Anda di halaman 1dari 48

KARYA ILMIAH TERAPAN

IMPLENTASI PENGGUNAAN ALAT NAVIGASI ELEKTRONIK RADAR


DIATAS KAPAL MV. MARTHA GOLDEN PADA SAAT MASUK ALUR
PELAYARAN SEMPIT UNTUK MENCEGAH TUBRUKAN.

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Pelayaran

CRISTOPHER
NIT. 05.17.008.153/N
AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III


POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2021
KARYA ILMIAH TERAPAN

IMPLENTASI PENGGUNAAN ALAT NAVIGASI ELEKTRONIK RADAR


DIATAS KAPAL MV. MARTHA GOLDEN PADA SAAT MASUK ALUR
PELAYARAN SEMPIT UNTUK MENCEGAH TUBRUKAN.

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III Pelayaran

CRISTOPHER
NIT. 05.17.008.153/N
AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III


POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2021

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

NAMA : CRISTOPHER

NIT : 05.17.008.1.53.N

JURUSAN : NAUTIKA

Menyatakan bahwa karya ilmiah yang saya buat dengan judul:

“IMPLENTASI PENGGUNAAN ALAT NAVIGASI ELEKTRONIK

RADAR DI ATAS KAPAL MV. MARTHA GOLDEN PADA SAAT MASUK

ALUR PELAYARAN SEMPIT UNTUK MENCEGAH TUBRUKAN”

Merupakan karya asli saya bukan jiplakan skripsi dari orang lain dan saya

bertanggung jawab terhadap judul maupun isi dari skripsi ini.

Bilamana terbukti merupakan jiplakan dari orang lain maka saya bersedia untuk

membuat skripsi dengan judul baru dan atau menerima sanksi lain.

Surabaya, 14 Juli 2021

Yang Menyatakan,

CRISTOPHER

NIT. 05.17.007.1.53.N

iii
PERSETUJUAN SEMINAR

KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : IMPLENTASI PENGGUNAAN ALAT NAVIGASI


ELEKTRONIK RADAR DI ATAS KAPAL MV.
MARTHA GOLDEN PADA SAAT MASUK ALUR
PELAYARAN SEMPIT UNTUK MENCEGAH
TUBRUKAN

Nama Taruna : CRISTOPHER

NIT : 05.17.008.1.53/N

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan

Surabaya, 14 Juli 2021

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dety Sutralinda, S.SiT Dr. Hariyono, ST,MT,MM

Penata (III/c) Penata Tk.I (III/d)

NIP.19810722 201012 2 001 NIP.19720716 200604 1 001


Mengetahui:
Ketua Jurusan Nautika

Capt. TRI MULYATNO BUDHI HARTANTO,S Si.T ., M. Pd.


Penata Tk. I (III/d)
NIP. 19751101 200912 1 002

iv
PENGESAHAN
KARYA ILMIAH TERAPAN

IMPLENTASI PENGGUNAAN ALAT NAVIGASI ELEKTRONIK RADAR


DI ATAS KAPAL MV. MARTHA GOLDEN PADA SAAT MASUK ALUR
PELAYARAN SEMPIT UNTUK MENCEGAH TUBRUKAN
Disusun dan Diajukan Oleh:
CRISTOPHER
NIT. 05.17.007.1.53
Ahli Nautika Tingkat III
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan
Politeknik Pelayaran Surabaya
Pada tanggal 3 Agustus 2021

Menyetujui :
Penguji II Penguji III
Penguji I

Muhamad Imam Firdaus, S.S.T.Pel., M.M Dety Sutralinda, S.SiT Dr. Hariyono, ST,MT,MM

Penata Muda Tk.I (III/b) Penata (III/c) Penata Tk.I (III/d)

NIP.19901019 201402 1 004 NIP.19810722 201012 2 001 NIP.19720716 200604 1 001

Mengetahui :
Ketua Jurusan Nautika

Capt. TRI MULYATNO BUDHI HARTANTO,S Si.T ., M. Pd.

Penata Tk. I (III/d)


NIP. 19751101 200912 1 002

v
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur senantiasa saya panjatkan kepada Allah SWT. Tuhan
Yang Maha Esa pengayom segenap alam yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga dalam penulisan proposal ini saya tidak mengalami kendala
hingga terselesaikannya proposal yang saya beri judul “IMPLENTASI
PENGGUNAAN ALAT NAVIGASI ELEKTRONIK RADAR DI ATAS
KAPAL MV. MARTHA GOLDEN PADA SAAT MASUK ALUR
PELAYARAN SEMPIT UNTUK MENCEGAH TUBRUKAN”.
Pada kesempatan ini, dalam penulisan proposal ini saya mendapatkan
banyak bantuan dari berbagai pihak, oleh karenanya dari hati yang terdalam saya
juga ingin mengungkapkan rasa terima kasih saya kepada :
Kedua orangtua saya yang selalu memberikan dukungan kepada saya baik
itu berupa dukungan moril maupun dukungan materil.
Kepada Dosen Pembimbing materi Mata Kuliah yang telah memberikan
bimbingan, arahan dan masukan baik dalam pembuatan proposal ini maupun dalam
bidang lainnya.
Teman-teman seperjuangan yang juga selalu memberikan motivasi baik
berupa sharing pendapat, motivasi dan hal-hal lainnya dalam rangka pembuatan
proposal ini.
Pihak-pihak terkait lainnya yang juga turut serta membantu saya dalam
pembuatan karya tulis ilmiah ini. Saya sangat menyadari tidak ada manusia yang
sempurna begitu juga dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, apabila nantinya
terdapat kekurangan, kesalahan dalam karya tulis ilmiah ini, saya selaku penulis
sangat berharap kepada seluruh pihak agar dapat memberikan kritik dan juga saran
seperlunya.
Akhir kata, semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan
bahan pembelajaran kepada kita semua.

Surabaya, 14 Juli 2021


Penulis

CRISTOPHER
NIT. 05.17.007.1.53

vi
ABSTRAK

CRISTOPHER, 2021, “Implentasi Penggunaan Alat Navigasi Elektronik Radar


di atas kapal MV. Martha Golden Pada Saat Masuk Alur Pelayaran Sempit Untuk
Mencegah Tubrukan”. Nautika Program Diploma III
POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA.
Pembimbing : (I) Dety Sutralinda, S.SiT dan (II) Dr. Hariyono, ST,MT,MM

Di Masa lalu kemampuan bernavigasi di Alur Pelayaran Sempit tidak hanya


untuk menentukan Haluan kapal lain,Jarak antara kapal dan dalam situasi
berhadapan.Jika pengamatan dilakukan secara visual pada cuaca cerah kita tidak
akan kesusahan dalam melakukan pengamatan,tetapi jika penglihatan terbatas oleh
karena cuaca yang buruk akan meningkatkan resiko tubrukan di laut.Dan
pengamatan dengan menggunakan Alat Navigasi Elektronik seperti GPS dan
RADAR dapat digunakan untuk mengetahui posisi kapal,jarak kapal dengan kapal
lain maupun objek lain guna mencegah resiko tubrukan pada penglihatan terbatas
dan keselamatan saat berlayar terutaman pada alur pelayaran sempit.

Dalam penulisan Karya Ilmiah Terapan ini, penulis menjabarkan landasan


teori tentang prosedur penggunaan RADAR di Alur Pelayaran sempit.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif. Dalam hal ini data berupa pendekatan terhadap objek melalui observasi,
studi perpustakaan, wawancara secara langsung terhadap subjek serta
menggunakan studi dokumentasi.
Dalam melaksanakan praktek berlayar, Kurangnya pengamatan kru kapal
menggunakan alat navigasi RADAR dikarenakan RADAR pada kapal tempat
taruna praktek tidak dilengkapi oleh ARPA, AIS, dan memliki tampilan echo yang
kurang maksimal sehingga kru kapal lebih memilih untuk mengamati objek dalam
berlayar di alur pelayaran sempit menggunakan ECDIS maupun alat navigiasi
lainnya yang lebih baik dan modern. Namun ketika malam hari ataupun jarak
tampak terbatas alat navigasi RADAR sangat berperan penting dalam mengenali
objek disekitar kapal. Setelah dianalisis, Penggunaan alat navigasi RADAR yang
belum optimal dikarenakan kurangnya perawatan sebelum pemakaian dan
pengoperasian yang kurang maksimal.
Oleh karena pengamatan RADAR di Alur pelayaran sempit sangatlah
berpengaruh maka sebelum alat navigasi tersebut digunakan, prosedur
pengoperasian yang baik dan benar haruslah diperhatikan oleh kru kapal. Sehingga
pengamatan pada RADAR di Alur pelayaran sempit, berguna untuk mecegah resiko
tubrukan.
Kata Kunci : Pengamatan RADAR

vii
ABSTRACT

CRISTOPHER, 2021, “Implementation of RADAR On Board the MV. Martha


Golden At Narrow Channel to Avoid Collision”. Nautical Program Diploma III
POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA.
Advisors: (I) Dety Sutralinda, S.SiT and (II) Hariyono,ST,MM.
In the past the ability to navigate on the Narrow Cruise Line was not only
to determine the bow of another ship, the distance between the ship and in the
situation facing. If observations were made visually in sunny weather we would not
have difficulty in making observations, but if vision is limited by bad weather. will
increase the risk of collisions at sea. And observations using Electronic Navigation
Tools such as GPS and RADAR can be used to determine the position of the ship,
the distance of the ship to other ships and other objects to prevent the risk of
collisions in limited vision and safety while sailing especially on narrow shipping
lines.
In this Applied Scientific Work, the writer lays out the theoretical basis
for the procedures for using RADAR in the narrow Shipping lanes.
The method used in this research is descriptive qualitative method. In this case the
data in the form of an approach to the object through observation, library studies,
interviews directly with the subject and use documentation studies.
In carrying out sailing practices, the lack of observation of ship crews using
RADAR navigation tools is because RADAR on ship where cadets practice are not
equipped by ARPA, AIS, and has a less than optimal echo display so that the crew
prefers to observe objects in sailing in narrow shipping lanes using ECDIS as well
as other better and modern navigiation tools. But when the night or distance seems
limited, RADAR navigation tools play an important role in recognizing objects
around the ship. After analysis, the use of RADAR navigation tools is not optimal
due to lack of maintenance before use and operation that is less than optimal.
Because RADAR observations on the narrow shipping lane are very influential,
before the navigation equipment is used, proper and correct operating procedures
must be observed by the crew. So observations on RADAR in the narrow shipping
channel are useful to prevent the risk of a collision.
Keywords : Look-Out on RADAR

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN… ........................................................................... iii

HALAMAN PERSETUJUAN… ........................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN… .............................................................................v

KATA PENGANTAR.............................................................................................vi

ABSTRAK… ........................................................................................................ vii

ABSTRACT… ..................................................................................................... viii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR… ......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian................................................................ 1


B. Perumusan masalah ......................................................................... 3
C. Batasan Masalah .............................................................................. 3
D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 3
E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Review Penelitian Sebelumnya ....................................................... 5


B. Landasan Teori ................................................................................ 6
1. Defenisi Pengamatan… ....................................................... 6
2. Radar… ............................................................................... 6
3. Alur Pelayaran Sempit… .................................................... 12
C. Kerangka Penelitian........................................................................29

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ...............................................................................30


B. Lokasi Penelitian ............................................................................31
C. Sumber Data ...................................................................................31
D. Teknik Pengumpulan Data .............................................................31
E. Teknik Pengambilan Sampel… ......................................................35
ix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian… ......................................... 36
B. Hasil Penelitian… ......................................................................... 39
C. Pembahasan. .................................................................................. 45

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan… .............................................................................. 49
B. Saran…........................................................................................ 49

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... xiii

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Radar Scanner .....................................................................................6

Gambar 2. 2 Layout Pada Radar .............................................................................12

Gambar 2. 3 Alur Pelayaran Sempit .......................................................................13

Gambar 2. 4 Situasi Bertemu di Perairan Sempit ..................................................17

Gambar 2. 5 Situasi Menyusul Kapal Lain ............................................................18

Gambar 2. 6 Situasi Bertemu Pada Tikungan ........................................................18

Gambar 4. 1 Gambar Kapal MV. Martha Golden..................................................36

Gambar 4. 2 Posisi Radar Di Selat Aroi .................................................................40

Gambar 4. 3 Pohon Masalah .................................................................................. 43

Gambar 4. 4 Pohon Problem Solving .....................................................................44

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2. 1 .................................................................................................................5

Tabel 4. 1................................................................................................................40

Tabel 4. 2................................................................................................................41

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penerapan Alat Navigasi yang baik dan benar erat kaitannya dalam

Keselamatan selama kapal berlayar. Terutama ketika kapal berlayar di kawasan

Indonesia yang merupakan Negara kepulauan. Sebagian wilayah lautan

Indonesia berada pada daerah – daerah yang memiliki Alur Pelayaran Sempit,

seperti Surabaya, Samarinda, Sampit, Banjarmasin, Kupang, Labuan Bajo,

Sangatta, Cilacap dan daerah lain yang memiliki luasan perairan yang memiliki

lebar kurang dari 100 Meter. Oleh karena itulah disebut Alur Pelayaran Sempit,

Kecermatan dan Keahlian dari pada setiap kapal yang berlayar di Alur

Pelayaran Sempit sangatlah diperlukan untuk menghindari Tubrukan antar

kapal yang saling berpapasan.

Berhubungan dengan situasi alur pelayaran sempit semakin ramai di mana

kapal-kapal berada pada saat resiko tinggi tabrakan. Maka untuk mengurangi

dan mencegah resiko bahaya tabrakan di lalu lintas laut tersebut maka dari sisi

kecakapan Nahkoda dan mualim jaga dalam pengamatan dan pengelihatan di

alur pelayaran sempit dengan menggunakan alat navigasi yang berada di kapal.

Salah satunya dengan penggunaan Radar singkatan dari Radio Detector And

Ranging adalah suatu alat bantu navigasi yang mampu mendeteksi (to detect)

suatu obyek tertentu di luar kapal, dan menentukan jarak antara obyek tersebut

ke kapal (ranging) dengan cara memancarkan energi electromagnetic keluar

dari transmitter kemudian di pantulkan oleh

1
2

suatu obyek / target dan kemudian kembali ke pesawat radar receiver,

dengan prinsip kerja radar yang di ketahui kita bisa memaksimalkan

penggunaanya terutama dengan fungsi EBL (Electronic Bearing Line) dan

VRM (Variable Range Marker) dalam bernavigasi di alur pelayaran ramai

seperti alur pelayaran sempit (Narrow Chanel).

Di saat melewati alur pelayaran barat Surabaya Kapal Motor berbendera

Taiwan yang akan keluar dari dermaga Peti Kemas pelabuhan Tanjung Perak

dengan tujuan Hongkong menabrak Kapal Motor bendera Indonesia Mandiri

Nusantara dari Balikpapan yang akan menuju Tanjung Perak disebabkan oleh

kurangnya pengamatan dari Kapal Motor Uni Chart. Kemahiran bernavigasi

tidak hanya untuk dalam penentuan haluan kapal, jarak antara kapal lain, dan

dalam situasi berpapasan, jika dengan pengamatan menggunakan penglihatan

di sekitar dalam cuaca yang cerah kita bisa melaksanakanya tanpa kendala tetapi

di saat Penglihatan Terbatas karena cuaca buruk yang di alami akan menambah

tingkat resiko bahaya tubrukan di laut. Dalam hal ini banyak kejadian tabrakan

di alur pelayaran sempit. Dari masalah yang di ungkit di atas maka penulis

tertarik untuk mengangkat penelitian IMPLENTASI PENGGUNAAN ALAT

NAVIGASI ELEKTRONIK RADAR DIATAS KAPAL MV. MARTHA

GOLDEN PADA SAAT MASUK ALUR PELAYARAN SEMPIT UNTUK

MENCEGAH TUBRUKAN. Semoga dengan penelitian ini bisa mengetahui

pengaruh apa saja dari radar dalam mengatasi bahaya turukan di laut.
3

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah pengamatan radar berpengaruh pada saat berlayar di alur

pelayaran sempit ?

2. Bagaimana pengoperasian radar di alur pelayaran sempit?

C. Batasan Masalah

SEHUBUNGAN DENGAN MASALAH PENGGUNAAN ALAT NAVIGASI

Radar di Alur Pelayaran Sempit untuk pengamatan, dalam penelitian ini penulis

membatasi permasalahan hanya pada saat kapal berlayar di alur pelayaran

sempit dan penggunaan Alat Navigasi Radar.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh Radar terhadap pencegahan tubrukan pada saat

berlayar di Alur Pelayaran Sempit

2. Untuk mengetahui cara pengoperasian Radar di Alur Pelayaran Sempit

E. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang ingin dicapai oleh penulis antara lain :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memberi sumbangan dalam perkembangan ilmu

pelayaran datar khususnya dalam penggunaan Radar di Alur Pelayaran

Sempit.

2. Manfaat praktis
4

Penelitian ini dapat menjadi masukan untuk nahkoda dan mualim jaga agar

melaksanakan pengamatan di alur pelayaran sempit DENGAN mengunakan

radar lebih efektif.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Review Penelitian Sebelumnya

Menurut saya Radar adalah alat navigasi yang membantu perwira jaga

melaksanakan tugas jaga dianjungan, untuk memperkecil timbulnya bahaya

tubrukan dengan mendeteksi objek sekitar.

Beberapa penulis telah melakukan penelitian tentang pentingnya pengamatan

Radar di alur pelayarn sempit guna mencegah resiko tubrukan. Berikut ini penulis

berikan salah satu penelitian aslinya.

Tabel 2.1 Review Penelitian Sebelumnya

No. Penulis Judul Penelitian Masalah Hasil

1. Moh Afif Pengoperasian Alat Bagaimana Peran dan fungsi

Helmy Navigasi di Alur pengoprasian alat navigasi

Pelayaran Sempit Alat Navigasi berperan penting

di alur dalam

pelayaran mendukung suatu

sempit pada kapal dalam

MV. Fortune berlayar terutama

PT. SPIL? di alur pelayaran

sempit.

5
6

B Landasan Teori

1. Definisi Pengamatan

Menurut Kamus Dewan Bahasa dan Pustaka (1989), pengamatan

bermaksud pengawasan atau penelitian. Jika dialih bahasa ke Bahasa Inggris,

istilah pengamatan bermaksud ‘perception’ atau persepsi. Buku Pengantar

Psikologi (1990) pula menyatakan bahwa pengamatan bukanlah berlaku secara

automatik. Pengamatan adalah satu proses di mana tiap-tiap keinderaan harus

diorganisasikan dan diinterpretasikan supaya membawa makna yang lebih

dalam kehidupan manusia. Penerima akan memilih rangsangan yang bermakna

bagi dirinya dengan cara memberikan tumpuan kepada rangsangan tersebut.

2. Radar

Gambar 2 . 1 Radar Scanner


7

a. Pengertian Radar

Menurut Arso Martopo, Capt, (1992 : 49) mengatakan pengertian radar

adalah salah satu alat bantu navigasi yang sangat potensial di atas kapal baik

dalam penentuan posisi maupun pendeteksi resiko bahaya tubrukan.

Memperjelas pendapat diatas Hadi Supriyono, Capt, (2001 : 14)

menerangkan tentang suatu alat pembantu navigasi elektronik yang

gunanya Untuk menentukan posisi kapal dari waktu ke waktu. Dalam

menentukan posisi kapal dengan radar dapat dilakukan dengan beberapa

cara yaitu menggunakan baringan dengan baringan, menggunakan baringan

dengan jarak dan menggunakan jarak dengan jarak. Memandu kapal

keluar–masuk pelabuhan atau perairan sempit. Pada posisi Head Up, radar

sangat efektif dan efisien untuk membantu para nakhoda atau pandu dalam

melayarkan kapalnya keluar-masuk pelabuhan, sungai atau alur pelayaran

sempit. Membantu menemukan ada atau tidaknya bahaya tubrukan. Dengan

melihat pada layar Cathoda Ray Tube (CRT) adanya pantulan atau echo

dari awan yang tebal Membantu memperkirakan hujan melewati lintasan

kapal. Dengan melihat pada layar radar (Cathoda Ray Tube) adanya

pantulan atau echo dari awan yang tebal.

Sejalan dengan pendeteksi dalam penentuan posisi maka Agus Sunardi,

(1995 : 34) mengemukakan Gelombang radio/sinyal yang dipancarkan dan

dipantulkan dari suatu benda tertentu akan ditangkap oleh radar. Dengan

menganalisa sinyal yang dipantulkan tersebut, pemantul sinyal dapat


8

ditentukan lokasinya dan kadang-kadang dapat juga ditentukan jenisnya.

Meskipun sinyal yang diterima relatif lemah/kecil, namun radio sinyal

tersebut dapat dengan mudah dideteksi dan diperkuat oleh radar.

Pengertian umum tentang radar adalah singkatan dari Radio Detector

And Ranging yang berarti suatu alat bantu navigasi yang mampu

mendeteksi (to detect) suatu obyek tertentu di luar kapal, dan menentukan

jarak antara obyek tersebut ke kapal (ranging) dengan cara memancarkan

energi electromagnetic keluar dari transmitter kemudian di pantulkan oleh

suatu obyek / target dan kemudian kembali ke pesawat radar receiver.

Oleh karena itu radar sangat bermanfaat untuk mengetahui kedudukan

kapal lain sehingga dapat membantu menghindari / mencegah terjadinya

tabrakan dilaut. Radar akan sangat berguna pada saat cuaca buruk, keadaan

berkabut, dan berlayar di malam hari terutama apabila petunjuk pelayaran

seperti lampu suar, pelampung, bukit atau bangunan visual tidak dapat

diamati.

b. Prinsip Kerja Radar

Menurut supriyono (2006 : 32) Umumnya, radar beroperasi dengan

cara menyebarkan tenaga elektromagnetik terbatas di dalam piringan

antena. Tujuannya adalah untuk menangkap sinyal dari benda yang

melintas di daerah tangkapan antena yang bersudut 20o – 40o. Ketika ada

benda yang masuk ke dalam daerah tangkapan antena tersebut, maka sinyal

dari benda tersebut akan ditangkap dan diteruskan ke pusat sistem radar
9

untuk kemudian diproses sehingga benda tersebut nantinya akan tampak

dalam layar monitor / display. Berikut merupakan tahapan kerja Gelombang

Radar.

Prinsip Cara Kerja Radar Sebagai Navigasi Elektronik yaitu Pada saat

pengiriman sinyal antena akan berputar 10 hingga 30 kali/menit dengan

memancarkan denyutan/pulsa 500 hingga 3000 kali/detik. Ketika

pemancaran, pulsa ini akan dipantulkan kembali apabila mengenai sasaran

dalam bentuk gema radio (radio echo). Pulsa yang dipantulkan ini akan

diterima kembali oleh antena dan dikirim ke unit penerima (receiver)

melalui switch pemilih pancar/terima. Pulsa ini akan di kuatkan dan akan

dideteksi dalam bentuk sinyal radio yang seterusnya dibesarkan lagi

kekuatannya pada indicator.

Menurut Ardopo supriyandi (2001 : 12) Setiap kali gelombang elektrik

dipancarkan, bintik-bintik putih akan terbentang dari pusat skrin/skop radar

dengan kecepatan konstan dan akan membuat garis sapuan. Garis sapuan

ini akan bergerak disekeliling pusat skop dan berputar searah jarum jam

dimana putarannya selaras dengan putaran antena.

Apabila sinyal video (video signal) digunakan dalam indikator, bintik

putih diatas garis sapuan ini akan diubah kedalam bentuk gambar/bayang-

bayang. Posisi gambar ini akan sejalan dengan arah gelombang elektrik

yang dipancarkan serta jarak posisi gambar ini dengan pusat skop radar
10

adalah berdasarkan jarak kapal dengan sasaran di suatu tempat. Dengan

demikian posisi penerima sinyal kapal senantiasa berada di pusat skop pada

tabung sinar katoda dan dikelilingi oleh objek/sasaran.

Pada dasarnya radar menggunakan prinsip pancaran gelombang

elektronik. Alat pemancar khusus akan memancarkan pulsa gelombang

radio pendek yang dipancarkan dalam alur sempit (narrow beam) oleh

antena berarah (directional antenna).

c. Tombol dan Kegunaan Radar:

1) Radar stand-by yaitu berfungsi untuk membuat radar dalam keadaan

stand by atau siap digunakan.

2) Aerial rotating yaitu berfungsi untuk menunjukan putaran antena dalam

posisi on.

3) North-up presentation yaitu berfungsi untuk menunjukan posisi arah

utara sesuai dengan arah kompas.

4) Head-up presentation yaitu berfungsi untuk menunjukan posisi suatu

benda dibagian depan dari arah depan kompas.

5) Heading marker aligment yaitu berfungsi untuk memuncul tampilan

garis lurus kearah utara yang dapat dipindahkan ke arah mana saja.

6) Range selector yaitu berfungsi untuk menjelaskan tempat - tempat yang

dideteksi oleh radar.

7) Short pulse (SP) yaitu dengan memutar tombol SP ke arah kanan maka

akan tampil suatu titik yaitu posisi kapal .


11

8) Long pulse (LP) yaitu dengan memutar tombol ke posisi LP maka akan

tampak dilayar daya jangkau dari radar tersebut.

9) Tuning yaitu dengan memutar tombol tuning ke kanan maka gambar

akan nampak lebih jelas.

10) Gain berfungsi untuk membuat gambar nampak lebih jelas pada layar

radar.

11) Anti cluter rain minimum (FPT) yaitu dengan memutar tombol FPT ke

tengah maka akan tampak lebih jelas gambar radar pada waktu hujan

deras.

12) Anti cluter maximum (FPT) yaitu befungsi untuk menambah lebih jelas

gambar radar pada waktu hujan deras.

13) Anti Cluter Sea Minimum dan Maximum yaitu dengan memutar tombol

STC ke tengah maka akan timbul di radar gambar atau bentuk benda

pada saat bergelombang.

14) Scale Iluminator yaitu berfungsi untuk memperjelas suatu jarak antara

kapal dengan benda.

15) Display Briliance yaitu berfungsi untuk memperjelas gambar atau

sebagai penerang.

16) Variable Range Marker yaitu berfungsi untuk mengetahui jarak dari

suatu benda .

17) Range Rings Marker yaitu berfungsi untuk memperjelas gambar dan

jarak suatu benda.


12

18) Bearing Marker yaitu berfungsi untuk menampilkan seluruh

keterangan-keterangan yang diperlukan dari suatu radar.

19) Transmiter Power Monitor yaitu berfungsi untuk mengetahui kekuatan

pulsa yang dipancarkan oleh radar secara maksiimal.

20) Transmiter / Receive Monitor yaitu berfungsi untuk mengetahui

penerimaan pulsa dari suatu monitor radar.

Gambar 2 . 2 Layout Radar

3. Alur Pelayaran Sempit

a. Pengertian Alur Pelayaran Sempit

Menurut pendapat saya Alur pelayaran sempit adalah alur dimana

keadaan perairan yang sempit dan kapal yang berlayar di daerah alur

pelayaran ini harus berlayar sedekat mungkin dengan batas luar alur

pelayaran atau air pelayaran yang terletak di sisi lambung sebelah kanannya

selama masih aman dan dapat dilaksanakan.maka arti dari alur pelayaran
13

sempit adalah jalur yang digunakan atau dilewati oleh kapal sebelum

memasuki dermaga/ pelabuhan yang ukurannya kurang untuk dilewati

banyak kapal.

b. Fungsi Alur Pelayaran Sempit

Alur pelayaran digunakan unuk mengarahkan kapal yang akan masuk ke

kolam pelabuhan. Alur pelayaran dan kolam pelabuhan harus cukup tenang

terhadap pengaruh gelombang dan arus. Perencanaan alur pelayaran dan

kolam pelabuhan ditentukan oleh kapal terbesar yang akan masuk ke

pelabuhan. Alur pelayaran ini ditandai dengan alat bantu pelayaran yang

berupa pelampung dan lampu-lampu.

Gambar 2 . 3 Alur Pelayaran Sempit


14

c. Yang perlu diperhatikan di Alur Pelayaran Sempit

1) Pemilihan Karakteristik Alur

Alur masuk ke pelabuhan biasanya sempit dan dangkal. Alur-alur

tersebut merupakan tempat terjadinya arus, terutama yang disebabkan

oleh pasang surut. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan

karakteristik alur masuk ke pelabuhan adalah sebagai berikut :

a) Keadaan trafik kapal

b) Keadaan geografi dan meteorologi di daerah alur.

c) Sifat-sifat fisik dan variasi dasar saluran

d) Fasilitas-fasilitas atau bantuan-bantuan yang diberikan pada

pelayaran

e) Karakteristik maksimal kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan.

f) Kondisi pasang surut, arus dan gelombang.

2) Traffic Control

Ada dua sistem gerakan untuk menganalisis gerakan alat transportasi,

yakni :

a) Sistem Arus Terputus

b) Sistem Arus Menerus

Gerakan kapal laut sebagai alat transportasi termasuk pada

sistem arus terputus di mana gerakan kapal laut yang melalui suatu

titik pada jalur adalah terputus-putus (Edward, 1984).


15

3) Beda-beda Pembantu Navigasi

Fungsi pemasangan alat bantu navigasi adalah dalam Radar terdiri dari

beberapa fungsi antara lain:

a) Untuk penentuan posisi kapal, sebagai contoh mercusuar, alat bantu

elektronik, Aero Light ( diperlukan untuk pengukuran arah alur

pelayaran)

b) Untuk penunjuk bahaya, sebagai contoh, pelampung, rambu laut,

suar penuntun.

c) Untuk keamanan di alur pelayaran.

Penjaga pantai mendefinisikan bantuan untuk navigasi sebagai

beberapa alat eksternal pada kapal yang bertujuan untuk membantu

navigator untuk menentukan posisi atau menentukan daerah yang

aman atau untuk menjauhi daerah berbahaya di dalam berlayar.

Buoy, lighthouses, foghorn, dan GPS merupakan alat bantu dalam

navigasi. Sistem navigasi yang digunakan adalah lateral system

dalam membantu untuk navigasi, maksud dari lateral system adalah

bantuan untuk navigasi pada selat disisi – sisi yang sempit. Ketika

memasuki selat dari laut bebas, mempertemukan warna merah

dengan bagian starboard dan bagian hijau dengan port ( bagian

kanan kapal ). Mercusuar adalah bangunan pokok yang mempunyai

skema warna khusus dan karakteristik rangkaian kilasan warna


16

untuk membedakan antara mercusuar satu dengan yang lainya pada

satu daerah yang sama. Diantaranya mempunyai signal suara yang

sama. Pada peta ditunjukan nama, warna cahaya dan karakteristik,

tinggi dan nominal range. Lampu harus mempunyai kecakupan

yang tinggi untuk melihat secara horizontal dan intensifitas yang

baik untuk dilihat dalam keadaan yang tidak memungkinkan.

Nominal range adalah jarak dimana cahaya dapat dilihat dengan

baik pada saat cuaca cerah

d. Olah Gerak Kapal Pada Saat Melayari Alur Pelayaran Sempit

Kapal berlayar sepanjang alur pelayaran sempit seperti canal, selat

maupun sungai maka kapal akan dipengaruhi oleh bermacam-macam

faktor. Diantaranya adalah 2 faktor penting yaitu pengaruh pengisapan dan

pengaruh penolakan tebing atau tepi alur terhadap bagian dari badan kapal.

Keadaan perairan merupakan faktor luar yang mempengaruhi olah

gerak kapal. Pengaruh pengisapan dan penolakan tebing seperti ini,

biasanya dituliskan pada peta laut, agar kapal lebih berhati-hati dalam

melayari alur tersebut. Sebagai contoh pengaruh seperti ini besar sekali di

Panama canal yang menghubungkan Cristobal dan Balboa.

Pengaruh pengisapan tebing : Hal ini terjadi karena adanya pengisapan

baling-baling, terutama twin screws serta tekanan air disisi badan kapal

yang tidak seimbang, yang menyebabkan permukaan air antara lebih rendah

dari sisi lain, maka buritan kapal akan terhisap ketepi alur.
17

Pengaruh penolakan tebing : Pada waktu mesin maju, permukaan air

antara haluan kapal dan tepi alur, lebih tinggi dari sisi lain, sehingga haluan

kapal ditolak menjauhi tepi alur. Gabungan dari kedua pengaruh ini, pada

kapal yang melayari alur pelayaran sempit, dapat mengakibatkan kedua

haluan kapal tersebut cenderung bergerak menuju tepi alur yang berada

disebelahnya (berlawanan).

Jika Bertemu dengan kapal lain diperairan sempit dan dangkal akan

terjadi penurunan permukaan air, disebelah luar dari kedua kapal, sehingga

bagian bawah kapal akan saling mendekati.

Gambar 2 . 4 Situasi Bertemu Pada Perairan Sempit dan Dangkal

Jika menyusul kapal lain diperairan sempit dan dangkal akan terjadi

penurunan permukaan air, diantara kedua kapal sehingga bagian atas kapal

akan saling mendekati.

Gambar 2 . 5 Situasi Menyusul Kapal Lain


18

Jika bertemu ditikungan, yang tidak cukup luas untuk berpapasan.

Gambar 2 . 6 Situasi Bertemu pada Tikungan

Penjelasan :

1) Apabila ada arus, maka kapal yang mendapat arus dari depan, memberi

jalan kepada kapal yang didorong arus.

2) Jika tidak ada arus, maka kapal yang melihat tikungan disebelah

kanannya, berjalan terlebih dahulu, yang lainnya menunggu sampai

keadaan mengijinkan.

3) Jika tidak dapat dipastikan dari mana datangnya arus, maka dianggap

kapal yang datang dari hulu adalah mengikuti arus.

e. Aturan yang tercangkup

Peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh nahkoda dalam mengambil

keputusan untuk menghindari harus sesuai dengan rule yang berlaku dalam

dunia maritim.

Peraturan-peraturan tersebut mengacu pada kondisi pelayaran dan kondisi

dimana akan terjadi bahaya serta bagaimana cara untuk mengambil


19

keputusan yang tepat sehingga antara kapal satu dengan lainnya tidak ada

salah komunikasi dan pada akhirnya dapat menghindari tubrukan.

f. Pengertian Solas

1) SOLAS adalah akronim dari Safety Of Life At Sea, merupakan konvensi

paling penting dari seluruh konvensi internasional tentang kemaritiman.

SOLAS menjadi standar keselamatan maritim yang wajib diterapkan

pada kapal niaga (merchant vessel) berukuran tertentu dan menjadi

induk bagi terbitnya berbagai standar (code) bagi kontruksi kapal,

peralatan, dan pengoperasian

2) Aturan Solas 1974 Chapter 5 : Keselamatan Navigasi

Bersifat operasional dan diaplikasikan pada semua kapal. Ini berbeda

dengan konvensi secara keseluruhan, yang hanya diaplikasikan pada

kapal-kapal yang terlibat pada pelayaran-pelayaran Internasional.

Kewajiban umum untuk negara peserta guna memastikan bahwa semua

kapal cukup diawaki dan efisien dilihat dari sudut pandangan

keselamatan. Persyaratan-persyaratan untuk pemasangan radar dan

sarana-sarana bantu navigasi lainnya.

g. Peraturan Pencegahan Tubrukan Di Laut Tahun 1972 Dengan Amandemen

1993.

Peraturan yang dipakai oleh Indonesia untuk mencegah tubrukan adalah

peraturan pencegahan di laut tahun 1972 dengan amandemen 1993.


20

Peraturan ini merupakan peraturan nasional yang harus ditaati semua kapal

yang berada di perairan Indonesia. Aturan-aturan itu adalah :

1) Aturan 5 Pengamatan

Pengamatan pada aturan 5 yaitu tentang pengamatan, dikatakan bahwa

“setiap kapal harus selalu menyelenggarakan pengamatan yang layak

baik dengan penglihatan dan pendengaran maupun dengan semua

sarana yang tersedia sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada

untuk dapat membuat penilaian yang lengkap tentang situasi dan

bahaya tubrukan”. Menurut aturan 5 yaitu tentang pengamatan,

dikatakan bahwa “setiap kapal harus selalu menyelenggarakan

pengamatan yang layak baik dengan penglihatan dan pendengaran

maupun dengan semua sarana yang tersedia sesuai dengan keadaan

dan suasana yang ada untuk dapat membuat penilaian yang lengkap

tentang situasi dan bahaya tubrukan”. Hal-hal yang harus dilakukan

pada saat mengadakan pengamatan adalah:

a) Menjaga kewaspadaan secara terus-menerus dengan penglihatan

maupun dengan pendengaran dan juga dengan alat-alat yang lain.

b) Memperhatikan sepenuhnya situasi dan resiko tubrukan, kandas dan

bahaya navigasi.
21

c) Petugas pengamat harus melaksanakan dengan baik atas tugasnya

dan tidak boleh diberikan tugas lain karena dapat mengganggu

pelaksanaan pengamatan.

d) Tugas pengamat dan pemegang kemudi harus terpisah dan tugas

kemudi tidak boleh merangkap atau dianggap merangkap tugas

pengamatan, kecuali di kapal-kapal kecil dimana pandangan ke

segala arah tidak terhalang dari tempat kemudi.

2) Aturan 6 Kecepatan Aman

Setiap kapal harus senantiasa bergerak dengan kecepatan aman sehingga

dapat mengambil tindakan yang tepat dan efektif untuk menghindari dan

dapat dihentikan dalam jarak yang sesuai dengan keadaan yang dialami.

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan.

a) untuk semua kapal

i. Tingkat penglihatan kepadatan lalu lintas termasuk pemusatan

kapal-kapal ikan atau kapal-kapal lainnya.

ii. Kemampuan olah gerak kapal khususnya yang berhubungan

dengan gerak henti dan kemampuan berputar dalam setiap

kondisi yang ada.

iii. Pada malam hari terdapat cahaya latar belakang seperti lampu-

lampu darurat atau pantulan dari lampu-lampu kapal kita.


22

Keadaan angin, laut dan arus serta adanya bahaya-bahaya

navigasi yang ada di sekitar.

iv. Syarat kapal sehubungan dengan kedalaman air yang dilalui.

b) tambahan bagi kapal-kapal yang radarnya bekerja:

i. Ciri-ciri efisiensi dengan keterbatasanketerbatasan dari pesawat

radar.

ii. Setiap keterbatasan yang timbul oleh skala jarak radar yang

dipergunakan.

iii. Gangguan pada radar akibat keadaan laut, cuaca dan sumber-

sumber gangguan lain.

iv. Kemungkinan bahwa kapal-kapal kecil, gumpalan es dan benda-

benda terapung lainnya yang tidak dapat ditangkap oleh radar

pada jarak tertentu.

v. Jumlah, posisi dan pergerakan kapal-kapal yang tertangkap oleh

radar.

vi. Lebih tepat penilaian dengan penglihatan karena banyak

kemungkinan bila radar dipergunakan untuk menentukan jarak

kapal-kapal atau benda-benda lain di dekatnya.


23

3) Aturan 7 Bahaya Tubrukan

Semua kapal harus menggunakan semua sarana yang tersedia sesuai

dengan keadaan dan suasana yang ada untuk menentukan ada tidak

adanya bahaya tubrukan , jika timbul keragu-raguan maka bahaya

demikian itu harus dianggap ada.

a) Penggunaan pesawat radar harus dilakukan dengan tepat jika

dipasang dikapal dan bekerja dengan baik termasuk penyimakan

jarak jauh untuk memperoleh peringatan dini akan adanya bahaya

tubrukan dan pelacakan posisi radar atau pengamatan sistematis

yang sepadan atas benda-benda yang terindra.

b) Praduga-praduga tidak boleh dibuat berdasarkan oleh keterangan

yang sangat kurang khususnya keterangan radar.

c) Dalam menentukan ada tidak adanya bahaya tubrukan

pertimbangan – pertimbangan berikut ini termasuk pertimbangan-

pertimbangan yang harus diperhitungkan.

i) Bahaya demikian harus dianggap ada jika baringan pedoman

kapal yang sedang mendekat tidak menunjukkan perubahan

yang berarti.
24

ii) Bahaya demikian kadang-kadang mungkin ada, walaupun

perubahan sebuah baringan yang berarti itu nyata sekali,

terutama bilamana sedang menghampiri kapal dengan jarak

yang dekat sekali.

4) Aturan 8 Tindakan Untuk Menghindari Tubrukan

a) Setiap tindakan yang diambil untuk menghindari, jika keadaan

mengizinkan harus dilaksanakan dengan tegas, dilakukan dalam

waktu yang cukup dan benar-benar memperhatikan dengan seksama

akan syarat-syarat kecakapan pelaut yang baik.

b) Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan untuk menghindari jika

keadaan mengizinkan harus cukup besar sehingga diketahui dengan

jelas oleh kapal lain yang sedang melakukan pengamatan dengan

penglihatan atau radar, sedangkan perubahan–perubahan kecil

daripada haluan dan atau kecepatan harus dihindari.

c) Jika ada ruang gerak kapal yang cukup, perubahan haluan kapal

mungkin merupakan tindakan yang paling tepat guna menghindari

situasi saling mendekati dengan ketentuan bahwa perubahan haluan

itu dilakukan dalam waktu cukup baik, tepat dan tidak

mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekat berikutnya.


25

d) Tindakan yang dilakukan untuk menghindari dengan kapal lain

harus sedemikian rupa sehingga dapat dilewati dengan jarak aman.

Ketepatan dari tindakan itu harus dikaji dengan seksama sampai

kapal yang lain itu pada akhirnya dapat dilewati dan betul-betul

bebas.

e) Jika diperlukan untuk menghindari atau untuk memberikan lebih

banyak waktu untuk menilai keadaan, kapal harus mengurangi

kecepatannya atau menghilangkan seluruh kecepatannya agar

memberhentikan atau meletakkan mesinnya pada kedudukan

mundur.

5) Aturan 9 Alur – Alur Pelayaran

a) Sebuah kapal yang sedang berlayar menyusuri alur pelayaran sempit

harus berlayar sedekat mungkin dengan batas luar alur pelayaran

atau air pelayaran yang terletak di sisi kanannya bilamana hal itu

aman dan dapat dilaksanakan.

b) Sebuah kapal yang panjangnya kurang dari 20 meter atau kapal

layar tidak boleh merintangi jalan kapal yang hanya dapat berlayar

dengan aman di dalam alur pelayaran atau air pelayaran sempit.

c) Sebuah kapal yang sedang menangkap ikan tidak boleh merintangi

jalan setiap kapal lain yang sedang berlayar di dalam alur pelayaran

atau air pelayaran sempit.


26

d) Sebuah kapal tidak boleh memotong alur pelayaran sempit jika

pemotongan demikian merintangi jalan kapal yang hanya dapat

berlayar dengan aman di dalam alur pelayaran sempit, kapal yang di

sebutkan belakangan itu boleh menggunakan isyarat bunyi yang di

tentukan dalam aturan 34 (d), jika ragu-ragu terhadap maksud kapal

yang memotong.

e) Kapal yang sedang mendekati tikungan atau daerah alur atau air

pelayaran sempit yang di tempat kapal-kapal lain dapat terhalang

oleh alingan , harus berlayar dengan kewaspadaan khusus dan

berhati-hati serta harus memperdengarkan isyarat yang sesuai

dengan yang ditentukan di dalam aturan 34 (e).

f) Setiap kapal , jika keadaan mengijinkan harus menghindari dirinya

berlabuh jangkar di dalam alur pelayaran sempit.

6) Aturan 13 Penyusulan

a) Lepas daripada segala sesuatu yang tercantum didalam aturan-

aturan bagian B seksi 1 dan 2, setiap kapal yang sedang menyusul

setiap kapal lain harus menghindari kapal lain yang sedang disusul

itu.
27

b) Kapal harus dianggap menyusul bilamana sedang mendekati kapal

lain dari arah yang lebih besar daripada 22,5 derajat di belakang arah

melintang, yakni dalam suatu kedudukan sedemikian sehingga

terhadap kapal yang sedang di susul itu pada malam hari hanya

dapat melihat lampu buritan, tetapi tidak satupun dari lampu-lampu

lambungnya.

c) Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah ia sedang

menyusul kapal lain atau tidak, kapal itu harus beranggapan bahwa

demikianlah halnya dan bertindak sesuai dengan itu.

d) Setiap perubahan baringan antara kedua kapal yang terjadi

kemudian tidak akan mengakibatkan kapal yang sedang memotong

dalam pengertian aturan-aturan ini atau membebaskannya dari

kewajiban untuk menghindari kapal yang sedang disusul itu sampai

kapal tersebut dilewati dan bebas sama sekali.

7) Aturan 14 Situasi Berhadapan

a) Bilamana dua kapal tenaga sedang bertemu dengan haluan-haluan

berlawanan atau hampir berlawanan sehingga akan mengakibatkan

bahaya tubrukan, masing-masing harus mengubah haluannya ke

kanan sehingga masing-masing akan berpapasan di lambung

kirinya.
28

b) Situasi demikian itu harus dianggap ada bilamana kapal melihat

kapal lain tepat atau hampir di depan dan pada malam hari kapal itu

dapat melihat lampu-lampu tiang kapal lain tersebut terletak segaris

atau hampir segaris atau kedua lampu lambung serta pada siang hari

kapal itu mengamati gatra (aspek) yang sesuai mengenai kapal lain

tersebut.

c) Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu akan terdapatnya situasi

demikian, kapal itu harus beranggapan bahwa situasi itu ada dan

bertindak sesuai dengannya.


29

C Kerangka Penelitian

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Implementasi pengamatan
dialur pelayaran sempit

Impelemtasi alat-alat navigasi dan aturan- aturan


yang digunakan pada alur pelayaran sempit

Sumber data yang digunakan


dalam prses penyelesaian
proposal ini

Data primer Data


sekunder

Pemahaman menggunakan alat-alat


navigasi saat berlayar dialur
pelayaran sempit

Peningkatan pengetahuan
mualim saat dinas jaga
dianjungan
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif adalah riset yang bersifat deskriptif dan cenderung

menggunakan pendekatan induktif. Proses dan makna (perspektif subyek) lebih

ditonjolkan dalam penelitian kualitatif. Sesuai dengan pengertian tersebut

peneliti menganalisis data dengan menggunakan pendekatan induktif. Selain itu

peneliti juga memperoleh data yang sesuai dengan landasan teori yang di

gunakan. Sehingga penelitian ini dapat menjadi penelitian yang benar dan tepat.

Dengan menggunakan metode ini peneliti dapat memahami dan

mengungkapkan tentang masalah yang akan diteliti, sehingga melalui metode

kualitatif ini penulis dapat melakukan interview dengan objek yang penulis

teliti. Dapat dipahami bahwa menganalisa deskriptif kualitatif adalah

memberikan prediket pada variabel yang diteliti sesuai dengan kondisi

sebenarnya (Koentjaraningrat, 1993:89) dengan tujuan untuk memperoleh

gambaran antara keserasian teori dan praktek.

Dalam menganalisis dan mendeskripsikan mengenai manfaat dan fungsi

Penggunaan Radar di alur pelayaran sempit pada pengelihatan terbatas.

Penelitian menggunakan landasan teori sebagai pemandu agar fokus penelitian

sesuai dengan fakta di lapangan. Selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk

memberikan gambaran umum tentang latar penelitian serta bahan pembahasan

hasil penelitian.

30
31

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan di atas Kapal MV. Martha Golden ketika Taruna

melaksanakan Praktek Laut ( PRALA ) Tahun 2020.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dimana data diperoleh

(Arikunto, 2006 : 123). Untuk memperoleh data sehubungan dengan masalah

yang akan penulis teliti. Perlunya sumber data yang akan memberikan

informasi diantaranya yaitu :

1. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Dosen pembimbing,

Dosen Metodologi Penelitian, dan perwira diatas kapal MV. MARTHA

GOLDEN..

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah artikel dan buku

panduan penggunaan Radar, Alur Pelayaran Sempit dan Aturan P2TL

dengan di harapkan dari sumber mengetahui manfaat penggunaan Radar di

Alur Pelayaran Sempit dalam menghindari bahaya tubrukan di laut.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk

mendapatkan data dalam suatu penelitian. Maka data yang diperoleh haruslah

mendalam, jelas dan spesifik. Selanjutnya dijelaskan oleh Sugiyono (2009:225)

cara-cara yang dapat digunakan oleh penulis untuk mengumpulkan data. Untuk
32

memperoleh data dilapangan yang sesuai dengan masalah yang akan diteliti

maka penulis menggunakan teknik sebagai berikut:

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data, diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-

catatan tertulis di lapangan. Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data

dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat

gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan

data/informasi yang tidak relevan. pengamatan yang dilakukan dengan

sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang

diselidiki untuk memperoleh data yang autentik dalam pengumpulan data

tentang pengendalian radar di alur pelayaran sempit .

2. Display Data

Display data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks

naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan

bagan.

Berdasarkan keterangan di atas, maka setiap tahap dalam proses tersebut

dilakukan untuk mendapatkan keabsahan data dengan menelaah seluruh

data yang ada dari berbagai sumber yang telah didapat dari lapangan dan

dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya melalui

metode wawancara yang didukung dengan studi dokumentasi.


33

Pengumpulan data dengan teknik dokumentasi adalah data mengenai hal-

hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip nilai, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Data yang akan

dicari dapat berupa arsip-arsip tertulis, guna mengetahui panduan sistem

kerja yang terjadi.

3. Pengumpulan Data (Data Collection)

Pengumpulan data merupakan bagian integral dari kegiatan analisis

data. Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan wawancara dan studi dokumentasi. wawancara adalah teknik

pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan yang dilakukan

seseorang saling berhadapan dan saling menerima serta memberikan

informasi. Dalam metode wawancara, data-data yang diperoleh adalah

bersumber dari seorang ahli ataupun yang berkompeten dalam suatu

masalah ataupun pihak-pihak yang bersangkutan dengan materi yang

disusun oleh penulis. Adapun dalam penulisan ini, dilakukan wawancara

dengan responden :

a. Chief Ofiicer

b. Second Officer
34

PENGGUNAAN RADAR
DIALUR PELAYARAN
SEMPIT

Chief Ofiicer: Second Ofiicer:

a. Sejauh mana Kru kapal a. Sejauh mana Kru kapal

melakukan pengamatan dengan melakukan pengamatan dengan

Radar ketika berlayar di Alur Radar ketika berlayar di Alur

Pelayaran Sempit? Pelayaran Sempit?

b. Pengamatan yang bagaimana b. Pengamatan yang bagaimana

berhubungan dengan berhubungan dengan

pengoperasian Radar di Alur pengoperasian Radar di Alur

Pelayaran Sempit yang lebih Pelayaran Sempit yang lebih

efektif untuk mencegah resiko efektif untuk mencegah resiko

tubrukan? tubrukan?
35

E. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam pengolahan data peneliti akan memahami dan menganalisis dengan

deskriptif kualitatif yang memberikan prediket pada variabel yang diteliti sesuai

dengan kondisi yang sebenarnya, hasil ini akan diperoleh dari pelaksanaan

observasi dan wawancara dianalisis dengan uraian dan penjelasan narasi.

Adapun tahap-tahap analisis data yang penulis gunakan terdiri dari:

1. Seleksi data, yaitu menyeleksi data yang sudah terkumpul, apakah sudah

terjawab masalah penelitian yang akan disajikan atau belum.

2. Klasifikasi data yaitu mengklasifikasikan data yang telah terkumpul sesuai

dengan masalah yang telah ditetapkan.

3. Menarik kesimpulan dari data yang ditulis.


DAFTAR PUSTAKA

1. Aminudin, P. (Ed.). (1990). Pengembangan Penelitian Kualitatif. Malang:


HISKI Komisariat Malang dan YA3
2. Arso Martopo, Capt, (1992 : 49) pengertian radar adalah salah satu alat
bantu navigasi yang sangat potensial di atas kapal baik dalam penentuan
posisi maupun pendeteksi resiko bahaya tubrukan.
3. Cote, S. (2005). The New Role For Simulation In MET Distance Learning.
4. Canada:Congsber Maritime Simulation, Ltd.
5. Dr. Ridwan, M.B.A, M.Pd. (1999) Proposal Penelitian.
Bandung:ALFABETA.
6. Hadi Supriyono, Capt, (2001 : 14). suatu alat pembantu navigasi elektronik
yang gunanya Untuk menentukan posisi kapal dari waktu ke waktu.
7. Hamid Patilima (1999) Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung:ALFABETA.
8. Kobayashi, H. (2008). Mariner’s Function For Safe Navigation.
Tokyo:Tokyo University of Maritime Science and Technology.
9. Kurniawati,Hesty Anita,M.Sc.. 2013. Statutory Regulations Volume II.
Surabaya.
10. Moleong,Patton,(2001:103).analisis data adalah proses mengatur urutan
data,mengorganisirnya ke dalam suatu pola,kategori dan uraian dasar.
11. POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA (2014) Peralatan
Navigasi.Surabaya:POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA.
12. POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA (2014) P2TL & Dinas Jaga.
Surabaya:POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA.
13. Prof. DR. HJ. Sedarmayanti,M.Pd (2001) Metodologi Penelitian. Mandar
Maju,Bandung.

Anda mungkin juga menyukai