Anda di halaman 1dari 38

i

“METODE PERAWATAN FIRE HYDRANT DI ATAS KAPAL MV.

MERATUS TOMINI AGAR SIAP DIGUNAKAN DALAM KEADAAN

DARURAT”

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Pelayaran

RICCO CHRISTIAN JOHANES WOWILING


04.16.056.1.41

AHLI NAUTIKA TINGKAT III

HALAMAN JUDUL

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN


POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2020
ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : RICCO CHRISTIAN JOHANES WOWILING
NIT : 04.16.056.1.41/N
Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III
Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

METODE PERAWATAN FIRE HYDRANT DI ATAS KAPAL MV.


MERATUS TOMINI AGAR SIAP DIGUNAKAN DALAM KONDISI
DARURAT

Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan
yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.
Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi
yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA,………………… 2020

RICCO CHRISTIAN JOHANES WOWILING


iii

PERSETUJUAN SEMINAR
KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : METODE PERAWATAN FIRE HYDRANT DIATAS


KAPAL MV. MERATUS TOMINI AGAR SIAP
DIGUNAKAN DALAM KEADAAN DARURAT
Nama Taruna : RICCO CHRISTIAN JOHANES WOWILING
NIT : 04.16.056.1.41
Jurusan : Nautika
Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III
Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan

Surabaya, ........................ 2020

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

I’IE SUWONDO, S.Si.T, M.Pd. ARDHIANA P, S.Psi, M.Psi.


Penata (III/c) Penata (III/c)
NIP. 197702142009121001 NIP. 198006192015032001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

DAVIQ WIRATNO,S.Si.T,M.T.,M.Mar
Penata Tk.I(III/d)
NIP. 1979010 7200212 1 002
iv

PENGESAHAN

KARYA ILMIAH TERAPAN


METODE PERAWATAN FIRE HYDRANT DI ATAS KAPAL MV.
MERATUS TOMINI AGAR SIAP DIGUNAKAN DALAM KEADAAN
DARURAT
Disusun dan diajukan oleh;
Ricco Christian Johanes Wowiling
NIT. 04.16.056.1.41/N
Ahli Nautika Tingkat III (D-III)

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan

Politeknik Pelayaran Surabaya


Pada tanggal……………2020

Menyetujui:
Penguji I Penguji II Penguji III

SEMUEL D. PARENUNGAN, SH.MH I’IE SUWONDO, S.Si.T, M.Pd. ARDHIANA P, S.Psi, M.Psi.
Penata (III/c) Penata (III/c) Penata (III/c)
NIP. 197404261998081001 NIP. 197702142009121001 NIP. 198006192015032001

Mengetahui:
Ketua Jurusan Nautika

DAVIQ WIRATNO,S.Si.T,M.T.,M.Mar
Penata Tk.I(III/d)
NIP. 1979010 7200212 1 002
v

KATA PENGANTAR

Segala Puja dan Puji penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa.Pencipta alam semesta dengan seluruh isi dan manfaatnya sebagai bukti dari
kebesaranNya. Karena atas berkat rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul :

“METODE PERAWATAN FIRE HYDRANT DIATAS KAPAL MV.


MERATUS TOMINI AGAR SIAP DIGUNAKAN DALAM KEADAAN
DARURAT”.

Dasar penulisan karya ilmiah terapan ini adalah salah satu kewajiban pokok
Taruna dan Taruni program pendidikan Diploma-III Pembentukan sebelum
menyelesaikan pendidikannya seperti diatur di dalam kurikulum Politeknik
Pelayaran Surabaya.Bagian isi dari pada penulisan karya ilmiah terapan ini,
diantaranya adalah referensi dari beberapa buku yang pernah dipelajari.
Dalam penulisan karya ilmiah terapan ini penulis mencoba memaparkan
kenyataan yang ada kaitannya dengan teori – teori yang ada dalam beberapa
referensi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menyumbangkan sedikit
pemikiran untuk memecahkan masalah – masalah yang dihadapi sesuai
kemampuan dan pengetahuan yang ada, pada saat berlangsungnya pendidikan
program Diploma-III Pembentukan.
Besar harapan penulis, agar karya ilmiah terapan ini dapat bermanfaat bagi
pembaca untuk menambah referensi, mencegah serta mengatasi masalah yang
terjadi di atas kapal.
Sadar bahwa dalam penulisan karya ilmiah terapan ini masih jauh dari
kriteria sempurna, baik tata bahasa, susunan kalimat, cara penulisan serta
pembahasan materi sesuai dengan yang diharapkan oleh pembaca sekalian, maka
dalam penyajian Karya Ilmiah Terapan (KIT) ini penulis benar –benar
mengharapkan adanya kritik – kritik dan saran – saran yang bersifat membangun
guna menyempurnakan penyajian Karya Ilmiah Terapan (KIT) ini.
Melalui halaman kata pengantar ini, penulis tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
vi

1. TUHAN YME, karena atas berkat dan kasih-Nya sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan penulisan karya ilmiah terapan ini dengan baik.
2. Kepada Yth, Capt. Heru Susanto, MM. selaku Direktur Politeknik Pelayaran
Surabaya
3. Kepada Yth, Bapak Daviq Wiratno, S.Si.T, MT., M.Marselaku Ketua
Jurusan Nautika
4. Kepada Yth, Bapak I’ie Suwondo, S.Si.T, M.Pd. selaku Pembimbing I
Penulisan Materi Karya Ilmiah Terapan (KIT).
5. Kepada Yth, Ibu Ardhiana Puspitacandri, S.Psi, M.Psi selaku Pembimbing II
Penulisan Karya Ilmiah Terapan (KIT).
6. Kepada Yth, seluruh Dosen Politeknik Pelayaran Surabaya yang telah
memberikan ilmu serta bimbingannya selama belajar di kampus Politeknik
Pelayaran Surabaya
7. Kepada keluarga yang telah memberikan dukungan baik secara moral
maupun material sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah terapan
ini.
8. Kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan namanya satu per
satu, yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dengan tujuan


untuk menyempurnakan skripsi ini.Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati
pihak-pihak yang telah memberi bantuan kepada penulis.Penulisan Karya Ilmiah
Terapan ini kiranya dapat bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi
semua pihak.

Surabaya,………. 2020
Penulis,

RICCO CHRISTIAN JOHANES WOWILING


NIT. 04.16.056.1.41
vii

ABSTRAK

RICCO C. J. WOWILING, metode perawatan fire hydrant diatas kapal


MV. Meratus Tomini agar siap digunakan dalam keadaan darurat. Dibimbing oleh
Bapak Iie Suwondo dan Ibu Ardhiana Puspitacandri.
Penelitian yang berjudul “Metode Perawatan Fire Hydrant Di Atas Kapal
MV.Meratus Tomini Agar Siap Digunakan Dalam Keadaan Darurat” bertujuan
untuk mengetahui dan menelaah lebih lanjut tentang: 1) Bagaimanakah metode
perawatan fire hydrant di atas kapal MV. Meratus Tomini. 2) Kesalahan apa
sajakah yang dialami pada saat menggunakan fire hydrant di atas kapal MV.
Meratus Tomini.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif
yaitu penulisan yang berisi paparan dan uraian mengenai suatu obyek
permasalahan yang timbul pada saat tertentu. Penelitian ini dilakukan pada saat
pratek laut diatas kapal selama ± 12 bulan di atas kapal niaga milik perusahaan
swasta. Teknik pengambilan dan pengumpulan data menggunakan metode: 1)
Observasi 2) Wawancara dan 3) Dokumentasi. Metode ini digunakan untuk
memaparkan secara rinci dengan tujuan memberikan informasi mengenai masalah
yang timbul dan berhubungan dengan materi pembahasan proposal ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawatan fire hydrant meliputi
bagian – bagian dari fire hydrant yaitu seluruh sistem fire hydrant seperti fire
pump, hydrant pillar, hydrant pressure gauge, hydrant box, hydrant valve,
siamese connection, fire hose, nozzle, dan pipa. Kesalahan saat menggunakan fire
hydrant system adalah ketika menyalakan firepump air dalam instalasi akan
bergerak dengan konstan sesuai tekanan yang telah diatur. Kesalahan ABK MV.
Meratus Tomini biasanya adalah pada saat latihan kebakaran diatas kapal dan
harus menggunakan fire hydrant system, ABK tidak sadar atau tidak paham ketika
akan membuka valve untuk saluran air dari hydrant ke fire hose/selang terlalu
cepat sehingga aliran air akan langsung mengalir kuat ke selang yang
menyebabkan petugas yang bertugas untuk memegang nozzle menjadi kesulitan
mengarahkan nozzle dikarenakan tekanan air yang kuat secara tiba-tiba, bahkan
jika pondasi kaki orang yang memegang nozzle kurang kuat, orang tersebut dapat
terpental karena tekanan air yang ditimbulkan pompa sangat kuat.

Kata Kunci : Fire hydrant, Perawatan, Metode


viii

ABSTRACT

RICCO C J WOWILING, fire hydrant maintenance methods on MV.


Meratus Tomini vessel to be ready for use in an emergency. Supervised by Mr. Iie
Suwondo and Mrs. Ardhiana Puspitacandri.
The study entitled "Fire Hydrant Maintenance Methods on MV.Meratus
Tomini Vessel to Be Ready for Use in Emergencies" aims to find out and examine
more about: 1) What are the fire hydrant treatment methods on the MV ship.
Meratus Tomini. 2) What obstacles are experienced when treating fire hydrants on
the MV Boat. Meratus Tomini.
This research is a descriptive study with a qualitative approach that is
writing that contains exposure and description of an object that arises at a
particular time. This research was carried out during marine practice on a ship for
± 12 months on a commercial company owned ship. Data collection and
collection techniques using methods: 1) Observation 2) Interview and 3)
Documentation. This method is used to explain in detail with the aim of providing
information about problems that arise and relates to the material discussed in this
proposal.
The results showed that the fire hydrant treatment includes parts of the
fire hydrant namely the entire fire hydrant system such as fire pump, hydrant
pillar, hydrant pressure gauge, hydrant box, hydrant valve, siamese connection,
fire hose, nozzle, and pipe. The mistake when using a fire hydrant system is that
when turning on the firepump, the water in the installation will move constantly
according to the preset pressure. Error ABK MV. Meratus Tomini is usually
during fire training on a ship and must use a fire hydrant system, ABK is not
aware or does not understand when opening a valve for water from the hydrant to
the fire hose / hose too fast so that the flow of water will immediately flow
strongly into the hose causing the officer in charge of holding the nozzle has
difficulty directing the nozzle due to sudden strong water pressure, even if the foot
foundation of the person holding the nozzle is not strong enough, the person can
bounce because the water pressure caused by the pump is very strong.

Keywords : Fire hydrant, Maintenance, Method


ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i


PERNYATAAN KEASLIAN ....................................................................................... ii
PERSETUJUAN SEMINAR ....................................................................................... iii
PENGESAHAN ........................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................. v
ABSTRAK .................................................................................................................. vii
ABSTRACT ................................................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. LATAR BELAKANG................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................... 3
C. TUJUAN PENELITIAN ............................................................................ 3
D. MANFAAT PENELITIAN ........................................................................ 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................... 5
A. REVIEW PENELITIAN ............................................................................ 5
B. LANDASAN TEORI ................................................................................. 6
C. PERATURAN KESELAMATAN UNTUK PENCEGAHAN
KEBAKARAN ( SOLAS BAB II - 2 ) .................................................... 14
D. KERANGKA PENELITIAN ................................................................... 17
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................. 18
A. JENIS PENELITIAN ............................................................................... 18
B. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN ................................................. 18
C. JENIS DAN SUMBER DATA ................................................................ 19
D. PEMILIHAN INFORMAN...................................................................... 20
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA ........................................................ 21
F. TEKNIK ANALISI DATA ...................................................................... 23
BAB IV ....................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIANError! Bookmark not defined.
x

B. HASIL PENELITIAN .............................. Error! Bookmark not defined.


BAB V......................................................................... Error! Bookmark not defined.
A. KESIMPULAN ........................................ Error! Bookmark not defined.
B. SARAN .................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 26
viii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1 Fire Hydrant............................................................................................. 6

Gambar 2. 2 Hydrant Box ............................................................................................. 7

Gambar 2. 3 Hydrant Pillar .......................................................................................... 8

Gambar 2. 4 Siamese Connection ................................................................................. 8

Gambar 2. 5Angle Hose Valve .................................................................................... 11

Gambar 2. 6 Kotak Pemadam Kebakaran ................................................................... 14

Gambar 2. 7 Selang Pemadam Kebakaran .................................................................. 15

Gambar 2. 8Nozzle ...................................................................................................... 16

Gambar 4.1.1Familiarisasi terhadap crew baru oleh Mualim I ................................... 31

Gambar 4.3.1Fire pump .............................................................................................. 35

Gambar 4.3.2Hydrant Pillar yang telah diketok dan dicat ulang ............................... 35

Gambar 4.3.3Hydrant Pressure Gauge yang telah dibersihkan ................................. 36

Gambar 4.3.4Hose box yang dicat ulang dan dibersihkan bagian dalamnya .............. 36

Gambar 4.3.5Hydrant valve yang tellah diberi grease baru ....................................... 37

Gambar 4.3.6Fire hose yang sudah tidak layak pakai diganti dengan yang baru ....... 38

Gambar 4.3.7Nozzle yang telah dibersihkan ............................................................... 38

Gambar 4.3.8Pipa fire hydrant yang telah diketok dan cat ulang ............................... 39
ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2. 1 Review Penelitian Sebelumnya .................................................................... 5

Tabel 2. 2Kerangka Penelitian .................................................................................... 18


1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kebakaran adalah satu keadaan darurat yang dapat terjadi dimana saja.

Begitu pula diatas kapal,setiap kapal yang sedang berlayar dilaut dapat

mengalamai resiko kebakaran yang sama kapanpun dan dimanapun, baik itu

kapal kecil maupaun kapal yang besar.

Kecelakaan kapal akibat kebakaran semakin banyak terjadi akhir-akhir

ini. Data Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pada tahun

2011 terjadi 25 kasus kecelakaan kapal akibat kebakaran.Dari tahun 2010

hingga 2016, kebakaran dan ledakan diatas kapal merupakan jenis

kecelakaan transportasi laut yang mengambil porsi terbesar (35%), dari jenis

kecelakaan lain (tenggelam, kandas, tubrukan, dll) di Indonesia.Kecelakaan

akibat kebakaran menunjukkan bahwa masih minimnya kesadaran untuk

meningkatkan standar keselamatan dikapal.Kebakaran dan ledakan diatas

kapal dapat terjadi dimana saja kapal melakukan aktivitasnya, baik ketika

kapal di dermaga atau ketika kapal berada di perairan lepas. Oleh sebab itu,

awak kapal harus memiliki pengetahuan teori tindakan pencegahannya.

Untuk menangani dan mengantisipasi kebakaran yang terjadi diatas

kapal diperlukan metode-metode pemadaman yang benar sesuai standar

dunia atau yang dikenal dengan standar IMO. Selain metode-metode

pemadaman yang benar, metode perawatan pada alat keselamatan diatas

kapal pun harus sesuai dengan prosedur atau standar yang ada.
2

Memiliki pengetahuan teori tindakan pencegahan kebakaran adalah

salah satu dari prinsip – prinsip keselamatan hidup dilaut yang berkaitan

dengan kebakaran. Hal ini harus didukung dengan pelaksanaan pelatihan

dan praktek yang secara realistis serta berkesinambungan diatas kapal,

perumusan rencana keadaan darurat, pengenalan rute escape diatas kapal,

pengenalan bahaya dan racun akibat kebakaran dan pemeriksaan rutin alat

deteksi pemadam kebakaran serta sistem dan peralatan pemadam kebakaran

yang tersedia diatas kapal.

Menurut Departemen Tenaga Kerja dalam bukunya yang berjudul

TrainingMaterial K3 Bidang Penanggulangan Kebakaran ( 1996 ), Hidran

adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media

pemadaman air bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang

kebakaran.

Fire hydrant merupakan perlengkapan penunjang dalam sistem

jaringan instalasi kebakaran, pada beberapa kasus banyak timbul

permasalahan saat sebuah sistem kebakaran diaktifkan, dalam hal ini

keluhan sering muncul adanya kebocoran pada perlengkapan yang sudah

terpasang.

Pada bulan Januari tahun 2015 dalam perjalanan menuju Cilacap,

ketika kapal MT. Dewi Maeswara melakukan fire drill ditemukan fire

hydrant di dekatpaint store mengalami kebocoran pada valve hydrant

sehingga air mengalir keluar. Setelah dilakukan pengecekan oleh kru kapal,

didapati penyebab terjadinya kebocoran adalah dari sekat yang sudah tidak

kedap dan kondisi valve yang sudah berkarat.


3

Peralatan pemadaman yang baik adalah peralatan pemadam yang

dapat berfungsi dengan baik saat digunakan. Oleh karena itu diperlukan

perawatan yang rutin agar alat pemadam tersebut dapat bekerja dengan

maksimal.

Dari uraian diatas maka penulis tertarik untuk menuangkan dalam

bentuk karya ilmiah terapan ini dengan judul:

”METODE PERAWATAN FIRE HYDRANT DIATAS KAPAL MV.

MERATUS TOMINI AGAR SIAP DIGUNAKAN DALAM

KEADAAN DARURAT”

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam hal ini yang menjadi persoalan penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimanakah metode perawatan fire hydrant di atas kapal?

2. Kesalahan apa saja yang biasa dilakukan saat menggunakan fire

hydrant?

C. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana metode perawatan fire hydrant diatas

kapal.

2. Untuk mengetahui kesalahan apa saja yang dilakukan pada saat

menggunakan fire hydrant.


4

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang ingin dicapai oleh penyusunan penelitian sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi

pembaca, pelaut maupun kalangan umum untuk dapat meningkatkan

penerapan perawatan fire hydrant diatas kapal.

2. Manfaat praktis

Diharapkan penelitian ini dapat membuat pengetahuan taruna atau

taruni Politeknik Pelayaran Surabaya semakin bertambah luas tentang

perawatan fire hydrant yang benar.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. REVIEW PENELITIAN

Literature review merupakan sebuah sintesis dari berbagai macam

hasil penelitian terdahulu sehingga dalam sebuah literature review harus ada

banyak kajian dari riset sebelumnya. Penggunaan dari literature review pada

dasarnya penting untuk dilakukan dalam mengawali sebuah penelitian,

mengingat sangat memungkinkan bidang yang akan kita kaji memiliki

kedekatan atau kesamaan dengan bidang lain yang tengah diteliti

sebelumnya.

Berdasarkan literature review yang sudah dibaca dan dikaji oleh

penulis bahwa penelitian yang dibuat oleh penulis memiliki kesamaan

dalam segi pengertian pencegahan kebakaran dan penanggulangannya,

namun berbeda dalam segi keseluruhan dari judul, masalah, isi, dan

penyajiannya.

Tabel 2. 1 Review Penelitian Sebelumnya

NO PENULIS JUDUL HASIL

1. Dhanis Woro PENGGUNAAN APAR DAN Mengetahui penyediaan,


FIRE HYDRANT SEBAGAI pemasangan, pemeliharaan
Purbandari
UPAYA dan pemeriksaan Apar dan
PENAGGULANGAN
Fire Hydrant di PT.
KEBAKARAN DI PT.
Bridgestone Tire Indonesia
BRIDGESTONE TIRE
sebagai upaya pencegahan
INDONESIA, BEKASI –
dan penanggulangan
JAWA BARAT
kebakaran.
6

B. LANDASAN TEORI

1. Pengertian Fire Hydrant

Menurut Suhardo dalam buku AFF (Advanced Fire Fighting)

yang diterbitkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya 2010.Fire

hydrant adalah sebuah terminal air yang berfungsi sebagai bantuan

darurat ketika terjadi kebakaran. Fire hydrant ini juga berfungsi

sebagai salah satu sumber air untuk mempermudah proses

penanggulangan ketika bencana kebakaran melanda.

Gambar 2.1Fire Hydrant

Sumber: http://ppnisardjito.blogspot.com/2012/10/penggunaan-
hydrant.html

2. Manfaat Fire Hydrant

Fire hydrant berfungsi sebagai salah satu sumber air untuk

mempermudah proses penanggulangan ketika bencana kebakaran

melanda.
7

3. Hydrant System

Pada sistem ini dibagi lagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Hydrant box

Hydrant box ini dapat dibagi menjadi dua yaitu berupa indoor

hydrant (terletak di dalam gedung) atau outdoor hydrant (terletak

diluar gedung).Untuk pemasangan hydrant box di dalam ruangan

pada bagian atasnya (menempel pada dinding) harus disertai

pemasangan alarm bell. Pada hydrant box terdapat gulungan selang

atau lebih dikenal dengan istilah hose.

Gambar 2.2Hydrant Box

Sumber: https://www.bromindo.com/box-
hydrant-dan-perlengkapannya/

2. Hydrant pillar

Alat ini memiliki fungsi untuk menyuplai air dari sumber air dan

disalurkan melalui selang pemadam kebakaran sehingga air dapat

di distribusikan ke tempat yang sedang terbakar.


8

Gambar 2.3Hydrant Pillar

Sumber: https://www.bromindo.com/hooseki-
hydrant-pillar/

3. Siamese connection

Alat ini memiliki fungsi sebagai komponen penghubung untuk

menghubungkan selang dari mobil department kebakaran atau fire

brigade dengan tujuan menyuntikkan pasokan air dari dalam mobil

kebakaran kemudian dipompa menuju seluruh jaringan pipa.

Gambar 2.4Siamese Connection

Sumber: https://helmidadang.wordpress.com/2012/12/30/siammese-
connection/
9

4. Penataan Letak Fire Hydrant


Pipa dan hydrant harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga

selang kebakaran dapat dengan mudah dihubungkan dengan hydrant.

Susunan pipa dan hydrant harus sedemikian rupa untuk menghindari

kemungkinan pembekuan. Ketentuan drainase yang cocok harus

disediakan untuk pipa api utama. Katup isolasi harus dipasang untuk

semua cabang utama dek terbuka yang digunakan untuk tujuan selain

pemadam kebakaran.posisi dari hidran harus sedemikian sehingga

mereka selalu mudah diakses dan pipa harus diatur sepraktis untuk

menghindari risiko kerusakan.

5. Jenis Perawatan Fire Hydrant


Memastikan semua output pengeluaran air dari sistem fire

hydrant seperti hydrant pillar dan hydrant box tidak terhalang oleh

benda-benda yang dapat menyulitkan petugas saat bekerja

memadamkan api, untuk itu area hydrant sebisa mungkin harus dijaga

agar steril.

Membuka valve untuk memastikan kran dapat difungsikan

dengan baik, jika ada kerusakan dalam valve sebaiknya diganti dengan

komponen yang baru secepatnya.Setelah semua valve dapat berfungsi

dengan normal, pasang valve ke tempat semula dengan rapat.

Pasang semua perangkat, hidupkan pompa dan lakukan simulasi

dengan mengalirkan air ke system hydrant.Pastikan semua komponen

berfungsi dengan baik.Selang, nozzle, valve, dan sambungan –

sambungan lainnya dari kebocoran.Jika terjadi kebocoran, segera

lakukan penambalan atau mengganti komponen tersebut. Cek lagi


10

setelah komponen diganti masih bocor atau tidak. Perawatan fire

hydrant terhadap kebocoran merupakan hal yang utama dan tidak bisa

ditinggalkan, karena jika terjadi kebocoran aliran air yang keluar dari

tandon sampai ke ujung nozzle, kapasitas dan tekanannya akan

berkurang setiap waktu.

Merawat perlengkapan fire hydrant khususnyanozzle, jika

mengalami penyumbatan harus dilakukan dengan cara pembersihan.

Nozzle dimasukan kedalam air untuk dibersihkan, lalu digosok dengan

alat tangkai penggosok khusus, hingga material yang menyumbat

nozzle keluar.Perlu diingat, harus memperhatikan apakah nozzle dapat

digunakan dan tidak mengalami kebocoran atau pecah pada nozzle.

Jika nozzle pecah atau rusak, harus diganti supaya system kerja fire

hydrant dapat berjalan dengan optimal.

Pastikan hydrant box tidak terhalang oleh benda-benda yang

menyulitkan petugas saat akan memadamkan api, sehingga dapat

diakses dengan mudah. Lakukan perawatan rutin agar hydrant box

tidak berkarat dan dibersihkan secara rutin agar tidak terpapar debu

selama berhari-hari bahkan hingga tahunan, karena hal ini akan

mengakibatkan korosi pada plat hydrant box atau shield hydrant box.

Pembersihan hydrant box jugaperlu agar tidak menjadi rumah semut

atau serangga lainnya. Jika shield mengelupas, maka harus dicat ulang

menggunakan cat khusus.

Setelah melalui tahap testing kebocoran, lakukan flushing

system hydrant. Fungsinya adalah agar tidak terjadi endapan lumpur di


11

dalam tandon, pompa, atau komponen lainnya yang bisa menyebabkan

aliran dalam instalasi system hydrant tidak bekerja dengan maksimal.

Catat semua hasil perawatan fire hydrant, pastikan semua

masalah yang ada dapat diperbaiki dengan baik.

Gambar 2.5Angle Hose Valve

Sumber: https://www.indiamart.com/proddetail/fire-hose-
angle-valve-14673178591.html

6. Mekanisme Perawatan Fire Hydrant


Dalam memasang instalasi sistem fire hydrant, harus dipastikan

seluruh output berada di lokasi yang steril, terjangkau dan strategis.

Pastikan pula tidak ada benda-benda sekitar yang menghalangi output

mengeluarkan air. Berikut beberapa tahapan perawatan yang harus

dilakukan terhadap sistem fire hydrant. Perawatan hydrant biasa

dimulai dengan menguji fungsi valve hydrant atau katup hydrant

dengan membukanya dan mengamati kinerja kran. Apabila dalam

perawatan valve hydrant dinilai menyimpan kerusakan, maka

hendaknya petugas servis harus segera mengganti valve hydrant

dengan komponen valve hydrant yang baru. Apabila semua fungsi dari

katup tersebut telah dipastikan normal, maka petugas harus memasang

kembali valve hydrant ke tempat yang semula dan memastikannya

telah terpasang secara rapat.


12

Setelah melakukan perawatan pada komponen valve hydrant,

selanjutnya petugas memasang semua perangkat pelengkap fire

hydrant dan mengaktifkan pompa sehingga pasokan air akan mengalir

untuk melakukan simulasi terhadap sistem. Setelah melakukan

simulasi, maka petugas bisa melakukan upaya perbaikan atau

penggantian perangkat baru apabila terdapat masalah atau kerusakan

pada perangkat-perangkat fire hydrant, seperti fire hose atau selang

pemadam, katup atau valve, nozzle, dan perangkat sambungan yang

lain. Apabila pada perangkat terdapat kebocoran, maka petugas harus

segera memperbaikinya, yaitu dengan melakukan penambalan pada

area yang mengalami kebocoran. Namun, apabila kerusakan

kebocoran atau kerusakan lainnya dinilai cukup parah, maka jangan

paksakan untuk hanya memperbaikinya, karena hanya akan

mengganggu fungsi sistem dan berpotensi membahayakan pengguna

sistem nantinya. Sebaiknya segera ganti komponen perangkat dengan

yang baru apabila kerusakan tak dapat tertolong.Apabila semua

perangkat telah diperbaiki atau diganti dan fungsi dari masing-masing

perangkat telah dipastikan normal, maka lakukan kembali

simulasi.Pastikan sudah tidak ada lagi kerusakan, terutama kerusakan

kebocoran karena kerusakan tersebut tergolong fatal mengingat aliran

air yang bocor dapat merusak instalasi sistem, mengurangi tekanan

dan mengganggu intensitas pasokan air yang keluar menuju nozzle.

Selain kebocoran, perawatan flushing atau testing terhadap daya

fungsi sistem juga harus dilakukan. Dari sini, petugas akan


13

mengetahui kalau-kalau terdapat endapan lumpur di dalam kolam atau

penampungan air serta kerusakan fatal lainnya seperti pompa yang

macet atau tidak optimal. Apabila terdapat kerusakan, segera cari tahu

titik permasalahannya dan lakukan analisa untuk memperbaiki atau

menggantinya dengan komponen yang baru.Setelah semua rangkaian

perawatan selesai dilakukan dan seluruh masalah telah dipastikan

mendapatkan solusi perbaikan ataupun penggantian perangkat baru,

hendaknya petugas servis mencatat semua log dan hasil dari

pemeliharaan tersebut sehingga informasi tersebut dapat diketahui

suatu waktu dibutuhkan.

Perawatan atau pemeliharaan terhadap sistem fire hydrant ini

sehendaknya dilaksanakan secara rutin dan berkala. Pastikan pula

petugas yang melakukan pemeliharaan benar-benar terpercaya,

berpengalaman, berkompeten dan memiliki standar kerja yang baik

karena kinerja petugas menentukan hasil perawatan yang akan

didapatkan. Pastikan benar-benar bahwa setelah diadakan

pemeliharaan atau perawatan tersebut, kinerja sistem fire hydrant

seharusnya semakin baik dan bukannya justru menimbulkan masalah-

masalah atau kerusakan baru lainnya, mengingat di dalam proses

perawatan fire hydrant, pada umumnya berkemungkinan terjadi

kesalahan oleh petugas.

7. Kesalahan Dalam Perawatan Fire Hydrant


Air dalam instalasi fire hydrant bergerak dengan tekanan yang

konstan, artinya memang harus hati-hati dalam setiap waktu saat

menggunakan. Contoh yang salah dan sering dilakukan adalah saat


14

terjadi kebakaran, orang – orang di area tersebut panik. Hal ini tidak

dibenarkan, karena membuka aliran air terlalu cepat justru

menyulitkan petugas yang memegang nozzle untuk mengendalikan

arah air. Jika pondasi kaki petugas tersebut kurang kuat, maka bisa

terpental karena tekanan air yang ditimbulkan pompa sangat kuat.

Untuk itu selain perawatan fire hydrant yang harus rutin dilakukan,

basic training tentang cara penggunaan peralatan hydrant juga harus

dilakukan untuk petugas pemadam api dan orang-orang sekitar

instalasi.

C. PERATURAN KESELAMATAN UNTUK PENCEGAHAN

KEBAKARAN ( SOLAS BAB II - 2 )

1. Kotak Pemadam Kebakaran ( Hydrant Box )

Gambar 2.6Kotak Pemadam Kebakaran

Sumber: http://joe-pencerahan.blogspot.com/2010/12/sistem-
ballast-pemadam-kebakaran.html
15

Kotak pemadam kebakaran terdiri dari :

a. Selang Pemadam Kebakaran

Selang kebakaran harus dibuat dari bahan yang tidak

mudah rusak dan harus tetap dalam keadaan siap

pakai.Peletakannya ditempat tempat yang mudah dijangkau

dan letaknya dekat dengan tempat hidran atau sambungan

layanan air.Untuk kapal penumpang yang mengangkut lebih dari

36 orang, pada selang kebakaran itu harus disambungkan

dengan hidran setiap saat.selang kebakaran harus memiliki

panjang minimal 10 m, tetapi tidak lebih dari:

1. 15 m di ruang mesin;

2. 20 m di ruang lain dan deck terbuka; dan

3. 25 m untuk dek terbuka pada kapal dengan luas maksimum

lebih dari 30 m.

Pada kapal dengan berat kotor 1.000 GT atau lebih

minimal terdapat 5 buah selang pemadam kebakaran ditambah 1

untuk cadangan.

Gambar 2.7Selang Pemadam Kebakaran

Sumber: http://joe-pencerahan.blogspot.com/2010/12/sistem-
ballast-pemadam-kebakaran.html
16

b. Nozzle

Ukuran diameter standar untuk Nozzle adalah 12 mm, 16

mm, atau 19 mm. Pada ruang akomodasi dan ruang layanan

digunakan nosel ukuran diameter 12 mm. Sedangkan pada ruang

mesin dan tempat - tempat di luar, ukuran nozzle harus

sedemikian rupa dengan keadaan tempat atau kemungkinan

yang akan terjadi sehingga dapat diperoleh pengeluaran

semaksimal mungkin, akan tetapi tidak lebih besar dari 19 mm.

Untuk ruang mesin dan lokasi eksterior, ukuran nozzle harus

seperti untuk mendapatkan debit maksimum yang mungkin dari

dua jet pada tekanan yang disebutkan dalam ayat 2.1.6 (SOLAS

Chapter II-2, Part C, Regulation 10 – 2, ) dari pompa terkecil,

asalkan ukuran nozzle lebih besar dari 19 mm tidak perlu

digunakan.

Gambar 2.8. Nozzle

Sumber: http://www.alatpemadamapi.xyz/2016/01/pengertian-fire-
hose-fire-nozzle.html
17

D. KERANGKA PENELITIAN

Tabel 2.2 Kerangka Penelitian

Perawatan Fire hydrant

Bagaimana cara Bagian apa saja dari Fire


perawatan yang baik ? hydrant yang dirawat ?

• Membersihkan perangkat • Sistem


fire hydrant persediaan air
• Menambal bila terjadi • Pompa
kebocoran kecil • Perpipaan
• Mengganti perangkat • Hydrant box
jika sudah tidak bia • Valve
digunakan • Selang
• Menguji fungsi dari • Nozzle
valve
• Mengecek pompa
• Pengecekan instalasi fire
hydrant secara berkala
• Melakukan pelatihan
sesuai standar

Fire hydrant dapat bekerja


dengan baik dan tidak
terganggu ketika digunakan
18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Penelitian adalah suatu cara mencari dan mengungkapkan kebenaran

dengan objektifitas, karena di sini kebenaran yang diperoleh secara

konseptual atau deduktif saja tidak cukup tetapi harus diuji secara empiris.

Metode ini sebagai salah satu bentuk metode untuk mengetahui (method of

knowing).(Hidayat, S.2011)

Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode deskriptif dan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah

suatu metode dalam pencarian fakta status sekelompok manusia, suatu

objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada

masa sekarang dengan interpretasi yang tepat (Hidayat, S. 2011). Sedangkan

metode kualitatif adalah metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang

– orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 1990). Metode kualitatif

adalah suatu cara dalam menganalisa data-data yang akurat berdasarkan

wawancara atau pengamatan secara langsung tentang suatu kejadian.

B. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN

1. Waktu penelitian

Rencana tempat dilaksanakannya penelitian dilakukan pada saat

melaksanakan praktek laut di atas kapal selama ± 12 bulan dengan

mengumpulkan data yang akan di dapat nantinya.


19

2. Tempat penelitian

Penulis mengadakan penelitian pada saat praktek berlayar di atas

kapal niaga milik perusahaan pelayaran swasta.

C. JENIS DAN SUMBER DATA

1. Jenis Data

Dalam Karya Ilmiah Terapan ini data yang digunakan adalah data

kualitatif. Data kualitatif adalah data yang memberikan kejelasan

makna tentang fakta, objek, atau kasus yang sedang dilakukan

(Bungis, 2011). Yang termasuk data kualitatif dalam penelitian ini

yaitu gambaran umum objek penelitian.

2. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek

darimana data dapat diperoleh. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan dua sumber data yaitu:

a. Data Primer

Menurut (Sarwono, J. 2006). Data primer adalah data yang

diperoleh langsung dari sumber pertama melalui prosedur dan

dicatat.Penelitian ini mendapatkan data primer melalui

wawancara langsung ke responden bagaimana metode

perawatan fire hydrant di atas kapal.Adapun yang menjadi

sumber data primer dalam penelitian ini adalah Nakhoda,

Mualim III dan juga kru di atas kapal. Selain wawancara penulis

juga akan melakukan observasi langsung pada saat kegiatan


20

komunikasi sedang terjadi di atas kapal terlebih khusus pada

kondisi sedang menggunakan fire hydrant.

b. Data Sekunder

Menurut (Jonathan Sarwono, 2006). Data sekunder adalah

data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya

berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi. Data ini

diperoleh dengan lebih mudah dan cepat karena sudah tersedia.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa data-data yang

nyata sesuai di lokasi, karena di kapal sudah tersedia data-data

yang ada, seperti contohnya data tentang kecelakaan apa saja

yang pernah terjadi di kapal akibat dari tidak siapnya fire

hydrant pada saat keadaan darurat.

D. PEMILIHAN INFORMAN

1. Informan

Informan yang dipilih oleh penulis dalam penelitian ini adalah

Nakhoda selaku penanggung jawab atas seluruh isi kapal termasuk

kejadian di kapal dan segala hal mengenai anak buah kapal, Mualim

selaku wakil Nakhoda di mana berperan penting mengawasi anak

buah kapal dan anak buah kapal sendiri selaku objek dalam penelitian

ini.

Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, maka peneliti

sangat erat kaitannya dengan faktor -faktor kontekstual, jadi dalam hal

ini sampling dijaring sebanyak mungkin dari sumber. Maksud


21

kedua dari informan adalah menggali informasi yang menjadi dasar

dan rancangan teori yang akan dibangun dalam penelitian ini

2. Teknik Penentuan Informan

Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini

adalah berdasarkan asas subyek yang menguasai permasalahan,

memiliki data dan bersedia memberikan informasi yang lengkap dan

akurat, informan yang bertindak sebagai sumber data dan informasi

harus memenuhi syarat, yang akan menjadi informan narasumber (key

informan) dalam penelitian ini adalah Nakhoda dan anak buah kapal.

Penelitian kualitatif tidak menuntut jumlah informan, tetapi bisa

tergantung dari tepat tidaknya pemilihan informan kunci, dan

komplesitas dari keragaman fenomena sosial yang diteliti. Dengan

demikian informan ditentukan dengan teknik snowball sampling, yaitu

proses penentuan informan berdasarkan informan sebelumnya tanpa

menentukan jumlahnya secara pasti dengan menggali informasi terkait

topik penelitian yang diperlukan.

E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan proposal

ini adalah data yang merupakan informasi yang diperoleh penulis melalui

pengamatan langsung di lapangan. Dari sumber-sumber ini diperoleh data

dan informasi melalui:

1. Observasi

Observasi atau mengadakan pengamatan secara langsung di

lapangan di mana penulis melaksanakan praktek laut. Di dalam suatu


22

penelitian, selain menggunakan metode pokok digunakan juga metode

pelengkap yang saling mengisi atau melengkapi.Observasi adalah

metode pelengkap, teknik observasi digunakan dengan maksud untuk

mendapatkan atau mengumpulkan data secara langsung mengenai

gejala-gejala tertentu dengan melakukan pengamatan serta mencatat

data yang berkaitan dengan pokok masalah yang diteliti. Observasi

yang penulis lakukan adalah dengan mengadakan pengamatan

langsung sewaktu penulis akan melaksanakan praktek laut, mengamati

cara-cara kerja prosedur darurat terkhusus pada saat sedang

melakukan kegiatan yang berhubungan denga fire hydrant, setelah itu

para perwira jaga akan melakukan pengecekan prinsip dan tindakan

yang harus diambil saat terjadi keadaan darurat ataupun situasi

berbahaya. Di samping itu observasi adalah pengumpulan data secara

langsung dan sangat penting dalam penelitian deskriptif.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang

digunakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya.

Wawancara merupakan proses tanya jawab secara lisan yang

dilakukan seseorang saling berhadapan dan saling menerima serta

memberikan informasi. Wawancara sebagai alat pengumpul data

menghendaki adanya komunikasi langsung antara penelitian dengan

sasaran penelitian (Riduwan, 2003). Dalam menyusun penelitian ini,

penulis melakukan wawancara non-formal dalam kegiatan sehari-hari

dengan Nahkoda dan para Mualim, terutama Mualim III pada kapal
23

yang bertanggung jawab dalam masalah alat - alat keselamatan di atas

kapal, sehingga dapat lebih meyakinkan pembaca juga sebagai bahan

acuan didalamnya mendeskripsikan data dan mempermudah dalam

proses penganalisaanya.

F. TEKNIK ANALISI DATA

Penyajian untuk penulisan proposal ini adalah menggunakan metode

Deskriptif. Yaitu penulisan yang berisi paparan dan uraian mengenai suatu

obyek permasalahan yang timbul pada saat tertentu. Metode ini digunakan

untuk memaparkan secara rinci dengan tujuan memberikan informasi

mengenai masalah yang timbul dan berhubungan dengan materi

pembahasan proposal ini.

Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010). Menyatakan

bahwa aktivitas dalam pengolahan dan analisis data meliputi data reduction,

data display, conclusion drawing/verification. Langkah-langkah tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Data collecting

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar

kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

Instrumen pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan

oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Instumen sebagi alat bantu

dalam menggunakan metode pengumpulan data merupakan sarana

yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket, perangkat tes,

pedoman wawancara, pedoman observasi, skala dan sebaginya.


24

Instrumen penelitian merupakan sesuatu yang amat penting dan

strategi kedudukannya didalam keseluruhan kegiatan penelitian.

Dengan instrumen akan diperoleh data yang merupakan bahan penting

untuk menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan

untuk mencapi tujuan. Pengumpulan data dilakukan untuk

memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai

tujuan penelitian.

2. Data reduction

Melakukan reduksi data dapat diartikan sebagai upaya

merangkum dan memilih hal-hal pokok serta memfokuskan diri pada

data yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.Pada

kenyataannya, data temuan di lapangan bisa sangat beragam dan

heterogen, sehingga perlu dilakukan pemilahan dan penyusunan

secara sistematis agar diperoleh data yang dibutuhkan.

3. Data display

Setelah data di reduksi, tahap berikutnya adalah melakukan

display atau penyajian data sehingga temuan dapat digambarkan

secara utuh, menyeluruh, sehingga bagian-bagian pokoknya terlihat

jelas untuk memudahkan pemaknaan.Sugiyono (2010), menyatakan

bahwa penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan

melalui uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan

sejenisnya.
25

4. Conclusion and verification

Tahapan berikutnya dari analisis data adalah penarikan

kesimpulan (konklusi) dan verifikasi. Berdasarkan reduksi dan display

data temuan penelitian, peneliti dapat menarik kesimpulan. Penarikan

kesimpulan dalam penelitian kualitatif, pada dasarnya masih bersifat

sementara, karena data hasil temuan harus diverifikasi dan dicek

keabsahannya melalui berbagai teknik.Verifikasi yang dilakukan

bertujuan untuk mempertajam pemaknaan temuan, sehingga diperoleh

kesimpulan yang benar-benar menggambarkan realita.


26

DAFTAR PUSTAKA

Surabaya,P. (2010). Advanced Fire Fighting. Surabaya: Politeknik Pelayaran


Surabaya.

Surabaya, P. (2009). International Convention For The Safety Of Life At Sea.


Surabaya: Politeknik Pelayaran Surabaya.

Surabaya, P. (2017). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Terapan. Surabaya:


Politeknik Pelayaran Surabaya.

Moleong, Lexy J. (2000).Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: PT. Remaja


Rosdakarya.

Sedarmayanti, & Hidayat, S. (2011). Metodologi Penelitian. Bandung: CV


Mandar Maju.

Tim Penyusun. (2016). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah terapan (KIT).


Surabaya: Politeknik Pelayaran Surabaya.
INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SAFETY OF LIFE AT
SEA,2009
digilib.its.ac.id/.../ITS-Undergraduate-19436-4209106010-Chapter1.pdf
https://contractorfirehydrant.wordpress.com/2014/03/07/langkah-melakukan-
perawatan-fire-hydrant/
http://www.bromindo.com/mengenal-sistem-instalasi-jaringan-hydrant/
http://www.bromindo.com/mengoperasikan-merawat-fire-hydrant/
http://patigeni.com/pengecekan-sistem-fire-hydrant/
http://www.bromindo.com/perawatan-fire-hydrant/
http://abi-blog.com/sistem-pemadam-kebakaran-kapal/

Anda mungkin juga menyukai