Anda di halaman 1dari 11

SKOR NILAI :

MAKALAH
“Mempelajari Ilmu Pelayaran Astronomi Bertujuan untuk Menciptakan
Keselamatan Bernavigasi”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pelayaran Astronomi.
Diampuh oleh:
Nama dan Gelar Dosen

Disusun Oleh :
Kelas ......

Dalton Faisal Manalu 2203022

JURUSAN D-III NAUTIKA


AKADEMI MARITIM INDONESIA MEDAN
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan

saya kesempatan untuk membuat karya tulis ini. Penulisan karya tulis ini, bertujuan untuk

menyelesaikan tugas wajib semester II mata kuliah Ilmu Pelayaran Astronomi. Karya tulis ini

juga ditujukan untuk membantu para mahasiswa supaya lebih mudah memahami materi Ilmu

Astronomi Untuk Menciptakan keselamatan bernavigasi yang selama ini dibawakan oleh Bapak

dosen. Sejalan dengan tujuan penyelenggaraan perkuliahan, penjelasan dalam karya tulis ini

dipilih dari pokok-pokok materi yang diberikan Bapak dosen sebagai bahan perkuliahan pada

pertemuan-pertemuan sebelumnya.

Untuk itu, materi dalam karya tulis ini diberikan dengan cara sederhana dan singkat

mengingat bahwa semua materi harus diserap sendiri. Saya mengharapkan para pembaca dapat

memahami dengan mudah materi yang dikupas tuntas dalam karya tulis yang telah dibuat ini.

Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga

tersusunnya makalah ini. Tidak lupa pula, diharapkan evaluasi, kritik, dan saran untuk karya tulis

saya agar kedepannya dapat ditingkatkan menjadi lebih baik dan sempurna.

Medan, 30 Mei 2023

Penulis
Dalton Fisal Manalu
NIT. 2203022
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3

BAB I...............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..........................................................................................................................3

1.1. Latar Belakang................................................................................................................3

1.2. Rumusan Masalah...........................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN.............................................................................................................................6

2.1. Ilmu Pelayaran Astronomi.............................................................................................6

2.2. Ilmu Astronomi dan Perwira Pelayaran.......................................................................9


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini transportasi laut merupakan suatu kebutuhan dan menjadi alternatif terbaik

dalam rantai perdagangan dunia. Oleh sebab itu kebutuhan akan sarana transportasi laut sebagai

penghubung antar pulau sangat tinggi. Sarana transportasi laut yang dimaksud adalah kapal.

Kapal menjadi pertimbangan utama masyarakat karena merupakan sarana transportasi yang

ekonomis. Secara prinsip kapal dibangun dengan tujuan mengangkut manusia dan barang untuk

dibawa dari suatu tempat menuju tempat tujuan dengan keadaan aman dan tepat waktu.

Saat ini kapal menjadi salah satu hal yang penting dalam menggerakkan perekonomian

dunia karena kelebihannya sebagai sarana distribusi dibanding moda transportasi lain. Untuk

menunjang kelancaran arus distribusi barang tersebut, maka keselamatan pelayaran menjadi hal

pokok yang harus diutamakan. Keselamatan pelayaran dipengaruhi banyak faktor, baik dari

dalam maupun dari luar kapal. Faktor eksternal mungkin sulit dikendalikan, namun faktor

internal lebih mudah ditangani karena sepenuhnya ada pada kendali pihak kapal. Salah satu

faktor internal adalah kemampuan merencanakan pelayaran yang harus dimiliki oleh para

perwira dek. Tentu tidak hanya berhenti pada merencanakan tentunya, tapi juga pada penerapan

sistem kontrol yang baik sehingga tidak ada keraguan akan keselamatan pelayaran.

Banyak unsur yang ada di dalam rencana pelayaran, salah satunya adalah metode

penentuan posisi sebagai sarana kontrol terhadap pelaksanaan rencana pelayaran. Cara penentuan

posisi selama ini dikenal dalam 3 istilah yaitu Ilmu Pelayaran Datar, Ilmu Pelayaran Astronomi,

dan Ilmu Pelayaran Elektronika. Ilmu Pelayaran Datar, yaitu Ilmu Pelayaran yang menggunakan

benda benda bumiawi (Pulau, Gunung, Tanjung, Suar, dll), sebagai pedoman dalam membawa
kapal dari satu tempat ketempat lain. Yang kedua ilmu pelayaran astronomi, yaitu ilmu pelayaran

yang menggunakan benda benda angkasa (matahari,bulan,bintang) dan benda benda langit

lainnya sebagai pedoman dalam membawa kapal dari satu tempat ke tempat lain. Yang terakhir

adalah navigasi elekronik yaitu ilmu navigasi berdasarkan alat-alat elektronika seperti RADAR,

ECDIS, ARPA, LORAN, DECCA, dan lain sebagainya.

Sejak dikembangkan pada abad ke19, Ilmu Pelayaran Elektronika terus dimanfaatkan

oleh para navigator dan lambat laun mulai menggerus ilmu pelayaran yang lain, khususnya Ilmu

Pelayaran Astronomi. Memang pada kenyataannya penentuan posisi dengan alatalat elektronika

seperti Global Positioning System (GPS), dapat dilakukan setiap saat dengan cepat. Namun

ketergantungan pada alat ini harus mulai dicermati karena para perwira dek menjadi

ketergantungan pada alat elektronika dan tidak memiliki alternatif lain dalam menentukan posisi,

terutama apabila terjadi kegagalan atau kerusakan alat elektronika di kapal.

Oleh karena itulah, penulisan ini disusun dengan tujuan untuk mengungkap fenomena

yang terjadi pada para perwira dek dan peran perusahaan dalam pemanfaatan Ilmu Pelayaran

Astronomi sehingga diharapkan memberi gambaran akan pentingnya pemanfaatan ilmu

pelayaran astronomi sebagai alat menciptakan keselamatan bernavigasi.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang masalah diatas, maka dapatlah diambil beberapa perumusan masalah

yang kiranya menjadi pertanyaan dan membutuhkan jawaban, yang akan dibahas pada

pembahasan bab-bab selanjutnya dalam karya tulis ini. Adapun perumusan masalah itu sendiri

yaitu :

1. Apa itu ilmu pelayaran astronomi ?


2. Mengapa ilmu pelayaran astronomi sangat penting untuk dikuasai para perwira

pelayaran ?

3. Bagaimana pemanfaatan ilmu pelayaran astronomi untuk menciptakan keselamatan

bernavigasi ?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Ilmu Pelayaran Astronomi


Ilmu Astronomi adalah ilmu yang mempelajari gerakan sifat dan karakteristik serta tempat

dan kedudukan benda angkasa. Dalam dunia pelayaran, ilmu astronomi ini dapat dikembangkan

menjadi Ilmu Pelayaran astronomi yang digunakan oleh para perwira pelayaran dalam

menentukan kedudukan kapal. Ilmu pelayaran astronomi adalah Ilmu yang mempelajari

penentuan posisi kapal dengan bantuan pengukuran posisi benda angkasa. Ilmu ini selalu di

digunakan pada saat kapal bernavigasi maupun tidak bernavigasi bila cuaca langit cerah. Dalam

Ilmu Pelayaran Astronomi terdapat istilah-istilah yang selalu digunakan, yaitu :

a. Tinggi sejati : adalah busur lingkaran tegak yang melalui benda angkasa antara cakrawala

sejati dan titik pusat benda angkasa.

b. Tepi langit maya : adalah batas bagian permukaan bumi yang masih terlihat oleh penilik.

c. Cakrawala setempat : adalah bidang melalui mata penilik sejajar dengan cakrawala sejati.

d. Cakrawala sejati : adalah bidang yang melalui pusat angkasa tegak lurus normal penilik

e. Normal lurus adalah garis melalui pusat angkasa tegak lurus terhadap cakrawala setempat

dan melalui penilik.

f. WAKTU di bumi tempat kita hidup ada 4 jenis waktu yang perlu diketahui yaitu:

1. Waktu menengah setempat Waktu menengah setempat adalah waktu yang

ditunjukkan di daerah bujur dimana penilik berada.

2. Waktu menengah Greenwich Waktu menengah Greenwich adalah waktu penengah

yang ditunjukkan pada bujur 00 (GMT).


3. Waktu menengah standard Waktu menengah standard adalah waktu yang berlaku

pada wilayah suatu Negara tertentu. Contoh: Di Indonesia → WIB, WITA,WIT

4. Waktu Zone Waktu Zone adalah waktu yang ditunjukkan pada derajat pertengahan

dari daerah waktu tertentu yang dimulai dari daerah waktu 00 (antara bujur 7½0 B s/d

7 ½0 T)

g. Bulatan angkasa adalah sebuah bulatan dimana planet bumi sebagai pusat, dengan radius

tertentu dan semua benda-benda angkasa diproyeksikan padanya.

h. Katulistiwa angkasa adalah sebuah lingkara besar di angkasa yang tegak lurus terhadap

poros kutub utara dan kutub selatan angkasa.

i. Meridian angkasa adalah lingkaran tegak yang melalui titik Utara dan titik Selatan.

j. Lingkaran deklinasi adalah sebuah busur yang menghubungkan kutub utara dan kutub

selatan angkasa melalui benda angkasa tersebut.

k. Azimuth benda angkasa adalah sebagian busur cakrawala, dihitung dari titik Utara atau

Selatan sesuai lintang penilik, ke arah Barat atau Timur sampai ke lingkaran tegak yang

melalui benda angkasa, diukur dari 0 derajat sampai 180 derajat.

l. Rambat lurus adalah sebagian busur katulistiwa angkasa, dihitung dari titik Aries ke arah

berlawanan dengan gerakan harian maya, sampai ke titik kaki benda angkasa.

m. Titik Aries adalah sebuah titik tetap di katulistiwa angkasa, dimana matahari berada pada

tanggal 21 Maret,

n. Lingkaran vertikal pertama adalah lingkaran yang menghubungkan Zenith dan Nadir

melalui titik Timur dan titik Barat.

o. Lintang Astronomis adalah sebagian busur lingkaran lintang astronomis benda angkasa,

dihitung dari ekliuptika hingga sampai ke benda angkasa.


p. Bujur Astronomis adalah sebagian busur lingkaran eklipyika, dihitung dari titik Aries

dengan arah yang sama terhadap peredaran tahunan matahari, sampai pada titik proyeksi

benda angkasa di ekliptika.

q. Greenwich Hour Angle (GHA) atau sudut jam barat Greenwich, adalah sebagian busur

katulistiwa angkasa diukur dari meridian angkasa Greenwich ke arah barat sampai

meridian angkasa yang melalui benda angkasa, dihitung dari 0 derajat sampai 360 derajat.

r. Local Hour Angle (LHA) atau sudut jam barat setempat adalah sebagian busur

katulistiwa angkasa diukur dari meridian angkasa penilik ke arah barat sampai meridian

yang melalui benda angkasa dihitung dari 0 derajat sampai 360 derajat.

s. Siderial Hour Angle (SHA) atau sudut jam barat benda angkasa, adalah sebagian busur

katulistiwa angkasa diukur dari titik Aries ke arah barat, sampai meridian yang melalui

benda angkasa dihitung dari 0 derajat sampai 360 derajat. Selanjutnya koordinat-

koordinat ini merupakan istilah baku yang digunakan dalam navigasi astronomi, baik

pemakaian tabel-tabel atau diagaram maupun almanak nautika. Lukisan bulatan angkasa

di atas berlaku untuk penilik yang berada di lintang Utara (Kutub Utara angkasa berada di

atas titik Utara).

t. Perhitungan menentukan posisi menggunakan ilmu pelayaran astronomi menurut IMO

(international maritime organization).

2.2. Ilmu Astronomi, Bernavigasi, dan Perwira Pelayaran


Bernavigasi merupakan bagian dari kegiatan melayarkan kapal dari suatu tempat

ketempat lain. Pengetahuan tentang alat-alat navigasi sangat penting untuk membantu seorang

pelaut dalam melakukan suatu pelayaran. Seiring dengan perkembangan zaman, modernisasi

peralatan navigasi dan sistem navigasi mengalami kemajuan dan memberikan kemuadahan serta
keakurasian yang lebih baik dalam hal penentuan posisi kapal di permukaan bumi, hal ini

diharapkan dapat menjamin terciptanya aspek-aspek keselamatan dalam pelayaran. Kemajuan

dari sistem navigasi menjadi hal yang perlu diperhatikan dan benar-benar dikuasai dan dipahami

bagi seorang pelaut yang merupakan pengguna utama dalam kegiatan bernavigasi. Selain dari

segi sumber daya manusia yang ada, adanya alat penunjang juga akan mempengaruhi

terselenggaranya keselamatan kegiatan pelayara.

Sistem navigasi di laut mencakup beberapa kegiatan pokok antara lain, menentukan

tempat kedudukan posisi dimana kapal berada di permukaan bumi, mempelajari serta

menentukan rute-rute pelayaran yang harus ditempuh agar kapal dapat sampai di pelabuhan

tujuan dengan cepat, aman, selamat, dan efisien. sehingga dapat mempersiapkan kemungkinan

melintasi alur pelayaran yang ramai serta daerah-daerah yang memilii potensi bahaya navigasi.

Potensi bahaya navigasi inilah yang seminimal mungkin untuk dicegah dengan adanya kemajuan

sistem dan alat navigasi sekarang ini, hal ini memungkinkan dituntutnya perusahaan dalam

penyesuain sistem dan alat diatas kapal untuk mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh

International maritime Organization (IMO).

Perkembangan pelayaran harus selalu ditingkatkan sesuai dengan kemajuan zaman yang

semakin modern. Untuk melayani kebutuhan yang semakin meningkat pada bidang transportasi laut,

pengangkutan barang dan pelayanan jasa angkutan, tidak cukup hanya menyediakan kapal saja, akan

tetapi harus dilengkapi dengan perwira dan anak buah kapal yang handal. Lancar atau tidaknya

pelayaran dalam pengoperasian suatu kapal sangat bergantung pada kinerja perwira dan anak buah

kapal, terutama perwira sebagai pimpinan di atas kapal. Peran perwira kapal dalam memimpin dan

memberikan contoh serta mengelola kinerja anak buah khususnya di kapal MT.Pegaden sangatlah

penting, agar tercapai hasil yang diinginkan. Beragam wawasan dan pengalaman dalam kepemimpinan
serta banyak konsep yang disajikan guna menawarkan perencanaan sumber daya manusia, hubungan

antara atasan dengan bawahan, serta komunikasi yang efektif agar didapat kesepakatan bersama.

2.3. Pemanfaatan Ilmu Pelayaran Astronomi dalam Menciptakan


Keselamatan Bernavigasi

BAB III
KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai