Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH ILMU PELAYARAN DATAR

Tentang

PASANG SURUT

Dosen Pengampu:

Capt. DONNY AFRIZAL MELAYU, S.SiT., M.Mar

Disusun oleh:

NIMAS AYU MUTIARA RIZKI PUTRI


NPT: 2101025

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pelayaran Datar

PROGRAM STUDI DIMPLOMA III


NAUTIKA
POLITEKNIK TRANSPORTASI SUNGAI, DANAU DAN
PENYEBERANGAN PALEMBANG
2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat
rahmatnya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penulisan
makalah yang berjudul “ Pasang Surut “ ini dalam rangka menyelesaikan tugas Ilmu
Pelayaran Datar dan penjelasan pasang surut ini sangat penting untuk pelaut
dikarenakan sangat berguna untuk kenavigasian diatas kapal.

Saya menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan-


kekurangan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang saya miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan saya terima
dengan senang hati.

Terima kasih untuk dosen yang telah membimbing saya pada mata kuliah
Ilmu Pelayaran Datar yang telah memberikan materi yang dapat saya mengerti.
Saya harap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan meningkatkan
pemahaman mengenai pasang surut.

Palembang, 25 April 2023

Penulis,

Nimas Ayu Mutiara Rizki Putri

NPT. 2101025

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................i

DAFTAR ISI ....................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................1

A. LATAR BELAKANG ...................................................................................1


B. RUMUSAN MASALAH ..............................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN ................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3

A. TEORI PASANG SURUT ............................................................................3


B. DEFINISI ......................................................................................................4
a. Spring Tides ...........................................................................................4
b. Neap Tides .............................................................................................5
c. Height Of Tides ......................................................................................5
d. High Water and Low Water ....................................................................6
e. Mean High Water Springs ......................................................................6
f. Mean High Water Neaps.........................................................................7
g. Mean Low Water Springs .......................................................................7
h. Mean Low Water Neaps .........................................................................8
i. Range .....................................................................................................8
j. Chart Datum ...........................................................................................9
k. Highest Astronomical Tides ...................................................................10
C. DEFINISI DIURNAL DAN SEMI-DIURNAL .............................................9
D. PERHITUNGAN JARAK SPRING DAN NEAP UNTUK STANDART DAN
SECONDARY PORT ...................................................................................10
E. MEMPERKIRAKAN WAKTU DAN KETINGGIAN AIR PASANG DAN
AIR SURUT PADA STANDARD DAN SECONDARY PORT ....................11
F. MENGHITUNG PASANG PADA KETINGGIAN TERTENTU ..................13
G. CARA MENGGUNAKAN DAN MEMBACA ADMIRALTY TIDE TABLES
......................................................................................................................14

ii
BAB III KESIMPULAN ..................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara dengan lautan yang luas. Letaknya cukup
strategis dan berada di 1angkah khatulistiwa di antara dua 1angkah, 1angkah
Hindia dan Pasifik serta dua benua, Asia dan Australia.
Pasang laut juga dapat didefinisikan sebagai gelombang yang diciptakan
oleh interaksi bumi, matahari dan bulan. Puncak gelombang disebut pasang
tinggi dan lembah gelombang disebut pasang surut. Perbedaan 1angkah1
antara pasang naik dan surut disebut zona intertidal atau intertidal, yang
dapat bervariasi dari beberapa meter hingga puluhan meter.
Kejadian pasang surut yang sering disebut pasut merupakan kejadian
proses naik turunnya air laut secara 1angkah1 yang ditimbulkan adanya
gaya 1angk-menarik dari benda-benda angkasa, yang terutama sekali
disebabkan oleh gaya 1angk matahari dan gaya 1angk bulan terhadap massa
air bumi. Proses kejadian pasang surut dapat dilihat secara langsung dan
menyimpulkan bahwa naik turunnya permukaan air laut selalu terjadi untuk
waktu yang 1angkah1 tetap, walaupun ternyata kesimpulan yang diambil
tidak benar (Zakaria, 2009).
Metode Admiralty merupakan metode perhitungan pasang surut air
laut yang dapat menghitung hanya dengan rentang data yang pendek atau
sedikit yaitu sebesar 15 piantan dan 29 piantan (Fitriana et al. 2019).
Pariwono (1989) menyatakan bahwa metode ini efektif digunakan untuk
menghitung pasang surut karena menghasilkan 9 komponen. Perhitungan
pasang surut juga dapat dilakukan dengan metode Least Square. Metode
Least Square merupakan metode perhitungan pasang surut yang
menghasilkan beberapa komponen yang memerlukan proses perhitungan
dengan dimensi matrik yang besar (Gumelar et al. 2016; Yoganda et al.
2019). Metode ini dapat menganalisa komponen pasang surut sehingga
elevasinya dapat diketahui (Ongkosongo dan Suyarso 1989).

1
Peranan 2angkah2n sangat penting untuk mendukung kegiatan
ekonomi, oleh karena itu struktur dan infrastruktur 2angkah2n harus
memenuhi standar yang mendukung semua kegiatan transportasi
laut.Pelabuhan saat ini merupakan bagian terpenting dari pembangunan,
oleh karena itu perhatian khusus diberikan pada perencanaan 2angkah2n.
Daerah memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi. Salah satu
2angka terpenting dalam perencanaan 2angkah2n adalah pasang surut.
Pasang surut merupakan fenomena naik turunnya permukaan air laut pada
waktu-waktu tertentu. Berdasarkan informasi tersebut, penulis membuat
“kiat” untuk membantu pembaca.Berdasarkan keterangan tersebut, maka
penulis akan membahas “ Pasang Surut” agar dapat bermanfaat bagi
pembacanya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat diambil beberapa rumusan
masalah yaitu:
1. Bagaimana teori pasang surut ?
2. Bagaimana perhitungan jarak spring dan neap untuk standard dan
secondary port ?
3. Bagaimana metode cara menghitung waktu pasang pada ketinggian
teretentu ?
4. Bagaimana cara menggunakan dan membaca admiralty tide tables ?

C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan teori pasang surut
2. Menjelaskan bagaimana perhitungan jarak spring dan neap untuk
standard dan secondary port
3. Menjelaskan bagaimana metode cara menghitung waktu pasang pada
ketinggian tertentu.
4. Memahami cara menggunakan dan membaca admiralty tide tables

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI PASANG SURUT


Fenomena atmosfer yang dikenal dengan pasang surut air laut ini
disebabkan oleh tarikan gravitasi dan juga oleh benda-benda angkasa seperi
matahari, bulan, dan 3angka lainnya. Para pendapat yang disebutkan di atas telah
diajukan oleh banyak ahli, dengan masing-masing ahli menyatakan keprihatinan
yang serius. Pasang surut air laut merupakan akibat dari gaya gravitasi dan gaya
sentrifugal yang bersumber pada dorongan dan meluas hingga jangkauan terjauh
bumi yang berputar. Gravitasinya bervariasi secara bertahap dengan massa
namun sangat berbeda dari penggaruk.

Gaya gravitasi yang teramati lebih besar dibandingkan pagi hari.


Terlepas dari kenyataan bahwa bulan lebih kecil dari matahari dalam hal ukuran,
bulan sebenarnya memiliki gaya 3angk dua kali lipat lebih besar dari matahari,
yang mengakibatkan berlalunya gelombang karena kedekatan jarak dengan
Bumi. Fenomena gravitasi ini menyebabkan dua tonjolan, atau tonjolan
gravitasi, terbentuk di lautan dan memengaruhi siang dan malam. Ada beberapa
teori yang menjelaskan keadaan atmosfer bagian atas saat ini, di antaranya Teori
Keseimbangan,, dan Teori Dinamis. Di bawah ini adalah beberapa penjelasan
dari masing-masing teori, untuk lebih jelasnya.

1. Teori Keseimbangan (Equilibrium Theory)


Teori Keseimbangan dikembangkan oleh Sir Isaac Newton. Teori ini
menjelaskan sifat kualitatif yang melewati atmosfer.
Teori keseimbangan pasang surut adalah teori yang menjelaskan bahwa
interaksi gravitasi antara bumi, bulan dan matahari menyebabkan naik
turunnya permukaan air laut secara teratur. Teori ini menyatakan bahwa
gravitasi Bulan menarik air laut ke arahnya dan menyebabkan pasang surut
di sisi Bumi yang menghadap Bulan, sedangkan pasang tinggi terjadi di sisi

3
Bumi yang berlawanan. Selain itu, gaya gravitasi matahari juga
mempengaruhi timbulnya pasang surut saat bumi berputar mengelilingi
matahari.

Namun selain gravitasi, teori tersebut juga memperhitungkan 4angka-


faktor seperti bentuk dan kedalaman laut serta efek redaman angin dan
pasang surut yang ada.

2. Teori Pasang Surut Dinamik (Dynamical Theory)

Laplace memperkenalkan teori dinamika pasang surut. Teori pasang


surut saat ini menggabungkan teori keseimbangan yang telah dibahas
sebelumnya, yang memungkinkan pemahaman kuantitatif prinsip pasang
surut. Teori pasang surut dinamis ini masih menganggap bahwa lautan
homogen menutupi seluruh permukaan bumi. Namun, memiliki ketertarikan
pada bahan-bahan dapat membantu dengan periode tersebut. Teori tersebut
juga menyatakan bahwa pasang surut dibengkokkan oleh pengaruh gaya
gravitasi dan sentrifugal Bulan, kedalaman dan lebar perairan, serta rotasi
Bumi. Selain 4angka tersebut dan lainnya, hal-hal berikut juga dapat
mempengaruhi letak suatu benda di udara:

• Kedalaman air dan luas perairan

• Pengaruh rotasi bumi.

• Pada gesekan rotasi bumi.

B. DEFINISI

a. Spring Tides ( pasang purnama )


Spring tides atau pasang purnama terjadi pada waktu bulan memasuki
fase bulan purnama dan bulan baru. Fenomena ini terjadi pada saat
matahari, bumi, dan bulan terletak sejajar atau membentuk sudut
180°.Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan
pasang surut yang sangat rendah.

4
Gambar 1. Spring Tides

b. Neap Tides ( surut perbani )


Pasang perbani terjadi ketika Bulan berada di fase akhir dan setengah fase
awal. Pasang surut ini terjadi pada saat posisi matahari, bumi, dan bulan
saling tegak lurus (90°). Pada saat ini ada air pasang dan surut. Artinya,
pada saat air pasang, air tidak naik atau turun ke ketinggian normalnya.
Pasang surut berkurang, mengurangi perbedaan di antara mereka.

Gambar 2. Neap Tides

c. Height Of Tide
Ketinggian pasang surut adalah jarak antara pasang tinggi dan rendah di
lokasi tertentu. Ketinggian pasang surut dapat bervariasi di berbagai
tempat di sepanjang pantai tergantung pada berbagai faktor seperti
kedalaman laut, bentuk pantai, arah dan kecepatan angin, dll.
Ketinggian pasang surut juga dipengaruhi oleh fase bulan, dengan pasang
surut biasanya lebih tinggi saat bulan purnama atau bulan baru. Selain itu,
fenomena pasang surut juga dapat dipengaruhi oleh faktor cuaca seperti

5
badai dan topan yang dapat menyebabkan tinggi pasang surut menjadi
lebih tinggi dari biasanya.

Gambar 3. Height Of Tide

d. High Water and Low Water


- High Water adalah muka air tertinggi yang dicapai pada saat air
pasang dalam satu siklus pasang surut.
- Low Water adalah kedudukan air terendah yang dicapai pada saat air
surut dalam satu siklus pasang surut.

Gambar 4. High Water And Low Water

e. Mean High Water Springs ( MHWS )


Mean High Water Springs (MHWS) adalah rata-rata muka air laut
tertinggi pada saat pasang tertinggi dalam kondisi normal atau standar,
yang terjadi pada saat bulan dalam fase bulan purnama atau bulan baru.
Ketinggian dihitung dengan mengukur permukaan laut pada setiap
pasang tinggi selama beberapa tahun dan kemudian menghitung rata-
ratanya.

6
Mean High Water Springs ( MHWS ) sering dijadikan acuan untuk
pembangunan infrastruktur pesisir seperti dermaga, tanggul dan
pelabuhan. Hal ini karena MHWS memberikan gambaran tentang tinggi
muka air laut tertinggi yang diharapkan pada kondisi normal sehingga
infrastruktur dapat dirancang untuk menahan gelombang dan pasang
surut.

Gambar 5. Mean High Water Springs

f. Mean High Water Neaps ( MHWN )


Mean High Water Neaps ialah tinggi rata-rata air laut saat pasang surut
terendah yang terjadi pada saat Neap Tides. Mean High Water Neaps
merupakan pengukuran standar yang digunakan untuk menentukan
permukaan rata-rata air yang terjadi pada saat pasang surut Neap Tides.
Mean High Water Neaps dihitung dengan melakukan pengukuran tinggi
air laut selama beberapa tahun. Kemudian rata-rata tinggi permukaan air
laut dihitung pada saat pasang surut perbani atau Neap Tides.

Gambar 6. Mean High Water Neaps

7
g. Mean Low Water Springs ( MLWS )
Mean Low Water Springs merupakan tinggi rata-rata permukaan air laut
pada saat Spring Tides ketika pasang tertinggi terjadi di sepanjang pantai.
Ketinggian Mean Low Water Springs dapat bervariasi dari satu tempat ke
tempat yang lain tergantung pada faktor-faktor seperti geografi,air laut,
dan topografi pantai.

Gambar 7. Mean Low Water Springs

h. Mean Low Water Neaps ( MLWN )


Mean Low Water Neaps (MLWN) adalah tinggi rata-rata permukaan air
laut terendah pada saat pasang surut terendah dalam kondisi normal atau
standar, yang terjadi pada saat bulan berada pada fase bulan sabit atau
seperempat. Ketinggian ini dihitung dengan mengukur tinggi muka air laut
pada setiap pasang terendah selama beberapa tahun. Dimana kedudukan
bulan membentuk sudut ( tidak dalam posisi saling sejajar ) terhadap posisi
matahari dan bumi. Tinggi rata-rata yang dihitung dari dua air berturut-
turut selama periode pasut perbani.

Gambar 8. Mean Low Water Neaps

8
i. Range
Perbedaan tinggi rata-rata antara Mean High Water ( MHW ) dan Mean
Low Water ( MLW ). Besarnya selain dipengaruhi oleh posisi bulan
terhadap bumi juga dipengaruhi oleh faktor jarak antara bulan dengan
bumi dan jarak antara bumi dengan matahari dalam masing masing
lintasan orbit.

j. Chart Datum
Chart Datum (CD) adalah mean sea level yang digunakan sebagai titik
referensi untuk pembuatan nautical charts atau peta navigasi. Chart Datum
ditentukan dengan mengukur permukaan laut beberapa kali selama siklus
saat ini selama beberapa tahun dan kemudian menghitung rata-ratanya.
Chart Datum digunakan sebagai acuan untuk mengukur kedalaman dan
ketinggian laut di sepanjang pantai.
Ketinggian Chart Datum dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain
tergantung pada faktor-faktor seperti pasang surut, arus, angin, dan
perbedaan tekanan atmosfer. Oleh karena itu, Chart Datum dapat berbeda
dari satu wilayah ke wilayah lainnya.

Gambar 9. Chart Datum

9
k. Highest Astronomical Tide ( HAT )
Highest Astronomical Tides adalah tinggi maksimal air laut yang
diperkirakan akan terjadi di wilayah pantai secara astronimis, yaitu pada
saat pasang tertinggi yang dihasilkan oleh efek gravitasi bulan dan
matahari yang saling menguatkan.

C. DEFINISI DIURNAL DAN SEMI-DIURNAL

1. Diurnal Tides

Pasang surut harian tunggal beraturan (diurnal tide), adalah pasang surut
yang hanya terjadi 1 kali pasang serta 1 kali surut dalam satu hari (Nontji,
1987).Pasang surut ini terjadi pada periode 24 jam 50 menit. Pasang surut
tipe ini terjadi di perairan selat Karimata.

2. Semi-diurnal Tides

Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan
tinggi dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Tipe pasang
surut ini rata-rata terjadi pada periode 12 jam 24 menit. Pasang surut jenis
ini terdapat di selat Malaka sampai laut Andaman.

Gambar 10. Diurnal dan Semi-diurnal Tides

10
D. PERHITUNGAN JARAK SPRING DAN NEAP UNTUK STANDART
DAN SECONDARY PORT
Menghitung jarak spring dan neap dalam standar dan secondary port adalah
metode perkiraan jarak minimum antara kapal dan dermaga agar kapal tidak
terdampar atau kandas ketika air pasang naik atau turun. Metode ini sering
digunakan dalam perancangan dan pengembangan konstruksi di sekitar kawasan
pesisir seperti dermaga, pelabuhan atau fasilitas pesisir lainnya.
a) Standart Port
Di standar port, jarak spring dan neap dihitung menggunakan rumus
berdasarkan ketinggian pasang tertinggi dan terendah. Pasang tertinggi dan
terendah yang digunakan dalam perhitungan ini diukur dari Mean Sea Level
(MSL), yaitu tinggi rata-rata air laut dalam kurun waktu tertentu.
Rumus perhitungan spring dan neap untuk standar pelabuhan adalah :
- Jarak Spring = 0,6 x ketinggian air pasang tertinggi dari Mean Sea Level
- Jarak Neap = 0,4 x ketinggian air pasang terendah dari Mean Sea Level

Contoh Perhitungan :

Jika ketinggian air pasang yang tertinggi dari Mean Sea Level adalah 3 meter,
maka jarak Spring yang diperlukan adalah :

0,6 x 3 meter = 1,8 meter

Dan jarak Neap yang diperlukan adalah :

0,4 x 1 meter = 0.4 meter

b) Secondary Port
Di Secondary Port, perhitungan jarak spring dan neap dilakukan
menggunakan rumus yang berbeda dari standart port. Rumus ini juga
didasarkan pada ketinggian pasang tertinggi dan terendah Mean Sea Level.
Rumus untuk menghitung jarak Spring dan Neap di Secondary Port adalah
sebagai berikut:
- Jarak Spring = 0,75 x ketinggian air pasang tertinggi dari Mean Sea
Level

11
- Jarak Neap = 0,25 x ketinggian air pasang terendah dari Mean Sea
Level

Contoh Perhitungan :

Jika ketinggian air pasang tertinggi dari Mean Sea Level adalah 3 meter, maka
jarak Spring yang diperlukan adalah :

0,75 x 3 meter = 2,25 meter

Dan jarak Neap yang diperlukan adalah :

0,25 x 1 meter = 0,25 meter

Namun, perhitungan ini merupakan perkiraan dan dapat bervariasi tergantung


pada kondisi setempat, karena tingkat pasang surut juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti topografi dan batimetri, arus laut, dan kondisi cuaca. Oleh karena
itu, untuk keselamatan kegiatan kepelabuhanan, selalu perlu mengikuti
perkembangan informasi terbaru dari badan meteorologi dan maritim yang
terakreditasi.

E. MEMPERKIRAKAN WAKTU DAN KETINGGIAN AIR PASANG DAN


AIR SURUT PADA STANDARD DAN SECONDARY PORT
Gunakan grafik pasang surut yang tersedia di setiap pelabuhan untuk
memperkirakan waktu dan ketinggian tinggi dan rendah. Tabel tersebut berisi
informasi permukaan laut untuk setiap jam dalam sehari dan informasi tentang
tinggi atau rendahnya permukaan air pada jam tersebut.
Tabel pasang surut umumnya memiliki dua jenis pelabuhan: pelabuhan
standar (standart port) dan pelabuhan sekunder (secondary port). Standart port
adalah pelabuhan yang secara tradisional memiliki grafik pasang surut dan
dianggap mewakili pasang surut di daerah tersebut. Secondary port adalah
pelabuhan yang kurang dikenal dan memiliki tabel pasang surut yang dihitung
berdasarkan perhitungan atau interpolasi tabel pelabuhan standar.
Berikut adalah langkah-langkah untuk memperkirakan waktu dan ketinggian
air pasang dan surut pada standard dan secondary port:
1) Tentukan pelabuhan untuk mengidentifikasi pasang surut dan tentukan
apakah pelabuhan tersebut merupakan standart port atau secondary port.

12
2) Gunakan tabel pasang surut yang sesuai dengan Pelabuhan yang ingin
diprediksi kemudian cari waktu yang diinginkan di sepanjang baris waktu.
3) Pada saat ini ketinggian air tinggi atau rendah dinilai dari tanda +/- pada
tabel. Tanda + menunjukkan air sedang pasang, sedangkan tanda –
menunjukkan air sedang surut.
4) Temukan pasang surut pada jam tersebut dengan melihat angka pada
kolom pada jam tersebut.
5) Untuk secondary port, lakukan interpolasi antara waktu dan ketinggian air
pasang dan surut dari tabel standart port terdekat.
Contoh perhitungan :
Misalnya ingin memperkirakan waktu dan ketinggian air pasang di Pelabuhan
Benoa, Bali pada 17 April 2023. Berikut merupakan tabel pasang surut
Pelabuhan Benoa pada tanggal 17 April 2023:

Waktu Pasang atau Surut Ketinggian


01:00 - 0,4 m
02:00 + 1,2 m
03:00 - 0,6 m
04:00 + 1,6 m
05:00 - 0,3 m

Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa pada pukul 02:00, air mengalami pasang
dan ketinggiannya 1.2 meter di atas permukaan laut. Untuk memperkirakan
ketinggian air pada waktu yang tidak tercantum dalam tabel seperti pukul 06:00,
dapat dilakukan interpolasi antara waktu dan ketinggian air pada waktu sebelumnya
(05:00) dan waktu sesudahnya (07:00).

F. MENGHITUNG WAKTU PASANG PADA KETINGGIAN TERTENTU

Pasang surut adalah fenomena alam di laut yang menyebabkan naik turunnya
permukaan air laut dari waktu ke waktu. Pasang surut dipengaruhi oleh banyak

13
faktor, seperti gravitasi bumi, gravitasi bulan dan matahari, bentuk dan
kedalaman laut, arus laut, dan lainnya.

Metode Admiralty adalah satu dari beberapa metode analisis pasang surut
yang banyak digunakan dikarenakan kelebihan yang dimiliki metode ini yaitu
dapat menganalisis data pendek pasang surut selama 15 hari dan 29 hari serta
dapat memberikan konstanta-konstanta pasang surut yang digunakan dalam
penentuan tipe pasang surut serta elevasi muka air laut. Metode Admiralty ini
disamping mempunyai kelebihan menganalisis data-data pendek namun
membutuhkan ketelitian lebih dalam pengolahannya dan tidak dapat digunakan
untuk data-data panjang (lebih dari 29 hari), hanya menghasilkan sembilan
komponen pasang surut, dan tidak dapat menganalisis data yang memiliki
kekosongan data. (Hikmah et al., 2020)

Tabel perkiraan pasang surut ( Tidal Prediction Tables ) digunakan untuk


memprediksi pasang surut di suatu daerah pada waktu tertentu. Tabel ini berisi
informasi tentang waktu dan tingkat pasang surut air laut di suatu wilayah pada
saat tertentu. Biasanya, tabel perkiraan pasang surut disediakan oleh badan
meteorologi atau kelautan setempat seperti Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (BMKG).

Untuk memperkirakan pasang surut di standart port dan secondary port, perlu
dipahami konsep koefisien pasang surut. Koefisien pasang surut didefinisikan
sebagai rasio antara pasang tertinggi aktual dan pasang surut yang diharapkan
pada saat itu. Koefisien pasang surut ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti bentuk dan kedalaman wilayah laut, arus laut, dll.

Di standart port, koefisien pasang surut bervariasi dari 0,20 hingga 0,79,
dengan rata-rata sekitar 0,50. Jadi jika perkiraan pasang pada saat itu adalah 2
meter, pasang sebenarnya di standart port akan bervariasi dari 0,4 hingga 1,58
meter (2 x 0,20 hingga 2 x 0,79).

Koefisien pasang surut secondary port bervariasi antara 0,80 dan 1,19. Jadi
jika perkiraan pasang pada saat itu adalah 2 meter, maka pasang aktual di
secondary port adalah 1,6 sampai 2,38 meter (2 x 0,80 sampai 2 x 1,19).

14
Di bawah ini adalah contoh perhitungan menggunakan tabel perkiraan pasang
surut:

1) Tentukan lokasi di mana pasang surut diperkirakan. Misalnya, memprediksi


pasang surut di Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta Utara.
2) Dapatkan tidal prediction tables yang memberikan informasi tentang pasang
surut di area tersebut. Tidal prediction tables tersedia di Kantor
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
3) Cari tanggal dan waktu yang ingin diprediksi. Misalnya, tanggal 17 April
2023 pukul 09.00 WIB.
4) Lihatlah waktu pada grafik dan lihat apakah pasang atau surut. Sebagai
contoh, tabel tersebut menunjukkan bahwa tanggal 17 April 2023 pukul
09:00 WIB adalah air pasang.
5) Cari tahu ketinggian air saat ini. Sebagai contoh, tabel tersebut
menunjukkan bahwa pada tanggal 17 April 2023 pukul 09:00 WIB,
ketinggian air mencapai 1,5 meter di atas permukaan laut.
6) Ikuti langkah yang sama untuk memprediksi pasang dan surut pada waktu
dan hari lainnya.

G. CARA MENGGUNAKAN DAN MEMBACA ADMIRALTY TIDE


TABLES
Admiralty Tide Tables adalah karya referensi yang diterbitkan oleh
Pemerintah Inggris dan digunakan di seluruh dunia oleh pelaut, nelayan, dan
pengguna lain yang membutuhkan informasi pasang surut. Buku ini berisi tabel
pasang surut untuk berbagai stasiun di seluruh dunia.
Setiap halaman Tabel Pasang Admiralty mencakup suatu area dan berisi
tabel pasang surut untuk stasiun di area tersebut. Setiap stasiun memiliki satu
atau lebih halaman dalam buku yang menunjukkan tabel pasang surut untuk
periode tertentu.
Tabel pasang surut terdiri dari kolom tanggal dan waktu untuk pasang surut,
kolom untuk ketinggian air, dan kolom untuk arah arus. Kolom tanggal dan
waktu menunjukkan kapan pasang surut terjadi. Kolom tinggi air menunjukkan

15
ketinggian air pada saat tertentu, sedangkan kolom arah arus menunjukkan arah
arus pada saat tertentu.
Dibawah ini adalah langkah – langkah untuk menggunakan dan membaca
Admiralty Tide Tables :
1) Pilih area yang akan diteliti. Kemudian, carilah stasiun pasang surut terdekat
dengan lokasi yang akan diteliti. Buku-buku ini biasanya memiliki daftar
stasiun pasang surut di bagian atas halaman untuk memudahkan
menemukan stasiun yang tepat.
2) Setelah menemukan stasiun yang diinginkan, kemudian dapat melihat tabel
pasang surut untuk waktu tertentu. Dalam buku ini, tabel pasang surut
biasanya dipisahkan berdasarkan bulan dan tahun, jadi perlu mencari
halaman yang sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.
3) Setelah menemukan halaman yang tepat, periksa kolom tanggal dan waktu
pasang surut untuk mengetahui kapan pasang surut terjadi. Kemudian,
periksa kolom tinggi air untuk mengetahui ketinggian air pada waktu
tersebut.

Dibawah ini adalah contoh penggunaan Admiralty Tide Tables :

Misalnya, seorang nelayan ingin menangkap ikan di dekat pantai di


daerahnya pada tanggal 1 Juni 2023. Dia menggunakan admiralty tide tables
untuk mengetahui pasang surut pada hari itu sehingga dia dapat memilih waktu
terbaik untuk menangkap ikan.

Dia membuka admiralty tide tables dan mencari stasiun pasang surut
terdekat dalam jangkauannya ke pantai. Dia menemukan stasiun pasang surut
di Pelabuhan A. Dia kemudian mencari tabel pasang surut untuk Juni 2023 dan
menemukan halaman untuk 1 Juni 2023.

Dia melihat tabel pasang surut untuk Pelabuhan A pada tanggal tersebut dan
menemukan bahwa pasang surut pertama terjadi pada pukul 04:50 pada
ketinggian air 4,1 meter. Selain itu, pada pukul 17.18 terjadi pasang surut kedua
pada ketinggian air 4,3 meter.

Dengan informasi ini nelayan dapat merencanakan waktu penangkapan


ikannya. Dia bisa memancing jika dia mau ketika air pasang datang pada pukul

16
04:50 atau 17:18 saat permukaan air mencapai puncak sehingga dia bisa
menangkap lebih baik. Atau dia juga bisa memilih memancing pada saat air
surut untuk menghindari arus yang terlalu kencang. Semua keputusan
didasarkan pada informasi dari Tabel Pasang Admiralty.

17
BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas maka dapat ditarik


kesimpulan bahwa pasang surut air laut ini disebabkan oleh pengaruh benda –
benda angkasa seperti matahari, bulan, dan faktor lainnya. Pasang surut air laut
disebabkan oleh gaya gravitasi. Gravitasi ini memiliki dua teori yakni teori
keseimbangan (Equilibrium Theory) dan teori dinamis (Dynamical Theory).
Pasang surut juga mempunyai berbagai jenis, di setiap jenis itu memiliki
karakteristik yang berbeda-beda. Pada umumnya setiap Pelabuhan harus
mempunyai data pasang surut yang digunakan untuk referensi peta-peta
navigasi.
Pasang surut spring tides terjadi pada fase bulan purnama dan berada pada
posisi yang sama dengan matahari. Pasang surut neap tides terjadi pada fase
setengah atau seperempat dan pada sudut kanan (90 derajat) ke matahari.
Pada tingkat pasang surut pelabuhan juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti topografi dan batimetri pelabuhan, arus laut, dan kondisi cuaca. Oleh
karena itu, untuk keselamatan kegiatan kepelabuhanan, selalu perlu mengikuti
perkembangan informasi terbaru dari badan meteorologi dan maritim yang
terakreditasi.
Metode Admiralty adalah satu dari beberapa metode analisis pasang surut
yang banyak digunakan dikarenakan kelebihan yang dimiliki metode ini yaitu
dapat menganalisis data pendek pasang surut selama 15 hari dan 29 hari serta
dapat memberikan konstanta-konstanta pasang surut yang digunakan dalam
penentuan tipe pasang surut serta elevasi muka air laut.

18
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, S. (2022). Prediksi Sediment Transport Sungai Banyuasin guna


menunjang pengelolaan DAS terpadu dan berkelanjutan. Prediksi Sediment
Transport Sungai Banyuasin guna menunjang pengelolaan DAS terpadu
dan berkelanjutan.

Freedom Sailing Scotland. 2014. Height Of Tide And Chart Datum.


http://freedomsailingscotland.com/5j-height-of-tide-and-chart-datum/.
Diakses pada 20 April 2023

Denny, Mark. 2010. Tides and Currents. Cambridge University Press,


2010.

Maul, George. Tidal Hydrodynamics. John Wiley & Sons, Inc., 2009.

Lukman, A. Karakteristik Pasang Surut Air Laut Di Pelabuhan Benoa


Dengan Menggunakan Data Automatic Weather Station (Aws) Bmkg.
Karya Tulis.

Ari, Danar, dan Yuwono. 2007. Penentuan Chart Datum Dengan


Menggunakan Komponen Pasut Untuk Penentuan Kedalaman Kolam
Dermaga. Surabaya : Tugas Akhir Jurusan Studi Teknik Geomatika

Pasaribu, R. P., Sewiko, R., & Arifin, A. (2022). Application of The


Admiralty Method to Process Tidal Data in the Waters of The Nasik Strait-
Bangka Belitung. Jurnal Ilmiah PLATAX, 10(1), 146-160.

Prayogo, L. M. (2021). Perbandingan Metode Admiralty dan Least Square


untuk Analisis Pasang Surut di Pulau Mandangin Kabupaten Sampang,
Jawa Timur (Comparison of Admiralty and Least Square Methods for
Tidal Analysis in Mandangin Island, Sampang Regency, East Java). Jurnal
Perikanan dan Kelutan p–ISSN, 2089, 3469.

19
20

Anda mungkin juga menyukai