-hal tidak seperti biasanya terjadi atau diluar normalnya.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 43


4.3 Stres, Kelelahan dan Irama Tubuh (Stress, Fatigue and Cardiac Rythim)

4.3.1 Stres

Stres adalah reaksi seseorang baik secara fisik maupun emosional

(mental/psikis) apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan

seseorang menyesuaikan diri. Stres juga merupakan gangguan mental yang

dihadapi seseorang akibat adanya tekanan. Tekanan ini muncul dari kegagalan

individu dalam memenuhi kebutuhan atau keinginannya. Tekanan ini bisa berasal

dari dalam diri, atau dari luar. Stres tidak selalu buruk, walaupun biasanya dibahas

dalam konteks negatif, karena stres memiliki nilai positif ketika menjadi peluang

saat menawarkan potensi hasil.

Stres adalah bagian alami dan penting dari kehidupan, tetapi apabila berat dan

berlangsung lama dapat merusak kesehatan kita. Sejumlah orang bereaksi terhadap

stres dengan cara yang berbeda-beda. Meskipun stres dapat membantu menjadi

lebih waspada dan antisipasi ketika dibutuhkan, namun dapat juga menyebabkan

gangguan emosional dan fisik.

Sebagai contoh, banyak profesional memandang tekanan berupa beban kerja

yang berat dan tenggat waktu yang mepet sebagai tantangan positif yang

menaikkan mutu pekerjaan mereka dan kepuasan yang mereka dapatkan dari

pekerjaan mereka.

Stres bisa positif dan bisa negatif. Para peneliti berpendapat bahwa stres

tantangan, atau stres yang menyertai tantangan di lingkungan kerja, beroperasi

sangat berbeda dari stres hambatan, atau stres yang menghalangi dalam mencapai

tujuan. Meskipun riset mengenai stres tantangan dan stres hambatan baru tahap

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 44


permulaan, bukti awal menunjukan bahwa stres tantangan memiliki banyak

implikasi yang lebih sedikit negatifnya dibanding stres hambatan.

4.3.2 Kelelahan dan Bahasa Tubuh (Fatigue and Cardiac Rythm)

Kelelahan adalah suatu kondisi dimana terjadi penurunan kapasitas yang

dimiliki seseorang untuk bekerja. Hal ini disertai dengan rasa letih dan lemah.

Kondisi ini biasanya timbul setelah kita beraktifitas dalam waktu tertentu, apalagi

jika aktifitasnya tergolong berat dan memerlukan konsentrasi tinggi.

Secara medis, kelelahan adalah gejala non-spesifik, yang berarti memiliki

banyak kemungkinan penyebab dan menyertai banyak kondisi yang berbeda.

Kelelahan dianggap sebagai gejala, bukan tanda, karena itu adalah perasaan

subjektif yang dilaporkan oleh pasien, bukan perasaan objektif yang dapat diamati

oleh orang lain. Kelelahan dan 'Merasa lelah' sering membingungkan.

Secara fisiologis, tubuh manusia sebenarnya sudah dirancang sedemikian

rupa sehingga dapat melukakan tugasnya dengan efisien. Dan setelah mencapai

intensitas dan durasi tertentu memerlukan istirahat. Pada saat istirahat inilah tubuh

akan memperbaiki sel-sel yang rusak dengan lebih efektif. Selain itu radikal bebas

yang terbentuk selama beraktifitas akan dinetralkan oleh antioksidan endogen yang

diproduksi oleh tubuh. Tidur juga dapat meningkatkan system kekebalan tubuh

sehingga lebih tahan dalam menghadapi penyakit. Waktu dan frekuensi istirahat

yang dibutuhkan ini bervariasi pada setiap orang, bergantung pada jenis pekerjaan

yang dilakukan dan kebiasaan.

Namun secara umum manusia membutuhkan tidur sekitar 6-8 jam sehari.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 45


Jika hal ini tidak terpenuhi dan berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama,

maka tentu saja proses perbaikan sel tersebut akan terganggu. Produksi antioksidan

endogen akan menurun dan kondisi tubuh akan menurun. Penyebabnya juga

bermacam-macam.

Namun, sebenranya seberapa bahaya kelelahan bagi tubuh manusia? apakah

mungkin mempengaruhi fungsi faal jantung atau ginjal dan lainnya? Menurut

Irfiansyah, kelelahan sendiri tidak langsung semata-mata menyebabkan kematian.

Dalam kehidupan sehari–hari kita pasti menjumpai berbagai macam stressor yang

tidak bisa kita hindari, tapi bisa kita kelola. Respon tubuh terhadap stress sering

disebut mekanisme “Fight or Flight” (Melawan atau Lari). Keduanya

membutuhkan suplai energi yang tinggi. Beberapa respon tubuh akan diaktifkan,

antara lain denyut jantung meningkat, peningkatan sekresi hormone kortisol dan

adrenaline. Jika hal ini berlangsung terus menerus dan tubuh dan psikis kita tidak

dapat mengelola dengan baik, maka akan mengakibatkan fungsi tubuh menurun.

Biasanya ada kondisi medis dari orang tersebut yang sebelumnya tidak

diketahui, yang memang sulit ditemukan dengan pemeriksaan screening kesehatan

biasa. Dan organ yang sering terlibat adalah jantung. Jantung berfungsi mensuplai

kebutuhan sumber energi ke seluruh tubuh. Jika sebelumnya ada faktor risiko dan

ditambah lagi dengan stress dan kelelahan, maka fungsi ini dapat terganggu atau

malah berhenti yang dapat menyebabkan kematian.

Kebanyakan orang memandang remeh rasa lelah hingga mengabaikannya.

Lalu bagaimana cara mengantisipasinya, atau mengenali tubuh kita sudah merasa

lelah akut atau tidak, dan pengobatannya? Menurut Irfiansyah, Sebenarnya tubuh

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 46


kita pasti sudah memberikan tanda–tanda jika sudah mengalami kelelahan, antara

lain mengantuk, merasa lemah, tidak berenergi, bahkan penurunan konsentrasi,

frustasi dan mudah marah. Tanda–tanda inilah yang perlu kita kenali sebagai alarm

bahwa tubuh sudah waktunya bersitirahat. Tidak ada obat yang lebih baik bagi

orang yang merasa lelah selain beristirahat. Baru kemudian jika diperlukan kita bisa

memberikan suplemen vitamin atau antioksidan eksogen. Apakah bisa kelelahan

memicu kerusakan organ tubuh manusia?. Kerusakan ditingkat organ tubuh

biasanya memerlukan waktu lama (kecuali kerusakan akibat trauma).

Biasanya diawali dulu dengan kerusakan di tingkat seluler dan jaringan. Jika

kerusakan ini tidak sempat tergantikan dengan istirahat maupun obat-obatan (jika

diperlukan), biasanya akan dikompensasi oleh kerja system tubuh kita yang lain.

Dan jika berlanjut secara progresif akan bisa merusak organ. Untuk itu, selain tes

kesehatan, perlu juga adanya tes kebugaran. Tes kebugaran ini fungsinya untuk

mengetahui kemampuan tubuh seseorang dalam melakukan kerja atau beban

tertentu. Bila ada tugas yang harus dilakukan serentak & memerlukan waktu lama,

penyelenggara tugas perlu mempertimbangkan pembagian shift untuk istirahat.

Terpenting, pahami sistem alarm tubuh anda. Jika lelah, istirahat lah.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 47


4.3.3 Hubungan Berbahaya Antara Kelelahan dan Kewaspadaan Situasi

(Dangerous Relation between Fatigue and Situational Awareness)

Penelitian telah menunjukkan bahwa kelelahan dapat memengaruhi

kewaspadaan situasi dengan cara yang mengganggu. Beberapa orang berpikir jika

mereka melakukan tidur sing itu akan membantu. Dalam cara kecil mungkin,

karena istirahat apa pun lebih baik daripada tidak istirahat. Namun, tidur siang tidak

menyelesaikan kelelahan sistemik. Istirahat adalah komponen penting untuk fungsi

otak dan ketika tidak ada istirahat yang cukup atau tidur terganggu, dampaknya

nyata dan terukur.

Beberapa ilmuwan telah menggambarkan perilaku peserta penelitian yang

menderita kelelahan menunjukkan kualitas yang sama dengan orang yang mabuk.

Ketika Anda berpikir tentang sifat kritis dari pengambilan keputusan responden

pertama, kelelahan dapat memiliki efek bencana. Pergeseran 24 (dua puluh empat)

jam dalam organisasi yang merupakan penyedia layanan yang sibuk dapat

menghadirkan beberapa tantangan nyata bagi kesadaran situasional, pengambilan

keputusan, dan pemecahan masalah. Maka jika ditambahkan dengan pekerjaan

tambahan bekerja shift 48 (empat puluh delapan) jam berturut-turut dan itu dapat

menambah masalah.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 48


Orang-orang mungkin percaya jika mereka merasa beristirahat secara fisik,

mereka beristirahat secara mental. Pada kenyataannya, ketika tubuh fisik

beristirahat, otak tidak beristirahat. Faktanya, otak secara mengejutkan aktif saat

tubuh beristiraha, itu menunjukkan bahwa tubuh beristirahat sehingga otak

mungkin memiliki akses ke glukosa (energi) untuk melakukan angkat berat. Dan

apa yang dilakukan otak saat anda tidur?.

Oleh karena itu, kelelahan tidak hanya berdampak pada kinerja dan memori

jangka pendek, tetapi juga dapat mempengaruhi daya ingat jangka panjang.

4.4 Pertimbangan Terhadap Pengalaman Anggota Tim (Consideration of

Team Experience)

Pertimbangan pengalaman tim berarti mempertimbangkan pengalaman

semua anggota tim / crew untuk mencapai navigasi dan penjagaan yang aman.

Mungkin saja seorang anggota baru memiliki pengalaman dan keterampilan

tertentu yang dapat berguna bagi pemimpin tim dalam situasi tertentu. Oleh karena

itu, pemimpin tim perlu memahami latar belakang dan pengalaman semua anggota

tim mereka.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 49


BAB V

SIMULASI 1

ALUR PELAYARAN SEMPIT DAN RAMAI

( Narrow Channel And Dense Traffic )

Dalam praktek atau simulasi, ada beberapa hal yang perlu peserta diklat

perhatikan. Mulai Perencanaan, Persetujuan dari Nakhoda / pimpinan ,

Pelaksanaan, Kerjasama tim dan Pengawasannya. Itu semua harus dilakukan oleh

para peserta diklat agar terbiasa melakukan kegiatan apa saja diatas kapal selalu

mengikuti Prosedur atau Panduan yang telah ditetapkan oleh Konvensi

International, Peraturan Dalam Negeri , serta kebijakan perusahaan pelayaran

maupun pen-charter. Disamping itu , Pengoperasian kapal dapat dilakukan dengan

aman dan lancar, serta tanpa mengalami kecelakaan seperti : Tubrukan, Ledakan

dan Kebakaran, Kandas, Bocor, dan lain-lain.

5.1 Menyiapkan Rencana Pelayaran dari Pelabuhan Ke Pelabuhan

(Prepare A Passage Plan From Harbor To Harbor)

Menyiapkan rencana lengkap sebuah pelayaran dari pelabuhan ke pelabuhan,

harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

- Informasi dari arah pelayaran dan publikasi navigasi lainnya

- Sarat (Draught) , Squat dan kedalaman air

- Pasang dan arus (Tide and current)

- Cuaca (Weather)

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 50


- Alat bantu navigasi yang tersedia (Available navigational aids)

- Sarana pemantauan kemajuan dan menentukan kedatangan di titik-titik

kritis (Means of monitoring progress and determining arrival at critical

points)

- Lalu lintas yang diharapkan (Expected traffic)

- Alur pemisah lalu lintas laut (Traffic Separation Schemes / TSS)

- Persyaratan layanan lalu lintas laut (Requirements of Vessel Traffic

Services / VTS)

- Rencana darurat untuk titik-titik bahaya dalam rencara pelayaran

(Contigency plans for critical points of the passage)

5.2 Memperhatikan Efek Perairan Dangkal (Shallow Water Effects)

Perairan Dangkal adalah perairan dengan kedalaman sedemikian rupa

sehingga gelombang permukaan sangat dipengaruhi oleh topografi dasar. Biasanya,

ini menyiratkan kedalaman air yang setara dengan kurang dari setengah panjang

gelombang.

5.3 Mempraktekkan Berlayar di Perairan Dangkal Sebuah Kapal

(Demonstrate Sailing In Shallow Water, A Ship)

1. Telah meningkatkan stabilitas arah (Has increased directional stability)

2. Memiliki peningkatan radius putar (Has an increase in turning radius)

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 51


3. Membawa jalannya lebih lama dan merespon lebih lambat terhadap

perubahan kecepatan mesin (Carries her way longer and responds

slower to changes in engine speed)

4. Memiliki penurunan kecepatan yang lebih kecil saat berbelok (Has a

smaller fall of speed during turns)

5. Mengalami perubahan trim, biasanya pada head untuk bentuk full hull.

(Experiences a change of trim, usually by the head for a full hull form.)

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 52


BAB VI

SIMULASI 2

Merencanakan dan Melaksanakan Pelayaran

Dalam Situasi Normal dan Darurat

(Planning and Carrying Out A Voyage in Normal and Emergency Situations)

Rencana Pelayaran dapat didefinisikan sebagai Proses sistematis di mana

perintah berlayar diterjemahkan ke dalam rencana navigasi yang optimal dan

skenario navigasi terperinci untuk memenuhi misi, setelah mempertimbangkan

semua informasi yang relevan.

6.1 Rencana Pelayaran Kapal (Ship Passage Planning – Essential Steps)

Perencanaan lintas kapal melibatkan 4 langkah/tahapan utama, sebagai

berikut:

1. Penilaian (Appraisal)

2. Perencanaan (Planning)

3. Pelaksanaan / Eksekusi (Execution)

4. Pemantauan (Monitoring)

Setiap tahap dalam perencanaan lintas memiliki kepentingannya sendiri dan

sangat penting untuk melaksanakan masing-masing tahap dengan sangat hati-hati

dan mutakhir untuk memastikan pelayaran yang aman. Pada awalnya, perkiraan

kasar dibuat dari keseluruhan proses berlayar. Setelah rencana kasar siap,

selanjutnya akan diubah dan dimodifikasi/diperbaiki dengan mempertimbangkan

berbagai detail yang diperoleh dari grafik, buku percontohan, rute cuaca, dll.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 53


Proses ini dilakukan selama tahap penilaian dan perencanaan.Pada dua tahap

berikutnya yaitu pelaksanaan dan pemantauan, rencana tersebut digunakan sebagai

pedoman, dan pelayaran dilaksanakan dengan mempertimbangkan berbagai faktor,

baik yang diamati maupun yang diperkirakan. Setiap aspek perencanaan bagian

telah dijelaskan secara rinci di bawah ini:

1. Penilaian (Appraisal)

Pada tahap ini, Nakhoda kapal berdiskusi dengan perwira navigasi

biasanya Mualim 2 (Second Officer), tentang bagaimana dia akan berlayar ke

pelabuhan tujuan. (Dalam beberapa kasus mungkin diperlukan master untuk

merencanakan bagian itu). Ini adalah proses mengumpulkan semua informasi

yang relevan dengan bagian yang diusulkan, termasuk memastikan risiko dan

menilai area kritisnya. Ini melibatkan informasi yang diambil dari publikasi

serta yang ada di dalam bagan. Penilaian akan mencakup rincian dari:

• Katalog Peta (Chart Catalogue)

• Peta-peta (Charts)

• Lintasan Laut Dunia (Ocean Passages of The World)

• Peta Rute (Routeing Charts)

• Buku Kepanduan Bahari (Admiralty Sailing Directions)

• Daftar Suar dan Isyarat Kabut (Admiralty List of Lights and Fog

Signals)

• Daftar Radio Pantai Pemberi Isyarat (Admiralty List of Radio

Signals)

• Daftar Pasang Surut (Tide Tables)

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 54


• Daftar Arus Pasang Surut (Tidal Stream Atlas)

• Berita Pelaut (Notices to Mariners)

• Tabel Jarak (Admiralty Distance Tables)

• Rute Kapal (Ships Routeing)

• Peringatan Navigasi (Navigational Warnings)

• Buku Pegangan Pelaut (Mariner’s Handbook)

• Peta Garis Muat Kapal (Load Line Chart)

• Draft Kapal (Draft of Ship)

• Pemilik dan sumber lainnya (Owners and other sources)

• Pengalaman pribadi (Personal Experience)

Dengan mempertimbangkan pedoman nakhoda, pedoman perusahaan,

muatan kapal, lingkungan laut, dan semua faktor lain yang dapat

mempengaruhi kapal, perwira navigasi menggunakan jalur umum, yang harus

diikuti kapal.

Untuk memudahkan perencanaan, rencana ini pertama-tama diletakkan

pada bagan skala kecil, yang kemudian dipindahkan ke bagan skala yang

lebih besar, dan kemudian modifikasi kecil dilakukan jika dianggap perlu.

2. Perencanaan (Planning)

Setelah membuat penilaian penuh dengan menggunakan semua

informasi yang ada yang berkaitan dengan bagian itu, OOW, di bawah

wewenang Nakhoda (Master) harus menyiapkan rencana rinci untuk bagian

itu. Pada tahap ini, arah kapal yang dimaksud sebenarnya diletakkan pada

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 55


grafik skala yang sesuai dan semua informasi tambahan ditandai. Rencananya

ditata dari dermaga ke dermaga (pier to pier), termasuk perairan pandu.

Ini adalah praktik yang baik untuk menandai area berbahaya seperti

bangkai kapal di dekatnya, perairan dangkal, terumbu karang, pulau-pulau

kecil, posisi jangkar darurat, dan informasi lain apa pun yang dapat membantu

navigasi yang aman. Selain hal-hal yang disebutkan di atas, disarankan untuk

mengatur tingkat putaran untuk titik arah dan meletakkan rentang Paralel

Index untuk objek yang sesuai, jika ada.

Area pelaporan juga harus ditandai dengan jelas pada grafik. Elemen

dari tahap Perencanaan meliputi:

• Area Larangan Pergi

• Margin keamanan

• Trek yang Dipetakan

• Perubahan arah dan titik putar balik

• Pengindeksan Paralel

• Abort dan Contingency

• Membersihkan saluran dan bantalan

• Garis terdepan

• Pasang dan arus

• Perubahan status mesin

• Minimal UKC

• Penggunaan Echo Sounder

• Tanda Kepala

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 56


• Transit Alami

Aborts: Ketika mendekati perairan terbatas, kapal mungkin berada dalam

posisi di mana tidak ada tindakan yang mungkin selain melanjutkan.

Misalnya, kapal memasuki area yang sangat sempit sehingga tidak ada ruang

untuk kembali. Untuk tujuan inilah posisi digambar pada grafik yang

menunjukkan titik terakhir di mana bagian itu dapat dibatalkan.

Rencana Darurat (Contingency Plan) : Tim Anjungan (Bridge Team) harus

selalu waspada bahwa kejadian mungkin tidak berjalan sesuai rencana dan

tindakan darurat mungkin diperlukan. Rencana kontinjensi memperhitungkan

situasi seperti itu, ditunjukkan dengan jelas pada grafik sehingga OOW dapat

mengambil tindakan cepat dalam kemacetan seperti itu. Perencanaan

kontinjensi akan mencakup rute alternatif, pelabuhan yang aman, area tunggu,

tempat berlabuh darurat.

3. Pelaksanaan / Eksekusi (Excecution)

Pada tahap ini, petugas navigasi melaksanakan rencana yang telah

disusun. Setelah keberangkatan, kecepatan disesuaikan berdasarkan ETA dan

kondisi cuaca dan oseanografi yang diharapkan. Kecepatan harus disesuaikan

agar kapal tidak terlalu cepat atau terlambat di pelabuhan tujuan. Nakhoda

harus mencari tahu berapa lama perjalanan yang dimaksudkan,

memperhitungkan ketersediaan air dan bahan bakar. Juga harus

diperhitungkan adalah perubahan cuaca yang diharapkan di sepanjang jalan.

Dalam kasus dan ECDIS sedang digunakan, batas yang sesuai harus

ditetapkan sehubungan dengan:

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 57


5. Pengawasan (Monitoring)

Pengawasan adalah aspek yang memperhitungkan pemeriksaan posisi

kapal, sehingga tetap berada dalam jarak aman dari daerah bahaya.

Pengindeksan Paralel dapat digunakan untuk menjaga jarak aman di samping

bahaya apa pun terhadap navigasi. Pelayaran yang aman dan sukses hanya

dapat dicapai dengan pemantauan yang ketat dan terus-menerus terhadap

kemajuan kapal di sepanjang jalur yang telah direncanakan sebelumnya.

Situasi mungkin timbul di mana petugas navigasi mungkin merasa bijaksana

untuk menyimpang dari rencana. Dalam hal demikian, ia harus memberitahu

nakhoda dan mengambil tindakan apapun yang dianggap perlu untuk

keselamatan kapal dan awaknya. Tahap ini merupakan tahap yang sangat

penting dimana semua perwira geladak memberikan kontribusinya untuk

melaksanakan rencana tersebut. Ini membutuhkan penilaian pribadi, keahlian

dan pengalaman yang baik.

Kita semua pernah melihat buku penundaan darurat (emergency towing

booklet) di atas kapal niaga. Karena pentingnya dan risiko yang terkait

dengannya, amandemen dibuat pada Konvensi SOLAS Bab II yang

menyatakan bahwa semua kapal penumpang dan kargo yang dibangun pada

atau sebelum 1 Januari 2010 (kapal cargo yang dibangun sebelum 1 Januari

2010 harus memasang 1 buah tidak boleh lewat 1 Januari 2012) harus

dilengkapi dengan prosedur penarik/tunda darurat khusus kapal. Pembacaan

rinci dari amandemen memberi perwira kapal gagasan yang kuat tentang

risiko yang terlibat dan cara untuk mencegahnya.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 58


Jadi mari kita lihat 10 poin penting yang harus diingat untuk

menjalankan prosedur secara efisien:

1. Keselamatan :

Keselamatan adalah aspek pertama dan utama dalam melaksanakan

setiap tugas di kapal. Berbicara secara khusus dalam hal ini, Mualim 1 harus

berhubungan dengan Anjungan setiap saat. Semua LSA/PPE harus dikenakan

dan kru harus ditekan untuk mengikuti pedoman keselamatan di setiap

langkah. Tali/kawat yang tegang dapat menjadi bencana dan karenanya crew

harus menyingkir ke zona aman ketika hal yang sama terjadi. Itu selalu lebih

baik untuk memiliki jumlah minimum orang yang diperlukan di dek pada saat

itu untuk menghindari keributan dan kebingungan.

2. Lampu dan Isyarat:

Kapal yang ditunda harus mematuhi Aturan Berlayar dan menunjukkan

lampu dan isyarat yang relevan. Fungsionalitasnya harus diperiksa sebelum

dioperasikan. Penting untuk menghindari menempatkan kapal di sekitar

dalam bahaya (dengan demikian, menghindari hal yang sama untuk memiliki

kapal).

3. Sarat Kapal (Draught) :

Kapal harus memiliki draft yang sesuai dengan kebutuhannya selama

pelayaran. Sangat penting untuk berkonsultasi dengan otoritas terkait tentang

karakteristik badan air untuk mencegah kejadian yang tidak semestinya

terjadi seperti kandas (grounding)

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 59


4. Kedap air:

Sebelum berlayar, pintu-pintu dan jendela kedap air dari berbagai

bukaan harus diperiksa. Lubang palka, lubang intip, katup (valves), dll. harus

diperiksa untuk memastikan bahwa mereka berada di tempatnya selama

perjalanan.

5. Pengaturan Pengamanan:

Pengaturan pengamanan untuk kargo, gudang, dapur, dll. harus

dilakukan sebelum berlayar untuk mencegah kerusakan kolateral (collateral

damage) yang tidak diinginkan di dalam kapal.

6. Stabilitas:

Mungkin yang paling penting dari semuanya adalah stabilitas. Kapal

yang ditunda harus mempunyai stabilitas yang cukup terhadap semua kondisi

(dimuati atau balast) yang akan terjadi selama perjalanan.

7. Kemudi / Baling-baling:

Jika dianggap perlu, kemudi sebaiknya disimpan di tengah kapal.

Bersamaan dengan itu, ruang mesin harus diinformasikan terlebih dahulu agar

poros baling-baling tidak berputar.

8. Data Kapal:

Sebuah lembar data yang sangat rinci tentang kapal harus disimpan

sebelum memulai pelayaran. Ini termasuk informasi hingga detail terakhir;

segala sesuatu yang mungkin berguna untuk menjaga keselamatan kapal dan

orang-orang yang terlibat dalam prosedur.

9. Negara Laut (Sea State):

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 60


Keadaan laut sangat penting untuk tingkat kelancaran sehubungan

dengan pelayaran. Informasi harus diperoleh dengan akurasi terdekat tentang

keadaan cuaca dan laut yang diharapkan, jauh sebelum pelayaran. Semua

referensi seperti VTS, melalui komunikasi VHF dengan stasiun pantai,

Publikasi Angkatan Laut, perangkat lunak kapal yang dipesan lebih dahulu,

dll. harus digunakan untuk mendapatkan informasi spesifik tentang hal yang

sama.

10. Buku Panduan Tunda Darurat (The Emergency Towing

Booklet):

Buku panduan tunda darurat, yang berisi informasi yang berkaitan

dengan penundaan (towing), harus disimpan dengan mudah dan mencolok

sebelum dan selama prosedur. Meskipun buklet hanya dapat melayani tujuan

yang lebih sugestif daripada koersif, itu harus dirujuk karena memiliki

informasi spesifik kapal dengan gambar yang sesuai dan pengaturan penarik

lainnya.

Tidak setiap kapal memiliki peralatan canggih untuk melakukan

prosedur dengan presisi maksimum. Keterbatasan mungkin ada, tetapi itu

seharusnya tidak menjadi faktor penghalang dalam menentukan tingkat

pencapaian sebelumnya. Tidak lupa, beban kerja yang aman dari semua

perlengkapan harus dipatuhi setiap saat. Sentakan atau serangan balik yang

tiba-tiba dapat mengakibatkan banyak kerusakan pada properti. Salah satu hal

terpenting yang tidak boleh dilupakan adalah bahwa situasi darurat apa pun

selama seluruh proses penarik hampir tidak menyisakan waktu untuk

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 61


tindakan korektif. Oleh karena itu, sangat penting untuk mematuhi prosedur

operasional standar, dengan mempertimbangkan aspek individu dan oleh

karena itu, kapasitas individu dari setiap kapal. Awak harus teliti dengan

seluruh prosedur, di mana mereka secara jelas dan terus terang ditunjuk setiap

tugas untuk menghindari kebingungan. Evaluasi harus dilakukan terlebih

dahulu untuk waktu yang diharapkan dari penarik. Karena penarik adalah

bagian dari kode ISM, orang harus memahami bahwa, bagaimanapun juga,

keselamatan selalu menjadi yang terpenting.

Prosedur Darurat : Suatu prosedur atau urutan yang harus ditempuh untuk

dilaksanakan Suatu kegiatan yang diperlukan untuk mendapatkan hasil yang

baik. Darurat: suatu tempat di luar kewajaran yang terjadi di kapal yang

mengandung kecenderungan atau potensi yang dapat membantu manusia,

harta benda dan situasi di kapal.

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 62


6.2 Tema-tema yang akan dipraktekkan

Demonstrate Preparing a Passage Plan From Harbor to Harbor, Taking Account of

the Following :

A. Information from sailing directions and other navigational publications

B. Draught, squat and depth of water

C. Tide and current

D. Weather

E. Available navigational aids

F. Means of monitoring progress and determining arrival at critical points

G. Expected traffic

H. Traffic separation schemes

I. Requirements of vessel traffic services

J. Contigency plans for critical points of the passage

Merencanakan dan melaksanakan pelayaran dalam situasi Normal dan darurat.

(Planning and Carrying Out A Voyage in Normal and Emergency Situations).

*Conducted On The Bridge Simulator

Demonstrate preparing a complete passage plan from harbor to harbor, taking

account of the following :

Information from sailing directions and other navigational publications

1. Draught, squat and depth of water

2. Tide and current

3. Weather

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 63


4. Available navigational aids

5. Means of monitoring progress and determining arrival at critical points

6. Expected traffic

7. Traffic separation schemes

8. Requirements of vessel traffic services

9. Contigency plans for critical points of the passage

*Conducted On The Bridge Simulator

Make use of checklists for departure, for arrival and for coastal waters

*Conducted On The Bridge Simulator

Use the ship’s manoeuvringinformation, prepare a detailed plan for approach to and

departure from a pilot station

*Conducted On The Bridge Simulator

Carry out the planned passage and monitor the progress

*Conducted On The Bridge Simulator

Comply at all times with the requirements of regulation VIII/2 and section A-VIII/2

of the SCTW 2010 and COLREG 1972

*Conducted On The Bridge Simulator

Demonstrate compliance with rule 10 of COLREG 1972 when joining, leaving or

navigating in a traffic separation scheme

*Conducted On The Bridge Simulator

Demonstrate correct procedures when communicating with a vessel traffic service

*Conducted On The Bridge Simulator

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 64


Demonstrate the approach to or departure from a pilot station, using the plan

prepared in objective

*Conducted On The Bridge Simulator

Demonstrate skill in approaching or leaving berths under various conditions of wind

and tide

*Conducted On The Bridge Simulator

Maintain a record of engine movements and make

*Conducted On The Bridge Simulator

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 65


DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

1. Swift, A.J. 1993. Bridge Team Management. London : The Nautical Institute.

2. Parrott, Daniel S. 2011. Bridge Resource Management for Small Ships.


Blacklick : International Marine, Mc.Grow-Hill

3. Taylor and Francis Group. 2015. Safety of Marine Transport : Marine


Navigation and Safety of Sea Transportation. London . Taylor and Francis
Group.

4. IMO. 2002. Model Course 1.22 : Ship Simulator and Bridge Teamwork.
London : International Maritime Organization.

5. ----. 2014. ISM Code : International Safety Management Code, with


Guidelines For its Implementation. London : International Maritime
Organization

6. ----. 2017. STCW : Including 2010 Manila Amendments, STCW Convention


and STCW Code. London : International Maritime Organization.

7. International Chamber of Shipping. 2007. Bridge Procedures Guide, Edition


IV. London : International Chamber of Shipping

8. ----. 2013. Ship to Ship : Transfer Guide for Petroleum, Chemical and
Liquified Gases. Edition I. Scotland : International Chamber of Shipping

9. ----. 2016. ISGOTT : International Safety Guide for Oil Tankers and
Terminals. Edition V. Scotland : International Chamber of Shipping

10. Irwadi, Irfiansyah. 2019. “Mengenal Apa Itu Lelah”,


https://fk.unair.ac.id/mengenal-apa-itu-lelah/, Diakses pada 12 Juli 2021.
21.15 wita

11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. “Apakah yang Dimaksud


Stress Itu ? ”, http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stress/apakah-
yang-dimaksud-stres-itu . Diakses pada 12 Juli 2021 pukul 21.25 wita

12. Anonim. 2021. “Nakhoda”. https://id.wikipedia.org/wiki/Nakhoda . Diakses


pada 12 Juli 2021 pukul 21.00 wita

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 66


LAMPIRAN

1. Checklists For Departure, For Arrival and For Coastal Waters

The following example of checklists for departure

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 67


The following example of checklists for arrival :

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 68


The following example of checklists for coastal water :

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 69


2. Use the Ship’s Manoeuvring Information, Prepare a Detailed Plan for

Approach to and Departure from a Pilot Station

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 70


3. Carry Out the Planned Passage and Monitor the Progres

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 71


DAFTAR PUSTAKA

1. Swift, A.J. 1993. Bridge Team Management. London : The Nautical Institute.

2. Parrott, Daniel S. 2011. Bridge Resource Management for Small Ships.


Blacklick : International Marine, Mc.Grow-Hill

3. Taylor and Francis Group. 2015. Safety of Marine Transport : Marine


Navigation and Safety of Sea Transportation. London . Taylor and Francis
Group.

4. IMO. 2002. Model Course 1.22 : Ship Simulator and Bridge Teamwork.
London : International Maritime Organization.

5. ----. 2014. ISM Code : International Safety Management Code, with


Guidelines For its Implementation. London : International Maritime
Organization

6. ----. 2017. STCW : Including 2010 Manila Amendments, STCW Convention


and STCW Code. London : International Maritime Organization.

7. International Chamber of Shipping. 2007. Bridge Procedures Guide, Edition


IV. London : International Chamber of Shipping

8. ----. 2013. Ship to Ship : Transfer Guide for Petroleum, Chemical and
Liquified Gases. Edition I. Scotland : International Chamber of Shipping

9. ----. 2016. ISGOTT : International Safety Guide for Oil Tankers and
Terminals. Edition V. Scotland : International Chamber of Shipping

10. Irwadi, Irfiansyah. 2019. “Mengenal Apa Itu Lelah”,


https://fk.unair.ac.id/mengenal-apa-itu-lelah/, Diakses pada 12 Juli 2021.
21.15 wita

11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. “Apakah yang Dimaksud


Stress Itu ? ”, http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stress/apakah-
yang-dimaksud-stres-itu . Diakses pada 12 Juli 2021 pukul 21.25 wita

12. Anonim. 2021. “Nakhoda”. https://id.wikipedia.org/wiki/Nakhoda . Diakses


pada 12 Juli 2021 pukul 21.00 wita

AKADEMI MARITIM INDONESIA AIPI MAKASSAR Page 1

Anda mungkin juga menyukai