RAMBU-RAMBU DI LAUT
Kelompok 6 / Perikanan A
Segala puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karuniaNya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah Navigasi Penangkapan Ikan mengenai
“Rambu-Rambu di Laut”. Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal atas kerja sama dan
bantuan dari berbagai pihak.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lantun Paradhita Dewanti, S.Pi., M.EP., Ibu Izza
Mahdiana Apriliani, S.Pi., M.Si., dan Bapa Alexander M.A.K, S.Pi., M.Si, Ph.D. , sebagai dosen mata
kuliah Navigasi Penangkapan Ikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
wawasan sesuai dengan bidang studi yang ditekuni.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari segi
penyusunan,pembahasan,ataupun teknik penulisan. Oleh karena itu,kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih
baik dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna dan dapat bermanfaat bagi
kami dan para pembaca.
Kelompok 6
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Layout SBNP di Area Pelabuhan ..............................................................................................................14
iii
BAB 1
A. Pengertian
Dalam menggunakan moda transportasi dibutuhkan rambu-rambu lalu lintas.
Rambu-rambu lalu lintas berfungsi untuk memberi arah kepada pengemudi mengenai kondisi
lalu lintas yang akan ditempuh(Wahyuni, 2019). Begitu pun ketika dilaut, rambu laut memiliki
definisi yang sama dengan rambu lalu lintas di darat yaitu bagian dari perlengkapan jalan/jalur
yang memuat lambang, huruf, angka, serta kalimat dan perpaduan didalamnya (Syakur &
Anamisa, 2018; Saleh, 2018).
Sarana bantu navigasi pelayaran yang disingkat SBNP merupakan peralatan yang
dibutuhkan sebagai rambu rambu lalu lintas laut atau panduan navigasi dari pelayaran kapal di
laut. Pengertian sarana bantu navigasi pelayaran sebagai alat bantu serta panduan yang harus di
diketahui oleh seorang nakoda kapal atau anak kapal saat berlayar dilaut yang memiliki aturan
standar sebagai rambu pelayaran dan rambu lalu lintas di laut yang berlaku di juga pada laut
diseluruh dunia atau berlaku Internasional.
B. Fungsi
Sarana bantu navigasi pelayaran (SBNP) merupakan peralatan atau sistem yang berada
di luar kapal yang didesain dan dioperasikan untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi
bernavigasi kapal dan/atau lalu lintas kapal (pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun
2010) . Sedangkan menurut Syakur & Anamisa, 2018; Saleh, 2018, rambu laut berfungsi untuk
memberikan peringatan, larangan, perintah, petunjuk bagi para pengguna jalan, dan dapat
menekan jumlah korban kecelakaan..
1
2
1) Menara Suar, yaitu sarana bantu navigasi pelayaran tetap yg bersuar dan
mempunyai jarak tampak lebih 20 mil laut yang dapat membantu para navigator
dalam menentukan posisi dan/atau haluan kapal, menunjukkan arah daratan dan
adanya Pelabuhan serta dapat dipergunakan sebagai tanda batas wilayah Negara
(undang-undang no. 23 tahun 2008).
2) Rambu Suar, yaitu sarana bantu navigasi pelayaran tetap yg bersuar dan
mempunyai jarak tampak sama atau lebih dari 10 mil laut yang dapat membantu
para navigator adanya bahaya atau rintangan navigasi antara lain karang, air
dangkal, dan bahaya terpencil serta menentukan posisi dan haluan kapal serta
dapat dipergunakan sebagai tanda batas wilayah Negara.
3) Pelampung Suar, yaitu sarana bantu navigasi pelayaran apung yang bersuar dan
mempunyai jarak tampak sama atau lebih 4 mil laut yang dapat membantu para
navigator adanya bahaya atau rintangan navigasi antara lain karang, air dangkal,
gosong (karang), kerangka kapal dan untuk menunjukkan perairan aman serta
pemisah alur, dan dapat dipergunakan sebagai tanda batas wilayah Negara.
4) Tanda Siang (Day Mark), yaitu sarana bantu navigasi pelayaran berupa anak
pelampung dan rambu siang yang dapat membantu para navigator tentang
adanya bahaya atau rintangan navigasi antara lain karang, air dangkal, kerangka
kapal dan menunjukkan perairan yg aman serta pemisah alur yg hanya dapat
dipergunakan pada siang hari.
5) Suar Spot, adalah suatu alat penerang (lensa, lampu, dsb) yang mengeluarkan
sorot sinar tak berputar, dipasang di atas bangunan sejenis menara di sepanjang
pantai atau pelabuhan.
6) Suar Penuntun, (landing light) yaitu suatu alat penerang (lensa, lampu, dsb) yang
mampu memberikan penerangan dengan sifat sinar tertentu, dipasang diatas
bangunan sejenis menara di dalam pelabuhan atau selat.
7) Suar Pengarah, yaitu suatu alat penerang yang yang mampu sekaligus
memberikan tiga jenis sinar yang berbeda dengan ciri tertentu.
8) Stasiun Rambu Radio Gelombang Menengah, yaitu perlengkapan radio
(transmitter, antena, dan lain-lain) untuk menyiarkan sinyal-sinyal (gelombang
menengah) agar kapal-kapal yang dilengkapi dengan pencari arah radio dapat
memanfaatkan pancaran sinyal tersebut untuk menentukan posisi.
D. Prinsip Penggunaan
a. Rambu-Rambu Navigasi Visual
1) Menara Suar
Menara suar yaitu alat penerang (lensa, lampu, dsb) yang mampu mengeluarkan
sinar dengan sifat tertentu yang dipasang diatas menara ditempatkan di sepanjang
pantai atau di dalam pelabuhan, dan berfungsi sebagai tanda bagi kapal-kapal yang
yang bernavigasi dari lepas pantai ke darat atau sepanjang pantai untuk memastikan
tempat pendaratan, titik koneksi atau posisi kapal. 16 Fasilitas menara suar meliputi
: 1) Rumah penjaga menara suar tipe T.50. 2) Rumah generator 60 m 2 , gudang
peralatan 50 m 2 dan gudang penampungan logistik di pantai 30 m2 . 3) Bak
penampungan air tawar 1 buah kapasitas minimum 25 m 3 untuk setiap rumah
kapasitas 5 m 3 . 4) Alat penolong dan keselamatan. 5) Sumber tenaga listrik yang
memadai. 6) Jetty sesuai kebutuhan; sarana komunikasi.
2) Rambu Suar
Rambu Suar yaitu suatu alat penerang (lensa, lampu dsb) yang mampu
mengeluarkan sinar dengan sifat tertentu yang dipasang diatas menara atau
dilabuhkan di dasar laut yang ditempatkan di perairan pantai pantai atau di dalam
pelabuhan, dan berfungsi memberikan informasi kepada kapal-kapal yang
bernavigasi di daerah sekitarnya mengenai lokasi-lokasi di pelabuhan, posisi alur
5
masuk dan alur keluar, tempat-tempat dangkal, lain-lain halangan di bawah air
beserta alur-alur pelayaran yang aman.
3) Pelampung Suar
Pelampung suar merupakan markah yang berfungsi untuk menuntun alur pelayaran
yang terdiri dari dua warna (merah dan hijau) dan mempunyai nomor genap dan
ganjil. Pemberian warna dan nomor bertujuan agar para navigator dapat mencocokan
pelampung suar dengan posisi di peta. Peletakan pelampung suar dilakukan dengan
ketentuan bahwa pelampung yang bernomor ganjil (hijau) berada disebelah kanan
alur masuk pelayaran dan pelampung yang bernomor genap (merah) diletakan di
sebelah kiri alur masuk pelayaran
5) Suar Spot
Suar spot berfungsi untuk memberikan informasi kepada kapal-kapal yang
beroperasi di sekitar daerah itu akan adanya benda-benda berbahaya dengan
penyinaran atas karang atau tempat-tempat dangkal yang bersangkutan.
6) Suar Penuntun
Suar Penuntun berfungsi utuk memberikan informasi kepada kapal-kapal yang
beriperasi di alur-alur pelayaran yang sulit dan sempit di pelabuhan atau selat. Suar
Penuntun, yaitu dua suar yang terletak dalam satu garis dan memancarkan sinar
dalam satu arah. Suar jenis ini berfungsi memberikan informasi kepada navigator
pada alur pelayaran yang sulit dan sempit.
Suar dibangun untuk memberikan peringatan dari suatu tempat yang tinggi sehingga
dapat memberikan peringatan kepada navigator akan adanya bahaya navigasi.
Identitas sebuah suar dapat diketahui melalui keterangan yang terdapat di peta laut.
Keterangan ini berisi penjelasan tentang jenis pancaran suar, periode pencaran,
tinggi suar, dan jarak tampak suar. Sebagai contoh, Suar Pulau Edam memiliki
keterangan Fl (4) 20s 52m 20M. Hal ini berarti bahwa suar tersebut memiliki
ketinggian 52 meter (52m), memancarkan cahaya sebanyak empat kali (Fl (4)),
dengan periode waktu antara empat pancaran ke empat pancaran berikutnya adalah
20 detik (20s), dan jarak tampak suar sejauh 20 nautical mile (20M).
alur-alur pelayaran yang sulit dan sempit dengan sinar putih ditengah diapit oleh
sinar hijau dan sinar merah.
ARPA tidak mampu membedakan jenis target yang dilukiskan oleh tampilan Radar.
Ia hanya mencoba memproses semua ‘spot’ yang tergambarkan oleh Radar, apakah
itu kapal, pulau, suar, ‘rain-cluter’ atau ‘sea-clutter’. Semua target yang tergambarkan
pada layar Radar akan diproses sama.
6) Echosounder
Prinsip kerjanya yaitu pada transmitter terdapat tranduser yang berfungsi untuk
merubah energi listrik menjadi suara. Kemudian suara yang dihasilkan dipancarkan
dengan frekuensi tertentu. Suara ini dipancarkan melalui medium air yang
mempunyai kecepatan rambat sebesar, v=1500 m/s. Ketika suara ini mengenai objek,
misalnya ikan maka suara ini akan dipantulkan. Sesuai dengan sifat gelombang yaitu
gelombang ketika mengenai suatu penghalang dapat dipantulkan, diserap dan
dibiaskan, maka hal yang sama pun terjadi pada gelombang ini.
9) Radar beacon
Sebagai penerima pemancar yang terkait dengan tanda navigasi tetap yang bila dipicu
oleh radar, secara otomatis mengembalikan sinyal khas yang dapat muncul pada
tampilan radar pemicu, memberikan jangkauan, bantalan, dan identifikasi informasi.
Prinsip kerja radio beacon menggunakan isyarat pandu dengan mengirim isyarat ke
satelit bila suatu kapal atau pesawat ataupun personel dalam keadaan bahaya.
E. Studi Kasus
a) Jurnal 1
Identitas Jurnal
Semiotika Rambu-Rambu Lalu Lintas Laut
PRINTED ISSN: 2620-6919 ONLINE ISSN: 2620-3316 Vol. 4, No. 2, 2021 Page: 443-456
Jurnal penelitian pendidikan bahasa indonesia,daerah,dan asing
Latar belakang
Semiotik merupakan kajian yang luas mengenai makna. Kajian ini menakup
segala hal. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda tanda
merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, dan kondisi di luar tanda-tanda
itu sendiri (Littlejohn, 2009:53). Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-makna
yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga
diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan.
Jenis tanda rambu-rambu laut sebagai berikut.
1. Tanda Bunyi Rambu Laut Rambu laut yang mengeluarkan tanda berupa bunyi ini
sebenarnya merupakan alternatif bila keadaan cuaca di laut berkabut saat badai. Untuk
suara bunyi berupa suara bel, gong, whistle, dan klingons agar anda mengetahui tanda
dari rambu serta arti dan maksud dan tujuan rambu laut dibuat baik untuk kepentingan
rambu lalu lintas pelayaran untuk keselamatan juga bagi pengawasan.
2. Tanda Lampu Suar Rambu Laut Untuk lampu suar sebagai rambu laut yang memiliki
tanda warna dan cahaya atau sinar lampu juga berkedip atau cerlang (blink) merupakan
tanda yang memiliki arti. Lampu suar selalu digunakan baik pada pelampung suar atau
sering ditemukan pada menara lampu suar pelabuhan atau mercusuar. Cara membaca
lampu suar khususnya merupakan syarat mutlak yang harus dikuasai pelaut atau
nakhoda kapal untuk memperoleh sertifikasi atau surat izin mengendarai seperti
layaknya SIM bila anda berkendara di jalan.
3. Tanda Warna Rambu Suar Warna yang digunakan pada rambu navigasi laut secara
umum menggunakan warna terang atau kontras mulai dari warna kuning, merah, hijau,
9
hitam, dan putih. Rambu suar laut memiliki beberapa jenis yang memiliki fungsi baik
secara khusus dan secara umum sebagai rambu navigasi laut. Untuk rambu laut dengan
warna serta arti dari tanda atau kode tersebut lebih jelasnya anda dapat temukan pada
buoy dan fungsinya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan sistem
pelampung suar lateral dan pelampung suar kardinal.
Hasil
a. Deskripsi Cardinal Buoyage
Sign
Sign
10
Sign
Kesimpulan
11
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa makna warna dan bentuk buoy
cardinal dan lateral sebagai berikut.
1. Warna yang terdapat pada buoy (pelampung) cardinal dan lateral menunjukkan fungsi
dan posisi buoy tersebut, seperti warna pada tiang yang berwarna kuning pada bagian
dan hitam pada bagian bawah atau peletakan warna yang bervariasi. Warna hijau dan
merah pada buoy lateral menunjukkan posisi tanda tersebut seperti kiri atau di posisi
kanan kapal. Begitupun dengan bentuk cardinal lateral, jika pada bagian atas runcing
berarti itu buoy yang berkedudukan di sebelah kanan, jika buoy lateral berbentuk tumpul
artinya posisi buoy tersebut berada di sebelah kiri.
2. Warna yang terdapat pada buoy cardinal dan lateral menunjukkan fungsi dan posisi
buoy tersebut seperti warna pada tiang yang berwarna kuning pada bagian dan hitam
pada bagian bawah atau peletakan warna yang bervariasi. Warna hijau dan merah pada
buoy lateral menunjukkan posisi tanda tersebut seperti kiri atau di posisi kanan kapal.
Begitupun dengan bentuk cardinal lateral, jika pada bagian atas runcing berarti itu buoy
yang berkedudukan di sebelah kanan, jika buoy lateral berbentuk tumpul artinya posisi
buoy tersebut berada di sebelah kiri.
Hasil penelitian ini memberi kontribusi yang berguna dalam ilmu makna rambu-rambu
lalu lintas di laut bagi masyarakat khususnya pelayaran sebagai pengetahuan, penjelasan,
serta panduan tentang bagaimana memahami buoy cardinal dan lateral berdasarkan
analisis semiotika Charles Sanders Peirce dan bisa dilanjutkan oleh peneliti-peneliti
berikutnya.
b) Jurnal 2
Identitas Jurnal
Judul : Kajian Standar Penilaian Kelayakan Pelabuhan Makassar Dalam Mendukung
Konsep Tol Laut
Jurnal : Journal of Geospatial
Volume dan Halaman : Volume 5 Halaman 21-34
Tahun : 2018
Penulis: Eka Djunarsjah, Dwi Wisayantono, dan Andi Putra Parlindungan
Pendahuluan
Konsep Tol Laut merupakan sebuah kebijakan menghubungkan Kawasan Barat
Indonesia (KBI) dengan Kawasan Timur Indonesia (KTI) melalui jalur laut yang akan
dilalui oleh kapal-kapal berukuran besar untuk mengoptimalkan pendistribusian
logistik. Keberhasilan Konsep Tol Laut bergantung pada kelayakan pelabuhan, terutama
pelabuhan yang dijadikan sebagai titik utama Tol Laut. Oleh karena itu, perlu dilakukan
suatu penelitian terkait kondisi pelabuhan di Indonesia saat ini untuk melihat kelayakan
dalam mendukung Konsep Tol Laut. Tanpa kesiapan dari pelabuhan, maka Konsep Tol
Laut tidak akan dapat terlaksana dengan baik.
Penelitian dilakukan dengan studi literatur yang diperoleh dari buku, jurnal
penelitian, artikel, atau website yang terkait dengan topik. Selanjutnya pengumpulan
data yang meliputi : data fisik pelabuhan, data pendukung pelabuhan, Peta Laut
Indonesia Nomor 139 dan 176, data fisik dan jenis kapal, serta Daftar Suar Indonesia
(DSI). Terdapat tiga parameter dalam kajian kelayakan yaitu : lokasi pelabuhan, alur
pelayaran, dan Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP). Dilakukan juga analisis
terhadap hasil kajian kelayakan pelabuhan dengan metode komparasi, membandingkan
kondisi sekarang dengan kondisi ideal sehingga didapatkan suatu kesimpulan layak
tidaknya Pelabuhan Makassar menjadi titik utama Konsep Tol Laut. Objek Penelitian
yang dipilih adalah pelabuhan terbesar di kawasan Indonesia Timur yaitu Pelabuhan
Makassar.
Pembahasan
Tol Laut
Tol Laut dan Pendulum Nusantara adalah sebuah sistem transportasi barang
dengan menggunakan kapal berukuran besar berkapasitas 3.000 sampai dengan 4.000
TEUs (twenty foot equivalent) yang melewati sebuah jalur laut utama dari ujung barat
hingga ujung timur Indonesia dan sebaliknya secara rutin. Di dalam jalur laut utama
tersebut, terdapat lima pelabuhan utama yang akan disinggahi oleh kapal-kapal
berukuran besar, yaitu Belawan (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak
(Surabaya), Makassar, dan Sorong (Papua). Lima pelabuhan ini berfungsi sebagai titik
simpul atau hub regional bagi daerah di sekitarnya.
1) Lokasi Pelabuhan
Dalam menentukan lokasi pelabuhan utama dalam program Tol Laut ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan agar mendapatkan hasil yang optimal
seperti : 1). Aksesibilitas, suatu pelabuhan akan berkembang dengan baik apabila
lokasinya terhubung dengan jaringan jalan atau aluran transportasi air dengan daerah di
sekitarnya, sehingga muatan (barang dan penumpang) dapat diangkut ke dan dari
pelabuhan dengan mudah dan cepat; 2). Pelabuhan juga akan berkembang dengan baik
apabila mempunyai daerah subur dengan populasi penduduk yang cukup padat dan
dekat dengan kota-kota besar di sekitarnya. Masyarakat dan industri akan mudah
memanfaatkan keberadaan pelabuhan, baik untuk angkutan penumpang, barang
maupun komoditi lainnya; serta 3). Ketersedian lahan yang cukup luas baik di darat
maupun di perairan, akan dapat menampung fasilitas-fasilitas pendukung pelabuhan.
Daerah perairan harus cukup luas untuk alur pelayaran, kolam putar, penambatan dan
tempat berlabuh.
2) Alur Pelayaran Pelabuhan
Alur pelayaran menjadi suatu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam
pencapaian Tol Laut karena berhubungan dengan keselamatan pelayaran. Pada program
Tol Laut dibutuhkan penggunaan kapal berukuran besar yang dapat mengangkut 3.000
sampai 4.000 TEUs. Semakin besar ukuran kapal, maka semakin besar ukuran draftnya
dan semakin besar pula ukuran kedalaman aman yang dibutuhkan pada sebuah alur
13
pelayaran pelabuhan. Pada penelitian ini diketahui bahwa kedalaman alur yang
dibutuhkan adalah 16 meter, lebar alur 155,80 meter untuk satu jalur dan 245,84 meter
untuk dua jalur, sedangkan luas kolam 127,518 hektar. Luas kolam tersebut sudah
memperhitungkan luas kolam putar, luas kolam pendaratan, dan luas kolam manuver.
3) Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)
SBNP sangat diperlukan dalam pelayaran berfungsi untuk menjamin
keselamatan, efisiensi, dan kenyamanan. Dengan adanya alat pemandu ini, akan
memberikan petunjuk kepada kapal ke arah mana kapal tersebut harus berlayar sehingga
tidak menyimpang dari jalur dan juga memberikan peringatan untuk daerah berbahaya,
seperti karang, tempat-tempat dangkal, serta sebagai petunjuk untuk masuk ke suatu
pelabuhan. Untuk menjamin keselamatan pelayaran, SBNP yang harus ada antara lain
a. Menara suar yang dibangun di pintu masuk pelabuhan (mulut pelabuhan), yang
berfungsi sebagai penanda pintu masuk ke alur pelayaran pelabuhan.
b. Pelampung berwarna merah berada di sebelah kanan dengan nomor genap dan
pelampung warna hijau di sebelah kiri dengan nomor ganjil berguna untuk
memudahkan nahkoda mengarahkan kapal supaya tetap berada di alur pelayaran
pelabuhan. Semakin sempit alur pelayaran, maka semakin banyak dibutuhkan
pelampung.
c. Menara suar putih yang dibangun di darat untuk membantu nahkoda mengetahui
posisi pelabuhan dan memastikan posisi kapal tepat berada di alur pelayaran.
Menara ini dilengkapi dengan lampu, sehingga dapat dipergunakan pada malam
hari.
Indonesia dan menjadi penghubung ke pelabuhan lainnya yang berada di kawasan timur.
Terdapat enam pelabuhan yang berada di sekitar Pelabuhan Makassar, antara lain:
Pelabuhan Awerange, Pelabuhan Garongkong, Pelabuhan Biringkasi, Pelabuhan
Galesong, Pelabuhan Janeponto, dan Pelabuhan Mato Angin. Keberadaan kawasan
industri dan tersedianya komoditi unggulan di daerah pelabuhan juga akan
memanfaatkan pelabuhan untuk pengangkutan barang, seperti ekspor dan impor.
Beberapa kendala yang dialami Pelabuhan Makassar adalah kurangnya lahan
pengembangan untuk daerah penumpukan barang (penumpukan peti kemas dan daerah
parkir kendaraan Ro-ro). Sedangkan ketersedian lahan di laut sangat besar, hal ini
memungkinkan untuk pengembangan pelabuhan dilakukan di laut.
2) Alur Pelayaran Pelabuhan
Kebutuhan kedalaman alur pelayaran dan kolam pelabuhan untuk program Tol
Laut adalah 16 meter. Sedangkan, kedalaman minimum di alur pelayaran dan kolam
dermaga Pelabuhan Makassar adalah 10 meter dan 12 meter. Dengan begitu, kondisi
sekarang belum memadai untuk dapat berlabuhnya kapal-kapal berukuran besar. Lebar
alur pelayaran Pelabuhan Makassar adalah 250 meter, sedangkan kebutuhan lebar alur
untuk program Tol Laut untuk satu jalur adalah 155,04 meter dan 245,48 meter untuk
dua jalur. Dengan demikian memungkinkan untuk menerapkan sistem dua jalur untuk
masuk ke Pelabuhan Makassar. Luas minimal kolam dermaga yang dibutuhkan program
Tol Laut adalah 127,518 hektar dan luas tersebut masih cukup, karena luas kolam dermaga
Pelabuhan Makassar adalah 315,20 hektar.
3) Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP)
SBNP alur masuk pelayaran Pelabuhan Makassar memiliki dua rambu suar pada
pintu masuk pelabuhan, sepuluh pelampung, empat rambu suar berwarna, dua rambu
suar putih, dan satu lampu pelabuhan. Kondisi fisik dari beberapa rambu suar ada yang
tidak baik, ada dua rambu putih yang roboh dan ada satu yang tidak menyala. Namun
secara umum, kondisi SBNP Pelabuhan Makassar saat ini masih dapat dikatakan cukup
untuk memenuhi kebutuhan program Tol Laut karena tidak banyak bahaya navigasi
pada alur pelayaran menuju pelabuhan Makassar.
Kesimpulan
Dari hasil analisis studi kelayakan Pelabuhan Makassar dapat disimpulkan
bahwa lokasi Pelabuhan Makassar dapat dikatakan layak untuk mendukung konsep Tol
Laut. Sedangkan Alur pelayaran Pelabuhan Makassar belum dapat dikatakan layak dan
Sarana Bantu Navigasi Pelayaran (SBNP) yang menuju Pelabuhan Makassar sudah cukup
layak untuk mendukung program Tol Laut.
F. Kesimpulan
Rambu adalah bagian dari perlengkapan jalan/jalur yang memuat lambang, huruf,
angka, serta kalimat dan perpaduan didalamnya yang berguna untuk memberi arah kepada
15
nahkoda kapal atau anak kapal saat berlayar di laut. Terdapat tiga jenis rambu-rambu navigasi,
yaitu rambu-rambu navigasi visual yang berupa menara suar, rambu suar, pelampung suar,
tanda siang (day mark), suar spot, suar penuntun, suar pengarah, dan stasiun rambu radio
gelombang menengah; rambu-rambu navigasi elektronik yang berupa kompas, Global
Positioning System (GPS), Radio detection and ranging (radar), Automatic Radar Plotting Aids
(ARPA), Automatic Identification System (AIS), echosounder, ECDIS (Electronic Chart
Display and Information System), Differential Global Position System (DGPS) Differential
Global Position System (DGPS), radar beacon, radio beacon Radio beacon, dan Radar
surveylance; Rambu-Rambu Navigasi Pelayaran Audible yang berupa peluit, gong, lonceng,
atau sirine. Fungsi perambuan laut pada umumnya sebagai rambu navigasi yang juga mengatur
rambu lalu lintas di laut demi keselamatan kegiatan pelayaran.
DAFTAR PUSTAKA
Bowditch, Nathaniel. 2002. The American Practical Navigator. Maryland: National Imagery and
Mapping Agency
Indonesia. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 25 Tahun 2011 Tentang sarana Bantu Navigasi-
Pelayaran. Menteri Perhubungan republik Indonesia. Jakarta.
Surnata, S., Nufus, H., Alam, K., & Agustini, E. (2021). Semiotika Rambu-Rambu Lalu Lintas Laut.
Silampari Bisa: Jurnal Penelitian Pendidikan Bahasa Indonesia, Daerah, Dan Asing, 4(2), 443-456.
Telford, W. M.; Geldart, L. P.; Sheriff, R. E. 1990. Applied Geophysics. Cambridge: Cambridge
University Press. hlm. 62–135. ISBN 9781139167932. (Bowditch, 2002)
(Surnata, et al., 2021)
17