Anda di halaman 1dari 54

KARYA ILMIAH TERAPAN

OPTIMALISASI PROSES BONGKAR MUAT DI KAPAL KONTAINER


MV. TANTO FAJAR 1

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

DERRY GUSTY REYNALDO


NIT. 04.16.012.1.41
AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN


POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
2020
OPTIMALISASI PROSES BONGKAR MUAT DIKAPAL
KONTAINER MV. TANTO FAJAR 1

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

DERRY GUSTY REYNALDO


NIT. 04.16.012.1.41
AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN


POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2020

i
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Derry Gusty Reynaldo

Nomor Induk Taruna : 04.16.012.1.41/N

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

OPTIMALISASI PROSES BONGKAR MUAT DIKAPAL


KONTAINER MV. TANTO FAJAR 1

Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan
yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.
Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya sendiri menerima sanksi
yang di tetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA, …………………………

Materai 6000

Derry Gusty Reynaldo

ii
PERSETUJUAN SEMINAR
KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : OPTIMALISASI PROSES BONGKAR


MUAT DIKAPAL KONTAINER MV.
TANTO FAJAR 1
NamaTaruna : DERRY GUSTY REYNALDO
NIT : 04.16.012.1.41
Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III
Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk di seminarkan

SURABAYA, ………………….....2020

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Iie Suwondo S.SiT, M.Pd, M.Mar Anak Agung Istri Wahyuni, S.Sit, M.Adm
Pembina (III/c) Penata TK.I (III/d)
NIP. 197702142009121001 NIP. 197812172065022001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

Daviq Wiratno, S.SiT.,M.T.,M.Mar


Penata TK.I (III/d)
NIP. 197901072002121002

iii
OPTIMALISASI PROSES BONGKAR MUAT DIKAPAL
KONTAINER MV. TANTO FAJAR 1

Disusun dan Diajukan Oleh:

DERRY GUSTY REYNALDO


NIT. 04.16.012.1.41
Ahli Nautika Tingkat III

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian KIT


Pada tanggal………………..

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Iie Suwondo S.SiT, M.Pd, M.Mar Anak Agung Istri Wahyuni, S.Sit, M.Adm
Pembina (III/c) Penata TK.I (III/d)
NIP. 197702142009121001 NIP. 197812172065022001

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

Daviq Wiratno, S.SiT.,M.T.,M.Mar


Penata TK.I (III/d)
NIP. 197901072002121002
.

iv
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa

oleh karena limpahan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan KaryaI lmiah Terapan ini dengan judul:

“OPTIMALISASI PROSES BONGKAR MUAT DIKAPAL KONTAINER MV.

TANTO FAJAR 1”.

Karya Ilmiah Terapan (KIT) merupakan salah satu persyaratan baku

Taruna untuk menyelesaikan studi program DIPLOMA III PELAYARAN dan

wajib diselesaikan pada periode yang di tetapkan. KIT merupakan proses

penyajian keadaan tertentu yang dialami Taruna pada saat melaksanakan Praktek

Kerja Lapangan (PRALA) ketika berada di atas kapal.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyelesaian tugas akhir ini

masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi bahasa, susunan kalimat,

maupun cara penulisan serta pembahasan materi akibat keterbatasan penulis

dalam penguasaan materi, waktu dan data-data yang diperoleh.

Untuk itu penulis senantiasa menerima kritikan dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan tugas akhir ini. Penulisan karya tulis ilmiah ini

dapat terselesaikan karena adanya bantuan dari berbagai pihak, olehnya itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya kepada kedua orang

tua dan saudara tercinta serta senior – senior yang selalu memberi dukungan baik

moril maupun material serta kepada:

1. Bapak Capt. Heru Susanto, M.M Selaku Direktur Politeknik Pelayaran

Surabaya.

v
2. Bapak Iie Suwondo S.SiT, M.Pd, M.Mar selaku dosen pembimbing materi.

3. Ibu Anak Agung Istri Wahyuni, S.SiT, M.Adm, SDA selaku dosen

pembimbing teknik tulisan.

4. Ibu Daviq Wiratno, S.SiT.,M.T.,M.Mar selaku Ketua Jurusan Nautika.

5. Para dosen di POLTEKPEL Surabaya pada umumnya dan para dosen jurusan

Nautika pada khususnya yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan

yang sangat bermanfaat.

6. Bapak Agus Mozes selaku orang tua saya yang membiayai kuliah saya

7. Ibu Tineke Vaiby selaku orang tua saya yang mendukung saya selalu di

kampus politeknik pelayaran Surabaya ini

8. Rekan-rekan taruna/i dan pihak yang membantu dalam penyusunan karya

tulis ilmiah ini.

Terimakasih kepada beliau dan semua pihak yang telah membantu,

semoga semua amal dan jasa baik mereka mendapat imbalan dari Tuhan Yang

Maha Esa.

Akhir kata penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan

kekurangan di dalam penulisan karya tulis ilmiah ini. Penulis berharap semoga

karya tulisi lmiah ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan bagi penulis

serta berguna bagi pembaca.

Surabaya, 2020

DERRY GUSTY REYNALDO

vi
ABSTRAK

Derry Gusty Reynaldo, 2018, “Optimalisasi Proses Bongkar Muat Dikapal


Kontainer”. Nautika Program Diploma III
POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA.
Pembimbing : (I) Iie Suwondo S.SiT, M.Pd, M.Mar dan (II) Anak Agung Istri
Wahyuni, S.Sit, M.Adm SDA.
Sarana transportasi laut sangat menunjang kegiatan pengiriman barang
dengan efektif dan efisien serta dalam jumlah yang besar, termasuk kapal jenis
kontainer. Namun banyak kasus pada kapal jenis kontainer mengalami
keterlambatan dan kelambatan dalam kegiatan bongkar muat.
Adapun permasalahan yang telah diamati peneliti seperti kendala-kendala
yang terjadi pada saat bongkar muat maupun apa saja upaya yang dapat dilakukan
dalam penggunaan alat bongkar muat demi memperbaiki proses bongkar muat
tersebut.
Dari permasalahan yang didapat, peneliti melakukan penelitian ini
bertujuan untuk lebih memahami kendala-kendala yang sering dilakukan saat
proses bongkar muat dan memahami upaya yang harus dilakukan dalam
penggunaan alat bongkar muat sehingga kesalahan dan keterlambatan pada saat
pemuatan/pembongkaran muatan dapat segera di tangani dengan mudah dan
cepat.
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam karya ilmiah kali ini
adalah metode penelitian kualitatif dengan menganalisis data dan menggunakan
pendekatan induktif. Selain itu penulis juga menggunakan landasan teori dari para
ahli sehingga hasil penelitian dapat diterima secara logis kebenaranya. Penelitian
akan dilaksanakan selama 12 bulan saat penulis melaksanakan praktek laut.
Banyaknya kasus dikapal taruna terkait proses bongkar muat, seperti
macetnya crane dan kerusakan wire crane membuat taruna meneliti dan mencari
hasil dari permasalahan tersebut.

vii
ABSTRACT

Derry Gusty Reynaldo, 2018, “Optimization process for loading and discharging
in container vessel”. Nautical Program Diploma III POLITEKNIK
PELAYARAN SURABAYA.
Advisors: (I) Capt. Hadi Setiawan, M.T, M.Mar and (II) Anak Agung Istri
Wahyuni, S.Sit, M.Adm SDA.
Marine transport facilities are very supportive of goods delivery activities
effectively and efficiently and in large quantities, including container ships.
However, many cases on container type vessels experience delays and slowness in
loading and unloading activities.
The problems that have been observed by researchers such as the
constraints that occur during loading and unloading and what efforts can be made
in the use of loading and unloading equipment in order to improve the process of
loading and unloading it.
From the problems gained, the researchers conducted this study aims to
better understand the constraints that are often done during the process of loading
and unloading efforts that must be done in the use of loading and unloading tools
so that errors and delays when loading / unloading can be handled easily and fast.
Research method used by writer in this scientific paper is qualitative
research method by analyzing data and using inductive approach. In addition, the
author also uses the theoretical basis of the experts so that the results of the
research can be logically accepted the trued. The study will be carried out for 12
months when the authors carry out marine practices.
The number of cases of ships being shipped by cadets related to the
process of loading and unloading, such as crane congestion and damage to wire
cranes, made cadets research and find the results of these problems.

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERNYATAAN ii

HALAMAN PERSETUJUAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

KATA PENGANTAR v

ABSTRAK vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian 1


B. Rumusan masalah 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Manfaat Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Review Penelitian Sebelumnya 6


B. Landasan Teori 7
C. Kerangka Pemikiran 31
2
3
BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian 34
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 35
C. Sumber Data 35
D. Pemilihan Informan 36
E. Teknik Analisis Data 37

ix
BAB IV GAMBARAN UMUM, PEMBAHASAN DAN PEMECAHAN
MASALAH

A. Penyajian Data 39
B. Analis Data 40
C. Pembahasan 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 50
B. Saran 50

DAFTAR PUSTAKA 53

DAFTAR LAMPIRAN 54

x
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1 Review Penelitian Sebelumnya 6

4.1 Perbedaan Teori Dan Fakta Diatas Kapal 41

4.2 Pemeriksaan Ruang Muat 44

xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman

2.1 Contoh Penataan Muatan Pada Kapal Kontainer 8

2.2 Contoh Penataan Kontainer Pada Kontainer Yard 8

2.3 Crane Kapal Dan Penataan Muatan 9

2.4 Emergency Stop 19

2.5 Stop 19

2.6 Dog Everything 20

2.7 Raise Boom 21

2.8 Lower Boom 21

2.9 Swing Boom 22

2.10 Extend Boom 22

2.11 Hoist Boom 23

2.12 Lower Load 24

2.13 Move Slowly 24

2.14 Kerangka Penelitian 33

4.1 Maintenance Wire Crane 45

4.2 Contoh Tidak Amannya Pekerja 48

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

x
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
2.1. Bagan Kerangka Penelitian 10

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pengangkutan barang dari satu tempat ke tempat yang lain

dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana transportasi. Tidak

terlepas juga menjadi sarana untuk menunjang proses pendistribusian barang

dapat dilakukan melalui darat, udara, maupun melalui laut. Karena Indonesia

merupakan Negara kepulauan dimana pulau yang satu dengan pulau yang

lainnya dihubungkan dengan laut. Maka sarana angkutan laut untuk proses

pendistribusian barang menjadi pilihan utama.

Di bidang transportasi laut khususnya kapal pengangkutan barang

atau muatan, telah terjadi perubahan dan peningkatan, yaitu dengan hadirnya

peti kemas (container) yang menjadi suatu sistem baru.Sekarang ini sudah

berdampak menyeluruh pada sistem pengangkutan muatan yang makin lama

makin meningkat. Kemajuan sistem peti kemas yang cukup pesat ini tidak

lain bertujuan mengantar cepat, efisien dari pelabuhan asal hingga sampai

pada pelabuhan tujuan dan menghindari kerusakan muatan sekecil mungkin

serta pengiriman barang dapat dilaksanakan dalam jumlah yang besar dengan

biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan sarana angkutan laut yang lain.

Dalam dunia pelayaran maritime, container merupakan salah satu alternatif

yang sangat menjanjikan dalam bisnis transportasi dilaut karena dengan

sistem ini pihak eksportir dan importir akan memperoleh lebih banyak

keuntungan baik dari segi material maupun dari segi waktu.


2

Dalam lancarnya sarana transportasi laut ini kesenjangan harga

barang satu dengan pulau lainnya dapat distabilkan terutama pada pulau

produsen dan konsumen. Dengan demikian, program pemerintah dalam usaha

pemerataan pembangunan akan dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar.

Hal ini dikarenakan jalur pendistribusian barang hasil produksi cukup

panjang dan jauh hingga kepelosok desa, sehingga dapat segera sampai

ketempat tujuan distribusikan tanpa mengepak-ngepak kembali barang hasil

produksi yang telah dibawa oleh kapal dari produsen kepelabuhan tujuan.

Dengan hadirnya container maka muncullah kapal-kapal yang

khusus digunakan untuk mengangkut container tersebut sebagai sarana

transportasi untuk mengantarkan dari pelabuhan muat kepelabuhan tujuan

(bongkar). Penataan container dibagi menjadi 2 yaitu dimuat didalam palka

(in hold) dan diatas deck (on deck) kapal serta menggunakan boom kapal dan

crane darat pada saat melakukan proses bongkar muat.

Kelancaran operasional kapal ditentukan oleh kondisi operasional

kapal pada waktu melakukan kegiatan pelayaran dan waktu melakukan

kegiatan operasional bongkar muat dan pengurusan administrasi dipelabuhan

asal dan tujuan kegiatan. Bongkar muat dikapal tergantung dari muatan,

ketersediaan muatan, jenis muatan yang diangkut,prasarana dan sarana untuk

melakukan kegiatan bongkar muat, faktor buruh dalam arti kinerja buruh

yang dipertanyakan, organisasi sistem kerja, dan peralatan kerja buruh serta

jumlah jam kerja efektif per hari dipelabuhan, tidak lupa juga faktor non

teknis seperti perbekalan, administrasi atau izin berlayar yang terkait dengan

pihak pelabuhan.
3

Untuk menunjang kegiatan bongkar muat container maka perlu

dilengkapi dengan alat-alat bongkar muat yang memadai baik dikapal ataupun

di pelabuhan bongkar. Umumnya problema yang sering dihadapi pada alat

bongkar muat mesin derek misalnya teknik perawatan yang tidak dilakukan

secara efektif dan berkala. Sehingga dalam melakukan kegiatan bongkar muat

sering menghadapi masalah dikapal.

Setiap akan melaksanakan kerja bongkar muat container perlu

memahami tentang peraturan yang dibutuhkan untuk pencegahan kecelakaan

kerja bongkar muat sesuai UU No. 1/1970 tentang keselamatan kerja. Demi

menunjang keselamatan diri dan orang lain saat melakukan pekerjaan yang

resiko kecelakaannya tinggi seperti pengoprasian bongkar muat container.

Berdasarkan kasus yang di teliti pada kapal taruna MV. TANTO

FAJAR 1, pukul 07.30 Wita tanggal 13 bulan desember 2018. Terjadi

kerusakan wire crane kapal yang hendak melakukan proses bongkar muat

dipelabuhan peti kemas Luwuk. Kerusakan berawal ketika operator crane

melakukan pemindahan muatan dari kapal ke pelabuhan. Crane yang

digunakan untuk mengangkat muatan container dengan berat container 20 ton

mendadak boom crane perlahan menurun dan tidak dapat diangkat lagi.

Kecelakaan kerja ini tidak ada korban jiwa ataupun korban luka. Namun

kerugian nonmaterial yang didapat. Akibat dari kerusakan crane ini waktu

untuk bongkar muat yang harusnya selesai dalam 3 hari mengalami

penundaan hingga menjadi 4 hari waktu kerja. Berawal latar belakang

tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji penggunaan salah satu

alat bongkar muat mekanis, yaitu alat angkat mesin derek atau biasa disebut
4

crane kapal pada proses bongkar muat container didalam suatu karya ilmiah

tulis dengan judul : “OPTIMALISASI PROSES BONGKAR MUAT

DIKAPAL KONTAINER MV. TANTO FAJAR 1”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka permasalahan yang akan

dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Kendala-kendala apa yang sering terjadi dalam melakukan proses

bongkar muat container.

2. Upaya-upaya apa yang akan dilakukan dalam mengoptimalkan

penggunaan peralatan bongkar muat container dikapal.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian tentang

optimalalisasi bongkar muat dikapal container adalah :

1. Untuk mengetahui kendala-kendala yang sering terjadi dalam melakukan

proses bongkar muat container.

2. Untuk mengatahui upaya-upaya yang akan dilakukan dalam

mengoptimalkan penggunaan peralatan bongkar muat container dikapal.

D. Manfaat Penulisan

Dari hasil penelitian diharapkan menghasilkan suatu manfaat.

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan tentang optimalisasi pada

proses bongkar muat guna meningkatkan keamanan dan keselamatan

kerja serta efisiensi waktu kerja.


5

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini di harapkan dengan memberikan sumbangan

pemikiran dan dapat di jadikan bahan masukan bagi perusahaan

bersangkutan terkait dengan penggunaan alat bongkar muat serta

memaksimalkan kinerja sumber daya manusia untuk melaksanakan

tugas-tugas pengoperasian bongkar muat container.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Review Penelitian Sebelumnya

Dalam penulisan Karya Ilmiah Terapan ini penulis mengambil

perbandingan dengan judul-judul ilmiah sebelumnya, yang membahas tentang

hal-hal ini penting dalam menjalankan Bongkar Muat. Penulis masih melihat

adanya kesamaan hasil dapat di jadikan perbedaan hasil, yang mana

perbedaan dan kesamaan hasil dapat di jadikan bahan referensi bagi penulis

dalam melengkapi literature pembahasan penelitian, berikut review penelitian

terdahulu yang di kemukakan: EKO ARI HANDOKO.

Nama Peneliti Tahun Penelitian Hasil Penelitian

Persiapan yang matang

sebelum melakukan proses


EKO ARI bongkar muat:

HANDOKO
1. Melakukan pengecekan
mesin crane
2010

2. Melakakukan
pengecekan hook crane

3. Memberikan pelatihan
penggunaan dan aba-aba
crane

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Sebelumnya


7

B. Landasan Teori

1. Definisi

a. Optimalisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Optimalisasi adalah

berasal dari kata dasar optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling

menguntungkan, menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi,

pengoptimalan proses, cara, perbuatan mengoptimalkan (menjadikan

paling baik, paling tinggi, dan sebagainya) sehingga optimalisasi

adalah suatu tindakan , proses, atau metodologi untuk membuat

sesuatu (sebagai sebuah desain, sisitem, atau keputusan) menjadi

lebih/sepenuhnya sempurna, fungsional, atau lebih efektif.

b. Bongkar Muat

Bongkar muat adalah salah satu kegiatan yang di lakukan

dalam proses forwarding (pengiriman) barang. Yang di maksud

dengan kegiatan muat adalah proses memindahkan barang dari

gudang. Menaikan lalu menumpukannya di atas kapal sedangkan

kegiatan bongkar adalah proses menurunkan barang dari kapal lalu

menyusunnya di dalam gudang di pelabuhan atau stock pile atau

container yard. Alwi, dkk. (2002:23).

c. Muatan

Muatan kapal (cargo) merupakan objek dari pengangkutan

dalam sistem tansportasi laut, dengan mengangkut muatan sebuah

perusahaan pelayaran niaga dapat memperoleh pendapatan dalam


8

bentuk uang tambang (freight) yang sangat menentukan dalam

kelangsungan hidup perusahaan dan membiayai kegiatan di

pelabuhan.

Gambar 2.1 Contoh penataan muatan pada kapal kontainer

Gambar 2.2 Contoh Penataan Kontainer Pada Kontainer Yard


2. Teori

a. Crane

Crane adalah salah satu dari pesawat angkat angkut yang

memiliki fungsi untuk mengangkat dan juga memindah material

dengan ketentuan khusus secara aman. Crane sendiri merupakan

kategori mesin alat berat (heavy equipment) yang memilki bentuk dan

kemampuan angkat sesuai spesifikasi kebutuhan produksi. Crane bisa

digunakan dalam berbagai kegiatan pengangkatan benda dengan


9

beban yang berat, serta digunakan dalam berbagai sector pekerjaan

misalnya adalah : pekerjaan proyek, pelabuhan, perbengkelan,

industri, pergudangan dll.

Gambar 2.3 Crane Kapal Dan Penataan Muatan

Dengan fungsinya yang sangat penting, crane memiliki

bagian-bagian. Setiap bagian memiliki fungsi yang berbeda-beda dan

saling berkaitan. Berikut dibawah ini adalah bagian-bagian dari tower

crane dan fungsinya.

1) Pondasi

Pondasi pada tower crane berfungsi menahan tower

crane agar tidak jatuh dan juga berfungsi meneruskan beban dari

crane ke badan kapal yang keras. Pada bagian inilah kaki crane

dilas pada badan kapal.


10

2) Badan Crane

Badan crane merupakan bagian vertical yang

menghubungkan lengan crane atau biasa disebut jib dengan

pondasi crane. Selain itu pada badan crane terdapat tangga

vertikal yang dibagi per section yang nantinya akan digunakan

oleh operator untuk naik ke atas.

3) Ruangan operator

Merupakan rumah atau pusat control crane yang berisi

handle-handle dan tombol-tombol yang mengendalikan

pergerakan crane. Ruangan ini juga disediakan alat pemadam api

jinjing dikarenakan dalam ruangan ini berisi alat-alat yang

menghantarkan arus listrik kapal.

Ruangan ini harus memiliki ruang penglihatan yang jelas

demi kelancaran operator dalam mengoperasikannya. Ruangan ini

pun dibentuk sedemikian rupa untuk dapat melihat area sekeliling

crane biasanya bagian depan ruangan ini diberi kaca yang jernih.

4) Unit Yang Berputar

Unit berputar terdiri dari 3 bagian yaitu:

a) Horizontal Jib

Horizontal jib biasa disebut juga sebagai hoisting jib

atau working jib merupakan bagian horizontal dari sebuah

tower crane yang panjang dan berfungsi sebagai bagian

pengangkat beban.
11

Bagian ini haruslah kokoh demi menjaga keamanan

pengoperasian crane. Bagian ini pun mempunyai wire yang di

sambungkan dengan roller penyangga yang mempunyai tugas

menahan beban muatan serta beban lengan crane itu sendiri.

b) Machinery Jib

Machinery jib atau biasa disebut juga counter

balance jib yang berfungsi sebagai counter balance. Pada

bagian inilah terdapat motor penggerak tower crane, alat

elektronik dan sebuah beton masif.

c) Hook

Hook terletak pada ujung kabel crane, dan berfungsi

untuk dikaitkan pada beban atau muatan. Model dan bentuk

bermacam-macam namun tujuan penggunaanya tetap sama.

5) Ruang mesin

Ruangan ini merupakan ruangan yang berisi alat

penderek wire namun dan instalasi kelistrikan yang berfungsi

menggerakkan crane tersebut.

6) Bagian-bagian pendukung crane

Peralatan-peralatan pendukung ini merupakan wire dan

shave. Peralatan ini umum dan sering kali dilihat di area bongkar

muat. Peralatan ini harus siap dan selalu ada disaat proses

bongkar muat.
12

b. Mekanisme-mekanisme kerja crane

Sering kita melihat crane kapal di Indonesia dengan semakin

banyaknya model dan konstruksi yang semakin rumit namun

mekanisme kerja crane tetap sama. Berikut adalah penjelasan

mekanisme dan cara kerja dari crane kapal. Untuk mengetahui

bagaiamana cara bekerjanya tower crane.

1) Mekanisme Pengangkat (hoisting mechanisme).

Digunakan untuk mengangkat atau menurunkan beban

yang dikehendaki.

Cara kerja mekanisme pengangkat pada tower crane

adalah: motor penggerak menggerakkan atau memutar drum

penggulung kabel baja yang bekerja menarik atau mengulur kabel

baja. Kemudian dari drum penggulung tersebut diteruskan

kesistem puli. Setelah itu kabel baja tersebut pada ujungnya

dipasang kait, yang fungsinya untuk menaruh muatan yang akan

dipindahkan. Apabila mau melakukan pengangkatan atau

penurunan muatan maka kita tinggal menghidupkan motor

penggerak yang akan memutar drum penggulung kabel baja

tersebut.

2) Mekanisme Penjalan (traveling mechanisme).

Digunakan untuk memindahkan muatan (beban)

sepanjang lengan crane (pengangkat) secara horizontal.


13

Cara kerja mekanisme gerak berjalan (trolley) pada

tower crane adalah motor penggerak yang dihubungkan lengan

drum penggulung kabel baja pada mekanisme berjalan yang

bekerja menarik atau mengulur kabel baja yang dihubungkan

dengan sistem puli yang pada ujung kabel baja tersebut

disambungkan dengan trolley yang dapat bergerak sepanjang

lengan pengangkat tersebut

3) Mekanisme Pemutar (slewing mechanisme).

Digunakan untuk memindahkan beban sejauh radius

lengan pengangkatannya.

Cara kerja mekanisme pemutar adalah: motor

penggerak pada mekanisme pemutar yang dihubungkan dengan

sistem roda gigi yang tujuanya untuk menurunkan putaran yang

dihasilkan dari motor penggerak. Dari putaran yang masih tinggi

dari motor pengerak menjadi putaran yang diinginkan

(direncanakan). Roda gigi tersebut dihubungkan dengan meja

putar yang ada pada bagian sambungan antara menara atau tiang

utama dengan lengan. Apabila kita ingin mengoperasikan

mekanisme putar, maka kita tinggal menghidupkan motor

penggerak yang akan memutar roda gigi tersebut.


14

c. Facktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan kapasitas

crane

1) SWL

Safe Working Load (Beban Kerja Aman) adalah beban

maksimum yang ditanggung oleh sling pada saat benda diangkat

secara tidak langsung karena adanya pengikatan sling pada benda.

Sling tidak digunakan untuk mengangkat beban yang melebihi

SWL yang tertera pada label sebuah sling. SWL sebuah sling

harus disesuaikan dengan metode pengangkatan dan pengikatan

serta ditinjau dari bentuk beban, sudut pengankatan, gerak

dinamis beban yang berlebihan dan kondisi kerja yang tidak

umum.

SWL suatu crane wajib tercantum pada crane dan dan

harus lah diupdate untuk tiap tahunnya demi keamanan dan

keselamatan pekerjaan proses bongkar muat.

2) Kekuatan angin terhadap alat

Kekuatan angin yang tidak mendukung mengakibatkan

muatan mengayun dan membahayakan pekerja yang lain dan

dapat pula menjadi awal permasalahan kerusakan crane

3) Ayunan beban pada saat dipindahkan

Ayunan yang berlebihan sering terjadi akibat operator

yang tidak kompeten. Hal ini pun berdampak besar bagi

operasional ayunan yang baik yaitu tidak terlalu cepat dan tidak
15

mengakibatkan wire jib dan plat besi jib tidak bersinggungan

yang dapat mengakibatkan pengikisan teradap wire jib.

4) Kecepatan pemindahan material

Pekerjaan bongkar muat yang dilakukan dengan terburu-

buru dapat mengakibatkan hal yang fatal. Banyak kasus yang

terjadi akibat ketidak hati-hatian pekerja atau operator crane

dalam pengoperasian crane

5) Pengereman mesin dalam pergerakannya

Wire yang direm dengan cepat mengakibatkan wire

tergerus dan menjadi tipis sehingga membahayakan nyawa orang

lain.

d. Sinyal Tangan Yang Harus Anda Ketahui Selama Operasi Derek

Tanyakan kepada operator crane dan mereka akan memberi

tahu Anda bahwa salah satu faktor utama untuk proyek yang sukses

adalah koordinasi.

Bekerja selaras dengan tim Anda di lapangan tidak hanya

penting untuk keselamatan tetapi dapat membantu proyek Anda

berjalan dengan lancar, sesuai jadwal, dan membuat bos senang.

Dengan ketelitian mutlak dan akurasi yang dibutuhkan untuk suatu

pekerjaan, kemampuan untuk berkomunikasi dengan jelas sangat

penting tetapi ini tidak selalu merupakan tugas yang mudah.

Komunkasi verbal yang dilakukan diarea alat-alat berat beroperasi

sangat tidak efektif.


16

Jadi, bagaimana seorang operator, dengan beban yang

ditangguhkan di udara, mengikuti instruksi dari tim mereka?

Menggunakan metode sinyal tangan yang sederhana namun efektif.

Teknik kuno ini digunakan oleh operator crane di seluruh dunia,

membantu mereka untuk secara akurat menerima arah yang jelas

tanpa perlu peralatan mewah atau bahkan kata-kata.

1) Solusi

Sinyal tangan memberikan solusi sederhana untuk

masalah komunikasi yang dihadapi oleh operator crane. Meskipun

radio dapat digunakan untuk menyampaikan pesan di seluruh

situs, ada beberapa situasi ketika operator membutuhkan bantuan

tambahan.

Mereka menghasilkan tingkat kebisingan yang tinggi

dari kegiatan seperti menggali, menumpuk, dan mengebor,

sehingga sulit untuk menyampaikan instruksi dengan cara yang

akurat dan efisien waktu. Ada juga saat-saat ketika visibilitas

directional operator terhambat atau visibilitas area muatan

terhalang sebagian, melakukan pengangkatan dalam kondisi

seperti ini dapat membuat operator dan pekerja di sekitarnya

berisiko mengalami cedera.

Meskipun direkomendasikan untuk menggunakan sinyal

tangan selama semua lift, dalam situasi inilah seseorang yang

memberi sinyal pasti akan dipanggil. Mudah dimengerti, sinyal


17

tangan membantu operator menghindari potensi bahaya,

menyelesaikan tindakan secara aman dan tepat waktu.

2) Peran Manusia sebagai Sinyal

Sebagai mata dan telinga dari area khusus atau derek,

orang yang memberi sinyal membawa banyak tanggung jawab.

Sebelum seseorang dapat mengarahkan pengoperasian crane,

mereka harus terlebih dahulu menjalani pelatihan formal dan

menyelesaikan kualifikasi pensinyalan crane. Dalam pelatihan,

seseorang tidak hanya akan mengembangkan pemahaman tentang

isyarat tangan standar, tetapi mereka juga akan diminta untuk

menjadi terbiasa dengan berbagai jenis crane, bagaimana masing-

masing fungsi crane dan setiap sinyal tangan spesifik untuk

peralatan tertentu. Orang sinyal peserta pelatihan diwajibkan

untuk memahami perpustakaan sinyal yang besar tanpa ada

ingatan dan menunjukkan kompetensi dalam mengingatnya

selama pemeriksaan oleh penyedia pihak ketiga.

Orang pemberi sinyal juga bertanggung jawab untuk

mencegah cedera dan kecelakaan sejauh kemampuan mereka, hal

ini dilakukan dengan mengikuti prosedur ketat selama operasi

derek, misalnya berdiri di depan operator derek, memastikan area

operasi bebas dari orang-orang atau berbahaya objek dan

melakukan satu sinyal pada satu waktu untuk menghindari

kebingungan.
18

3) Sinyal yang Biasa Digunakan

The Occupational Safety and Health Administration

(OSHA) harus digunakan ketika mengoperasikan derek kecuali

jika isyarat tangan non-standar dibahas selama pertemuan pra

kerja. OSHA memberlakukan standar dan persyaratan pelatihan

untuk lingkungan kerja yang aman di berbagai industri, termasuk

konstruksi di Amerika Serikat.

a) Stop Signal

Stop signal adalah salah satu sinyal tangan paling

penting yang digunakan di lokasi konstruksi. Ketika sinyal

berhenti digunakan, pengoperasian peralatan harus

dihentikan.

i) Emergency Stop

Seseorang yang memberi sinyal akan

mengomunikasikan pemberhentian darurat dengan

mengulurkan kedua lengan secara horizontal pada tubuh

dengan telapak tangan menghadap ke bawah, dari posisi

ini mereka akan mengayunkan lengan mereka maju dan

mundur.
19

Gambar 2.4 Emergency Stop

ii) Stop

Untuk menghentikan atau menghentikan suatu

tindakan, orang yang memberi sinyal akan mengulurkan

satu lengan dan menghadap ke bawah; mereka kemudian

akan mulai mengayunkan lengan yang diperpanjang ke

depan dan ke belakang.

Gambar 2.5 Stop


20

iii) Dog Everything

Sinyal ini akan menghentikan semua aktivitas dan

dilakukan dengan menggenggam tangan bersama-sama

dan menempatkannya setinggi pinggang.

Gambar 2.6 Dog Everything

b) Boom signals

Boom signal akan memberi tahu operator crane

tentang manuver mana yang harus mereka lakukan dengan

boom.

i) Raise Boom

Untuk menaikkan boom, orang yang

memberi sinyal akan mengulurkan lengan secara

horizontal ke sisi tubuh mereka dan memberi tanda

jempol ke atas, dengan kepalan tangan yang tertutup .


21

Gambar 2.7 Raise Boom

ii) Lower boom

Untuk menurunkan boom, orang yang

memberi sinyal akan memperpanjang lengan secara

horizontal dan memberi tanda jempol ke bawah,

dengan kepalan tangan yang tertutup.

Gambar 2.8 Lower Boom


22

iii) Swing boom

Untuk mengayunkan boom, orang sinyal

akan mengulurkan lengan keluar secara horizontal,

menggunakan jari telunjuk mereka untuk menunjuk

ke arah boom yang akan diayunkan.

Gambar 2.9 Swing Boom

iv) Extend boom

Untuk memperpanjang boom, orang yang

memberi sinyal akan meletakkan tangan mereka di

depan pinggang mereka dan menunjuk ibu jari ke luar

dengan jari-jari yang tersisa dalam kepalan.

Gambar 2.10 Extend Boom


23

c) Load signals

Sinyal muat akan menentukan apa yang harus

dilakukan operator dengan beban setelah diangkat oleh crane.

i) Hoist Load

Untuk mengangkat beban ke atas, orang sinyal

akan mengulurkan lengannya secara vertikal ke langit-

langit, arahkan dengan jari telunjuk dan buat lingkaran

kecil dengan tangan dan jari telunjuk.

Gambar 2.11 Hoist Boom

ii) Lower load

Untuk menurunkan beban ke bawah, orang

sinyal akan mengulurkan tangan mereka secara horizontal,

mengarahkan jari telunjuk mereka ke tanah, begitu pada


24

posisi ini mereka akan membuat gerakan lingkaran dengan

jari mereka.

Gambar 2.12 Lower Load

d) Speed signals

pesinyal juga dapat mengontrol laju setiap

gerakan menggunakan sinyal kecepatan.

Move slowly Untuk memperlambat laju suatu

tindakan, orang yang memberi sinyal akan menempatkan

tangannya di atas tangan yang memberikan sinyal aksi.

Gambar 2.13 Move Slowly


25

e. Kerjasama dan Kinerja Tugas Jaga

Efisien adalah suatu cara dalam melaksanakan suatu tugas

harus dilakukan dengan cermat,tepat,sehingga dapat memperoleh hasil

yang baik dengan tidak membuang-buang energi dan waktu.Setiap

perwira jaga mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar, yang

harus dipikul hingga jam jaganya usai. Perwira jaga harus mampu

memimpin anak buahnya dalam melaksanakan tugas jaganya, baik

pada saat kapal sedang bongkar muat atau pada saat kapal sedang

berlayar maka diperlukan pembagian tugas sesuai dengan jabatan

yang sudah tercantum dalam buku SIJIL.

Menurut Siagian (1983:9), Ada 3 (tiga) sebab utama mengapa

pembagian tugas harus terjadi yaitu:

1) Beban kerja yang harus dipikul.

2) Jenis pekerjaan yang beraneka ragam.

3) Berbagai spesialisasi yang diperlukan

Beban dan volume pekerjaan merupakan konsekuensi logis

daripada fungsi yang beraneka ragam yang harus dilaksanakan.

Selanjutnya ia mempunyai konsekuensi dalam berbagai bentuk,

seperti keharusan adanya penentuan tanggung jawab dan wewenang

secara jelas, uraian pekerjaan yang rapi, kriteria mengukur

pelaksanaan tugas yang akurat dan objektif, dan sebagainya.

Jenis pekerjaan yang beraneka ragam juga merupakan

konsekuensi daripada fungsi-fungsi yang menjadi tanggung jawab


26

organisasi untuk dilaksanakan. Masing-masing jenis pekerjaan itu

mempunyai ciri sendiri serta menuntut keterampilan khusus untuk

pelaksanaannya. Misalnya, dalam suatu organisasi niaga kegiatan

penelitian dan pengembangan sangat berbeda dengan kegiatan

produksi dan atau pemasaran, yang juga berbeda dengan kegiatan

penunjang seperti administrasi keuangan.

Beban kerja dan jenis pekerjaan yang beraneka ragam itu

memerlukan spesialisasi-spesialisasi khusus pula. Berbagai ikatan dan

organisasi profesional merupakan satu bukti daripada aneka ragam

spesialisasi yang harus terdapat dalam organisasi-organisasi modern.

Pembagian tugas bukan pengelompokan. meskipun jelas

bahwa pelaksanaan kegiatan dalam organisasi menuntut pembagian

tugas, dan hal itu tidak dapat dielakan, pembagian tugas tidak dapat

dan bahkan tidak boleh dipergunakan sebagai alat untuk berfikir dan

bertindak secara berkelompok. Siagian (1983:22) hasil daripada

kegiatan pengorganisasian ialah terciptanya organisasi yang dapat

digerakan sebagai satu kesatuan yang bulat dalam rangka usaha

pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, menurut rencana

yang telah ditetapkan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi serta yang

diwadahkan dalam satu susunan organisasi yang sesuai dengan

kebutuhan organisasi yang bersangkutan.


27

Yang dimaksud dengan organisasi yang baik adalah suatu

organisasi yang berpegang teguh kepada prinsip-prinsip sebagai

berikut:

1) Adanya tujuan yang jelas. Tanpa adanya tujuan yang jelas,

organisasi dapat diumpamakan dengan sebuah kapal yang tidak

mempunyai pelabuhan akhir yang akan ditujunya

2) Tujuan organisasi harus difahami oleh setiap orang didalam

organisasi.

3) Tujuan organisasi harus diterima oleh setiap orang dalam

organisasi. Jika para anggota organisasi menilai tujuan yang

hendak dicapai itu merupakan tujuan yang layak untuk dicapai

melalui mana tujuan pribadi mereka pun akan turut pula tercapai

maka mereka akan lebih mudah untuk digerakan memberikan

pengorbanan-pengorbanan tertentu baik dalam waktu, tenaga,

keahlian, dan kemampuan yang maksimal.

4) Adanya perumusan tugas pokok dan fungsi yang jelas, kejelasan

daripada tugas pokok dan fungsi dimaksudkan agar supaya setiap

orang didalam organisasi mengetahui apa peranan yang diminta

oleh organisasi untuk dimainkannya dan bagaimana pula caranya

dia memainkan peranan tersebut serta dari siapa dia menerima

intruksi serta kepada siapa dia memberikan pertanggungan jawab.

5) Prinsip pembagian habis tugas. Prinsip ini dimaksudkan agar

supaya tugas pokok dan fungsi organisasi terbagi habis dalam

unit-unit organisasi yang lebih kecil sehingga bagaimanapun cara


28

yang dipergunakan untuk mengorganisasikan unit-unit dalam

organisasi yang secara fungsional mengurusnya.

Kinerja SDM (Sumber Daya Manusia) merupakan suatu

potensi dalam diri manusia yang tidak mudah dalam usaha

meningkatkan produktifitas dan kualitas terhadap suatu pekerjaan.

Kinerja ini timbul dengan sendirinya dan sangat memerlukan

pengelolaan atau menajemen khusus agar potensi ini tumbuh dan

digunakan secara maksimal dalam usaha mencapai tujuan tertentu.

Agar manajemen dapat berjalan dengan baik diperlukan sebuah

perencanaan tentang langkah-langkah yang akan diambil. Manajemen

kinerja merupakan suatu proses manajemen yang dirancang untuk

menghubungkan tujuan organisasi dengan tujuan individu sedemikian

rupa, sehingga baik tujuan individu maupun organisasi dapat bertemu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:489) lalai

adalah kurang hati-hati,tidak mengindahkan (kewajiban,pekerjaan

dsb). Kelalaian merupakan sifat (keadaan,perbuatan) lalai dan

kesalahan itu bukan karena kebodohan,melainkan karena kesalahan

semata-mata. Sehingga tanggung jawab serta etos kerja yang tinggi

sangat dibutuhkan bagi awak kapal yang sedang melaksanakan tugas

jaga, terutama pada saat kapal sedang sandar di pelabuhan. Menurut

Siswanto (1989:195), tanggung jawab adalah kesanggupan seorang

tenaga kerja dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaanyang

diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada


29

waktunya serta berani memikul resiko atas keputusan yang telah

diambilnya atau tindakan yang dilakukannya.

Untuk mencapai hasil pekerjaan yang maksimal dibutuhkan

penetapan pola kerja yang efektif. Pada umumnya, reaksi terhadap

kebosanan kerja menimbulkan penghambat yang berarti bagi output

produktifitas kerja. Karena manajemen menyadari bahwa masalahnya

bersumber pada cara pengaturan pekerjaan itu sendiri, maka mereka

menanggapinya dengan berbagai teknik, beberapa diantaranya efektif

dan yang lainnya kurang efektif. Teknik ini antara lain pemerkayaan

pekerjaan, suatu istilah umum bagi beberapa teknik yang

dimaksudkan untuk lebih menyesuaikan tuntutan pekerjaan dengan

kemampuan seseorang. Manajemen partisipatif, yang menggunakan

berbagai carauntuk melibatkan pekerja dalam pengambilan keputusan

(decision making) yang mempengaruhi pekerjaan mereka, dan dalam

beberapa hal, usaha untuk mengalihkan perhatian para pekerja pokok

pekerjaan yang membosankan pada instrumentalia, pada waktu-waktu

luang untuk beristirahat, atau pada sarana yang lebih fantastis.

Pola kerja yang kurang sesuai dengan porsi dan komposisi

diakui sebagai masalah yang berat. Hal ini bisa menjadi lebih

negative, karena tenaga kerja makin lama lebih muda dan

berpendidikan lebih tinggi ketimbang dasawarsa sebelumnya.

Meskipun berbagai usaha untuk mengatasi masalah tersebut ada yang

berhasil, penyelesaian secara menyeluruh tidak mudah untuk

ditemukan, barang kali sebab paling pokok adalah bahwa pola kerja
30

merupakan bagian dari suatu mosaik yang lebih besar yang mencakup

rancangan tradisional terhadap struktur organisasi keahlian teknik, dan

teknik manajemen.

Penyesuaian yang efektif dari pola kerja pada kebutuhan

tenaga kerja yang meningkat tidak mungkin terjadi , sekurang-

kurangnya pada ukuran yang besar, tanpa perubahan besar dalam

budaya intern perusahaan.


31

C. Kerangka Berpikir

Cara seorang atasan atau pemimpin agar bawahannya yang tidak

berdisiplin menjadi pekerja yang berdisiplin baik antara lain:

1. Mengetahui apa yang sebenarnya menyebabkan disiplin tidak baik.

2. Jika disebabkan kesalahan pengawas (atau perusahaan ssendiri), maka

harus diusahakan untuk memperbaiki kesalahan tersebut serta memberi

penerangan sebaik – baiknya dan dengan hati – hati.

3. Dalam hal ini jangan ragu dibicarakan dengan atasannya atau

memintakan nasehat sebelum memberi penerangan atau mengambil

tindakan.

4. Jika karena kesalahan pekerja itu sendiri, maka tindakan terhadap pekerja

itu harus segera diambil tindakan dengan cara menegur, memberi anjuran

dan perlu hukuman yang tepat oleh yang berwenang demi kepentingan

bersama.

Moekijat (1980) dalam “Kamus Manajement” menegaskan bahwa,

“disiplin adalah kesanggupan menguasai diri sendiri yang teratur”. Oleh

karena itu setiap anak buah kapal dituntut untuk belajar dari diri sendiri dan

mengetahui siapa dirinya. Sehingga akan tumbuh rasa percaya diri dalam

melaksanakan segala aktifitas.

Menurut Westra (1980) dalam “Aneka Sari Ilmu” menjelaskan

bahwa, “disiplin adalah ketaatan dan kesetiaan seseorang atau kelompok

orang pada aturan – aturan, norma – norma, instruksi – instruksi dan lain –

lain dinyatakan berlaku untuk setiap orang atau kelompok orang


32

tersebut”.Pemahaman para anak buah kapal tentang perawatan mesin derek

adalah :

1. Faktor manusia yang kurang terampil secara teknis untuk merawat mesin

derek

2. Kondisi lingkungan kerja yang kurang baik

3. Latihan yang kurang memadai

4. Tidak adanya buku petunjuk praktis mengenai bagaimana merawat mesin

derek

Bardasarkan dari beberapa masalah diatas yang tercantum didalam

perumusan masalah dan tersirat didalam kerangka pikir maka akandicari

pemecahan masalah yang dibahas didalam bab selanjutnya sehingga proses

bongkar muat dapat berjalan lancar.

Dalam ISM Code dijelaskan pentingnya perawatan kapal dan

peralatannya, oleh sebab itu maka kapal dan peralatannya harus selalu

dipelihara dengan kondisi yang selalu baik. Sebagai orang yang bekerja diatas

kapal harus mampu mengerjakannya sesuai dengan peraturan dengan selalu

melakukan tes secara teratur setiap bagian peralatannya. Diharapkan

perusahan harus menyusun prosedur untuk menjamin bahwa kapal dirawat

sesuai dengan persyaratan dari peraturan klasifikasi yang terkait dan

persyaratan tambahan yang ditetapkan oleh perusahan. Dalam memenuhi

persyaratan tersebut diatas perusahan harus menjamin bahwa:

1. Pemeriksaan dilaksanakan dalam kurun waktu yang tepat

2. Setiap ketidaksesuaian dilaporkan dengan disertai penyebabnya

3. Pencatatan tentang kegiatan-kegiatan tersebut diatas terpelihara


33

KONDISI PERWIRA JAGA: Belum


AWAL melakukan peningkatan motivasi
pada ABK

ABK: Belum termotivasi kerja


maksimal
PERWIRA JAGA: Belum
melakukan peningkatan motivasi
pada ABK
TINDAKAN PERWIRA JAGA: Sudah
melakukan peningkatan motivasi
pada ABK

ABK: Termotivasi ABK: Melakukan


kerja maksimal perawatan alat
bongkar muat

HASIL Tercapainya peningkatan dalam


melakukan bongkar muat

Gambar 2.14 Kerangka Penelitian

Penjelasan tentang kerangka penelitian kodisi awal yang awalnya belum

melakukan peninjauan terhadap peralatan bongkar muat dan belum termotivasi

kerja. Sehingga dilakukannya tindakan yang berupa perwira jaga melakukan

pengarahan terkait sistem kerja dikapal dan sehingga terciptanya kinerja yang baik

dan efisien serta maksimal. Hasil yang didapat adalah kinerja yang maksimal

dalam kerja bongkar muat.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Didalam penulisan Karya Ilmiah Terapan (KIT) ini, penulis

menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif artinya prosedur

penelitian berdasarkan data deskriptif, yaitu berupa lisan atau dari seseorang

subjek yang telah diamati dan memiliki karakteristik bahwa data yang

diberikan merupakan data asli yang tidak diubah serta menggunakan cara

yang sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Penelitian

kualitatif merupakan metode penelitian yang lebih difokuskan pada

pemahaman fenomena-fenomena sosial dari perspektif partisipan dengan

lebih menitikberatkan pada gambaran yang lengkap daripada merinci menjadi

variabel yang saling terkait. Pada penelitian kualitatif tidak bisa di peroleh

atau diukur menggunakan prosedur-prosedur statistik. Penelitian kualitatif

pada karya ilmiah tulis ini bertujuan untuk mencapai hasil yang terbaik dan

tepat pada tujuan penelitian. Data yang dihasilkan pada penelitian kualitatif

adalah data yang deskriptif berupa kata-kata tertulis atau ucapan pelaku yang

sedang diamati. Metode kualitatif ini memberikan informasi yang lengkap

sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan serta lebih

banyak dapat diterapkan pada berbagai masalah.

Tujuan dari metode penelitian ini adalah mengungkap fakta,

keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi saat penelitian berjalan

dan menyuguhkan apa adanya serta menafsirkan dan menuturkan data yang
40

bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi di lokasi penelitian sehingga

ada perbaikan dari prosedur yang selama ini yang dinilai belum baik

berdasarkan yang telah peneliti teliti terkait bidang bongkar muat kontainer.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan di laksanakan di kapal Tanto fajar 1 sesuai

dengan penempatan Praktek Laut (Prala) yang akan di lakukan oleh penulis

sendiri pada semester V dan VI atau dalam waktu 12 bulan dari terhitung

tanggal 8 agustus 2018 sampai 13 agustus 2019. Hal ini diharap

menyesuaikan setelah penulis memperoleh kapal ketika sudah melaksanakan

Praktek Laut (Prala), dikarenakan belum ditentukannya tempat (kapal) yang

akan menjadi tempat praktek penulis sendiri sebagai lokasi penelitian dalam

melaksakan penelitian ini.

C. Jenis Data dan Sumber Data

Menurut Arikunto (2002:116), sumber data adalah benda, hal atau

orang, tempat peneliti mengamati, membaca atau bertanya tentang data. Data

penelitian ini meliputi :

1. Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan

kapten, mualim 1, mualim 2, mualim 3, jurumudi, mandor, ABK kapal

ditempat peneliti praktek layar serta pihak penanggung jawab

pengangkutan dari pihak pelabuhan dan buruh yang berada langsung

dilokasi penelitian.

2. Data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari

dokumentasi ataupun kepustakaan yang berkaitan dengan penelitian

seperti buku manajemen muatan dan informasi dari internet terkait


41

pemuatan kontainer yang bertujuan menjadi tolak ukur bongkar muat

kontainer telah berjalan maksimal atau tidak.

Data yang diberikan merupakan suatu pemaparan kejadian dari

lokasi pembongkaran dan pemuatan kontainer seperti kapal peneliti

melakukan praktek layar ke tempat pembongkaran muatan ataupun

sebaliknya yang dialami secara langsung atau dapat dikatakan sebagai

pencapaian suatu keputusan dari kesimpulan yang dihasilkan berdasarkan

fakta-fakta yang didapat dari lokasi tersebut.

D. Pemilihan Informan

Selanjutnya menurut Sugiyono (2005:50) sampel dalam penelitian

kualitatif bukan dinamakan responden melainkan informan kunci,

narasumber, partisipan, teman atau guru dalam penelitian. Sugiyono

(2005:54) menyatakan bahwa penentuan informan kunci dalam penelitian

kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan penelitian dalam

arti kapal peneliti melakukan praktek layar dan selama penelitian berlangsung

yaitu memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data

yang diperlukan dan selanjutnya berdasarkan data atau informasi kunci yang

lainnya yang diharapkan dapat memberikan data yang lebih lengkap,

sehingga informan dalam penelitian ini ialah seluruh awak kapal meliputi

Kapten, Mualim 1 Mualim 2, Mualim 3, Jurumudi, Mandor dan ABK serta

pihak penanggung jawab pembongkaran dan pemuatan yang berwewenang

dipelabuhan dan buruh pekerja bongkar dan pemuatan muatan kontainer.

Karena peneliti sendiri berasal dari jurusan Nautika Pelayaran sehingga akan

lebih banyak berada di anjungan kapal bersama orang-orang


42

DeckDepartmentakan lebih leluasa melakukan penelitian proses bongkar

muat kontainer ini.

E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam

penelitian ilmiah sebab dengan adanya analisis data tersebut akan

memberikan arahan dan makna yang berguna dalam pemecahan masalah

penelitian (Nazir, 2011:405).

Ada berbagai cara untuk menganalisi data. Usman dan Akbar

(2000:86) mengemukakan 3 cara menganalisis data, yaitu :

1. Reduksi data

Menurut Miles and Huberman (dalam Mustaji, 2009:45) tahap

reduksi adalah proses pemilihan informasi yang relevan dan layak untuk

disajikan dari informasi yang telah terkumpul demikian banyak dan

komplek. Usman dan Akbar (2000:87) menambahkan data-data yang

telah direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil

pengamatan dan mempermudah peneliti untuk mencarinya jika sewaktu-

waktu diperlukan. Reduksi dapat pula membantu dalam memberikan

kode-kode pada aspek-aspek tertentu.

2. Tampilan data

Tampilan data ialah menyajikan data dalam bentuk matrik,

network, chart, atau grafik dan sebagainya. Dengan demikian peneliti

dapat menguasai data dan tidak terbenam dengan setumpuk data (Usman

dan Akbar, 2000:87).


43

3. Pengambilan keputusan dan verifikasi

Menurut Miles and Huberman (dalam Mustaji, 2009:45), pada

tahap ini peneliti selalu melakukan uji kebenaran setiap makna yang

muncul dari data. Disamping menyandarkan pada klarifikasi data,

peneliti juga memfokuskan pada abstraksi data. Setiap data yang

menunjang komponen, diklarifikasi kembali dengan informan

dilapangan. Apabila hasil klarifikasi memperkuat kesimpulan atas data,

maka pengumpulan data untuk komponen tersebut siap dihentikan.


53

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai
Pustaka

Arikunto, S (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT


Rineka Cipta

Depdikbud. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2010). Perbendaharaan Kata – Kata.

Moekijat. (1980). Kamus Manajement. Bandung: PT. Rosda Karya.

Nazir, Moh. (2011) Metode Penelitian. Cetakan 6. Bogor: Penerbit Ghalia


Indonesia

Pariata, Westra. (1980). Aneka Sari Ilmu Administrasi. Yogyakarta: Balai


Pembina Administrasi Akademi Administrasi.

Siagian, (1983). Manajemen Suatu Pengantar. Bandung: Alumni.

Siswanto, B. Sastrohadiwiryo. (1989), Manajemen Tenaga Kerja: Ancangan


Dalam Pendayagunaan Dan Pengembangan Unsur Tenaga Kerja. cetakan
kedua, Bandung: penerbit sinar baru.

Sugiyono. (2005). Pemrograman Terstruktur. Kuningan: Panji Gumilang Press.

Tim penyusun. (2015). pedoman penulisan karya ilmiah terapan (KIT).


Politeknik Pelayaran Surabaya.

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 1 (1970). Undang – Undang


Tentang Keselamatan Kerja.

Usman, Husaini & Akbar, Purnomo Settiady. (2006). Metodologi Penelitian


Sosial. Jakarta: Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai