Anda di halaman 1dari 39

KARYA ILMIAH TERAPAN

PENERAPAN LATIHAN KEBAKARAN DI ATAS KAPAL MT


BULL SULAWESI UNTUK MENCEGAH TERJADINYA
KEBAKARAN

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

DARWIS FIRDAUS
NIT. 03.15.007.1.41/N
AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN


POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2019
PENERAPAN LATIHAN KEBAKARAN DIATAS KAPAL UNTUK
MENCEGAH TERJADINYA KEBAKARAN

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

DARWIS FIRDAUS
NIT. 03.15.007.1.41/N
AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN


POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2019

i
PENGESAHAN
KARYA ILMIAH TERAPAN

PENERAPAN LATIHAN KEBAKARAN DIATAS KAPAL MT BULL


SULAWESI UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KEBAKARAN

Disusun oleh :
DARWIS FIRDAUS
NIT. 03.15.007.1.41/N

Ahli Nautika Tingkat III

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan


Politeknik Pelayaran Surabaya
Pada tanggal …………..

Menyetujui:

Penguji I Penguji II Penguji III

Capt.Hadi Setiawan, M, T., M. Mar DR Capt, Tri Cahyadi, MH., M.Mar Elise Dwi Lestari, S.Sos. M,pd
Pembina (IV/a) Pembina(IV/a) Penata Muda Tk.I (III/b)
NIP.19751224 199808 1 001 NIP.19730704 199803 1 001 NIP.198106032002122002

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

Capt.Damoyanto Purba,M.Pd
Penata (III/c)
NIP. 19730919 201012 1 001

iv
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah

Terapan yang berjudul “PENERAPAN LATIHAN KEBAKARAN DIATAS

KAPAL MT BULL SULAWESI UNTUK MENCEGAH TERJADINYA

KEBAKARAN” dengan tepat waktu tanpa adanya hal-hal yang tidak di inginkan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu serta memberikan arahan, bimbingan, petunjuk dalam segala hal yang

sangat berarti dan menunjang dalam penyelesaian proposal penelitian ini.

Perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya Bapak Capt.HERU SUSANTO, MM

2. Ketua Jurusan Nautika Capt. Damayanto Purba, M.Pd

3. Pembimbing I Bapak DR Capt., TRI CAHYADI, M.H., M.Mar

4. Pembimbing II Ibu Elise Dwi Lestari, S.Sos.M.pd

5. Bapak/Ibu dosen Politeknik Pelayaran Surabaya, khususnya lingkungan

program studi Nautika Politeknik Pelayaran Surabaya.

6. Nahkoda kapal MT Bull Sulawesi Capt.Sandi Iriansyah

7. Seluruh kru kapal MT Bull Sulawesi

8. Kedua orang tua saya atas segala dukungannya dan doanya.

9. Serta rekan – rekan kelas Nautika A Diploma III yang telah membantu dalam

proses penulisan Karya Ilmiah Terapan ini.

v
Semoga kelak penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak, khususnya bagi

pengembangan pengetahuan taruna – taruni Politeknik Pelayaran Surabaya, serta

bermanfaat bagi dunia pelayaran pada umumnya

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah Terapan ini masih jauh dari

sempurna dan masih terdapat kekurangan dari segi isi maupun teknik penulisan,

maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan penulisan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala

kekurangan.

Surabaya, ……..………….. 2019

Penulis

DARWIS FIRDAUS

vi
ABSTRAK
DARWIS FIRDAUS, Penerapan Latihan Kebakaran diatas Kapal
MT Bull Sulawesi untuk Mencegah Terjadinya Kebakaran. Dibimbing
Tri Cahyadi dan Elise Dwi Lestari
Kebakaran merupakan salah satu risiko yang dapat terjadi kapan
saja dan dimana saja dalam kegiatan pelayaran kapal laut, risiko
terjadinya kebakaran di kapal laut cukup besar karena jumlah kasus
kebakaran menduduki peringkat kedua setelah jumlah kasus
tenggelamnya kapal. International Maritime Organization (IMO)
mengeluarkan beberapa peraturan yang bertujuan untuk menjamin
keselamatan pengoperasian kapal dan pencegahan polusi, salah satunya
yaitu SOLAS ’74 (Safety of Life at Sea). Terkait dengan tingginya
tingkat risiko kebakaran yang dapat terjadi di kapal laut dan
menyebabkan kerugian finansial yang cukup besar bahkan sampai
menelan korban jiwa yang jumlahnya tidak sedikit, maka diperlukan
suatu sistem penanggulangan kebakaran.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dekriptif kualitatif dengan pendekatan observasional dan wawancara.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui cara meminimalisir
terjadinya kecelakaan kebakaran di atas kapal dengan memahami
prosedur pelatihan penanggulangan kebakaran.
Penelitian telah dilaksanakan selama 12 bulan saat penulis
melaksanakan praktek laut dengan mendapatkan hasil bahwa penerapan
latihan kebakaran di atas kapal MT Bull Sulawesi sudah sesuai dengan
SOLAS. Namun latihan harus tetap di tingkatkan untuk mencapai latihan
yang lebih optimal.

Kata Kunci : Latihan, Api,

vii
ABSTRACT

DARWIS FIRDAUS, Application Fire Drill on the Ships for


Prevention Fire. Supervised by TRI CAHYADI and ELISE DWI
LESTARI
Fire is one of the risks that can occur anytime and anywhere in
the activities of ships, the risk of fires on ships large enough for the
number of cases of fires was ranked second after the number of the
sinking of the ship. International Maritime Organization (IMO) issued
several regulations aimed at ensuring the safety of operation of ships
and pollution prevention, one of which is the '74 SOLAS (Safety of Life at
Sea). Due to the high level of fire risk that could occur on ships and
causing financial losses large enough even until the casualties that little
amount, we need a fire prevention system.
The study design used in this research is descriptive qualitative
observational approach and interview. The purpose of this research is to
know how to minimize the occurrence of fire accidents on board with
understanding the training of fire prevention procedures.
The study have been carried out for 12 months when the authors
carry out marine practices and get results that application fire drill on
MT Bull Sulawesi was good as per SOLAS. However, fire drill must be
improve to get more optimal.

Keyword : Drill, Fire

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR ..................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................... v

ABSTRAK .................................................................................................... vii

ABSTRACT .................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG .............................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ........................................................ 4

C. TUJUAN PENELITIAN ........................................................... 5

D. MANFAAT PENELITIAN ........................................................ 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA ................................ 7

B. LANDASAN TEORI ................................................................. 7

1. Latihan Kebakaran ................................................................ 7

2. Klasifikasi Kebakaran Di atas Kapal .................................... 9

3. Tiga Cara Pemadaman Api Di atas Kapal ............................ 10

4. Bahan Pemadam Kebakaran ................................................. 11

ix
5. Latihan Kebakaran Portable.................................................. 16

6. Sijil Keadaan Darurat............................................................ 17

7. Latihan Prosedur Keadaan Darurat Kebakaran .................... 18

C. KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN .............................. 19

BAB III METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN ................................................................. 20

B. LOKASI PENELITIAN .............................................................. 21

C. JENIS DAN SUMBER DATA .................................................. 21

D. METODE PENGUMPULAN DATA ........................................ 23

E. TEKNIK ANALISIS DATA ...................................................... 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ......................... 27

B. HASIL PENELITIIAN ............................................................... 30

C. ANALISIS DATA ..................................................................... 44

BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN ................................................................................. 48

B. SARAN ........................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 50

LAMPIRAN .................................................................................................... 52

x
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1.1 Kecelakaan kapal tahun 2018 2
2.1 Review Penelitian 7
3.1 Daftar wawancara informan 24
4.1 Alat pemadam kebakaran di kapal MT Bull Sulawesi 32
4.2 Sijil Kebakaran di Kapal MT Bull Sulawesi 37

xi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
2.1 Segitiga Api ................................................................................ 11
2.2 fire extinguisher 13
2.3 fire extinguisher tipe Dry Powder .............................................. 14
3.1 Kerangka Pemikiran 19
4.1 MT Bull Sulawesi 29

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya

dorong pada kecepatan bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam

kurun waktu tertentu, akan mengalami berbagai problematika yang dapat

disebabkan oleh berbagai faktor seperti cuaca, keadaan alur pelayaran,

manusia, kapal dan lain-lain yang belum dapat diduga oleh kemampuan

manusia dan pada akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran dari kapal.

Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat

langsung diatasi, bahkan perlu mendapat bantuan langsung dari pihak

tertentu, atau gangguan yang mengakibatkan Nakhoda dan seluruh anak buah

kapal harus terlibat baik untuk mengatasi gangguan tersebut atau untuk harus

meninggalkan kapal.

Kecelakaan dapat terjadi pada kapal-kapal baik dalam pelayaran sedang

berlabuh atau sedang melakukan kegiatan bongkar muat di

pelabuhan/terminal meskipun sudah dilakukan usaha supaya untuk

menghindarinya. Perusahaan harus memperhatikan ketentuan yang diatur

dalam Health and Safety work Act, 1974 untuk melindungi pelaut dan

mencegah resiko-resiko dalam melakukan suatu aktivitas diatas kapal

terutama menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja baik dalam keadaan

normal maupun darurat. Kebakaran merupakan salah satu dari situasi darurat

di kapal yang dapat menggangu pelayaran, penyebab yang paling sering


2

terjadi karena faktor manusia (human eror) yaitu kelalaian. Disamping itu

ada yang disebabkan karena peristiwa alam, penyalaan sendiri, dan ada yang

pula sengaja.

Diakhir tahun 2017 yang lalu The Allianz Safety Shipping mengadakan

penelitian mengenai permasalahan menghilangnya kapal atau lenyapnya

kapal yang disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut penelitinya kebakaran

menempati posisi yang ke3 (tiga) dari penyebab terjadi hilangnya kapal.

Berikut hasil penelitian dari Allianz Safety Shipping.

Tabel.1.1 kecalakan kapal tahun 2018

PENYEBAB / KECALAKAAN JUMLAH

\Tenggelam 598

Kandas 244

Kebakaran 118

Tubrukan 72

Sumber : http://allianz.com/en/press/news/studies/180718-agcs-safety-and-
shipping-review-2018.html

Dalam penelitian tersebut menyebutkan bahwa kebakaran sering terjadi

di dari kamar mesin, tank atau palka muatan yang di angkut dan kelalaian

manusia. Faktor utama yang dapat di cegah dari kelalain manusia tersebut

dengan memberi himbauan atau masukan bahaya kebakaran dan bagaimana

cara mengatasinya.

Kecelakaan kebakaran terjadi karena kelalain kru kapal dan kurang

pahamnya anak buah kapal terhadap pemadam kebakaran.


3

Dalam Internasional Convention on Standart of Training, Certification

and Watchkeeping for Seafarer (STCW) 1978 yang mulai diberlakukan

tahun 1984, konvensi yang dihasilkan oleh Marine safety Committee (MSC)

yang merupakan komite yang dibentuk oleh IMO yang khusus untuk

menangani masalah teknik dan pekerjaan administrasi yang telah

mengeluarkan suatu persyaratan bagi pelaut agar dibekali pengetahuan yang

cukup tentang alat-alat keselamatan, sertifikasi terhadap nakhoda (master),

perwira (officers), dan awak kapal (crews), termasuk pengawasan di atas

kapal, untuk itu kru kapal wajib mengikuti pelatihan-pelatihan keselamatan.

Fenomena ini menunjukkan betapa mutu dari SDM (Sumber Daya

Manusia) yang bekerja di atas kapal sangat minim. Namun berdasar dari

banyaknya kasus yang terjadi sangat menunjukkan ketidak terampilan dan

kedisiplinan dalam mematuhi aturan dan sistem prosedur dalam mematuhi

aturan kerja, kurangnya pengetahuan dan kelalaian dari kru kapal itu

sendiri. Hal inilah yang menjadi titik awal tentang pentingnya pelatihan

keselamatan di atas kapal, karena tanpa disadari ketidak acuan kru kapal

dalam menaati peraturan-peraturan keselamatan kerja di atas kapal

merupakan awal dari ketidakdisiplinan yang nantinya berujung pada

kecelakaan di samping dari kelayakan alat-alat keselamatan termasuk

perawatan dan pemeliharaan terhadap alat-alat tersebut, di tambah faktor di

luar kendali manusia itu sendiri seperti cuaca yang buruk, alur pelayaran

sempit, rute pelayaran jarak pendek yang meminimkan waktu latihan

keselamatan dan masih banyak lagi.


4

Guna meyakinkan semua pihak yang berkepentingan dalam sebuah

perjalanan pelayaran dan instansi yang terkait bahwa semua aturan telah di

jalankan dengan benar maka setiap kapal, dalam tiga bulan sekali akan

diadakan internal audit dan akan dilanjutkan dengan external audit dari

surveyor yang ditunjuk oleh pihak yang berwenang. Namun dalam hal ini

dapat juga diperiksa oleh Port State Control (PSC) diseluruh pelabuhan-

pelabuhan Indonesia maupun negara-negara lain yang sudah meratifikasi

Internasional Safety Management (ISM) Code. Tujuannya untuk meyakinkan

dan memastikan kapal tersebut sudah melaksanakan latihan keterampilan tiap

kru kapal sesuai dengan bidang dan tingkatan, serta jabatannya di atas kapal.

Berdasarkan masalah diatas , penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam

implementasi latihan kebakaran di kapal MT.Bull Sulawesi. Hasil dari karya

tulis ilmiah ini diharapkan menjadi rekomendasi manajemen persiapan

penanganan kebakaran serta menjadi pertimbangan penggunaan alat

pemadam kebakaran yang efektif dan mampu memberikan suatu konsep

pencegahan maupun penanggulangan kebakaran melalui pendekatan dari sisi

teknis sehingga bahaya kebakaran kapal dapat kita cegah dan minimalisir.

Dengan demikian penulis mengambil judul : “Penerapan Latihan

Kebakaran Diatas Kapal MT Bull Sulawesi Untuk Mencegah

Terjadinya Kebakaran”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas maka penulis membuat rumusan

masalah sebagai berikut:


5

1. Bagaimana pelaksanaan latihan pemadam kebakaran diatas kapal

MT.Bull Sulawesi?

2. Bagaiman pembagian tugas kru dalam melaksanakan latihan pemadam

kebakaran diatas kapal MT.Bull Sulawesi?

3. Apa saja faktor penghambat latihan kebakaran dikapal MT Bull

Sulawesi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

untuk:

1. Untuk mengetahui pelaksanaan latihan pemadam kebakaran yang efektif

untuk mencegah kebakaran diatas kapal MT Bull Sulawesi.

2. Untuk mengetahui pembagian tugas awak buah kapal saat melaksanakan

pemadam kebakaran diatas kapal MT Bull Sulawesi.

3. Untuk memahami pemakaian alat pemadam khususnya portable

berdasarkan jenis kebakaranya.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka penulis

berharap akan mendapatkan beberapa manfaat yang dapat dicapai:

1. Manfaat Teoritis

Dengan melaksanakan pelatihan-pelatihan keselamatan seusai

dengan prosedur diatas kapal MT Bull Sulawesi, diharapkan bagi

penulis, pembaca, pelaut, maupun kalangan umum dapat menambah


6

pengetahuan tentang cara penggunaan portable fire extinguisher dengan

benar, sehingga dapat diterapkan dimanapun apa bila terjadi bahaya

kebakaran.

2. Manfaat Praktis

Dengan membaca penelitian ini diharapkan pembaca, pelaut,

maupun kalangan umum dapat memahami dan menerapkan penggunaan

portable fire extinguisher pada saat terjadi kebakaran diatas kapal.

Sehingga dapat dipadamkan dengan cepat dan kerusakan materi maupun

lingkungan akibat kebakaran dapat dipadamkan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. REVIEW PENELITIAN SEBELUMNYA

Dalam penelitian Karya Ilmiah Terapan ini penulis mengambil

perbandingan dengan judul-judul karya ilmiah sebelumnya. Dari karya

ilmiah sebelumnya tersebut penulis masih melihat adanya kesamaan maupun

perbedaan hasil, yang mana perbedaan dan kesamaan hasil dapat dijadikan

bahan refresing bagi penulis dalam melengkapi literature pembahasan

penelitiannya, berikut review penelitian terdahulu yang disajikan dalam tabel

sebagai berikut:

Tabel 2.1 Review Penelitian


No Nama Penulis Judul Hasil

1 Irma Rif’atus Pemahaman Latihan keadaan darurat

Sholihah (2017) Tugas Dan kebakaran.

Tanggung Jawab Sosialisasi penggunaan

Awak Kapal Saat alat pemadam kebakaran

Keadaan Darurat secara rutin.

Kebakaran

Sumber : Karya Ilmiah terapan oleh Rif’atus Sholihah, 2017

B. LANDASAN TEORI

1. Latihan Kebakaran

Harsono (1988: 32), Latihan adalah proses yang sistematis dari

berlatih yang dilakukan secara berulang-ulang, dengan kian hari kian

menambah jumlah beban latihan serta intensitas latihannya.


8

Pate, dkk (1993: 317) latihan dapat didefinisikan sebagai peran

serta yang sistematis yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas

fungsional fisik dan daya tahan latihan. Latihan menentukan timbulnya

perubahan dalam jaringan dan system, perubahan yang berkaitan dengan

perkembangan kemampuan dalam berolahraga.

Setelah beberapa pendapat yang diungkapkan, dapat ditarik sebuah

kesimpulan tentang arti dan pengertian dari latihan yaitu suatu proses

kerja yang dilakukan secara terus-menerus, berkesinambungan, dan

dalam waktu yang cukup panjang, dilakukan secara tepat dan berulang-

ulang dengan tujuan meningkatkan kesegaran dan kebugaran jasmani.

Oleh karena itu, latihan bukanlah upaya untuk menjadikan sempurna

akan tetapi latihan adalah usaha untuk menjadikan permanen.

Hal-hal yang penting dalam melaksanakan pelatihan kebakaran

diatas kapal adalah membuat latihan kebakaran seperti kejadian yang

sesungguhnya. Selama pelaksanaan pelatihan kebakaran, alat-alat harus

benar-benar dioperasikan, air harus benar mengalir di selang, alat

pemadam api ringan harus disiapkan untuk dipakai.

Semua awak kapal harus berpartisipasi dalam latihan pemadam

kebakaran, karena tujuan dari latihan ini adalah untuk membentuk

kelompok pemadam kebakaran yang bermutu, dimana harus ditunjang

dengan keahlian dari masing-masing awak kapal mengenai kemampuan

penggunaan alat pemadam kebakaran, penggunaan alat pelindung, tehnik

pemadam, kerjasama kelompok, memperkirakan bahaya yang timbul,

mengenal jalan penyelamatan diri sesuai dengan kontruksi kapal dan

penggunaan alat pelindung pernafasan.


9

Setiap kru kapal harus benar-benar terbiasa menggunakan

peralatan pemadam kebakaran dengan benar. Disamping itu reflek dari

para awak kapal begitu mendengar alarm kebakaraan harus benar-benar

baik, sehingga dapat dengan tenang mengerjakan tugas kewajibanya

sesuai yang telah ditetapkan. Jalur-jalur penyelamatan diri diatas kapal

sudah harus dipahami oleh setiap awak kapal, sehingga bila terjadi

keadaan darurat dan secara kebetulan penerangan padam, setiap awak

kapal dapat menyelamatkan diri dengan selamat.

(www.maritimeworld.web.id)

2. Klasifikasi Kebakaran Diatas Kapal

Klasifikasi kebakaran adalah penggolongan kebakaran berdasarkan

jenis bahan yang terbakar, dan media pemadam adalah bahan yang tepat

untuk memadamkan kebakaran tersebut. Terdapat beberapa klasifikasi

pemadam kebakaran diantara lain :

a. Klasifikasi kebakaran sebelum tahun 1970

b. Klasifikasi kebakaran sesudah tahun 1970

c. Klasifikasi menurut NFPA (USA)

d. Klasifikasi menurut Coast Guard (USA)

Indonesia mengikuti klasifikasi kebakaran menurut NFPA

(National Fire Protection Association) yang tertuang dalam Peraturan

Mentri Tenaga Kerja dan Tranmigrasi tanggal 14 April 1980 No. PE-

40/MEN/1980. Tentang syarat-syarat pemasangan dan pemeliharaan alat

pemadam api ringan. Klasifikas NFPA ini dikenal sebagai klasifikasi

Amerika di darat sama dengan DPK = Dinas Pemadam Kebakaran di

Indonesia. Berikut pembagian dari klasifikasi menurut NFPA :


10

Klas A : Bahan bakar bila terbakar akan meninggalkan arang dan abu.

Klas B : Bahan bakar cair

Klas C : Bahan bakar listrik

Klas D : Bahan bakar logam

Semua kru kapal wajib mengetahui tentang pembagian klasifikasi

kebakaran diatas kapal untuk mempermudah mengenali jenis kebakaraan

yang sedang terjadi dan mempermudah untuk menentukan alat pemadam

kebakaran apa yang akan digunakan agar kebakaran dapat ditangani

secara cepat. (Basic Safety Training, 2015)

3. Tiga Cara Pemadaman Api Diatas Kapal

Terdapat 3 (tiga) cara untuk mempermudah memadamkan

kebakaran diatas kapal,

a. Cara penguraian yaitu cara memadamkan dengan memisahkan atau

menjauhkan bahan / benda-benda yang dapat terbakar

b. Cara pendinginan yaitu cara memadamkan kebakaran dengan

menurunkan panas atau suhu. Bahan air lah yang paling dominan

digunakan dalam menurunkan panas dengan jalan menyemprotkan

atau menyiramkan air ketitik api.

c. Cara Isolasi/lokalisasi yaitu cara pemadaman kebakaran dengan

mengurangi kadar/persentase O2 pada benda-benda yang terbakar.


11

Gambar 2.1 Segitiga Api

Sumber: www.dwisaktisinergi.co.id: 2016

4. Bahan Pemadam Kebakaran

Bahan pemadam kebakaran yang banyak dijumpai dan dipakai pada

saat ini antara lain :

a. Bahan pemadam Air

b. Bahan pemadam Busa (Foam)

c. Bahan pemadam Gas CO2

d. Bahan pemadam powder kering (Dry chemical)

e. Bahan pemadam Gas Halon (BCF)

a. Bahan pemadam Air

Bahan pemadam air mudah didapat, harga murah, dapat digunakan

dalam jumlah yang tak terbatas bahkan tidak perlu beli/gratis. Air

disamping menurunkan panas/suhu (mendinginkan) dapat pula

menahan/menolak dan mengusir masuknya oksigen apabila

dikabutkan. Pada saat ini bahan pemadam kebakaran air banyak

digunakan dengan sistim/bentuk kabut , karena mempunyai beberapa

kelebihan jika dibandingkan dengan pancaran air antara lain:


12

1) Mempunyai kemampuan menyerap panas (pendingainan) lebih

besar. 1 liter air yang dipancarkan dapat menyerap panas 30 kcal,

sedangkan bila dikabutkan 1 liter air dapat menjadi uap sebanyak

1.600 lt dan akan menyerap panas sampai 300 kcal.

2) Peyemprotan nozzel lebih mudah dikendalikan, dengan mengatur

nozzel pancaran dapat dikendalikan bahkan sistim kabut.

3) Menghasilkan udara segar.

4) Dapat digunakan pada kebakaran minyak (Zat cair).

Keuntungan Pemadam Kebakaran Dengan Air :

1) Sebagai media pendingin yang baik.

2) Mudah didapat dan besar jumlahnya.

3) Biaya eksploitasi rendah.

Kerugian Pemadam Kebakaran Dengan Air :

1) Menghantar listrik.

2) Dikapal dapat mengganggu keseimbangan (stabilitas).

3) Dapat merusak barang-barang berharga tertentu seperti alat-alat

elektronik.

4) Menambah panas apabila terkena karbit kopra mentah, atau bahan-

bahan kimia tertentu.

b. Bahan pemadam kebakaran busa (Foam extinguisher )

Bahan pemadam busa efektif untuk memadamkan kebakaran kelas

B (minyak, solar dan cairnya), untuk memadamkan kebakaran benda

padat (Kelas A). Tidak dapat dipakai untuk memadamkan api kelas C.

Kurang baik Seperti diketahui bahwa pemadam kebakaran dengan


13

bahan busa adalah dengan cara isolasi yaitu mencegah masuknya

udara dalam proses kebakaran (api), dengan menutup/menyelimuti

permukaan benda yang terbakar sehingga api tidak mengalir.

Gambar 2.2 fire extinguisher

Sumber : http://bondanrianto.wordpress.com: 2016

Busa kurang sesuai untuk disemprotkan pada permukaan cairan

yang mudah bercampur dengan air (Alkohol, spirtus) karena busa

mudah larut dalam air.

c. Bahan pemadam kebakaran gas CO

Bahan pemadam kebakaran CO2 atau karbon dioksida berupa gas

dan dapat digunakan untuk memadamkan segala jenis kebakaran

terutama kelas C.

Dengan menghembuskan gas CO2 akan dapat mengusir dan

mengurangi persentase oksigen (O2) yang ada diudara sampai 12 %-

15 % Gas CO2 ini lebih berat dari pada udara dan seperti gas-gas lain
14

tidak menghantar listrik, tidak berbau dan tidak meninggalkan

bekas/bersih

Gambar 2.3 Dry Powder

Sumber : http://bondanrianto.wordpress.com: 2016

d. Bahan pemadaman kebakaran tepung (powder) kimia kering (dry

chemical)

1) Dry chemical dapat digunakan untuk semua jenis kebakaran.

2) Tidak berbahaya bagi manusia / binatang karena tidak beracun,

Bahan dry chemical disebut sebagai bahan pemadam

kebakaran yang berfungsi ganda (multi purpose extinguisher).

3) Tidak menghantar listrik.

4) Powder berfungsi mengikat oksigen (isolasi) dan juga dapat

mengikat gas-gas lain yang membahayakan.

5) Dapat menurunkan suhu.

6) Mudah dibersihkan dan tidak merusak alat-alat.


15

Cara penggunaanya dry chemical hampir sama dengan gas CO2 yaitu

sebagai berikut :

1) Pertama harus diperhatikan adanya/arah angin, jika angin bertiup

terlalu kuat maka penggunaa dry chemical ini tidak efisien.

2) Arahkan pancaran pemotong nyala api dan usahakan dapat

terbentuk semacam awan/asap untuk menutup nyala api tersebut.

e. B.C.F

BCF (Bromocloro Difluormethane) adalah salah satu jenis dari gas

Halon (Halon 1211). Prinsip pemadamannya adalah sama dengan gas

CO2 atau dry chemical, yaitu dengan cara mengisolasi kebakaran. Dan

paling baik untuk memadamkan kebakaran di alat-alat

permesinan/lstrik Bahan BCF adalah gas Halon yang tidak berbahaya,

tidak merupakan peralatan dan tidak mengalirkan listrik. Alat

pemadam ini mengeluarkan uap dan gas yang menyelimuti api dan

menyingkirkan oksigen sehingga dapat memadamkan api. Gas

halotron adalah senyawa kimia yaitu hydrochlorofluorocarbon

(HCFC). Merupakan senyawa dari 1,1-dichloro-1-fluoroethane dan

Chemical Abstracts.

1) Merupakan pemadam api yang bersih dan tidak meninggalkan

residu.

2) Sangat efektif untuk digunakan pada semua resiko kelas kebakaran

A, B dan C.

3) Tidak menghantarkan listrik (Non Konduktif), sehingga tidak akan

menyebabkan kerusakan pada peralatan elektronik dan alat

perkantoran modern lainnya.


16

4) Tidak berbahaya terhadap tumbuhan, hewan terutama manusia.

(Basic Safety Training,2015)

5. Latihan Kebakaran Portable

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam melaksakan

pemadam kebakaran, perlu adanya latihan secara rutin agar membiasakan

awak kapal menggunakan alat pemadam kebakaran portable (jinjing).

Terdapat beberapa cara untuk menggunakan alat pemadam kebakaran

portable tersebut, yaitu :

a. Tahap Awal menggunakan Alat Pemadam Kebakaaran

Portable

1) Kita harus tenang dan tidak panik.

2) Segeralah menunju tempat alat pemadam kebakaran portable

disimpan.

3) Ambilah alat pemadaam kebakaran portable yang dengan

spesifikasi yang sesuai untuk memadamkan api.

4) Pastikan jarum indikator tekanan berfungsi dengan baik.

b. Tahap Kedua

1) Kembalilah ke sumber api.

2) Lepaskan atau tarik pin pengaman yang berada di valve.

3) Posisikan diri anda berada diantara 1,5-3 Meter dari Api.

4) Pastikan diri anda tidak melawan arah angin.

c. Tahap Ketiga

1) Pastikan anda memegang nozzle (pangkal pelang) ke arah

sumber api.
17

2) Pegang gagang dan kemudian tekanlah lever (Tuas).

3) Arahkan semburan alat pemadam kebakaran portable tepat

merata ke sumber api.

4) Pastikan api telah padam.

Dalam pelaksanaan pelatihan kebakaran diharapkan semua awak

kapal paham menggunakan alat pemadam kebakaran portable secara

maksimal. Berikut prosedur penggunan alat pemadam kebakaran:

a. Ambil alat pemadam api portable dari tempatnya.

b. Buka pen pengaman dari apar tersebut.

c. Pegang nozzle secara benar yaitu di pegang di tempat pegangan yang

sudah disediakan .

d. Pada saat dilakukan tes tekanan di usahakan nozzle diarahkan ke atas

atau kebawah tujuannya adalah agar tidak mengenai orang disekitar

e. Jalan seperti biasa kearah sumber kebakaran.

f. Setelah sampai ke sumber kebakaran posisi tubuh siap dengan posisi

kuda–kuda tujuannya adalah untuk menahan tekanan yang

dikeluarkan oleh alat pemadam kebakaran portable sehingga tubuh

tidak goyah atau jatuh.

g. Setelah api padam mundur beberapa langkah sambil melihat kearah

kebakaran, tujuannya adalah untuk melihat flashback dari api yang

akan menyala, baru berbalik. (www.agenpemadamapi.com)

6. Sijil Keadaan Darurat

Sijil kebakaran adalah suatu daftar yang berisi tugas masing-masing

individu dikapal, apabila terjadi kebakaran. Pemadaman kebakaran


18

dikapal harus dilaksanakan secara kerja sama (Team work), maka

untuk dapat dilaksanakan dengan baik harus dilakukan latihan kebakaran

secara rutin. membiasakan dan membuat awak kapal menjadi

profesional, tangguh dan sigap dalam melaksanakan tugasnya masing

masing diatas kapal dalam mengatasi situasi kebakaran.

(http://www.maritimeworld.web.id)

7. Latihan Prosedur Keadaan Darurat Kebakaran

a. Sirine bahaya dibunyikan (internal dan eksternal).

b. kru kapal siap dan berkumpul untuk pemadam kebakaran dan

mengetahui lokasi terjadinya kebakaran.

c. Ventilasi, pintu-pintu kebakaran otomatis dan pintu-pintu kedap air

ditutup.

d. Lampu-lampu di deck dinyalakan.

e. Nahkoda dan kamar mesin diberi tahu adanya kebakaran .

f. Informasikan keadaan kapal dan posisi kapal di ruang radio di

lanjutkan melalui VHF channel 16, dan diperbaharui bila ada

perubahan. (Prosedur Darurat dan Sar, 2015


19

C. RANGKAI PIKIRAN

Gambar 2.4 Kerangka Pikiran


Implementasi Latihan Kebakaran di Kapal
MT.Bull Sulawesi

Latar Belakang :

Masih ditemukan Kejadian kebakaran diatas kapal

Batasan Masalah :

Implementasi Latihan Kebakaran Jenis Portable (jinjing)

Pelaksanaan latihan Pembagian tugas dan faktor penghambat


kebakaran di kapal tanggung jawab latihan kebakaran di
dalam latihan bahaya kapal MT Bull
MT Bull Sulawesi kebakaramn Sulawesi

Pelaksanaan latihan kebakan dan upaya mengatasi faktor


penghamabatlatihan kebakan

Pelaksanaan latihan Setiap kru paham kesiapan dan


kebakaran secara rutin dengan tugas dan kebugaran kru untuk
tanggung jawabnya melasanakan latihan
kebakaran

Implementasi latihan kebakaran di kapal MT Bull Sulawesi


sesuai dengan tujuan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan penerapan latihan

kebakaran diatas kapal MT Bull Sulawesi guna untuk mencegah terjadinya

kebakaran. Sehingga penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif

dengan pendekatan deskriptif. Metode deskriptif merupakan metode yang

memberikan gambaran yang lebih jelas terhadap situasi–situasi sosial yang

ada (Nasution, 2003:24). Sedangkan penelitian kualitatif adalah penelitian

yang dilakukan pada kondisi alamiah, dimana peneliti merupakan

eksperimen kunci, dan hasil penelitian lebih mendekatkan makna dari pada

generalisasi (Sugiyono, 2009:9). Sedangkan menurut Bogdan dan Taylor

dalam Moloeng (2005:4), metodologi kualitatif adalah sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Secara lebih lengkap

Hasan (2002:13) menjelaskan penelitian kualitatif dengan pendekatan

deskriptif adalah upaya mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat

serta situasi-situasi termasuk tentang hubungan kegiatan-kegiatan, sikap-

sikap serta proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari

suatu fenomena. Pendekatan tersebut dilakukan, dikaji, dan dipilah

berdasarkan fenomena yang ada. Sehingga akan didapat data yang relevan

dengan keadaan aslinya.


21

B. LOKASI PENELITIAN

Lokasi penelitian yang digunakan penulis dalam mengadakan

pengamatan adalah di kapal MT Bull Sulawesi yang merupakan salah satu

kapal milik PT.NUSA BHAKTI JAYA RAYA yang dicharter oleh PT.

Pertamina, dimana kapal tersebut merupakan tempat penulis melaksanakan

praktek kerja laut selama 11 (sebelas) bulan 6 (enam) hari (03 Maret 2018

sampai dengan 06 Februari 2019). Permasalahan yang terjadi, akan penulis

bahas dalam makalah ini adalah implementasi latihan kebakaran di atas kapal

untuk mencegah terjadinya kebakaran.

C. JENIS DAN SUMBER DATA

Sumber data merupakan tempat dimana ditemukan data dan

informasi-informasi penting yang dapat menunjang penelitian. Menurut

Loftlan dalam Moleong (2012: 112). Sumber data utama dalam penelitian

kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal tersebut, jenis data

dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber

pertama melalui prosedur dan dicatat. Dalam hal ini penulis memperoleh

data primer dengan cara langsung dari hasil wawancara dengan mualim

dan ABK kapal MT Bull Sulawesi, yang mengetahui tentang

permasalahan yang akan penulis angkat. Penulis memperoleh dari hasil


22

wawancara atau berdiskusi dengan mualim yang bertanggung jawab

untuk keselamatan kerja, dan perwira lain yang lebih tahu tentang

permasalahan ini di kapal dintara narasumbernya yaitu:

a. Chief Officer ACHMAD RASMONO sebagai mualim I di kapal MT

Bull Sulawesi sebagai Ship Safety Officer di kapal MT Bull Sulawesi

b. Third Officer RIO ADHI CARAKA sebagai mualim III di kapal MT

Bull Sulawesi sebagai penanggung jawab alat-alat keselamatan

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak

langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi,

yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis, selain dari

sumbernya yang diteliti. Data ini diperoleh dari buku-buku dan internet

yang berkaitan dengan obyek penelitian proposal atau yang berhubungan

dengan permasalahan yang akan dibahas, yang diperlukan sebagai pedoman

teoritis dan ketentuan formal dari keadaan nyata dalam observasi. Sumber

data sekunder yang diperoleh di MT Bull Sulawesi adalah sebagai berikut:

a. Data statistik pelaksanaan latihan keselamatan kebakaran pada tahun

2016/2017

b. Website kapal MT Bull Sulawesi www.Bull.co.id

c. Review vidoe latihan keselamatan kebakaran pada tahun 2016-2017

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang penulis

lakukan sebelumnya, maka dalam penyusun proposal ini dibutuhkan suatu

pengamatan. Sehingga mampu mendapatkan data yang benar, agar tujuan


23

penulisan dapat tercapai dan sesuai dengan judul yang penulis ambil. Disini

penulis menggunakan beberapa metode dalam penulisan proposal ini.

Adapun metode pengumpulan data yang penulis pergunakan yaitu :

D. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini yaitu melalui beberapa tahap

kegiatan yang dilakukan oleh peneliti, antara lain sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap

keadaan atau perilaku objek sasaran. Metode ini dilakukan melalui

pengamatan langsung pada obyek, dalam hal ini yaitu. Keselamatan

kesehatan dan kerja Baik pengetahuan, cara pencegahan dan akibat dari

masalah tersebut, serta permasalahan yang sering terjadi dan cara

penanganannya.Tujuan penulis mengadakan observasi adalah agar

mengerti akan pengetahuan dari pada ABK kapal dalam menjaga

keselamatan, kesehatan dalam bekerja.

2. Metode Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawaab, sehingga dapat dikontruksikan

makna dalam suatu topik tersebut (Sugiyono, 2009:231). Wawancara

yanag dilakuakan penelitian ini adalah wawancara semi-terstruktur.

Menurut Sugiyono (2009:233), tujuan dari wawancara semi-terstruktur


24

adalah untuk menemukan permasalahan secaara lebih terbuka, dimana

pihak informan dimintai pendapat dan ide-idenya. Adapun wawancara

yang telah dilakukan peneliti seabagai berikut:

Tabel 3.1 Daftar wawancara informan

INFORMAN TANGGAL TEMPAT

Chief Officer Cargo Control Room


15-Juni-2018
AHMAD R Kapla MT.Bull Sulawesi

Third Officer Anjungan Kapal MT


18-September-2018
RIO A. CARAKA Bull Sulawesi

Sumber : Wawancara peneliti dan informan

3. Metode Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari

seseorang atau suatu kejadian tertentu (Sugiyono, 2009:240). Dalam

penelitian ini, peneliti memanfaatkan dokumen yang didapat dari lokasi

penelitian untuk kemudian dipelajari dan dimasukan kedalam hasil

penelitian apabila memiliki ketertarikan objek yang tengah diteliti.

E. TEKNIS ANALISIS DATA

Analisis data kualitatif adalah suatu proses mencari dan menyusun

secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan

dan bahan bahan lain, sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya

dapat diinformasikan kepada orang lain. analisis data yang dilakukan

denganmengorganisasikan data, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan


25

sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan

dipelajari dan membuat kesimpulan yang bisa diceritakan kepada orang lain

(Sugiyono, 2009:244). Analisis data kualitatif dilakukan sejak sebelum

memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelahselesai di lapangan.

Dalam hal ini Nasution dalam Sugiyono (2009:245) menyatakan analisis data

kualitatif telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum

terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.

Pada penelitian ini analisis data yang digunakan adalah model analisis Miles

dan Huberman. Miles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam

analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis

data yaitu data kondensasi (data condensation), penyajian data (data display),

dan penarikan kesimpulan (conclusiondrawing/ verification).

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data merupakan kegiatan mecari data / informasi cari

sumber data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang sudah

dijelaskan sebelumnya. Pada penelitian kualitatif ini data yang didapatkan

dari informan berupa lisan yang kemudian diubah kedalam bentuk tulisan

untuk direduksi.

2. Kondensasi data (data condensation)

Kondensasi data merupakan kegiatan yang mengacu pada

pemilahan, memfokuskan atau mengubah bentuk catatan lapangan, transkrip

wawancara, ataupun data empiris lainnya. Dengan data kondensasi kita


26

membuat data yang diperoleh menjadi lebih kuat. Kondensasi data ini

dilakukan terus-menerus dari awal penelitian sampai pada akhir penelitian.

3. Penyajian Data (data display)

Penyajian data pada penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam

bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar ketegori dan lain sebagainya.

Menurut Miles dan Haberman menyatakan yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif. Dengan maka akan mudah untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya apa yang telah difahami.

4. Penarikan Kesimpulan/verifikasi (conclution drawing/verivication)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Haberman adalah penarikan kesimulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak

ditemukan bukti–bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap

awal, didukung oleh bukti–bukti yang valid dan konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang

dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Misalnya dari data

hasil wawancara yang diperoleh , dari data yang sudah melalui proses

reduksi dan display, maka data tersebut disesuaikan dengan teori yang sudah

ada, jika dalam data dan teori terdapat satu hubungan atau kesamaan, maka

peneliti tinggal menggambil garis besar dari penelitian tersebut disesuaikan

dengan permasalahan dalam penelitian.


50

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsismi. (1998). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.PT


Rineka Cipta. Jakarta

Hamid Patilima (1999) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:ALFABETA

Politeknik Pelayaran Surabaya (2015). Prosedur Darurat dan Sar. Latihan Berkala
Diatas Kapal.

Politeknik Pelayaran Surabaya (2015). Basic Safety Training. Klasifikasi


Kebakaran.

Poliketnik Pelayaran Surabaya (2015), MODUL AFF (Advance Fire Fighting)

Ridwan, (1999) Proposal Penelitian. Bandung:ALFABETA.

Sedarmayanti, (2001) Metodologi Penelitian. Mandar Maju, Bandung.

Silalahi, Bennett; Silalahi, Rumondang, (1991).Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja, Penerbit PPM, Jakarta.

SOLAS Chapter II-2 Regs. 15 (Fire Training Manual) and 16 (Fire Safety
Operations)

SOLAS Chapter III Regs. 19 (Live Saving Appliance-Drill)

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D.


Bandung: Alfabeta

Bima Pramana (2013). Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.


http://dokumen.tips/documents/makalahpencegahandanpenanggulanga
n kebakaran.html Diakses Pada 22 April 2017

Cara pemadam kebakaran diatas kapal www.maritimeworld.web.id/2014/07/03-


cara-pemadam-diatas-kapal.html Diakses 19 Desember 2019

DwiSakti (2012). Klasifikasi Kebakaran Berdasarkan Sumber Api.


http://dwisaktisinergi.co.id/klasifikasi-kebakaran-nerdasarkan-sumber-
api/?lang=id&ckattempt=1 Diakses Pada 26 April 2017

Definisi Implementasi. www.Materibelajar.id/2015/12/definisi-implementasi-dan-


teori.html Diakses 17 februari 2019

Gomes (2014). Cara Pemadaman kebakaran Di Atas Kapal.


http://www.maritimeworld.web.id/2014/07/3carapemadamkebakarand
iataskapal.html Diakses Pada 29 April 2016
51

Latihan kebakaran potable di atas kapal


https://bondanrianto.wordpress.com/2014/01/10/pemadaman-dengan-
menggunakan-apar-alat-pemadam-api-ringan

Luthfiyah Fitwi. (2011). Metode Penelitian Kualitatif(Sistematika Penelitian


Kualitatif),(Online),(http://wordpress.com/teknologipendidikan/metod
epenelitiankualitatifsistematika-penelitiankualitatif.) Diakses 28
Januari 2019

Luthfiyah Fitwi (2011). Metode Penelitian Kualitatif(Sistematika Penelitian


Kualitatif),(Online),http://wordpress.com/teknologipendidikan/metode
-penelitian-kualitatif-sistematika-penelitian kualitatif Diakses pada
tanggal 05 januari 2019

Prosedur Darurat . www.maritime world.web.id/2011/08/posedur-keadaan-


darurat.html. Diakses pada tanggal 15 Desember 2019

Anda mungkin juga menyukai