OLEH`:
NAMA MAHASISWA : SAPARI, S.Pi
NIM :-
BIDANG STUDI/PRODI : NAUTIKA KAPAL PENANGKAPAN IKAN
Piji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, dan hidayah-
Nya Perangkat Pembelajaran Daring dengan model Discovery learning pada materi operasi
penangkapan ikan dengan menggunakan long line ini dapat terselesaikan.
Perangkat Pembelajaran Discovery learning Kegiatan Belajar struktur organisasi kapal,
perjanjian kerja laut,hak dan kewajiban awak kapal,pemutusan hubungan kerja
penulis susun untuk memenuhi tugas dan tagihan mahasiswa PPG Dalam Jabatan tahun
2021 Universitas Negeri Surabaya pada tahap Perencanaan perangkat pembelajaran yaitu
Penyusunan Perangkat Pembelajaran Berbasis Masalah untuk mengidentifikasi permasalahan
pembelajaran yang dialami Mahasiswa PPG yang disebabkan oleh defisit kompetensi maupun
miskonsepsi peserta didik terkait KD yang dipelajari. Dalam materi ajar ini penyusun
menyajikan beberapa refrensi dan solusi untuk mengatasi masalah yang terjadi saat
pembelajaran. Materi ajar ini dikembangkan dengan mengedepankan pendekatan higher order
thinking skill (HOTS) dan mengintegrasikan kerangka berpikir technological, pedagogical,
content knowledge (TPACK)
Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya
dalam melaksanakan PPG Dalam Jabatan ini terutama kepada yang terhormat :
1. Bpk. Prof. Nurhasan M.Kes, sebagai Rektor Universitas Negeri Surabaya
2. Bpk Ka.Lembaga Ip3 Dr.Bachtiar Syaiful Bachri Syaiful Bachri, M.Pd
3. Ketua PPG Drs. Fatkur Rohman Kafrawi M.pd
4. Bpk Dr. YUNUS, M.Pd, sebagai Dosen Pembimbing
5. Bpk Dr. Muhaji, sebagai Dosen Pembimbing
6. Teman-teman peserta PPG Dalam Jabatan Angkatan III
Modul ini belum sempurna, maka dari itu diharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk penyempurnaan modul ini.
Akhir kata semoga materi ajar ini bermanfaat bagi Mahasiswa PPG.
SAPARI
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ iii
KEGIATAN BELAJAR 1
PERJANJIAN KERJA LAUT,HAK DAN KEWAJIBAN AWAK KAPAL,PEMUTUSAN
HUBUNGAN KERJA JAGA
A. PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
1. Deskripsi singkat.......................................................................................................... 1
2. Relevansi ..................................................................................................................... 2
3. Petunjuk belajar ........................................................................................................... 2
B. MATERI INTI ................................................................................................................ 3
1. Capaian pembelajaran .................................................................................................. 3
2. Sub capaian pembelajaran............................................................................................ 3
3. Uraian materi :.............................................................................................................. 3
a. struktur organisasi kapal........................................................................................... 3
C. PENUTUP........................................................................................................................ 8
1.Rangkuman.................................................................................................................. 24
2.Tes Sumatif.................................................................................................................. 25
3. Kunci Jawaban............................................................................................................ 27
D. DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 29
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
A. PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
Anak Buah Kapal (ABK) atau Awak Kapal adalah semua orang yang
bekerja di kapal, yang bertugas mengoperasikan dan memelihara serta menjaga
kapal dan muatanya, terkecuali Nahkoda. Awak Kapal ini terdiri dari beberapa
bagian, dan masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri, ABK
ini bertanggung jawab terhadap perwira kapal tergantung department
masingmasing. Pimpinan tertinggi ABK atau Awak Kapal ini adalah Mualim 1
(Chief Officer) pada Deck Department sedangkan Mualim 1 itu sendiri
bertanggung jawab terhadap Nahkoda, namun kebanyakan di atas kapal ABK
belum mengetahui tugasnya masing-masing . Oleh karena itu seharusnya
perusahaan meningkatkan peraturan ketenagakerjaan di kapal guna menciptakan
keamanan dan kesejahteraan Anak Buah Kapal. Sehingga tercipta keadilan dan
ketentraman di tengah-tengah tenaga kerja. Berkaitan dalam hal ini pemerintah
mengeluarkan UU no. 13/2003 tentang ketenagakerjaan, oleh sebab itu hubungan
kerja antara seorang pekerja dengan badan usaha perlu diatur sedemikian rupa
supaya tidak terjadi kesewenangwenangan yang bisa merugikan salah satu pihak,
dan membuat kenyamanan terhadap pekerja dan penyedia lapangan kerja atau
badan usaha sehingga tercipta keharmonisan terhadap satu sama lai.
Dalam melakukan pendalaman materi struktur organisasi
kapalmengidentifikasi adanya masalah yang ditemukan dan dirumuskan sebagai
berikut:
1) Penulis menganggap bahwa struktur organisasi kapal banyak terjadi masalah
2) Penulis mengalami miskonsepsi terhadap struktur organisasi kapal
Dari masalah dalam materi yang menyebabkan penulis mengalami
kesulitan karena minim kompetensi dan menyebabkan miskonsepsi tersebut
penulis merancang penyelesaian dengan mengkaji lebih mendalam materi Modul
struktur organisasi kapal, dengan menambahkan sumber informasi tambahan yang
relevan yang disesuaikan dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi.
Adapun pembahasan pada struktur organisasi kapalTugas ini penulis
tuangkan dalam peta konsep dibawah ini:
1
struktur organisasi kapal
2. Relevansi
Setelah mempelajari materi ajar ini mahasiswa PPG diharapkan mampu:
a. Memiliki rasa ingin tahu dalam Perjanjian kerja laut,hak dan
kewajiban awak kapal,pemutusan hubungan kerja
b. Memahami Prinsip-Prinsip Tugas Jaga Navigasi, Pengaturan Tugas Jaga,
Serah Terima Tugas Jaga
c. Melaksanakan Tugas Jaga Navigasi, Petunjuk Tugas Jaga Untuk Perwira
Kapal, Jadwal tugas jaga
3. Petunjuk Belajar
Untuk membantu memahami materi ajar ini perhatikan petunjuk belajar
berikut:
a. Bacalah uraian materi tentang Perjanjian kerja laut,hak dan kewajiban
awak kapal,pemutusan hubungan kerja
b. Untuk memudahkan pemahaman terhadap materi ajar ini bacalah peta
konsep dengan seksama.
2
B. MATERI INTI
1. Capaian Pembelajaran
a. Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta keterkaitan dalam
konteks menentukan dugaan daerah penangkapan ikan secara tradisional
d. Menguasai konsep teoritis materi pelajaran Perjanjian kerja laut,hak
dan kewajiban awak kapal,pemutusan hubungan kerja mendalam.
2. Sub Capaian Pembelajaran
a. Memiliki rasa ingin tahu dalam Perjanjian kerja laut,hak dan kewajiban
awak kapal,pemutusan hubungan kerja
b. Memahami Prinsip-Prinsip Tugas Jaga Navigasi, Pengaturan Tugas Jaga,
Serah Terima Tugas Jaga
c. Melaksanakan Tugas Jaga Navigasi, Petunjuk Tugas Jaga Untuk Perwira Kapal,
Jadwal tugas jaga
3. Uraian Materi
STRUKTUR ORGANISASI KAPAL
Struktur organisasi kapal terdiri dari:
1)Seorang Nakhoda selaku pimpinan umum di atas kapal &
2)Anak Buah kapal yang terdiri dari para perwira kapal dan non
perwira/bawahan (subordinate crew).
Struktur organisasi kapal diatas bukanlah struktur yang baku, karena tiap
kapal bisa berbeda struktur organisani nya tergantung jenis, fungsi dan
kondisi kapal tersebut.
Semua orang yang mempunyai jabatan di atas kapal itu disebut Awak
kapal, termasuk Nakhoda, tetapi Anak kapal atau Anak Buah Kapal
(ABK) adalah semua orang yang mempunyai jabatan diatas kapal kecuali
jabatan Nakhoda.
3
Gambar 2. Struktur organisasi kapal
4
Tugas & Tanggung Jawab ABK KM. MITRAMAS
1) Nakhoda
Keselamatan kapal
Keuangan kapal
Kondisi kapal
Kerja kapal, prestasi kerja ABK
Stock cargo/muatan kapal (ton/trip)
Mengoptimalkan hasil produksi (min. 10 ton/hari)
Meningkatkan mutu produksi
Mengoptimalkan hasil produksi (hari/trip)
Pengendalian biaya produksi (Rp/trip)
Sebagai wakil perusahaan saat berhadapan dg pihak berwenang
2) Mualim 1
Pengendalian mutu penerimaan ikan
Pengendalian mutu hasil proses
Jurnal produksi (kg/jenis/mutu/size/hari)
Pengendalian biaya kapal bagian deck(Rp/trip)
Program kerja bagian deck
Administrasi kapal bagian deck (intern & ekstern)
Penempatan & pembongkaran muatan
Kesiapan alat navigasi
Kas kapal
Pengganti nakhoda jika berhalangan
3) Mualim II
Administrasi produksi & nota pembelian
Kas ikan
Pengendalian es kapal penangkapan (ratio es:ikan=1:2)
Kesiapan alat bongkar muat
Pengendalian biaya makan ABK (Rp/ABK/hari), bekerja sama dg koki
5
Membantu tugas mualim 1
4) Mualim III
Penimbangan hasil produksi kpl penangkap (nota timbang)
Stock spart part, alat & kerja deck
Kesiapan alat produksi
membantu tugas tugas mualim II
6) Masinis I
Program kerja bagian mesin
Administrasi bagian mesin (intern & ekstern)
Kesiapan main engine & refrigeration machine
Pengganti KKM jika berhalangan
7) Masinis II
Inventaris mesin & pesawat bantu
Stock spare part, alat & bahan kerja mesin
Kesiapan engine kapal & perlistrikan
8) Masinis III
♂ Kesiapan pesawat bantu mesin
♂ Pengendalian alat & bahan kerja mesin (Rp/trip)
9) Oiler
Pelaksana kerja kegiatan & perawatan bagian mesin
6
10) Chief Cook
Perawatan dapur, ruang mkn, bahan mknan & peralatan
Pengaturan menu makanan ABK
Pengendalian biaya mkn ABK (Rp/org/hari)
Nakhoda Kapal
UU. No.21 Th. 1992 dan juga pasal 341.b KUHD dengan tegas
menyatakan bahwa Nakhoda adalah pemimpin kapal, kemudian dengan
menelaah pasal 341 KUHD dan pasal 1 ayat 12 UU. No.21 Th.1992, maka
definisi dari Nakhoda adalah sebagai berikut :
“ Nakhoda kapal ialah seseorang yang sudah menanda tangani Perjanjian
Kerja Laut (PKL) dengan Pengusaha Kapal dimana dinyatakan sebagai
Nakhoda, serta memenuhi syarat sebagai Nakhoda dalam arti untuk
memimpin kapal sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku “
7
Bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran
Bertanggung jawab atas keselamatan para pelayar yang ada diatas
kapalnya
Mematuhi perintah Pengusaha kapal selama tidak menyimpang dari
peraturan perundang-undangan yang berlaku
8
2. Nakhoda sebagai Pemimpin Kapal
“ Nakhoda bertanggung jawab dalam membawa kapal berlayar dari
pelabuhan satu ke pelabuhan lain atau dari tempat satu ke tempat lain
dengan selamat, aman sampai tujuan terhadap penumpang dan segala
muatannya “.
9
Jikalau terjadi kematian :
a) Membuat Berita Acara Kematian dengan 2 orang saksi (biasanya Perwira
kapal)
b) Mencatat terjadinya kematian tersebut dalam Buku Harian Kapal
c) Menyerahkan Berita Acara Kematian tersebut pada Kantor Catatan Sipil di
pelabuhan pertama yang disinggahi
d) Sebab-sebab kematian tidak boleh ditulis dalam Berita Acara Kematian
maupun Buku Harian Kapal, karena wewenang membuat visum ada pada
tangan dokter.
Apabila kelahiran maupun kematian terjadi di luar negeri, Berita Acaranya
diserahkan pada Kantor Kedutaan Besar R.I. yang berada di negara yang
bersangkutan.
Pengangkatan Nakhoda.
1) Perusahaan berkebijaksanaan sedapat mungkin mempromosikan Nakhoda
dari dalam perusahaan sehingga kenajuan secara alami akan pekerjaan,
pengalaman dan penilaian terpelihara. Bekerja didampingi untuk masa
periode penyesuaian sepatutnya akan diadakan.
2) Perusahaan mengetahui pentingnya pengangkatan Nakhoda kapal dan
memastikan bahwa setiap pengangkatan dilaksanakan secara terkontrol
dan dengan sikap tanggung jawab yang dapat diverifikasi dan diaudit.
3) SMS memastikan bahwa dukungan dan wewenang yang diperlukan,
diberikan kepada Nakhoda agar ia dapat sepatutnya melaksanakan
tanggung jawabnya.
4) Perusahaan mendorong para Perwira untuk menjadi Nakhoda dengan
memberikan training untuk membantu pengembangan karir staf laut.
5) Apabila perusahaan perlu menerima Nakhoda dari luar perusahaan, ia akan
resmi diinterview oleh Bagian Operasi Kapal dan DP untuk memastikan
bahwa ia memenuhi semua persyaratan perusahaan, kwalifikasi,
memenuhi semua peraturan perundang-undangan yang terkait dan ia harus
mempunyai surat keterangan kasehatan. Nakhoda yang baru dipromosikan
10
tetap berada dibawah pengawasan senior manajemen dan DP sampai
terbukti akan kemampuannya.
6) Seluruh Nakhoda harus diberikan pengarahan sepenuhnya di kantor
mengenai kebijaksanaan Perlindungan Lingkungan dan Keslamatan
Perusahaan dan SMS oleh DP.
7) Nakhoda diberikan tenggang waktu serah terima yang secukupnya secara
praktek untuk memastikan pengenalan yang memadai akan kapal yang
dipimpinnya dan seluruh kriteria pengoperasiannya.
8) Seluruh Nakhoda tidak hanya memahami akan Kebijaksaan Keselamatan
dari perusahaan, prosedur dan sistem pendokumentasian pekerjaan kapal,
tapi juga bertanggung jawab atas penerapannya di kapal.
9) Sistem SMS telah dirancang dengan cermat untuk memastikan bahwa
manajemen di darat memberikan dukungan yang diperlukan kepada
Nakhoda agar ia dapat melaksanakan semua tanggung jawabnya
11
dan peraturan-peraturan, Security Clearance dan izin operasi pelabuhan
setempat;
9) Pengawasan pelaksanaan pekerjaan bawahan langsung seperti Mualim I
(Perwira I) dan Kepala Kamar Mesin (KKM);
10) Mengenali dan melaksanakan persyaratan pelatihan untuk perwira dan
ABK sehingga semua diatas kapal bisa mengikuti perubahan tehnologi;
11) Memastikan semua awak kapal (ABK) sepenuhnya siap untuk menangani
masalah darurat dengan mengatur latihan praktek secara teratur.
Kewenagan Nakhoda
1) Nakhoda untuk kapal motor ukuran GT 35 (tiga puluh lima
GrossTonnage) atau lebih memiliki wewenang penegakan hukum dan
bertanggung jawab atas keselamatan, keamanan dan ketertiban kapal,
pelayar dan barang muatan sebagaimana dimaksud Pasal 137 ayat (1)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2008 Tentang
Pelayaran.
2) Nakhoda sebagaimana dimaksud butir 1 huruf a diatas diberi tugas dan
kewenangan khusus yaitu:
Membuat cacatan setiap kelahiran;
Membuat catatan setiap kematian; dan
Menyaksikan dan mencatat surat wasiat.
12
3) Nakhoda berwenang memberikan tindakan disiplin atas pelanggaran yang
dilakukan setiap Anak Buah Kapal yang:
Meninggalkan kapal tanpa izin Nakhoda;
Tidak kembali kekapal pada waktunya;
Tidak melaksanakan tugas dengan baik;
Menolak perintah penugasan;
Berperilaku tidak tertib; dan/atau berperilaku tidak layak
sebagaimana dimaksud Pasal 143 ayat (3) Undang-Undang No.17
Tahun 2008
13
Tugas & Tanggung Jawab Mualim.
A. Mualim I
a. Pengganti Nakhoda jk berhalang
b. Kas kapal
c. Kesiapan alat navigasi
d. Adm. Kpl bag.deck
e. Penempatan & pembongkarn muatan
f. Jurnal produksi
g. Pengendali hsl produksi
h. Pengendalian mutu penerimaan
B. Mualim II
a. Membantu tugas Mualim I
b. Pengendalian biaya ransum ABK
c. Kesiapan alat bongkar muat
d. Pengendalian es kapal penangkap ikan
e. Kas ikan
f. Administrasi produksi
C. Mualim III
a. Membantu Mualim II
b. Penimbangan hsl produksi kpl
c. Stock spart part, alat & bhn kerja deck kpl
d. Kesiapan alat produksi
14
5) Tugas-tugas yang digariskan dalam langkah pencegahan keamanan.
15
Peraturan Pengawakan Kapal
Dengan diberlakukannya Amandemen International Convention on
Standard of Training Certification and Watchkeeping for Seafarers
(STCW) 1995 sebagai penyempurnaan STCW 1978, maka Menteri
Perhubungan menetapkan peraturan dalam bentuk Keputusan Menteri
Perhubungan No.70 Th.1998 tanggal, 21 Oktober 1998 tentang
Pengawakan Kapal Niaga.
Pada BAB.II Pasal 2 ayat (1) dan (2) bahwa pada setiap kapal niaga yang
berlayar harus diawaki dengan susunan terdiri dari : seorang Nakhoda,
sejumlah perwira, sejumlah rating. Susunan awak kapal didasarkan pada:
daerah pelayaran, tonase kotor kapal (gross tonnage/GT) dan ukuran
tenaga penggerak kapal (kilowatt/KW).
Pada pasal 8 menetapkan dan memperjelas bahwa awak kapal yang
mengawaki kapal niaga sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1)
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. bagi Nakhoda, Mualim atau Masinis harus memiliki sertifikat keahlian
pelaut yang jenis dan tingkat sertifikatnya sesuai dengan daerah pelayaran,
tonase kotor dan ukuran tenaga penggerak kapal dan memiliki sertifikat
ketrampilan pelaut
b. bagi operator radio harus memiliki sertifikat keahlian pelaut bidang
radio yang jenis dan tingkat sertifikatnya sesuai dengan peralatan radio
yang ada di kapal dan memiliki sertifikat ketrampilan pelaut
c. bagi rating harus memiliki sertifikat keahlian pelaut dan sertifikat
ketrampilan pelaut yang jenis sertifikatnya sesuai dengan jenis tugas,
ukuran dan jenis kapal serta tata susunan kapal.
Sertifikat Kepelautan :
a. Sertifikat Keahlian Pelaut (Certificate Of Competency / COC)
a.1. Sertifikat Keahlian Pelaut Nautika
Sertifikat Ahli Nautika Tingkat I ( ANT I )
Sertifikat Ahli Nautika Tingkat II ( ANT II )
16
Sertifikat Ahli Nautika Tingkat III ( ANT III )
Sertifikat Ahli Nautika Tingkat IV ( ANT IV )
Sertifikat Ahli Nautika Tingkat Dasar ( ANT Dasar)
Catatan :
Sertifikat Ahli Nautika Tingkat Dasar (ANT Dasar) adalah Sertifikat
Keahlian sebagai Rating bagian Deck.
17
- Program Pelatihan Tingkat Lanjut Tentang Pengoperasian Kapal Tangki
Bahan Kimia
- Program Pelatihan Tingkat Lanjut Tentang Pengoperasia Kapal Tangki
Gas Cair
18
1. Surat Ukur (Certificate of Tonnage and Measurement )
Surat Ukur ( Certificate of Tonnage and Measurement ) ialah suatu
Sertifikat yang diberikan setelah diadakan pengukuran terhadap kapal oleh
juru ukur dan instansi pemerintah yang berwenang, yang merupakan
sertifikat pengesahan dan ukuran-ukuran dan tonase kapal menurut
ketentuan yang berlaku.
Pasal 347-352 KUHD serta pasal 45 UU. 21, Th. 1992 mengatur tentang
Surat Ukur. Setelah diadakan pengukuran kepada kapal diberikan Surat
Ukur Kapal. Isi dari sebuah Surat Ukur itu antara lain, Nama Kapal, Tanda
Selar (Nomor Registerresmi kapal), Tempat asal kapal, Jumlah dek,
jumlah tiang, dasae berganda, tangki ballast, Ukuran Tonnage, Volome
dan lainnya.
apabila kapal tidak berganti nama, tidak berubah konstruksi, tidak
tenggelam, tidak terbakar, musnah dan sejenisnya.
Juru ukur dari instansi pemerintah yang berwenang, biasanya dari pegawai
di lingkungan Dirjen Perhubungan Laut, dan hanya kapal-kapal yang
besarnya 20 m3 keatas yang wajib memperoleh Surat Ukur.
19
Pernyataan Kebangsaan, Anggaran Dasar (AD) Perusahaan, Salinan Surat
Ukur, Sertifikasi Pelepasan dari Negara sebelumnya, Surat ijin pembelian,
Surat Kuasa (jika pengurusannya dikuasakan kepada orang lain).
Kebangsaan dan Surat Laut atau Surat Pas Kapal. Kapal yang belum
didaftarkan dalam register kapal tidak mungkin mendapat suatu bukti
kebangsaan. Tanda bukti kebangsaan berupa Surat laut atau Pas Kapal itu
penting karena dengan mengibarkan bendera kebangsaan dapat diketahui
kebangsaan dari kapal yang bersangkutan.
Manfaat dan atau kekuatan dari Bukti Kebangsaan Kapal (Surat Kaut atau
Pas Kapal) adalah :
1. Sebagai kekuatan hukum didalam Negara Indonesia, artinya :
- Bahwa kapal sudah didaftarkan dalam register kapal
- Bahwa kapal itu bukan kapal asing, melainkan kapal Indonesia yang
tunduk pada hukum Negara Indonesia
2. Sebagai kekuatan hukum dikuar Negara Indonesia, meliputi :
- Bahwa pada saat kapal berada di wilayah teritorial negara ain, diatas
kapal itu tetap merupakan wilayah Kedaulatan Negara Republik Indonesia
Jadi dapat disimpulkan bahwa kapal diberi surat Ukur setelah diadakan
pengukuran oleh Juru Ukur, kemudian kapal didaftarkan untuk
memperoleh Tanda Pendaftaran Kapal. Setelah itu diberikan Bukti
Kebangsaan berupa :
1. Surat Laut : diberikan kepada kapal yang besarnya 500 m3 atau lebih
(isi kotor) yang bukan kapal nelayan atau kapal persiar,
2. Pas Kapal : diberikan kepada kapal yang besarnya 20 m3 atau lebih (isi
kotor) tetapi kurang dari 500 m3, yang bukan kapal nelayan atau kapal
pesiar, dengan nama Pas Tahunan,
3. Pas Kecil (Pas Biru) : diberikan kepada kapal-kapal yang isi kotornya
kurang dari 20 m3 atau kapal nelayan dan kapal pesiar.
20
diterbitkan oleh Pemerintah Negara Kebangsaan kapal, berdasarkan
Perjanjian Internasional (monvensi) tentang garis muat dan lambung
timbul (free board) yang memberikan pembatasan garis muat untuk
tiaptiap musim atau daerah atau jenis perairan dimana kapal berlayar.
Maksud dan Tujuan dari setifikat garis muat itu adalah agar kapal tidak
dimuati lebih dari garis muat yang diijinkan sehingga kapal tetap memiliki
daya aping cadangan ( reserve of buoyance).
Adapun isi dari sertifikat garis muat meliputi Nama kapal, nama panggilan
kapal, nama pelabuhan pendaftaran, isi kotor, dan ukuran serta susunan
lambung timbul/Merkah Kambangan/Plimsol Mark dituliskan huruf :
(lihat gambar dibawah ini).;
S= Musim panas
W= Musim Dingin
WNA = Musim Dingin Atlantik Utara
T= Daerah Tropis
FW = Daerah Air Tawar
TFW = Daerah Air Tawar di tempat Tropis
21
diberikan kepada sebuah kapal oleh Departemen Kesehatan yaitu
Kesehatan Pelabuhan ( Port Health ), setelah kapal yang bersangkutan di
semprot dengan uap campuran belerang atau cyanida dan telah diteliti
tidak terdapat tikus di kapal atau relatif sudah sangat sedikit jumlahnya.
Masa berlaku sertifikat ini adalah 6 bulan dan dapat diperpanjang selama 1
tahun. Jika telah habis masa berlakunya tetapi kapal belum disemprot lagi
hanya diteliti dan temui bahwa tidak ada atau tidak banyak tikus di kapal,
maka kepada kapal itu diberikan Surat Keterangan yang disebut dengan
Pembebasan Hapus Tikus ( Dreating Exemption ) yang berlaku 6 bulan
Pembebasan Hapus Tikus ( Dreating Exemption ) adalah sebuah Surat
Keterangan yang diberikan kepada sebuah kapal yang Sertifikat Hapus
Tikusnya telah gugur / tidak berlaku lagi, dimana kapal tersebut
tidak/belum disemprot lagi dengan uap campur belerang atau cyanida,
melainkan hanya di teliti dan didapati bahwa tidak ada atau tidak banyak
tikus di kapal. Pembebasan Hapus tikus ( Dreating Exemption ) diberikan
dengan masa berlakunya 6 bulan.
22
tempat sandar.
7. International Declaration of Health adalah suatu pernyataan bahwa
kapal sehat, tidak tersangka dan tidak terjangkit suatu penyakit menular
8. Daftar / Sijil Awak kapal adalah suatu buku yang berisi Daftar nama
dan jabatan Anak Kapal, yaitu mereka yang melakukan tugas diatas kapal
yang harus diketahui serta disyahkan oleh Syahbandar (Pasal 375 KUHD).
23
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Kekhususan lainnya dari PKL adalah, di dalam PKL diatur mengenai
tempat bekerja, yang adalah di atas sebuah kapal dan selalu berpindah-pindah,
tidak dapat dipastikan di mana daerah yang menjadi tujuan, serta di mana
perselisihan tersebut terjadi, tidak bisa ditentukan. Misalnya, ABK yang
bekerja pada perusahaan pelayaran, dimana tujuan dari perusahaan pelayaran
selalu berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat lainnya, sehingga kapan
dan dimana terjadi perselisihan antara ABK dengan pihak perusahaan tidaklah
tentu, sehingga apabila terjadi perselisihan di daerah yang bukan tempat PKL
tersebut dibuat, maka yang digunakan adalah KUHD sebagai dasar hukumnya
dan pihak syahbandar sebagai pihak penengahnya. Misalnya, jika PKL dibuat
di Ambon, sedangkan perselisihannya terjadi di Surabaya, maka para pihak
tidak bisa membawa persoalan ini ke pihak Disnakertrans Kota Ambon untuk
menyelesaikan perselisihan tersebut.
Sementara itu, pada perusahaan penangkapan ikan kekhususan tersebut
tidak nampak, dimana pada perusahaan penangkapan ikan telah diketahui
tujuannya dalam berlayar adalah untuk menangkap ikan pada wilayah-wilayah
penangkapan ikan yang berada di perairan Indonesia. Sehingga bila terjadi
perselisihan antara ABK dengan nahkoda maupun pihak perusahaan, dapat
ditentukan tempat perselisihannya. Jika terjadi perselisihan pada saat kapal
sedang melakukan operasi penangkapan ikan di laut, maka proses
penyelesaiannya dapat dilakukan setelah kapal kembali lagi ke pangkalan atau
kantornya di Kota Ambon.
Dengan demikian, terkait dengan ABK yang bekerja pada perusahaan
penangkapan ikan seperti PT Nusantara Fishery, sifat kekhususan dari PKL
tidaklah nampak. Atas dasar inilah, maka menurut penulis, sifat kekhususan
yang dimiliki oleh ABK dan PKL pada umumnya tidak melekat pada seorang
ABK yang bekerja pada perusahaan penangkapan ikan, maupun PKL yang
dibuat antara perusahaan penangkapan ikan dengan ABK. Sebaliknya, yang
nampak dari ABK dan PKL yang dibuat dengan perusahaan penangkapan ikan,
adalah lebih menunjukan ciri-ciri dari seorang pekerja pada umumnya
24
2. Tes Formatif
Berilah tanda (X) untuk jawaban atas pertanyaan dibawah ini yang menurut
anda benar!
2. Pemutusan hubungan kerja (PHK) antara perusahaan kapal dan ABK di atur
dalam UU
Pasal ?
a. Pasal 1 angka (1) UU No 2 Tahun 2005
b. Pasal 1 angka (1) UU No 2 Tahun 2004
c. Pasal 1 angka (1) UU No 2 Tahun 2006
d. Pasal 1 angka (1) UU No 2 Tahun 2007
e. Semua salah
25
c. Hak Atas Tempat Tinggal dan Makan
d. Hak Atas Cuti
e. Semua benar
1. A
2. B
3. C
4. D
26
KUNCI JAWABAN SOAL URAIAN (ESSAY)
27
4. Kewajiban Anak Buah Kapal
1) Taat kepada perintah atasan, teristimewa terhadap perintah Nakhoda
2) Meninggalkan kapal (turun ke darat) harus dengan ijin Nakhoda atau yang
mewakilinya
3) Tidak membawa barang dagangan, minum-minuman keras, dan senjata
(api) di atas kapal
4) Melakukan tugas tambahan atau kerja lembur jika dianggap perlu oleh
Nakhoda
5) Turut membantu menyelamatakan kapal penumpang, & muatannya, dlm
kecelakaan kapal
6) Berprilaku sopan, serta tidak mabuk-mabukan di kapal dalam rangka turut
menciptakan keamanan dan ketertiban diatas kapal
5. Sebutkan Pemutusan hubungan kerja (PHK) antara perusahaan kapal dan ABK
di atur dalam UU
28
DAFTAR PUSTAKA
29