Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MANDIRI

MATA KULIAH FISIKA LINGKUNGAN

( TSUNAMI DAN PROSES FISISNYA )

Oleh :

Nama : Elis Triwati

NIM : 223020207014

Dosen Pengampu : Drs. M. Nawir, M.Si.

PRODI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PMIPA FKIP

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA


2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya milik Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,
nikmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan
judul”Tsunami Dan Proses Fisisnya”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Lingkungan dan
menambah pengetahuan penulis dalam bidang ilmu pendidikan fisika. Dalam penulisan
makalah ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada Drs. M. Nawir, M.Si. sebagai dosen mata kuliah Fisika Dalam penulisan
makalah ini penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Untuk itu
penulis mengharapkan kritikan dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Palangka raya, 29 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................................................2
C. TUJUAN PENULISAN...................................................................................................................2
D. MANFAAT PENULISAN................................................................................................................2
BAB 2.....................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................................3
A. Pengertian Tsunami...................................................................................................................3
B. Penyebab Tsunami.....................................................................................................................3
C. Sejarah Tsunami.........................................................................................................................7
D. Proses Fisis Tsunami...................................................................................................................8
E. Mitigasi Tsunami......................................................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................................15
PENUTUP.............................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kehidupan manusia selalu berhubungan dengan aspek kebumian karena bumi


telah menyediakan semua fasilitas dan kebutuhan manusia. Minyak dan gas bumi, air,
mineral logam dan non logam, sumber daya nirhayati, semuanya tersedia dan
tersimpan oleh bumi. Adanya sumber daya kebumian tersebut membuat kehidupan
manusia menjadi lebih baik dan lebih sejahtera.

Namun demikian, bumi juga menyimpan potensi bencana yang harus


diwaspadai manusia. Terkadang manusia terlena oleh semua fasilitas dan kebutuhan
yang disediakan oleh bumi. Manusia sering lupa atau melupakan bahwa bumi juga
menyimpan potensi bencana. Kejadian tersebut pada dasarnya merupakan hal yang
“wajar”, karena merupakan suatu proses keseimbangan alam. Kejadian tersebut
dikategorikan bencana apabila merusak ataupun mengganggu kehidupan manusia baik
yang menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan infrastruktur atau hasil budaya
manusia (rumah, bangunan, jalan, jembatan, bendungan, dan lain-lain). Secara
geografis, posisi Kepulauan Indonesia juga strategis yaitu terletak diantara dua benua
yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta dua samudera yaitu Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik. Secara geologis Kepulauan Indonesia berada pada jalur
penumjaman lempeng bumi, seperti penunjaman Lempeng Samudra Indo-Australia
dengan Lempeng Benua Eurasia yang memanjang dari pantai barat Sumatera hingga
pantai selatan Jawa terus ke timur sampai Nusa Tenggara. Adanya proses penunjaman
ini Kepulauan Indonesia terdapat deretan gunung api terutama dari Sumatera, Jawa
hingga Nusa Tenggara. Keterdapatan deretan gunung api tersebut memberikan
keuntungan bahwa tanah disekitarnya akan menjadi subur dan produktif. Namun juga
adanya gunung api yang masih aktif tersebut bahaya letusan gunung api juga harus
diwaspadai.

Selain itu bahaya banjir lahar dingin terutama pada musim hujan juga tidak
boleh dilupakan. Jalur penunjaman lempeng bumi di wilayah Kepulauan Indonesia
merupakan jalur penyebab gempa tektonik yang mana bersifat regional dan umumnya

1
kerusakan yang ditimbulkan sangat parah. Jalur gempa tersebut secara geologis
berdampingan dengan jalur gempa bumi. Sebagian jalur gempa bumi tersebut berada
di laut sehingga sangat berpotensi menimbulkan bencana tsunami.Ukuran gelombang
tsunami agak rendah di laut yang dalam, gelombang tampak seperti ombak biasa,
tingginya hanya sekitar satu meter dan lewat tanpa disadari oleh nelayan. Namun
ketika mencapai laut dangkal gelombang tsunami tumbuh hingga tiga puluh meter.
Gelombang tsunami dapat bergerak hingga 900 Km/jam, di laut yang dalam tapi
ketika mencapai laut dangkal dekat daratan, gelombang tersebut melambat. Pada
kedalaman 15 meter kecepatannya bisa menjadi sekitar 45 Km/jam, kecepatan ini
masih terlalu sukar bagi orang-orang di pantai untuk dapat lari menyelamatkan diri.
Untuk kajian lebih terperinsi, penulis akan menjelaskan defenisi tsunami, penyebab
tsunami, sejarah tsunami, fisika tsunami, prediksi tsunami dan penanggulangan resiko
tsunami yang penulis sadur dari berbagai sumber pada makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Pengertian Tsunami

2. Apa saja penyebab Tsunami?

3. Bagaimana sejarah tsunami?

4. Bagaimana proses fisis tsunami?

5. Bagaimana Penangulangan Resiko tsunami?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian tsunami

2. Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya tsunami.

3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah tsunami.

4. Untuk mengetahui bagaimana Proses fisis terjadinya tsunami

5. Untuk mengetahui Bagaimana cara penangulangan resiko tsunami.

2
D. MANFAAT PENULISAN

1. Memperluas wawasan keilmuan tentang tsunami dan proses fisisnya bagi saya
penulis dan juga bagi para pembaca.
2. Memberikan informasi tentang apa itu tsunami beserta proses fisisnya.

BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tsunami

Tsunami (berasal dari Bahasa Jepang: Tsu = pelabuhan, Nami = gelombang, secara
harafiah berarti “ombak besar di pelabuhan”) yang artinya adalah perpindahan badan air atau
gelombang laut yang terjadi karena adanya gangguan impulsif. Gangguan impulsif tersebut
terjadi akibat adanya perubahan bentuk dasar laut yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Dari beberapa definisi tsunami yang
diungkapkan oleh ahli, dapat disimpulkan bahwa tsunami merupakan sebuah gelombang
besar di laut yang mempunyai panjang gelombang yang besar, perioda, frekuensi, cepat
rambat gelombang dan energi yang disebabkan oleh kejadian-kejadian seismik ataupun non-
seismik dengan membawa energi dalam perambatannya menuju ke pantai. Tsunami
kadangkala disebut “gelombang laut seismik”, walaupun tsunami disebabkan oleh
mekanisme selain gempa bumi. Ada juga yang menyebut tsunami dengan “gelombang tidal”,
karena terjadi di permukaan laut saat terjadinya pasang naik di Bumi.
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat
di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut, atau atau hantaman
meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala arah. Tenaga yang dikandung
dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut
dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan kecepatan 500-1000 km per jam. Setara
dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1
meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun hingga sekitar
30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga mencapai puluhan meter.
Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer dari bibir pantai.

3
Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman
air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

B. Penyebab Tsunami

Tsunami dapat terjadi jika terjadinya gangguan yang menyebabkan perpindahan


sejumlah besar air atau ombak raksasa, letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun
meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi bawah laut.
Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung meletus, misalnya ketika
meletusnya Gunung Krakatau.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun
secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya.
Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi
gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami. Kecepatan gelombang tsunami
tergantung pada kedalaman laut dimana gelombang terjadi, yang kecepatannya bisa mencapai
ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang
lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut
tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai
pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa
air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan
jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer. Gerakan vertikal
ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah
subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat
mengakibatkan gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang
menyebabkan gerakan tegak lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-
tiba sehingga keseimbangan air laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya
dengan benda kosmis atau meteor yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini
cukup besar, dapat terjadi megatsunami yang tingginya mencapai ratusan meter.
Secara rinci penyebab terjadinya tsunami dapat dilihat pada tabel berikut :
1. Gempa Bumi
Gempa bumi merupakan penyebab utama terjadinya tsunami. Tidak semua gempa
dapat menyebabkan tsunami, terjadinya tsunami harus memenuhi beberapa syarat yaitu:
a. Pusat gempa (episenter) berada di bawah laut

4
b. Pusat gempa berkisar antara 0-30 km (biasa dikenal dengan sebutan gempa dangkal).
c. Magnitudo gempa yang berdampak biasanya lebih besar dari 6 Skala Richter.
d. Tsunami yang besar umumnya juga terjadi apabila terjadi dislokasi vertikal, atau
pada sesar naik atau sesar turun.

Gempa dengan karakteristik tertentu akan menghasilkan tsunami yang sangat


berbahaya dan mematikan:
a. Tipe sesaran naik (thrust/ reverse fault). Tipe ini sangat efektif memindahkan volume
air yang berada diatas lempeng untuk bergerak sebagai awal lahirnya tsunami.
b. Kemiringan sudut tegak antar lempeng yang bertemu. Makin tinggi sudutnya
(mendekati tegak lurus), makin efektif tsunami yang terbentuk.
c. Kedalaman pusat gempa yang dangkal (7.0R), tetapi kalau tipe sesarnya bukan naik,
namun normal (normal fault) atau sejajar (strike slip fault), bisa dipastikan tsunami
akan sulit terbentuk.

Gempabumi tektonik terjadi akibat tumbukan lempeng tektonik. Di Indonesia


terdapat 3 pergerakan lempeng yaitu: pergerakan Indo-Australia dengan Eurasia, Indo-
Australia dengan Pasifik dan Pasifik dengan Indo-Australia. Pertemuan lempeng ini
adalah lokasi gempa-gempa yang besar dan berada di lautan yang berjarak 100-150 km
dari pantai barat Sumatra, selatan Jawa, selatan Nusatenggara, Maluku dan pantai utara
Papua.
Skema terjadinya tsunami akibat gempa bumi diperlihatkan pada Gambar 5 berikut.

Gambar 5a. Awal Terjadinya Tsunami

5
Gambar 5b. Skema Terjadinya Tsunami
 Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun
secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan kesetimbangan air yang berada di
atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai
di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
 Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga
banyak terjadi di daerah subduksi dimana lempeng samudera menelusup ke bawah
lempeng benua.

Contoh tsunami yang disebabkan oleh gempa bumi:


a. 1 April 1946, gempa kekuatan M7,3 di Pulau Unimak, Alaska. Menghasilkan
gelombang tsunami setinggi 30 m dengan kecepatan 659 km/jam.
b. 22 Mai 1960, gempa kekuatan M9,5 di Chili, Amerika Selatan. Menghasilkan
gelombang setinggi 11 m dengan kecepatan 166 km/jam.
c. 27 Maret 1964, gempa kekuatan M9,2 di Alaska. Menghasilkan tsunami setinggi 6,3
m.
d. 2 September 1992, gempa dengan magnitude 7 di Nikaragua, Amerika Tengah.
e. 26 Desember 2004, gempa dengan kekuatan 9,3 SR di Aceh, Indonesia. Menghasilkan
gelombang setinggi 30 m dengan kecepatan 1000 km/jam.

2. Letusan Gunung Api


Meskipun relatif jarang, letusan-letusan gunung berapi yang hebat juga
merupakan guncangan-guncangan impulsif yang dapat memindahtempatkan air dalam
jumlah besar dan menciptakan gelombang-gelombang tsunami yang sangat destruktif di
daerah sumber terdekat.

Gelombang-gelombang dapat terjadi karena perpindahtempatan air secara tiba-


tiba, karena kegagalan lereng gunung berapi atau, lebih mungkin, karena
phreatomagmatic explosion–suatu erupsi/muntahan gunung berapi berdaya ledak yang
timbul dari interaksi air dan magma dan runtuhnya ruang-ruang magma gunung berapi.
Salah satu tsunami paling besar dan paling destruktif yang pernah tercatat adalah pada 26
Agustus 1883, setelah meletus dan runtuhnya gunung berapi Krakatau di Indonesia.
Letusan itu menimbulkan gelombang-gelombang yang menjulang setinggi 42 meter
(hampir 130 kaki), menghancurkan kota-kota di daerah pantai dan desa-desa sepanjang
Selat Sunda di kepulauan Jawa dan Sumatra, dan merenggut 36.417 jiwa.
6
3. Tanah Longsor dan Karang Terban
Tidak jarang, gelombang-gelombang tsunami dapat disebabkan oleh
berpindahtempatnya air akibat terbanan karang, guguran es, dan pergeseran lapisan tanah
atau batu (slump) bawah laut secara tiba-tiba.

Peristiwa-peristiwa demikian dapat disebabkan secara impulsif oleh


ketidakstabilan dan kegagalan mendadak lereng-lereng bawah laut. Sebagai contoh pada
tahun 1980-an, pengerukan tanah (earth moving) dan pekerjaan konstruksi pada airport
runaway sepanjang pantai Prancis Selatan memicu tanah-longsor bawah air yang
menimbulkan gelombang-gelombang tsunami yang destruktif di pelabuhan Thebes.

Gempabumi-gempabumi besar diduga menjadi penyebab dari banyak tanah-


longsor di bawah air, yang mungkin punya andil besar dalam munculnya tsunami. Banyak
ilmuwan yang percaya bahwa tsunami 1998, yang merenggut nyawa ribuan orang dan
memporakporandakan desa di pantai utara Papua Nugini, dimotori oleh pergeseran
bawah-air sedimen-sedimen yang dipicu oleh satu gempa bumi.

Umumnya energi dari gelombang-gelombang tsunami yang terbangkitkan dari


tanah longsor atau karang terban cepat tersebar ketika gelombang-gelombang itu bergerak
dari sumber dan melintasi lautan, atau dalam suatu perairan seperti danau atau teluk
(fjord). Tetapi perlu dicatat bahwa salah satu gelombang tsunami terbesar yang pernah
diamati adalah disebabkan oleh karang terban di Teluk Lituya, Alaska, pada 9 Juli 1958.
Gelombang mencapai ketinggian 520 meter (kira-kira 1.600 kaki) dan menyapu habis satu
hutan.
4. Kejatuhan Benda-Benda Langit (Asteroid, Meteor dan Letusan)
Untungnya jarang sekali sebuah meteor atau asteroida mencapai Bumi. Dalam
catatan sejarah belum pernah ada asteroida menghantam planet. Sebagian besar meteor
terbakar ketika mereka mencapai atmosfer.

Akan tetapi, dulu meteor-meteor besar pernah menghantam, yang dibuktikan oleh
ledakan-ledakan yang ditemui di berbagai bagian bumi. Adalah juga mungkin bahwa
sebuah asteroida jatuh ke bumi di jaman prasejarah – yang terakhir kira-kira 65 juta tahun
lalu selama masa Cretaceous.

Oleh sebab bukti kejatuhan meteor dan asteroida di atas Bumi sungguh ada maka
kita harus berkesimpulan bahwa sebagian di antaranya jatuh tercebur di laut atau lautan
karena 4/5 dari planet tertutup oleh air. Kejatuhan benda-benda langit itu ke laut
berpotensi menyebabkan tsunami yang amat dahsyat.

Pada tahun 1997, para ilmuwan menemukan bukti tentang suatu asteroida
berdiameter empat km (2,5 mil) yang mendarat di lepas pantai Chili kira-kira dua juta
tahun lalu, yang menimbulkan tsunami besar sekali yang menyapu rata beberapa bagian
Amerika Selatan dan Antartika. Para ilmuwan telah berkesimpulan bahwa dampak dari
sebuah asteroida yang agak besar, berdiameter 5-6 km (tiga sampai empat mil), di tengah
ocean basin yang besar seperti Atlantik, akan menghasilkan satu tsunami yang akan
menjelajah habis Pegunungan Appalachian di dua pertiga hulu Amerika Serikat. Melintasi
Atlantik, kota-kota di daerah pantai akan tersapu ludes. Sebuah asteroida seukuran itu
yang jatuh di antara kepulauan Hawaii dan pantai barat Amerika Utara akan menghasilkan
satu tsunami yang menerjang kota-kota besar di pantai-pantai barat Kanada, Amerika
Serikat, dan Meksiko dan akan mengubur sebagian besar daerah pemukiman pantai

7
kepulauan Hawaii.

C. Sejarah Tsunami

Kejadian bencana tsunami yang terjadi di bumi ini diketahui telah terjadi sejak ribuan
tahun lalu, mulai dari zaman Yunani kuno sampai terakhir bencana tsunami yang terjadi di
Jepang tahun 2011 yang lalu. Ternyata, kejadian bencana tsunami mempunyai sederetan
cerita sejarah mulai dari yang kecil sampai kejadian tsunami yang terburuk sepanjang sejarah.
Berikut adalah beberapa kejadian bencana tsunami di beberapa negara :

1. 15 Juni 1896, gelombang setinggi 30 meter, disebabkan oleh gempa bumi menyapu
pantai timur Jepang. Sebanyak 27 ribu orang menjadi korban.
2. 1 April 1946, gempa kekuatan M7,3 di Pulau Unimak, Alaska. Menghasilkan
gelombang tsunami setinggi 30 m dengan kecepatan 659 km/jam.
3. 22 Mai 1960, gempa kekuatan M9,5 di Chili, Amerika Selatan. Menghasilkan
gelombang setinggi 11 m dengan kecepatan 166 km/jam.
4. Maret 1964, gempa kekuatan M9,2 di Alaska. Menghasilkan tsunami setinggi 6,3 m.
5. 2 September 1992, gempa dengan magnitude 7 di Nikaragua, Amerika Tengah.
6. 1 April 1946, tsunami April Fool, dipicu sebuah gempa yang terjadi di Alaska,
membunuh 159 orang, kebanyakan berada di Hawaii. Pada tanggal 1 April, 1946 sebuah-
besarnya 7,8 (Skala Richter) terjadi gempa dekat Kepulauan Aleutian, Alaska. Ini
menghasilkan tsunami yang menggenangi Hilo di pulau Hawaii dengan 14 meter (46
kaki) gelombang tinggi. Daerah dimana gempa bumi terjadi adalah di mana lantai
Samudera Pasifik merupakan subduksi (atau didorong ke bawah) di bawah Alaska.
7. 9 Juli 1958, diingat sebagai tsunami terbesar yang pernah dicatat oleh masa modern,
Gempa di Teluk Lituya Alaska disebabkan oleh tanah longsor yang awalnya dipicu oleh
gempa bumi berskala 8,3 skala richter. Gelombang sangat tinggi, tetapi karena wilayah
tersebut relatif terisolasi dan kondisi geologinya unik maka tsunami tidak menyebabkan
banyak kerusakan. Tapi hanya menenggelamkan satu perahu dan membunuh dua orang
pelaut.
8. 22 Mei 1960, salah satu gempa besar yang tercatat manusia terjadi di Chile sebesar 8,6
skala richter, menciptakan tsunami yang menerjang pantai Chile dalam waktu kurang
dari 15 menit. Gelombang setinggi 25 meter membunuh 1500 orang di Chile dan Hawaii.
9. 27 Maret 1964, dikenal sebagai gempa bumi Good Friday Alaska, dengan kekuatan
sekitar 8,4 skala richter menggulung dengan kecepatan 400 mil per jam tsunami di

8
Valdez Inlet dengan ketinggian 67 meter, membunuh lebih dari 120 orang. Sepuluh orang
yang menjadi korban di kota Crescent, di utara California, yang sempat menyaksikan
gelombang setinggi 6,3 meter.
10. 23 Agustus 1976, sebuah tsunami di barat daya Filipina membunuh 8 ribu korban gempa
bumi.
11. Juli 1998, sebuah gempa berkekuatan 7,1 skala richter menyebabkan tsunami di Papua
Nugini yang membunuh 2200 orang dengan sangat cepat.
12. Tanggal 12 Januari 2006, gempat bumi Haiti yang beresiko memicu tsunami.

D. Proses Fisis Tsunami

Tsunami sering diawali dengan gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung berapi,
selain itu disebabkan oleh kejatuhan meteor dan percobaan nuklir, dan kemudian juga
disebabkan oleh angin. Tsunami memiliki panjang gelombang (λ) yang sangat panjang dan
periode. Nilai λ biasanya berkisar dari beberapa kilometer hingga ratusan kilometer, sehingga
gelombang tersebut jauh lebih panjang beberapa ratus meter dari gelombang angin yang
dihasilkan di dekat pantai. Karena dasar laut lebih dalam 11 km yang disebut dengan parit
Mariana, berarti di daerah laut gelombang tsunami berprilaku sebagai gelombang air dangkal
yang mana (H= Kedalaman laut). Ketika gelombang mencapai daerah pesisir,
karakter gelombang tsunami bukan lagi gelombang air dangkal tetapi merupakan gelombang
air yang sangat besar.

Gelombang tsunami terjadi karena rambatan dari gerakan partikel air. Ketinggian
gelombang bisa lebih besar apabila mendekati pantai, tetapi jauh lebih kecil di laut. Ini
membuat tsunami sulit dideteksi tetapi juga memungkinkan tindakan defensif seperti
bergerak untum menjauhi pantai dan laut. Kajian Fisika tsunami dapat dilihat pada hal
berikut, diantaranya:
Pemodelan Numerik pada Tsunami
Metode MARKER dan CELL (MAC) oleh Harlow dan Welch (1965) adalah sebuah
teknik numerical untuk perhitungan viskositas, aliran mampat dengan permukaan bebas.
Metode ini menggunakan teknik untuk menemukan perbedaan bergantung waktu pada
persamaan Navier-Stokes.
Persamaan untuk aliran dua dimensi adalah :

9
Metode MAC sama seperti persamaan diferensial gerak yaitu konservasi massa dan
momentum. Perbedaan batas persamaan MAC mengungkapkan prinsip konservasi untuk
setiap sel. Chan dan Street membangun sebuah teknik untuk menggambarkan mengenai
permukaan bebas secara lebih akurat. Tekanan permukaan bebas ditentukan pada permukaan
itu sendiri bukan di permukaan pusat sel. Nichols dan Hirt memodifikasi langkah langkah
yang dilakukan Chan dan Street, Merancang teknik untuk mendefinisikan permukaan fluida
oleh satu set partikel penanda permukaan yang bergerak dengan kecepatan fluida lokal.
MAC sederhana telah dijelaskan oleh Harlow dan Amsden yang tidak memerlukan
tekanan untuk dihitung. Program komputasi yang digunakan untuk perhitungan tsunami
disebut ZUNI dan dijelaskan oleh Amsden. Teknik SMAC dari Harlow dan Amsden telah
dimodifikasi untuk menyertakan perbaikan permukaan bebas Nichols dan Hirt. Perbaikan sel
parsial yang memungkinkan hambatan tergelincir bebas untuk melalui tempat sel diagonal
juga telah disertakan. Batas kemiringan yang diinginkan diperoleh dengan memilih aspek
rasio yang sesuai untuk sel sel mesh. Dengan dmeikian, teknik numeric dapat digunakan
untuk menghitung gelombang bergerak di pantai terbuka disamping pantai terendam.
Metode SMAC yang dideskripsikan oleh Harlow dan Amsden disempurnakan cara
perhitungannya oleh Welch dengan memberikan kriteria stabilitas:

Dimana C adalah kecepatan, ΔX dan ∆ Y adalah lebar sel, dan ∆ t adalah kenaikan
waktu. Untuk perhitungan tsunami dijelaskan sebelumnya ∆ t harus kurang dari 4 detik. Jika
jalankan dengan waktu 3 detik terbukti stabil. Street menyatakan bahwa metoda numeric
MAC telah diamati , stabil pada viskositas nol, analisis Nichols dan Hirt menunjukkan
gangguan bisa bertambah jika viskositas itu tidak lebih besar dari 20 dan lebih kecil dari
30.000 mg/sm.
Pada air dangkal biasa Air dangkal biasa, teori panjang gelombang mengasumsikan
bahwa komponen gerakan vertical tidak mempengaruhi distribusi tekanan yang dianggap

10
hidrostatis. Ini merupakan hal penting untuk membandingkan hasil studi numeric dalam
memecahkan persamaan lengkap Navier Stokes dengan menggunakan persamaan teori
panjang gelombang.

Dimana u dan v adalah komponen kecepatan pada arah x dan y, H adalah tinggi gelombang,
D adalah kedalaman air tak terganggu dan g gravitasi.
Pada simulasi tsunami yang menggunakan air dangkal memperoleh hasil yang sama
dengan teori panjang gelombang untuk gelombang (panjang gelombang) tsunami yang besar,
tetapi tidak berlaku pada tsunami dengan gelombang yang pendek. Teori panjang gelombang
tidak bisa digunakan untuk menggambarkan aliran tsunami yang disebabkan hambatan bawah
air laut pada air dangkal. Hambatan di bawah air laut ini dapat mencerminkan sejumlah
energi tsunami.

E. Mitigasi Tsunami

Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman
bencana (UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana). Terdapat beberapa
usaha yang dapat dilakukan dalam mitigasi dari tsunami sebagai berikut :
1. Sebelum terjadi tsunami
Seharusnya masyarakat dapat melakukan beberapa tindakan dalam rangka
pengurangan risiko bencana tsunami yaitu:
a) Hindari bertempat tinggal di daerah tepi pantai yang landai kurang dari 10 meter dari
permukaan laut. Berdasarkan penelitian, daerah ini merupakan daerah yang mengalami
kerusakan terparah akibat bencana Tsunami, badai dan angin ribut.
b) Disarankan untuk menanam tanaman yang mampu menahan gelombang seperti bakau,
palem, ketapang, waru, beringin atau jenis lainnya.
c) Ikuti tata guna lahan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat
d) Buat bangunan bertingkat dengan ruang aman di bagian atas

11
e) Bagian dinding yang lebar usahakan tidak sejajar dengan garis pantai
Selain itu, bencana dapat direduksi apabila masyarakat sadar dan siapsiaga
menghadapi bencana, caranya dengan mempersiapkan diri dengan cara:
a) Mempromosikan budaya pencegahan dan keselamatan menghuni di kawasan ini.
b) Mempersiapkan rencana manajemen menghadapi bencana
c) Mendorong terbentuknya kepanitiaan dan gugus tugas di wilayah ini.
d) Mempersiapkan peralatan tepat guna untuk pelatihan bagi generasi muda atau siswa
dalam mereduksi terjadinya bencana.
e) Mereduksi risiko melalui organisasi formil maupun non formil (pemerintah dan swasta).
2. Saat terjadi bencana tsunami
a) Tindakan Untuk Mengurangi Kemungkinan Resiko
 Mewujudkan keberdayaan individu, keluarga, komunitas, masyarakat, dan negara;
serta mengatasi ketidakberlanjutan pembangunan.
 Membangun pondasi rasa aman yang segala kegiatannya mendorong untuk
ketercukupan kebutuhan dasar.
 Membangun berbagai perangkat pengurangan risiko bencana (PRB) dan kegiatan-
kegiatan yang dapat mengurangi risiko bencana melalui mencegah dan memitigasi
bahaya, serta meredam kerentanan dari ancaman.
 Seluruh kemampuan komunitas digunakan untuk menangani ancaman. Sehingga tidak
diperlukan bantuan eksternal karena kemampuan yang ada dapat menanganinya.
 Mengidentifikasi, mengevaluasi, & memonitor risiko-risiko bencana dan
meningkatkan pemanfaatan peringatan dini.
 Menggunakan pengetahuan, inovasi, dan pendidikan untuk membangun suatu budaya
aman dan ketahanan pada semua tingkatan.
b) Penyelamatan Diri
Dalam Ruangan:
 Jangan panik
 Segera berlari mencari tempat yang lebih tinggi
 Tidak perlu menunggu peringatan tsunami
 Selamatkan diri anda, bukan barang anda
 Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah mencari tempat yang aman.
c) Diluar ruangan:

12
 Bila sedang berada di pantai atau dekat laut dan merasakan bumi bergetar, segera
berlari ke tempat yang tinggi dan jauh dari pantai.
 Naik ke lantai yang lebih tinggi, atap rumah atau memanjat pohon.
 Tsunami dapat muncul melalui sungai dekat laut, jadi jangan berada di sekitarnya.
 Jika terseret tsunami, carilah benda terapung yang dapat digunakan sebagai rakit.
 Selamatkan diri melalui jalur evakuasi tsunami ke tempat evakuasi yang sudah
disepakati bersama.
 Jika anda berpegangan pada pohon saat gelombang tsunami berlangsung jangan
membelakangi arah laut supaya terhindar dari benturan benda benda yang dibawa oleh
gelombang.
d) Dalam gedung bertingkat:
 Tidak perlu menunggu peringatan tsunami
 Jangan hiraukan kerusakan di sekitar, teruslah menuju lantai yang tertinggi.
 Jika anda berpegangan pada sesuatu balok atau kayu di lantai gedung tersebut saat
gelombang tsunami berlangsung, jangan membelakangi arah laut supaya terhindar
dari benturan benda benda yang dibawa oleh gelombang.
 Anda dapat membalikan badan saat gelombang berbalik arah kembali ke laut.
 Tetap berpegangan kuat hingga gelombang benar-benar reda
3. Pasca terjadi tsunami
a) Hindari instalasi listrik bertegangan tinggi dan laporkan jika menemukan kerusakan
kepada PLN.
b) Hindari memasuki wilayah kerusakan kecuali setelah dinyatakan aman
c) Jauhi reruntuhan bangunan.
d) Upayakan penampungan sendiri kalau memungkinkan. Ajaklah sesama warga untuk
melakukan kegiatan yang positif. Misalnya mengubur jenazah, mengumpulkan benda-
benda yang dapat digunakan kembali, sembahyang bersama, dan lain sebagainya.
Tindakan ini akan dapat menolong kita untuk segera bangkit, dan membangun kembali
kehidupan.
e) Bila diperlukan, carilah bantuan dan bekerja sama dengan sesama serta lembaga
pemerintah, adat, keagamaan atau lembaga swadaya masyarakat seperti Dinas Sosial,
BMKG, SAR, UGD, PKM, Polda, Hansip/Linmas, LSM, PMI, Media Massa, BPBD,
KMPB, dll.

13
f) Ceritakan tentang bencana ini kepada keluarga, anak, dan teman anda untuk
memberikan pengetahuan yang jelas dan tepat. Ceritakan juga apa yang harus
dilakukan bila ada tanda-tanda tsunami akan datang.
g) Tenang dan sabar. Tetap tenang dan berpikir rasional akan membantu menyelamatkan
kita dan terhindar dari tindakan yang tidak masuk akal.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tsunami merupakan kejadian bencana alam yang tidak dapat diprediksi


kedatangannya. Tsunami merupakan luapan gelombang besar yang disebabkan karena adanya
gangguan-gangguan seismik (gempa bumi dan erupsi vulkanik) dan non-seismik (tanah
longsor dan kejatuhan meteor) yang terjadi secara tiba-tiba dalam waktu tertentu dan tempat
tertentu (dilautan).
Pada simulasi tsunami yang menggunakan air dangkal memperoleh hasil yang sama
dengan teori panjang gelombang untuk gelombang (panjang gelombang) tsunami yang besar,
tetapi tidak berlaku pada tsunami dengan gelombang yang pendek. Teori panjang gelombang
tidak bisa digunakan untuk menggambarkan aliran tsunami yang disebabkan hambatan bawah
air laut pada air dangkal. Hambatan di bawah air laut ini dapat mencerminkan sejumlah
energi tsunami.

B. Saran

Sebaiknya setiap kita menyadari akan terjadinya bencana tsunami ini. Oleh karena itu,
sangat diperlukan pengetahuan terkait dengan cara menghadapi ancaman tsunami yang akan
datang. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan bencana, menjalin
kerja sama dengan semua organisasi sosial dan masyarakat, dsb. Hal ini bertujuan agar kita
dapat mengurangi dampak akibat dari tsunami yang terjadi kemudian.

14
DAFTAR PUSTAKA

Marchuk, Andrei G.2009. Tsunami Wave Propagation Along Waveguides. The International
Journal of Tsunami Society VOL. 28
Margaritondo, G. 2005. Explaining The Physics Of Tsunamis To Undergraduate And Non-
physics Student.European Journal Of Physics : Institute Of Physics Publishing
Pusat informasi tsunami Jakarta (JTIC) UNESCO HOUSE.2007
Shevchenko, G.V.2013. A Method For The Estimation Of Tsunami Risk Along Russia’s Far
East. Journal of Tsunami Society International. VOL.32

15
16
17
18

Anda mungkin juga menyukai