Anda di halaman 1dari 56

PENGAMATAN DENGAN ALAT NAVIGASI RADAR UNTUK

MENCEGAH TERHADAP BAHAYA-BAHAYA TUBRUKAN


DI MV. GOLDEN DESTINY

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Menempuh Program Diploma III

Pada Jurusan Nautika

Disusun oleh:

GILANG RAMADAN

NIT.20343314

AKADEMI MARITIM (AKMI) SUAKA BAHARI CIREBON


TAHUN 2023

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Tugas Akhir : Pengamatan Dengan Alat Navigasi Radar Untuk

Mencegah Terhadap Bahaya-Bahaya Tubrukan di

MV. GOLDEN DESTINY

Nama Tarun : GILANG RAMADAN

Jurusan / NIT : NAUTIKA A / 20343314

Tugas Akhir dengan judul dan atas taruna tersebut di atas telah

memperoleh gelar Ahli Madya pada jurusan Nautika, Akademi Maritim Suaka

Bahari Cirebon.

DOSEN PEMBIMBING
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

(Meryanti M,Pd) (Capt.H. M. Thamrin Laomang,M.Mar)

Ditetapkan di : Cirebon

Tanggal : September 2023

Mengetahui,

Ketua Jurusan Nautika

ANUNG ADITYATJAHJA, SH., MH

i
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir : Pengamatan Dengan Alat Navigasi Radar Untuk


Mencegah Terhadap Bahaya-Bahaya Tubrukan di MV. HI 02
Nama Taruna : GILANG RAMADAN
Jurusan/ NIT : NAUTIKA A / 20343314
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya

pada jurusan Nautika, Akademi Maritim Suaka Bahasi Cirebon.

DEWAN PENGUJI
Penguji I Penguji II

(Ai Dewi Prihastuti, M.Pd) (Capt. M. Hermawan, SH, M.Mar)

Pembimbing I Pembimbing II

(Meryanti, M.Pd) (Capt. H. M. Thamrin Laomang, M.Mar)

Ditetapkan di : Cirebon
Tanggal : September 2023

Mengetahui.

Akademi Maritim Suaka Bahari Cirebon (AKMI) PUDIR I

ABDURROCHMAN, ATT II

ii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : GILANG RAMADAN

NIT : 20343314

Judul Tugas : PENGAMATAN DENGAN ALAT NAVIGASI

Akhir RADAR UNTUK MENCEGAH TERHADAP

BAHAYA- BAHAYA TUBRUKAN DI MV. HI

02

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Tugas Akhir ini adalah


betul-betul hasil karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam Tugas
Akhir ini ditunjukan dalam daftar Pustaka.

Apabila kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang saya peroleh
sesuai dengan peraturan yang berlaku di Akademi Maritim (AKMI) Suaka Bahari
Cirebon.

Demikian Surat Pernyataan saya tulis, dan bisa dipergunakan sebagaimana

mestinya

.Cirebon, September 2023

Yang Membuat Pernyataan

GILANG RAMADAN

iii
MOTTO

“SETIAP ORANG PUNYA JATAHNYA MASING – MASING UNTUK

GAGAL, HABISKAN ITU DENGAN SELALU MENCOBA ”

iv
Karya Tulis Ini Saya Persembahkan

Kepada Kedua Orang Tua Saya Yang Selalu Memberi Doa

Serta Semangat. Kedua Adik-Adik Saya Yang Selalu

Memberi Support.

Serta Sahabat-Sahabat Saya Yang Selalu Ada Saat Dalam

Kondisi apapun.

Dan Kamu Yang Selalu Mendoakan Dan Menyemangati

Saya.

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala Puji Syukur kami panjatkan atas Ke hadirat Allah

SWT, karena telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada Penulis.

Sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul

“PENGAMATAN DENGAN ALAT NAVIGASI RADAR UNTUK

MENCEGAH TERHADAP BAHAYA-BAHAYA TUBRUKAN DI MV.

GOLDEN D E S T I N Y ”. Tugas Akhir ini disusun sebagai persyaratan

kelulusan pada Program Studi Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhan

Diploma III pada Akademi Maritim (AKMI) Suaka Bahari Cirebon.

Dalam Penyusunan Tugas Akhir ini Penulis banyak mendapatkan saran,

dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak yang merupakan pengalaman

dengan tidak dapat diukur secara materi, namun dapat membukakan mata Penulis

bahwa sesungguhnya pengalaman dan pengetahuan tersebut adalah guru yang

terbaik bagi Penulis. Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan yang

dibuat, baik dengan sengaja maupun tidak disengaja. Dikarenakan keterbatasan

ilmu pengetahuan dan wawasan yang Penulis miliki. Oleh karena itu Penulis

memohon maaf atas segala kekurangan tersebut, Penulis tidak menutup diri atas

segala saran dan kritik serta masukan yang bersifat Kontruktif bagi Penulis.

Dalam kesempatan ini Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

pihak yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama Penulis

melaksanakan penyusunan Tugas Akhir ini. Rasa hormat dan terima kasih penulis

sampaikan pada :

vi
1. Bapak Asep Rahmat, SH., MM selaku Direktur Akademi Maritim (AKMI)

Suaka Bahari Cirebon.

2. Capt. H. M. Thamrin Laomang, M.Mar Selaku Dosen Pembimbing II.

3. Ibu Meryanti, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing I.

4. Segenap Dosen dan Karyawan Akademi Maritim (AKMI) Suaka Bahari

Cirebon yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

5. Capt. Yanto Rusyanto dan segenap crew yang telah membimbing penulis

selama penulis melaksanakan praktek laut (PRALA) di MV. GOLDEN

DESTINY

6. Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT. Asia Mulia Transpasifik yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan praktek

laut (PRALA) di salah satu armada kapal laut milik PT. Waruna Nusa

Sentana.

7. Kedua Orang Tua (Bapa Jaeni dan Ibu Juningsih) tercinta yang selalu

medoakan dan memberikan semangat dan dorongan, baik moril maupun

materil kepada Penulis.

8. Sahabat Saudara (Adam Wijaya) yang telah memberikan semangat serta

support kepada penulis selama penulis menjalani pendidikan di Akademi

Maritim (AKMI) Suaka Bahari Cirebon.

9. Elvira Wanda Rodhiatul Inayah yang selalu memberikan semangat kepada

penulis.

10. Segenap Rekan-rekanku Angkatan XXXIV, yang selalu memberikan

inspirasi dan dukungan dalam Penulisan Tugas Akhir ini.

vii
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir

ini, oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun Penulis

terima dengan tanga terbuka. Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya. Atas perhatian dan

kerjasamanya Penulis mengucapkan terima kasih.

Cirebon, September 2023

Penulis

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................i

LEMBAR PENGESAHAN...............................................................ii

LEMBAR PERNYATAAN..............................................................iii

MOTTO.............................................................................................iv

KATA PENGANTAR......................................................................vi

DAFTAR ISI......................................................................................

DAFTAR GAMBAR.........................................................................

BAB I..................................................................................................

PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang.....................................................1

B. Rumusan Masalah................................................3

C. Ruang Lingkup.....................................................3

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian..........................3

E. Metode Penelitian.................................................4

BAB II.................................................................................................

LANDASAN TEORI..........................................................................

A. Teori.....................................................................7

ix
B. Definisi...............................................................12

BAB III..............................................................................................

PEMBAHASAN...............................................................................

A. Objek Penelitian..........................................................................15

B. Pembahasan........................................................16

C. Pemecahan Masalah...........................................32

BAB IV.............................................................................................

PENUTUP.........................................................................................

A. Kesimpulan.........................................................37

B. Saran...................................................................39

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................

RIWAYAT HIDUP..........................................................................42

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 RADAR...............................................................................................10

Gambar 3.1 Radar Arpa...........................................................................................12

Gambar 3.2 RADAR di MV. HI 02..........................................................................14

Gambar 3.3 Radar Plotting Sheet..............................................................................16

Gambar 3.5..............................................................................................................23

Gambar 3.6..............................................................................................................23

Gambar 3.7.............................................................................................................24

Gambar 3.8..............................................................................................................28

xi
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pelayaran merupakan unsur yang sangat menentukan dalam

kelancaran transportasi laut untuk menunjang pencapaian sasaran

pembangunan internasional (Nurul, 2020). Sebagai transportasi laut,

pelayaran juga merupakan media interaksi antar Negara yang berperan

sebagai jembatan penghubung yang efektif dan efisien. Kurangnya

perhatian terhadap keselamatan pelayaran, dapat menghambat penyediaan

transportasi di seluruh wilayah maritim. Untuk kelancaran pelayaran

tersebut baru bisa dicapai apabila persyaratan keselamatan berlayar dan

pengetahuan crew kapal khususnya perwira terhadap “International

Regulation For Preventing Collision At Sea 1972” yang mempengaruhi

keselamatan pelayaran dapat dipenuhi.

Sesuai dengan aturan jaga yang telah ditetapkan di atas kapal,

semua kapal (Collision Regulation 1972 STCW 1978 as amended in 1995

Regulation II/I) wajib melaksanakan tugas jaga tersebut tanpa terkecuali

Adapun dalam pelaksanaannya perwira jaga harus yakin;

1. Semua peringatan dini secara visual yang berlangsung pada situasi yang

ada, termasuk kehadiran kapal-kapal dan tanda-tanda dari daratan.

2. Pengamatan yang terus menerus dan baringan dari kapal-kapal yang

mendekati.

3. Mengidentifikasi kapal-kapal dan lampu-lampu darat.

1
4. Mengecek haluan yang dikemudikan dan aba-aba kemudi yang

diperintahkan.

5. Pengamatan radar dan echo sounder.

6. Pengamatan perubahan cuaca terutama visibility.

Keberhasilan pelayaran sampai ditempat tujuan dengan selamat

tanpa mengalami kecelakaan dan tepat waktu sangat tergantung kepada

kemampuan dan kinerja SDM diatas kapal khususnya crew kapal yang

melaksanakan dinas jaga.

Namun kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak

dengan menggunakan mesin dorong pada kecepatan bervariasi melintas di

berbagai wilayah pelayaran dalam kurun waktu tertentu akan mengalami

berbagai permasalahan yang dapat menimbulkan kecelakaan. Kecelakaan

diatas kapal tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi di mana saja. Berbagai

penyebab terjadinya kecelakaan diatas kapal antara lain karna; (1)

kesalahan manusia (human error), (2) kerusakan permesinan kapal, (3)

faktor eksternal dan internal. Gabungan dari seluruh penyebab tersebut

pada umumnya terjadi diatas kapal yang mengakibatkan; (1) bertubrukan

(collision) dengan kapal lain, (2) kandas (grounding), (3) tenggelam akibat

cuaca buruk (bad weather), (4) terbakar (fire), (5) kerusakan mesin (black

out/breakdown) dan (6) kapal bersenggolan dengan kapal lain.

Kecelakaan di laut yang terjadi itu diperlakukan sebagai sebuah

rahasia sehingga ada beberapa alasan. Dengan alasan di atas untuk itu

perlu diperhatikan upaya pencegahan kecelakaan di atas kapal dengan

2
memperhatikan pengamatan secara berkala. Dalam melaksanakan

pengamatan yang baik dengan menjaga penglihatan dan pendengaran

maupun menggunakan alat navigasi yang berada di anjungan. Adapun

alat-alat navigasi yang berperan penting dalam melaksanakan pengamatan;

Radar. Sehubung dengan hal tersebut, maka penulis mengambil judul:

“PENGAMATAN DENGAN ALAT NAVIGASI RADAR UNTUK


MENCEGAH BAHAYA-BAHAYA TUBRUKAN DI MV. GOLDEN
DESTINY ”
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan, adapun rumusan

masalah dari hasil analisa diatas kapal sebagai berikut;

1. Bagaimana cara mengoprasikan alat navigasi radar?

2. Bagaimana peranan seorang perwira jaga untuk mencegah bahaya

tubrukan?

C. Ruang Lingkup

Batasan masalah yang dimaksudkan untuk membatasi ruang

lingkup permasalahan di atas kapal tentang peranan pengamatan dengan

menggunakan bantuan alat navigasi dengan membahas yaitu, alat navigasi

yang digunakan Radar dan untuk melakukan pengamatan dalam berdinas

jaga navigasi.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Setiap kegiatan pasti dilandasi dengan tujuan yang ingin dicapai,

baik untuk mengembangkan suatu teori atau menguji dan mengkaji ulang

teori yang ada. Demikian penelitian maksudkan untuk memperoleh

3
manfaat yang baik untuk penulis sebagai peneliti maupun pihak lain yang

kompeten dengan penelitian yang dilakukan.

1. Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut;

a. Untuk mengetahui bagaimnana pelaksanaan pengamatan yang baik

sesuai dengan aturan.

b. Untuk meningkatkan keterampilan dalam berdinas jaga navigasi

berkenaan dengan peraturan internasional 1972 aturan ke-5, yaitu

pengamatan.

2. Kegunaan penelitian ;

Bagi penulis: sebagai sarana untuk menciptakan, memahami dan

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh secara teoritis

yang akan menambah wawasan dan pengembangan pola fikir bagi

penulis pribadi.

a. Bagi perusahaan: sebagai sumbangan penting dalam meningkatkan

pengetahuan dan disiplinnya crew kapal dalam memperhatikan

keselamatan pelayaran dan menerapkan pengamatan yang

semaksimal mungkin dengan bantuan alat-alat navigasi sehingga

akan meningkatkan kualitas pengetahuan crew kapal dan akan

membawa kemajuan untuk perusahaan.

E. Metode Penelitian

1. Waktu dan Tempat Penelitian

Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang berhubungan

dengan permasalahan Tugas Akhir, penulis telah melakukan penelitian

4
yang dilaksanakan di atas kapal MV. GOLDEN DESTINY pada waktu

menjalanani praktek laut yang berlangsung terhitung dari tanggal 25

JULI 2022 hingga 25 JULI 2023

2. Metode Pengumpulan Data

Data dan informasi yang diperlukan untuk penulisan tugas akhir ini

dikumpulkan melalui:

a. Metode Lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan

dengan cara mengadakan peninjauan langsung terhadap objek yang

diteliti, data dan informasi dikumpulkan melalui observasi

(Sugiyono, 2013). Observasi dilakukan dengan pengamatan secara

langsung terhadap objek yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini

yaitu pada saat melaksanakan praktek laut di kapal MV. GOLDEN

DESTINY

b. Tinjauan Pustaka (library research), selain penelitian yang

dilaksanakan di atas kapal penulis juga melakukan penelitian dengan

cara membaca dan mempelajari buku-buku yang berhubungan

dengan masalah yang akan dibahas supaya memperoleh landasan

teori dalam membahas masalah yang diteliti.

3. Metode Analisis

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis

deskriktif (Moleong, 2002). Penelitian analisis deskriptif yang

dilakukan dengan memulai langkah mengamati objek yang diteliti dan

mencatat data-data yang menunjang selama melaksanakan praktek laut

5
di atas kapal. Kemudian menganalisa objek tersebut untuk dipaparkan

secara rinci data yang diperoleh dengan tujuan memberikan informasi

mengenai perencanaan terhadap masalah yang berhubungan dengan

materi pembahasan Tugas Akhir ini.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan dalam Tugas Akhir ini adalah penarikan

kesimpulan secara induktif, yaitu pemikiran sesuatu dari hal-hal yang

bersifat khusus akan pemahaman terhadap suatu kondisi berupa kejadia

atau masalah kemudian dibawa kedalam sebuah kesimpulan dan

pemecahan bersifat umum.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori

The International Regulation For Preventing Collision At Sea 1972

atau yang disingkat dengan Collision Regulation (COLREG) 1972

adalah suatu aturan internasional untuk mencegah terjadinya tubrukan

di laut (Biasane, 2017). Collision Regulation 1972 merupakan suatu

peraturan internasional yang berlaku di laut bebas, laut lepas

internasional, dan di perairan yang dapat dilayari oleh kapal-kapal laut

dan di perairan dimana Negara yang memiliki wilayah tersebut tidak

memiliki aturan lain. Aturan ini menjelaskan bagaimana cara

melayarkan kapal dengan aman. Menurut International Regulation

For Preventing Collision At Sea 1972 atau yang dikenal di Indonesia

adalah peraturan pencegahan tubrukan laut 1972 pengamatan atau lock

out termasuk aturan ke-5 dari aturan internasional yang berbunyi

“setiap kapal harus selalu mengadakan pengamatan yang layak

dengan penglihatan dan pendengaran maupun menggunakan semua

perlatan yang tersedia dalam keadaan- keadaan atau kondisi-kondisi

yang ada. Sehingga dapat memperhitungkan benar-benar terhadap

situasi dan bahaya tubrukan.” Menurut Manikome (1995) dengan

organisasi anjungan, perusahaan memaksudkan kerja sama dan

pembagian tanggung jawab yang ada diantara perwira deck, anjungan

dan pengamatan. Perusahaan mengharapkan semua perwira deck

7
memberikan yang terbaik melaksanakan tugas di anjungan dengan

disiplin yang tinggi.

Pengamatan harus selalu dilaksanakan terutama untuk memenuhi

aturan 5 Collusion Regulation 1972:

a. Senantiasa waspada secara visual maupun pendengaran dan

dengan secara lain terhadap setiap perubahan situasi.

b. Membuat penilaian tepat terhadap situasi dan resiko tubrukan,

kandas, dan bahaya-bahaya navigasi lainnya.

c. Mendeteksi adanya kapal-kapal dan orang di dalam keadaan

bahaya, kerangka kapal dan bahaya navigasi lainnya.

d. Petugas pengamat harus dapat sepenuhnya melaksanakan tugas

tanpa dibebani tugas-tugas lain yang dapat mengganggu

pelaksanaan tugas pengamatan.

e. Pemegang kemudi yang sedang bertugas tidak dapat ditugasi

sebagai pengamat. Kecuali untuk kapal kecil, dimana posisi

pengemudi tidak terhalang oleh bangunan kapal.

1. Komposisi tugas jaga menjamin dilaksanakan pengamatan secara

terus menerus dan cermat. Nahkoda perlu memepertimbangkan

berbagai factor dalam menyusun komposisi tugas jaga navigasi

a) Jarak tampak, keadaan laut dan cuaca.

b) Kepadatan lalu lintas dan kegiata-kegiatan yang sedang dilakukan

di perairan dimana kapal berlayar (latihan perang, pengerukan,

pemasangan kabel laut, dll)

8
c) Seberapa besar perhatian yang diperlukan jika berada di atau dekat

dengan pemisah (Separation Scheme)

d) Banyaknya pekerjaan yang harus dilakukan di anjungan berkaitan

fungsi-fungsi kapal dan olah gerak yang mungkin dilakukan segera.

e) Kebugaran (Fitness) masing masing personil yang ikut tugas jaga.

f) Pengetahuan dan kepercayaan diri secara professional dari para

perwira jaga.

g) Pengalaman masing-masing perwira dan tingkat pengenalan

terhadap setiap peralatan navigasi, prosedur yang ada serta

kemampuan olah gerak kapal.

h) Kegiatan yang dilakukan di kapal pada setiap saat, termasuk

kesibukan komunikasi radio dan kemudahan mendapatkan bantuan

tenaga untuk segera datang ke anjungan bila diperlukan.

i) Status operasional dari alat-alat anjungan termasuk alat control dan

alarm.

j) Karakteristik olah gerak kapal, termasuk karakteristik baling-baling

dan kemudi.

k) Ukuran kapal dan besarnya sudut pandang dari tempat pengamatan.

l) Pengamatan anjungan, yang mungkin mempengaruhi kemampuan

deteksi seorang pengamat terhadap perkembangan situasi yang

terjadi.

m) Setiap standar atau ketentuan dan prosedur serta petunjuk yang

berkaitan dengan pelasaksanaan dinas jaga yang telah ditetapkan

9
oleh International Maritime Organization (IMO).

Aturan ini berlaku di setiap pelayaran guna untuk keselamatan

pelayaran. Setiap yang melakukan dinas jaga navigasi, harus

melakukan pengamatan dengan baik sehingga bias mengambil

tindakan dengan tepat apabila terhadap bahaya navigasi atau bahaya

tubrukan di daerah pelayaran yang dilalui. Setiap perwira jaga dimana

pada saat pelaksanaan tugas ini diperlukan tanggung jawab yang besar

dalam hal ini, dikarnakan merupakan rutinitas perwira jaga. Maka dari

itu perwira jaga dan juru mudi jaga harus berkonsentrasi penuh saat

melaksanakan tugas jaga ini sehingga pengamatan yang baik akan

tercapai.

Dalam berdinas jaga navigasi perwira yang dibantu juru mudi jaga

mengoptimalkan penggunaan alat navigasi yang tersedia di anjungan

yang bisa membantu proses pengamatan yang baik sehingga bisa

terhindar dari bahaya.

1. Keselamatan Pelayaran

Menurut (Hendrawan, 2019) Peraturan Safety Of Life At Sea

(SOLAS) adalah peraturan yang mengatur keselamatan maritim paling

utama dengan tujuan untuk meningkatkan jaminan keselamatan

hidup di laut yang dimulai sejak 1914, mengingat, saat itu, di

mana-mana banyak terjadi kecelakaan kapal yang menelan

banyak korban jiwa. Pada tahap permulaan, dimulai dengan

fokus pada peraturan kelengkapan navigasi, kekedapan dinding

10
penyekat kapal serta peralatan berkomunikasi, kemudian

berkembang pada konstruksi dan peralatan lainnya. Keselamatan

Pelayaran didefinisikan sebagai suatu keadaan terpenuhinya

persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan di

perairan dan kepelabuhanan. Terdapat banyak penyebab kecelakaan

kapal laut, karena tidak diindahkannya keharusan tiap kendaraan yang

berada di atas kapal untuk diikat (lashing), hingga pada persoalan

penempatan barang yang tidak memperhitungkan titik berat kapal dan

gaya lengan stabil. Dengan demikian penyebab kecelakaan sebuah

kapal tidak dapat disebutkan secara pasti, melainkan perlu dilakukan

pengkajian.

Ada beberapa penyebab terjadinya kecelakaan pelayaran yang

mendasar sebagai berikut, yaitu :

a. Faktor Manusia

Faktor Manusia merupakan faktor yang paling besar

menyumbang terjadinya kecelakaan pelayaran di karenakan

kurang mampunya awak kapal dalam mengambil tindakan atau

keputusan-keputusan yang tegas dan tepat untuk menghindari

atau mencegah terjadinya kecelakaan pelayaran.

b. Faktor Alam

Faktor cuaca buruk merupakan permasalahan yang

seringkali dianggap sebagai penyebab utama dalam kecelakaan

11
laut. Permasalahan yang biasanya dialami adalah badai,

gelombang yang tinggi yang dipengaruhi oleh musim atau badai,

arus yang besar, kabut yang mengakibatkan jarak pandang yang

terbatas.

c. Faktor Teknis

Faktor teknis biasanya terkait dengan kekurang cermatan di

dalam desain kapal, penelantaran perawatan kapal sehingga

mengakibatkan merusakan kapal atau bagian-bagian kapal yang

menyebabkan kapal mengalami kecelakaan.

B. Definisi

Alat-alat navigasi yang digunakan untuk membantu dalam

pengamatan antara lain sebagai berikut:

1. Radar
a. Pengertian Radar

Radar singkatan dari “Radio Detection and Ranging”

adalah peralatan navigasi elektronik terpenting dalam pelayaran

(Lufftaratama, 2019). Pada dasarnya radar berfungsi untuk

mendeteksi dan mengukur jarak suatu objek di sekeliling kapal. Di

samping dapat memberikan petunjuk adanya kapal, pelampung,

pantai dan objek lain di sekeliling kapal, alat ini juga dapat

memberikan baringan dan jarak antara kapal dan objek-objek

tersebut. Oleh karena itu radar sangat bermanfaat untuk

mengetahui posisi kapal lain atau benda- benda yang berada di

sekitar pelayaran kapal sehingga dapat membantu menghindari

12
atau mencegah terjadinya tubrukan di laut. Radar akan sangat

berguna pada saat cuaca buruk, keadaan berkabut dan berlayar di

malam hari terutama apabila petunjuk pelayaran seperti lampu suar,

pelampugn petunjuk, bukit atau bangunan visual tidak dapat

diamati. Pada dasarnya radar menggunakan prinsip pancaran

gelombang elektronik. Alat pemancar khusus akan memancarkan

pulsa gelombang radio pendek yang dipancarkan dalam alur

sempit (Narrow Channel) oleh antenna berarah(Directional

antena).

11. a. Fungsi Radar (Radio Detection And Ranging)


Berdasarkan kegunaan radar di atas kapal, radar memiliki

beberapa fungsi sebagai berikut, yaitu :

1. Radar digunakan unruk mendeteksi benda-benda yang ada di

sekitar kapal.

2. Radar digunakan untuk membaring sebuah benda yang ada di

sekitar kapal.

3. Radar digunakan untuk mengukur jarak suatu benda, misal

antara kapal ke kapal.

4. Radar digunakan untuk menentukan posisi kapal.

5. Membantu menentukan ada tidaknya resiko tubrukan dengan

kapal lain.

6. Penentuan posisi kapal (position fixing).

7. Membantu menentukan ada dan tidaknya resiko tubrukan

dengan kapal lain.

13
8. Memandu kapal keluar masuk pelabuhan atau perairan sempit

(Pilloting).

Gambar 2.1 RADAR

14
BAB III

PEMBAHASAN
A. Objek Penelitian

Kapal MV. GOLDEN DESTINY milik PT. WARUNA NUSA

SENTANA berbendera Indonesia seluruh awak kapal MV. GOLDEN

DESTINY berjumlah 25 orang, semuanya berasal dari Indonesia.

Dengan data-data sebagai berikut:

Nama Kapal : MV. GOLDEN DESTINY

Call Sign : YBNS2

Build : IMABARI & SHIPBUILDING - LTD,

JAPAN

IMO number 9252046

Owner : PT. Asia Mulia Transpasifik

Flag : R. Indonesia

Classification : BIRO KLASIFIKASI INDONESIA (BKI)

Registration Place : BELAWAN

Main Engine : MAKITA MITSUI B&W 6S42MC Build Of

Year 2000

Type : BULK CARRIER

D.W.T : 28, 389 MT

Weight Size : GT 17.935

Ship Length : m

Ship Breadth : 27,20 M

15
Depth Ship : 13,60 M

Speed : 10.5 KNOT

Navigation : RADAR, ECDIS, GYRO COMPAS,

ECHO SOUNDER, AIS, VDR, GPS, DLL

B. Pembahasan

a. Radar dan Arpa

Sesuai dengan perkembangan teknologi dunia maritim, dan dirasa

begitu pentingnya radar sebagai alat bantu navigasi beberapa kali

IMO(International Maritime Organization) membuat resolusi tentang

penggunaan Radar di kapal. Mulai dari persyaratan radar, jenis radar,

minimal jumlah radar yang harus ada di kapal, pelatihan bagi operator

radar sampai dengan sertiifikasi bagi operator radar di kapal. Dari

ilustrasi tersebut dapat kita ketahui bahwa memang tersedianya radar

di kapal merupakan hal yang sangat penting, serta diatur juga dalam

Collusion Regulation 1972 aturan 7 (b) mengenai penggunaannya.

Radar dan arpa di kapal penulis mengadakan penelitian sudah menjadi

satu perangkat sehingga lebih memudahkan dalam pengamatan guna

mengetahui kondisi target.

16
Gambar 3.1 Radar Arpa

b. Prinsip Kerja Radar

Radar memiliki prinsip kerja adalah sebagai berikut :

i. Pancaran pendek dari energi radio dipancarkan secara terarah dari

antenna yang berputar memantau daerah sekeliling kapal.

ii. Setiap benda yang mengenai pancaran akan menentukan energi

kembali ke antenna.

iii. Energi pantulan yang kembali ke antenna diperkuat oleh penerima

dan memperjelas bayangan objek. Pulsa yang dipancarkan dan

dipantulkan menempuh garis lurus pada kecepatan yang sama,

sebagai baringan dan jarak dari objek yang ditentukan. Pesawat

radar yang digunakan untuk navigasi dilaut bekerja antara

frekwensi antara 3 Ghz sampai dengan 10 Ghz. Bagian radar yang

17
disebut transmiter (pesawat pemancar) memancarkan pulsa-pulsa

pendek melalui scanner yang berputar melingkar 360º secara

mendatar. Pulsa-pulsa tersebut apabila mengenai suatu target

dengan kekerasan dan besaran massa tertentu akan dipantulkan

kembali ke scanner dan akan diteruskan ke receiver (pesawat

penerima). Gema pantulan tersebut diperkuat dan secara elektronik

akan digambarkan pada layar radar yang bentuknya sama dengan

obyek yang terkena pancaran pulsa radar tersebut dalam bentuk

echo atau bayangan. Dari tampilan pada layar radar atau display

unit tersebut maka dapat di ketahui jarak dan bentuk obyek

target.Umumnya, radar beroperasi dengan cara menyebarkan

tenaga elektromagnetik terbatas di dalam piringan antena.

Tujuannya adalah untuk menangkap sinyal dari benda yang

melintas di daerah tangkapan antena yang bersudut 20o – 40o.

Ketika ada benda yang masuk ke dalam daerah tangkapan antena

tersebut, maka sinyal dari benda tersebut akan ditangkap dan

diteruskan ke pusat sistem radar untuk kemudian diproses sehingga

benda tersebut nantinya akan tampak dalam layar monitor / display.

c. Radar (Radio Detection And Ranging) JRC Type JMA-9922-6XA pada

MV. GOLDEN DESTINY

18
Gambar 3.2 RADAR di MV. GOLDEN DESTINY

MV. GOLDEN DESTINY memiliki Radar (Radio Detection And

Ranging) JRC Type JMA- 9922-6XA yang memiliki Tombol-tombol

sebagai berikut, yaitu :

A. POWER yaitu berfungsi untuk menghidupkan dan

mematikan radar.

B. Gain berfungsi untuk membuat gambar nampak lebih jelas

pada layar radar.

C. STBY – TX yaitu berfungsi untuk membuat radar dalam

keadaan stand by atau siap digunakan.

D. Anti - Clutter SEA (A/C SEA) yaitu berfungsi untuk

menyesuaikan riak gelombang air laut.

E. Mode yaitu berfungsi untuk merubah display Radar dari

North - uppresentation ke Head - up presentation atau

sebaliknya.

F. Anti - Clutter RAIN (A/C RAIN) yaitu berfungsi untuk

menyesuaikan rintik-rintik air hujan.

G. Menu yaitu berfungsi sebagai pengaturan Radar.

H. Range yaitu berfungsi untuk memperbesar dan memperkecil

19
jarak tampak atau tangkap yang dideteksi oleh radar.

I. Display Briliance atau Brill yaitu berfungsi untuk

memperjelas gambar atau sebagai penerang.

J. Rings yaitu nyalakan atau matikan range range dan sesuaikan

kecemerlangannya.

K. Zoom yaitu ukuran ganda area antara kapal Anda dan lokasi

yang dipilih oleh kursor.

L. Off Center yaitu menggeser posisi kapal Anda ke lokasi

kursor.

M. Echo Trail yaitu menunjukkan pergerakan target dalam

cahaya sisa

N. Guard Alarm yaitu berfungsi untuk memberikan setting

bunyi tanda bahaya pada jarak tertentu.

O. Mode yaitu berfungsi untuk merubah display Radar dari

North - uppresentation ke Head - up presentation atau

sebaliknya.

P. EBL Offset yaitu Ukur rentang dan bantalan antara dua

target, prediksi arah tumbukan.

Q. Electronic Bearing Lines (EBL) yaitu berfungsi untuk

membaring sebuah obyek dalam suatu radar. (EBL 1).

R. Variable Range Marker (VRM) yaitu berfungsi untuk

mengetahui jarak dari suatu benda. (VRM 1).

S. Electronic Bearing Lines (EBL) yaitu berfungsi untuk

20
membaring sebuah obyek dalam suatu radar. (EBL 2).

T. Variable Range Marker (VRM) yaitu berfungsi untuk

mengetahui jarak dari suatu benda. (VRM 2).

U. Mode yaitu berfungsi untuk merubah display Radar dari

North - up presentation ke Head - up presentation atau

sebaliknya.

V. Menu yaitu berfungsi sebagai pengaturan Radar.

W. Trackball yaitu berfungsi sebagai untuk mengarahkan

cursor display radar.

4. RADAR PLOTTING

Radar Plotting adalah seni dari cara memperoleh semua

yang dibutuhkan dalam menghindari pelanggaran dari

informasi navigasi terhadap dua atau lebih pengamatan dari

suatu target pada layar PPI Radar. Dimana meliputi bentuk

segitiga kecepatan relative dan suatu yang layak dimengerti dan

sangat mudah mengerjakannya.Sebagai dasar, Plotting

dibedakan dalam dua cara, yaitu Relatif Plot (relative) dan

True Plot (sejati) yang mempunyai prinsip dasar sama. Relative

adalah gerakan target pada tabir merupakan gerakan relative

terhadap kapal sendiri. Sejati adalah gerakan target pada tabir

merupakan gerakan sejati terhadap kapal sendiri. Kertas

Maneuvering Bard HO. 2665 – 20 (Maneuvering Board

diameter 20 inchi) juga dapat dipakai untuk maksud yang sama.

21
Pada umumnya Radar Plotting Sheet HO 4665 – 10 – (10 inchi)

atau HO.4665 – 15 (15 inchi) adalah diciptakan khusus untuk

mengeplot radar

Observasi secara cepat dan mudah. Bentuk maneuvering Board

dan Radar Plotting Sheet yang kita sebutkan ini, dan kami

lampirkan dihalaman berikut adalah diterbitkan oleh U.S Navy

Hydrographic Office. Radar Ploting Sheet tidak dapat

digunakan untuk mengambil satu kesimpulan untuk taktik

maneuver atau olah gerak kapal perang; untuk maksud terakhir

ini digunakanlah Maneuvering Board.

Gambar 3.3 Radar Plotting Sheet

Radar Plotting Sheet ada dua ukuran, seperti disebutkan

diatas dan juga mempunyai dua warna, hijau dan hitam.

Perbedaannya hanya pada skala logaritma yang tertera di bawah,

hal ini juga didapati pada Maneuvering Board. Pada masa kini

telah dibuat (dicipta) lebih banyak macam dan ragamnya plotting

sheet. Maneuvering Board, sesuai dengan kemajuan jaman. Closed

22
Point Approach atau yang biasanya disingkat dengan CPA

merupakan titik dimana kedua kapal saling bertemu atau jarak

aman kapal mengetahui ada tidaknya bahaya tubrukan. Serta Time

Closed Point Approach atau yang biasanya disingkat dengan TCPA

merupakan waktu pertemuan antara kedua kapal pada titik tersebut.

CPA dan TCPA berguna mengetahui jarak serta waktu kedua kapal

bertemu sehingga CPA dan TCPA berperan penting untuk

mengalisa ada tidaknya bahaya tubrukan serta memperhitungkan

cara selanjutnya yang akan diambil perwira atau mualim jaga.

Dijaman sekarang untuk mencari nilai daripada CPA dan TCPA itu

sangat lah mudah, karena bisa kita dapat di alat navigasi elektronik

yaitu AIS atau yang biasa disingkat Automatic Identification

System yang memuat informasi-informasi kapal target. Namun

tidak semua kapal memiliki AIS.

Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL) yang

digunakan Peraturan Pencegahan Tubrukan di Laut (P2TL)

yang di gunakan, ada beberapa aturan yang dibuat acuhan atau

patokan dalam menghindari bahaya tubrukan, yaitu :

Aturan 2 tanggung jawab


Tidak ada suatu apapun dalam aturan-aturan ini akan

membebaskan tiap kapal atau pemiliknya, nahkoda atau awak

kapalnya, atas akibat- akibat setiap kelalaian untuk memenuhi

aturan-aturan ini atau kelalaian terhadap setiap tindakan

berjaga-jaga yang dipandang perlu menurut kebiasaan pelaut

23
atau terhadap keadaan-keadaan khusus dimana kapal itu

berada.

Dalam menafsirkan dan memenuhi aturan-aturan ini, harus

benar- benar memperhatikan semua bahaya navigasi dan

bahaya tubrukan serta setiap keadaan khusus termasuk

keterbatasan-keterbatasan dari kapal-kapal yang terlibat, yang

dapat memaksa menyimpang dari aturan-aturan ini untuk

menghindari bahaya mendadak.

Berdasarkan aturan diatas memiliki keterkaitannya dalam

permasalahan yang dibahas adalah bahwasannya seorang

mualim harus bertanggung jawab penuh atas kapal, barang dan

keselamatan awak kapal dengan cara selalu berkonsetrasi

penuh dalam bernavigasi di laut lepas atau alur pelayaran serta

tidak boleh mengabaikan segala bentuk bahaya navigasi.

Aturan 5 pengamatan

Tiap kapal harus senantiasa melakukan pengamatan

yang layak, baik dengan penglihatan dan pendengaran

maupun dengan semua sarana tersedia yang sesuai dengan

keadaan dan suasana yang ada sehingga dapat membuat

penilaian sepenuhnya terhadap situasi dan bahaya tubrukan.

Berdasarkan aturan diatas memiliki keterkaitannya dalam

permasalahan yang dibahas adalah bahwasannya seorang

mualim harus berkonsentrasi penuh dalam melakukan

24
pengamatan keliling secara visual langsung maupun

menggunakan alat navigasi elektronik seperti contohnya

pengamatan menggunakan radar setiap saat pada jam

jaganya.

Aturan 7 bahaya tubrukan

Semua kapal harus menggunakan semua sarana

yang tersedia sesuai dengan keadaan dan suasana yang ada

untuk menentukan ada atau tidak adanya bahaya tubrukan,

jika timbul keragu-raguan maka bahaya demikian itu harus

dianggap ada.Penggunaan pesawat radar harus dilakukan

dengan tepat jika dipasang dikapal dan bekerja dengan baik

termasuk penyimakan jarak jauh untuk memperoleh

peringatan dini akan adanya bahaya tubrukan dan pelacakan

posisi radar atau pengamatan sistematis yang sepadan atas

benda-benda yang terinda.Praduga- praduga tidak boleh

dibuat berdasarkan oleh keterangan yang sangat kurang

khususnya keterangan radar. Dalam menentukan ada tidak

adanya bahaya tubrukan pertimbangan-pertimbangan

berikut ini dan yang termasuk pertimbangan-pertimbangan

yang harus diperhitungkan.

Bahaya demikian harus dianggap ada jika baringan

pedoman kapal yang sedang mendekat tidak menunjukkan

perubahan yang berarti. Bahaya demikian kadang-kadang

25
mungkin ada,walaupun perubahan sebuah baringan yang

berarti itu nyata sekali, terutama bilamana sedang

menghampiri kapal dengan jarak yang dekat sekali.

Berdasarkan aturan diatas memiliki keterkaitannya dalam

permasalahan yang dibahas adalah bahwasannya resiko

tubrukan harus diperkirakan dalam waktu yang baik oleh

semua kapal serta memperhatikan jarak aman antar kapal.

Aturan 8 tindakan untuk menghindari tubrukan

Setiap tindakan yang dilakukan untuk menghindari

tubrukan jika keadaan mengijinkan harus tegas, dilakukan

dalam waktu yang cukup lapang dan benar-benar

memperhatikan syarat-syarat kepelautan yang baik.

Setiap perubahan haluan dan atau kecepatan untuk

menghindari tubrukan jika keadaan mengijinkan harus

cukup besar sehingga segera menjadi jelas bagi kapal lain

yang sedang mengamati dengan penglihatan atau dengan

radar, serangkaian perubahan kecil dari haluan dan atau

kecepatan hendaknya dihindari. Jika ada ruang gerak yang

cukup perubahan haluan saja mungkin merupakan tindakan

yang paling berhasil guna untuk menghindari situasi saling

mendekat terlalu rapat, dengan ketentuan bahwa perubahan

itu dilakukan dalam waktu cukup dini, bersungguh-sungguh

dan tidak mengakibatkan terjadinya situasi saling mendekat

26
terlalu rapat. Tindakan yang dilakukan untuk menghindari

tubrukan dengan kapal lain harus sedemikian rupa sehingga

menghasilkan pelewatan dengan jarak aman. Hasil guna

tindakan itu harus dikaji secara seksama sampai kapal yang

lain itu pada akhirnya terlewati dan bebas sama sekali. Jika

diperlukan untuk menghindari tubrukan atau untuk

memberikan waktu yang lebih banyak untuk menilai

keadaan, kapal harus mengurangi kecepatannya atau

menghilangkan kecepatannya sama sekali dengan

memberhentikan atau menjalankan mundur sarana

penggeraknya .Kapal yang oleh aturan ini diwajibkan tidak

boleh merintangi jalan atau jalan aman kapal lainnya,

bilamana diwajibkan oleh suatu keadaan harus mengambil

tindakan sedini mungkin untuk memberikan ruang gerak

yang cukup bagi jalan kapal orang lainnya. Kapal yang

diwajibkan untuk tidak merintangi jalannya atau jalan aman

kapal lain tidak dibebaskan dari kewajiban ini jika

mendekati kapal lain mengakibatkan bahaya tubrukan, dan

bilamana akan mengambil tindakan harus memperhatikan

tindakan yang diwajibkan oleh aturan-aturan dalam bagian

ini. Kapal yang jalannya tidak boleh dirintangi tetap wajib

sepenuhnya untuk melaksanakan aturan-aturan dibagian ini

bilamana kedua kapal itu sedang berdekatan satu dengan

27
lainnya yang mengakibatkan bahaya tubrukan.

Berdasarkan aturan diatas memiliki keterkaitannya

dalam permasalahan yang dibahas adalah bahwasannya

untuk menghindari bahaya tubrukan harus dilakukan

tindakan yang pasti, tegas dan tanpa keragu-raguan. Pada

permasalahan ini kita harus memperhatikan setiap obyek

secara visual maupun menggunakan radar ada tidaknya

kemungkinan tubrukan dengan cara menghitung CPA

(Closed Point Approach) dan TCPA (Time Closed Point

Approach).

Aturan 13 Penyusulan

Lepas daripada segala sesuatu yang tercantum

didalam aturan-aturan bagian B seksi 1 dan 2, setiap kapal

yang sedang menyusul setiap kapal lain harus menghindari

kapal lain yang sedang disusul itu. Kapal harus dianggap

menyusul bilamana sedang mendekati kapal lain dari arah

yang lebih besar daripada 22,5 0 di belakang arah

melintang, yakni dalam suatu kedudukan sedemikian

sehingga terhadap kapal yang sedang di susul itu pada

malam hari hanya dapat melihat lampu buritan, tetapi tidak

satupun dari lampu-lampu lambungnya.

Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu apakah ia

sedang menyusul kapal lain atau tidak, kapal itu harus

28
beranggapan bahwa demikianlah halnya dan bertindak

sesuai dengan itu. Setiap perubahan baringan antara kedua

kapal yang terjadi kemudian tidak akan mengakibatkan

kapal yang sedang memotong dalam pengertian aturan-

aturan ini atau membebaskannya dari kewajiban untuk

menghindari kapal yang sedang disusul itu sampai kapal

tersebut dilewati dan bebas sama sekali. Berdasarkan aturan

diatas memiliki keterkaitannya dalam permasalahan yang

dibahas adalah bahwasannya dikatakan kapal dalam situasi

menyusul jika arah yang lebih besar dari pada 22,50 di

belakang arah melintang.

Gambar 3.5

Aturan 14 Situasi berhadap – hadapan

Bilamana dua kapal tenaga sedang bertemu dengan

haluan-haluan berlawanan atau hampir berlawanan

sehingga akan mengakibatkan bahaya tubrukan, masing-

29
masing harus mengubah haluannya ke kanan sehingga

masing-masing akan berpapasan di lambung kirinya.

Situasi demikian itu harus dianggap ada bilamana kapal

melihat kapal lain tepat atau hampir di depan dan pada

malam hari kapal itu dapat melihat lampu- lampu tiang

kapal lain tersebut terletak segaris atau hampir segaris atau

kedua lampu lambung serta pada siang hari kapal itu

mengamati gatra (aspek) yang sesuai mengenai kapal lain

tersebut. Bilamana kapal dalam keadaan ragu-ragu akan

terdapatnya situasi demikian, kapal itu harus beranggapan

bahwa situasi itu ada dan bertindak sesuai dengannya.

Berdasarkan aturan diatas memiliki keterkaitannya

dalam permasalahan yang dibahas adalah bahwasannya

dikatakan kapal dalam situasi berhadapan jika haluan-

haluan kapal berlawanan atau hampir berlawanan.

Gambar 3.6

Aturan 15 Situasi bersilangan

Bilamana dua kapal tenaga sedang berlayar dengan

30
haluan saling memotong sedemikian rupa sehingga

mengakibatkan bahaya tubrukan, kapal yang mendapati

kapal lain disisi kanannya harus menghindari, dan jika

keadaan mengijinkan, harus menghindarkan dirinya

memotong di depan kapal lain itu. Berdasarkan aturan di

atas memiliki keterkaitannya dalam permasalahan yang

dibahas adalah bahwasannya dikatakan kapal dalam situasi

bersilangan jika haluan-haluan kapal berlayar dengan

haluan saling memotong.

Gambar 3.7

Aturan 16 Tindakan Kapal Yang Menghindar

Setiap kapal yang diwajibkan menghindari kapal

lain, sedapat mungkin melakukan tindakan secara dini tegas

untuk tetap bebas sama sekali. Berdasarkan aturan di atas

memiliki keterkaitannya dalam permasalahan yang dibahas

adalah bahwasannya setiap kapal memiliki kewajiban untuk

31
menghindari kapal lainnya secara tegas untuk mencegah

bahaya tubrukan.

Aturan 23 Kapal Tenaga Yang sedang Berlayar

Kapal tenaga yang sedang berlayar pada malam hari

harus menampakakn atau menyalakan lampu-lampu

penerangan navigasi, yaitu :

a. Lampu tiang depan.

b. Lampu tiang kedua, dibelakang dan lebih tinggi dari

pada lampu tiang depan, kecuali kapal yang panjangnya

kurang dari 50 meter tidak wajib memperlihatkan lampu

demikian, tetapi boleh memperlihatkannya.

c. Lampu-lampu lambung.

d. Lampu buritan.

Berdasarkan aturan diatas memiliki keterkaitannya dalam

permasalahan yang dibahas adalah bahwasannya setiap kapal

tenaga yang berlayar harus memperlihatkan lampu-lampu

navigasi pada malam hari.

C. Pemecahan Masalah

a. Bagaimana cara mengoprasikan alat navigasi radar?

Berdasarkan dari prosedur baku penggunaan radar belum

dilaksanakan dengan benar oleh setiap perwira deck diatas kapal MV

HI 02. Seperti yang telah diketahui dari standar baku pengoperasian

radar yang diambil dari Manual Book. Radar atau Radio Detecting

32
and Ranging adalah sebuah alat bantu navigasi yang memiliki banyak

manfaat baik dalam penentuan posisi maupun pendeteksi sejak dini

tentang resiko bahaya tubrukan. Oleh karena itu radar sangat lah

bermanfaat untuk mengetahui kedudukan kapal target sehingga dapat

membantu menghindari bahaya tubrukan kapal di laut.

Adapun prosedur menghidupkan radar sesuai Manual Book di MV.

GOLDEN DESTINY adalah sebagai berikut :

i. Tekan tombol Power dan tunggu hingga posisi radar dalam kondisi

standby (± 3 menit).

ii. Kemudian dalam posisi radar standby yang tertera dalam display

radar tekan tombol STBY – TX.

iii. Atur switch range pada penunjukan jarak jangkuan yang

dikehendaki.

iv. Atur tombol pengatur pengatur GAIN sehingga target tampak jelas.

Bila perlu, atur tombol pengatur untuk ANTI CLUTTER SEA dan

ANTI CLUTTER RAIN. Dengan cara memutar searah jarum jam

atau berlawanan arah jarum hingga di temukan kualitas tampilan di

display radar yang diinginkan.

v. Atur tombol switch pengaturan lainnya yang sesuai dengan

keperluan, seperti VRM untuk mengukur jarak, EBL untuk melihat

baringan target ataupun Guard Alarm untuk penanda jarak bahaya

yang dikehendaki anda. Adapun prosedur mematikan radar sesuai

Manual Book di MV. GOLDEN DESTINY adalah sebagai

33
berikut :

1. Putar semua tombol (terutama yang ada kaitannya dengan

Intensity listrik) pada posisi minimum.

2. Posisikan range radar 6 Nm.

3. Tekan tombol STBY – TX dan Power secara bersamaan.

b. Bagaimana Peranan Seorang Perwira jaga untuk mencegah bahaya

tubrukan?

Semestinya dalam melaksanakan tugas dinas jaga, mualim jaga

harus melakukan pengamatan keliling yang cermat, baik dengan

pengelihatan dan pendengaran maupun dengan semua sarana yang

tersedia sesuai dengan keadaan dan suasana sebagaimana lazimnya,

sehingga dapat membuat penilaian yang layak terhadap situasi dan

bahaya tubrukan, sebagaimana yang tertuang dalam STCW Code

mengenai asas pokok tentang dinas jaganya yaitu salah satu asas yang

perlu diperhatikan adalah pengamatan keliling sesuai dengan aturan 5

P2TL tahun 1972. Hal ini berhubungan dengan yang tertuang dari

STCW seksi A chapter VIII / A yaitu kewajiban mualim jaga dalam

melaksanakan dinas jaga laut antara lain sebagai berikut:

i. Dilarang meninggalkan bridge selama dinas jaga dan sebelum serah

terima jaga.

ii. Melaksanakan tugas dinas jaga jikapun Nakhoda berada di bridge,

kecuali nakhoda mengambil ahli kontrol kemudi.

iii. Senantiasa memeriksa posisi, haluan yang dikemudikan dan

34
kecepatan kapal.

iv. Menggunakan dan mengerti cara pengoperasian seluruh alat-alat

bantua navigasi.

v. Mengetahui karakteristik kapal.

vi. Memperhatikan dan menjalankan Master Night Order.

vii. Memeriksa kesalahan kompas.

viii. Lampu navigasi selalu berfungsi dengan baik.

ix. Memeriksa secara berkala antara kemudi automatic dan kemudi

manual.

x. Jika terdapat keragu-raguan hubungi nakhoda.

Dalam hal tindakan mencegah bahaya tubrukan yang telah di atur

dalam aturan 8 P2TL tahun 1972 selaras dengan aturan perusahaan yang sudah

terlampir di Master Standing Order yang dibuat dan diatur oleh PT.Samudera

Timur Mas tentang nilai CPA dan TCPA yang aman untuk dapat mencegah

terjadinya bahaya tubrukan.Berdasarkan penyajian data, radar berfungsi untuk

mendeteksi serta mengukur jarak suatu obyek yang ada pada sekeliling kapal

dalam jarak tertentu tergantung dari jarak tangkap radar itu sendiri. Oleh karena

itu radar sangatlah bermanfaat untuk mengetahui fix position kapal sehingga dapat

ditentukan ada tidaknya bahaya tubrukan dengan kapal target. Pengoptimalisasian

penggunaan radar oleh perwira jaga (crew) di atas kapal sangatlah penting agar

pelayaran kapal dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lainnya berjalan dengan aman

dan terhindar dari bahaya yang tidak diinginkan. Dalam pengoptimalisasian radar

di atas kapal ini tidak terlepas dari hambatan-hambatan misalnya kondisi cuaca

35
dan kurang ketelitian. Kurang ketelitian ini dapat diatasi dengan solidnya

kerjasama dan fungsi kontrol mualim dalam tugas jaga navigasi sehingga proses

pelayaran berjalan dengan aman dan lancar.

Ada 6 langkah utama, prosedur-prosedur tentang cara menganalisis

display Radar pada Radar Plotting Sheet untuk mengetahui nilai dari

pada CPA (Closed Point Approach) dan TCPA (Time Closed Point

Approach) guna menghindari bahaya tubrukan. Dengan menentukan

apakah terdapat bahaya tubrukan, maka di adakan pertimbangan yang

harus diperhitungkan.

Gambar 3.8

36
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pengamatan penulis selama melaksanakan

masa praktek laut di MV. GOLDEN DESTINY selama 11 bulan 28 hari

penulis dapat menarik dan mengemukakan kesimpulan berdasarkan data

– data yang penulis temukan selama penulis melaksanakan penelitian

diatas kapal dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Cara menganalisis penggunaan Radar sebagai Alat bantu Navigasi di

MV. GOLDEN DESTINY adalah analisanya pada peta laut yang di

gunakan untuk menentukan posisi kapal, untuk mendeteksi benda –

benda disekitar kapal serta digunakan membaring sebuah benda, untuk

mengukur jarak suatu benda, untuk membantu menganalisa atau

menentukan ada tidaknya resiko bahaya tubrukan dengan kapal lain,

untuk kegiatan keluar masuk pelabuhan atau alur pelayaran, untuk

navigasi pada saat cuaca buruk maupun pada tampak pandangan

terbatas seperti hujan lebat maupun kabut dan untuk kegiatan berlabuh

jangkar. Namun Penulis juga mendapatkan data bahwasannya radar

harus digunakan sesuai prosedur yang ada berdasarkan manual book.

Berdasarkan informasi dari Mualim II bahwa kualitas sumber daya

manusia di Indonesia kurang memperhatikan hal itu karena

beranggapan sudah pengalaman dan mengoperasikan radar tanpa

melihat terlebih dahulu manual book yang ada.

2. Cara mengoptimalisasikan penggunaan Radar dengan metode Plotting

37
secara manual guna menghindari bahaya tubrukan yaitu dengan

mencari nilai dari pada CPA (Closed Point Approach) dan TCPA

(Time Closed Point Approach). Ada 6 langkah utama, prosedur –

prosedur tentang cara menganalisis display Radar pada Radar Plotting

Sheet untuk mengetahui nilai dari pada CPA (Closed Point Approach)

dan TCPA (Time Closed Point Approach) guna menghindari bahaya

tubrukan. Dengan menentukan apakah terdapat bahaya tubrukan,

maka di adakan pertimbangan yang harus diperhitungkan. Dalam

permasalahan di atas juga dapat ditarik kesimpulan dengan

menghubungkan aturan internal perusahaan pelayaran nusantara yaitu

PT. Asia Mulia Transpasifik yang tertuang dalam Master Standing

Order MV. GOLDEN DESTINY ialah “Minimal CPA 1 Nm dan

TCPA kurang dari 20 menit” mempunyai maksud yaitu bahwasannya

kapal dianggap dalam kondisi aman, jika memiliki CPA lebih dari 1

Nm serta TCPA lebih dari 20 menit.Sedangkan dalam keadaan

sesungguhnya yang dialami MV. GOLDEN DESTINY dalam voyage

ke 12 pada tanggal 28 November 2022 yang melakukan pelayaran dari

pelabuhan BELAWAN menuju ke pelabuhan Taboneo, Kalimantan

Selatan hampir mengalami situasi bahaya navigasi tubrukan dengan

kapal LCT yang lalai menyalakan lampu navigasi pada malam hari.

Dengan hasil analisa display Radar pada Radar Plotting Sheet

didapatkan nilai dari pada CPA adalah 1 Nautical Mill dan TCPA

adalah kurang dari 20 menit yaitu tepatnya 11 menit 24 detik maka

38
39

sesuai aturan internal perusahaan dianggap dalam posisi bahaya

tubrukan ada.

B. Saran

Adapun saran penulis yaitu Radar (Radio Detecting and Ranging)

adalah alat yang wajib digunakan diatas kapal berdasarkan SOLAS

chapter V dengan GT 300 atau lebih harus dilengkapi peralatan navigasi

elektronik seperti radar sebagai alat bantu navigasi dikapal terutama pada

pengamatan tampak terbatas. Saran bagi pembaca khususnya dengan

profesi pelaut pada bagian Deck Departement yaitu:

1. Adapun saran bagi para perwira deck disarankan membaca dan

menjalankan dengan baik tentang standar pengoperasian pesawat

radar yang baku menurut Manual Book radar pada kapal anda karena

dalam penggunaan radar memiliki aturan dan spesifikasi sehingga

antara radar yang satu dan radar yang lain belum tentu sama dalam hal

mengoperasian. Namun secara garis besar keseluruhan radar pada

kapal dengan type dan merk apapun memiliki fungsi serta manfaat

yang sama yaitu sebagai alat bantu bernavigasi di laut untuk

keselamatan pelayaran.

2. Adapun saran bagi para perwira deck disarankan untuk cakap, cepat,

tepat dan tegas dalam menganalisa display radar dan menentukan ada

tidaknya bahaya tubrukan dengan mencari secara manual nilai

daripada CPA dan TCPA dalam metode Plotting menggunakan Radar

Plotting Sheet. Dikarenakan tidak semua kapal dapat terdeteksi oleh


AIS (Automatic Identification System). Dan juga para perwira dek

diwajibkan cakap dalam berkomunikasi dengan kapal lain serta tegas

tanpa keragu – raguan dalam melakukan tindakan untuk menghindari

atau mencegah bahaya tubrukan dalam setiap situasi maupun kondisi

yang mendesak.

40
DAFTAR PUSTAKA
Biasane, D. I. (2017). Penerapan Regulation for Prevention Collisions at Sea

(COLREG 1972) pada Kapal Berbendera Indonesia di Pelabuhan Bitung.

Jurnal Penelitian Transportasi Laut 19, 49-57.

Hendrawan, A. (2019). Analisa Indikator Keselamatan Pelayaran pada Kapal

Niaga. Jurnal Saintara, 2.

Lufftaratama, V. (2019). Optimalisasi Alat Navigasi Radar Saat Melewati ALKI

di Kapal MT. GALUNGGUNG. Semarang: Politeknik Ilmu Pelayaran.

Manikome, E. (1995). Tugas Jaga. Jakarta: Cv. Aries & Co.

Moleong, L. J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Nurul, A. (2020). Analisis Faktor Operasional Kapal, Presepsi tarif, dan

Keselamatan Perairan terhadap Pelayanan Pemanduan Di Pelabuhan

Batu Ampar BATAM (Studi Kasus di PT Pelabuhan Indonesia). Batam:

Universitas Maritim AMNI Semarang.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

41
RIWAYAT HIDUP

1. BIODATA

Nama : GILANG RAMADAN

Tempat/Tanggal : Subang,13 November 2002

Lahir

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Pria

Nama Orang tua :

Ayah : Jaeni

Pekerjaan : Petani, Pensiunan Militer

Ibu : Juningsih

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat Rumah : Desa: Mekargading, Kec: Sliyeg,

Kab: Indramayu, JAWA

BARAT

42
43

2. RIWAYAT PENDIDIKAN

A. SDN 3 GADINGAN 2010-2016

B. SMPN 1 SLIYEG 2016 - 2018

C.SMAN 1 SLIYEG 2018 - 2020

D. AKMI SUAKA BAHARI CIREBON 2020 - SEKARANG

Anda mungkin juga menyukai