Anda di halaman 1dari 44

i

PROPOSAL
KARYA ILMIAH TERAPAN

PENGARUH KOMPETENSI PELAUT DALAM


MELAKSANAKAN TUGAS TERHADAP KESELAMATAN
BERLAYAR

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Pelayaran

ATHANABIL WARDHANADITYA JUNAIDI


NIT: 06 18 053 1 22
AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN


POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2020

i
ii

PENGARUH KOMPETENSI PELAUT DALAM MELAKSANAKAN


TUGAS TERHADAP KESELAMATAN BERLAYAR

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Pelayaran

ATHANABIL WARDHANADITYA JUNAIDI


NIT: 06 18 053 1 22
AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN


POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2020

ii
iii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Athanabil Wardhanaditya Junaidi

Nomor Induk Siswa : 06 18 053 1 22

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

PENGARUH KOMPETENSI PELAUT DALAM MELAKSANAKAN


TUGAS TERHADAP KESELAMATAN BERLAYAR
Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali
tema yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.
Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya bersedia
menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA,………………………………….

ATHANABIL WARDHANADITYA JUNAIDI

iii
iv

PERSETUJUAN SEMINAR
KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : PENGARUH KOMPETENSI PELAUT DALAM MELAKSANAKAN


TUGAS TERHADAP KESELAMATAN BERLAYAR
Nama Taruna : ATHANABIL WARDHANADITYA JUNAIDI

NIT : 06 18 053 1 22

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk di seminarkan

Surabaya………………………………………

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

MANUNGKU TRINATA P.M.Mar,M.Pd ANTONY DAMANIK, S.E.


Penata Tk.I (III/c) Penata Tk.I (III/d)
NIP. 19770323201012 1 001 NIP. 19750911199703 1 005

Mengetahui :

Ketua Jurusan Nautika

DAVIQ WIRATNO, M.Mar.


Penata Tk.I (III/d)
NIP. 19790107 200212 1 002

iv
PENGARUH KOMPETENSI PELAUT DALAM MELAKSANAKANTUGAS
TERHADAP KESELAMATAN BERLAYAR

Disusun dan Diajukan oleh:

ATHANABIL WARDHANADITYA JUNAIDI


06.18.053.1.22
Ahli Nautika Tingkat III

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan


Pada tanggal……………………….

Menyetujui:

Penguji I Penguji II Penguji III

DAVIQ WIRATNO, M.Mar. MANUNGKU TRINATA P. ANTONY DAMANIK, S.E.


M.Mar,M.Pd
Penata Tk.I (III/d) Penata Tk.I (III/c) Penata Tk.I (III/d)
NIP. 19790107 200212 1 002 NIP. 19770323201012 1 001 NIP. 19750911199703 1 005

Mengetahui :

Ketua Jurusan Nautika

DAVIQ WIRATNO, M.Mar.


Penata Tk.I (III/d)
NIP. 19790107 200212 1 002
xii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa penulis, karena atas segala
kelimpahan rahmad dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah
Terapan ini. Adapun proposal karya ilmiah terapan ini di susun guna memenuhi
persyaratan untuk menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Pelayaran
dengan mengambil judul: “PENGARUH KOMPETENSI PELAUT DALAM
MELAKSANAKAN TUGAS TERHADAP KESELAMATAN BERLAYAR’’ Dalam
kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih pada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah terapan ini dan juga rasa
bangga yang setinggi tingginya kepada :

1. Capt. Heru Susanto, M.M, selaku Direktur politeknik Pelayaran Surabaya


beserta jajarannya yang telah menyediakan fasilitas dan pelayaran, sehingga
penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

2. Daviq Wiratno, M.Mar. selaku Ketua Jurusan Teknika yang telah memberi
dukungan dan motivasi yang membangun

3. Manungku Trinata P. M.Mar,M.Pd selaku Dosen Pembimbing I yang telah


bersabar dan memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan
proposal karya ilmiah terapan ini.

4. Antony Damanik, S.E.selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan


saran dan arahan dalam penyusunan proposal karya ilmiah terapan ini.

5. Kedua Orang tua yang telah membimbing sehingga proposal ini dapat
terselesaikan, serta rekan-rekan taruna yang telah memberikan dorongan
dan semangat sehingga penulisan proposal karya ilmiah terapan ini dapat
terselesaikan.
xiii

Semoga amal kebaikan yang telah diberikan dengan tulus menjadi jalan
kemudahan dan mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha Esa. Segala upaya
telah penulis lakukan untuk menyelesaikan karya tulis terapan ini. Namun, bukan
mustahil dalam tulisan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif. Akhir
kata penulis berharap semoga karya ilmiah terapan ini bermanfaat bagi para
pembaca.

Surabaya,…………………….........................

ATHANABIL WARDHANADITYA JUNAIDI


xiv

ABSTRAK

ATHANABIL WARDHANADITYA JUNAIDI,Pengaruh kompetensi pelaut


dalam melaksanakan tugas terhadap keselamatan berlayar dibimbing oleh
Manungku dan Antony.

Kata kompetensi atau kompeten sudah akrab kita dengar apabila pengertian
kita sama dengan kebanyakan orang, kompetensi pada umumnya diartikan
sebagai kecakapan, keteram pilan, kemampuan kata dasarnya sendiri yaitu
kompeten, tentu saja berarti cakap, mampu, atau terampil. Pada konteks
manajemen, istilah kompetensi mengacu kepada atribut/karakteristik seseorang
yang membuat berhasil dalam pekerjaannya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompetensi pelaut
dalam melaksanakan tugas terhadap keselamatan berlayar. kompetensi adalah
suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau
tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh
sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan bahwa kompetensi


pelaut mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam keselamatan
berlayar.

Kata kunci: kompetensi, keselamatan berlayar


xv

ABSTRACT

ATHANABIL WARDHANADITYA JUNAIDI, The influence of seafarers'


competence in carrying out sailing safety tasks is guided by Manungku and
Antony.
The word competence or competence is familiar we hear that our understanding
is the same as most people, competence is generally defined as skills, skills, the
ability of one's own words, namely competent, of course means competent,
capable, or skilled. In a management context, the term refers to the attributes /
attributes of a person that makes him successful in his job.
The purpose of this study was to determine the effect of sailors' competence in
carrying out sailing safety. competence is the ability to carry out or perform a job
or task which is based on skills and knowledge and is supported by the work
attitude demanded by the job.
The results obtained from this study indicate that the competence of seafarers
has a huge influence on sailing safety.

Key words: competence, sailing safety


DAFTAR ISI

PROPOSAL KARYA ILMIAH TERAPAN......................................................i


PENGARUH KOMPETENSI PELAUT DALAM MELAKSANAKAN TUGAS
TERHADAP KESELAMATAN BERLAYAR..................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN..........................................................................iii
PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN............................iv
PENGARUH KOMPETENSI PELAUT DALAM MELAKSANAKANTUGAS
TERHADAP KESELAMATAN BERLAYAR.................................................xi
KATA PENGANTAR...................................................................................xii
ABSTRAK..................................................................................................xiv
ABSTRACT.................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................xii
DAFTAR TABEL........................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah....................................................................1
B. Identifikasi Masalah...........................................................................4
C. Batasan Masalah...............................................................................4
D. Rumusan Masalah.............................................................................5
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian.........................................................5
F. Sistimatika Penulisan........................................................................6
BAB II 8
A. KAJIAN TEORI..................................................................................8
B. Kerangka Pemikiran........................................................................23
C. Hipotesis Penelitian.........................................................................23
BAB III.......................................................................................................24
A. Waktu dan tempat Penelitian..........................................................24
B. Teknik Pengumpulan Data..............................................................24
C. Populasi Dan Sampel......................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................31
xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 The Ice Berg Model ........................................................................10

Gambar 2.2 Standar Kompetensi


..............................................................................................................................1
5

Gambar 2.3 Kerangka Dasar Kompetensi ………………………………………….


16
Gambar 2.4 SDM Berbasis Kompetensi ……………………………………………
17

Gambar 2.5 Model Alur Kompetensi ………………………………………………..


17

Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran ……………………………………………………23


xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pernyataan Skala Situasi …………………………………………….….26

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kompetensi Pelaut (X) …………………………… 31

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Keselamatan Pelayaran …………………………. 33

Tabel 3.4 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Kolerasi ............35


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara maritim yang sangat luas, di mana

pulau – pulau dikelilingi oleh laut yang mana wilayah pesisir dan lautannya

memiliki luas mencakup 5,8 juta km², di samping itu Indonesia juga memiliki

beragam kekayaan sumber daya alamnya. Wilayah pesisir Indonesia juga

memiliki berbagai fungsi, seperti transportasi dan pelabuhan, rekreasi dan

pariwisata. Hal ini tentunya memaksa untuk melakukan pembangunan

kelautan, apabila dikaitkan kondisi geografis wilayah nasional yang

didominasi oleh wilayah laut, yang tentunya memerlukan kemampuan

Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang kelautan untuk menghbungkan

pulau satu dengan yang lainnya melalui jalur laut atau berlayar, untuk itu

diperlukan SDM yang berkompeten untuk mencapai keselamatan berlayar.

Berkenaan dengan hal tersebut, Undang – undang Nomor 17 Tahun

2008 Tentang Pelayaran, untuk melaksanakan fungsi keselamatan dan

keamanan pelayaran, di mana kegiatan tersebut salah satunya kegiatan ini

dilaksanakan oleh pelaksana di lapangan yaitu pelaut yang

ahli/berkompeten. Adapun Pelaut/Sumber Daya Manusia (SDM) itu sendiri

agar berkompeten harus dibekali dengan Pendidikan keahlian pelaut baik

dek/nautik maupun mesin/teknik yang dibuktikan dengan sertifikat keahlian

pelaut.

Bertitik tolak dari kompetensi/keahlian sumber daya manusia (SDM)

dalam hal ini pelaut, maka keselamatan berlayar dapat tercapai, karena

keselamatan berlayar sangat tergantung pada berbagai aspek antara lain

adalah dukungan kompetensi sumber daya manusia (SDM), dan untuk

mendukung terwujudnya keselamatan berlayar tentunya diperlukan SDM yang


2

berkaulitas yang memahami dan menguasai standar minimal keselamatan

berlayar apabila hal ini dapat dipenuhi maka dunia pelayaran kita akan

mendapat citra yang baik.

Dengan makin meningkatnya teknologi angkutan laut di mana

ukuran kapal makin besar, menggunakan teknologi modern, maka SDM

dituntuk untuk memiliki kompetensi sesuai kemajuan tersebut. Untuk itu

sumber daya manusia yang kompeten dalam kegiatannya mempunyai

peran yang sangat penting yang secara keseluruhan yaitu dituntut untuk

semakin mampu melaksanakan tugas sesuai dengan bidangnya, yaitu

dapat mengikuti kondisi / keadaan perkembangan kemajuan

tekonologi/modern dan informasi. Dengan demikian keahlian dan

keterampilan serta pengetahuan SDM perlu terus ditingkatkan atau harus

berkompenten, karena beban pekerjaan semakin meningkat.

Upaya peningkatan kualitas (keterampilan dan pengetahuan)

sebagai unsur pelaksana terus dilakukan secara bertahap dan

berkesinambungan serta perlu mendapat perhatian secara menye- luruh.

Apabila dilihat dari keberadaannya bahwa pelaut sebagai salah satu unsur

penting dalam keselamatan berlayar, maka sebagai pelaksana pelayaran

harus benar-benar handal dan terampil, ber-pengetahuan, serta disiplin

sehingga memberikan hasil (out put) yang berkualitas dan profesional.

Peran yang begitu penting, karena memegang kendali dari kegiatan

pelayaran, sebagai pelaksana/SDM merupakan salah satu faktor yang tidak

dapat dtinggalkan begitu saja, karena merupakan karya jasa tersendiri

dalam bidang pelayaran. Secanggih apapun alat/ teknologi yang dimiliki

tanpa didukung dengan sumber daya manusia yang memadai/handal

(berkompeten) maka tidak akan dapat terlak-sana dengan baik. Dengan


3

kondisi demikian maka kompetensi meru-pakan salah satu faktor penting

dalam terlaksananya atau tercapainya keselamatan berlayar. Namun

demikian masih terdapat berbagai per-masalahan mendasar dalam rangka

keselamatan berlayar salah satunya adalah masih terbatasnya pendidikan

dan latihan SDM, kemampuan Bahasa. Selain dari pada itu juga masih

rendah dan terbatasnya SDM yang menguasai dan ahli pada bidang

pelayaran. Untuk itu diperlukan SDM yang terampil serta memilki

kompetensi dalam mencapai keselamatan berlayar.

Untuk itu kualitas sumber daya manusia sebagai pelaksana dapat

ditingkatkan dengan berbagai cara salah satunya adalah melalui pendidikan

dan pelatihan yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsinya baik

itu pendidikan formal atau pendidikan non formal, karena dengan

ketersediaan SDM yang berkompeten serta berkuali-tas menjadi faktor

penting dalam mewujudkan terlaksananya dan tercapainya keselamatan

berlayar.

Menurut pengamatan penulis, masih rendahnya kompetensi menjadi

hal yang penting untuk disikapi, hal ini ada kemungkinan disebabkan oleh

faktor dari dalam (internal) ataupun dari luar (eksternal). Faktor dari dalam

dapat disebabkan oleh kurangnya kompetensi SDM, sedangkan faktor

eksternalnya biaya Pendidikan untuk mencapai ahli nautik maupun Teknik

mahal hal ini dipengaruhi kondisi ekonomi atau kemampuan yang kurang

menunjang sehingga mengakibatkan kompetensi SDM belum optimal.

Berangkat dari kondisi tersebut, penulis merasa perlu untuk

melakukan penelitian secara lebih mendalam agar permasalahan yang

menyangkut keselamatan beralyar dapat diidentifikasi dengan baik,

sehingga dapat mempermudah cara-cara pemecahannya, dengan judul


4

“Pengaruh Kompentensi Pelaut Dalam Melaksanakan Tugas Terhadap

Keselamatan Berlayar”.

B. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dan tuntutan

akan keselakmatan berlayar, di mana Sumber Daya Manusia merupakan

salah satu faktor terpenting, sedangkan yang ada belum optimal untuk

dapat memberikan dukungan keselamatan berlayar yang sesuai dengan

tuntutan :

Untuk lebih jelasnya dapat diidentifikasi beberapa per-masalahan

sebagai berikut :

1. Makin meningkatnya beban pekerjaan Pelaut

2. Rendahnya pemahaman pelaut terhadap keselamatan berlayar

3. Kinerja pelaut masih rendah sedangkan teknologi kapal laut semakin

canggih dan ukuran kapal semakin bedar.

4. Bahwa Kompetensi berpengaruh terhadap keselamatan berlayar

5. Belum optimalnya kompetensi dari pelaut karena masih terdapat

kendala seperi kemampuan bahasa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi rmasalah sebagaimana penulis sebut- kan di

atas, maka mengingat keterbatasan kemampuan, waktu, dan biaya, serta

agar penelitian ini lebih fokus, tidak melebar kepada hal-hal yang tidak

relevan, maka penulis membatasi yang berkaitan dengan :

1. Kompetensi Pelaut (X).

2. Keselamatan Berlayar (Y).


5

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dan beberapa permasa lahan

yang diidentifikasi, maka penulis dapat merumuskan permasa lahan

sebagai berikut : “Pengaruh Kompetensi Pelaut (X) terhadap Keselamatan

Berlayaran (Y)”.

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan sebagaimana penulis sebutkan di

atas, maka yang menjadi tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk

menganalisis bagaimana pengaruh Kompetensi Pelaut dalam

melaksanakan tugas yang diembannya dalam keselamatan berlayar.

2. Manfaat Penelitian :

a. Kepentingan Akademik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

berbagai pihak dan menambah pengetahuan khususnya tentang

pentingnya kompentensi pelaut dalam melaksanakan tugas yang

diembannya.Bagi penulis, ini merupakan aplikasi penerapan teori

dan konsep yang telah didapat selama mengikuti perkuliahan D3

pada Sekolah Politeknik Ilmu Pelayaran (POLTEKPEL) Surabaya.

b. Kepentingan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik dan

sumbang saran kepada pejabat yang berkompeten dan pelaku

kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan khususnya tentang


6

Kompentensi Pelaut dalam melaksanakan tugas yang diembannya

terhadap Keselamatan Berlayar.

F. Sistimatika Penulisan.

Bab I tentang pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah

yaitu tentang permasalahan penelitian dan mengapa masalah ini penting

bagi peneliti dan perlu diteliti. Permasalahan yaitu membahas secara

konkrit tentang masalah yang ada. Tujuan penelitian di mana dalam bagian

ini mengungkapkan hasil yang ingin dicapai melalui proses penelitian.

Manfaat atau kegunaan hasil penelitian di mana pada bagian ini

mengungkapkan pihak atau orang yang akan memperpleh manfaat dan

bentuk dari hasil penelitian.

Bab II tentang tinjauan teori dan kerangka berfikir yang berisikan

telaah teoritis yang memuat uraian yang sistimatik, runtut dan rasional

tentang teori dasar dan relevan dan fakta dari hasil penelitian sebelumnya.

Bab III tentang metode penelitian yang berisikan tempat/lokasi

penelitian, di mana peneliti menentukan wilayah tertentu yang akan diteliti.

Metode penelitian yang mengungkapkan jenis penelitian yang dilakukan

mengambil sampel dari suatu populasi. Teknik pengumpulan data, di mana

dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang menggunakan data

primer, yang diperoleh melalui penelitian secara langsung. Operasionalisasi

variabel, untuk memperoleh data yang berkaitan dengan variabel X dan

variabel Y yang ditujukan kepada responden. Metode kuesioner/angket

yaitu cara pengumpulan data dengan menggunakan daftar pernyataan

yang diperlukan langsung kepada responden. Selanjutnya melakukan


7

pengujian hipotesis yaitu koefisien korelasi (r), koefisien determinasi (KD),

Analisis regresi, dan uji t.

Bab IV tentang hasil penelitian yang memuat laporan hasil penelitian

sebagai jawaban empiris atas hipotesis yang diajukan.

Bab V tentang kesimpulan dan saran yang berisikan tentang

kesimpulan dari hasil penelitian dan saran, serta kebijaksanaan ataupun

konsepsi yang terarah pada pemecahan masalah.


8

BAB II

TINJAUAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

A. KAJIAN TEORI
1. Pengertian Kompetensi (Compentencies)
Berbagai teori yang mendukung dan terkait dengan obyek

penellitian atau topik yang akan dibahas yakni menyangkut menge nai

kompetensi. Kata kompetensi atau kompeten sudah akrab kita dengar

apabila pengertian kita sama dengan kebanyakan orang, kompetensi

pada umumnya diartikan sebagai kecakapan, keteram pilan, kemampuan

kata dasarnya sendiri yaitu kompeten, tentu saja berarti cakap, mampu,

atau terampil. Pada konteks manajemen, istilah kompetensi mengacu

kepada atribut/karakteristik seseorang yang membuat berhasil dalam

pekerjaannya.

Wibowo (2010 : 324) mendefinisikan kompetensi adalah suatu

kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau

tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung

oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Menurut Wibowo

(2010 : 325) terdapat lima karakteristik kompetensi yaitu :

a. Motif adalah sesuatu yang secara konsisten dipikirkan atau


diinginkan orang yang menyebabkan tindakan.
b. Sifat adalah karakteristik fisik dan respon yang konsisten terhadap
situasi dan informasi. Kecepatan reaksi dan ketajaman mata
merupakan ciri fisik kompetensi seorang pilot tempur.
c. Konsep diri adalah sikap, nilai-nilai, atau citra diri seseorang.
d. Pengetahuan adalah informasi yang dimiliki orang dalam bidang
spesifik. Pengetahuan adalah kompetensi yang komplek.
e. Keterampilan adalah kemampuan mengerjakan tugas fisik atau
mental tertentu. Kompetensi mental atau keterampilan kognitif
termasuk berpikir analitis dan konseptual.
9

Nawawi (2006 : 166) mendefinisikan bahwa kompetensi sebagai

cara melaksanakan pekerjaan yang dapat dikatagorikan efektif, efisien,

produktif, dan berkualiatas, karena memiliki kemampuan yang sesuai

dengan kondisi pekerjaan yang harus dikerjakan. Selanjutnya Nawawi

mengemukan bahwa kompetensi adalah kepemilikan dan penguasaan

keterampilan/keahlian dan kemampuan yang dituntut oleh pekerjaan/

jabatan masing-masing.

Selanjutnya Nawawi (2006 : 168) mengatakan bahwa kompetensi

merupakan kemampuan kerja yang memiliki tiga kriteria yaitu :

a. Knowledge criteria merupakan kemampuan intelektiual mengenai


pekerjaan/jabatan sebagai tugas pokok.
b. Performance criteria berupa kemampuan merencanakan,
melaksanakan pekerjaan/jabatan dan menilai hasilnya, dengan
menggunakan alat melalui kegiatan kerjasama.
c. Product criteria berupa kemampuan mengukur dan menilai
kemajuan dalam bekerja dengan berorientasi pada efisien,
efektivitas, produktivitas, dan kualitas.

Sedangkan menurut Rivai (2008 : 299) yang disadur dari

Mc.Clelland mendifinisikan kompetensi (competency), sebagai karak-

teristik yang mendasar yang dimiliki seseorang yang berpengaruh

langsung terhadap, atau dapat memprediksikan, kinerja yang sangat baik.

Kompetensi bisa dianalogikan seperti gunung es di mana

keterampilan dan pengetahuan membentuk puncaknya yang berada di

atas air. Bagian yang ada di bawah permukaan air tidak terlihat dengan

mata telanjang, namun menjadi fondasi dan memiliki pengaruh terhadap

bentuk dari bagian yang berada di atas air, seperti gambar berikut :
10

`
Gambar 2.1
The Ice Berg Model (Moeheriono 2009 : 14)

Selanjutnya Rivai (2008 : 300) menjelaskan lebih rinci masing-


masing kompetensi :
a. Keterampilan : Keahlian / Kecakapan melakukan dengan baik.
b. Pengetahuan : Informasi yang dikuasai dalam bidang tertentu.
c. Peran Sosial : Citra yang diproyeksikan seseorang kepada
orang lain.
d. Citra Diri : Persepsi individu tentang dirinya (the inner self).
e. Trait : Karakteristik yang relatif konstan pada tingkah
laku seseorang.
f. Motif : Pemikiran atau niat dasar yang konstan yang
mendorong individu bertindak atau berprilaku.
11

Keterampilan dan pengetahuan lebih mudah dikenali, menurut

Mc.Clallend keterampilan dan pengetahuan memiliki peran penting dalam

keberhasilan seseorang, tetapi empat kompetensi lainnya memainkan

peran yang lebih besar. Hal ini lebih sangat terasa pada pekerjaan-

pekerjaan yang lebih strategis dan berada dalam hierarki lebih atas dalam

organisasi.

Kompetensi sebagai suatu kemampuan untuk melaksanakan atau

melakukan pekerjaan/tugas yang dilandasi oleh keterampilan dan

pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan

tersebut. Pendapat berbeda dikemukakan oleh Spencer, Jr dan Signe

M.Spencer (dalam Moeheriono, 2009:8) menyebutkan kompetensi

sebagai “an underlying characteristic of an individual that is causally

related to criterion referenced effective and or superior performance in a

job or situation” yang dimaksud dengan underlying characteristic adalah

karakteristik dasar yang melekat pada diri seseorang yang menjadikan

orang tersebut menjadi manusia yang kompeten dan secara konsisten

dapat mempertahankan kemampuan nya secara terus menerus dalam

melakukan pekerjaannya secara efektif. Menurut Wyatt (dalam Ruky,

2003:106) kompetensi merupakan kombinasi dari keterampilan (skill),

pengetahuan (knowledge), dan perilaku (attitude) yang dapat diamati dan

diterapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah organisasi dan prestasi

kerja serta kontribusi pribadi pegawai terhadap organisasinya.

Sedangkan Ice berg (dalam Palan, 2007:8) menilai bahwa kompetensi

adalah “Knowledge, skill, dan personal qualities ability (motives, self

concept, traits) yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan atau

tugas-tugas secara efektif sejalan dengan tujuan bisnis”


12

Keterampilan atau keahlian (skill) adalah kecakapan yang

berhubungan dengan tugas yang dimiliki dan dipergunakan dalam

menghadapi tugas-tugas yang bersifat teknis dan non teknis. Hal ini

sesuai dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Tovey (dalam Irianto,

2001:76) mendefinisikan keterampilan atau skill tidak hanya berkaitan

dengan keahlian seseorang untuk mengerjakan sesuatu yang bersifat

tangible, selain phsysical, makna skill juga mengacu pada persoalan

mental, manual, motorik, perceptual dan bahkan social abilities

seseorang.

Sikap (attitude) adalah faktor yang ada dalam diri manusia yang

dapat mendorong atau menimbulkan perilaku tertentu. Ciri sikap ini tidak

dibawa sejak lahir, selalu berhubungan dengan objek sikap, dapat tertuju

pada satu objek saja maupun tertuju pada sekumpulan beberapa objek,

dapat berlangsung lama atau sebentar dan mengandung faktor perasaan

dan motivasi (Walgito, 2001:114-115).

Kompetensi sebagai kemampuan seseorang untuk meng-hasilkan

kepuasan kerja di mana mereka bekerja, termasuk di dalamnya

kemampuan seseorang untuk mentransfer dan meng-aplikasikan

keterampilan dan pengetahuan tersebut dalam situasi yang baru dan

meningkatkan manfaat yang telah disepakati.

Menurut Wibowo (2010 : 325) Kompetensi juga menunjuk kan

karakteristik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki

seseorang/individu untuk melakukan tugas dan tanggung jawab mereka

secara efektif, yang dipengaruhi oleh :

a. Pengetahuan, kemampuan, dan sikap


13

b. Gaya kerja, kepribadian, kepentingan/minat, dasar-dasar, nilai sikap,

kepercayaan, gaya kepemimpinan.

Selanjutnya menurut Spencer dan Spencer yang disadur Wibowo

menyatakan bahwa kompetensi merupakan landasan dasar karakteristik

orang dan mengindentifikasikan cara berprilaku atau berfikir,

menyamakan situasi, dan mendukung untuk periode waktu cukup lama.

Sedangkan Nawawi (2006 : 167) menyatakan bahwa kompetensi

adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan/keahli- an dan sikap

(kepribadian) yang harus dikuasai seseorang pekerja / karyawan melalui

kegiatan pembelajaran mengenai bidang kerja atau jabatannya.

Dengan demikian yang dimaksud dengan kompetensi dalam

penelitian ini adalah kesesuaian antara kemampuan seorang pegawai

atau petugas pemberi layanan untuk melakukan pekerjaan atau tugas

yang diberikan kepadanya yang dapat diukur dengan dasar keterampilan,

pengetahuan dan sikap kerjanya dalam menye lesaikan tugas

pekerjaannya tersebut.

Menurut Rivai (2009:302) yang disadur dari JGN Consulting Denver,

USA mendifinisikan kompetensi adalah :

a competency refers to an individuals demonstrated knowledge, skill , or


abilities (KSA’s) performed to a specific standard. Competecies are
observable, behavioral acts that rquire a combination of KSA’s to execute.
They are demonstrated in a job contaxt abd as such, are influenced by an
organizations culture and work environment. In other words, competencies
consist of combination of knowledge, skil and abilities that are necessary
in order to performa major task or function in the worksetting. Selanjutnya
Competency comprises and skill and the consistent application of that
knowledge and skill to the standard of performancerequired in
employment. Sedangkan menurut A.D. Lucia & R. Lepsinger yang disadur
14

Rivai mendefinikan Kompetensi adalah : Competency models that identify


the skill, and characteristics needed to perform a job. Dari ketiga definisi di
atas dapat dirumuskan bahwa kompetensi diartikan sebagai kemampuan
seseorang yang dapat terobsevasi yang mencakup pengetahun,
keterampilan, dan sikap dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas
sesuai dengan perform yang ditetapkan.
Pada umumnya jarang diperoleh pegawai baru yang direkrut
berkompeten yaitu yang mempunyai kemampuan dan keahlian atau
kecakapan tepat sesuai kebutuhan organisasi, sedangkan kemampuan,
keahlian, dan keterampilan pegawai yang ada menjadi kendala tersendiri.
Apabila mengacu pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), dapat
disimpulkan bahwa kata cakap mempunyai arti : dapat, sanggup, mampu,
terampil, pandai, tangkas, cekatan, cerdik, mahir, dan berwenang.
Moeheriono (2009 : 15) mengemukakan bahwa ada lima dimensi

kompetensi yang harus dimiliki oleh semua individu yaitu :

a. Task skill, yaitu keterampilan untuk melaksanakan tugas-tugas rutin


sesuai dengan standar di tempat kerja.
b. Task Management Skill, yaitu keterampilan untuk mengelola
serangkaian tugas yang berbeda yang muncul dalam pekerjaan.
c. Contingency Management Skill, yaitu keterampilan mengambil
tindakan yang cepat dan tepat bila timbul suatu masalah dalam
pekerjaan.
d. Job Role Environment Skill, yaitu keterampilan untuk bekerja sama
serta memelihara kenyamanan lingkungan kerja.
e. Transfer Skill, yaitu keterampilan untuk beradaptasi dengan
lingkungan kerja baru.

Kompetensi dibutuhkan untuk pengembangan Sumber Daya

Manusia, sesuai dengan kebutuhan masing-masing, untuk itu perlu

disusun standar kompetensi suatu bidang keahlian agar memudah kan

dalam pelaksanaan dan pengwasannya, seperti gambar berikut ini :


15

Gambar 2.2
Standar Kompetensi (Rivai (2009 : 319)
STANDAR KOMPETENSI
Terbentuk atas sejumlah unit kompetensi yang diperlukan untuk melaksanakan dan
Melakukan pekerjaan tertentu

UNIT KOMPETENSI
Merupakan uraian fungsi atau pekerjaan yang mendukung tercapainya
Standar kompetensi, setiap unit kompetensi memiliki sejumlah sub-kompetensi

ELEMEN KOMPETENSI
Merupakan sejumlah fungsi tugas atau pekerjaan yang mendukung ketercapaian
Unit kompetensi dan merupakan aktivitas yang dapat diamati

KRITRIA UNJUK KERJA


Merupakan pernyataan sejauh mana subkompetensi yang dipersyaratkan
Tersebut terukur berdasarkan tingkat yang diinginkan

BATASAN VARIABEL
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks di mana criteria untuk kerja
Tersebut diaplikasikan

PANDUAN PENILAIAN
Pernyataan-pernyataan kondisi atau konteks sebagai acuan dalam
Melaksanakan penilaian

TINGKAT KOMPETENSI KUNCI


Yang dimaksud dengan kompetensi kunci adalah kemampuan kunci atau
Generic yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan

Moeheriono (2009 : 5) mengatakan bahwa untuk menentu-kan

kompetensi harus :

a. Perlu menentukan fungsi-fungsi khusus pada suatu posisi (function


job) terlebih dahulu.
b. Mempelajari secara khusus bagaimanakah aktivitas dalam proses
mengerjakan pekerjaan tersebut (activities atau process) dapat
dilaksanakan.
16

c. Menentukan kompetensi apa yang diperlukan (competency) pada


posisi jabatan tersebut.
Seperti ilustrasi piramida kerangka dasar kompetensi seperti ini:

Gambar 2.3
Kerangka Dasar Kompetensi

Function
(Fungsi)

Activities/Process
(Kegiatan)

Competencies
(Kompetensi)

Sumber Moeheriono (2009 : 5)

Sedarmayanti (2010 : 170) mengatakan bahwa tujuan umum


pelatihan dan pengembangan karyawan yaitu meningkatkan kompetensi
melalui berbagai kegiatan antara lain :
a. Mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat dikerjakan
secara rasional.
b. Mengembangkan keterampilan / keahlian, sehingga pekerjaan dapat
diselesaikan lebih cepat dan efektif.
c. Mengembangkan / merubah sikap, sehingga menimbulkan
kemampuan kerja sama dengan sesama karyawan dan manajemen /
pimpinan.

Dengan kata lain bahwa pada prinsipnya tujuan pelatihan dan


pengembangan adalah :
a. Menambah pengetahuan
b. Menambah keterampilan
c. Merubah sikap
17

Sutrisno (2009 : 66), pengembangan SDM tujuannya untuk

meningkatkan kualitas profesionalisme dan keterampilan para karyawan

dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara optimal. Dalam rangka

memenuhi kebutuhan pegawai yang berkompeten, cakap,

berpengetahuan, terampil, serta disiplin, sesuai dengan perkembangan

teknologi, maka pendidikan dan pelatihan menjadi suatu keharusan.

Oleh karena itu, semua sumber daya manusia baik tenaga ahli

professional perlu dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan (skill)

untuk melakukan dan menginplementasikan konsep-konsep yang telah

ditetapkan.

Berikut adalah gambar fungsi-fungsi dari manajemen sumber daya


manusia :
Gambar 2.4
SDM Berbasis Kompetensi

Perencanaan
SDM
Manajemen Rekrutmen
Kinerja dan Seleksi

KOMPETENSI
Pelatihan
Imbalan dan dan
Penghargaan Pengembangan

Pengembangan
Lingkungan Karier
Organisasi

Sumber Moeheriono (2009 : 49)

Kompetensi merupakan faktor kunci penentu bagi seseorang dalam

menghasilkan kinerja tertentu. Kompetensi juga dapat dikaitkan dengan

unjuk kerja yang mengindikasikan bahwa kompetensi pengetahuan,


18

konsep diri, sifat dan motif yang dirangsang oleh situasi memprediksi

kompetensi meliputi niat, tindakan dan hasil, seperti gambar berikut ini :

Gambar 2.5

Model Alur Kompetensi

Intent Action Outcome


Karakteristik Prilaku Job
Pribadi Performance
- Alasan
- Ciri
- Self-concept
- Pengetahuan
- Keahlian
Penetuan sasaran,
Motivasi Kemajuan
\ Tanggung jawab pribadi
Prestasi Berkelanjutan
penggunaan umpan balik

Kualitas,Produktif dengan
produk baru penjualan, hasil

Menghitung mengambil Motivasi


resiko Prestasi
Produk baru, jasa,
Dan proses
Sumber Rivai (2009 : 307)

Dengan demikian yang dimaksud dengan kompetensi dalam

penelitian ini (disintesiskan) adalah kesesuaian antara

kesanggup-an/kemampuan seorang dalam melakukan pekerjaan atau

tugas yang diberikan kepadanya yang dapat diukur dengan dasar


19

keterampilan/kecakapan, pengetahuan/kepandaian, kecerdikan, dan sikap

kerjanya dalam melaksanakan tugas/ pekerjaannya tersebut.

2. Pengertian Keselamatan Berlayar

Keselamatan pelayaran merupakan faktor penting yang harus

diperhatikan oleh perusahaan pelayaran dan para awak kapal dan

menjadi tanggung jawab bersama. Untuk meningkatkan keselamatan

maka para awak kapal harus mematuhi peraturan yang berlaku untuk

memastikan keselamatan kerja, berikut ini beberapa pengertian

keselamatan kerja. (Suma’mur, 2001:104), keselamatan kerja merupakan

rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan

tentram bagi para karyawan yang bekerja di perusahaan y\ang

bersangkutan. (Mathis dan Jackson 2002:245), menyatakan bahwa

Keselamatan adalah merujuk pada perlindungan terhadap kesejahteraan

fisik seseorang terhadap cedera yang terkait dengan pekerjaan. Menurut

Mangkunegara (2002:163) keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu

pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia

pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil

dan makmur.

Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia

(2000:6) mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah : suatu

kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya,
20

perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkung- an sekitar atau

tempat kerja tersebut. Jackson (1999:222), menjelaskan bahwa

Kesehatan dan Kesela- matan Kerja adalah menunjukkan kepada kondisi-

kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang diakibatkan oleh

lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.

Menurut Mangkunegara (2002:170), bahwa indikator penyebab

keselamatan kerja adalah :

a. Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi:

1. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbaha ya

yang kurang diperhitungkan keamanannya.

2. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.

3. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya

b. Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi:

1. Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.

2. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik

Pengaturan penerangan. Jadi Keselamatan dan kesehatan kerja

adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha

mencegah kemung-kinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat

kerja.

Dalam UU No. 17 tahun 2008 (117) keselamatan dan keama nan

angkutan perairan yaitu kondisi terpenuhinya persyaratan :

1. Kelaiklautan kapal

2. Kenavigasian

Kondisi kapal harus laik laut agar dapat melakukan pelayaran dengan

selamat. Berikut ini pengertian kelaikan kapal. Menurut R. P. Suyono

(2003:72) kelaikan kapal adalah kapal layak untuk menghadapi berbagai


21

resiko dan kejadian secara wajar dalam pelayaran. Menurut Wienarsih

Imam Subekti (2004:137-138) kelaikan kapal adalah secara teknis dan

operasional kapal dapat digunakan sesuai kebutuhan dan memenuhi

ketentuan yang ditetapkan. Kelaikan kapal adalah keadaan kapal yang

memenuhi persyaratan keselamatan kapal, pencegahan, pencemaran

perairan dari kapal pengawaka, garis muat, pemuatan, kesejahteraan

awak kapal, dan kesehatan penumpang status hukum kapal manajemen

keselamat an dan pencegahan pencemaran dari kapal dan manajemen

keamanan kapal untuk berlayar di perairan tertentu (pasal 1 ayat 33 UU

No. 17 tahun 2008) Laik laut adalah suatu kondisi kapal dimana badan

kapal, awak kapal, perlengkapan kapal, dan dokumen kapal telah

dinyatakan baik dengan jumlah yang cukup serta masa sertifikat masih

berlaku.

Menurut Keputusan Badan Diklat No.434/DL.002/diklat 2000 tentang

kurikulum Pendidikan Kepelautan (2004:4), ”Kelaiklautan awak kapal

adalah syarat mutlak bagi awak kapal dengan memenuhi dan memiliki

sertifikat keahlian pelaut (Certificate of Competence – COC) dan sertifikat

keterampilan khusus pelaut (Certificate of Proficiency – COP)”.

Seaworthiness is The fitness of a ship to encounter the hazards  of the

sea with reasonable safety. In Addition   having a sound hull the ship must

be fully and completely crewed and sufficiently fuelled and provisioned for

the contemplated  voyage. All her Equipment must be in proper working

order and, if she carries cargo, she must be cargoworthy. The right to

claim under a hull policy may be prejudiced if the ship puts in an

unseaworthy condition. (www.mahpel.com) Artinya sebagai berikut :


22

Kapal akan dinyatakan laik-laut apabila mempunyai kemampuan

untuk menanggulangi atau mengatasi semua bahaya yang kemungkinan

dialami sewaktu berlayar (perils of the sea) dengan tingkat keamanan

yang memadai. Kapal tidak cukup hanya memiliki badan (hull) yang kuat

namun juga harus dijalankan oleh Nakhoda dan awak kapal yang

kompeten dan cukup jumlahnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

selain itu juga harus dibekali dengan bahan bakar, makanan, serta

keperluan yang lain, cukup untuk mencapai pelabuhan tujuan. Semua

perlengkapannya (termasuk mesin-mesin dan peralatan lainnya untuk

penyelamatan di laut serta penanggulangan kebakaran dan lain-lain)

harus dalam kondisi berfungsi atau bekerja dengan baik, dan apabila

kapal membawa muatan dia harus laik-muat (cargoworthy) yang dibawa

harus sesuai dengan fungsi dari kapal itu sendiri, tidak melebihi garis

batas muat dan memiliki keseimbangan (stability) yang baik. Hak untuk

meminta ganti rugi dari asuransi seperti dijamin didalam polis hull menjadi

gugur jika kapal terbukti telah berlayar (nekat) dalam keadaan tidak laik-

laut.  Mengacu pada UU No. 17 tahun 2008 tentang Pelayaran yang

menyebutkan surat persetujuan berlayar (SPB) tidak dikeluarkan sebelum

dinyatakan oleh Syahbandar bahwa nakhoda telah memenuhi semua

kewajiban kelaiklautan kapal. Selain kelaiklautan kapal faktor lain yang

merupakan persyarat- an keselamatan pelayaran adalah kenavigasian.

Navigasi adalah proses mengarahkan gerak kapal dari satu titik ke titik

lain dengan aman dan lancar serta untuk menghindari bahaya dan atau

rintangan pelayaran (UU No. 17 tahun 2008)


23

Kenavigasian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sarana

bantu navigasi-pelayaran, telekomunikasi-pelayaran hidro-grafi dan

meteorologi, alur dan perlintasan, pengerukan dan reklamasi, pemanduan

dan penanganan kerangka kapal, salvage dan pekerjaan bawah air untuk

kepentingan keselamata pelayaran kapal. (PP No. 5 tahun 2010) Navigasi

adalah penentuan posisi dan arah perjalanan baik di medan sebenarnya

atau di peta, dan oleh sebab itulah pengetahu an tentang kompas dan

peta serta teknik penggunaannya haruslah dimiliki dan dipahami.

Keselamatan pelayaran harus memperhatikan keselamatan kerja para

awak kapal untuk menunjang kinerja awak kapal tesebut, kondisi fisik

kapal juga harus diperhatikan karena tanpa didukung kondisi fisik kapal

yang laik laut maka keselamatan pelayaran tidak akan tercapai.

Berdasrkan teori-teori di atas keselamatan pelayaran adalah sebagai

suatu keadaan terpenuhinya kelaiklautan kapal dan kenavigasian serta

keamanan yang menyangkut angkutan di perairan dan kepalabuhanan.

B. Kerangka Pemikiran.
Dari pokok masalah yang penulis paparkan di atas, maka dapat
digambarkan model penelitian Pengaruh Kompetensi Pelaut sebagai variabel
bebas (X) dengan Keselamatan Berlayar sebagai variabel terikat (Y).
Untuk menggambarkan model penelitian, maka penulis membuat

kerangka pemikiran penelitian, sebagai berikut :

Gambar 2.7

Kerangka Pemikiran

X Kompetensi Y Kelamatan
Pelaut Berlayar

Indikator Indikator
24

- Keterampilan - Kelaiklautan kapal


- Pengetahuan - Alat Keselamatan Navigasi
- Sikap tertib dan Patuh. - Alat Keselamatan Pelayaran
(Disiplin)

C. Hipotesis Penelitian.
Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara yang disusun oleh
peneliti yang kemudian akan diuji kebenarannya melalui melakukan
penelitian yang dilakukan. Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini
adalah : Diduga terdapat pengaruh yang positif antara kompetensi pelaut
terhadap keselamatan berlayar.
25

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan tempat Penelitian.

a. Waktu Penelitian

Penulis akan melakukan penelitian, pada saat penulis melaksanakan


praktek laut (PRALA) yang dilakukan pada semester V dan VI Pada
tahun 2020-2021

b. Tempat Penelitian

Penulis melaksanakan penelitian diatas kapal milik perusahaan pelayaran


swasta dimana penulis melakukan praktek layar.

B. Teknik Pengumpulan Data.

Jenis penelitian ini adalah survey sedangkan metodenya yaitu deskriptif

yaitu suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi

dan menggunakan kuesioner/angket sebagai pengum-pul data dengan

menggunakan daftar pertanyaan yang disebarkan kepada responden dan

telah disediakan pilihan jawabannya. Setelah jawaban responden tersebut

dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada 2 (dua) variabel yaitu

satu variabel independen (X) yaitu kompetensi dan dependen (Y) yaitu

keselamatan berlayar. Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan

dari responden dengan menggunakan kuesioner/angket. Setelah data

diperoleh kemudian hasilnya akan menjelaskan pengaruh 2 (dua) variabel

tersebut dengan menjumlah item-item kuesioner.


26

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah meng-gunakan

kuesioner yaitu teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara seperangkat

pernyataan tertulis yang dirumuskan sebelumnya oleh penulis atau peneliti

kepada responden, di mana responden menetukan jawabannya (tertutup).

1. Alasan menetapkan lokasi penelitian

Dalam penelitian ini, penulis memilih lokasi Kantor Kesyahban- daran

Utama Tanjung Priok, dengan alasan sebagai berikut :

a. Penulis adalah bertempat tinggal di Jakarta Utara yaitu Tanjung Priok

dekat dengan Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok, ini

tentunya akan memudahkan dalam pengumpulan data.

b. Karena keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga.

2. Pengumpulan Data.

Untuk memperoleh data yang baik, tepat, relevan dengan kebutuhan

penelitian, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data

sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan (Library Research)

Merupakan teknik pengumpulan data yang menghasilkan data berupa

teori-teori dan pendapat pakar-pakar yang telah diterima dan diakui

kebenarannya. Data penulis diperoleh dengan cara

membaca/menelaah buku-buku, dokumen-dokumen, diktat, kamus,

dan berbagai sumber lainnya yang ada kaitannya dengan materi

penelitian.

b. Studi Lapangan (Field Research)

Suatu teknik penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan/

menggali data primer yang diperoleh dari responden. Teknik ini

dilakukan/dilaksanakan dengan penyebaran angket atau daftar


27

pertanyaan yang jawabannya sudah disediakan peneliti, serta

melakukan pengamatan langsung.

c. Kuesioner/Angket

Berupa seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk

dijawab. Kuesioner disusun berdasarkan indikator dari variabel yang

telah ditetapkan sebelumnya. Setiap kuesioner diberikan 5 pilihan

jawaban berskala lima dengan gradasi nilai tertinggi 5 dan terendah 1,

kuesioner disebarkan ke responden terdiri dari :

1) Variabel Kompetensi sebanyak 15 pertanyaan.

2) Variabel Keselamatan Berlayar sebanyak 15 pertanyaan.

Adapun skala pengukuran dalam penelitian ini adalah

menggunakan Skala Likert. Menurut Riduwan (2009:86), Skala Likert

adalah “Skala Likert digunakan dengan 5 (lima) opsi untuk mengukur

sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang

kejadian atau gejala sosial”.

Akhirnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan tolak

ukur untuk membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau

pernyataan yang perlu dijawab oleh responden. Setiap jawaban

dihubungkan dengan bentuk pernyataan atau skala pengukuran

situasi yang diungkapkan dengan kata-kata, sebagai berikut :

Tabel 3.1
Pernyataan Skala Situasi

Pembobotan Pernyataan
5 Sangat Setuju
4 Setuju
3 Ragu - ragu
2 Kurang Setuju
1 Tidak Setuju
Sumber : Riduwan (2009:86)
28

Seluruh pertanyaan yang telah dijawab oleh para responden

pada setiap kuesioner dihitung sesuai dengan bobotnya dan di jumlah

seluruhnya agar dapat diketahui nilai dari setiap responden dan akan

dijadikan variabel-variabel yang akan di nilai.

3. Pengolahan Data

a. Editing

Editing dilakukan untuk meneliti dan mengoreksi semua

jawaban responden atas kuesioner yang diedarkan, jika

terdapat kekeliruan dalam penafsiran jawaban responden

maka dilakukan perbaikan seperlunya untuk membenarkan

kesalahan penafsiran jawaban responden dimaksud.

b. Koding dan Skoring

Tahap pemberian kode terhadap masing-masing

jawaban responden dalam kuesioner sekaligus memberikan

skor atau nilai. Skor yang diberikan atas setiap jawaban

responden adalah untuk menentukan dan mengetahui

frekuensi kecende rungan responden terhadap masing-

masing pertanyaan yang diukur dengan angka.

Penentuan skor atau nilai disusun berdasarkan berbagai

alternatif yang telah ditentukan peneliti, yaitu sebanyak 5

(lima) alternatif jawaban dengan susunan sebagai berikut :

Jawaban atas alternatif a diberi nilai 5

Jawaban atas alternatif b diberi nilai 4

Jawaban atas alternatif c diberi nilai 3

Jawaban atas alternatif d diberi nilai 2

Jawaban atas alternatif e diberi nilai 1


29

c. Tabulating

Setelah melakukan editing, koding, dan skoring, maka

langkah selanjuntnya adalah menyusun atau membuat tabel

sebagai jawaban responden yang telah diberikan skor.

C. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2009:215) memberikan definisi populasi adalah:Populasi

adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”, maka yang menjadi

populasi penelitian adalah pengguna jasa Pelabuhan Utama Tanjung

Priok di Kantor Kesyahbandaran Utama Tanjung Priok sebanyak 140

orang.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009 : 81). Pengambilan sampel ini

dikarenakan keterbatasan yang dimiliki oleh penulis sehingga diambil

yang representatif (mewakili).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik secara acak

(simple random sampling), yaitu pengambilan anggota sampel dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi. Jumlah anggota populasi sebanyak 140 orang, sampel

yang akan diambil yaitu pengguna jasa di Kantor Kesyahbandaran

Utama Tanjung Priok, dengan menggunakan rumus Surakhmad (1994 :

100) yang disadur Riduwan (2009 : 65) berpendapat apabila ukuran


30

populasi sebanyak kurang lebih dari 100, maka pengambilan sampel

sekurang-kurangnya 50% dari ukuran populasi. Apabila ukuran populasi

sama dengan atau lebih dari 1000, ukuran sampel diharapkan sekurang-

kurangnya 15% dari ukuran populasi. Dalam penelitian ini jumlah

populasi sebanyak 140 orang yaitu :

1000 - n
S = 15% + -------------- (50% -15%)
1000-100

Keterangan : Rumus Surakhmad


S = Jumlah sampel yang diambil
n = Jumlah anggota populasi

Dengan demikian, maka sampel yang diambil dalam penelitian

ini penulis menggunakan rumus Surakhmad, yakni :

1000 - n
S = 15% + -------------- (50% -15%)
1000-100

Dari rumus Surakhmad tersebut, maka diketahui :

Maka : 1000 - 140


S = 15% + --------------------- (50% - 15%)
1000 - 100

860
S = 15% + ----------- (35%)
900 S = 15% + 0.955 (35%)

S = 15% + 33.44%. S = 48.44%


Dari perhitungan tersebut, jumlah responden yang diambil penulis

sebanyak 140 X 48,44% = 67,82 dibulatkan 68 orang.


31

Tabel 3.4

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi

Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat Hubungan


0,00 - 0,199 Sangat Rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Cukup Kuat
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - ,000 Sangat kuat
32

DAFTAR PUSTAKA

Wibowo,2010. ‘’Kompetensi’’.Jakarta: Rajawali Press.

Nawawi, Hadari, 2006.’’Evaluasi kompetensi dan manajemen kinerja di


lingkungan perusahaan dan industri’’. Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity
Press.

Rivai, Veithzal, 2011.’’Kompetensi Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan:


dari Teori ke Praktik’’.Jakarta : RajaGrafindo Persada

Irianto, J, 2001,’’Kompetensi Sumber Daya Manusia’’. Surabaya : Insan


Cendekia

Bimo Walgito,2002. ‘’Pengantar Psikologi Umum’’. Yogyakarta: Andi Offset

Moeheriono,2010.’’Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi’’. Surabaya:


Ghalia.

Sutrisno,2010. ‘’Manajemen Sumber Daya Manusia’’. Edisi Pertama. Cetakan.


Pertama.

Suma’mur, PK. 1985.’’Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan’’.


PT.Gunung Agung. Jakarta.

Suma’mur. (2001).’’Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan’’.


Jakarta : PT Gunung Agung.

Suma’mur PK. 2009.’’Higiene Perusahaan Dan Kesehatan Kerja (Hiperkes)’’.


Sagung Seto: Jakarta

Mangkunegara, AA. Anwar Prabu. 2002.’’Manajemen Sumber Daya Manusia’’.


Bandung: Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai