Anda di halaman 1dari 79

KURANGNYA PERAWATAN ALAT-ALAT KESELAMATAN

DI KM. KARUNIA SEJAHTERA

TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Menempuh Jenjang Diploma III
Program Studi Nautika

Disusun oleh :

IBRAHIM BIN ELYAS

16304139

AKADEMI MARITIM (AKMI) SUAKA BAHARI CIREBON


TAHUN 2020

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Tugas Akhir : KURANGNYA PERAWATAN ALAT-ALAT

KESELAMATAN DI KM. KARUNIA SEJAHTERA

Nama Taruna : IBRAHIM BIN ELYAS

Jurusan / NIT : NAUTIKA / 16304139

Tugas Akhir dengan judul dan atas taruna tersebut diatas telah disetujui

untuk dapat diujikan, sebagai bagian dari persyaratan untuk memperoleh gelar

Ahli Madya pada Jurusan NAUTIKA, Akademi Maritim (AKMI) Suaka Bahari

Cirebon.

DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I Pembimbing II

Septo Hindianthoro, S.sos,M.A.P.


Hadi Pramono, M.Pd

Ditetapkan di : Cirebon

Tanggal : 28 September 2020

Mengetahui,

Ketua Jurusan Nautika

Capt. Dedi Nuryaman, S.DPO. M.Mar.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tugas Akhir : KURANGNYA PERAWATAN ALAT-ALAT

KESELAMATAN DI KM. KARUNIA SEJAHTERA

Nama Taruna : IBRAHIM BIN ELYAS

Jurusan / NIT : NAUTIKA / 16304139

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperol eh gelar Ahli Madya

pada Jurusan NAUTIKA, Akademi Maritim Suaka Bahari Cirebon.

DEWAN PENGUJI
Penguji I Penguji II

Euis Antika, mm Capt. Rochanda

Pembimbing I Pembimbing II

Hadi Pramono, M.Pd Septo Hindianthoro ,S.sos,M.A.P.

Ditetapkan di : Cirebon

Tanggal : oktober 2020

Mengetahui,

Akademi Maritim (AKMI) Suaka Bahari Cirebon

Direktur,

Asep Rahmat, SH.,M.M.

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : IBRAHIM BIN ELYAS

NIT : 16304139

Jurusan : NAUTIKA

Judul Tugas Akhir : KURANGNYA PERAWATAN ALAT-ALAT

KESELAMATAN DI KM.KARUNIA SEJAHTERA

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Tugas Akhir ini adalah

betul-betul hasil karya Saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya Saya dalam Tugas

Akhir ini diberi citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan Saya tidak benar, maka Saya

bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang Saya peroleh

sesuai dengan peraturan yang berlaku di Akademi Maritim (AKMI) Suaka Bahari

Cirebon.

Demikian surat pernyataan ini Saya tulis dan bisa dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Cirebon, 28 September 2020

Yang membuat pernyataan,

IBRAHIM BIN ELYAS

NIT : 16304139

iv
MOTTO

Gapailah cita- cita mu setinggi langit, jika engkau terjatuh,engkau akan

Terjatuh diantara bintang bintang.

( Ir. SOEKARNO)

v
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT. yang telah

memberikan Rahmat, Taufik, Inayah dan Hidayah-Nya, Penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir sesuai dengan waktu

yang telah ditentukan. Dalam hal ini Penulis mengambil Judul “KURANGNYA

PERAWATAN ALAT- ALAT KESELAMATAN DI KM. KARUNIA

SEJAHTERA”.

Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya atas

semua bantuan yang telah diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung

selama penyusunan Tugas Akhir ini. Untuk itu Penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat:

1. Bapak Asep Rahmat, SH., M.M. Selaku Direktur Akademi Maritim

(AKMI) Suaka Bahari Cirebon.

2. Capt. Dedi Nuryaman, S.DPO., M.Mar. Selaku Ketua Jurusan Nautika

pada Akademi Maritim (AKMI) Suaka Bahari Cirebon.

3. Bapak Septo Hindianthoro,ANT,III,S.sos.,M.A.P. Selaku Dosen

Pembimbing II

4. Bapak Drs.Hadi Promono,M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing I

vi
5. Segenap Dosen dan Staf Akademi Maritim (AKMI) Suaka Bahari Cirebon

yang telah membantu Penulis dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

6. Bapak Direktur PT. TRASS ASIA LINES yang telah berkenan

memberikan izin kepada Saya untuk menjalankan Praktek Laut.

7. Nakhoda, KKM, dan segenap crew KM.KARUNIA SEJAHTERA yang

dengan segala kemurahan hatinya menerima dan membimbing Saya dalam

melaksanakan Praktek Laut.

8. Kedua Orang Tua yang selalu mendoakan dan mendukung Penulis baik

secara moril maupun materil sehingga terselesaikannya Tugas Akhir ini.

9. Seluruh rekan Taruna yang selalu mendukung dan membantu Saya

sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum sempurna, baik dari segi

materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Semoga dengan Tugas Akhir ini bisa memberikan manfaat dan wawasan bagi

Penulis maupun Pembaca pada umumnya.

Cirebon, 28 September 2020


Penulis,

IBRAHIM BIN ELYAS


NIT : 16304139

vii
DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... iii

MOTTO......................................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ................................................................................... v

DAFTAR ISI ....................................................................................... vii-viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................. 8-11

B. Rumusan Masalah ............................................................... 11

C. Ruang Lingkup .................................................................... 12

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................... 12-13

E. Metode Penelitian ........................................................... 13-15

BAB II LANDASAN TEORI

Tinjauan Pustaka ................................................................... 16

1. Definisi Perawatan alat-alat keselamatan ........................ 16-17

2. Tujuan perawatan alat-alat keselamatan .......................... 17-18

3. Pemahaman istilah perawatan alat-alat keselamatan ....... 18-19

4. Prinsip dasar perawatan kapal ......................................... 19-20

5. Alat keselamatan ............................................................. 21-23

BAB III PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Objek Penelitian .................................................................. 24

B. Analisis dan Pembahasan ................................................ 24-47

vii
C. Pemecahan Masalah ........................................................ 48-61

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................... 62-64

B. Saran ............................................................................... 64-66

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 67

LAMPIRAN-LAMPIRAN...................................................................68-75

RIWAYAT HIDUP PENULIS ............................................................. 76-77

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Beberapa kecelakaan yang terjadi di kapal memperlihatkan bahwa

untuk setiap kecelakaan ada faktor penyebabnya. Sebab-sebab tersebut

bersumber pada alat-alat mekanik dan lingkungan serta kepada

manusianya sendiri. Untuk mencegah terjadinya kecelakaan, penyebab-

penyebab ini harus diperkecil atau dihilangkan sama sekali, antara lain

dengan melakukan perawatan terhadap alat-alat keselamatan. Kapal

memiliki berbagai macam peralatan yang menunjang kelancaran operasi

kapal, dimana alat-alat tersebut memiliki fungsi masing-masing.

Sedangkan alat-alat tersebut memerlukan suatu perawatan yang rutin, agar

dapat menunjang kelancaran operasi kapal dan memenuhi ketentuan

pemerintah tentang kelaiklautan kapal.

Pada kenyataannya perusahaan pelayaran tersebut hanya

memikirkan supaya kapalnya dapat memberikan keuntungan yang sebesar-

besarnya, kadang-kadang perusahaan pelayaran tersebut tidak

memperhatikan atau bahkan mengabaikan faktor-faktor lain, yang

menunjang keselamatan pengoperasian kapal tersebut agar dapat laik laut

seperti masalah pengawakan yang baik, perawatan (maintenance) ataupun

galangan kapal (docking). Perawatan kapal juga berhubungan erat dengan

keselamatan pelayaran sehingga Port State Control ( PSC ) juga ditugasi

8
memeriksa pelaksanaan konvensi-konvensi international, antara lain

Safety Of Life At Sea ( SOLAS ).

Keselamatan yaitu suatu kegiatan yang berhubungan dengan suatu

lingkungan yang aman, nyaman, serta adanya pemeliharaan anggota baik

secara jasmani, rohani, dan sosial. Seperti kita ketahui bahwa keselamatan

merupakan hal terpenting yang harus diutamakan dalam melaksanakan

segala aktivitas yang kita lakukan.

Sebuah alat transportasi pastinya mempunyai beberapa alat-alat

keselamatan yang sesuai dengan fungsinya masing-masing. Salah satu alat

transportasi yang sangat butuh alat-alat keselamatan yaitu kapal. Kapal

yang tempat berlayarnya di laut dan jauh dari daratan pastinya butuh

persiapan yang matang untuk berlayar di laut. Keselamatan perlengkapan

kerja dan keselamatan jiwa merupakan hal terpenting yang perlu

disiapkan. Hal ini sangat dianggap penting terhadap alat-alat keselamatan

kerja menjadi suatu hal yang wajib yang perlu dipersiapkan dalam sebuah

kapal.

Pertama, alasan kita harus menyediakan alat-alat keselamatan yang

paling sering kita dengar yaitu untuk menyelamatkan korban jiwa apabila

terjadi kecelakaan saat perjalanan menuju suatu tempat tertentu. Sebagai

manusia kita tidak tahu hal apa yang akan terjadi di kapal saat kita

menyeberangi pulau misalnya. Bisa jadi tiba-tiba cuaca menjadi tidak

bersahabat dan terjadi adanya badai di tengah laut yang dapat membuat

seorang penumpang kapal terjatuh dari kapal karena kapal yang mulai

9
bergoyang-goyang tak menentu. Untuk menyelamatkan penumpang tadi

secara darurat kita harus menggunakan alat-alat keselamatan yang tersedia

di kapal. Misalnya kita bisa melemparkan pelampung penolong ke arah

korban.

Kedua, sebagai bantuan darurat apabila tim SAR belum tiba di

lokasi. Apabila ada penumpang/tenaga kerja kapal yang mengalami

kecelakaan di laut dan kita hanya mengandalkan bantuan dari tim SAR

maka persentase korban akan selamat kecil karena tim SAR juga

membutuhkan waktu supaya sampai ke lokasi tujuan. Oleh karena itu

sebuah kapal harus memiliki alat-alat keselamatan sendiri sebagai bantuan

darurat untuk menyelamatkan penumpang/tenaga kerja kapal dari

kecelakaan yang dapat terjadi sewaktu-waktu di kapal.

Ketiga, memperkecil angka kecelakaan terhadap

penumpang/tenaga kerja kapal. Dengan adanya alat-alat keselamatan kerja

maka kita dapat menghindari beberapa kecelakaan yang terjadi. Misalnya

saja pekerja kapal menggunakan sepatu safety untuk melindungi kakinya

dari terjadinya luka karena ruangan internal kapal yang terbuat dari logam

keras yang dapat membahayakan kaki pekerja kapal tersebut. Hal ini akan

memperkecil angka kecelakaan pada pekerja yang berada di dalam kapal.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan judul dan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya

maka dirumuskan pokok-pokok masalah dari judul yang diambil yaitu :

10
1. Bagaimana pengetahuan crew kapal di KM.Karunia Sejahtera tentang

fungsi alat-alat keselamatan diatas kapal?

2. Bagaimana perawatan alat – alat keselamatan yang sangat diperhatikan

bagi para pelaut di KM.Karunia Sejahtera ?

C. Ruang Lingkup

Dalam dunia pelayaran alat-alat keselamatan merupakan hal sangat

vital dan penting khususnya jika terjadi suatu kecelakaan di laut maka alat-

alat keselamatan ini sangat berguna.dalam setiap kapal pun selalu yang di

utamakan adalah safety first atau keselamatan yang nomor satu bagi para

pelaut karena setiap pekerjaan pelaut memiliki resiko khususnya di

KM.Karunia Sejahtera sendiri yang merupakan kapal cargo dan memuat

semen alat-alat keselamatan dan perawatan nya pun kurang dan hanya

sebagai penghias kapal saja serta perusahaan pun kurang memperhatikan

mengenai kondisi alat-alat keselamatan diatas armadanya.

D. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Tujuan penelitian

Selama melaksanakan praktek di kapal KM.Karunia Sejahtera,

menerapkan teori yang diterima di bangku kuliah maupun di studi

kepustakaan dengan keaadaan yang ditemukan dalam praktek di kapal.

Adapun tujuan dari penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah:

1). Menjelaskan pengetahuan dan pemahaman kepada crew kapal

11
tentang pentingnya perawatan alat-alat keselamatan diatas kapal.

2). Menjelaskan prosedur tentang pentingnya perawatan alat-alat

keselamatan diatas kapal

2. Manfaat penelitian

Manfaat dari penyusunan penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi

pihak-pihak yang membutuhkan sebagai bahan atau sumber informasi

mengenai pentingnya alat-alat keselamatan diatas kapal. Manfaat yang

didapat dari penyusunan penelitian ini adalah :

1). Untuk menambah pengetahuan bagaimana tentang pentingnya

perawatan alat – alat keselamatan diatas kapal upaya menjaga

keselamatan bagi para pelaut pada saat melaksanakan tugasnya .

2). Sebagai pengetahuan bagi seluruh civitas akmi suaka bahari

cirebon agar dapat memahami mengenai pentingnya untuk

menjaga perawatan alat-alat keselamatan diatas di kapal dan dapat

mengetahui bagaimana cara perawatan alat-alat keselamatan

secara optimal di atas kapal.

3). Untuk menambah pengetahuan bagi pembaca khususnya pelaut

bagaimana pentingnya perawatan alat - alat keselamatan diatas

kapal.

12
4). Bagi perusahaan pelayaran diharapkan hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan kemampuan crew

di kapal.

E. Metode Penelitian

Sugiyono (2013:2) metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian mengenai pembahasan masalah ini, Penulis

melaksanakannya pada saat praktek laut di perusahaan TRASS ASIA

LINES, Kemudian oleh perusahaan tersebut Penulis ditempatkan di

kapal KM.KARUNIA SEJAHTERA.

Penelitian dan pengamatan dilakukan di atas kapal KM.KARUNIA

SEJAHTERA. Lokasi tersebut Penulis pilih karena Penulis melakukan

praktek di kapal tersebut, sehingga berdasarkan pengalaman yang

diperoleh, maka Penulis memilih lokasi tersebut.

2. Metode Pengumpulan Data

Penulisan tugas akhir ini Penulis mengadakan penelitian di atas

kapal KM.KARUNIA SEJAHTERA dan pengumpulan data ini

dimaksudkan agar data yang diperoleh dapat dimengerti, maka Penulis

mencari data-data dengan melakukan cara-cara sebagai berikut:

13
a. Pengamatan (Observasi)

Metode ini dilakukan dengan cara pengamatan secara langsung atau

tidak langsung selama Penulis Melaksanakan penelitian. (Sutrisno

Hadi dalam Sugiyono 2013 : 145) mengemukakan bahwa,

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses

yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua

diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan

ingatan.

b. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan

lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami,

dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Bogdan

dalam Sugiyono, 2013 : 244).

c. Studi Pustaka

Sebagai tambahan dalam pengumpulan data–data yang dibutuhkan

untuk membuat Tugas Akhir ini, maka Penulis juga melakukan

studi pustaka yaitu mencari informasi pada buku–buku, artikel dari

internet serta catatan yang relevan dengan masalah yang diangkat

pada Tugas Akhir ini. (Nazir 1998 : 112) Studi kepustakaan

merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti

menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya melakukan kajian

yang berkaitan dengan teori yang berkaitan dengan topik penelitian.

Dalam pencarian teori, peneliti akan mengumpulkan informasi

14
sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-

sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: Buku, Jurnal, Majalah,

Hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan sumber-sumber

lainnya yang sesuai (Internet, Koran, dll).

15
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi Perawatan

Pengertian perawatan Maintenance sebagai konsepsi dari

semua aktivitas yang diperlukan untuk menjaga atau

mempertahankan kualitas fasilitas/mesin agar dapat berfungsi

dengan baik seperti kondisi awalnya (Ansori dan Mustajib,

2013).Dari pengertian diatas dapat ditarik beberapa kesimpulan

bahwa:

a. Fungsi perawatan sangat berhubungan erat dengan proses

produksi.

b. Aktivitas perawatan banyak berhubungan erat dengan

pemakaian peralatan, bahan pekerjaan, cara penanganan dan

lain-lain. Perawatan dilakukan untuk perbaikan yang bersifat

kualitas, meningkatkan suatu kondisi lain yang lebih baik.

Banyaknya pekerjaan perawatan yang dilakukan tergantung

pada :

c. Batas kualitas terendah yang diizinkan dari suatu komponen

sedangkan batas kualitas yang lebih tinggi dapat dicapai dari

hasil perawatan mesin.

16
d. Waktu pemakaian mesin yang berlebihan yang dapat

menyebabkan berkurangnya kualitas peralatan.

2. Tujuan Perawatan

Tujuan dilakukannya kegiatan perawatan (maintenance) adalah sebagai

berikut(Kurniawan, 2013):

1. Mengatasi segala permasalahan, yang berkenaan dengan

kontinuitas aktivitas kerja.

2. Memperpanjang umur pengoprasian peralatan dan fasilitas

industri.

3. Meminimasi Downtime, yaitu waktu selama proses produksi

terhenti (waktu menunggu) yang dapat menggangu kontinuitas

proses.

4. Meningkatkan efisiensi suber daya produksi.

5. Peningkatan profesionalisme personil departemen perawatan

industri.

6. Meningkatkan nilai tambah produk, sehingga perusahaan dapat

bersaing di pasar global.

7. Membantu para pengamil keputusan, sehingga dapat memilih

solusi optimal terhadap kebijakan perawatan fasilitas industri.

17
8. Melakukan perencanaan terhadap perawatan preventif, sehingga

memudahkan dalam proses pengontrolan aktivitas perawatan.

9. Mereduksi biaya perbaikan dan biaya yang timbul dari terhentinya

proses karena permasalahan keandalan mesin.

3. Pemahaman Istilah Perawatan

Pelaksanaan perawatan industri, membutuhkan komunikasi yang jelas

diantara konseptor dengan pelaksana perawatan. Terdapat beberapa

istilah perawatan, yang seringkali kita dengar, dan perlu kiranya

dipahami secara detail, antara lain (Kurniawan, 2013) :

1. Inspection (Inspeksi)

Inspeksi adalah aktivitas pengecekan untuk mengetahui keberadaan

atau kondisi dari fasilitas produksi. Inspeksi biasanya berupa

aktivitas yang membutuhkan panca indra dan analisis yang kuat dari

setiap pelaksanaan, bahkan ada pula yang melakukannya dengan

menggunakan alat bantu, sehingga kesimpulan yang dihasilkan

dapat lebih mendekati kondisi nyata (akurat).

2. Repair (perbaikan)

Repair adalah aktivitas yang dilakukanuntuk mengembalikan

kondisi mesin yang mengalami gangguan tersebut, sehingga dapat

beroprasi seperti sebelum terjadi gangguan tersebut, dimana

prosesnya hanya dilakukan untuk perbaikan yang sifatnya kecil.

18
Biasanya Repair tidak terlalu banyak menggangu kontinuitas proses

produksi.

3. Overhaul (perbaikan menyeluruh)

Adalah aktivitas meneluruh. Aktivitas ini memiliki makna yang

sama dengan Repair hanya saja ruang lingkupnya lebih besar.

Perawatan ini dilakukan apabaila kondisi mesin berada dalam

keadaan rusak parah, sementara kemampuan untuk menggati

dengan yang baru tidak ada. Overhaul biasanya dapat mengganggu

kegiatan produksi dan membutuhkan biaya yang besar.

4. Replacement (penggatian)

Adalah aktivitas penggantian mesin. Biasanya mesin memiliki

mkondisi yang lebih baik akan menggantikan mesin sebelumnya.

Replacement dilakukan jika kondisi alat sudah tidak memungkinkan

lagi untuk beroprasi, atau sudah melewati umur ekonomis

penggunaan. Replacement membutuhkan investasi yang besar bagi

perusahaan, sehingga alternatif ini biasanya menjadi pilihan terakhir

setelah repair dan overhaul.

4. Prinsip dasar perawatan kapal dalam, NSOS (2016:15).

1. Lima pertimbangan dasar perawatan kapal:

a. Kewajiban – kewajiban pemilik kapal yang berkaitan dengan

keselamatan dan kelayakan laut kapal

19
b. Menjaga modal dengan memperpanjang umur ekonomis suatu

kapal dan menaikan kapal.

c. Menjaga penampilan kapal sebagaisuatu sarana pengangkut muatan

dengan meningkatkan kemampuan dan efesiensi.

d. Memelihara efisiensi dengan memperhatikan pengeluaran –

pengeluaran operasi.

e. Pengaruh – pengaruh lingkungan terhadap anak buah serta

kemampuannya.

2. Prinsip – prinsip Dasar Perawatan

a. Perencanaan pekerjaan perawatna harus direncanakan sejauh

dengan mempertimbangkan keterbatan pengoperasian.

b. Pelaksanaan pekerjaan harus di lakukan dengan rutin.

c. Pencatatan / laporan semua pekerjaan yang sudah di selesaikan

harus dicatat dan dilaporkan. Pengamatan dan pencatatan khusus

yang berhubungan dengan perkerjaan

d. Akan berguna sebagai data masukan perawatan di masa yang akan

datang. Maksud dari pencatatan perkerjaan adalah untuk

memungkinkan dilakukan analisa dalam upaya meningkatkan

perencanaan dimasa yang akan datang.

20
5. Alat Keselamatan Menurut Dr. Raymond Sonlly (2015:139)

keselamatan adalah perlindungan atas keamanan kerja yang

dialami baik fisik maupun mental dalam lingkunga pekerjaan.

Sedangkan menurut Suma’mur (2002:104)

keselamatan adalah usaha yang aman dan tentram bagi pekerja

atau yang berkaitan. Alat keselamatan ada berbagai macam yang

berguna untuk melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan

yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya

di tempat kerja. Berdasarkan fungsinya, ada berberapa macam alat

keselamatan yang di gunakan oleh tenaga kerja, antara lain:

a. Alat Pelindung Kepala (Headwear)

Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan

melindungi rambut terjerat oleh mesin yang berputar dan untuk

melindungi kepala dari bahaya terbentur benda tajam atau keras,

bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang,

melindungi jatuhnya mikroorganisme, percikan bahan kimia

korosif, panas sinar matahari dll.

b. Alat Pelindung Mata

Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari

percikan bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil

yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan

21
iritasi mata, radiasi gelombang elektromaknetik, panas radiasi

matahari, pukulan atau benturan benda keras, dll

c. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)

Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi

pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara

terkontaminasi atau beracum. Sebelum melakukan pemilihan

terhadap suatu alat pelindung yang tepat, maka perlu

mengetahui informasi tentang potensi bahaya atau kadar

kontaminan yang ada di lingkungan kerja.

d. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan

bagian lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia,

benda panas dan dingin, kontak dengan arus listrik. Baju

pelindung difunakan untuk melindungi seluruh tubuh atau

sebagian kecial tubuh dari percikanapi, suhu panas atau dingi,

cairan bahan kimia dll.

e. Alat Pelindung Kaki (Safety Shoes)

Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan

bagian lainnya dari benda-benda keras, benda tajam,

logam/kaca, larutan kimia, benda panas, kontak dengan arus

listrik.

22
f. Alat Pelindung Telinga (Ear Protection)

Alat pelindung telinga digunakan untuk mengurangi intensitas

suara yang masuk ke dalam telinga.

g. Sabuk Pengaman Keselamatan (Safety Belt)

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tubuh dari

kemungkinan terjatuh dari ketinggian, seperti pada pekerjaan

mendaki, memanjat dan pada pekerjaan konstruksi bangunan.

23
BAB III

PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Penelitian dengan judul “KURANGNYA PERAWATAN ALAT-

ALAT KESELAMATAN DI KM. KARUNIA SEJAHTERA” Penulis

melakukan penelitian pada kapal KM.KARUNIA SEJAHTERA, saat

ingin menentukan rute kapal,data kapal,ship particular, riwayat kapal.

Dsb.

B. Analisis Pembahasan

1. Alat Keselamatan diatas Kapal dan Fungsinya

Menurut Dr. Raymond Sonlly (2015:139) keselamatan adalah

perlindungan atas keamanan kerja yang dialami baik fisik maupun

mental dalam lingkunga pekerjaan. Sedangkan menurut Suma’mur

(2002:104) keselamatan adalah usaha yang aman dan tentram bagi

pekerja atau yang berkaitan.

Alat keselamatan ada berbagai macam yang berguna untuk

melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaan yang fungsinya

mengisolasi tubuh tenaga kerja dari potensi bahaya di tempat kerja.

Berdasarkan fungsinya, ada berberapa macam alat keselamatan yang

di gunakan oleh tenaga kerja, antara lain:

24
a. Alat Pelindung Kepala (Headwear)

Alat pelindung kepala ini digunakan untuk mencegah dan

melindungi rambut terjerat oeh mesin yang berputar dan untuk

melindungi kepala dari bahaya terbentur benda tajam atau keras,

bahaya kejatuhan benda atau terpukul benda yang melayang,

melindungu jatuhnya mikroorganisme, percikan bahan kimia

korosif, panas sinar matahari dll.

b. Alat Pelindung Mata

Alat pelindung mata digunakan untuk melindungi mata dari

percikan bahan kimia korosif, debu dan partikel-partikel kecil

yang melayang di udara, gas atau uap yang dapat menyebabkan

iritasi mata, radiasi gelombang elektromaknetik, panas radiasi

matahari, pukulan atau benturan benda keras, dll

c. Alat Pelindung Pernafasan (Respiratory Protection)

Alat pelindung pernafasan digunakan untuk melindungi

pernafasan dari resiko paparan gas, uap, debu, atau udara

terkontaminasi atau beracum. Sebelum melakukan pemilihan

terhadap suatu alat pelindung yang tepat, maka perlu mengetahui

informasi tentang potensi bahaya atau kadar kontaminan yang ada

di lingkungan kerja.

25
d. Alat Pelindung Tangan (Hand Protection)

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tangan dan

bagian lainnya dari benda tajam atau goresan, bahan kimia, benda

panas dan dingin, kontak dengan arus listrik.

e. Baju Pelindung (Body Protection)

Baju pelindung difunakan untuk melindungi seluruh tubuh atau

sebagian kecial tubuh dari percikanapi, suhu panas atau dingi,

cairan bahan kimia dll.

f. Alat Pelindung Kaki (Safety Shoes)

Alat pelindung kaki digunakan untuk melindungi kaki dan bagian

lainnya dari benda-benda keras, benda tajam, logam/kaca, larutan

kimia, benda panas, kontak dengan arus listrik.

g. Alat Pelindung Telinga (Ear Protection)

Alat pelindung telinga digunakan untuk mengurangi intensitas

suara yang masuk ke dalam telinga. Jenis alat pelindung telinga

antara lain:

1) Sumbat telinga (Ear Plug).

Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu dan bahkan

untuk kedua telinga dari orang yang sama adalah berbeda. Untuk itu

sumbat telinga (Ear Plug) harus dipilih sedemikian rupa sehingga

26
sesuai dengan ukuran dan bentuk saluran telinga pemakainya. Pada

umumnya diameter saluran telinga antara 5-11 mm dan liang telinga

pada umumnya berbentuk lonjong dan tidak lurus. Sumbat telinga

dapat terbuat dari kapas, spons, dan malam hanya dapat digunakan

untuk sekali pakai (Disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan

karet plastik yang dicetak dapat digunakan berulang kali (Non

Disposable). Alat ini dapat mengurangi suara sampai 20 dB/ 2)

Tutup telinga (Ear Muff). Alat pelindung telinga jenis ini terdiri dari

dua buah tutup telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga

dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara

frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk waktu yang cukup lama,

efektivitas ear muff dapat menurun karena bantalannya menjadi

mengeras dan mengerut sebagai akibat dari reaksi dari bantalan

dengan minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat

mengurangi insensita suara sampai 30 dB dan juga dapat melindungi

bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan

kimia.

h. Sabuk Pengaman Keselamatan (Safety Belt)

Alat pelindung tangan digunakan untuk melindungi tubuh dari

kemungkinan terjatuh dari ketinggian, seperti pada pekerjaan

mendaki, memanjat dan pada pekerjaan konstruksi bangunan.

27
Alat-alat penolong di atas kapal merupakan hal yang sangat perlu

diperhatikan dalam pelayaran. Oleh karena itu, perlengkapan

keselamatan harus sudah tersedia pada tempat yang ditentukan ketika

terjadi kecelakaan.

Banyak kejadian-kejadian yang tidak diinginkan di atas kapal

misalnya, orang jatuh ke laut, kebakaran, tubrukan kapal, dan kapal

mengalami kebocoran. Sehingga menjadikan para awak kapal harus

meninggalkan kapal.

Meninggalkan kapal atau mambantu orang yang jatuh ke laut maka

diperlukan sebuah alat keselamatan sehingga kita bisa bertahan hidup

dengan ganasnya gelombang samudera atau kapal, berikut beberapa alat

penolong di atas kapal:

1. Pelampung Penolong Bentuk Cincin (Ring Life Buoys)

Life Bouy merupakan alat penolong yang umumnya digunakan

untuk orang yang jatuh ke laut, jumlahnya tergantung pada tipe dan

panjang kapal. Life Bouy terbuat dari bahan gabus padat dan

dibungkus dengan terpal, pada keempat tempat diberikan ban kain

yang menjadi ikatan bagi tali pegangan yang terbuat dari tali manila

ataupun nylon dan juga Pelampung ini harus mempunyai warna yang

mencolok agar mudah dikenali.

28
2. Rakit penolong (Life Raft)

Rakit penolong terdiri dari dua tipe, pertama adalah rakit kaku dan

yang kedua adalah rakit tiup. Tipe yang kedua ini dipakai jikalau

tidak berhasil menurunkan sekoci. Rakit penolong harus dilengkapi

dengan penutup yang berfungsi untuk melindungi penumpang. Warna

rakit ini rata-rata mencolok, seperti warna jingga agar mudah terlihat.

Sekarang ini rakit yang dikembangkan berbentuk seperti kapsul

dengan kapasitas besar dan dilengkapi tali pembuka yang panjang.

Penggunaannyadengan cara dilemparkan ke laut kemudian ditarik

talinya. Sesudah tali ditarik, rakit akan secara otomatis

menggembung. Di dalamnya terdapat perlengkapan keselamatan jiwa

seperti makanan, minuman, dan obat-obatan. Kapasitas rakit dapat

mengangkut hingga 25 orang.

3. Baju penolong (Life Jacket)

Life jacket (Jaket penolong) berbentuk seperti pakaian. Jaket

penolong ini dimanfaatkan penumpang untuk mengapung di laut saat

terjadi kondisi darurat. Jaket penolong juga harus mempunyai warna

yang mencolok supaya mudah di lihat. Jaket ini harus dilengkapi

dengan peluit yang dikaitkan pada tali untuk menarik perhatian

penolong.

29
4. Sekoci penolong (Life Boat)

Alat Keselamatan Diatas kapal ini digunakan untuk menyelamatkan

sekian banyak orang dalam keadaan bahaya. Sekoci berupa perahu

kecil yang berada di kanan dan kiri kapal atau tepatnya di deck

sekoci. Pada kapal barang rata rata ada dua buah sekoci, sedangkan

pada kapal penumpang atau pesiar sesuai dengan besar atau kecilnya

kapal tersebut. Sekoci umumnya berjumlah 12 buah. Sekoci-sekoci

tersebut terbuat dari logam, kayu atau serat fiber.

Sekoci rata-rata telah sedia perlengkapan keselamatan jiwa seperti

makanan, minuman, obat-obatan dan sarana bantu untuk mencari

bantuan ke kapal lain.

SART dibawa ke sekoci agar kapal lain yang mencari sekoci yang

perlu ditolong bisa dideteksi oleh radar kapal yang akan menolong.

5. Pelempar Tali Penolong (Line Throwing Apparatus)

Alat Keselamatan Diatas Kapal berikutnya Roket pelempar tali (line

throwing appliances) : Gunanya yang adalah alat penghubung

pertama antara survivor dengan penolong yang mempermudah proses

pendekatan, bisa juga dipakai untuk kepentingan lainnya. Alat

pelempar tali ini harus bisa melempar tali paling dekat sejauh 230

meter. Roket pelempar tali (line throwing appliances) yang gunanya

adalah alat penghubung pertama antara survivor dengan penolong

yang mempermudah proses pendekatan, bisa juga dipakai untuk

30
kepentingan lainnya. Alat pelempar tali ini harus bisa melempar tali

paling dekat sejauh 230 meter.

6. Survival suit dan Immersion suits

Gunanya sebagai pelindung dan mencegah suhu tubuh turun akibat

dinginnya air laut. Immersion suits, disebut juga baju cebur, atau baju

pelindung panas. Baju ini berpenyekat atau insulasi, sebab dipakai

saat kapal mengalami kebakaran besar yang mengakibatkan cuaca

panas dan membahayakan bagi orang-orang yang berada diatas kapal.

Terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak, terbakar atau meleleh

kena api secara terus menerus selama 2 detik. Dapat dibuka dan

dikenakan dengan cepat dan mudah dalam waktu 2 menit, dapat

menutup seluruh badan, kecuali muka dan diberi perlengkapan untuk

udara masuk dari kaki celana. Tetapi apabila melompat dari

ketinggian 4,5 meter tidak kemasukan air. Bila digunakan tanpa

memakai life jacket, harus dilengkapi dengan lampu dan minimal 3

buah tiap sekoci.

7. Media pelindung panas (Thermal Protective Aid)

Gunanya juga sebagai pelindung tubuh, mengurangi hilangnya panas

badan. Thermal protective Aid, baju ini sangat berguna bagi korban-

korban kecelakaan kapal di perairan air laut yang bertemperatur

antara -30 s/d +20 derajat celcius. Dibuat dari bahan waterproof

dengan kontruksi sedemikian rupa agar sipemakai tertutup semua

31
kecuali mukan dan tidak kehilangan suhu panas badannya. Baju ini

harus tersedia sebanyak pelayar yang ada di atas kapal dan mudah

untuk dikenakan dalam waktu 2 menit. Mungkin di negara bersuhu

tropis di Indonesia, belum perlu.

8. Walky-Talky

Digunakan sebagai Alat komunikasi pada saat keadaan darurat di

dalam sekoci secara 2 arah.

9. Isyarat Visual

Digunakan sebagai isyarat tanda bahaya apabila penyelamat

menyaksikan ada kapal penolong, isyarat ini hanya dapat dilihat oleh

mata pada siang hari dipakai isyarat asap apung (buoyant smoke

signal). isyarat Asap (Pyrotechnis), Gunanya sebagai isyarat tanda

bahaya bilamana survivor melihat ada kapal penolong. Isyarat ini

hanya dapat dilihat oleh mata pada siang hari dengan menggunakan

asap apung (bouyant smoke signal). Pada malam hari dapat

digunakan obor tangan (red hand flare) atau obor parasut (parachute

signal) Saat tengah malam dapat digunakan obor tangan (red hand

flare) atau obor parasut (parachute signal).

32
10. Survival Craft

Alat ini berfungsi untuk menolong atau mempertahankan jiwa orang-

orang yang berada dalam bahaya dari sejak orang tersebut

meninggalkan kapal.

2. Perawatan Sekoci Penolong

a. Pengertian perawatan

Menurut Stephens (2010:3), mengemukakan bahwa

perawatan dapat di definisikan sebagai semua kegiatan yang

diperlukan untuk menjaga sistem dan semua komponenya dalam

urutan kerja. Tujuan dari setiap program pemeliharaan adalah

untuk mempertahankan kemampuan sistem dengan

mengendalikan biaya.

Menurut Widiatmaka (2017:1), perawatan atau

pemeliharaan (maintenance) adalah suatu aktifitas atau kegiatan

yang perlu dilaksanakan terhadap seluruh obyek baik non-teknik

meliputi manajemen dan sumber daya manusia agar dapat

berfungsi dengan baik, maupun teknik meliputi suatu material atau

benda yang bergerak ataupun benda yang tidak bergerak, sehingga

material tersebut dapat dipakai dan berfungsi dengan baik serta

selalu memenuhi persyaratan standar internasional. Berdasarkan

definisi diatas yang dimaksud dengan perawatan dalam penelitian

ini adalah segala kegiatan yang dilakukan sebelum terjadi

33
kerusakan atau untuk mencegah sejauh mungkin untuk

menghindari resiko kerusakan selama periode tertentu. Dalam

perawatan sekoci penolong, yang harus dilakukan perawatan

adalah:

1. Sekoci penolong

2. Davit (dewi-dewi) sekoci penolong

3. Peralatan sekoci penolong

Perwira yang bertanggung jawab dalam perawatan sekoci penolong

melaksanakan perawatan sekoci penolong sesuai dengan prosedur

dalam pelaksanaan perawatan yang diatur dalam Safety of Live at Sea

(SOLAS) 1974 dan Plan Maintenance System (PMS) yang ada diatas

kapal. Perawatan sekoci penolong dilaksanakan setiap:

1. Setiap minggu

2. Setiap bulan

3. Setiap tiga bulan

4. Setiap satu tahun

Peralatan yang harus ada di dalam sekoci penolong adalah:

1. Rowlock (sangkutan di tepi perahu)

2. Bilge Pump (pompa buang)

34
3. Search Light (senter)

4. Compass (kompas)

5. Fire Extinguisher (pemadam api)

6. Socket for Power Source (soket sumber listrik)

7. Bucket (ember)

8. Survival Manual (manual untuk bertahan hidup)

9. Sea Anchor (jangkar laut)

10. Painter Line (tali painter)

11. Hatchet (kapak)

12. Fresh water (air tawar)

13. Dipper (gayung)

14. Food-Ration (makanan)

15. Rocket Parachute Flare

16. Hand Flare

17. Bouyant Smoke Signal

18. Waterproof Electric Torch (senter anti air)

19. Daylight Signalling Mirror (cermin sinyal siang hari)

35
20. Instruction for Lifesaving Signals (instruksi sinyal keselamatan)

21. Signal Whistle (peluit)

22. First Aid Kit (pertolongan pertama)

23. Anti Sea Sickness Medicine (obat anti mabuk laut)

24. Jack Knife (kapak)

25. Tin Opener (pisau pembuka kaleng)

26. Fishing Tackle (alat memancing)

27. Engine Tools & Spare Part (alat mesin dan suku cadang)

28. Radar Reflector

29. Bouyant Oar (dayung apung) Thermal Protective Aids (alat

pelindung dingin)

30. Boarding Ladder (tangga naik)

31. Rain Collector FPD (fall preventive device) (alat pencegah sekoci

jatuh)

32. Spare Battery & Spare Bulb (baterai cadangan dan bolam

cadangan)

Plan Maintenance System (PMS) sangat penting untuk melakukan

proses perawatan. Secara umum planned maintenance system atau

yang biasa disebut sebagai pemeliharaan secara terencana

36
digolongkan atas dua, yaitu Preventive Maintenance dan Predictive

Maintenance.

Kedua jenis pemeliharaan tersebut dilakukan secara terencana.

Namun demikian keduanya mengacu pada dua faktor yang berbeda

dalam pelaksanaannya, dimana untuk preventive maintenance lebih

didasarkan pada waktu atau biasa disebut dengan Time Based

Maintenance (TBM), sedangkan predictive maintenance lebih

didasarkan oleh kondisi peralatan atau mesin-mesin yang dijalankan

atau biasa disebut dengan Conditional Based Maintenance (CBM).

Pembahasan detail kedua jenis golongan ini sebagai berikut:

1. Preventive Maintenance

Kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan preventif

adalah rangkaian aktifitas yang bersifat pemeriksaan atau inspeksi

yang dilakukan secara berkala dengan tujuan mencegah agar

peralatan atau mesin yang dimiliki tidak mengalami kegagalan

fungsi atau kerusakan yang mengakibatkan adanya gangguan

terhadap proses operasional suatu kegiatan perawatan.

Preventive maintenance adalah bagaimana menyusun suatu

rencana kegiatan yang akan menjadi acuan selama periode

tertentu. Semua kegiatan akan didasarkan pada rencana ini yang

terdiri dari rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek.

37
Rencana jangka panjang berupa program tahunan dan rencana

jangka pendek berupa program mingguan.

Program mingguan itu sendiri merupakan penjabaran dari

program tahunan dengan penyesuaian pada kondisi pelaksanaan

dilapangan. Program tersebut harus mampu dijalankan secara

konsisten namun tetap tidak boleh kaku dan memungkinkan untuk

terjadinya penyesuaian-penyesuaian kecil. Ciri yang tampak pada

metode preventive maintenance adalah pada perencanaan yang

menjadi acuan untuk suksesnya metode ini. Perencanaan itu

sendiri merupakan salah satu tahap penerapan metode preventive

maintenance Sekalipun kegiatan perawatan ini memiliki sifat

fleksibel dalam waktu, namun penundaan kegiatan preventive

maintenance sama artinya dengan mengundang breakdown.

Langkah-langkah yang harus ditempuh mengikuti prosedur

sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:

1. Kumpulkan semua informasi pemeliharaan

2. Buatlah standar pemeliharaan alat

3. Susunlah prosedur kerja pemeliharaan

4. Plot kedalam program tahunan

Pelaksanaan menjadi lebih mudah dikarenakan mengacu pada

jadwal inspeksi untuk melihat gejala kerusakan yang ada. Inspeksi

38
direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak terlalu sedikit namun

juga tidak berlebihan, serta dilakukan secara berkala seperti halnya

membersihkan dan mengganti suku cadang.

2. Predictive Maintenance

Berbeda halnya dengan preventive maintenance, aktivitas

pekerjaan pada predictive maintenance biasanya menggunakan

alat-alat diagnostik untuk memonitor dan mendiagnosa kondisi

mesin saat beroperasi. Kegiatan pemeliharaan dalam predictive

maintenance yang mengacu pada Conditional Based Maintenance

(CBM) lebih ditentukan oleh kondisi aktual alat dan bukan oleh

jadwal pemeliharaan.

Predictive maintenance didefinisikan sebagai beberapa

inspeksi yang dijalankan dengan menggunakan alat berteknologi

tinggi yang digunakan untuk meramalkan kapan kemungkinan

akan terjadinya kegagalan fungsi. Alat tersebut dapat memberikan

manfaat dan memberikan kita lebih banyak waktu untuk terjun dan

terlibat langsung sebelum terjadi kegagalan. Predictive

maintenance relatif baru digunakan secara umum, untuk

mengetahui adanya suatu perubahan dari kondisi fisik yang

merupakan alasan dasar untuk dilakukannya aktivitas perawatan

yang logis untuk mempertimbangkan penggunaan alat monitoring,

39
alat ukur terutama untuk menentukan perubahan-perubahan yang

signifikan.

Perawatan adalah faktor tunggal yang terpenting untuk

dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat modern dan

memperpanjang masa kemerosotan kapal, namun terdapat juga

beberapa bidang di mana perawatan memainkan peranan yang

sedemikian dominan seperti dalam pelayaran. Kita juga

mengetahui bahwa perawatan itu mahal dan hal ini menjadi

godaan terhadap setiap orang untuk menunda dalam melakukan

perawatan.

Adapun tujuan umum perawatan kapal adalah:

1. Kapal dapat dioperasikan secara teratur dan keselamatan

terjamin.

2. Meningkatkan kemampuan kapal.

3. Sistem berjalan dengan biaya yang lebih efisien.

4. Menjamin kesinambungan perawatan, karena dapat diketahui

yang sudah dan akan dikerjakan.

5. Dalam keadaan crew yang berbeda atau berganti, sistem tetap

berjalan.

6. Sebagai umpan balik perawatan yang akan datang.

40
7. Untuk fasilitas informasi, kesiapan, sistem inventaris suku

cadang.

8. Untuk menjamin bahwa alat keselamatan selalu dirawat dan

dipelihara dengan baik oleh perwira yang bertanggung jawab

sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku, perusahaan

harus membuat prosedur, yaitu dengan melakukan inspeksi

terhadap alat-alat keselamatan tersebut yang dilasanakan dalam

jangka waktu yang tepat.

b. Sekoci Penolong (lifeboat)

Sekoci penolong (lifeboat) Sekoci penolong adalah salah satu alat

keselamatan yang ada diatas kapal yang digunakan untuk

meninggalkan kapal karena tidak memungkinkan untuk bertahan

diatas kapal. Sekoci penolong memiliki konstruksi yang lebih kuat

dari alat penolong lainnya dan mempunyai kapasitas yang lebih

banyak yang dapat mengangkut 30 orang tergantung ukuran dan

jenis sekoci penolong. Sesuai bab III Safety of Life at Sea 16

(SOLAS) 1974 amandemen 2009, ada beberapa tipe sekoci

penolong diatas kapal, yaitu:

1. Sekoci terbuka (open lifeboat).

2. Sekoci tertutup sebagian (partially enclosed lifeboat).

41
3. Sekoci tertutup sebagian secara otomatis (self righting partially

enclosed lifeboat).

4. Sekoci tertutup (totaly enclosed lifeboat).

5. Sekoci dengan sestem udara otomatis (self contained air

support system).

6. Sekoci dengan pelindung tahan api (fire protected).

Adapun jenis-jenis sekoci penolong yang utama, diantaranya:

1. Sekoci Tertutup (Fully enclosed lifeboat)

Digunakan pada kebanyakan kapal tanker dan kontainer.

Sekoci tertutup adalah sekoci paling populer yang digunakan

pada kapal, karena sekoci tertutup dapat melindungi kru dari

masuknya air laut, angin kencang dan cuaca buruk. Selain itu,

sekoci pada jenis ini bisa tegak kembali atau kembali ke

keadaan semula jika terguling oleh gelombang.

2. Sekoci Terbuka (Semi enclosed life boat atau open life boat)

Seperti namanya, sekoci terbuka tidak memiliki atap dan

biasanya didorong oleh tenaga manual dengan menggunakan

tangan didorong. Kompresi motor bakar juga dapat diberikan

untuk tujuan propulsi. Namun, sekoci terbuka menjadi usang

sekarang karena norma-norma keselamatan yang ketat, tetapi

42
masih kadang ditemukan di kapal tua. Sekoci terbuka tidak

banyak membantu dalam hujan atau cuaca buruk dan

kemungkinan masuknya air kedalam sekoci lebih besar dari

pada sekoci tertutup.

3. Sekoci Luncur (free-fall lifeboat)

Sekoci jatuh bebas adalah sama dengan sebuah sekoci tertutup

namun proses peluncuran sama sekali berbeda. Mereka

aerodinamis di alam dan dengan demikian perahu bisa

menembus air tanpa merusak badan sekoci saat diluncurkan

dari kapal. Sekoci ini terletak di bagian belakang kapal, yang

menyediakan area yang jelas maksimum untuk jatuh bebas.

Jenis ini biasanya hanya disediakan satu saja dikapal.

43
Ship Particular

Gambar 1 : KM. KARUNIA SEJAHTERA

Name of Vessel : KM.KARUNIA SEJAHTERA

Port of Registry : Surabaya

IMO No. :9042922

Call Sign :YBDW2

MMSI No. :525022440

Type of Vessel : Cargo Container

Construction : 1992

Builder : JAPAN CO.LTD

Owner : Trass Asia Lines

Service Route : Kawasan Indonesia / Near Coastal Voyage

Gross Tonnage : 1499 T

44
Net Tonnage : 487 T

Dead Weight : 1450 T

L.O.A : 76.500 M

LBP : 70 M

Breadth : 12.50 M

Depth :6M

Draft : 4.05 M

M/Eng. Type : AKASAKA 1500 HP 280 RPM

Service Speed : 12.0

45
Data kapal.

46
Riwayat kapal

47
c. Pemecahan Masalah

Pada saat KM. Karunia Sejahtera berlayar dari Pelabuhan

berlian ke pel waingapu , pada hari Kamis 10 juni 2019 diadakan

latihan penggunaan alat penolong sekoci dikarenakan pada bulan

tersebut keadaan laut sedang ekstrim, jadi untuk menghindari hal

yang tidak diinginkan saat berlayar, Nahkoda memutuskan untuk

melaksanakan latihan sekoci untuk menunjang jiwa di laut dalam

menghadapi keadaan darurat.

Keselamatan pelayaran adalah segala hal yang ada dan

dapat dikembangkan dalam kaitannya dengan tindakan

pencegahan kecelakaan pada saat pelaksanaan kerja di bidang

pelayaran. International Safety Management Code (ISM Code)

sebagai peraturan manajemen keselamatan internasional untuk

keamanan maupun keselamatan pengoperasian kapal dan

pencegahan pencemaran lingkungan laut yang ditetapkan oleh

Dewan Keselamatan Maritim IMO yang masih dimungkinkan

untuk diamandemen.

Persepsi Crew dan Manajemen Dalam Penerapan ISM

Code Bagi Keselamatan Pelayaran dan Perlindungan Lingkungan

Laut ISM Code merupakan produk dari IMO (International

Maritime Organization) yang akhirnya diadopsi oleh SOLAS

pada tahun 1994 (Safety of Life at Sea). ISM Code merupakan

48
standard Sistem Manajemen Keselamatan untuk pengoperasian

kapal secara aman dan untuk pencegahan pencemaran di laut.

Intinya ISM Code ini bertujuan untuk menjamin keselamatan di

laut, mencegah kecelakaan atau kematian, dan juga mencegah

kerusakan pada lingkungan dan kapal.

Sistem pada IMS Code harus disetujui oleh Flag

Administration (Pemerintah suatu negara yang benderanya

digunakan oleh kapal yang bersangkutan) atau suatu badan yang

ditunjuk oleh Flag Administration, kemudian sertifikat

dikeluarkan. Sebelum perusahaan dan kapalnya dioperasikan

keduanya harus disertifikasikan terhadap ISM Code. Sertifikat

ISM Code dapat diartikan sebagai suatu lisensi untuk menjadi

Ship Operator.

Adapun faktor-faktor penyebab kurangnya perawatan alat-

alat keselamatan di KN. Bima Sakti adalah sebagai berikut:

a. Fasilitas perawatan yang diberikan perusahaan kurang memadai

b. Kurangnya perawatan pada alat-alat keselamatan

c. Kurangnya kesadaran awak kapal akan pentingnya alat-alat

keselamatan .

49
Dari permasalahan alat-alat keselamatan di KM. Karunia

Sejahtera satu tidak bekerja secara optimal maka diambil tindakan

penanganan, meliputi:

a. Melaksanakan perawatan alat-alat keselamatan yang teratur dan

menambah fasilitas perawatan

b. Meningkatkan sistem perawatan yang telah ada atau mengubah

sistem perawatan yang lebih sesuai

Sasaran dari seluruh tindakan yang telah dilakukan yaitu

pelaksanaan perawatan alat-alat keselamatan dapat bekerja

optimal dan sesuai yang diinginkan.

a. Dengan perawatan sekoci penolong (lifeboat), rakit penolong

(liferaft), pelampung penolong (lifebuoy), baju penolong (life

jacket) dilaksanakan pemeriksaan secara periodik terhadap

alat-alat keselamatan seperti pemeriksaan berkala mingguan,

bulanan dan tahunan sesuai prosedur peraturan SOLAS

(Safety Of Life at Sea), serta pemeriksaan peralatan alat-alat

keselamatan juga diperiksa bagianbagian alat-alat

keselamatan tersebut secara teliti dan detail sesuai dengan

tabel checklist pemeriksaan alat-alat keselamatan.

b. Metode perawatan alat-alat keselamatan, karena metode

perawatan alat-alat keselamatan sebagai dasar dari

peningkatan efisiensi dalam mengoptimalkan kerja dari alat-

50
alat keselamatan di atas kapal sehingga alatalat keselamatan

tersebut dapat digunakan secara optimal oleh seluruh awak

kapal jika terjadi keadaan darurat di atas kapal.

Pengertian Pengenalan dan Perawatan Alat Keselamatan Alat

– alat keselamatan yang diatur dalam SOLAS 1974 (International

Convention for the Safety of Life at Sea) seharusnya

diaplikasikan pada semua kapal, dengan ketentuan – ketentuan

untuk mengoperasikannya sesuai dengan prosedur (Sammy

Rosadhi, 2010:13) dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 51 Tahun 2002 Bab VI tentang keselamatan kapal yang

tertera jelas menuliskan bahwa setiap kapal berbendera Indonesia

dan kapal asing yang beroperasi di perairan Indonesia harus

memenuhi persyaratan keselamatan kapal. Dengan semakin

banyaknya armada kapal di setiap perusahaan pelayaran maka

setiap kapal tersebut haruslah dilengkapi dengan alat keselamatan

yang diperuntukkan bagi crew kapal tersebut dan harus betul-

betul memenuhi fungsinya sebagai alat keselamatan.

Bila alat-alat keselamatan belum diuji oleh pemerintah (flag

state), pemakaiannya harus yakin bahwa alat-alat tersebut telah

memenuhi persyaratan sesuai SOLAS 1974. Regulasi mengatur

permintaan pemerintah untuk melakukan pengujian alat-alat

keselamatan yang akan diproduksi oleh manufaktur agar hasil

51
produksinya memenuhi standar contoh (prototype) yang sudah

diuji dan disetujui.

Alat – alat keselamatan yang harus ada dikapal meliputi :

1. Personal Life Saving Appliances Personal Life Saving

Appliances terdiri dari :

a. Sekoci penolong/Life Boat

b. Pelampung penolong/Life Buoy

c. Baju pelampung/Life Jacket

d. Roket Pelempar Tali/Line Throwing Appliances

e. Immersion Suit

f. EEBD/Emergency Escape Breathing Device

2. Alat Pemadam Kebakaran/Fire Fighting Equipment atau alat

pemadam kebakaran di atas kapal terdiri dari :

a. Tekanan Air/Water Pressurized type

b. CO2 Portable

c. Bubuk Kering/Dry Chemical Powder

d. Busa/Chemical Foam Type

e. Halon

52
3. Isyarat Visual/Pyrotechnis Alat – alat keselamatan dengan

isyarat visual/Pyrotechnis terdiri dari :

a. Parachute Signal

b. Red Hand Flare

c. Smoke signal

4. Emergency Signal Emergency Signal diatas kapal terdiri dari :

a. EPIRB/Emergency Position Indication Radio beacon

b. SART/Search And Rescue Transponder

SOLAS ( Safety Of Life At Sea )

adalah Peraturan yang mengatur keselamatan maritim paling

utama. Demikian untuk meningkatkan jaminan keselamatan hidup

dilaut dimulai sejak tahun 1914, karena saat itu mulai dirasakan

bertambah banyak kecelakaan kapal yang menelan banyak korban

jiwa dimana-mana.

Modernisasi peraturan SOLAS sejak tahun 1960, mengganti

konvensi 1918 dengan SOLAS 1960 dimana sejak saat itu peraturan

mengenai desain untuk meningkatkan faktor keselamatan kapal mulai

dimasukkan seperti :

1. Desain kontruksi kapal

53
2. Permesinan dan instalasi listrik

3. Pencegahan kebakaran

4. Alat – alat keselamatan

5. Alat komunikasi dan keselamatan navigasi

Pada kasus “kurangnnya perawatan alat-alat keselamatan di

KM.Karunia Sejahtera” mencangkup hal-hal sebagai berikut:

1. Peningkatan keterampilan ABK menggunakan alat penolong saat

menghadapi keadaan darurat.

Kapal itu masih difungsikan selama sebagaimana peruntukkannya

maka selama itu pula alat keselamatan diterapkan. Akan tetapi

selama penulis praktek laut Penulis sering melihat ABK jarang

menggunakan alat penolong di atas kapal saat melakukan latihan.

2. Tindakan-tindakan yang harus dilakukan semua ABK dalam usaha

penggunaan alat penolong di atas kapal untuk menunjang jiwa di

laut.

3. Drill atau latihan keadaan darurat di atas kapal

Drill atau latihan perlu dilakukan setiap satu bulan sekali atau tiga

bulan sekali, drill ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengantisipasi jikalau kapal tenggelam dikarenakan lambung

kanan kiri bocor ataupun muatan cargo yang overload dan sedang

54
berada di tengah laut yang jauh dari daratan dengan tiba-tiba cuaca

menjadi buruk lalu kapal dihantam ombak dan tenggelam. Kitapun

dalam kondisi tersebut tidak merasa panik dikarenakan kita pernah

melakukan drill / latihan semisal drill sekoci. Masing-masing crew

kapal sudah mengetahui apa yang harus dilakukan ketika dalam

kondisi tersebut sesuai dengan tugas tertera dalam Muster List atau

sijil yang biasa terdapat di setiap ruangan yang sering dilewati oleh

orang.

Ada beberapa latihan / drill di atas kapal di antaranya:

a. Kebakaran, minimal dilakukan 1 bulan sekali atau apabila

terjadi penggantian >25% dari jumlah awak kapal maka harus

dilaksanakan dalam waktu 24 jam setelah kapal meninggalkan

pelabuhan kecuali hendak berlayar di perairan sempit untuk

berjaga-jaga.

b. Menggunakan sekoci dan pengenalan perlengkapan, 1 (satu)

bulan sekali awak kapal baru sudah menerima latihan untuk

semua perlengkapan peralatan sekoci termasuk menjalankan

mesin sekoci.

c. Latihan anti pollution, 3 (tiga) bulan sekali latihan harus

dikerjakan secara teratur oleh Mualim 1, dibawah pimpinan

Nahkoda.

55
d. Latihan anti pirate / anti bajak laut, 3 (tiga) bulan sekali antara

lain dengan cara menekan tombol SSAS (Ship Security Alert

System) tersembunyi yang ada di Anjungan dan kamar

Nahkoda bertujuan agar perusahaan juga mengetahui dan

mengikuti latihan dan menghidupkan emergency fire pump

yang disemprotkan ke laut.

e. Latihan Kemudi Darurat, dll. 3 (tiga) bulan sekali (minimal)

latihan hanya dilakukan pada saat kapal berada di laut bebas.

Nahkoda dan KKM bertanggung jawab terlaksananya latihan

tersebut.

4. Diadakan latihan cara penggunaan alat penolong diatas kapal

Nahkoda di tempat Taruna praktek laut meminta agar seluruh crew

yang ada di kapal mengikuti kegiatan latihan penggunaan alat

penolong setiap satu bulan sekali, nahkoda memberitahu tentang

pentingnya latihan atau drill di atas kapal karena di lautan luas

tidak ada yang tahu akan seperti apa keadaan yang akan dihadapi.

5. Meningkatkan keterampilan ABK menggunakan Alat penolong

saat menghadapi keadaan darurat.

Penggunaan Alat Penolong Life Boat (Sekoci)

Sekoci merupakan salah satu perlengkapan kapal yang harus

terpenuhi diatas kapal. Sekoci berupa perahu kecil yang berada di

56
kanan dan kiri kapal bagian atas atau tepatnya di deck sekoci,

sedangkan pada kapal penumpang atau pesiar jumlahnya sesuai

dengan besar atau kecilnya kapal tersebut. Sekoci biasanya berjumlah

12 buah sekoci biasanya terbuat dari logam, kayu atau serat fiber.

Tenaga penggerak sekoci ini biasanya di bagi atas dua bagian yaitu

ada yang bertenaga penggerak mesin atau motor dan ada pula yang

dilengkapi dengan dayung. Di dalam sekoci biasanya sudah tersedia

perlengkapan keselamatan jiwa seperti makanan, minuman, obat-

obatan dan alat bantu untuk mencari pertolongan ke kapal lain yang

sedang berlayar di sekitar sekoci. Sekoci juga dilengkapi minyak

peredam ombak supaya penumpang di atas sekoci tersebut tidak

mabuk laut.

a. Fungsi Sekoci

Fungsi sekoci terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:

 Sekoci penolong, sekoci ini digunakan untuk menolong awak

kapal apabila terjadi kecelakaan.

 Sekoci penyebrang, yang digunakan untuk mengangkut awak

kapal dari tengah laut ke pantai atau sebaliknya.

 Sekoci meja, untuk memindahkan barang-barang yang berat

dan untuk mengangkut perlengkapan perbaikan kapal. Ukuran

57
dari sekoci ini lebih kecil jika dibandingkan dengan sekoci

penolong pada umumnya.

b. Jenis-Jenis Sekoci

Ada 3 jenis sekoci yang biasa digunakan, yaitu:

 Sekoci tertutup

 Sekoci terbuka

 Sekoci jatuh bebas

c. Peraturan SOLAS Tentang Sekoci

Dalam SOLAS 1960 ditentukan bahan life boat/sekoci penolong

harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

 Harus kuat diturunkan ke dalam air dengan aman jika dimuati

penuh dengan penumpang yang diizinkan beserta perlengkapan

yang diharuskan

 Dilengkapi dengan tangki-tangki udara (sebagai cadangan daya

apung) untuk menghindari tenggelamnya sekoci walaupun

sekoci dalam keadaan terbalik

 Harus dapat diturunkan ke air dengan mudah dan cepat

walaupun kapal dalam keadaan miring 15 derajat

58
 Papan tempat duduk yang melintang dan bangku-bangku

pinggir, harus ditetapkan serendah mungkin dalam sekoci

 Dilengkapi dengan alat-alat navigasi dan perlengkapan lainnya

SOLAS juga mengatur, alat-alat dan perlengkapan yang harus

ada di sekoci yaitu :

 Dayung yang lengkap beserta tempatnya

 Tali penolong diikat disekeliling sekoci

 Dua buah kapak ditempatkan masing-masing dibagian muka

dan belakang sekoci

Penempatan sekoci di atas kapal juga harus diperhatikan

seperti :

 Harus ditempatkan sedemikian rupa hingga dapat diluncurkan

atau diturunkan ke air. Dengan waktu yang singkat

 Dapat diturunkan dengan mudah

 Penumpang harus dapat masuk ke dalam sekoci dengan cepat

dan aman

 Tidak boleh dipasang pada sisi atau bagian belakang kapal

karena bila diturunkan ke air membahayakan karena dekat

dengan Propelle

59
d. Prosedur Penurunan Sekoci

Cara penurunan sekoci dari kapal ke air juga harus diperhatikan.

Berikut ini merupakan cara penurunan sekoci dengan baik dan

benar.

 Painternya masih terikat dengan benar di sekoci dari railing

kapal, dan tidak kencang atau tegang tertambat di railing agar

penurunan sekoci nantinya tidak tertahan

 Lepaskan pengunci Hand Brake pada Boat Winch dengan cara

mencabut Toggle Pinnya

 Semua anak kapal naik dan masuk ke dalam sekoci kecuali

orang yang memiliki tugas untuk menurunkan sekoci

 Berdiri dengan benar pada stage untuk melepaskan Cradle

Stopper Handle dari penahannya dengan cara mencabut Toggle

Pin

 Lepaskan Trigger Line dan Lashing Line dari Release Hook

terhadap badan sekoci agar tidak tersangkut

 Orang yang bertugas menurunkan sekoci selanjutnya naik dan

masuk ke dalam sekoci, kemudian menutup semua pintu

sekoci

60
 Tarik tali Remote Control Wire dari dalam sekoci untuk

memutar keluar dan menurunkan sekoci. Dalam penarikan tali

Remote Control Wire harus dilakukan dengan hati-hati dengan

menariknya secara perlahan karena hal ini akan menyebabkan

terjadi oleng pada sekoci. Akibatnya dapat membahayakan

orang yang berada dalam sekoci tersebut

 Ketika sekoci hampir mencapai permukaan laut, orang yang

bertugas menarik tali Remote Control Wire harus mengurangi

kecepatan penurunan dengan cara sedikit mengendurkan

tarikan terhadap tali Remote Control Wire hingga sekoci

bersentuhan langsung dengan permukaan laut secara perlahan

 Setelah sekoci sudah berada di atas permukaan laut segera

lepaskan tali Remote Control Wire dari dalam sekoci

 Lepaskan sekoci dari kedua Boat Hooknya dan lepaskan juga

sekoci dari Painternya

Menunjang keselamatan jiwa di laut misalnya dalam keadaan yang

tidak diinginkan seperti tubrukan kapal, kebocoran kapal atau

kebakaran kapal yang menyebabkan semua awak kapal harus

meninggalkan kapal maka perlu diadakannya latihan penggunaan

alat-alat penolong di atas kapal, dan semua crew diharuskan untuk

mengetahui dan terampil dalam menggunakan alat-alat penolong di

atas kapal.

61
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

1. Hal-hal yang menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi secara

optimal saat digunakan dalam pelatihan di KM.Karunia Sejahtera

adalah:

a. Karena kurangnya pemahaman mengenai prosedur perawatan alat-

alat keselamatan yang benar sesuai dengan ketentuan peraturan

perawatan alat-alat keselamatan sesuai SOLAS (Safety Of Life at

Sea).

b. Karena kurangnya fasilitas peralatan perawatan terhadap alat-alat

keselamatan yang diberikan oleh perusahaan sehingga kegiatan

perawatan menjadi kurang maksimal.

2. Hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan untuk mengoptimalkan

perawatan alat-alat keselamatan dengan baik di KN. Bima Sakti adalah:

a. Dengan perawatan sekoci penolong (lifeboat), rakit penolong

(liferaft), pelampung penolong (lifebuoy), baju penolong (life jacket)

dilaksanakan pemeriksaan secara periodik terhadap alat-alat

62
keselamatan seperti pemeriksaan berkala mingguan, bulanan dan

tahunan sesuai prosedur peraturan SOLAS (Safety Of Life at Sea),

serta pemeriksaan peralatan alat-alat keselamatan juga diperiksa

bagianbagian alat-alat keselamatan tersebut secara teliti dan detail

sesuai dengan tabel checklist pemeriksaan alat-alat keselamatan.

b. Metode perawatan alat-alat keselamatan, karena metode perawatan

alat-alat keselamatan sebagai dasar dari peningkatan efisiensi dalam

mengoptimalkan kerja dari alat-alat keselamatan di atas kapal

sehingga alatalat keselamatan tersebut dapat digunakan secara

optimal oleh seluruh awak kapal jika terjadi keadaan darurat di atas

kapal.

Upaya untuk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan

perawatan alat-alat keselamatan Untuk mengatasi kendala-kendala

dalam pelaksanaan perawatan alat-alat keselamatan adalah dengan cara:

i. Dengan cara membagi tugas dalam melaksanakan perawatan alat-

alat keselamatan antara satu sama lain dan dapat membuat

pelaksanaan perawatan lebih cepat selesai dan waktu perawatan yang

dibutuhkan menjadi lebih sedikit.

ii. Melakukan pelatihan kepada crew terkait perawatan alat-alat

keselamatan yang baik dan benar sesuai dengan prosedur perawatan

sesuai dengan ketentuan SOLAS 1974 dan PMS (Plan Maintenance

System) yang ada diatas kapal.

63
iii. Melakukan permintaan suku cadang kepada perusahaan agar dalam

pelaksanaan alat-alat keselamatan tidak mengalami hambatan.

iv. Pelaksanaan latihan atau Drill yang diikuti oleh seluruh awak kapal

telah dipraktekkan dan dipahami step by step apa yang harus

dilakukan oleh crew ketika tiba-tiba melakukan drill lagi di lain

waktu .

Peraturan SOLAS sendiri hanya pada desain untuk meningkatkan

faktor keselamatan yaitu :

1. Desain kontruksi kapal

2. Permesinan dan instalasi listrik

3. Pencegahan kebakaran

4. Alat – alat keselamatan

5. Alat komunikasi dan keselamatan navigasi

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah diambil diatas, maka didapatkan beberapa

saran yang mungkin dapat berguna bagi semua crew kapal, sebagai

berikut:

1. Pengertian Drill itu sendiri ialah latihan yang dilakukan dan

berulang-ulang merupakan metode praktis dalam meningkatkan

keterampilan. Latihan atau Drill dilakukan 1 bulan sekali dan dengan

64
sedikitnya sekali setiap 3 bulan setiap personil awak kapal harus

berpartisipasi dalam latihan tersebut.

2. Agar perawatan sekoci penolong bisa maksimal, sebaiknya

perawatan alat-alat keselamatan dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan SOLAS 1974 dan PMS (Plan Maintenance System) dari

perusahaan, serta adanya manual book untuk perawatan alat-alat

keselamatan. Perawatan dilakukan secara rutin setiap minggu, setiap

bulan sesuai dengan rencana perawatan yang telah ditetapkan untuk

melakukan pengecekan kelengkapan dan keadaan alat-alat

keselamatan.

3. Dalam mengatasi kendala-kendala pelaksanaan perawatan alat-alat

keselamatan di KM. Karunia Sejahtera sebaiknya perwira yang

bertanggungjawab dalam perawatan alat-alat keselamatan serta

membagi tugas dalam perawatan alat-alat keselamatan. Dengan cara

membagi tugas dapat membuat pelaksanaan perawatan alat-alat

keselamatn lebih cepat selesai dan waktu perawatan yang dibutuhkan

lebih sedikit, sehingga perawatan alat-alat keselamatan bisa

maksimal.

4. Upaya untk mengatasi kendala-kendala dalam pelaksanaan

perawatan alat-alat keselamatan, sebaiknya perusahaan menyediakan

suku cadang atau alat perbaikan segera mungkin untuk perawatan

alat-alat keselamatan sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan,

65
memberikan arahan kepada crew kapal akan pentingnya safety

meeting untuk keselamatan berlayar. Pada saat safety meeting kita

bisa berdiskusi tentang masalah apa yang di hadapai dalam

pelaksanaan perawatan, sehingga permasalahan tersebut bisa diatasi

bersama. Perwira senior bertanggung jawab memastikan keadaan

alat-alat keselamatan dalam kondisi baik dan siap untuk

digunakan.Diharapkan semua crew di atas kapal dapat memahami

tentang tugas dan tanggungjawabnya masing-masing di atas kapal,

sehingga saat mengalami kejadian yang tidak diinginkan seluruh

crew dapat dengan sigap menangani situasi dan kondisi yang tidak

diinginkan.

5. Diharapkan perusahaan kapal Di Indonesia harus melakukan latihan

/ Drill untuk mengantisipasi terjadi kecelakaan di laut, dikarenakan

minimnya latihan / Drill dinegara kita yang mengakibatkan

minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh crew karena jarang

melakukan Drill.

6. Setiap perusahaan kapal Di Indonesia diharuskan mengecek semua

alat keselamatan yang ada diatas kapal, ini dikarenakan perusahaan

kecil yang memiliki kapal selalu mengabaikan hal tersebut. Hal ini

terjadi pada teman kapal taruna dimana dikapalnya minim alat

keselamatan, suatu ketika kapal sedang berlayar ditengah laut lalu

ditengah lautan diterjang oleh badai dan kapal pun kandas.

66
DAFTAR PUSTAKA

Kn, D. I., & Sakti, B. (2015). PENUNJANG KESELAMATAN AWAK KAPAL.

1684–1691.

Aulianida, D., Liestyasari, S. I., & Ch, S. R. (2019). ANALISIS PERSIAPAN

ALAT KESELAMATAN SELAMA CARGO OPERATION DI KAPAL

MT. DEWAYANI SKRIPSI. Journal of Chemical Information and

Modeling, 53(9), 1689–1699.

Ilmu, P., & Semarang, P. (2020). Optimalisasi perawatan sekoci penolong di mt.

sungai gerong skripsi.

Radiks Purba, “Angkutan Muatan Laut” Bharata Karya Aksara, Jakarta, 1981.

Soetopo Sudjatmiko, “Pokok Pokok Pelayan Niaga”, PT. Gunung Agung, Jakarta

1997.

Subandi, “Penuntun Claim Laut”, Jilid 2. Penerbit Jembatan Jakarta, 1968.

Rahadi Danar, “Klarifikasi Perawatan” Adi Ghuna Chandra wijaya, Surabaya,

2009.

Sugiyono. Dr. Prof. 2013, metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d.

Bandung:Penerbit Alfabeta,CV.

67
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Gambar 1 : KM. KARUNIA SEJAHTERA

Name of Vessel : KM.KARUNIA SEJAHTERA

Port of Registry : Surabaya

IMO No. :9042922

Call Sign :YBDW2

MMSI No. :525022440

Type of Vessel : Cargo Container

Construction : 1992

Builder : JAPAN CO.LTD

Owner : Trass Asia Lines

Service Route : Kawasan Indonesia / Near Coastal Voyage

Gross Tonnage : 1499 T

68
Net Tonnage : 487 T

Dead Weight : 1450 T

L.O.A : 76.500 M

LBP : 70 M

Breadth : 12.50 M

Depth :6M

Draft : 4.05 M

M/Eng. Type : AKASAKA 1500 HP 280 RPM

Service Speed : 12.0

69
Gambar 1: Life Bouy

70
Gambar 2: Life Raft

71
Gambar 3: Life Jacket

Gambar 4: Life Boat

72
Gambar 5: Line Throwing Apparatus

Gambar 6: Immersion Suit

73
Gambar 7: Thermal Protective Aid

Gambar 8: Isyarat Visual

74
Gambar 9: Survival Craft

Gambar 10: Emergency Escape Breathing Device

75
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Data Pribadi

Nama : Ibrahim Bin Elyas

NIT / Jurusan : 16304139 / Nautika

Tempat / Tanggal Lahir : Purbalingga / 16 November 1996

Agama : Islam

Alamat : Jl. Waja V No 7 Rt 003 Rw 002 Harapan Mulia

Kemayoran Jak-Pus, DKI Jakarta.

Nama Orang Tua

a. Ayah : Elyas Kurniawan ST.

b. Ibu : Sri Rochyati

76
Riwayat Pendidikan

a. SDN 03 PG HARAPAN MULIA : 2003 - 2009

b. SMP IT MERANTI JKT : 2009 - 2012

c. SMAN WIJAYA KUSUMA JKT : 2012 - 2015

d. AKADEMI MARITIM (AKMI) SUAKA BAHARI CIREBON: 2016 -

2020

Pengalaman Praktek di Kapal

Nama Kapal : KM. KARUNIA SEJAHTERA SURABAYA

Jenis Kapal : CARGO CONTAINER

Nama Perusahaan : PT. TRASS ASIA LINES

Alamat Perusahaan : Jl. Tanjung Batu 1. Surabaya

77

Anda mungkin juga menyukai